Nilai agama dalam novel ayat-ayat cinta karya Habiburrahman El Shirazy
NILAI AGAMA DALAM NOVEL
AYAT-AYAT CINTA
KARYA
HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
Rodhiatam Mardhiah 106013000712
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M / 1432 H
(2)
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rodhiatam Mardhiah
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 11 September 1988
NIM : 106013000712
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi : Nilai Agama dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 Januari 2011
Rodhiatam Mardhiah NIM 106013000712
(3)
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
NILAI AGAMA DALAM NOVELAYAT-AYAT CINTAKARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Oleh
Rodhiatam Mardhiah NIM 106013000712
Di Bawah Bimbingan,
Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M. Pd. NIP 19640212 199703 02 001
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M/1432 H
(4)
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi berjudul: “Nilai Agama dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya
Habiburrahman El Shirazy” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada 24 Februari 2011 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S. Pd.) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Jakarta, 17 Maret 2011
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi) Tanggal Tanda Tangan
Dra. Mahmudah Fitriah, ZA, M. Pd. (…………) (……….)
NIP 19640212 199703 2 001
Drs. E. Kusnadi (…………) (……….)
NIP 19460201 196510 1 001
Penguji I
Rosida Erowati, M. Hum. (…………) (………)
19771030 2000801 2 009
Penguji I
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. 1957100 5198703 1 003
(5)
ABSTRAK
RODHIATAM MARDHIAH.Nilai Agama dalam NovelAyat-Ayat CintaKarya Habiburrahman El Shirazy. Skripsi. Jakarta: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Januari 2011.
Novel menjadi salah satu media yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau nilai-nilai dari suatu karya sastra. Maka dari itu, Habiburrahman El Shirazy telah banyak menyerukan nilai-nilai agama melalui media tulisan seperti novel, naskah drama, buku-buku terjemahan, kumpulan kisah teladan, dan cerpen yang bernafaskan Islam. Salah satu karyanya yang terbaik adalah novel Ayat-Ayat Cinta. Novel ini adalah bacaan yang bukan sekedar novel belaka akan tetapi bisa menjadi motivasi hidup seorang muslim atau muslimah menjadi lebih baik dalam mengarungi kehidupan ini.
Novel Ayat-Ayat Cinta mengandung nilai agama yang kental. Dari karya sastra (novel) kita dapat mempelajari banyak hal salah satunya keagamaan. Dewasa ini, banyak masyarakat yang jauh dari sifat-sifat kemanusiaan, tidak mengerti ajaran agama yang benar, dan lupa terhadap kewajiban-kewajiban hidupnya. Maka melalui novel yang berisi nilai agama, diharapkan dapat digunakan untuk menyadarkan masyarakat (pembaca) untuk kembali ke jalan yang benar.
Penelitian ini mengangkat judul “Nilai Agama dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy” dengan rumusan masalah bagaimana
nilai agama dalam novelAyat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy. Pada skripsi ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatananalisis dekriptif. Penelitian analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui lebih jauh mengenai nilai-nilai agama yang terdapat dalam novelAyat-Ayat Cinta.Penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data/dokumen untuk memperkuat informasi seperti buku bacaan, internet, lalu dilanjutkan dengan menganalisis novel Ayat-Ayat Cintadan diambil kesimpulannya.
Novel Ayat-Ayat Cinta berisi ajakan untuk kembali pada agama yang mulia dengan ajakan yang lembut dan penuh makna. Nilai-nilai agama yang terdapat dalam novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy di antaranya: nilai akidah, yang meliputi: iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab, iman kepada nabi dan rasul, iman kepada hari akhir, dan iman kepada qada dan qadar. Nilai Syariah, yang meliputi: ibadah dan muamalah, serta nilai akhlak yang meliputi: akhlak kepada Allah, akhlak kepada diri sendiri, akhlak kepada sesama manusia, dan akhlak kepada alam lingkungan. Nilai agama yang paling dominan dalam novel ini adalah nilai akhlak kepada manusia.
(6)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah wa syukurillah. Tiada kata yang lebih indah kecuali puji syukur ke Hadirat Illahi Robbi, Allah Swt yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta kekuatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Waktu berjalan begitu cepat tak terasa amanat menuntut ilmu yang diamanatkan oleh orang tua kepada penulis telah sampai hingga perguruan tinggi ditandai dengan kelahiran penulisan skripsi ini sebagai syarat mencapai gelar sarjana. Hidup adalah perjuangan. Hidup tidak boleh pantang menyerah apalagi berputus asa, proses pembuatan skripsi ini merupakan setengah perjuangan yang menyenangkan. Sesudah kesulitan pasti ada kemudahan itulah yang penulis rasakan dalam menyelesaikan skripsi ini. Walaupun sebelumnya berbagai hambatan menghadang penulis, tetapi sikap yakin, optimis, dan semangat yang penulis lakukan berbuah kemudahan. Skripsi ini pun dapat terselesaikan dengan baik. Terima kasih ya Allah. Sungguh karena rida, rahmat, karunia, anugerah, nikmat, dan kekuatan dari Allah Swt skripsi dan perkuliahan ini dapat selesai dengan baik.
Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula kiranya skripsi ini. Oleh karena itu, penulis akan menerima dengan penuh rasa hormat dan terima kasih atas kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan keseluruhan isi skripsi ini.
Dengan ini, penulis perlu mengurai untaian kata terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu penulis dalam menyusun skripsi ini:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku Dekan FITK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., selaku dosen pembimbing sekaligus Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang selalu bersedia memberi masukan yang amat bermanfaat dalam penulisan skripsi ini dan selalu memudahkan segala urusan skripsi dan perkuliahan. Suatu karunia Allah yang sangat luar biasa mempunyai dosen pembimbing seperti ibu. Semoga Allah Swt membalas segala kebaikan ibu. Semoga karunia dan
(7)
rahmat Allah Swt selalu menyertai Ibu. Terima kasih sedalam-sedalamnya Ibu.
3. Bapak Drs. E. Kusnadi, Dosen Penasihat Akademik yang telah memberikan arahan dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih sebesar-besarnya Pak.
4. Segenap dosen pengajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), khususnya di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, terima kasih telah membimbing penulis dan ikhlas memberikan ilmunya, mohon maaf apabila dalam proses perkuliahan ada sikap penulis yang kurang berkenan di hati Bapak/Ibu, penulis memohon rida dan doa dari Bapak/Ibu, semoga ilmu yang didapat menuai keberkahan.
5. Ayah Bundaku tercinta, Ayahanda Awaluddin Muhammad Amin dan Ibunda Bismar Hasan yang selalu memberikan dukungan baik moral maupun material, serta selalu mendukung untuk menyelesaikan skripsi dan perkuliahan secepatnya. Penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya, semoga Allah Swt selalu merahmati dan hanya Dialah yang mampu membalas segala jasamu Ayah Bunda. Doakan Dyah ya. Semoga kelak menjadi anak yang membanggakan dan memperoleh kesuksesan dunia dan akhirat.
6. Kakak-kakakku tercinta Kak Amin, Kak Salam, Kak Sanah, Kak Ade, serta adik-adikku tersayang Akmal, Rahmat, Nazhif, Sayyidah, Arif, Fifi, dan Ziyad yang selalu siap membantu penulis dalam segala urusan dan selalu memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Mempunyai keluarga seperti kalian merupakan anugerah Allah yang luar biasa. Terima kasih saudara-saudaraku yang selalu kubanggakan. Semoga kelak kita semua sukses dunia dan akhirat. 7. Sahabat tersayang penulis, Ruslah, Sri, Ani, Rini, Yanti. Mempunyai sahabat
seperti kalian merupakan ‘hadiah terindah’ dari Allah Swt, serta sahabat -sahabat seperjuangan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) angkatan 2006. Pengalaman menuntut ilmu bersama kalian adalah karunia Allah yang tiada tara. Semoga kita kelak menjadi orang yang sukses dan bisa membawa nama harum PBSI dan menjadi lulusan yang membanggakan. Salam sukses luar biasa!
(8)
8. Bantuan Beasiswa DIPA, BAZIS DKI Jakarta, Yayasan Beasiswa Jakarta (YBJ), dan Yayasan Amanah Takaful Indonesia. Terima kasih atas bantuan materi demi kelancaran kebutuhan kuliah.
9. Semua pihak yang telah turut membantu tersusun skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Jakarta, Januari 2011
(9)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
D. Metodologi Penelitian ... 5
E. Tinjauan Pustaka ... 6
F. Sistematika Penulisan ... 7
BAB II KAJIAN TEORETIS A. Nilai dan Agama ... 9
B. Pengertian Novel... 11
C. Novel sebagai Bentuk Sastra... 14
D. Jenis-Jenis Novel... 15
E. Unsur-Unsur Intrinsik Novel... 19
F. Nilai-Nilai Agama... 29
BAB III PROFIL HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY A. Profil Habiburrahman El Shirazy... 42
B. Karya-Karya Habiburrahman El Shirazy ... 46
C. Sinopsis NovelAyat-Ayat Cinta... 47
D. Unsur Intrinsik NovelAyat-Ayat CintaKarya Habiburrahman El Shirazy... 48
(10)
BAB IV ANALISIS NILAI AGAMA DALAM NOVEL AYAT-AYAT
CINTAKARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY
A. Temuan Nilai Agama dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya
Habiburrahman El Shirazy... 57
B. Analisis Nilai Agama dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy... 58
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...100
B. Saran...100
DAFTAR PUSTAKA...101
LEMBAR UJI REFERENSI... 104 LAMPIRAN-LAMPIRAN
(11)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sastra Indonesia terus berkembang. Secara urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan: angkatan Pujangga Lama, Sastra Melayu Lama, Balai Pustaka, Pujangga Baru, 1945, 1950 1960an, 1966 -1970-an, 1980 - 1990-an, Reformasi, dan 2000-an. Tema karya sastra yang berkembang pun makin beragam. Tiap angkatan mempunyai ciri khas tersendiri. Ciri khas sastrawan angkatan 2000-an, cenderung mengangkat tema cinta, daerah, kosmopolitan, urban, dan agama. Sastrawan angkatan 2000-an di antaranya: Ayu Utami, Seno Gumira Ajidarma, Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda, Ahmad Nurullah, Ahmad Syubanuddin Alwy, Dewi Lestari, Raudal Tanjung Banua, Andrea Hirata, Ahmad Fuadi, Tosa, dan sastrawan yang berkembang dari Forum Lingkar Pena (FLP): Habiburrahman El Shirazy, Helvy Tiana Rosa, dan Asma Nadia.
Habiburrahman El Shirazy sebagai pemprakarsa berdirinya Forum Lingkar Pena (FLP) di Kairo. Muhamad Mubarok menyatakan bahwa FLP merupakan salah satu bentuk komunitas penulis yang bergerak intens dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah lewat karya tulis. Dalam jangka sepuluh tahun sejak masa berdirinya hingga sekarang, FLP telah mampu mencetak ribuan kader, yang bukan saja dikenal handal sebagai penulis, tetapi juga ulet sebagai dai. Demikian juga, karya-karya yang terjamin secara kualitas telah turut menghiasi deretan karya anak-anak negeri.1
Habiburrahman El Shirazy atau yang biasaKang Abikadalah penulis yang mempunyai ciri khas tersendiri dibandingkan penulis FLP yang lainnya. Ciri khas Kang Abik di antaranya: tema yang diangkat olehnya merupakan tema cinta yang bernuansa Islam (agama), Kang Abik selalu mengangkat budaya
1
Http://flppatiku.multiply.com/journal/item/4, Muhammad Mubarok, Sekilas tentang FLP,
(12)
Mesir, volume karyanya sangat panjang, serta selalu memberikan kejutan kepada pembaca.
Tema agama tidak hanya diangkat oleh Habiburrahman El Shirazy. Banyak sastrawan yang mengangkat tema agama dalam karyanya. Tema agama yang diangkat oleh Kristen protestan: Suparwata Wiraatmadja, Darmanto Jt., dan lain. Katolik: W.S. Rendra, Iwan Simatupang, dan lain-lain. Agama Islam: A.A. Navis, Buya Hamka, Djamil Suherman, Mohammad Diponegoro, Kunto Wijoyo, Ahmad Tohari, Danarto, Gus Mus, Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, dan lain sebagainya.
Salah satu karya terbaik Habiburrahman El Shirazy adalah Novel Ayat-Ayat Cinta. Novel ini sudah tiga puluh kali cetak ulang dengan tiras 500 ribu eksemplar. Novel ini adalah karya best seller dan telah meraih Pena Award Novel Terpuji Nasional 2005 dan telah meraih penghargaan The Most Favorite Book 2005. Setelah membaca novel ini, Ahmadun Yosi Herfanda, Sastrawan dan Redaktur Budaya Republika, berpendapat bahwa penulis novel ini berhasil menggambarkan latar (setting) sosial-budaya Timur Tengah dengan sangat hidup tanpa harus memakai istilah-istilah Arab. Bahasanya mengalir, karakterisasi tokoh-tokohnya yang begitu kuat, dan gambaran latarnya yang begitu hidup, membuat kisah dalam novel ini terasa benar-benar terjadi. Ini contoh novel karya penulis muda yang sangat bagus. Menurut Helvy Tiana Rosa, novelis dan mantan Ketua Umum Forum Lingkar Pena (FLP), novel ini tidak klise dan tidak terduga pada setiap babnya. Habiburrahman El Shirazy dengan sangat meyakinkan mengajak kita menyusuri lekuk Mesir yang eksotis itu, tanpa lelah. Tak sampai di situ Ayat-Ayat Cinta mengajak kita untuk lebih jernih, lebih cerdas dalam memahami cakrawala keislaman, kehidupan, dan juga cinta.
Salah satu jenis karya sastra yang menarik untuk dikaji adalah novel. Novel dapat dengan mudah mempengaruhi pembacanya dan isinya mudah dicerna atau dipahami. Banyak remaja yang menyukai novel, bahkan novel dapat meningkatkan keterampilan membaca bagi remaja. Remaja sangat
(13)
menyukai novel yang bertemakan tentang cinta. Novel ini dapat menyentuh perasaan pembaca.
Novel sebagai salah satu bentuk karya sastra dapat dengan bebas berbicara tentang kehidupan yang dialami oleh manusia dengan berbagai peraturan dan norma-norma dalam interaksinya dengan lingkungan sehingga dalam karya sastra (novel) terdapat makna tertentu tentang kehidupan. Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama interaksinya dengan diri sendiri, serta interaksinya dengan Tuhan.2 Kehidupan manusia tidak pernah luput dari suatu masalah. Tidak jarang manusia mengalami kekosongan jiwa, kekacauan berpikir, bahkan stress
karena tidak mampu mengatasi masalah yang dialaminya. Oleh karena itu, karya sastra dapat berperan untuk membantu sebagai pencerahan serta sebagai sarana pembelajaran sehingga dapat diambil manfaat dan pelajaran dalam kehidupan.
Selain itu, dewasa ini banyak masyarakat yang jauh dari sifat-sifat kemanusiaan, lupa terhadap kewajiban-kewajiban hidupnya, bersikap masa bodoh terhadap permasalahan yang terjadi di sekelilingnya maka melalui karya sastra (novel), diharapkan dapat digunakan untuk menyadarkan masyarakat (pembaca) untuk kembali pada jalan yang benar.
Tema pokok karangannya yang bermanfaat bagi penyempurnaan manusia, yaitu tema cinta dalam arti luas. Seperti terlihat dari judul novel, Ayat-Ayat Cinta (sebuah novel pembangun jiwa) maka tema novel ini tak hanya mengandung tema cinta manusia pada manusia semata, tetapi juga cinta manusia kepada Tuhan dan Rasul-Nya. Novel ini tersirat adanya pengertian cinta manusia kepada Tuhan yang diwujudkan dengan cara teguh menjaga keimanan berdasarkan petunjuk-Nya. Selain itu, tema cinta tersebut menyiratkan adanya pengertian cinta Tuhan kepada manusia yang diwujudkan dengan diberikannya cobaan kehidupan dan wahyu berupa petunjuk ayat-ayat Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.
2
Burhan Nurgiyantoro,Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
(14)
Perkembangan novel di Indonesia dari zaman dahulu sampai sekarang banyak yang bertemakan masalah-masalah yang berhubungan dengan keagamaan karena agama merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan. Berkaitan dengan hal ini, dalam novel Ayat-Ayat Cinta
digambarkan terutama tentang kehidupan tokoh utama yang sangat kuat imannya, selalu taat kepada aturan agama. Mengetahui bagaimana berinteraksi dengan sesama manusia, baik muslim maupun nonmuslim, muhrim, dan bukan muhrim. Permasalahan yang menarik untuk dikaji dalam penelitian ini adalah nilai agama yang terdapat dalam novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Peneliti membatasi penelitian ini pada masalah nilai agama dalam novel
Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy. 2. Perumusan Masalah
Bagaimana nilai agama dalam novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai agama dalam novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy.
2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoretis
Untuk menambah keilmuan dalam bidang ilmu Bahasa dan Sastra Indonesia.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan memperkaya
(15)
referensi keilmuan Bahasa dan Sastra Indonesia di Civitas Akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Metodologi Penelitian
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berlangsung mulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Januari 2011. Penelitian ini tidak terikat pada tempat tertentu karena bersifat penelitian kepustakaan.
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian. Penelitian kualitatif juga bisa dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.
Para peneliti yang menggunakan pendekatan ini harus mampu menginterpretasikan segala fenomena dan tujuan melalui sebuah penjelasan. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang penting untuk memahami suatu fenomena sosial dan perspektif individu yang diteliti. Tujuan pokoknya adalah menggambarkan, mempelajari, dan menjelaskan fenomena itu. Pemahaman fenomena ini dapat diperoleh dengan cara mendeskripsikan dan mengeksplorasikannya dalam sebuah narasi.3
3. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan teknik dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data melalui pengumpulan
3
Syamsuddin AR dan Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa,
(16)
dokumen-dokumen untuk memperkuat informasi. Teknik dokumentasi bisa disebut sebagai strategi yang digunakan dengan mengumpulkan data-data dari buku-buku, majalah, dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian.
Penulis dalam penelitian ini, meneliti buku-buku dan sumber lainnya (seperti internet, artikel, dan sebagainya) yang berkaitan dengan nilai agama dan novelAyat-Ayat Cintakarya Habiburrahman El Shirazy.
5. Langkah-Langkah Pengumpulan Data
Setelah mengumpulkan data-data dari hasil dokumentasi kemudian hasilnya diuraikan dan dijelaskan dalam deskripsi hasil penelitian. Untuk menganalisis data, penulis menggunakan pola pendekatan analisis deskriptif maka data-data yang terkumpul dari hasil dokumentasi dijabarkan dengan memberikan analisis-analisis kemudian diambil kesimpulan akhir.
Nyoman Kutha Ratna berpendapat bahwa metode analisis deskriptif
dapat dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta kemudian disusul dengan analisis. Secara etimologis deskripsi dan analisis berarti menguraikan. Meskipun demikian, analisis yang berasal dari bahasa Yunani, analyein (‘ana’ = atas, ‘lyein’ = lepas, urai), telah diberikan arti
tambahan, tidak semata-mata menguraikan melainkan juga memberikan penjelasan secukupnya.4
Pendekatan sastra yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif. Pendekatan ini menitikberatkan pada unsur-unsur intrinsik karya sastra yang terdiri atas: tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat. Permasalahan agama akan dibahas dalam alur, penokohan, dan gaya bahasa.
E. Tinjauan Pustaka
Memang banyak sekali penelitian yang mengangkat tentang novel khususnya tentang isi pesan yang disajikan. Dari tinjauan penulis, penelitian
4
Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Pustaka
(17)
seperti ini lebih banyak ditulis oleh mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK), Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI). Ada beberapa penelitian yang mengangkat tentang pesan dalam novel, misalnya
skripsi yang berjudul “Analisis Wacana Pesan Moral dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata,” yang ditulis oleh Siti Aminah, 104051001804. Namun, hal ini jelas berbeda, jika yang dilakukan saudari Siti Aminah adalah mengangkat pesan moral yang berkaitan dengan akhlak, budi pekerti, tingkah laku, dan lain-lain. Penulis dalam penelitian ini mengungkap nilai-nilai agama dalam novelAyat-Ayat Cinta.
Berbeda lagi yang dilakukan oleh saudari Zakiyah Fiddini, 10305102880,
yang menulis skripsi dengan judul “Analisis Isi Pesan Dakwah dalam novel di Atas Sajadah Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy”. Namun, hal ini jelas
berbeda, jika yang dilakukan saudari Fiddini adalah mengangkat pesan dakwah yang berkaitan dengan pesan akidah, pesan akhlak, dan pesan syariah serta subjek penelitiannya adalah novel di atas Sajadah Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy, sedangkan penulis mengangkat nilai agama yang berkaitan dengan akidah, syariah, dan akhlak. Dengan subjek penelitian adalah novelAyat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy.
Berdasarkan tinjauan tersebut, tampaknya masih memungkinkan bagi
penulis untuk menulis skripsi dengan judul “Nilai Agama dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy”.
Dalam penelitian mengenai Nilai Agama dalam Novel Ayat-Ayat Cinta
Karya Habiburrahman El Shirazy ini, penulis menggunakan referensi buku bacaan yang terkait dengan bahasan tersebut. Di antaranya: Novel Ayat-Ayat Cinta, Perihal Sastra dan Religiusitas, Berkenalan dengan Prosa Fiksi, Teori Pengkajian Fiksi, Ilmu, Filsafat, dan Agama, dan lain sebagainya.
F. Sistematika Tulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab, setiap bab memiliki subbahasan yaitu:
Bab I. Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.
(18)
Bab II. Kajian Teoretis, yang mengungkap Nilai dan Agama, Pengertian Novel, Novel sebagai Bentuk Karya Sastra, Jenis-Jenis Novel, dan Unsur Intrinsik Novel, dan Nilai-Nilai Agama.
Bab III. Menjelaskan Profil Habiburrahman El Shirazy dan Karya-Karyanya, yang terdiri dari Profil Habiburrahman El Shirazy, Karya-Karya Habiburrahman El Shirazy, Sinopsis Novel Ayat-Ayat Cinta, dan Unsur Intrinsik NovelAyat-Ayat Cinta.
Bab IV. Analisis Nilai Agama dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy, yaitu mengenai Temuan Nilai Agama dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy dan Analisis Nilai Agama dalam NovelAyat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy. Bab V. Penutup,yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran-Saran.
Bagian terakhir memuat Daftar Pustaka, Uji Referensi, dan Lampiran-Lampiran.
(19)
BAB II
KAJIAN TEORETIS
A. Nilai dan Agama 1. Pengertian Nilai
Menurut Desy Anwar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nilai
memiliki arti “harga” dalam arti tafsiran; harga sesuatu; harga sesuatu; angka kedalaman; kadar mutu dan banyak sedikitnya mutu.5 Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai, berarti sesuatu itu berharga atau berguna.6 Lebih lanjut Schwartz juga menjelaskan bahwa nilai adalah (1) suatu keyakinan, (2) berkaitan dengan cara bertingkah laku atau tujuan akhir tertentu, (3) melampaui situasi spesifik, (4) mengarahkan seleksi atau evaluasi terhadap tingkah laku, individu, dan kejadian-kejadian, serta (5) tersusun berdasarkan derajat kepentingannya.7
Nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan, atau prilaku.8 Nilai adalah sesuatu yang abstrak, tidak berupa barang kongkret. Nilai hanya bisa dipikirkan, dipahami, dan dihayati. Nilai berkaitan dengan cita-cita, keyakinan, harapan, dan hal-hal yang berkaitan dengan batiniah. Menilai berarti menimbang, mengukur, dan membandingkan, yakni kegiatan
5
Desy Anwar,Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru, (Surabaya: Amelia, 2003), cet. I,
h. 290. 6
Http://uzey.blogspot.com/2009/09/pengertian-nilai.html, Uzy Ibni Muhammad,Pengertian
Nilai,diakses pada hari Selasa, 26 Oktober 2010, pkl. 20.00 WIB. 7
Http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/nilai.html, Maria Antoinette, Belajar
Psikologi “Bukan Hanya untuk Anda”, diakses pada hari Selasa, 26 Oktober 2010. pkl. 20.10 WIB.
8
Zakiah Daradjat, dkk.,Dasar-Dasar Agama Islam,(Jakarta: PT Bulan Bintang, 1996), cet.
(20)
manusia menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain untuk mengambil suatu keputusan.9
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, terlihat kesamaan pemahaman tentang nilai, yaitu (1) suatu keyakinan, (2) berhubungan dengan cara bertingkah laku dan tujuan akhir tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku, tujuan akhir yang diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya.
2. Pengertian Agama
Menurut Desy Anwar, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama memiliki arti sistem, prinsip kepercayaan kepada Tuhan (dewa dan sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang telah bertalian dengan kepercayaan itu.10 Menurut Sutan Muhamad Zain, agama memiliki arti kepercayan kepada kesaktian, ruh nenek moyang, dewa, atau Tuhan.11
Menurut Vergilius Ferm, seorang ahli ilmu pengetahuan keagamaan dan perbandingan agama, agama adalah seperangkat makna dan kelakuan yang berasal dari individu-individu yang religius.12 Menurut Fachroeddin Alkahiri, kata bahasa berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri atas: a
dan gama. A, dalam bahasa Sansekerta memiliki arti tidak; gama, memiliki arti kocar-kacir, berantakan. Jadi kata “agama” ialah tidak kocar-kacir atau tidak berantakan. Agama memiliki arti teratur. Agama adalah satu peraturan yang mengatur keadaan manusia, mengenai sesuatu yang gaib, atau mengenai budi pekerti, pergaulan hidup bersama dan lainnya.13
9
Http://jalius12.wordpress.com/2010/10/01/pengertian-nilai/, Jalius H. R.,Pengertian Nilai,
diakses pada hari Selasa, 26 Oktober 2010, pkl. 20.30 WIB 10
Anwar,Op. Cit.,h. 18.
11
Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat, dan Agama,(Surabaya: PT Bina Ilmu, 1991),
Cet. IX, h. 123. 12
Ibid., 120. 13
(21)
Menurut Achmad Maulana, dalam Kamus Ilmiah Populer, agama memiliki arti keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan; akidah.14 Menurut Zakiah Daradjat, dkk., agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada nabi sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata serta mengatur hubungan dan bertanggung jawab kepada Allah, dirinya sendiri, manusia, masyarakat, serta alam sekitarnya.15 Agak berbeda pendapat yang dikemukakan oleh JB. Sudarmanto, agama adalah cara tertentu untuk menghayati kepercayaan akan Allah Swt.16 Sedangkan
Hamzah Ya’qub berpendapat bahwa agama mengajarkan manusia
mengenal Tuhannya atas dasar wahyu (kitab suci) yang kebenarannya dapat diuji dengan akal pikiran.17
Agama menunjukkan kepada kebaktian Tuhan.18 Biasanya agama dikaitkan dengan perasaan keagamaan. Perasaan keagamaan adalah segala perasaan batin yang ada hubungannya dengan Tuhan. Perasaan dosa, takut, dan memuji kebesaran Tuhan.19 Perasaan keagamaan merupakan salah satu faktor yang menentukan motivasi dan perilaku manusia. Komitmen agama merupakan faktor-faktor yang sangat mempengaruhi perilaku manusia, misalnya: di bidang politik, pendidikan, pemilihan teman hidup, dan lain sebagainya.20
Berdasarkan pengertian agama di atas, dapat disimpulkan bahwa agama adalah tata keimanan dan keyakinan kepada Allah Swt. Agama mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt, manusia lainnya, dan alam sekitarnya.
14
Achmad Maulana, dkk.,Kamus Ilmiah Populer,(Yogyakarta: Absolut, 2004), cet. II, h. 5.
15
Daradjat,Op. Cit., h. 58.
16
JB. Sudarmanto,Agama dan Ideologi, (Yogyakarta: Kanisius, 1987), cet. I, h. 15.
17
Hamzah Ya’qub, Filsafat Agama; Titik Temu Akal dengan Wahyu, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992), cet. I, h. 12.
18
Y.B. Mangunwijaya,Sastra dan Religiositas, (Yogyakarta: Kanisius, 1988), cet. I, h.12.
19
Subijantoro Atmosuwito, Perihal Sastra dan Religiusitas dalam Sastra, (Bandung: CV
Sinar Baru, 1989), h. 124. 20
Soerjono Soekanto, Sosiologi; Ruang Lingkup dan Aplikasinya. (Bandung: Remadja
(22)
B. Pengertian Novel
Banyak bentuk karya sastra seperti: esai, puisi, novel, cerita pendek, drama, dan novel. Karya–karya modern klasik dalam kesusastraan, kebanyakan juga berisi karya–karya novel. Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling populer di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya yang luas pada masyarakat. Novel yang baik, dibaca untuk penyempurnaan diri. Novel yang baik adalah novel yang isinya dapat memanusiakan para pembacanya.
Dalam Kamus Istilah Sastra, novel memiliki arti jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan yang menggelarkan kehidupan manusia atas dasar sudut pandang pengarang, mengandung nilai hidup dan diolah dengan teknik kisahan dan ragaan yang menjadi dasar konvensi penulisan.21 Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Sebutan novel dalam bahasa Inggris—dan inilah yang kemudian masuk ke Indonesia—
berasal dari bahasa Italianovella (yang dalam bahasa Jerman:novelle). Secara harfiah novella berarti ‘sebuah barang baru yang kecil’ kemudian diartikan sebagai ‘cerita pendek dalam bentuk prosa’. Dewasa ini, istilah novella dan
novellamengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesianovelette
(Inggris: novelette), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang namun tidak juga tidak terlalu pendek. Novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detil, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks.22
Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitikberatkan pada sisi-sisi
21
Abdul Rozak Zaidan, Anita K. Rustapa, dan Hani’ah, Kamus Istilah Sastra, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), cet. III, h. 136.
22
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
(23)
yang aneh dari naratif tersebut. Novel dalam bahasa Indonesia dibedakan dari roman. Sebuah roman alur ceritanya lebih kompleks dan jumlah pemeran atau tokoh cerita juga lebih banyak. Sebuah novel paling banyak dua-tiga orang pelaku penting termasuk seorang yang jadi pelaku utama.23
Novel juga memungkinkan adanya penyajian secara panjang lebar mengenai tempat (ruang) tertentu. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika posisi manusia dalam masyarakat menjadi pokok permasalahan yang selalu menarik perhatian para novelis. Masyarakat memiliki dimensi ruang dan waktu. Sebuah masyarakat jelas berhubungan dengan dimensi tempat, tetapi peranan seseorang (baca: tokoh) dalam masyarakat berubah dan berkembang dalam waktu karena panjangnya novel memungkinkan untuk itu.24
Novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta dengan adegan nyata representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang kacau atau kusut. Pengertian novel dalam pandangan H.B. Jassin, menyebutkan bahwa novel sebagai karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang-orang. Menurut Sumardjo dan Saini, istilah novel sama dengan istilah roman, kata novel berasal dari bahasa Italia dan berkembang di Inggris dan Amerika Serikat. Roman dan novel mempunyai perbedaan yakni bentuk novel lebih pendek dibanding dengan roman, tetapi ukuran luasnya unsur cerita hampir sama.25
Banyak sastrawan yang yang memberikan batasan atau definisi novel. Batasan atau definisi yang mereka berikan berbeda-beda karena sudut pandang
23
Putu Arya Tirtawirya, Apresiasi Puisi dan Prosa, (Ende-Flores: Nusa Indah 1983), cet.
IV, h. 102. 24
Suminto A. Sayuti, Berkenalan dengan Prosa Fiksi, (Yogyakarta: Gama Media, 2000),
cet. I, h. 11. 25
Http://teguhwirwan.blogdetik.com/2009/07/19/kajian-unsur-psikologi-novel-%E2%80%9Colenka%E2%80%9D-karya-budi-darma-dan-rencana-pembelajarannya-di-sma/,
Teguh Wirwan, Proses Aktualisasi Diri Tokoh Amid dalam Novel Lingkar Tanah Air Karya
Ahmad Tohari; sebuah Pendekatan Psikologi Sastra,diakses pada hari Selasa, 26 Oktober 2010, pkl. 21.10.
(24)
yang mereka pergunakan juga berbeda-beda. Definisi–definisi itu antara lain adalah sebagai berikut26 :
1. Menurut Drs. Jakob Sumardjo, novel adalah bentuk sastra yang paling populer di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya komunitasnya yang luas pada masyarakat. 2. Menurut Dr. Nurhadi, Dr. Dawud, Dra. Yuni Pratiwi, M.Pd, dan Dra.
Abdul Roni, M.Pd, novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya, sosial, moral, dan pendidikan.
3. Menurut Drs. Rostamaji, M.Pd., dan Agus priantoro, S.Pd, novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu: unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang kedua saling berhubungan karena sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra.
4. Menurut Paulus Tukam, S.Pd., novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur-unsur intrinsik.
Jadi, dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa novel adalah karangan prosa yang menggambarkan kehidupan manusia yang menyebabkan perubahan sikap pelakunya, alur cerita novel biasanya mengisahkan kehidupan nyata yang diperoleh dari hasil manifestasi atau pengalaman pengalaman secara tidak langsung memberi suguhan pesan. Baik itu pesan moral, sosial, maupun keagamaan.
C. Novel sebagai Bentuk Sastra
Buku yang pada kulitnya tertulis kata novel atau roman, kumpulan cerpen, kumpulan drama, atau kumpulan puisi maka buku-buku tersebut digolongkan ke dalam bentuk sastra. Sastra lahir karena adanya kegiatan manusia dari kegiatan tersebut diolah dengan bahasa sastrawan masing-masing. Sastra adalah hasil ciptaan atau kreasi yang objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya serta mempunyai keindahan baik isi maupun ungkapannya.
26
Http://sobatbaru.blogspot.com/2008/04/pengertian-novel.html, Arianto Samdi,Pengertian
(25)
Katasastraberasal dari bahasa sansekerta. Artinya, ‘tulisan’. Katasastra
mendapat kehormatan su- yang bermakna ‘baik’ atau ‘indah’. Dengan
demikian, susastra berarti ‘tulisan yang baik’ atau ‘tulisan yang indah’.
Selanjutnya, kata susastra mendapat konfiks ke-an menjadi kesusastraan.
Konfiks ke-an bermakna ‘hal’. Jadi, kesusastraan dapat diartikan ‘hal tulisan yang indah’ atau ‘tentang tulisan yang indah’.
Dalam pemakaian bahasa sehari-hari, kata susastra jarang dipakai. Sebagai gantinya, digunakan kata sastra saja. Artinya pun berubah, mengalami
penyempitan makna. Arti semula ‘tulisan yang indah’ sekarang berarti ‘karya sastra’, yaitu hasil karangan sastrawan.27 Menurut Usman Effendy definisi sastra adalah ciptaan manusia dalam bentuk bahasa lisan maupun tulisan yang dapat menimbulkan rasa bagus. Jadi, karangan yang bersifat buku pelajaran atau bersifat laporan tidaklah termasuk dalam kesusastraan karena tidak menimbulkan rasa bagus dan rasa indah.28
Sastra ialah karya tulis. Jika dibandingkan dengan karya tulis yang lain, memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, serta keindahan dalam isi dan ungkapannya.29 Sastra bukanlah nama dari sesuatu yang sederhana, tetapi merupakan sesuatu yang dapat mencakup sejumlah kegiatan. Berbagai kegiatan manusia merupakan objek penulisan sastra.
D. Jenis-Jenis Novel
Novel dilihat dari segi mutu dibedakan atas novel literer (serius) dan novel populer. Berikut ini beberapa pengertian jenis novel:
1. Novel Populer
Novel populer merupakan jenis sastra populer yang menyuguhkan problema kehidupan yang berkisar pada cinta asmara yang bertujuan menghibur. Sastra populer dikategorikan sebagai sastra hiburan dan
27
Asul Wiyanto, Kesusastraan Sekolah, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia,
2005), h. 1. 28
J.S. Badudu, Sari Kesusastraan Indonesia, (Bandung: CV Pustaka Prima, 1984), cet.
XXXIV, h. 5. 29
Dendy Sugono, dkk.,Buku Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2003), h.
(26)
komersial.30 Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya. Khususnya pembaca di kalangan remaja. Ia menampilkan masalah-masalah yang aktual dan selalu menzaman namun hanya sampai pada tingkat permukaan. Novel populer tidak menampilkan permasalahan kehidupan secara intens, tidak berusaha meresapi hakikat kehidupan.
Novel populer lebih mudah dibaca dan lebih mudah dinikmati karena ia memang semata-mata menyampaikan cerita. Ia “tidak berpretensi”
mengejar efek estetis melainkan memberikan hiburan langsung dari aksi ceritanya. Masalah yang diceritakan pun yang ringan-ringan, tetapi aktual
dan menarik, yang terlihat hanya masalah “itu-itu” saja: cinta asmara
dengan model kehidupan yang berbau mewah. Novel populer lebih mudah dibaca dan lebih mengejar selera pembaca, komersial, ia tak akan menceritakan sesuatu yang bersifat serius sebab hal itu dapat berarti akan berkurangnya jumlah penggemarnya.31
Jenis novel populer misalnya Cintaku di Kampus Biru, Karmila, Lupus, Ali Topan Anak Jalanan, novel karya Mira W., La Rose, dll. Novel-novel populer Indonesia mempunyai ciri-ciri32:
a. Temanya cinta asmara, dengan tokoh cerita wanita-wanita muda yang
cantik. Pemilihan tema boleh dikatakan “konservatif” tanpa terlalu
banyak penjelajahan bagi pengembangan tema dan pengembangan karakter dari tokoh protagonisnya.
b. Meskipun utuh alurnya datar dan sering mengabaikan karakterisasi tokoh sehingga terasa dangkal.
c. Menggunakan bahasa yang aktual, lincah, dan gaya cerita yang sentimental. Banyak novelis muda sekarang memakai bahasa anak muda dengan segala rahasia mereka.
30
Ibid.,h. 43. 31
Nurgiyantoro,Op. Cit., h. 18—19.
32
Widjojoko dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia (Bandung: UPI
(27)
d. Bertujuan hiburan sehingga cerita yang disuguhkan mengasyikkan, ringan, namun tetap memiliki ketegangan, penuh aksi, warna, dan humor.
e. Punya pembaca massal karena sifat komersial dan komunikatifnya.
2. Novel Literer (Serius)
Novel literer adalah novel bermutu sastra atau disebut juga novel serius. Novel literer menyajikan persoalan-persoalan kehidupan manusia secara serius. Novel serius di samping memberikan hiburan juga terimplisit tujuan memberikan pengalaman yang berharga kepada pembaca atau paling tidak, mengajaknya untuk meresapi dan merenungkan secara lebih sungguh-sungguh tentang permasalahan yang dikemukakan.33 Novel serius tidak bersifat mengabdi kepada selera pembaca dan memang pembaca novel ini tidak mungkin banyak. Hal itu tidak perlu dirisaukan benar (walau tentu saja hal itu tetap saja memprihatinkan).34
Contoh novel literer: Harimau-Harimau (karya Muchtar Lubis),
Pada Sebuah Kapal (N.H. Dini), Telegram dan Stasiun (Putu Wijaya),
Merahnya Merah (Iwan Simatupang), dll. Adapun ciri-ciri novel literer:
a. Temanya mengetengahkan persoalan kehidupan manusia yang universal, seperti persoalan-persoalan, kejadian-kejadian dalam kehidupan manusia yang serius, berat, kejadian-kejadian itu dialami, sudah dialami, akan dialami manusia kapan saja dan di mana saja. b. Pengarapan masalah cerita bukan sekedar permukaan, tetapi lebih jauh
lagi mendalam hakikat kehidupan dan memahaminya. Hal ini diungkapkan karena kematangan pribadi pengarangnya sebagai intelektual yang kaya dengan ide-ide, gagasan, moral, dan petuah-petuah mengenai kehidupan.
33
Nurgiyantoro,Op. Cit., h. 19.
34
(28)
c. Isi cerita penuh inovasi, segar, dan baru. Sastra adalah penafsiran hidup yang jitu, merekam alam kehidupan dan menyajikan kembali dengan serba kemungkinan
d. Bahasanya bahasa standar dan terpelihara, banyak inovasi, dan gaya bahasanya menarik.
e. Mementingkan tema, karakteristik, plot, dan unsur-unsur cerita lainnya dalam membangun cerita.
f. Novel ini kurang dibaca secara massal, tetapi pembaca yang menikmatinya dengan serius dan berhasil dengan protagonis maka ia akan kaya dengan pengalaman hidup baru, pengetahuan baru, dan pandangan hidup baru sehingga pembaca akan semakin arif dalam kehidupan.
3. Novel Picisan
Novel picisan isinya cenderung mengeksploitasi selera dengan suguhan cerita yang mengisahkan cinta asmara yang menjurus ke pornografi. Novel ini mempunyai ciri-ciri bertemakan cinta asmara yang berselera rendah, alurnya datar, jalan ceritanya ringan dan mudah diikuti pembaca, menggunakan bahasa yang aktual, bertujuan komersial.
4. Novel Absurd
Novel absurd merupakan sejenis fiksi yang ceritanya menyimpang dari logika biasa, irrasional, realitas bercampur angan-angan, mimpi, dan surrealisme. Tokoh-tokoh ceritanya “anti tokoh” seperti orang mati bisa
hidup kembali, mayat dapat berbicara, dll. 5. Novel Horor
Novel horor merupakan cerita yang melukiskan kejadian-kejadian yang bersifat horor, seperti drakula penghisap darah, hantu-hantu yang gentayangan, kuburan keramat, dan berbagai keajaiban supranatural yang berbaur dengan kekerasan, kekejaman, kekacauan, dan kematian.35
Jenis-jenis novel dapat dibedakan menjadi novel populer, novel literer, novel picisan, novel absurd, dan novel horor. Novel Ayat-Ayat
35
(29)
Cinta termasuk dalam jenis novel populer karena bertemakan cinta asmara, mempunyai alur yang datar dengan karakterisasi yang hitam putih, menggunakan bahasa yang aktual, lincah, dan gaya cerita yang sentimental, bertujuan menghibur, dan mempunyai pembaca yang komersial.
F. Unsur Intrinsik Novel
Novel memiliki unsur-unsur pembangun yang menyebabkan karya sastra itu hadir sebagai karya sastra. Unsur itu adalah unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir, sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita.36
Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra namun tidak menjadi bagian di dalamnya. Yang termasuk unsur ekstrinsik, antara lain: pendidikan pengarang, agama pengarang, pandangan hidup pengarang, latar belakang budaya dan bahasa pengarang, dan keadaan masyarakat pada waktu sastra itu ditulis. Pada pembahasan ini penulis tidak akan membicarakan unsur ekstrinsik secara luas. Unsur intrinsik novel seperti berikut:
1. Tema
Menurut Suminto A. Sayuti, tema adalah makna cerita, gagasan sentral, atau dasar cerita. Istilah tema sering disamakan dengan topik, padahal kedua istilah ini memiliki pengertian yang berbeda. Topik dalam suatu karya adalah pokok pembicaraan, sedangkan tema merupakan
36
(30)
gagasan sentral, yakni sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam dan melalui karya fiksi.37
Menurut Freir dan Lazarus, tema dinyatakan secara tidak terus terang, meskipun ada dan dirasakan oleh pembaca, serta tema tidak lain daripada ide pokok, ide sentral atau ide yang dominan dari karya sastra. Menurut Anglo Saxon, tema mewakili pemikiran pusat, pemikiran dasar, atau tujuan utama penulisan suatu hasil karya.38
Tema adalah masalah yang menjadi pokok pembicaraan atau yang menjadi inti topik dalam suatu pembahasan. Tema dapat juga berupa makna atau gagasan yang mendasari karya sastra. Ada tiga cara untuk menentukan tema, yaitu39:
a. Melihat persoalan mana yang paling menonjol.
b. Menentukan persoalan mana yang paling banyak menimbulkan konflik, yakni konflik yang melahirkan peristiwa.
c. Dengan cara menghitung waktu penceritaan, yaitu waktu yang diperlukan untuk menceritakan peristiwa atau tokoh-tokoh di dalam sebuah karya sastra sehubungan dengan persoalan yang bersangkutan. 2. Alur
Pengertian alur sering disamakan dengan jalan cerita. Dua istilah ini berbeda dan mempunyai makna yang berbeda. Pengertian alur sebagai rangkaian peristiwa yang membangun cerita, dipahami sama seperti jalan cerita yang terdiri atas rangkaian peristiwa. Jika Alur selalu didasari oleh adanya hubungan sebab-akibat maka jalan cerita hanya berupa rangkaian peristiwa saja. Dengan demikian, perbedaan asasi antara alur dan jalan cerita terletak pada ada tidaknya hubungan sebab akibat.40
37
Sayuti,Op. Cit.,h. 187.
38
Made Sukada,Pembinaan Kritik Sastra Indonesia,(Bandung: Angkasa, 2005), h. 70.
39
S. R. H. Sitanggang, Joko Adi Sasmito, dan Maini Trisna Jayawati, Religiusitas dalam
Tiga Novel Modern: Kemarau, Khotbah di Atas Bukit, dan Kubah,(Jakarta: Pusat Bahasa, 2003), h. 8.
40
Maman S. Mahayana,9 Jawaban Sastra Indonesia,(Jakarta: Bening Publishing, 2005), h.
(31)
Alur adalah struktur yang berwujud jalinan peristiwa di dalam karya sastra yang memperlihatkan kepaduan tertentu yang diwujudkan antara lain oleh hubungan sebab akibat, tokoh, tema, atau ketiganya.41 Pada umumnya alur cerita rekaan terdiri dari: alur buka, yaitu situasi mulai terbentang sebagai suatu kondisi permulaan yang akan dilanjutkan dengan kondisi berikutnya. Alur tengah, yaitu kondisi mulai bergerak kearah kondisi yang mulai memuncak. Alur puncak, yaitu kondisi mencapai titik puncak sebagai klimaks peristiwa, serta alur tutup, yaitu kondisi memuncak sebelumnya mulai menampakkan pemecahan atau penyelesaian.42 Fungsi alur adalah membawa pembaca kearah maju dalam memahami cerita, sekalipun sesungguhnya tidak semua detail dapat diketahuinya dan alur menyediakan tahap atau peluang bagi penulis untuk meletakkan sesuatu yang dikehendakinya untuk diperlihatkan.43
Alur adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun secara logis. Alur dibangun oleh beberapa peristiwa. Unsur-unsur alur ialah:
a. Perkenalan b. Pertikaian c. Perumitan d. Klimaks/puncak e. Peleraian
f. Akhir
Unsur-unsur alur ini tidak selalu urutannya bersusun seperti itu, tetapi ada yang dari tengah terlebih dahulu, lalu kembali ke peristiwa awal, kemudian berakhir. Ada pula yang dari akhir terus menuju ke tengah kemudian sampai ke awal. Karena kedudukan unsur inilah maka ada yang disebut alur maju, alur mundur, dan alur maju dan mundur.
Berdasarkan kualitas hubungan tiap unsur alur maka ada alur longgar dan alur erat. Yang dimaksud alur longgar adalah jika sebagian
41
Bambang Trimansyah,Cerita Anak Kontemporer,(Yogyakarta: Nuansa, 1999), h. 41.
42
M. Atar Semi,Anatomi Sastra,(Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 44.
43
(32)
peristiwanya kita lepaskan (tidak dibaca) tidak mengganggu keutuhan ceritanya, sedangkan alur erat, bila sebagian ceritanya kita tinggalkan akan mengganggu keutuhan cerita.44
3. Latar
Latar adalah waktu yang menunjukkan kapan sebuah cerita terjadi dan tempat di mana cerita itu terjadi. Secara garis besar latar fiksi dapat dikategorikan sebagai berikut: latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat menyangkut deskripsi tempat suatu peristiwa cerita terjadi. Latar waktu mengacu pada saat terjadinya peristiwa, dalam plot secara historis. Latar sosial merupakan lukisan status yang menunjukkan hakikat seseorang atau beberapa orang tokoh dalam masyarakat yang ada di sekelilingnya.45
Menurut Asul Wiyanto, latar adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita. Jadi latar mencakupi tiga hal, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar suasana.46
a. Latar Tempat
Latar tempat adalah tempat peristiwa itu terjadi. Sebuah peristiwa bisa saja terjadi di halaman rumah, di stasiun, di tepi sungai, dll.
b. Latar Waktu
Latar waktu adalah kapan peristiwa itu terjadi. Sebuah peristiwa bisa saja terjadi pada masa sepuluh tahun yang lalu, zaman Majapahit, zaman revolusi fisik, atau zaman sekarang. Bisa juga pagi, siang, sore, atau malam hari.
c. Latar suasana
Peristiwa itu terjadi dalam suasana apa. Suasana ada dua macam, yaitu suasana batin dan suasana lahir. Yang termasuk suasana batin, yaitu perasaan bahagia, sedih, tegang, cemas, marah, dan sebagainya yang dialami para pelaku. Sementara yang termasuk suasana lahir ialah sepi
44
Widjojoko, Op. Cit.,h. 46.
45
Sayuti,Op. Cit.,h. 127.
46
(33)
(tak ada gerak), sunyi (tak ada suara), senyap (tak ada suara), senyap (tak ada suara dan gerak), romantis, hiruk-pikuk, dan lain-lain.
Menurut Hudson, latar terdiri atas: latar sosial dan latar fisik/material. Latar sosial adalah tingkah laku, tata krama, adat istiadat, pandangan hidup, penggambaran keadaan masyarakat, kelompok sosial, sikapnya, bahasa, dan lain-lain yang melatari peristiwa, sedangkan latar fisik/material adalah lukisan latar belakang alam atau lingkungan seperti bangunan dan daerah.47
4. Penokohan
Tokoh dan perwatakan tokoh mestinya suatu struktur pula. Ia memiliki fisik dan mental yang secara bersama-sama membentuk suatu totalitas perilaku yang bersangkutan. Tokoh cerita biasanya mengemban suatu perwatakan tertentu yang diberi bentuk dan isi oleh pengarang. Perwatakan dapat diperoleh dengan memberi gambaran mengenai tindak-tanduk, ucapan, kebiasaan, dan sebagainya.48
Wellek membedakan dua macam penokohan, yaitu penokohan
“datar” dan penokohan “bulat”. Dikatakan tokoh datar jika watak tokoh
dilukiskan tetap, tidak berubah-ubah sejak awal hingga akhir cerita. Sebaliknya, tokoh bulat mengalami perubahan watak secara menonjol. Berdasarkan peranannya, tokoh dapat dibedakan atas tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama memegang peranan utama; dia diceritakan sejak awal hingga akhir cerita. Tokoh tambahan lebih berperan sebagai pembantu untuk memperjelas peranan dan watak tokoh utama.49
Tokoh juga dapat dibedakan menjadi tokoh utama, protagonis, antagonis, tritagonis, dan tokoh pembantu.
a. Tokoh utama (protagonis)
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritanya dalam sebuah novel. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan,
47
Sitanggang,Op. Cit., h. 7.
48
Semi,Op. Cit.,h. 36—37.
49
(34)
baik sebagai pelaku kejadian, maupun yang dikenai kejadian, termasuk konflik sehingga tokoh tersebut mempengaruhi perkembangan plot.50 b. Tokoh Antagonis
Yaitu tokoh yang menimbulkan konflik terhadap tokoh utama (protagonis).
c. Tokoh Tritagonis
Yaitu tokoh menjadi penengah antara pelaku protagonis dan antagonis. d. Tokoh pembantu atau tambahan
Yaitu pelaku bertugas membantu pelaku utama dalam rangkaian mata rantai cerita pelaku pembantu, mungkin berperan sebagai pahlawan, mungkin juga sebagai penenang atau sebagai penegah jika terjadi konflik.
Uraian mengenai cara menggambarkan karakterisasi ini yang agak terperinci diberikan oleh M. Saleh Saad, yang dapat diuraikan pokok-pokoknya di sini sebagai berikut51:
a. Cara analitik, pengarang dengan kisahnya dapat menjelaskan karakterisasi seorang tokoh.
b. Cara dramatik, menggambarkan apa dan siapanya tokoh itu tidak secara langsung, tetapi melalui hal-hal lain:
1) menggambarkan tempat atau lingkungan sang tokoh
2) cakapan (percakapan) antara tokoh dengan tokoh lain atau percakapan tokoh-tokoh lain tentang dia
3) pikiran sang tokoh atau pendapat tokoh-tokoh lain atau dia 4) perbuatan sang tokoh
c. Cara analitik yang panjang ditutup dengan dua-tiga kalimat cara dramatik dan cara dramatik yang panjang ditutup dengan dua-tiga kalimat cara analitik.
50
Nurgiyantoro,Op. Cit.,h. 176.
51
(35)
5. Sudut Pandang
Sudut pandang dalam narasi (cerita) itu menyatakan bagaimana fungsi seorang pengisah (narrator) dalam sebuah narasi, apakah ia mengambil bagian langsung dalam seluruh rangkaian kejadian atau sebagai pengamat terhadap objek dari seluruh aksi atau tindak-tanduk dalam narasi.52 Sudut pandang atau titik kisah adalah posisi pencerita (pengarang) tehadap kisah yang diceritakannya.53
Sudut pandang terdiri atas :
a. Sudut Pandang Orang Ketiga “Diaan”
Sudut pandang ketiga “dia” digunakan dalam pengisahan cerita dengan gaya “dia”. Narator atau pencerita adalah seseorang yang menampilkan
tokoh-tokoh cerita yang menyebut nama, misalnya John, Mary, dan sebagainya atau penggunaan kata ganti seperti: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama kerap atau terus menerus disebut dan sebagai variasi, pengarang menggunakan kata ganti. Sudut pandang orang ketiga terdiri atas:
1) Teknik Pencerita “Diaan” Mahatahu
Teknik pencerita “diaan” maha tahu yakni pencerita yang
berada di luar cerita yang melaporkan peristiwa-peristiwa yang dialami para tokoh dari sudut pandang dia. Pencerita mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak dan menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita, berpindah-pindah dari satu tokoh ke tokoh lainnya, menceritakan atau menyembunyikan ucapan dan tindakan tokoh. Bahkan, pencerita mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, pandangan, dan motivasi tokoh secara jelas seperti halnya ucapan dan tindakan nyata.
52
Gorys Keraf,Argumentasi dan Narasi,(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004), cet.
XV, h. 191. 53
(36)
2) Teknik Pencerita “Diaan” Terbatas
Sudut pandang yang menggunakan teknik pencerita “diaan” terbatas , “dia” berfungsi sebagai pengamat, yaitu pencerita berada di luar cerita dan biasanya ia mengetahui segala sesuatu tentang diriseorang tokoh saja—baik tindakan dan batin si tokoh tersebut. Selanjutnya teknik ini menyajikan kepada pembaca pengamatan-pengamatan luar yang berpengaruh terhadap pikiran, ingatan, dan perasaan yang membentuk kesadaran total pengamatan. Dengan demikian, sudut pandang cerita menjadi objektif. Pengarang tidak mengganggu dengan memberikan komentar dan penilaian yang bersifat subjektif terhadap peristiwa, tindakan tokoh-tokoh yang diceritakan. Ia hanya berlaku sebagai pengamat, melaporkan segala sesuatu yang dialami dan dijalani oleh seorang tokoh.
b. Sudut Pandang Orang Pertama “Akuan”
Sudut pandang orang pertama “aku” terdiri atas: “aku” tokoh
utama yaitu pencerita yang ikut berperan sebagai tokoh utama,
melaporkan cerita dari sudut pandang “aku” dan menjadi fokus atau pusat cerita dan “aku” tokoh tambahan, yaitu pencerita yang tidak ikut
berperan dalam cerita, hadir sebagai tokoh tambahan yang aktif sebagai pendengar atau penonton dan hanya untuk melaporkan cerita
kepada pembaca dari sudut pandang “saya”.
Sudut pandang orang pertama “aku” terbagi atas: pertama, “aku”
tokoh utama, yaitu pencerita yang ikut berperan sebagai tokoh utama, melaporkan cerita dari sudut pandang “aku” dan menjadi fokus atau pusat cerita. Kedua, “aku” tokoh tambahan, yaitu pencerita yang tidak
turut serta berperan dalam cerita, hadir sebagai tokoh tambahan yang aktif sebagai pendengar atau penonton dan hanya untuk melaporkan cerita kepadapembaca dari sudut pandang “aku”.
(37)
Teknik pencerita “akuan” sertaan digunakan bila pencerita
berlaku sebagai tokoh yang terlibat langsung dengan
kejadian-kejadian dalam cerita. Teknik pencerita “akuan” sertaan adalah
apabila cerita disampaikan oleh seorang tokoh dengan
menggunakan “aku”. Salah seorang tokoh dalam cerita berkisah
dengan mengacu pada dirinya dengan kata ganti orang pertama
“aku” dan ia berperan dalam pengisahan.
Bila pencerita “akuan sertaan” menggunakan “aku” sebagai tokoh utama, ia menceritakan segala-galanya mengenai dirinya, pengalaman, pandangan, keyakinan, dan lain-lain. Nuansanya lebih subjektif dan pembaca seakan-akan dibawa oleh si pencerita mengikuti apa yang dialaminya dan apa yang diyakininya. Pembaca kerap bertanya-tanya apakah semua ini merupakan ide/gagasan si pengarang.
2) Teknik Pencerita “Akuan” Tak Sertaan
Teknik pencerita “akuan” tak sertaan digunakan bila pencerita
tidak terlibat langsung dalam cerita walaupun ia berada di dalamnya.
3) Teknik pencerita “Aku” tokoh utama dan “Aku” tokoh tambahan Teknik pencerita “aku” tokoh utama menceritakan berbagai
peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya secara fisik dan batiniah serta hubungannya dengan segala sesuatu di luar dirinya. Pada teknik pencerita “aku” tokoh tambahan, si pencerita atau “aku” menampilkan kepada pembaca tokoh lain yang dibiarkannya
bercerita tentang dirinya. Si pencerita inilah yang menjadi tokoh utama dengan menampilkan berbagai pengalaman, peristiwa, lakuan, dan hubungannya dengan tokoh lain.
c. Sudut Pandang Campuran
Sudut pandang campuran terdapat dalam sebuah novel apabila si pengarang menggunakan lebih dari satu teknik pencerita. Pengarang berjalan berganti-ganti dari satu teknik ke teknik lainnya. Misalnya
(38)
penggunaan sudut pandang persona ketiga dengan teknik “dia” mahatahu dan “dia” sebagai pengamat, persona pertama dengan teknik ”aku” sebagai tokoh utama dan “aku” sebagai tokoh tambahan atau
sebagai saksi.54
6. Gaya Bahasa
Dilihat dari segi bahasa, gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa.55 Gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Secara singkat penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu. Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur berikut: kejujuran, sopan-santun, dan menarik.56
Gaya bahasa adalah cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan. Dengan cara yang khas itu kalimat-kalimat yang dihasilkannya menjadi hidup. Karena itu, gaya bahasa dapat menimbulkan reaksi tertentu dan dapat menimbulkan tanggapan pikiran pembaca. Semuanya itu menyebabkan karya sastra menjadi indah dan bernilai seni.57
Gaya bahasa mencakup diksi atau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas, citraan, pola rima, matra, yang digunakan seorang sastrawan atau yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Kita dapat menduga siapa pengarang sebuah karya sastra karena kita menemukan ciri-ciri
54
Albertine Minderop,Metode Karakterisasi Telaah Fiksi,(Jakarta: Yayasan Obor Jakarta,
2005), cet I, h. 96—112.
55
Gorys Keraf,Diksi dan Gaya Bahasa,(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), cet.
XIX, h. 113. 56
Henry Guntur Tarigan,Pengajaran Gaya Bahasa, (Bandung: Angkasa, 2009), cet. I, h.
4—5.
57
(39)
penggunaan bahasa yang khas, kecenderungannya untuk secara konsisten menggunakan struktur tertentu, gaya bahasa pribadi seseorang.58
7. Amanat
Amanat adalah unsur pendidikan, terutama pendidikan moral yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca lewat karya sastra yang ditulisnya. Unsur pendidikan ini tentu saja tidak disampaikan secara langsung. Pembaca karya sastra baru dapat mengetahui unsur pendidikannya setelah membaca seluruhnya.59 Amanat adalah pesan tersurat atau tersirat yang didapat oleh pembaca dari karya sastra yang ditulis oleh pengarang tersebut.
Jadi, Unsur intrinsik novel terdiri atas: tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat.
G. Nilai-Nilai Agama
Ajaran Islam merupakan ajaran yang sempurna, lengkap, dan universal terangkum dalam tiga hal pokok: akidah, syariaat, dan akhlak. Begitupun penulis membagi nilai-nilai agama berdasarkan tiga pokok agama tersebut. 1. Akidah
Akidah menurut bahasa artinya: simpulan atau ikatan. Secara terminologis diartikan sebagai kepercayaan dan keyakinan. Adapun yang dimaksud dengan Akidah Islam ialah perkara yang dipercayai dan diyakini kebenarannya dalam Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.60
Akidah adalah bentuk jamak dari kata Aqaid, adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun dengan keragu-raguan. Akidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara mudah oleh manusia berdasarkan akal, wahyu (yang didengar), dan fitrah.
58
Panuti Sudjiman,Bunga Rampai Stilistika,(Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1993), cet.
I, h. 13—14.
59
Wiyanto,Op. Cit., h. 84.
60
Hamzah Ya’qub,Pemurnian Aqidah dan Syariah Islam,(Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya,
(40)
Kebenaran itu dipatrikan dalam hati dan ditolak oleh segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.61
Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 177:
Artinya: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta dan memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.”(Q.S. Al-Baqarah: 177)
Penjelasan ruang lingkup pembahasan akidah termasuk dalam rukun iman, yaitu:
a. Iman kepada Allah Swt
Pengertian iman kepada Allah ialah:
1) Membenarkan dengan yakin akan adanya Allah
2) Membenarkan dengan yakin keesan-Nya, baik dalam perbuatan-Nya menciptakan alam, makhluk seluruhnya, maupun dalam menerima ibadah seluruh makhluknya.
61
Http://muslimcianjur.blogspot.com/2007/04/aqidah-syariah-dan-akhlak-dalam-islam.html,
Ginan Nuruzaman Asidiqi, Muslim Sejati: Dunia Ibarat Neraka, Hidup bagai Layang-Layang,
(41)
3) Membenarkan dengan yakin, bahwa Allah bersifat dengan segala sifat sempurna, suci dari sifat kekurangan yang suci pula dari menyerupai segala yang baru (makhluk).
Allah adalah Tuhan yang Maha Esa. Segala sesuatu yang mengenai Tuhan disebut ketuhanan. Dengan demikian, setelah kita mengimani Allah, kita harus membenarkan segala perbuatan dengan beribadah kepada-Nya, melaksanakan segala perintah-Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya.
b. Iman kepada Malaikat
Beriman kepada malaikat ialah mempercayai bahwa Allah
mempunyai makhluk yang dinamai “malaikat” yang tidak pernah
durhaka kepada Allah, yang senantiasa melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan secermat-cermatnya. Lebih tegas, iman kepada malaikat ialah beritikad adanya malaikat yang menjadi perantara antara Allah dengan Nya, yang membawa wahyu kepada rasul-rasul-Nya. Malaikat selalu memperhambakan diri kepada Allah dan patuh akan segala perintah-Nya, serta tidak pernah berbuat maksiat dan durhaka kepada Allah Swt.
Mengenai nama-nama dan tugas para malaikat tidak bisa diperkirakan sesama mereka juga ada perbedaan dan tingkatan-tingkatan, baik dalam kejadian maupun dalam tugas, pangkat, dan kedudukannya baik yang berada dan tugas di alam ruh maupun ada yang bertugas di dunia.
Di antara nama-nama dan tugas malaikat adalah:
1) Malaikat Jibril, bertugas menyampaikan wahyu kepada nabi-nabi dan rasul.
2) Malaikat Mikail, bertugas mengatur hal-hal yang berhubungan dengan alam seperti melepaskan angin, menurunkan hujan, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.
3) Malaikat Israfil, bertugas meniup terompet di hari kiamat dan hari kebangkitan nanti.
(42)
4) Malaikat Izrail (malaikal maut) bertugas mencabut nyawa manusia dan makhluk hidup lainnya.
5) Malaikat Raqib dan Atid, bertugas mencatat amal perbuatan manusia.
6) Malaikat Ridwan bertugas menjaga surga dan memimpin para pelayan surga.
7) Malaikat Malik, bertugas menjaga neraka dan pemimpin para malaikat menyiksa penghuni neraka.
8) Malaikat Munkar dan Nakir bertugas menanyakan manusia di alam kubur.
Dengan beriman kepada malaikat-malaikat-Nya, kita akan lebih mengenal kebesaran dan kekuasaan Allah swt, lebih bersyukur akan nikmat yang diberikan, berusaha selalu berbuat kebaikan, dan menjauhi segala larangannya. Malaikat selalu mengawasi dan mencatat amal perbuatan manusia.
c. Iman kepada Kitab
Keyakinan kepada kitab-kitab suci merupakan rukun iman ketiga. Jadi, yang dimaksud dengan mengimani kitab Allah ialah mengimani sebagaimana yang diterangkan oleh Al-Qur’an dengan tidak
menambah dan mengurangi. Kitab-kitab yang diturunkan Allah telah turun berjumlah banyak. Taurat diturunkan kepada Nabi Musa, Injil kepada Nabi Isa, Zabur kepada Nabi Daud, dan Al-Qur’an kepada
Nabi Muhammad.
Kitab-kitab Allah yang diturunkan sebelum kitab suci Al-Qur’an
tidak bersifat universal seperti Al-Qur’an, tapi hanya bersifat lokal
untuk umat tertentu. Tidak berlaku sepanjang masa. Oleh karena itu, tidak memberi jaminan terpelihara keaslian atau keberadaan kitab-kitab tersebut sepanjang zaman sebagaimana halnya Allah memberikan jaminan terhadap Al-Qur’an.
Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang memuat wahyu Allah
(43)
selama masa kerasulannya. Al-Qur’an merupakan kitab suci yang mempunyai kesempurnaan di atas kitab-kitab sebelumnya atau menjadi penyempurnaan, kelebihan Al-Qur’an tidak dapat diragukan lagi. Al
-Qur’anul Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan
sifat. Salah satu di antaranya, Al-Qur’an adalah kitab yang dijamin oleh Allah keotentikannya dan ia selalu dipelihara.
Al-Qur’an membahas segala aspek kehidupan. Banyak ayat secara
terperinci membahas tentang kehidupan dunia ini dan sesudahnya yang dijelaskan dengan cara yang amat masuk akal. Kesederhanaan
Al-Qur’an membuatnya dipahami oleh semua orang sehingga mereka
yang tidak bertakwa atau bahkan membenci Allah, memandang
Al-Qur’an dengan prasangka buruk akan dapat mengambil kebaikan dari
ajaran yang agung.
d. Iman kepada Nabi dan Rasul
Yakin pada para nabi dan rasul merupakan rukun iman keempat. Perbedaan antara nabi dan rasul terletak pada tugas utama. Para nabi menerima tuntunan berupa wahyu akan tetapi tidak mempunyai kewajiban untuk menyampaikan wahyu itu kepada umat manusia. Rasul adalah utusan (Tuhan) yang berkewajiban menyampaikan wahyu yang diterima kepada umat manusia.
Di dalam Al-Qur’an disebut nama dua puluh lima orang nabi,
beberapa di antaranya berfungsi juga sebagai rasul ialah (Daud, Musa, Isa, Muhammad) yang berkewajiban menyampaikan wahyu yang diterima kepada manusia dan menunjukkannya cara pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana manusia biasa lainnya nabi dan rasul pun hidup seperti kebanyakan manusia yaitu makan, minum, tidur, berjalan-jalan, mati dan sifat-sifat manusia lainnya.
Nabi Muhammad saw., sebagai nabi sekaligus rasul terakhir tidak ada lagi rangkaian nabi dan rasul sesudahnya. Seorang muslim wajib beriman kepada seluruh nabi dan rasul-Nya yang telah diutus oleh Allah Swt. Baik yang disebutkan namanya. maupun yang tidak
(44)
disebutkan namanya. Seorang muslim wajib membenarkan semua rasul dengan sifat-sifat, kelebihan, keistimewaan satu sama lain, tugas, dan mukjizatnya masing-masing seperti yang diperintahkan oleh Allah Swt.
e. Iman kepada Hari Akhir
Rukun iman yang kelima adalah keyakinan kepada hari akhir. Keyakinan ini sangat penting dalam rangkaian kesatuan rukun iman lainnya sebab tanpa mempercayai hari akhirat sama halnya dengan orang yang tidak mempercayai agama Islam. Hari akhir merupakan hari yang tidak diragukan lagi. Hari akhirat ialah hari pembalasan yang pada hari itu Allah menghitung (hisab) amal perbuatan setiap orang yang sudah dibebani tanggung jawab dan memberikan putusan ganjaran sesuai dengan hasil hitungan itu.
Pembahasan tentang hari akhir dimulai dari pembahasan tentang alam kubur karena peristiwa kematian sebenarnya sudah merupakan kiamat kecil dan orang-orang yang sudah meninggal dunia telah memasuki bagian dari proses transisi dari kehidupan di dunia menuju kehidupan di akhirat. Menurut sebagian ahli tauhid, hari akhirat ialah hari manusia dibangkitkan dari kubur untuk digiring kepada Padang Mahsyar, tempat mereka dikumpulkan sementara dan belum lagi ditentukan tempat mereka, surga atau neraka. Dikatakan akhirat, karena hari itu adalah hari penghabisan yang dinantikan oleh makhluk hidup dan tidak ada lagi yang hidup dan ditunggu-tunggu sesudah hari kiamat terjadi.
Keimanan kepada Allah berkaitan erat dengan keimanan kepada hari akhir. Hal ini disebabkan keimanan kepada Allah menuntut amal perbuatan, sedangkan amal perbuatan baru sempurna dengan keyakinan tentang adanya hari akhirat. Demi tegaknya keadilan, harus ada suatu kehidupan baru di mana semua pihak akan memperoleh secara adil dan sempurna hasil-hasil perbuatan yang didasarkan atas pilihannya masing-masing.
(45)
Hari akhir ini ada baiknya kembali kita ingat bahwa seorang mukmin wajib beriman dengan hari akhir dengan segala proses, peristiwa, dan keadaan yang terjadi pada hari itu sesuai dengan apa-apa yang telah diberikan dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw. tanpa mengurangi dan menambahnya. Keyakinan kepada hari akhirat juga menolong manusia memperkembangkan kepribadiannya.
f. Iman kepada Qada dan Qadar
Dalam menciptakan sesuatu, Tuhan selalu berbuat menurut Sunnahnya, yaitu hukum sebab akibat. Sunnah-Nya ini adalah tetap tidak berubah-ubah, kecuali dalam hal-hal khusus yang sangat jarang terjadi. Sunnah Tuhan ini mencakup dalam ciptaannya, baik yang jasmani maupun yang bersifat rohani.
Makna qadar dan takdir ialah aturan umum berlakunya hukum sebab akibat, yang ditetapkan olehnya sendiri. Definisi segala ketentuan, undang-undang, peraturan dan hukum yang ditetapkan secara pasti oleh Allah Swt untuk segala yang ada. Pengertian di atas sejalan dengan penggunaan qadar di dalam Al-Qur’an berbagai macam bentuknya yang pada umumnya mengandung pengertian kekuasaan Allah SWT, yang termasuk hukum sebab akibat yang berlaku bagi segala makhluk hidup maupun yang mati.
Untuk memahami takdir, manusia harus hidup dengan ikhtiar, dalam kehidupan sehari-harinya takdir Ilahi berkaitan erat dengan usaha manusia dan diiringi dengan doa dan tawakkal. Seorang muslim wajib beriman denganqadadanqadarkesalahan dalam memahaminya akan melahirkan dan sikap yang salah pula dalam menempuh di kehidupan di dunia ini.
Ada beberapa hikmah yang dapat dipetik dari keimanan kepada
qadadan qadar, ini antara lain:
1) Melahirkan kesadaran bagi umat manusia bahwa segala sesuatu di dalam semesta ini berjalan sesuai dengan hukum-hukum yang telah ditetapkan pasti oleh Allah SWT.
(1)
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama : Rodhiatam Mardhiah
Nim : 106013000712
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra I ndonesia
Judul : Nilai Agama dalam NovelAyat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy
No. REFERENSI Dosen
Pembimbing 1. Abidin, M. Zainal, Aqidah Akhlak, dalam
http://meetabied.wordpress.com/2009/10/30/aqidah-akhlak/, diakses pada hari Selasa, 4 Januari 2011, pkl. 21.49 WIB. 2. Antoinette, Maria, Belajar Psikologi “Bukan Hanya untuk
Anda”, dalam
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/nilai.html, diakses pada hari Selasa, 26 Oktober 2010. pkl. 20.10 WIB. 3. Anshari, Endang Saifuddin, Ilmu, Filsafat, dan Agama,
Surabaya: PT Bina Ilmu, 1991.
4. Anwar, Desy, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru, Surabaya: Amelia, 2003.
5. Aripin, Jaenal, dan Azharudin Lathif, Filsafat Hukum Islam Tasyri dan Syar’i, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
(2)
Neraka, Hidup bagai Layang-Layang, dalam
http://muslimcianjur.blogspot.com/2007/04/aqidah-syariah-dan-akhlak-dalam-islam.html, diakses pada hari Selasa, 4 Januari 2011, pkl. 21.11 WIB.
7. Atmosuwito, Subijantoro, Perihal Sastra dan Religiusitas dalam Sastra, Bandung: CV Sinar Baru, 1989.
8. Badudu, JS., Sari Kesusastraan Indonesia, Bandung: CV Pustaka Prima, 1984.
9. Daradjat, Zakiah, dkk., Dasar-Dasar Agama Islam, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1996.
10. El-Kasih, Adinda Ferra Najwa, Membaca Jauh dari Kebodohan, Kebodohan = Kemiskinan = Kejahatan, dalam
http://id.shvoong.com/social-sciences/1781192-habiburrahman-el-shirazy-karya-sastra/, diakses pada hari Sabtu, 9 Oktober 2010, pkl. 15.00 WIB.
11. El Shirazy, Habiburrahman, Ayat-Ayat Cinta, Jakarta: Republika, 2008.
12. Kamil, Sukron, Syariah Islam dan Ham, Jakarta: CSRC, 2007. 13. Keraf, Gorys, Argumentasi dan Narasi, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2004.
14. Keraf, Gorys, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009.
15. Mahayana, Maman S., 9 Jawaban Sastra Indonesia, Jakarta: Bening Publishing, 2005.
16. Mangunwijaya, Y.B., Sastra dan Religiositas, Yogyakarta: Kanisius, 1988.
(3)
17. Maulana, Ahmad, dkk., Kamus Ilmiah Populer, Yogyakarta: Absolut, 2004.
18. Mubarok, Achmad, Dimensi Ajaran Islam, dalam
http://mubarok-institute.blogspot.com/2006/09/dimensi-ajaran-islam.html diakses pada hari Selasa, 4 Januari 2011, pkl. 21.28 WIB.
19. Muhammad, Uzy Ibni, Pengertian Nilai,dalam
http://uzey.blogspot.com/2009/09/pengertian-nilai.html, diakses pada hari Selasa, 26 Oktober 2010, pkl. 20.00 WIB. 20. Nurgiyantoro, Burhan, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2005.
21. Ratna, Nyoman Kutha, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
22. R., Jalius H., Pengertian Nilai, dalam
http://jalius12.wordpress.com/2010/10/01/pengertian-nilai/, diakses pada hari Selasa, 26 Oktober 2010, pkl. 20.30 WIB. 23. R., Syamsuddin A., dan Vismaia S. Damaianti, Metode
Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.
24. Samdi, Arianto, Pengertian Novel dalam,
http://sobatbaru.blogspot.com/2008/04/pengertian-novel.html, diakses pada hari Selasa, 26 Oktober 2010, pkl. 20.40 WIB. 25. Sayuti, Suminto A., Berkenalan dengan Prosa Fiksi,
Yogyakarta: Gama Media, 2000.
26. Sitanggang, S. R. H., Joko Adi Sasmito, dan Maini Trisna Jayawati, Religiusitas dalam Tiga Novel Modern: Kemarau, Khotbah di Atas Bukit, dan Kubah, Jakarta: Pusat Bahasa,
(4)
2003.
27. Soekanto, Soerjono, Sosiologi; Ruang Lingkup dan Aplikasinya. Bandung: Remadja Karya, 1985.
28. Sudarmanto, JB., Agama dan Ideologi, Yogyakarta: Kanisius, 1987.
29. Sudjiman, Panuti, Bunga Rampai Stilistika, Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1993.
30. Sukada, Made, Pembinaan Kritik Sastra Indonesia, Bandung: Angkasa, 2005.
31. Tarigan, Henry GunturPengajaran Gaya Bahasa, Bandung: Angkasa, 2009.
32. Tirtawirya, Putu Arya, Apresiasi Puisi dan Prosa, Ende-Flores: Nusa Indah, 1983.
33. Trimansyah, Bambang, Cerita Anak Kontemporer,Yogyakarta: Nuansa, 1999.
34. Semi, M. Atar Anatomi Sastra, Padang: Angkasa Raya, 1988. 35. Trim, Bambang, Meng-Instal Akhlak Anak, Jakarta:
Hamdalah, 2008.
36. Widjojoko dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia, Bandung: UPI Press, 2006.
37. Wiyanto, Asul, Kesusastraan Sekolah, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005.
38. Ya’qub, Hamzah, Filsafat Agama; Titik Temu Akal dengan
Wahyu, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992.
39. Ya’qub, Hamzah, Pemurnian Aqidah dan Syariah Islam,
(5)
40. Zaidan, Abdul Rozak, Anita K. Rustapa, dan Hani’ah, Kamus
Istilah Sastra, Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
Mengetahui,
Pembimbing
Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M. Pd. NIP 19640212 199703 2 001
(6)
BIODATA PENULIS
Rodhiatam Mardhiah, lahir di Jakarta, pada 11 September 1988. Akrab dipanggil Dyah atau DC. Anak kelima dari dua belas bersaudara, pasangan Bapak Ustadz Awaluddin Muhammad Amin dan Ibu Bismar Hasan. Beralamat di Jalan Palmerah Utara I Rt. 009/04 No: 15 11480.
Moto hidup : Jika orang lain BISA mengapa saya TIDAK BISA??
Keinginannya adalah ingin SUKSES dunia dan akhirat.Sucsess is my right! Ingin selalu membahagiakan orang-orang yang dicintai karena hidup terasa BAHAGIA jika kita dapat MEMBAHAGIAKAN orang lain, ingin melakoni skenario yang sudah digariskan Tuhan dengan sebaik-baiknya, dan melakukan yang TERBAIK dalam hidup. Salam SEMANGAT dan SUKSES LUAR BIASA!!!