15
2.3.3. Indikator Perilaku
Lalu lintas
Perilaku lalu lintas diwakili oleh tingkat pelayanan jalan, yaitu ukuran kualitatif yang mencerminkan persepsi pengemudi tentang kualitas mengendarai
kendaraan. Tingkat pelayanan jalan berhubungan dengan ukuran kuantitatif, sehingga indikator perilaku lalu lintas yang digunakan seperti nilai VC ratio,
waktu tempuh bagi kendaraan untuk melewati segmen jalan tersebut, tingkat kejenuhan lalu lintas pada segmen jalan dan kecepatan bebas setiap kendaraan
dalam melalui segmen. a. Kapasitas
Jalan Kapasitas didefinisikan sebagai arus lalu lintas stabil maksimum yang
dapat dipertahankan pada kondisi tertentu geometri, distribusi arah dan komposisi lalu lintas, faktor lingkungan.
Untuk jalan dua lajur –
dua arah penentuan kapasitas berdasarkan arus lalu lintas total, sedangkan untuk jalan dengan banyak lajur perhitungan
dipisahkan secara per lajur. Persamaan umum kapasitas jalan adalah sebagai berikut:
KAPASITAS C =Co x FC
w
x FC
SF
x FC
SP
x FC
CS
2.1 Keterangan:
C : Kapasitas smpjam
C
O
: Kapasitas dasar smpjam FC
W
: Faktor penyesuaian kapasitas akibat lebar jalur lalu lintas FC
SF
: Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan FC
SP
: Faktor Penyesuaian kapasitas untuk pemisah arah FC
CS
: Faktor Penyesuaian kapasitas untuk ukuran kota i.
Faktor Kapasitas Dasar Co Kapasitas dasar adalah kapasitas segmen jalan pada kondisi
geometri, pola arus lalu lintas, dan faktor lingkungan yang ditentukan sebelumnya ideal. Faktor Kapasitas Dasar ditunjukkan dalam Tabel
2.1 ii.
Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Lebar Jalur Lalu lintas FC
w
ditentukan dengan menggunakan Tabel 2.2.
16
Tabel 2.1. Penyesuaian Kapasitas Dasar Jalan Antar Kota
TipeJalan Tipe Alinyemen
Kapasitas Dasar smpjam
Keterangan
4 lajur terbagi i.
Datar ii.
Berbukit iii.
Pegunungan 4 lajur tak terbagi
i. Datar
ii. Berbukit
iii. Pegunungan
2 lajur tak terbagi i.
Datar ii.
Berbukit iii.
Pegunungan 1900
1850 1800
1700 1650
1600
3100 3000
2900 Perlajur
Perlajur
Total 2 arah Sumber : MKJI 1997
Tabel 2.2. Penyesuaian Kapasitas untuk Lebar Jalur
TipeJalan Lebar Efektif Jalan
FCw
Empat-lajur Terbagi Enam-lajur Terbagi
Perlajur 3,00
3,25 3,50
3,75 0,91
0,96 1,00
1,03
Empat –
lajur tak terbagi Per lajur
3,00 3,25
3,50 3,75
0,91 0,96
1,00 1,03
Dua –
lajur tak terbagi Total ke dua arah
5 6
7 8
9
10 11
0,69 0,91
1,00 1,08
1,15 1,21
1,27
Sumber : MKJI 1997
Tabel 2.3. Penyesuaian Kapasitas untuk Pengaruh Hambatan Samping
Tipe Jalan
Kelas Hambatan Samping
Faktor Penyesuaian Akibat Hambatan Samping FC Lebar Bahu Efektif
≤0,5 1,0
1,5 ≥2,0
42D VL
0,96 0,98
1,01 1,03
L 0,94
0,97 1,00
1,02 M
0,92 0,95
0,98 1,00
H 0,88
0,92 0,95
0,98 VH
0,84 0,88
0,92 0,96
22UD 42UD
VL 0,97
0,99 1,00
1,01 L
0,93 0,95
0,97 1,00
M 0,88
0,91 0,94
0,98 H
0,84 0,87
0,91 0,95
VH 0,73
0,79 0,85
0,91
17
Tabel 2.4. Kelas Hambatan Samping
Frekwensi berbobot
kejadian Kondisi Khusus
Kelas Hambatan
Samping 100
Pemukiman, hampir tidak ada kegiatan Sangat
rendah VL
100 -299 Pemukiman, beberapa angkutan umum, dll
rendah L
300 - 499 Daerah Industri dengan toko-toko di sisi jalan
sedang M
500 - 899 Daerah niaga dengan aktivitas sisi jalan yang
tinggi tinggi
H 900
Daerah niaga dan aktivitas pasar sisi jalan yang sangat tinggi
sangat tinggi
VH Sumber: MKJI 1997
iii. Faktor Penyesuaian kapasitas untuk pemisah arah FC
W
dapat dilihat pada Tabel 2.5
Tabel 2.5. Penyesuaian Kapasitas Akibat Pemisah Arah
Pemisah arahSP- 50-50
55-45 60-40
65 –
35 70-30
Dua –
lajur22 1,00
0,97 0,94
0,91 0,88
Empat –
lajur42 1,00
0,985 0,97
0,955 0,94
Sumber: MKJI 1997
iv. Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Ukuran Kota FC
CS
dapat dilihat pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6. Faktor penyesuaian kapasitas untuk ukuran kota FC
CS
Ukuran Kota Juta Penduduk
Faktor Penyesuaian untuk Ukuran Kota
0,1 0,90
0,1-0,5 0,93
0,5-1,0 0,95
1,0-3,0 1,00
3,0 1,03
Sumber: MKJI 1997
v. Tingkat pelayanan jalan berdasarkan
buku Traffic Planninng and
Engineering, tingkat pelayanan lalu lintas dapat diklasifikasikan atas: Tingkat pelayanan A memiliki ciri-ciri arus bebas dengan volume
lalu lintas rendah dan kecepatan tinggi, kepadatan lalu lintas sangat rendah dengan kecepatan yang dapat dikendalikan oleh
pengemudi berdasarkan batasan kecepatan maksimumminimum dan kondisi fisik jalan dan pengemudi dapat mempertahankan
18
kecepatan yang diinginkannya tanpa atau dengan sedikit tundaan. Nilai VC berada diangka 0,00-0,19.
Tingkat pelayanan B memiliki ciri-ciri arus stabil dengan volume lalu lintas sedang dan kecepatan mulai dibatasi oleh kondisi lalu
lintas, kepadatan lalu lintas rendah hambatan internal lalu lintas belum memengaruhi kecepatan dan pengemudi masih punya
cukup kebebasan untuk memilih kecepatannya dan lajur jalan yang digunakan. Nilai VC diantara 0,2-0,49.
Tingkat pelayanan C memiliki ciri-ciri arus stabil tetapi kecepatan dan pergerakan kendaraan dikendalikan oleh volume lalu lintas
yang lebih tinggi, kepadatan lalu lintas sedang karena hambatan internal lalu lintas
meningkat dan pengemudi memiliki keterbatasan untuk memilih kecepatan, pindah lajur atau
mendahului. Nilai VC berada diantara 0,5-0,74. Tingkat pelayanan D memiliki ciri-ciri arus mendekati tidak stabil
dengan volume lalu lintas tinggi dan kecepatan masih ditolerir namun sangat terpengaruh oleh perubahan kondisi arus,
kepadatan lalu lintas sedang namun fluktuasi volume lalu lintas dan hambatan temporer dapat menyebabkan penurunan
kecepatan yang besar dan pengemudi memiliki kebebasan yang sangat terbatas dalam menjalankan kendaraan, kenyamanan
rendah, tetapi kondisi ini masih dapat ditolerir untuk waktu yang singkat. Nilai VC berada diantara angka 0,75-0,84.
Tingkat pelayanan E memiliki ciri-ciri arus lebih rendah daripada tingkat pelayanan D dengan volume lalu lintas mendekati
kapasitas jalan dan kecepatan sangat rendah, kepadatan lalu lintas tinggi karena hambatan internal lalu lintas tinggi dan
pengemudi mulai merasakan kemacetan berdurasi pendek. Nilai VC berada diangka 0,85-1.
Tingkat pelayanan F memiliki ciri-ciri arus tertahan dan terjadi antrian kendaraan yang panjang, kepadatan lalu lintas sangat
tinggi dan volume rendah serta terjadi kemacetan untuk durasi yang cukup lama dan dalam keadaan antrian, kecepatan maupun
volume turun sampai 0. Nilai VC lebih besar dari 1,0.
19
b. Derajat kejenuhan
MKJI, 1997 Derajat kejenuhan adalah rasio arus lalu lintas smpjam terhadap kapasitas smpjam pada bagian jalan tertentu. Derajat kejenuhan DS
digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja simpang dan segmen jalan. Nilai DS menunjukkan apakah segmen jalan tersebut mempunyai
masalah kapasitas atau tidak. Derajat kejenuhan dihitung dengan menggunakan arus dan kapasitas yang
dinyatakan dalam satuan sama yaitu smpjam. Derajat kejenuhan digunakan untuk analisis perilaku lalu lintas berupa kecepatan. Derajat kejenuhan yang
terjadi harus dibawah 0,75 dan untuk tahap perencanaan dianjurkan lebih kecil daripada 0,75.
Berikut adalah cara menghitung derajat kejenuhan: 2.2
Keterangan : DS =
Tingkat kejenuhan
Q = Volume lalu lintas
C = Kapasitas ruas jalan
c. Kecepatan arus
bebas Kecepatan arus bebas didefinisikan sebagai kecepatan kmjam kendaraan
yang tidak dipengaruhi oleh kendaraan lain yaitu kecepatan dimana pengendara merasakan perjalanan yang nyaman, dalam kondisi geometrik,
lingkungan dan pengaturan lalu lintas yang ada, pada segmen jalan dimana tidak ada kendaraan yang lain.Besarnya kecepatan arus bebas untuk daerah
perkotaan dapat dihitung dengan rumus: 2.3
Keterangan: FV
: Kecepatan arus bebas kmjam FVo
: Kecepatan arus bebas dasar kmjam FVw : Faktor penyesuaian akibat lebar jalur lalu lintas
FFV
SF
: Faktor penyesuaian akibat hambatan samping FFV
cs
: Faktor penyesuaian untuk ukuran kota
20
Ketentuan kecepatan arus bebas dasar FVo adalah kecepatan arus bebas segmen jalan pada kondisi ideal tertentu geometri, pola arus lalu lintas dan
faktor lingkungan. Nilai FVo dapat dilihat pada Tabel 2.7. Ketentuan penyesuaian untuk lebar jalur lalu lintas FVw dari Tabel 2.8. di
bawah berdasarkan lebar jalur lalu lintas efektif WC, dan ketentuan faktor penyesuaian untuk hambatan samping dari Tabel 2.9. berdasarkan lebar bahu
efektif. Tentukan faktor penyesuaian untuk ukuran kota juta penduduk dapat dilihat pada Tabel 2.10.
Tabel 2.7. Kecepatan Arus Bebas Dasar Tipe Jalan
Kecepatan Arus Kendaraan
Ringan LV
Kendaraan Berat HV
Sepeda Motor
MC
Enam lajur terbagi 62 D atau tiga lajur satu arah 31
61 52
48 Empat-lajur terbagi 42 D atau dua
lajur satu-arah 21 57
50 47
Empat lajur tak terbagi 42UD 53
46 43
Dua lajur tak terbagi 22 UD 44
40 40
Sumber: MKJI 1997
Tabel 2.8. Faktor Penyesuaian Akibat Lebar Jalur Lalu lintas Tipe Jalan
Lebar Jalur Lalu lintas Efektif m
FVw kmjam
Empat lajur terbagi atau jalan satu arah
Per lajur 3,00
-4 3,25
-2 3,50
3,75 2
4,00 4
Empat lajur tak terbagi
Per lajur 3,00
-4 3,25
-2 3,50
3,75 2
4,00 4
Dua lajur tak terbagi Total
5 -9,5
6 -3
7 8
3 9
4 10
6 11
7
Sumber: MKJI1997
21
Tabel 2.9. Faktor Penyesuaian Hambatan Samping dan Lebar Bahu
Tipe Jalan Kelas Hambatan
Samping SFC
Faktor Penyesuaian untuk Hambatan Samping dan Lebar Bahu
Lebar Bahu Efektif Rata-rata m ≤0,5 m
1,0 m 1,5 m
≥2 m
Empat lajur terbagi 42 D
sangat rendah 1,02
1,03 1,03
1,04 rendah
0,98 1,00
1,02 1,03
sedang 0,94
0,97 1,00
1,02 tinggi
0,89 0,93
0,96 0,99
sangat tinggi 0,84
0,88 0,92
0,96 Empat lajur tak
terbagi 42 UD
sangat rendah 1,02
1,03 1,03
1,04 rendah
0,98 1
1,02 1,03
sedang 0,93
0,96 0,99
1,02 tinggi
0,87 0,91
0,94 0,98
sangat tinggi 0,8
0,86 0,9
0,95 Dua lajur tak
terbagi 22 UD atau jalan
satu arah sangat rendah
1 1,01
1,01 1,01
rendah 0,96
0,98 0,99
1 sedang
0,91 0,93
0,96 0,99
tinggi 0,82
0,86 0,9
0,95 sangat tinggi
0,73 0,79
0,85 0,91
Sumber : MKJI 1997
Tabel 2.10. Faktor Penyesuaian untuk Ukuran Kota
Ukuran Kota Juta
Penduduk Faktor Penyesuaian untuk Ukuran
Kota
0,1 0,90
0,1-0,5 0,93
0,5-1,0 0,95
1,0-3,0 1,00
3,0 1,03
Sumber : MKJI 1997
Perhitungan selanjutnya adalah kecepatan tempuh kendaraan ringan, untuk dapat menentukan tingkat pelayanan jalan. Gunakan Gambar 2.1. yang
menunjukkan kecepatan sebagai fungsi dari derajat kejenuhan pada jalan bebas hambatan dua-lajur dua-arah tak terbagi, untuk nilai FV
LV
Tentukan kecepatan pada kondisi lalu lintas, hambatan samping dan kondisi geometrik sesungguhnya sebagai berikut dengan menggunakan Gambar 2.1.
a Masukkan nilai derajat kejenuhan DS pada sumbu horisontal X pada bagian bawah gambar.
b Buat garis sejajar dengan sumbu vertikal Y dari titik tersebut sampai berpotongan dengan nilai kecepatan arus bebas sesungguhnya FV.
c Buat garis horisontal sejajar dengan sumbu X sampai berpotongan dengan sumbu vertikal Y pada bagian sebelah kiri gambar dan lihat nilai kecepatan
kendaraan ringan sesungguhnya untuk kondisi yang dianalisa.
22
Gambar 2.1. Grafik Kecepatan 2.3.4. Ruang Parkir
Menurut Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. 272 Tahun 1996, Parkir
adalah keadaan tidak bergeraknya kendaraan yang tidak bersifat sementara. Fasilitas parkir bermanfaat untuk memberikan tempat istirahat kendaraan, dan
menunjang kelancaran arus lalu lintas. Menurut Peraturan Bupati Sleman No 49 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten
Sleman Nomor 5 Tahun 2011 tentang Bangunan Gedung, luas lahan parkir minimal adalah 30 dari keseluruhan lahan.
Menurut Direktur Jendral Perhubungan Darat 1996, terdapat 2 jenis penempatan fasilitas parkir yaitu parkir di badan jalan dan parkir di luar jalan.
Parkir di badan jalan dibedakan menjadi 2 yaitu tanpa pengendalian parkir dan menggunakan pengendalian parkir. Parkir di luar badan jalan di bedakan 2 juga
yaitu: a. Fasilitas parkir untuk umum adalah tempat yang berupa gedung parkir atau
taman parkir untuk umum yang diusahakan sebagai kegiatan tersendiri b. Fasilitas parkir sebagai fasilitas penunjang adalah tempat yang berupa
gedung parkir atau taman parkir yang disediakan untuk menunjang kegiatan pada bangunan utama
23
Perhitungan kebutuhan area parkir merupakan hal wajib bagi setiap pembangunan fasilitas kegiatan baru. Untuk itu, perlu adanya langkah-langkah
sistematis dalam menentukan luas kebutuhan parkir. a. Menentukan Satuan Ruang Parkir
Penentuan Satuan Ruang Parkir perlu memperhatikan kondisi kendaraan, misalnya lebar pintu kendaraan jika terbuka. Ukuran lebar bukaan pintu
merupakan fungsi karakteristik pemakai kendaraan yang memanfaatkan fasilitas parkir. Lebar bukaan pintu kendaraan karyawan kantor akan
berbeda dengan lebar bukaan pintu kendaraan pengunjung pusat kegiatan perbelanjaan. Dalam hal ini, karakteristik pengguna kendaraan yang
memanfaatkan fasilitas parkir dipilih menjadi tiga seperti Tabel 2.11.
Tabel 2.11. Lebar Bukaan Pintu Kendaraan
Jenis Bukaan Pintu Pengguna danatau Peruntukan
Fasilitas Parkir Golongan
Pintu depanbelakang terbuka tahap awal 55 cm.
Karyawanpekerja kantor dan tamupengunjung pusat kegiatan
perkantoran, perdagangan, pemerintahan, universitas
I
Pintu depanbelakang terbuka penuh 75 cm
Pengunjung tempat olahraga, pusat hiburanrekreasi, hotel, pusat perdagangan
eceranswalayan, rumah sakit, bioskop II
Pintu depan terbuka penuh, dan ditambah untuk pergerakan kursi
roda Orang cacat
III
Sumber : Direktur Jenderal Perhubungan Darat, 1996, Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir
Penentuan Satuan Ruang Parkir SRP dibagi atas tiga jenis kendaraan, khusus untuk mobil dibedakan berdasarkan golongan. Satuan Ruang
Parkir lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.12 dan Gambar 2.2. dan Gambar 2.3.
Tabel 2.12. Satuan Ruang Parkir
No. Jenis Kendaraan
SRP dalam m
2
1 a. Mobil Penumpang Golongan I
2,30 x 5,00 b. Mobil Penumpang Golongan II
2,50 x 5,00 c. Mobil Penumpang Gololongan III
3,00 x 5,00 2
BusTruk 3,40 x 12,50
3 Sepeda Motor
0,70 x 2,00
Sumber : Direktur Jenderal Perhubungan Darat, 1996, Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir
24
Gambar 2.2. Satuan Ruang Parkir SRP untuk BusTruk dalam cm
Sumber : Direktur Jenderal Perhubungan Darat, 1996, Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir
Gambar 2.3. Satuan Ruang Parkir Sepeda Motor
b. Penentuan Gang
Jalur gang merupakan jalur antara dua deretan ruang parkir yang berdekatan
. Ruang bebas kendaraan parkir diberikan pada arah lateral dan longitudinal kendaraan. Ruang bebas arah lateral ditetapkan pada saat
posisi pintu kendaraan dibuka, yang diukur dari ujung terluar pintu ke badan kendaraan parkir yang ada di sampingnya. Ruang bebas ini diberikan agar
tidak terjadi benturan antara pintu kendaraan dan kendaraan yang parkir di sampingnya pada saat penumpang turun dari kendaraan.
Ruang bebas arah memanjang diberikan di depan kendaraan untuk menghindari benturan dengan dinding atau kendaraan yang lewat jalur gang
aisle. Nilai lebar jalur berdasarkan pola ruang yang parkir untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.13.
25
Tabel 2.13. Lebar Jalur Gang
No SRP
Lebar Jalur Gang m Keterangan
30° 45°
60° 90°
1 arah
2 arah
1 arah
2 arah
1 arah
2 arah
1 arah
2 arah
1 SRP mobil pnp
2,5 mx 5 m 3,0
6,0 3,0
6,0 5,1
6,0 6,0
8,0 Tanpa fasilitas
pejalan kaki 3,5
6,5 3,5
6,5 5,1
6,5 6,5
8,0 Dengan
fasilitas pejalan kaki
2 SRP sepda
motor 0,75 m x 3,0 m
- -
- -
- -
- 1,6
Tanpa fasilitas pejalan kaki
- -
- -
- -
- 1,6
Dengan fasilitas pejalan
kaki 3
SRP bustruk 3,4 m x12,5 m
- -
- -
- -
- 9,5
- Sumber : Direktur Jenderal Perhubungan Darat
2.4.
Air Bersih
Air bagi Industri adalah bahan penunjang baik untuk kegiatan langsung atau tak langsung Darsono, 2013. Oleh sebab itu ditetapkan kembali syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air melalui Peraturan Menteri Kesehatan No.416 MENKESPERIX1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 20PRTM2006 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum, kebutuhan air untuk masak dan keperluan kamar mandiWC 120 liter per hari per orang.
Berdasarkan kriteria Ditjen Cipta Karya, kebutuhan air bersih untuk perkantoran sebesar 70 literoranghari dan untuk asramamess 120 literoranghari, juga
terdapat juga loses air yang perlu diperhitungkan dalam perhitungan kebutuhan air bersih, loses atau kehilangan air tiap harinya sebesar 10 dari kebutuhan air
total. Menurut Permenkes No.416 Tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak. Kualitas air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan mikrobiologi, fisika, kimia, dan radioaktif. Pengawasan kualitas air
bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan, serta meningkatkan kualitas air.
26
Berikut adalah parameter daftar persyaratan kualitas air bersih menurut Standar Baku Mutu Air Bersih No.416 MENKESPERIX1990:
a.
Syarat-syarat fisik Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu
juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih 25
o
C, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 25
o
C ± 3
o
C.
b.
Syarat-syarat kimia Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang
melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah: pH, zat organik, kesadahan CaCO3, besi Fe, mangan Mn, seng Zn, chlorida
Cl, nitrit, flourida F, serta logam berat.
c.
Syarat-syarat bakteriologis dan mikrobiologis Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang
mengganggu kesehatan. Dengan persyaratan total kolioform untuk air perpipaan dengan kadar maksimum 10 per 100 ml, dan untuk air bukan
perpipaan 50 per 100ml.
d.
Syarat-syarat radiologis Persyaratan radiologis
mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung
radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma. Tercatat pada Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 7 tahun 2005
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Sleman Tahun 2006-2025 bahwa pemenuhan kebutuhan air bersih penduduk Kabupaten
Sleman berasal dari 2 mata air dan 18 sumur bor, dan dilayani melalui 12 kantor 16 cabang Perusahaan Daerah Air Minum PDAM, yaitu Kantor Cabang
Sleman, Godean, Depok, Pakem, Ngemplak, Tambakrejo, Mlati, Sidomoyo, Nogotirto, Ngaglik, Berbah, dan Prambanan.
2.4.1. Kaporisasi