Model Simulasi Pengeringan Cengkeh Tipe Cross-Flow

F / ;.:!,~?
/ * a

, ,

,J

.,

MODEL SIMULASI
PENGERI NGAN GENGKEH Y lPE " GROSS FLOW "

-

Oleh
NANlK

SRI

HARTANI


F 23. 0705

1 9 9 1
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN;
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

B O G O R

,"

\

/

/o(,(/o

Nanik Sri Hartani.
Cengkeh

Tipe


F 23.0705.

Model Simulasi

Pengeringan

"Cross-flow". Dibawah bimbingan

Atjeng

M.

..

Syarief.

RINGKASAN

Pengeringan adalah

pertanian
di

proses penurunan air

dari

hasil

sampai kadar air setimbang dengan keadaan

udara

sekelilingnya atau sampai kadar air dimana

mutu

hasil

pertanian tersebut dapat dipertahankan dari serangan jamur,

aktivitas serangga dan enzim.
Tujuan

penelitian ini adalah membuat

model

simulasi

penge-ringan cengkeh dengan pengering tipe "cross-flow" dan
mempelajari
dan

pengaruh suhu udara pengering, kadar air

kelembaban

relatif

serta


kelembaban mutlak

awal
udara

pengering terhadap performansi pengering tipe "cross-flown.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang meliputi
data

untuk cengkeh dan alat pengering

Data

yang dimaksud adalah data pengeringan

tipe

ucross-flow".
untuk


cengkeh

(hasil penelitian Anwar, 1987) yang dibatasi untuk

cengkeh

yang

telah terfermentasi dengan suhu dan kelembaban

nisbi

udara pengering tertentu dengan kecepatan aliran udara 0.10
meterfdt.
yang

Kadar

air keseimbangan diambil


terfermentasi, yaitu

sedangkan

untuk

Me=10.5938

konstanta

K=exp(16.4371-6072.9873fT).

untuk

exp(-0.04981 A T),

penge-ringannya
Kemudian


cengkeh

data

untuk

adalah

pengering

tipe "cross-flow" digunakan alat pengering

sama dengan pengering teh yang ada di PT. Gunung
Kadar
panjang

air

Mas.


dan suhu cengkeh dianalisa untuk

tertentu

yang

digunakan, demikian juga dengan suhu dan kelembaban

nisbi

Model simulasi ini

pengering.

parameter

tersebut

differensial


(0.11 meter)

parsial

dengan
tipe

dari

setiap

tray

udara

tray

yang

mencari


parameter-

menggunakan

bak yang

pada

persamaan

dasarnya

dengan tipe wcross-flow", yaitu dengan mengganti

sama

t menjadi

y

dan at menjadiay (At=Ay/V dan G =V
P
P P~P). Hasil yang
diperoleh pada setiap tray (alat pengering ini terdiri dari
empat tray) ternyata tidak dapat
pengeringan
kemudian

yang

diharapkan.

menerangkan suatu
Oleh

karena

dilanjutkan dengan pengering

itu

tipe

proses
analisa

"cross-flow"

untuk satu tray yang panjangnya 22 meter.
Metoda
cengkeh
tetapi

yang terakhir ini menunjukkan bahwa kadar

akan

turun dengan

semakin

keluar

kenaikan
untuk

dengan

ini

Untuk suhu udara

(setelah mengeringkan

kelembaban

pengering

Kadar air

setelah melalui tray sepanjang 22 meter

250.70 %bk dengan suhu 57.2Oc.
yang

lamanya pengeringan,

sebaliknya suhu cengkeh meningkat.

dihasilkan

semakin
nisbi

lamanya
adalah

berpengaruh

cengkeh)

sebaliknya.
kadar

yang

adalah

pengering

menunjukkan

pengeringan,

terhadap

air

sedangkan

Suhu
air

udara

cengkeh,

semakin tinggi suhu udara pengering maka waktu penge-ringan
akan lebih singkat.

Dengan suhu udara pengering 6 0 . 0 ~dan
~

kadar

air

setelah

awal 254.14 %bk, kadar air 250.70 %bk dicapai
1
waktu pengeringan 18 - menit, dengan suhu udara
3

pengering 5 5 . 0 ~untuk
~
kadar air awal dan waktu pengeringan
yang sama, kadar air yang dicapai adalah 251.51 %bk, dengan
suhu udara pengering 50.0°c, kadar air yang dicapai
252.15
kadar

%bk
air

dan untuk suhu udara

penqering

yang dihasilkan adalah 252.65

adalah

45.0°c,

%bk.

Demikian

juga dengan kadar air awal yang berpengaruh terhadap
air,

semakin

kecepatan

rendah kadar air awal

pengeringan

sebaliknya. Denqan
waktu

pengerinqan

akan

yang

semakin

maka

digunakan

kadar
maka

meninqkat,- begitu

suhu udara pengering 60.O
'
C
,
selama
1
18- menit, untuk kadar
air
awal
3

127.53%bk, kadar

air yang dihasilkan adalah

125.71

%bk,

untuk kadar air awal 72.68 %bk, maka kadar air yang dicapai
adalah 71.65 %bk sedangkan untuk kadar air awal
kadar air yang dihasilkan adalah 19.98 %bk.

20.23 %bk,

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

MODEL SIMULASI
PENGERINGAN CENGKEH TIPE "CROSS-FLOW"

S K R I P S I
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
*

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada jurusan MEKANISASI PERTANIAN,
Fakultas ~ e k n o l o g i~ertanian,
Institut Pertanian Bogor

Oleh

:

NANIK SRI HARTANI
F 23.0705
Dilahirkan pada tanggal 21 Maret 1968
di Rembang

KATA P E N G A N T A R

Puji
telah

syukur kami panjatkan kepada Allah swt.

melimpahkan

rahmatnya

sehingga

yang

penulis

dapat

bahwa

dalam

menyusun skripsi ini denqan baik.
Kami
pembuatan
berbagai

sebagai
skripsi
pihak,

penulis
ini

tidak

menyadari
terlepas

oleh karenanya

dalam

dari

bantuan

kesempatan

ini

penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Dr.Ir. Atjeng M. Syarief, MSAE

yang telah membimbing

dan memberi pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
2. Ir. Suroso dan Ir. Aris Purwanto, yang telah bersedia

menguji dan memberikan saran dalam penulisan

skripsi

ini.
4. Dr. Ir. Ridwan Thahir,

yanq

telah

banyak

membantu

penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Mas Ari, mbak Nining, mas Heri, Andry, Unan, Suryani,

Ari, Jiji, Dwi, Tyas, Maria dan
17
7. Dan

keluarga

Bayangkara

denqan segala dukungannya.
semua pihak yanq tidak dapat kami sebutkan

yanq

telah membantu hingga selesainya tulisan ini.
Akhirnya,

penulis

mengharapkan kritik

dan

saran

yang bersifat membangun untuk kesempurnaan tulisan ini.

Bogor, Agustus 1991

Penulis

DAFTAR IS1

Halaman

................................. iv
DAFTAR TABEL .................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . viii
DAFTAR SIMBOL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ix
I . PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1
I1 . TINJAUAN PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4
A . BOTANI ......................................
4
B . PENANGANAN PASCA PANEN ......................
5
C . PROSES PENGERINGAN.......................... 6
1 . Pengeringan Lapisan Tipis ................ 10
2 . Model Teoritis Pengeringan Lapisan
Tipis .................................... 11
3 . Model Semi Teoritis dan Empiris .......... 15
4 . Kadar Air Keseimbangan dan Konstanta
Pengeringan .............................. 17
DAFTAR GAMBAR

D.

MODEL SIMULASI PENGERINGAN LAPISAN TIPIS
1

.

18

Model Pengeringan Lapisan Tebal . . . . . . . . . 18
a . Keseimbangan entalpi udara ...........
b . Keseimbangan entalpi biji-bijian .....

19
21

c . Keseimbangan kandungan air . . . . . . . . . . . 22

d . Perubahan kadar air biji-bijian . . . . . . 23
2.
E.

Model Simulasi Pengeringan Lapisan
Tipis Cengkeh . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24

PENGERING TIPE "CROSS-FLOW". . . . . . . . . . . . . . . . .
1.

26

Modif ikasi Pengering "Cross-flow" . . . . . . . 26

Halaman

2.
I11 .

PENDEKATAN TEORITIS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
A.

IV .

VI .

31

PENURUNAN MODEL PENGERINGAN TIPE
"CROSS-FLOW" ................................

31

B.

ASUMSI-ASUMSI ...............................

32

C.

PARAMETER YANG DIGUNAKAN ....................

33

METODOLOGI PENELITIAN...........................

35

A.

DATA PENGERINGAN LAPISAN TIPIS .............. 35

.

KARAKTERISTIK ALAT PENGERING................ 36

C.

PEMECAHAN NUMERIK MODEL PENGERING TIPE
"CROSS-FLOW". . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 37

D.

PENULISAN DENGAN PROGRAM KOMPUTER ........... 43

B

V.

Pengering Sistem "two stage-drier" ...... 27

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................

52

A.

PENGERINGAN TIPE "CROSS-FLOW"...............

52

B.

MODEL SIMULASI PENGERINGAN CENGKEH TIPE
"CROSS-FLOW" (MULTI STAGE) .................. 53

C.

ANALISIS MODEL SIMULASI PENGERINGAN
CENGKEH TIPE "CROSS-FLOW" SATU TRAY . . . . . . . . . 61

KESIMPULAN DAN SARAN ............................

76

A.

KESIMPULAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

76

B.

SARAN .......................................

78

LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

79

DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 172

DAFTAR G A M B A R

Halaman
Gambar

1. Pengeringan produk biologis selama

LPT

&

LPM.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Gambar

2. Pengeringan biji-bijian selama LPM

Gambar

3. Volume kontrol.. . . . . . . . . . . . . . . . . .

Gambar

4. Diagram

Gambar

5. Skema mesin pengering teh "Two
Stage Dryer". . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Gambar

6. Algoritma model persamaan

Gambar

7. Algoritma model persamaan

Gambar

8. Kadar

Gambar

9. Suhu

tahap .

pengering "Cross-Flow"

3

.......................

differensial parsial tipe "cross-flow"
multi stage . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
differensial parsial tipe wcross-flow"
satu tray.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

air cengkeh pada pengering
tipe
vcross-flow" multi
stage
selama 4 315 menit pertama ........
udara pengering pada pengering tipe "cross-flow" multi stage
selama 4 315 menit pertama

........

Gambar

10. Suhu

cengkeh pada pengerlng tipe
"cross-floww .multi stage selama
4 315 menit pertama.

.............

Gambar

11. Kelembaban relatif udara pengering

pada pengering tipe "cross-flow"
multi stage selama 4 315 menit
pertama. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Gambar

12. Kelembaban mutlak udara

pengering
pada pengering tipe "cross-flow"
multi stage selama 4 315 menit
pertama . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Gambar

13. Perbandingan kadar air
cengkeh
hasil simulasi dengan hasil penelitian Choirul. . . . . . . . . . . . . . . . . .

Halaman
Gambar

Gambar

1 4 . Perbandingan

kadar a i r
cengkeh
h a s i l p e n e l i t i a n Choirul
(suhu
udara p e n g e r i n g 550 C ) . . . . . . . . . . . . .

kadar a i r
cengkeh
h a s i l s i m u l a s i dengan h a s i l penel i t i a n C h o i r u l (suhu u d a r a penger i n g 50°c). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

65

15. Perbandingan

Gambar

16. Perbandingan kadar a i r
cengkeh
h a s i l s i m u l a s i dengan h a s i l penel i t i a n C h o i r u l (Suhu u d a r a penger i n g 4 5 O ~ .) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Gambar

1 7 . Kadar a i r cengkeh pada

Gambar

1 8 . Suhu cengkeh pada p e n g e r i n g pada
pengering t i p e "cross-flow"
satu
t r a y s e l a m a 18 1 / 3 menit p e r t a m a

Gambar

1 9 . Suhu u d a r a p e n g e r i n g pada
pengering t i p e "cross-flow"
satu tray
selama 1 8 1 / 3 m e n i t p e r t a m a

pengnering
t i p e "cross-flow" s a t u t r a y selama
18 1 / 3 m e n i t p e r t a m a . . . . . . . . . . . . . .

.......

Gambar

20. Kelembaban
mutlak
udara
pada
pengering t i p e "cross-flow"
satu
t r a y s e l a m a 18 1 / 3 menit p e r t a m a

Gambar

relatif
udara
pada
21. Kelembaban
pengering t i p e "cross-flow"
satu
t r a y s e l a m a 18 1 / 3 menit p e r t a m a

Gambar

22.

Gambar

23. Pengaruh
suhu udara
pengering
t e r h a d a p k a d a r a i r cengkeh
di
s e p a n j a n g t r a y pada p e n g e r i n g t i p e
" c r o s s - f low" s a t u t r a y .

Hubungan a n t a r a . k a d a r a i r r a t a r a t a pada p e n g e r i n g t i p e
"crossflow"
s a t u t r a y dengan
waktu
pengering . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

...........

65

Halaman

Gambar

24.

Pengaruh kadar a i r awal t e r h a d a p
k a d a r a i r cengkeh d i s e p a n j a n g
t r a y pada p e n g e r i n g t i p e " c r o s s flow" s a t u t r a y ( s u h u u d a r a penger i n g 60°c) .... . . . . . . . . . . . . .. . .

.

.

Gambar

25.

Pengaruh
suhu u d a r a
pengering
terhadap kadar a i r r a t a - r a t a
di
sepanjang
t r a y pada
pengering
t i p e "cross-flow" s a t u t r a y . . . . . . .

Gambar

26.

Pengaruh kadar a i r awal t e r h a d a p kadar a i r r a t a - r a t a d i sepanjang
t r a y pada p e n g e r i n g "cross-flow"
s a t u t r a y (suhu u d a r a p e n g e r i n g
60°c)

... . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . ..

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel

1. Keadaan perlakuan pengering cengkeh

Tabel

2. Kadar

Tabel

air keseimbangan
dinamis
cengkeh terfermentasi .............

Tabel

36

3. Konstanta pengeringan untuk cengkeh

terfermentasi
Tabel

35

......................

input untuk
pengeringan
tipe "cross-flow" satu tray . . . . . . .

36

4. Kondisi

kadar
air keselmbangan, suhu dan
kelembaban relatif tertentu.. ........

71

5. Nilai hfgb/hfga cengkeh pada

vii

82

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran
Lampiran
Lampiran

1.
2.

3.

Perhitungan panas laten penguapan ...........................

80

Perhitungan
luas
permukaan
spesifik dan rasio ruang kosong

83

Hasil perhitungan kadar
air
dengan
metoda
lempeng
tak
terbatas .......................

87

Lampiran

4.

Program
komputer
simulasi
pengeringan
cengkeh
tipe
"cross-flow" multi stage.......

Lampiran

5.

Program
komputer
simulasi
pengeringan
cengkeh
tipe
"cross-flow" satu tray .........

Lampiran

6.

Hasil
simulasi
penger ingan
cengkeh tipe "cross-flow" multi
stage..........................

Lampiran

7.

Hasil
simulasi
pengeringan
cengkeh tipe "cross-flow" satu
tray ...........................

simulasi
pengeringan
Lampiran 8a. Hasil
cengkeh
dengan
suhu
udara
pengering 45 ..................
Lampiran 8b.

Hasil
simulasi
pengeringan
cengkeh
dengan
suhu
udara
pengering 50 . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Lampiran 8c.

Hasil
simulasi
pengeringan
cengkeh
dengan
suhu
udara
pengering 55 ..................

Lampiran 8d.

Hasil
simulasi
pengeringan
cengkeh
dengan
suhu
udara
pengering 600..................

Lampiran

Hasil
simulasi
pengeringan
cengkeh berdasarkan
pengaruh
suhu udara pengering . . . . . . . . . . .

9.

DAFTAR SIMBOL KOMPUTER

A

: variabel pada subroutine WB-DBHA

CA

: panas jenis udara kering (J/kgOc)

CFM

:

kecepatan aliran udara (m/dt)

CON1

:

konstanta

CON2

: konstanta

CON3

:

CON4

: konstanta

CON5

: konstanta

CP

: panas jenis cengkeh (~/kgOc)

cv

:

CW

: panas jenis air (J/kgOc)

DBTPR

: jarak antar pencetakan pada arah

DELM

:

DELP

: jumlah step (delta) panjang pengeringan arah

DELPl

: DELP

DELT

: step waktu pengeringan (jam)

DELX

: ketebalan lapisan tipis (m)

DELY

:

step panjang pengeringan ke arah y (m)

EPS

:

variabel pada teknik Newton-Raphson

GA

: kecepatan aliran udara (kg/dt m 2)

GVEL

:

kecepatan aliran cengkeh (m/dt)

GVELJ

:

kecepatan aliran cengkeh (m/jam)

H

:

kelembaban udara mutlak (kgairjkg udara kering)

konstanta

panas jenis uap air (J/kgOc)

y (m)

XMO - XME

y

+ 1

ix

HA

:

Kelembaban udara mutlak (kgair/kg udara kering)

HC

: koef isien pindah panas konveksi (w/m2c)

HA-DBRH

:

HFG

: panas laten penguapan (J/kg)

HIN

:

kelembaban udara mutlak masuk

HS

:

penyimpanan

gosub untuk mencari kelembaban mutlak

kelembaban

udara

mutlak

sementara

dalam keadaan kondensasi
I

: indek dari loop

IND

: jumlah

INDl

: IND

IEXIT

: tanda selesainya program

IM

: I + 1

INDPR

:

ITERCT

: penghitungan jumlah iterasi

J

: indek dari loop

JJ

: penghitung

JI<

:

JM

: J - 1

JM

: J + l

JP

: penghitung

JS

:

K

: konstanta pengeringan

KAB

:

penghitung absorpsi

KCON

:

penghitung kondensasi

LENGTH

:

panjang tray (meter)

LONG

:

panjang tray (m)

+

1

jumlah delta panjang antar pencetakan tray

penghitung

waktu sementara untuk simulasi (jam)

Me

: kadar air keseimbangan

MR

: Moisture ratio

NODES

:

total jumlah delta pencetakan setiap tray

P

:

variabel pada subroutine WB, RH dan HA

PRT

: waktu selanjutnya untuk pencetakan output (jam)

PS

:

panjang pengeringan sementara untuk simulasi (m)

RH-DBHA : gosub untuk mencari RH
RH

: kelembaban udara relatif ( % )

RHC

:

RHIN

: kelembaban udara relatif masuk

RHOP

: massa jenis (kg/m3 )

SA

: luas permukaan spesifik (m2 /m3 )

SCONl

: konstanta

SCON2

: konstanta

SCON3

: konstanta

SUM

: Jumlah

SVPT

: variabel pada subroutine RH dan HA

T

: suhu udara (OC)

TB

: tebal lapisan tipis (m)

TBTPRJ

: interval waktu pencetakan (jam)

TGUESS

: perkiraan awal pada teknik Newton-Raphson

TH

: suhu cengkeh (OC)

THIN

: suhu cengkeh awal (OC)

THT

:

TIME

: waktu pengeringan kumulatif (jam)

kelembaban udara jenuh(0.99999)
(%)

penyimpanan suhu cengkeh sementara (OC)

xi

TIMEJ

: waktu pengeringan kumulatif (jam)

TIN

: suhu udara masuk (OC)

TMTH

:

TR

: tray

TT

: total waktu pengeringan simulasi (detik)

TTJ

:

total waktu pengeringan simulasi (jam)

TTY

:

total panjang drier (meter)

TXMO

: kadar air awal sementara

TW

: suhu bola basah

T1

: nilai lama pada teknik Newton-Raphson

T2

:

nilai baru pada teknik Newton-Raphson

VS

:

volume spesifik (m3/kg)

T - TH

(OC)

VS-DBHA : gosub untuk mencari volume spesifik
WT

: waktu yang dibutuhkan untuk melintasi drier (jam)

WTT

: waktu yang dibutuhkan untuk melintasi drier (jam)

WB-DBHA : gosub untuk mencari suhu bola basah
XK

: penghitung

XM

:

kadar air

XMAVE

:

kadar air rata-rata

XME

: kadar air keseimbangan sementara ( % )

XMO

:

XMR

: rasio kadar air

XMT

:

kadar air sementara dalam perhitungan

YL

:

panjang pengeringan arah y (meter)

(%)

kadar air awal

(%)

(%)

(%)

YPTR

: interval

panjang

pengeringan

output (meter)

Z1

: persamaan

Z2

: t u r u n a n Z1 t e r h a d a p waktu

lapisan t i p i s

untuk

pencetakan

DAFTAR SIMBOL

:

luas permukaan bahan

: konstanta pada persamaan 3
: panas jenis bahan (JjkgC)
: konstanta pada persamaan 14
: konstanta pada persamaan 14
: koefisien diffusi
: konduktivitas

panas lapisan udara pada

permu-

kaan air-udara
: koefisien

pindah

panas

uap

air

pada

permukaan air-udara
:

laju aliran (kg/m2dt)

:

kelembaban udara mutlak (kg air/kg uk)

: koefisien konveksi pindah panas
: panas laten penguapan (J/g)
: konstanta pengeringan (ljjam atau l/detik)

koef isien "fenomena" pada persamaan 1
kadar air

(%)

rasio kadar air
tekanan barometer
akar positif dari fungsi Bessel
laju aliran panas (~jm'dt)
koordinat partikel (m)
kelembaban udara relatif
xiv

antar

S

: volume k o n t r o l

T

: suhu udara

t

: waktu ( j a m , d e t i k )

V

: kecepatan a l i r a n

(OC)

: massa j e n i s

(m/detik)

(kg/m3)

E

: p o r o s i t a s bak

0

: s u h u produk

7

: a k a r f u n g s i B e s s e l o r d o no1 j e n i s p e r t a m a

Subskrip

:

a

: udara

abs

: a b s o l u t , mutlak

bb

: b a s i s basah

bk

: basis kering

e

: keseimbangan

eq

: keseimbangan

in

: i n i s i a l , awal

0

: keadaan awal

P

: produk

s

: surfacce,

v

: v a p o r , uap a i r

W

: air

X

: koordinat

Y

: koordinat

(desimal)

(OC)

permukaan

I. PENDAHULUAN

Produksi

cengkeh di

Indonesia

sebagian

digunakan pada industri rokok kretek, disamping
bahan

baku obat dan kosmetik.

cengkeh, dengan
peningkatan
melakukan

produksi

dari

import

tahun

ke

sebagai

Sebagai negara

yang

kuantitatif

tahun,

untuk mencukupi

besar

konsumen
mengalami
masih

Indonesia

kurangnya

kebutuhan

nasional.
Sebagai

hasil pertanian cengkeh bersifat

musiman.

Oleh karena itu agar cengkeh dapat mempunyai masa simpan
yang

lama atau lebih panjang maka perlu diadakan

perlakuan

untuk

mengamankan hasil

pertanian

(baik dari kerusakan maupun susut karena
Salah

satu

cara

yang

digunakan

suatu

tersebut

transportasi).
adalah

dengan

pengeringan.
Bunga cengkeh pada umumnya dipanen dengan kadar air
antara

60.00

cengkeh
air

%bb -

70.00

%bb.

Menurut

Indonesia bunga cengkeh kering mempunyai

14.00

%bb atau kurang dimana dengan kadar

dapat disimpan dalam waktu yang lama.
kadar

standar

air

tersebut

maka

perlu

Untuk

adanya

penting

dengan
untuk

jalan

pengeringan.

dilaksanakan karena pada

air

suatu

Tahap

kadar
ini

memperoleh

pengolahan agar kadar air dapat turun menjadi
yaitu

mutu

14.00

ini

proses

yang menentukan tinggi rendahnya mutu cengkeh.

proses
%bb,

sangat
inilah

Pada

umumnya

penjemuran, dimana
biaya

tetapi

Disamping
waktu

cara ini

tidak

maka

dapat

dengan

memerlukan

pengeringan dengan cara

relatif lebih lama.

tersebut

dilakukan

sangat tergantung pada cuaca

itu

yang

pengeringan

digunakan

dan

ini

Untuk

banyak
iklim.

memerlukan

mengatasi

alat

ha1

pengering

buatan/mekanis.
Alat

pengering

buatan ini

keadaan tidak digunakan.
biaya

pengeringannya

pengeringan

dengan

sebagian

besar

Alasan utamanya adalah
tinggi

lebih

daripada

cara lamporan/ penjemuran

dalam
satuan
cara
dengan

sinar matahari (Thahir, 1986).
Satuan

biaya operasi pengering buatan lebih mahal

dibandingkan
harus

dengan

dibeli.

penjemuran

karena

sumber

Tetapi dalam jumlah besar

energi

satuan biaya

pengering buatan dapat lebih rendah daripada penjemuran,
terlebih bila diikutsertakan biaya
lahan

untuk

terhadap

kebutuhan

lamporan (Abdullah et al., 1981

dalam

Thahir, 1986).
Untuk
yang

baik

mendapatkan mutu dan
diperlukan suatu

karakteristik

dari, alat pengering tersebut.
cara

yang

karakteristik

sering
dari

pengeringan

Menurut Nugroho

digunakan
alat

efisiensi pengeringan

untuk

pengering

(1986),

mempela jari
adalah

dengan

percobaan bail$ skala laboratorium maupun skala lapangan.

Percobaan dilakukan beberapa kali tergantung
yang

parameter

akan diamati, sehingga diperlukan waktu dan

yang tidak sedikit.
dipelajari dengan

biaya

Karakteristik alat pengering
teknik

simulasi

sebagai

dapat

pengganti

percobaan, yang untuk itu dibutuhkan sejumlah persamaan
yang

meng-gambarkan

tersebut.
komputer
dibuat

Model

fenomena pengeringan

si-mulasi

ini

biasanya

pengering

tipe

persamaan

differensial parsial.

membuat

cengkeh

alat

memerlukan

untuk penyelesaian. Dalam penelitian ini

model simulasi pengeringan cengkeh

adalah

dari

"cross-flow" dengan

model

akan

dengan

menggunakan

alat
model

Tujuan penelitian

matematik

ini

simulasi pengeringan

dengan alat pengering tipe "cross-flow" dengan

menggunakan

model

persamaan

differensial

parsial.

Dengan model simulasi, kemudian dipelajari pengaruh suhu
udara pengering, kelembaban mutlak dan relatif udara dan
kadar

air awal cengkeh terhadap performansi

"cross-flow".

pengering

11. TINJAUAN PUSTAKA

A. BOTANI

Tanaman cengkeh termasuk ke dalam famili

Myrtaceae

dan mempunyai sifat yang khas, yaitu semua bagian

tana-

man mengandung minyak, mulai dari akar, batang, daun dan
bunga (Ketaren, 1985).
Bunga
keluar

cengkeh

bersifat

terminal, kuncup

dari pucuk-pucuk ranting, bertangkai pendek

bertandan dengan panjang 4

-

5 cm.

Tiap tandan

dari 35 - 50 pucuk bunga (tipe Zanzibar).
tumbuh

bunga

terdiri

Kuncup

beberapa bulan sebelum bunga muncul.

bunga

Masa

per-

kembangan dan pembentukan bunga memakan waktu 190 hari.

dan

220

Bunga yang masih muda berwarna keunguan, kemudian

menjadi kuning kehijauan dan akhirnya menjadi merah muda
(Bintoro, 1986)

.

Bunga cengkeh merupakan hasil utama tanaman cengkeh
disamping
yang

utama

kretek
pangan.
akan

gagang dan daunnya.

Kegunaan

di Indonesia adalah

disamping untuk

untuk

rempah-rempah

bunga

industri
dan

Dengan penyulingan bunga, gagang

diperoleh

minyak cengkeh yang berguna

rokok

industri

dan

farmasi, industri parfum dan panili sintetis
1985).

cengkeh

daunnya

di

bidang

(Ketaren,

Menurut Hadiwidjaja (1970), cengkeh termasuk

tana-

man yang mempunyai sifat musiman, berbunga tidak
lebatnya.
cengkeh

Dan menurut Bintoro (1986), produksi

pada

kemudian

tahun-tahun pertama

dari

bunga,

masih

tanaman

sedikit

Dalam 3 - 4 tahun sekali

me-ningkat.

cengkeh menga-lami
lebih

merata

panen raya,

yang

80% keseluruhan ujung

tanaman

ditandai

bunga

dan

dengan

mengeluarkan

sedang untuk panan kecil lebih kecil

atau

sama

dengan 50%.
B. PENANGANAN PASCA PANEN CENGKEH

Menurut Hadiwidjaja (1970), saat pemanenan

cengkeh

yang tepat adalah 6 bulan setelah munculnya bakal bunga.
Bintoro

(1986) menyatakan bahwa

bunga

cengkeh

dapat dipetik apabila mahkota bunga telah besar,
bulat

dan berisi, bunga belum mekar serta

telah

mulai kemerah-merahan.

mulai
penuh,

warna

Pemetikan yang

bunga

terlambat

atau terlalu awal adalah merugikan, karena berat cengkeh
berkurang dan kualitas bunga rendah.
Cara pengolahan cengkeh terbagi menjadi dua,
yang

biasa dilakukan oleh petani dan perkebunan

Pengolahan

yang

dilakukan oleh petani

meliputi

tikan, pemilahan (sortasi basah), penqeringan
nyimpanan.

Sedangkan

pada

perkebunan

besar.
peme-

dan

besar

pengolahan itu meliputi pemetikan, pemilahan,

yaitu

pe-

proses

fermenta-

si, pengeringan, sortasi kering dan penyimpanan.

Menurut
dipetik

Bintoro (1986), bunga cengkeh

dipisahkan

dari tangkainya.

Daun,

tangkai bunga dipisahkan satu sama lain.
sahan

yang

telah

bunga

Setelah

dan

pemi-

dilakukan pengeringan dengan jalan penjemuran

atas

lamporan.

sahan

diadakan

Untuk perkebunan besar,
fermentasi selama 1

-

3

setelah
hari

di

pemi-

sehingga

warnanya berubah menjadi coklat muda dan setelah kering
men jadi hitam.
Tujuan
rasa

dari

fermentasi adalah

untuk

memperoleh

dan aroma yang lebih baik, terutama cengkeh

untuk

kebutuhan pabrik rokok yang dtkehendaki berwarna

hitam.

Perlakuan

mengu-

rangi

selanjutnya adalah pengeringan, yaitu

kadar

disimpan

air agar cengkeh dapat

dan

dikonsumsi,

lebih mudah diangkut.

Rasa

tahan

dan

aroma

timbul setelah dikeringkan (Darmono, 1976).
C. PROSES PENGERINGAN

Pengeringan adalah pengurangan atau penurunan kadar
air bahan sampai mencapai kadar air keseimbangan dengan
udara

normal di sekitarnya

(

pada umumnya 12.00

%bb

-

14.00 %bb) dimana penurunan mutu akibat jamur, aktivitas
enzim dan insekta dapat diabaikan (Henderson dan
1976).

Perry,

Menurut Brooker et al. (1974), pengeringan biji-

bijian dapat dianggap sebagai proses adiabatik, ha1

ini

berarti bahwa panas yang dibutuhkan untuk penguapan dari
kandungan

air

bi ji-bijian

disupply

oleh

udara

pengeringan tanpa perpindahan panas secara konduksi atau
radiasi dari sekitarnya.
Menurut

Sukiman (1985), dasar

proses

pengeringan

adalah terjadinga penquapan air atau pengisapan air oleh
udara karena perbedaan kandunqan uap air di udara
sedikit.

Dengan kata lain, udara mempunyai

lebih

kelembaban

nisbi yang rendah sehingga terjadi penguapan.
penqeringan dari biji-bijian adalah

Tujuan
rangi

kadar air sehingga kebusukan tidak

sebelum

biji-bijian

tersebut

akan

digunakan.

menguterjadi

Penqeringan

biji-bijian dengan kandungan air yang tinggi pada
air

awal

Mo

sampai kadar air akhir Mf

kadar

dapat

dibawa

keluar dalam waktu yang lama jika suhu udara pengeringan
rendah, waktu
suhu

yang singkat diperlukan

pengeringan yang lebih tinggi

jika

digunakan

(Brooker et

al.,

(1976) proses

pe-

1974).
Menurut

Henderson

dan

Perry

ngeringan dibagi menjadi dua periode, yaitu periode laju
pengeringan

tetap

(LPT) dan

periode laju

pengeringan

menurun (LPM).
Sedanqkan menurut
produk-produk
70.00

biologis

Brooker

et

dengan kadar

%bb - 75.00 %bb selama periode

al.
air

(1974), pada
pada

selang

pengeringan

awal

akan terjadi LPT yang merupakan fungsi dari suhu, kelembaban dan kecepatan udara penqering. Jika kondisi

ling-

kungan tetap, laju pengeringan akan tetap (Gambar 1).

Mekanisme

pengeringan sering

teori

tekanan uap.

bebas

dan air terikat.

diterangkan melalui

Air yang diuapkan terdiri dari
Air bebas berada

di

air

permukaan

bahan dan yang pertama-tama mengalami penguapan.
Laju penguapan air bebas sebanding dengan perbedaan
tekanan uap pada permukaan bahan terhadap
udara

pengering

Thahir,

(Henderson dan Pabis
Bila konsentrasi air

1986).

tekanan

uap

a

dalam

permukaan

cukup

1961

besar maka akan terjadi laju penguapan yang konstan.
+

Brooker et a$. (1974), mengemukakan bahwa kadar air
dimana laju pengeringan produk berubah dari LPT
LPM disebut kadar air kritis.

Waktu. t

Gambar 1. Pengeringan Produk Biologis selama
LPT dan LPM

menjadi

LPM

terdiri dari dua proses, yaitu pergerakan

uap

air dari dalam bahan ke permukaan dan pergerakan uap air
dari permukaan ke udara sekitarnya (Henderson dan Perry,
1976).
Menurut Brooker et al. (1974), biji-bijian biasanya
dikeringkan hanya selama periode LPM, ini berarti
laju

pengeringan

menurun dengan

ngeringan (Gambar 2).

kontinue

selama

proses ini dihilangkan.

ngeringan
metoda

dapat

(batch drying).
melalui

dilakukan

pengeringan

ruang

pe-

Henderson dan Perry (1976) menge-

mukakan bahwa LPT merupakan periode yang sangat
sehingga

bahwa

Secara

dengan

kontinue dan

dua

pengering dan

teoritis

mengalami

pe-

metoda, yaitu

pengeringan

Pada metoda kontinue

singkat

bahan

tumpukan
bergerak

kontak

dengan

udara pemanas secara pararel atau secara berlawanan.

Waktu, t

Gambar 2. Pengeringan Biji-bijian selama LPM

F / ;.:!,~?
/ * a

, ,

,J

.,

MODEL SIMULASI
PENGERI NGAN GENGKEH Y lPE " GROSS FLOW "

-

Oleh
NANlK

SRI

HARTANI

F 23. 0705

1 9 9 1
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN;
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

B O G O R

,"

\

/

/o(,(/o

Nanik Sri Hartani.
Cengkeh

Tipe

F 23.0705.

Model Simulasi

Pengeringan

"Cross-flow". Dibawah bimbingan

Atjeng

M.

..

Syarief.

RINGKASAN

Pengeringan adalah
pertanian
di

proses penurunan air

dari

hasil

sampai kadar air setimbang dengan keadaan

udara

sekelilingnya atau sampai kadar air dimana

mutu

hasil

pertanian tersebut dapat dipertahankan dari serangan jamur,
aktivitas serangga dan enzim.
Tujuan

penelitian ini adalah membuat

model

simulasi

penge-ringan cengkeh dengan pengering tipe "cross-flow" dan
mempelajari
dan

pengaruh suhu udara pengering, kadar air

kelembaban

relatif

serta

kelembaban mutlak

awal
udara

pengering terhadap performansi pengering tipe "cross-flown.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang meliputi
data

untuk cengkeh dan alat pengering

Data

yang dimaksud adalah data pengeringan

tipe

ucross-flow".
untuk

cengkeh

(hasil penelitian Anwar, 1987) yang dibatasi untuk

cengkeh

yang

telah terfermentasi dengan suhu dan kelembaban

nisbi

udara pengering tertentu dengan kecepatan aliran udara 0.10
meterfdt.
yang

Kadar

air keseimbangan diambil

terfermentasi, yaitu

sedangkan

untuk

Me=10.5938

konstanta

K=exp(16.4371-6072.9873fT).

untuk

exp(-0.04981 A T),

penge-ringannya
Kemudian

cengkeh

data

untuk

adalah

pengering

tipe "cross-flow" digunakan alat pengering

sama dengan pengering teh yang ada di PT. Gunung
Kadar
panjang

air

Mas.

dan suhu cengkeh dianalisa untuk

tertentu

yang

digunakan, demikian juga dengan suhu dan kelembaban

nisbi

Model simulasi ini

pengering.

parameter

tersebut

differensial

(0.11 meter)

parsial

dengan
tipe

dari

setiap

tray

udara

tray

yang

mencari

parameter-

menggunakan

bak yang

pada

persamaan

dasarnya

dengan tipe wcross-flow", yaitu dengan mengganti

sama

t menjadi

y

dan at menjadiay (At=Ay/V dan G =V
P
P P~P). Hasil yang
diperoleh pada setiap tray (alat pengering ini terdiri dari
empat tray) ternyata tidak dapat
pengeringan
kemudian

yang

diharapkan.

menerangkan suatu
Oleh

karena

dilanjutkan dengan pengering

itu

tipe

proses
analisa

"cross-flow"

untuk satu tray yang panjangnya 22 meter.
Metoda
cengkeh
tetapi

yang terakhir ini menunjukkan bahwa kadar

akan

turun dengan

semakin

keluar

kenaikan
untuk

dengan

ini

Untuk suhu udara

(setelah mengeringkan

kelembaban

pengering

Kadar air

setelah melalui tray sepanjang 22 meter

250.70 %bk dengan suhu 57.2Oc.
yang

lamanya pengeringan,

sebaliknya suhu cengkeh meningkat.

dihasilkan

semakin
nisbi

lamanya
adalah

berpengaruh

cengkeh)

sebaliknya.
kadar

yang

adalah

pengering

menunjukkan

pengeringan,

terhadap

air

sedangkan

Suhu
air

udara

cengkeh,

semakin tinggi suhu udara pengering maka waktu penge-ringan
akan lebih singkat.

Dengan suhu udara pengering 6 0 . 0 ~dan
~

kadar

air

setelah

awal 254.14 %bk, kadar air 250.70 %bk dicapai
1
waktu pengeringan 18 - menit, dengan suhu udara
3

pengering 5 5 . 0 ~untuk
~
kadar air awal dan waktu pengeringan
yang sama, kadar air yang dicapai adalah 251.51 %bk, dengan
suhu udara pengering 50.0°c, kadar air yang dicapai
252.15
kadar

%bk
air

dan untuk suhu udara

penqering

yang dihasilkan adalah 252.65

adalah

45.0°c,

%bk.

Demikian

juga dengan kadar air awal yang berpengaruh terhadap
air,

semakin

kecepatan

rendah kadar air awal

pengeringan

sebaliknya. Denqan
waktu

pengerinqan

akan

yang

semakin

maka

digunakan

kadar
maka

meninqkat,- begitu

suhu udara pengering 60.O
'
C
,
selama
1
18- menit, untuk kadar
air
awal
3

127.53%bk, kadar

air yang dihasilkan adalah

125.71

%bk,

untuk kadar air awal 72.68 %bk, maka kadar air yang dicapai
adalah 71.65 %bk sedangkan untuk kadar air awal
kadar air yang dihasilkan adalah 19.98 %bk.

20.23 %bk,

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

MODEL SIMULASI
PENGERINGAN CENGKEH TIPE "CROSS-FLOW"

S K R I P S I
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
*

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada jurusan MEKANISASI PERTANIAN,
Fakultas ~ e k n o l o g i~ertanian,
Institut Pertanian Bogor

Oleh

:

NANIK SRI HARTANI
F 23.0705
Dilahirkan pada tanggal 21 Maret 1968
di Rembang

KATA P E N G A N T A R

Puji
telah

syukur kami panjatkan kepada Allah swt.

melimpahkan

rahmatnya

sehingga

yang

penulis

dapat

bahwa

dalam

menyusun skripsi ini denqan baik.
Kami
pembuatan
berbagai

sebagai
skripsi
pihak,

penulis
ini

tidak

menyadari
terlepas

oleh karenanya

dalam

dari

bantuan

kesempatan

ini

penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Dr.Ir. Atjeng M. Syarief, MSAE

yang telah membimbing

dan memberi pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
2. Ir. Suroso dan Ir. Aris Purwanto, yang telah bersedia

menguji dan memberikan saran dalam penulisan

skripsi

ini.
4. Dr. Ir. Ridwan Thahir,

yanq

telah

banyak

membantu

penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Mas Ari, mbak Nining, mas Heri, Andry, Unan, Suryani,

Ari, Jiji, Dwi, Tyas, Maria dan
17
7. Dan

keluarga

Bayangkara

denqan segala dukungannya.
semua pihak yanq tidak dapat kami sebutkan

yanq

telah membantu hingga selesainya tulisan ini.
Akhirnya,

penulis

mengharapkan kritik

dan

saran

yang bersifat membangun untuk kesempurnaan tulisan ini.

Bogor, Agustus 1991

Penulis

DAFTAR IS1

Halaman

................................. iv
DAFTAR TABEL .................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . viii
DAFTAR SIMBOL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ix
I . PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1
I1 . TINJAUAN PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4
A . BOTANI ......................................
4
B . PENANGANAN PASCA PANEN ......................
5
C . PROSES PENGERINGAN.......................... 6
1 . Pengeringan Lapisan Tipis ................ 10
2 . Model Teoritis Pengeringan Lapisan
Tipis .................................... 11
3 . Model Semi Teoritis dan Empiris .......... 15
4 . Kadar Air Keseimbangan dan Konstanta
Pengeringan .............................. 17
DAFTAR GAMBAR

D.

MODEL SIMULASI PENGERINGAN LAPISAN TIPIS
1

.

18

Model Pengeringan Lapisan Tebal . . . . . . . . . 18
a . Keseimbangan entalpi udara ...........
b . Keseimbangan entalpi biji-bijian .....

19
21

c . Keseimbangan kandungan air . . . . . . . . . . . 22

d . Perubahan kadar air biji-bijian . . . . . . 23
2.
E.

Model Simulasi Pengeringan Lapisan
Tipis Cengkeh . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24

PENGERING TIPE "CROSS-FLOW". . . . . . . . . . . . . . . . .
1.

26

Modif ikasi Pengering "Cross-flow" . . . . . . . 26

Halaman

2.
I11 .

PENDEKATAN TEORITIS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
A.

IV .

VI .

31

PENURUNAN MODEL PENGERINGAN TIPE
"CROSS-FLOW" ................................

31

B.

ASUMSI-ASUMSI ...............................

32

C.

PARAMETER YANG DIGUNAKAN ....................

33

METODOLOGI PENELITIAN...........................

35

A.

DATA PENGERINGAN LAPISAN TIPIS .............. 35

.

KARAKTERISTIK ALAT PENGERING................ 36

C.

PEMECAHAN NUMERIK MODEL PENGERING TIPE
"CROSS-FLOW". . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 37

D.

PENULISAN DENGAN PROGRAM KOMPUTER ........... 43

B

V.

Pengering Sistem "two stage-drier" ...... 27

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................

52

A.

PENGERINGAN TIPE "CROSS-FLOW"...............

52

B.

MODEL SIMULASI PENGERINGAN CENGKEH TIPE
"CROSS-FLOW" (MULTI STAGE) .................. 53

C.

ANALISIS MODEL SIMULASI PENGERINGAN
CENGKEH TIPE "CROSS-FLOW" SATU TRAY . . . . . . . . . 61

KESIMPULAN DAN SARAN ............................

76

A.

KESIMPULAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

76

B.

SARAN .......................................

78

LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

79

DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 172

DAFTAR G A M B A R

Halaman
Gambar

1. Pengeringan produk biologis selama

LPT

&

LPM.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Gambar

2. Pengeringan biji-bijian selama LPM

Gambar

3. Volume kontrol.. . . . . . . . . . . . . . . . . .

Gambar

4. Diagram

Gambar

5. Skema mesin pengering teh "Two
Stage Dryer". . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Gambar

6. Algoritma model persamaan

Gambar

7. Algoritma model persamaan

Gambar

8. Kadar

Gambar

9. Suhu

tahap .

pengering "Cross-Flow"

3

.......................

differensial parsial tipe "cross-flow"
multi stage . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
differensial parsial tipe wcross-flow"
satu tray.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

air cengkeh pada pengering
tipe
vcross-flow" multi
stage
selama 4 315 menit pertama ........
udara pengering pada pengering tipe "cross-flow" multi stage
selama 4 315 menit pertama

........

Gambar

10. Suhu

cengkeh pada pengerlng tipe
"cross-floww .multi stage selama
4 315 menit pertama.

.............

Gambar

11. Kelembaban relatif udara pengering

pada pengering tipe "cross-flow"
multi stage selama 4 315 menit
pertama. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Gambar

12. Kelembaban mutlak udara

pengering
pada pengering tipe "cross-flow"
multi stage selama 4 315 menit
pertama . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Gambar

13. Perbandingan kadar air
cengkeh
hasil simulasi dengan hasil penelitian Choirul. . . . . . . . . . . . . . . . . .