Makanan dan Reproduksi Ikan Payangka (Ophieleotris aporos (Bleeker)) di Danau Tondano
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di danau Tondano, Sulawesi Utara, terdapat ikan-ikan
kecil
berukuran
10-30
orang
sepanjang tahun.
duduk sekitar danau.
tahun
yang ditangkap
mrn,
dan
dimakan
Ikan ini disebut nike oleh pen-
Produksi nike sekitar 150 ton
per
atau sekitar 8% dari seluruh produksi danau (lihat
Tabel 1).
I
Semula
nike dianggap sebagai ikan kecil yang
akan mencapai ukuran besar,
(Lebistes sp.).
Djalil
dan
tidak
seperti misalnya ikan seribu
Soerjani, Wargasasmita,
Soesilo (1979) yang meneliti
Abdurrahman,
ekologi
danau
Tondano, masih belum mengetahui nama nike tersebut.
Baru
pada tahun 1979 nike berhasil penulis identifikasi, yang
ternyata adalah
(Bleeker).
anak ikan payangka, O~hieleotrisaporos
Produksi ikan payangka atau
nike besar
sendiri adalah sekitar 500 ton per tahun, maka
produksi
nike
gabungan
dan ikan payangka dapat mencapai
35% dari seluruh produksi danau,
itu
sekitar
sehingga merupakan ikan
terbanyak yang ada di danau.
Pada tahun 1980 harga nike dan ikan payangka masingI
masing
adalah
produksi
setiap
keduanya
tahun.
Propinsi
Rp 500,- dan Rp
bernilai
Berdasarkan
Sulawesi Utara,
kg, sehingga
750,- per
sekitar Rp
data dari
450
000
Dinas
ikan ini mencapai
000,-
Perikanan
22.7%
dari
Tabel 1.
Produksi Perikanan Di Danau Tondano
pada Tahun 1980
Jenis Produksi
Bobot
( ton 1
Ikan :
Payangka (Ophieleotris a~oros)
Nike (Ophieleotris aporos)
Mujair dan Nila (Oreochromis '
rnossambicus dan 0.niloticus)
Gabus (nEh;icephalug striatus)
Nilem (Osteochilus hasselti)
Sepat (Trichogaster
Betok (Anabas testudineus)
Mas (Cvvrinus car~io)
Tawes (Puntius ~onionotus)
Crustacea:
Udang waor (Caridina spp.)
Moluska:
Renga dan Kolombi (Annulvanra
c o s t a t a dan Pila m ~ u l l a c e a )
Sumber:
Dinas Perikanan Kabupaten Minahasa
s
seluruh
nilai
produksi
perairan
umum
di
Kabupaten
Minahasa, atau memberikan andil sekitar 4.7% dari seluruh
nilai produksi ikan (laut dan air tawar) di Minahasa.
Walaupun
tidak
pernah
seakan-akan
dari
nike
meresahkan
Besarnya
ditunjang
di
bahwa
oleh
masyarakat
karena
dianggap
Anggapan ini bertolak
nike sangat
pinggir-pinggir
populasi
namun
populasinya
"tidak pernah habis".
kenyataan
ditangkap
banyak ditangkap,
mudah
danau
nike beserta ikan
dijumpai
sepanjang
payangka
dan
tahun.
haruslah
reproduksi yang sukses dan makanan
yang
cukup di danau.
Ikan
payangka termasuk ke dalam famili
ordo Gobioidea (Weber dan de Beaufort,
annya
sangat luas,
Eleotridae,
1953).
yaitu meliputi daerah
Penyebar-
Indo-Pasifik,
Australia dan pulau-pulau Oseania seperti Fiji, Samoa dan
Tahiti.
Ikan
ini
terdapat di perairan
tawar
seperti
sungai-sungai, danau, rawa-rawa, juga di air payau, muara
sungai
bahkan
di
laut
(Herre,
1927;
Weber
dan
de
Beaufort, 1953; dan Munro, 1967).
Ikan payangka merupakan pemakan di daerah dasar
dan
mempunyai tipe atau bentuk ikan buas (Soeroto, Budiarso,
Dundu, Alamsyah, Sinurat dan Marangkey, 1975).
demikian,
payangka
penelitian
sebanyak
pendahuluan
55
ekor
yang
Walaupun
terhadap contoh
ikan
diperoleh
para
dari
nelayan, dirasakan bahwa contoh ikan tersebut belum cukup
banyak,
diambil.
lagi
pula
hanya
ikan-ikan
besar
saja
yang
Meskipun diketahui ikan ini adalah pemakan
daerah dasar,
namun
juvenilnya
(ikan muda
atau
di
nike)
bersifat pelagis dan besar kemungkinan pemakan
ton,
sebagaimana
sangat
masih
umumnya
muda.
zooplank-
kebiasaan anak-anak ikan yang
Mengingat bahwa
nike
ini
begitu
banyak terdapat di danau (keterangan dari Dinas Perikanan
dan
nelayan setempat),
pastilah ia merupakan salah satu
rantai yang sangat penting dalam rantai makanan
mata
danau.
di
Informasi mengenai makanan nike, seperti misalnya
zooplankton yang merupakan makanan pokok nike,
pemilihan
7
makanannya,
dan
ketersediaan makanan di danau
belumlah
diketahui.
Lebih jauh,
dengan semakin bertambah besarnya nike,
tentu akan berubah pula pola makannya,
dari pemakan zoo-
plankton
akhirnya
pemakan
dasar
di
daerah permukaan
sampai
menjadi
di daerah dasar dan lebih banyak hidup di daerah
daripada di permukaan.
ukuran
Tidaklah diketahui
berapa nike ini menjadi pemakan di daerah
mulai
dasar,
dan apa makanannya pada saat transisi ini.
Soeroto ffi
ka
dewasa
udang,
jenis
&. (1975) mendapatkan bahwa ikan payang-
(besar) memakan moluska yang
ikan kecil serta alga benang.
organisme
demikian
yang dimakan tersebut
berupa
Walaupun demikian
belum
diteliti,
juga keselektifan ikan payangka terhadap
nisme tersebut,
keong,
baik dari segi ukuran maupun
orga-
bentuknya.
Karena itu preferensi makanan ikan payangka dan nike yang
sesungguhnya belum diungkapkan.
Sebagai contoh,
apakah
ikan
payangka memilih keong yang dimakannya
berdasarkan
pada
ketersediaan (availability) keong yang banyak
ter-
dapat di daerah itu, atau pada ukuran tertentu yang masih
dapat masuk ke mulutnya, ataukah pada bentuk-bentuk keong
tertentu
sangat digemari?
yang
dengan jenis makanan lainnya.
diperlukan
pengamatan
Demikian
pula
halnya
Karena itu untuk studi ini
mengenai
frekuensi/kepadatan re-
di alam, kemudian memlatif jenis-jenis makanan tersebut
I
bandingkannya
dengan
yang terdapat di dalam
isi
perut
ikan .
Karena
ikan
danau Tondano,
dapat
payangka merupakan ikan
terbanyak
maka studi mengenai makanan ikan ini akan
mengungkapkan
bagaimana ia
memanfaatkan
(sumberdaya hayati) yang terdapat di danau.
jenis-jenis ikan di danau diketahui,
dapat
memberikan
lengkap)
belum
informasi
makanan
Juga karena
maka studi ini akan
(walaupun
tidak
secara
tentang sumberdaya hayati danau yang mana
cukup
manusia.
di
banyak dimanfaatkan oleh ikan
yang
maupun
oleh
Dengan adanya informasi ini, maka arah kebijak-
sanaan pengelolaan danau akan dapat ditetagkan.
Herre
payangka
(1927) menyebutkan bahwa
di
Filipina
merupakan ikan yangakatadromus, yaitu berpijah
di laut kemudian juvenilnya memasuki aliran sungai
seterusnya
untuk
ikan
hidup
berpijah
di air tawar,
kembali.
sampai datang
Pemijahan ikan
untuk
waktunya
payangka
di
danau Tondano masih belum banyak diketahui.
Tetapi meng-
ingat bahwa nike didapatkan sepanjang tahun, maka diduga
bahwa
ikan
Pengamatan
sepanjang
payangka
terhadap
berpijah
sepanjang tahun
tingkat kematangan gonad
juga.
ikan
ini
tahun diharapkan akan dapat digunakan menduga
waktu-waktu pemijahannya.
Berlainan
Tondano
dengan di Filipina,
jelas berpijah
terlihat
danau.
dengan
Nike
adanya
di
danau
ikan payangka
air
danau
tawar, seperti
jumlah nike yang
berlimpah
ini tidak mungkin berasal dari
laut
di
atau
sungai yang masuk atau keluar danau, karena satu-satunya
sungai
yang
mengalir ke luar danau
(outlet) mempunyai
(lebih kurang 50
tiga buah air terjun yang sangat tinggi
meter),
sehingga
laut atau sungai.
tidak mungkin dinaiki oleh
nike
dari
Perlu diingat bahwa danau Tondano mem-
punyai ketinggian sekitar 620 m dari atas permukaan laut,
dan
berjarak sekitar 40 km dari laut.
nampak
Dengan
demikian
bahwa ikan payangka Tondano ini mengalami isolasi
(landlocked). Menurut keterangan Dinas Perikanan Propinsi
Sulawesi Utara,
ikan ini didatangkan dari danau
Limboto
di Gorontalo pada tahun 1902.
Meskipun
payangka
belum
pada
berpijah
di dinau, musim pemijahan
belurnlah diketahui.
Juga ternpat
diketahui apakah berpijah di dasar
kedalaman
pemijahannya
perairan
tertentu; kemudian apakah
ikan
atau
berpijah
di
pinggir atau di tengah atau pada sembarang tempat.
Lebih
lanjut,
belum
sifat-sifat telur
diketahui
apakah
selain
ikan
bersifat
payangka
juga
tenggelam
di
dasar
(demersal) juga bersifat melekat pada tumbuhan (fitofil),
melekat
pada batu-batuan di dasar (litofil) ataukah pada
benda-benda padat lainnya di dalam air.
Pengetahuan tentang tempat
telur
dan
jumlah telur
yyng
pemijahan, sifat-sifat
dihasilkan
oleh
induk
(fekunditas) disertai dengan pengetahuan tentang makanan
payangka di danau, akan dapat membantu memberikan gambaran
mengapa
ikan ini
dapat berkembang dengan sukses
di
danau Tondano. Selain itu pengetahuan tersebut akan dapat
menjelaskan relung (niche) mana yang ditempati
sehingga
tindih
dapat
payangka,
dilihat di bagian mana terjadi
relung di danau.
tumpang-
Dalam ha1 ini tentunya
relung
makanan dan relung pemijahan ikan di danau yang harus diperhatikan dan dibahas.
Penelitian
ini dilakukan mengingat bahwa
informasi
tentang makanan payangka beserta aspek reproduksinya akan
berguna dalam pengelolaan sumberdaya ikan, khususnya ikan
payangka di danau ini.
ambil
manfaat
Pengelolaan di sini berarti meng-
yang sebesar-desarnya dari ikan
guna kepentingan manusia,
ikan ini
di alam.
payangka
di
tanpa mengabaikan
Ini berarti
memikirkan
danau Tondano, yaitu
misalnya
payangka
kelestarian
pengelolaan
memberikan
evaluasi
tentang
akibat penangkapan nike
yang
mungkin
berlebihan terhadap populasi payangka. Juga dapat berarti
memikirkan
umum
kemungkinan penyebaran payangka
lainnya;
ataupun
di
perairan
kemungkinan penggunaan
payangka
untuk mengontrol atau memberantas beberapa parasit secara
biologik,
keong,
karena
ikan ini adalah pemakan
dan sebagainya.
Juga
moluska
dapatberarti
atau
memikirkan
payangka untuk kepentingan akyakultur d i air tawar maupun
di air payau.
1.2.
Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian
ini
adalah
untuk
memperoleh
informasi tentang dua aspek biologi ikan payangka,
yaitu
makanan dan reproduksinya di danau Tondano.
Sasaran penelitian ini adalah:
(1)
Mengetahui
makanan ikan payangka serta
nya,
untuk ikan muda (nike) maupun untuk ikan
baik
preferensi-
yang lebih tua; kemudian dengan membandingkan makanan
tersebut dengan sumberdaya
hayati
danau,
akan
dapat dilihat bagaimana ikan ini memanfaatkan sumber
tersebut,
dan
juga letaknya dalam jaringan makanan
di danau;
(2)
Mendapatkan
@
deskripsi
dan informasi
pencernaan ikan payangka,
dan
susunan gigi serta
tentang
alat
yaitu letak mulut, bentuk
panjang
ususnya,
sehingga
dapat ditelaah apakah alat-alat pencernaan ini sudah
cocok dengan jenis makanannya di danau;
(3) Mengetahui
perubahan
payangka dan nike,
ketersediaan makanan
ikan
kemudian ditelaah apakah makanan
ikan itu berubah dengan adanya perubahan ketersediaan makanan;
(4)
Memperoleh
keterangan
payangka, yaitu
tentang
reproduksi
tentang tingkat kematangan
fekunditas, diameter
tqlur, musim
ikan
gonad,
pemijahan
dan
daerah pemijahannya di danau;
(5) Mendapatkan
deskripsi dan informasi tentang
sifat telur ikan payangka seperti bentuk,
sifat-
perlekat-
an, ukuran, masa inkubasi dan perkembangan dininya;
(6) Memperoleh
gambaran
tentang
reproduksi ikan payangka,
evolusi dan strategi
jika dilihat berdasarkan
butir (4) dan (5);
(7)
Memperoleh
gambaran
tentang
penyebab
hidup ikan payangka di danau Tondano,
kesuksesan
jika
dilihat
dari pola reproduksi dan pola makannya di danau;
(8) Memberikan
gambaran
tentang
kegunaan
hasil-hasil
penelitian yang diperoleh, baik yang menyangkut ikan
payangka maupun organisme-organisme danau lainnya.
.
11.
TINJAUAN PUSTAKA
Pustaka tentang biologi payangka sangatlah
Yang
ini
langka.
paling banyak hanya menyebutkan terdapatnya spesies
pada
suatu tempat (occurrence) atau
negara-negara
tertentu, ataupun mengenai distribusinya, seperti yang
diberikan oleh Herre (1927, 1954),
Weber
dan
Fowler (1927, 1928),
de.Beaufort (1953), Sterba (1962) dan
(1955, 1967).
Munro
Penulis-penhlis ini memberikan deskripsi
taksonomi dan kunci identifikasi famili Eleotridae, yang
mencakup
Ovhieleotris aporos
dan kerabatnya yang
dianggap masih satu genus, Owhiocara porocevhah.
itu
mereka
dulu
Selain
juga memberikan keterangan tentang habitat
payangka, yang dikatakan dapat hidup di
danau,
rawa, air payau, muara sungai dan di laut.
lanjut tentang
taksonomi
dan
anatomi
sungai,
Studi lebih
payangka
hanya
dilakukan oleh sedikit penulis, yaitu Akihito (1971) dan
Akihito dan Meguro (1974).
Pemberian
nama payangka menurut Weber dan de
fort (1953) adalah sebagai berikut:
Ordo
:
Gobioidea
Famili
:
Eleotridae
Genus
:
O~hiocara
;
.
Spesies: Q~hiocara aPorog Bleeker (1875)
Eleotris avoros Bleeker (1854)
Qvhieleotris aporos Bleeker (1854)
Beau-
Spesies: Eleotris aporos Gunther (1861)
Eleotris avoros Bleeker (1865)
Eleotris macrole~idotusGunther (1877)
Berdasarkan penelitian kembali yang
mendalam, maka
Akihito dan Meguro
(1974) berpendapat
bahwa
pemberian
nama
sudah tepat, yaitu bahwa
Ovhiocara
oleh
Aurich
harus diganti dengan 0phjeleotri.s a
avoros Bleeker
Bleeker.
Dengan
m
demikian pada famili Eleotridae harus
f
ditambah satu genus lagi yaitu O~hieleotris, yang hanya
mempunyai satu anggota spesies aporos. Nama yang baru ini
sudah
mulai
digunakan sekarang, seperti misalnya
oleh
Masuda (1975) dan Lake (1977).
Ikan
Ikan
payangka mempunyai warna yang sangat menarik.
jantan berwarna kuning kemerahan berbercak-bercak,
sedang ikan betina berwarna sedikit memucat, hijau keabuan
sehingga mudah dibedakan dari yang jantan.
dan
ikan
Australia ikan payangka lebih
dicetak
guna
diperhatikan
hias di akuarium daripada ikan konsumsi.
nampak
misalnya
ulang
pada
Herre
Eropa
sebagai
Hal
ini
(1927, 1954) yang
pada tahun 1965 oleh Lembaga
keperluan ini.
dikumpulkan
karya
Di
Smithsonian
Demikian juga dengan tulisan yang
oleh Sterba (1962) dan
Lake
(1977) jelas
menggambarkan ikan payangka sebagai ikan akuarium.
Lake
(1977) menyebutkan bahwa ikan ini jarang atau kurang di-
manfaatkan sebagai makanan, karena ukurannya yang relatif
kecil. Walaupun demikian di Asia ikan ini masih dianggap
ikan
komersial
penting,
(Herre, 1927) di mana
seperti misalnya
ikan
payangka
dan
di
Filipina
nikenya
di
tangkapi dan dimakan, sebagaimana halnya yang terjadi di
Sulawesi Utara.
Nama nike,
adalah
nama
seperti yang telah disebutkan terdahulu,
ikan
payangka
yang
masih
muda,
di mana
pigmen-pigmennyp belum terlihat jelas dengan mata biasa.
I
Bagi
masyarakat
Sulawesi Utara nama
nike
sesungguhnya
berlaku bagi ikan-ikan kecil (muda) yang sering
di
pantai-pantai dalam jumlah besar, dan
terdapat
muncul
pada
waktu-waktu tertentu. Dengan demikian nike adalah kumpulan ikan-ikan muda dari berbagai spesies.
kian
dalam
Walaupun demi-
karya Schuster dan Djajadiredja (1952) nike
disebut
sebagai
ikan
Valencienna
anggota
dari famili Eleotridae).
muralis
(yang
Mereka ini
juga
kebetulan
mungkin hanya mengidentifikasi spesies tersebut di atas.
Herre
lengkap.
nama
IPon
ikan, baik
(1927) memberikan
informasi
yang
Di Filipina kumpulan ikan-ikan muda ini diberi
dan
ternyata terdiri dari
dari
beberapa
famili Eleotridae maupun
dari
Gobiidae (keduanya adalah anggbta ordo Gobioidea).
ikan
lebih
tersebut
adalah
Eleotris
spesies
famili
Ikan-
melasoma, Ovhieleotris
aPoros (payangka), Chono~horosmelanocephalus Glosso~obius celebicus dan Sicvo~teruslacr~mosus.Ikan Valencienna
-
'
muralis tidak terdapat dalam ipon tadi.
Nampaknya
bersifat
ikan-ikan ordo
katadromus.
Gobioidea
banyak
Hal ini terlihat juga
Costa Rica (Amerika Tengah),
di
yang
daerah
di mana ikan-ikan muda dari
famili Eleotridae banyak terdapat di pantai-pantai. Ikanikan
muda ini sering bercampur dengan udang-udang kecil
dan di sana disebut tismische (Nordlie, 1981). Ikan-ikan
ini adalah Gobiomorus dormitor, Dormitor mculatug, Elegtris
amblvo~sis, Eleotris pisonis,
f luviatilh.
Rica
dan
Le~to~hilv~nus
Ikan Ovhieleotri~tidak terdapat di
Costa
karena penyebarannya terbatas hanya di daerah Indo-
Pasif ik.
Di Indonesia, ipon
nama
himpun
dilakukan
atau tismische
atau imvun.
oleh
dan
dengan
Penelitian tentang impun
Sukahar dan
Sukahar, Cokrowasito
dikenal
Tjokrowasito
Soeryowinoto
ini
(1972) serta
(tanpa tahun).
Menurut mereka itu impun yang terdapat di teluk Baron dan
muara sungai Progo di sebelah selatan Yogyakarta, terdiri
dari
juvenil
ikan boso (Eleotris sp.
dan
H~~seleotris
leuciscus), sidat (An~uillasp.), ikan bluntak (S~haeroi
des honckeni),
belanak ( M u ~ i lsp.), lawesan (Late3 sp.),
teri (Ambasis sp.), ikan lid& (famili Syngnatidae), ikan
sombeng (Brach~callionymusmerug),
cyprinoides),
Ikan
payangka
udang-udang
tidak
ikan lunto
(Meaalovs
dan gangsing (anak kepiting).
terdapat
dalam
impun
tersebut,
walaupun
ikan ini terdapat di sungai-sungai kecil
bermuara
di
Samudera
selatan), seperti
sungai
Ciseureuh
Sudah
Indonesia
(Jawa Barat
yang
bagian
sungai Cirengganis di Pangandaran dan
di
daerah
Pelabuhan
Ratu
(Soeroto,
dikemukakan bahwa studi tentang biologi
payangka belum banyak dilakukan.
ikan
Soeroto & d. (1975)
telah meneliti nilai gizi, makanan,
fekunditas dan
ko-
I
relasi panjang bobotnya.
kurang, hasil
Namun dengan bahan yang sangat
dan kesimpulan yang memuaskan tidak dapat
diperoleh
Studi
khusus
tentang makanan ikan
payangka
belum
pernah dilaksanakan dengan memuaskan. Baik Soeroto &
(1975) yang
meneliti ikan payangka
maupun
Mondoringin
(1980) yang meneliti nike, hanya meneliti dalam
yang
sangat pendek (kurang lebih satu bulan),
tidak
a.
periode
sehingga
memberikan gambaran tentang makanan dan perubahan-
nya sepanjang tahun.
Selain itu seperti telah disinggung
terdahulu, gambaran ketersediaan makanan ikan payangka di
danau Tondano tidak dipelajari, sehingga tidak dapat diperlihatkan bagaimana preferensi makanan ikan payangka.
Walaupun
kurang, namun
studi tentang aakanan ikan payangka
masih
studi tentang ikan-ikan lain dari
famili
Eleotridae sudah cukup banyak dilakukan seperti misalnya
oleh
McDowall (1965a) dan Nordlie
(1981).
Hasil-hasil
dari
studi
ikan-ikan
Hal
ini
makanan tersebut umumnya
menunjukkan
dari famili Eleotridae ini bersifat
memperkuat pernyataan-pernyataan
bahwa
karnivor.
penulis
ter-
seperti misalnya Herre (1927), Sterba (1962) dan
dahulu
Munro (1967).
Studi
mencari
dan
mengenai
makanan dan
kebiasaan
makan sebenarnya sudah banyak sekali
meliputi
bermacam-macam
spesies
ikan
ikan
dalam
dilakukan,
di
dunia.
I
Beberapa
telah
dan
macam metode untuk menganalisis isi perut
dibuat dan dikemukakan,
kelebihannya.
metode-metode
ini
Beberapa
dengan segala
tinjauan
kekurangan
pustaka
misalnya telah dilakukan
ikan
tentang
oleh
Hynes
(1950), Pillay (19521, Windell (1968), Soeroto (1977) dan
Hyslop
(1980).
Pemilihan metode yang cocok untuk suatu
spesies ikan bergantung antara lain pada hal-ha1 berikut:
(1)
jenis ikan dan makanannya
terutarna
ukurannya,
(2)
ketelitian yang dikehendaki, (3) waktu yang tersedia, dan
(4) jumlah spesimen yang dianalisis.
Untuk
mendapatkan gambaran yang lebih baik
tentang
kebiasaan makan ikan, banyak penulis menghubungkan makanan
gigi
ikan dengan organ-organ pencernaannya seperti
rahang,
raker),
kerongkongan,
lambung dan usus.
dikerjakan
Hickling
gigi
tapis
mulut,
insang
(gill
Sebagai contoh misalnya yang
oleh Al-Hussaini (1947), Yasuda (1960a,b,c),
(1966), Keast
dan
Webb
(1966), Martin
dan
Sandercock
Heitz
(1967), Western (1969), Magnuson dan
(1971), Groot (1971), Braber dan Groot (1973),
Kapoor,
Smit dan Verighina (1975), dan Soeroto (1977).
Hubungan antara kebiasaan makan dengan ekologi ikan,
misalnya
kungan
antara makanan dengan fluktuasi
keadaan
ling-
dan dengan ukuran atau umur ikan yang bervariasi,
juga cukup banyak diteliti,
misalnya oleh Swynnerton dan
Worthington (1940), Hynes (1950), Ball
(1961),
Corbet
t
(1961), Hellawell (1971, 1972), Hunt dan Jones (1972) dan
Cyrus dan Blaber (1983).
Walaupun ikan-ikan yang mereka
teliti berbeda spesiesnya, namun sebagai bahan pembanding
dan
bahan
pembahasan pustaka-pustaka tersebut
di
atas
dapat digunakan .
Studi tentang tingkat kematangan gonad,
fekunditas,
pemijahan dan perkembangan dini ikan juga banyak
kan.
dilaku-
Beberapa di antaranya adalah oleh Bagenal dan Braum
(1968),
Bagenal
(1971,
(1973).
Mackay (1974).
19781,
Hellawell (19721, Webb
Leary, Murphy dan Miller (1975),
Martinez dan Houde (1975),
Auty (1978), Braum (1978) dan
Geevarghese dan John (1983).
Khusus
pada
ikan-ikan
famili
Eleotridae
ataupun
Gobiidae (keduanya adalah angdota ordo Gobioidea),
studi
tentang aspek reproduksi tersebut cukup banyak dilakukan.
Studi tersebut mendapatkan antara lain, bahwa:
Pada ikan-ikan Eleotridae maupun Goiidae,
dan
betina
dapat
mudah
dibedakan
genital papilanya (Manacop,
dan Mito,
1963;
Arima dan Mito,
ikan jantan
terutama
dari
1953; Dotsu, 1958; Dotsu
Dotsu dan Tsukahara,
1964;
Dotsu,
1965; McDowall, 1965; Anderson, Lake
dan Mackay, 1971; Tan dan Lam, 1973; dan Auty, 1978).
Beberapa
nya
ikan gobioid dapat dibedakan jenis kelamin-
dari sirip punggung pertamanya
Dotsu,
Dotsu &
1958;
(Manacop,
1953;
d.,1965; Dotsu dan Mito,
1963).
Musim
pemijahan eleotrid ataupun gobioid sangat ber-
variasi.
temukan
Yang berpijah pada musim panas misalnya dioleh Dotsu (1958), Dotsu dan
Dotsu -& &.
Mito
(1963),
(1965), Mashiko (1976), Matoba dan Dotsu
(1977), dan
Mann (1980).
Yang berpijah pada musim
semi misalnya ditemukan oleh Dotsu (1961), pada musim
dingin
sampai
musim
semi
(1965) dan Stephens (1982),
misalnya
oleh
McDowall
sedangkan yang
berpijah
pada musim kemarau diamati oleh ~ a n a c o p( 1953 ) .
Umumnya
eleotrid
maupun
gobiid
bersifat
pemijah
berganda atau multiple spawner (Manacop, 1953;
Dotsu
G d.,
1965; McDowa11, 1965; Mann, 19801, tetapi ada
juga
yang bersifat pemijah total atau total
(Dotsu, 1958).
spawner
4.
Semua eleotrid maupun gobiid
yang dilaporkan
mempu-
nyai telur yang demersal, melekat pada suatu obyek di
dasar perairan, dan telur dijaga oleh induk (parental
Tidak pernah dilaporkan adanya telur gobioid
care).
yang planktonis.
5.
Telur
gobioid
1958 dan 1961;
1965;
1974a;
berbentuk lonjong
buah
a.,
1973;, Shiogaki dan Dotsu, 1974,
dan Dotsu,
telur (Dotsu dan Mito,
berbentuk
(Dotsu,
Dotsu dan Fujita, 1963; Dotsu &
Tan dan Lam,
Uchida
memanjang
1980),
1963;
berbentuk lonjong
McDowall,
pir atau jambu
1965),
(Manacop,
dan
1953
dan
Auty, 1978). Semua telur gobioid yang dilaporkan mempunyai
alat untuk melekat berupa benang-benang
suatu ujung (polar thread),
pada
kecuali pada ikan B ~ s e -
Leotris cQmDressug yane dikatakan mempunyai perlekatan
berupa
cakram pelekat atau adhesive disc
(Auty,
1978).
6.
Masa inkubasi telur gobioid sangat
gantung
10
7.
pada temperatur
bervariasi,
dan jenis ikan,
jam sampai 720 jam setelah dibuahi
Fekunditas
ikan
yaitu dari
(lihat
gobioid 6erkisar antara
ber-
250
Tabel
butir
sampai 40 000 butir (lihat Tabel 22).
Aspek reproduksi ikan payangka belum pernah diteliti
dengan memuaskan. Namun demikian dalam aspek ini terdapat
cukup
bahan
pembanding bagi ikan payangka,
yaitu
dari
ikan-ikan lain yang masih anggota famili Eleotridae.
Danau Tondano sebagai habitat ikan, sudah seringkali
Di antaranya oleh Soeroto & &. (1975). Rondo
diteliti.
(1977), Soerjani ff; d. (1979) dan Mondoringin
Karena adanya sumber
maka
kisaran
air panas pada beberapa tepi danau,
temperatur
danau Tondano dari
tempat
tempat menjadi besar (Soeroto & d.,1975 dan
&
(1980).
ke
Soerjani
d.,1979), demikian juga kisaran fosfat, sulfat,
padatan
silikat,
(Soerjani & &..,
danau
tersuspensi
1979).
dan daya
hantar
listrik
Walaupun demikian secara umum
Tondano merupakan tempat hidup yang baik bagi ikan
(Soeroto & d.,
1975; dan Soerjani et d.,1979).
Dari
tinjauan pustaka ini dapat
bahwa
studi tentang rnakanan dan reproduksi ikan telah
walaupun
banyak
dipelajari,
sangat
sedikit
pendahuluan
dekatan
disimpulkan
namun bagi payangka studi ini
sehingga
perlu
diperluas.
Penelitian
yang ada dapat digunakan untuk membuat
yang lebih baik dan arah yang lebih pasti
studi ini.
masih
pendalam
19
cukup
bahan
pembanding bagi ikan payangka,
yaitu
dari
ikan-ikan lain yang masih anggota famili Eleotridae.
Danau Tondano sebagai habitat ikan, sudah seringkali
Di antaranya oleh Soeroto &
diteliti.
d. (19751, Rondo
(1977), Soerjani & d. (1979) dan Mondoringin
Karena adanya sumber
maka
kisaran
(1980).
air panas pada beberapa tepi danau,
temperatur
danau Tondano dari
tempat
tempat menjadi besar (Soeroto & d.,1975 dan
ke
Soerjani
I
d.,1979), demikian juga kisaran fosfat, sulfat,
silikat,
padatan
tersuspensi
(Soerjani & d.,1979).
danau
hantar
listrik
Walaupun demikian secara umum
Tondano merupakan tempat hidup yang baik bagi ikan
(Soeroto &
walaupun
d.,
1975; dan Soerjani
g&
tinjauan pustaka ini dapat
Dari
d.,1979).
disimpulkan
bahwa
studi tentang makanan dan reproduksi ikan telah
banyak
dipelajari,
sangat
sedikit
pendahuluan
dekatan
dan daya
namun bagi payangka studi ini
sehingga
perlu
diperluas.
Penelitian
yang ada dapat digunakan untuk membuat
yang lebih baik dan arah yang lebih pasti
studi ini.
masih
pendalam
111. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Pengambilan Contoh
Berdasarkan
peta
danau
Tondano yang
dibuat
Dinas Perikanan Propinsi Sulawesi Utara secara
dapat
dilihat
skematik,
adanya aliran sungai kecil yang masuk
danau sebanyak 25 buah,
dan
oleh
satu aliran
air ke luar
ke
danau,
bagian danau yang terdalam adalah 27 meter (Lampiran
2) -
I
Untuk keperluan penelitian ini hanya ditentukan
dua
buah stasion pengambilan contoh di danau. Pemilihan kedua
stasion ini didasarkan pada: (1) salah satu stasion harus
terletak
dekat
aliran air ke luar danau
(outlet),
(2)
jika mungkin stasion yang lain terletak dekat aliran
air
(3) ikan payangka serta nike banyak ter-
masuk
(inlet),
dapat
pada kedua stasion tersebut,
(4) mempunyai
dasar
perairan yang bervariasi seperti misalnya berpasir, berlumpur dan bervegetasi lebat,
dangkal,
(5) mempunyai bagian
landai dan bagian yang dalarn,
yang
(6) dapat dengan
mudah dicapai atau didatangi.
Pada
kedua stasion ini dilakukan pengambilan contoh
ikan payangka, nike,
plankton dan fauna
dasar.
Skema
0
penempatan
lokasi-lokasi
stasion dapat dilihat
pengambilan contoh pada
pada
terletak pada aliran keluar
Stasion
Gambar 1 dan 2.
di desa
Toulour,
kedua
Stasion I
sedangkan
I1 terletak di desa Touliang Oki, dekat
dengan
aliran kecil yang rnasuk danau. Kedua stasion ini berjarak
8 km.
sekitar
dibuat
Pada Stasion I daerah pengambilan contoh
berbentuk
segitiga,
disesuaikan dengan
mulut
sungai yang berbentuk corong, dan pada Stasion I1 dibuat
berbentuk empat persegi panjang, untuk mempermudah pengukuran dan pengambilan contoh.
Gambar 1.
Skema Lokasi Pengaxhbilan Contoh pada Stasion I
(Toulour) Dilihat dari Atas
Lokasi pada setiap stasion, yang diberi nomor dari 1
sampai dengan 12, ditandai dengan sepotong kayu bernomor
sesuai
batu
dengan
nomor lokasi.
Kayu ini diberi
dengan perantaraan tali nilon yang
diikatkan
kayu, agar tidak mudah hanyut terbawa arus.
contoh
ikan, plankton
tanda
kayu
kayu.
Hal
contoh
Pengambilan
pada
tersebut, dengan radius kira-kira 5 m
dari
tidak
berhubung
pada
dilakukan
ini
dan fauna dasar
pemberat
terpaksa dilakukan
dapat
dilaksanakan
adanya gelombang dan angin
karena
dalam
pengambilan
satu
titik,
yang kadang-kadang
cukup keras.
Gambar 2.
Skema Lokasi Pengambilan Contoh pada
Stasion I 1 (Touliang Oki) Dilihat
dari Atas
Dalam pelaksanaan teknisnya. pengarnbilan contoh ikan
payangka, nike,
dan udang dilaksanakan terlebih dahulu,
baru kemudian pengambilan fauna dasar dan plankton,
pengukuran
dilakukan
pH dan temperatur air permukaan.
lalu
Urutan ini
untuk menghindari larinya ikan-ikan dan
udang
terlebih dahulu, jika seandainya urutan dibalik.
Pengambilan contoh
bulan selama 16 bulan,
tersebut
dilaksanakan
setiap
yaitu dari bulan Juli 1980 sampai
dengan bulan November 1981,
termasuk penelitian pendahu-
luan.
3.1.1.
Pengambilan ikan payangka dan nike
Ikan
dan seser.
di mana
seser.
payangka dan nike ditangkap dengan jala lempar
Nike hanya bisa didapatkan pada lokasi-lokasi
tumbuhan air
masih dapat
seperti
dengan
alat
Jika tumbuhan air terdapat lebih dalam (dan tidak
tercapai dengan seser),
Dengan
dicapai
maka nike tidak tertangkap lagi.
menggunakan seser dan dioperasikan menurut lokasi
dalam penelitian ini, hanya sedikit
nike
yang
dapat diperoleh.
Penangkapan ikan payangka dilaksanakan dengan
meng-
gunakan jala lempar yang khusus dibuat untuk dioperasikan
di perairan yang bertumbuhan lebat.
agar
jala
Pemberatnya ditambah
cepat tenggelam dan mulutnya
mudah
mencapai
dasar meskipun ada tumbuhan air di dasar perairan.
Dalam
operasinya jala ini memerlukan alat
lain, yaitu
penutup
sudah
sebuah bambu panjang yang
penulong
ujungnya
kayu sehingga mirip sebuah bonggol.
diberi
Jika
jala
dilempar dan tenggelam, maka daerah tumbuhan yang
terkena
jala lalu ditusuk-tusuk dengan bambu
yang
ber-
bonggol tadi dengan maksud agar ikan-ikan yang berlindung
di sekitar tumbuhan akan lari dari tumbuhan dan
kut di jala.
tersang-
Pada jala biasa (bukan untuk daerah tumbuh-
an) ukuran mata jala adalah sebesar 4 cm, sedangkan pada
jala khusus daerah tumbuhan, mata jala dibuat lebih besar
yaitu
antara
memperingan
5-6
cm.
penarikan
Hal
ini
jala dan juga
dimaksudkan
untuk
untuk
mempercepat
tenggelamnya. Namun ha1 ini mengakibatkan hasil tangkapan
menjadi sangat selektif, yaitu hanya ikan-ikan besar saja
yang tertangkap (lebih besar dari 75 mm). Usaha menangkap
ikan-ikan yang lebih kecil dengan jala biasa yang bermata
4
cm telah dilakukan, namun hanya dapat dilaksanakan di
daerah tanpa tumbuhan
atau
pada kedalaman
Pada daerah tumbuhan yang lebat,
jala biasa sering tidak
mendapat
hasil
beratnya
tarikan jala akibat tersangkut
Perlu
di atas 5 m.
atau banyak mata jala yang putus
ditambahkan bahwa
sedua
pada
penangkapan
karena
tumbuhan.
ikan
ini
dilakukan dari atas perahu yang bermesin tempel.
Ikan-ikan yang tertangkap dalam tiap lokasi dimasukkan
ke dalam larutan formalin 10% dalam kantong
plastik
yang
sudah diberi nomor.
Kemudian ikan-ikan ini dibawa
ke laboratorium untuk dianalisis lebih lanjut.
3.1.2. Pengambilan plankton
Lokasi pengambilan plankton sama dengan lokasi pengambilan
ikan.
setelah
jala dilemparkan dan seser untuk nike
Plankton
Plankton
diambil
setelah
ikan, yaitu
diangkat.
dikurnpulkan dengan menggunakan jaring
nomor 50, yaitu jaring plangton
banyak 120 buah per c m .
plankton
yang mempunyai mata se-
Kerangka jaring plankton terbuat
dari besi berbentuk lingkaran dengan luas penampang sebesar 154 cmz.
2.50 m
Kerangka ini diberi tangkai yang panjangnya
supaya dapat digunakan pada kedalaman 1
permukaan dan mudah ditarik keluar air.
m
dari
Dengan demikian
maka panjang lintasan yang dilalui jaring plankton adalah
2 m,
yaitu 1 m lintasan horizontal dan 1 m lagi lintasan
vertikal
pada waktu jaring ditarik ke atas.
Volume air
yang tersaring dalam satu lokasi adalah 30.8 liter, yaitu
154 x 200 cm3.
Hasil saringan plankton ini sebanyak 20 ml, yang diawetkan dengan formalin 4% atau alkohol 70% dan
5%.
gliserin
kemudian disimpan untuk dianalisis jenis dan jumlah#
nya d i 'laboratorium.
Pengambilan fauna dasar
3.1.3.
Lokasi
pengambilan fauna dasar sama letaknya dengan
pengambilan ikan dan plankton, walaupun selalu dilakukan
dari
pinggir perahu
plankton.
Jika
kiri perahu,
yang
berlainan dengan
pengambilan
pengambilan plankton dilakukan
sebelah
maka pengambilan fauna dasar dilakukan dari
sebelah kanan.
Kedua pengambilan ini dilakukan bersamaan
waktunya oleh pekerja yang berlainan.
I
Untuk
dredge
fauna
dasar
digunakan
(pengeruk) yang berukuran 15 cm x
plastik
yang
pengeruk
pada
mendapatkan
lokasi pengambilan contoh.
diketahui
15 cm.
digunakan untuk menurunkan dan
diberi tanda untuk mengetahui
sebuah
Tali
mengangkat
kedalaman
danau
Dengan cara ini
dapat
bahwa pada Stasion I daerah pengambilan contoh
mempunyai kedalaman antara 1.75 - 4.75 m,
sedangkan pada
Stasion I1 antara 1.25 - 12.60 m.
Dengan
organisme
dan
alat
pengeruk ini hanya mungkin
didapatkan
yang lamban bergerak seperti misalnya
organisme
yang
hidup di
dalam
lumpur
moluska
(infauna).
Organisme benthos lainnya yang lebih lincah seperti udang
dan larva serangga sulit didapatkan dengan alat
ini.
.
pengeruk
Penggunaan seser yang bertangkai panjang dan hanya
mungkin dilaksanakan pada kedalaman 1.5 m saja, pada kedalaman
antara 1.5 - 3.0 hanya udang dan larva
serangga
yang terdapat sekitar tumbuhan di permukaan air saja yang
dapat
'
diperaleh,
lebih
dalam dari 3.0 m
tumbuhan
air
sudah tidak mencapai permukaan, sehingga hewan-hewan tadi
sudah
tidak
gambaran
dapat
tertangkap
lagi.
Dengan
demikian
fauna dasar yang diperoleh menjadi tidak
leng-
kap, hanya terbatas pada hasil tangkapan alat pengeruk.
Fauna
lumpur
tik,
benthos yang tertangkap
bersama-sama
dengan
dasar kernudian dimasukkan ke dalam kantung
dan
keesokan harinya disortir dan disaring
sangat
teliti,
sangat
kecil,
plasdengan
mengingat ada satu spesies moluska
berukuran
antara
2 - 3 mm.
yang
Organisme-
organisme ini kemudian dipisahkan menurut jenisnya,
dihitung jumiahnya dan diukur besarnya.
fauna
dasar
lalu
Pada perhitungan
ini maka luas penampang pengeruk dan
seser
diperhitungkan.
3.2. Metode Penelitian
3.2.1.
Pengukuran dan pembandingan
ikan
panjang usus relatif
Panjang usus relatif adalah panjang saluran
pencer-
ikan yang dinyatakan dalarn persen ( % ) dari
panjang
naan
badan
panjang
total.
Panjang
saiuran
saluran pencernaan
pencernaan
yang
diukur
ikan
adalah
dari
ujung
oesophagus (tenggorokan) sampac ujung rektum (anus). Yang
dimaksud dengan panjang
diukur
dari
ujung
badan total adalah panjang
mulut
(bibir) sampai
ujung
yang
ekor.
Pengukuran panjang usus aan panjang ikan dilakukan dengan
menggunakan rnistar biasa sampai pada milimeter terdekat
Analisis isi perut
3.2.2.
Pada
analisis
lambung atau isi perut ikan
dipakai
dua macam metode, yaitu metode jumlah dan metode frekuensi
kejadian.
Metode-metode tersebut
adalah
sebagai
berikut :
(1)
fietode .iumlah.
Dalam metode ini
seluruh organisme
(atau bagian dari organi'sme) dalam isi
perut
dihitung
spesiesnya.
Kemudian
(=
jumlahnya
dan
ditentukan
hasil perhitungan
dijumlahkan
ikan
seluruhnya
100%) dan hasil persentase tiap jenis
organisme
dihitung berdasarkan jumlah masing-masing.
Metode frekuensi ke-iadian.
bagian
ikan
dari
Setiap
organisme yang terdapat dalam
dicatat
dan dianggap
(occurrence).
Kemudian
sebagai
kejadian
tersebut pada seluruh contoh ikan
dinyatakan dalam
ikan.
organisme
persen
dari
lambung
kejadian
organisme
dijumlahkan
dari
(%)
satu
seluruh
Dengan demikian seluruh kejadian dari
organisme makanan ikan sebagai 100%.
penggambaran
komposisi
atau
Hanya
dan
contoh
semua
untuk
makanan ikan pada
berbagai
digunakan rnetode frekuensi
kejadian
e
kelas
yang
ukuran,
lain
untuk
perhitungan,
jumlah
mempermudah
selain itu juga
perut yang kosong.
dan
rnenyederhanakan
untuk
memperlihatkan
Contoh dari metode
ini
adalah sebagai berikut:
Jika ada 120 ekor ikan
ada
20 ekor yang kosong isi perutnya, kemudian dari 100
ikan yang
berisi tersebut ada 50 ekor yang
berisi
udang, 20
ekor yang berisi keong, 40 ekor
berisi
serangga dan 10 ekor berisi kepiting, maka frekuensi
kejadian dari udang adalah 50%,
keong 20%, serangga
40%, dan kepiting 10%.
Hasil analisis isi perutrikan ini kemudian dihubungkan dengan musim, ukuran ikan dan ketersediaan organisme
makanan
ikan
di danau.
Untuk musim
dan
ukuran
ikan
pembandingannya dilakukan berdasarkan tabel dan metriknya
masing-masing. Pembandingan antara isi perut ikan dengan
ketersediaan makanan
ikan dilakukan berdasarkan
ratio (nisbah makanan) dan indeks pilihan (IP).
Hess
dan
makanan
Swartz (1941, dalam
adalah
Kendeigh,
perbandingan antara
forage
Menurut
1961)
persentase
9
nisbah
spesies
hewan dalam isi perut ikan dengan persentase spesies yang
sama yang terdapat di perairan, atau dalam rurnus:
Nisbah Makanan (NM)=
Persen
~erus
persen spesies yang sama d i alam
dalam rumus ini adalah persentase
perbandingan
jumlah.
tersebut = 1 , berarti spesies itu
Jika
dimakan
dalam proporsi yang sama dengan kepadatannya di alam atau
tidak
ada
pemilihan makanan atau
tidak
memperlihatkan
preferensi;
dimakan
jika lebih besar dari 1 , berarti spesies itu
lebih besar daripada proporsi kepadatan di
atau menunjukkan adanya pemilihan atau
kurang dari
1,
alam
preferensi;
berarti bahwa spesies
tersebut
jika
kurang
tertangkap, kurang terjangkau atau tersembunyi bagi ikan,
atau
mungkin
kurang disukai ikan.
diperhitungkan
adalah:
Asumsi
yang
perlu
(1) Bahwa ikan tidak sedang ber-
(2) Makanan yang dimakan ikan berasal dari dae-
migrasi,
f
rah pengambilan contoh,
makanan
di
alam
organisme mangsa
harus
(3) Pengambilan contoh organisme
representatif,
(4)
Penyebaran
dan kelimbahannya tidak berbeda
secara
menyolok pada jarak hanya beberapa meter.
Indeks pilihan (electivity index
dasarkan
electivity
index
dari
E) dihitung ber-
Ivlev
(Hyatt,
1979)
menurut rumus :
di mana r adalah proporsi jumlah dari suatu jenis makanan
di dalam isi perut ikan, sedangkan p adalah proporsi dari
jenis makanan yang sama di alam.
-1
dan +1,
Nilai E berkisar antara
di mana nilai yang positif (lebih besar dari
nol) menandakan proporsi yang lebih besar dalam isi perut
daripada di alam, sedangkan nilai yang negatif menandakan
proporsi
dalam
dengan
yang
isi
lebih kecil dari satu
perut ikan dibanding dengan
jenis
di
makanan
alam.
kata lain, nilai yang positif menandakan
di
Atau
adanya
pemilihan, sedangkan
nilai no1 menandakan tidak
adanya
pemilihan, dan nilai negatif menandakan organisme mangsa
kurang terjangkau, kurang tertangkap, atau tersembunyi.
penghitungan
NM.
penghitungan NM maupun IP bagi ikan payangka,
isi
Asumsi
Dalam
yang
dipakai sama dengan pada
perut yang berupa copepoda (Cyclops) dan cladocera
tidak
diperhitungkan, sebab ukurannya terlampau kecil lagi pula
hanya kadang-kadang saja terdapat dalarn perut ikan.
3.2.3. Perhitungan kepadatan plankton
Kepadatan
plankton dihitung berdasarkan pada metode
yang disarankan oleh Edmonson dan Winberg (1971). Caranya
ialah
dengan
mengencerkan air yang telah berisi
penyaringan plankton dari danau, kemudian diaduk
baik
dan
sambil
diaduk
(cuplikan) dengan pipet.
lalu
diambil
Cuplikan ini
hasil
dengan
sebagian
kecil
ditaruh di atas
gelas obyek dan diperiksa di bawah mikroskop.
Pada
gelas
pemeriksaan dengan mikroskop ini cuplikan pada
obyek
(dalam
dibagi menjadi
penelitian ini 10).
beberapa
lapangan
pandang
Plankton diidentifikasi dan
dihitung
jumlahnya pada tiap lapangan pandang.
plankton
dalam cuplikan tersebut adalah jumlah
Jumlah
plankton
a
dari seluruh lapangan pandang.
oleh
dengan
dengan
Kepadatan plankton diper-
mengekstrapolasikan perhitungan
memperhitungkan pengenceran dan volume
pada gelas obyek tadi.
di
atas,
cuplikan
Dalam penelitian ini pengenceran
tidak
dilakukan, karena volume air yang tersaring hanya
30.8 liter sehingga jumlah plankton tidak terlalu banyak.
Dari
air
yang 30.8 liter setelah
danau
kemudian diberi bahan pengawet,
tersaring
volumenya menjadi 2 0 ml.
20 ml ini kemudian diambil 1 tetes untuk
Dari
di bawah mikroskop.
perhitungan
diperiksa
Karena 1 ml = 22.5 tetes, maka hasil
plankton
menggambarkan
dan
jumlah
harus dikalikan dengan
plankton
dalam
30.8
untuk
450
liter
air
contoh.
Kepadatan
musim.
antar
plankton ini kemudian dibandingkan
Plankton
ini dibandingkan dengan makanan
nike,
menggunakan NM dan IP, untuk melihat apakah nike
dengan
memilih jenis plankton tertentu
Pengukuran dan perhitungan fauna dasar
3.2.4.
Fauna
panjang
untuk
dasar
yang
terutama
dan lebar atau tingginya.
berupa
keong
Hal ini
melihat keselektifan ikan payangka,
diukur
dimaksudkan
yaitu
dengan
ukuran fauna dasar ini dengan fauna
membandingkan
dasar
yang sudah dimakan ikan. Pembandingan fauna ini dilakukan
dengan
(3.2.2).
menggunakan NM
Pengukuran
seperti
dalam
sub bab terdahulu
fauna dilakukan dengan
menggunakan
e
jangka 'sorong
dekat.
ter-
Penghitungan fauna dasar dilakukan terhadap hasil
pengumpulan
atau
(vernier calliper) sampai milimeter
seser.
fauna yang tertangkap dengan
alat
pengeruk
Organisme yang didapat diidentifikasi
dan
dihitung
jumlahnya.
Kepadatan
fauna
dihitung
dengan
merata-ratakan jumlah organisme dalam pengeruk atau seser
pada
satu stasion.
Untuk mendapatkan jumlah
rata-rata
organisme per m2 angka ini diekstrapolasikan ke dalam
yaitu
dengan memperhitungkan luas penampang pengeruk dan
seser.
pang
Luas pengeruk adalah 225 cm2,
seser adalah 1963.5
untuk
m2,
fauna
dalam
maka
cm2,
pengeruk
sedang luas penamdalam
dikalikan
ekstrapolasi
dengan
44.4,
I
sedangkan untuk seser dengan 5.1.
Kepadatan ini kemudian
dibandingkan antar musim.
3.2.5.
Tingkat kematangan gonad dan pendugaan pemijahan
Penentuan
modifikasi
Dengan
tingkat kematangan gonad dilakukan dengan
cara
cara
ini
Nikolsky
(Bagenal dan
tingkat
kematangan
Braum,
1968).
gonad (TKG)
ikan
payangka digolongkan menjadi 6 tingkat, yaitu:
1.
Tingkat I. Tidak matang. Pada tingkat ini gonad masih
sangat kecil, berbentuk seperti benang.
Tingkat ini
terdapat pada ikan-ikan muda. Sulit membedakan jantan
dan betina.
2.
Tingkat 11. Perkembangan. Gonad lebih besar dan telur
terlihat sebagai butir-butir yang sangat kecil dengan
*
mata telanjang.
Pada betina gonad berwarna agak ke-
kuningan, sedangkan
pada jantan berwarna
dan sedikit berkelok-kelok.
keputihan
3.
Tingkat
111.
Kematangan.
panjang
setengah
dari
Gonad
besar, mencapai
rongga perut.
Telur
jelas
terlihat.
Pada betina warna kuning jelas terlihat,
sedangkan
pada jantan berwarna putih jelas dan ber-
kelok-kelok. Anal papila (penjuluran di daerah dubur
berfungsi
untuk
mengeluarkan telur
atau
spermaj
berwarna kekuningan.
4.
Tingkat IV.
Memilah (reproduksi). Gonad sangat besar
f
mencapai
2/3
sekitar
terlihat butirnya.
betina,
perut
rongga perut.
membuncit
ditekan telur akan keluar.
akan
keluar.
jelas
Warna gonad kuning menyala pada
nampak
membuncit, yang
Telur
jika
Anal
dan
jika
sedikit
Pada jantan perut sedikit
sedikit ditekan sperma putih
papila
membesar
dan
berwarna
kuning kemerahan.
5.
Tingkat V.
Salin.
Gonad kosong atau berisi
sedikit
sisa-sisa telur atau sperma, berwarna kemerahan. Anal
papila masih kemerahan.
6. Tingkat VI. Xstirahat. Gonad sangat kecil, jantan dan
betina tidak dapat dibedakan. Butir-butir telur belum
terlihat
dengan
mata telanjang, sama seperti pada
tingkat I.
Tingkat
kematangan
gonad
ikan-ikan dari
stasion diamati dan dibandingkan antar musim dan
pengambilan
contoh.
Dengan
cara ini
dapat
kedua
periode
diperoleh
ukuran
ikan
yang
pertama kali berpijah
bergonad
atau
matang, yaitu dengan mengamati ukuran ikan yang mempunyai
kematangan gonad tingkat 111 atau IV.
-3.2.6. Musim dan daerah pemijahan
Pendugaan musim
hitung
jumlah
kematangan
pemijahan dilakukan
dengan meng-
(dalam persen) ikan-ikan yang
gonad
tingkat I11 dan IV dari
mempunyai
seluruh
pada saat pengambilan contoh. ~Penghitunganini
ikan
kemudian
dibandingkan antar periode pengambilan contoh. Persentase
yang
tinggi dari ikan-ikan dengan
TKG I11 dan
atau IV
dianggap sebagai puncak-puncak musim pemijahan.
Untuk
menentukan daerah pemijahan atau tempat ber-
telur ikan payangka,
pertama-tama ditempuh cara berikut:
(a) Mengamati tumbuhan air yang terdapat di sekitar lokasi
pengambilan contoh, untuk melihat apakah telur
ikan
payangka melekat pada tumbuhan, dan (b) Mengamati permukaan batu-batuan di dasar perairan
(dengan alat penyelam
snorkle) untuk mendapatkan telur.
Dalam
ikan
usaha-usaha
payangka.
tersebut tidak
Kemudian
dari
ditemukan telur
wawancara
nelayan danau didapat informasi bahwa
dengan
telur ikan
para
sering
#
melekat
. pada
jaring insang atau jaring
Dari
informasi
telur
tersebut
sebagai berikut:
hanyut
ini maka untuk menentukan apakah
adalah
telur
mereka.
telur-
payangka, ditempuh
cara
(1)
Mengambil
telur-telur yang melekat
di jaring
dan
pelampung jaring insang nelayan, kemudian menetaskannya;
(2) Melakukan
telur
pembuahan buatan dengan cara mengeluarkan
dan
sperma
payangka
yang
gonadnya
sudah
matang, kemudian membuahi dan menetaskannya; dan
(3)
Mencocokkan bentuk,
sifat, gerak serta warna larva
yang diperoleh dari kedua cara penetasan tersebut.
7
3.2.7.
Penghitungan fekunditas
Fekunditas
adalah jumlah telur induk betina
dewasa
pada saat mendekati pemijahan. Fekunditas dalam penelitian ini dihitung dengan cara gravimetri. Telur yang ada di
dalam
gonad dipisahkan satu per satu dari jaringan gonad
(yang telah diawet),
kemudian dikumpulkan dan ditimbang.
Kemudian dari telur-telur ini diambil satu cuplikan kecil
dan ditimbang, lalu
dihitung
jumlahnya.
seluruh telur dalam gonad tersebut diperoleh
Maka jumlah
dengan cara
mengekstrapolasikan jumlah telur dalam cuplikan tersebut
Sebanyak
30 ekor ikan betina diperiksa jumlah
Fekunditas
ini
telurnya.
kemudian dihubungkan dengan ukuran
ikan
yang bersangkutan untuk mendapatkan kecenderungan (trend)
dan persamaan regresinya, sehingga peramalan
dapat dilakukan.
fekunditas
3.2.8. Pengukuran diameter telur
Penyebaran diameter telur dilakukan untuk menentukan
frekuensi
payangka
pemijahan,
,juga untuk
melihat
termasuk pemijah total (total spawner)
pemijah berganda (multiple spawner).
ukur
apakah
ikan
ataukah
Diameter telur di-
dengan menggunakan mikroskop binokuler stereo
berkekuatan rendah
(sampai 40 kali)
dengan
pada
mikrometer
okulernya.
yang
yang
diperlengkapi
Karena
telur
ikan
I
payangka
tidak
dengan
di
dalam gonad berbentuk tidak
seragam, maka untuk menghindari
diameter
tertentu,
beraturan
pemilihan
yang diukur adalah
dan
telur
diameter
telur sepanjang sumbu tetap dari mikrometer. Cara ini dianggap
yang paling dapat dipercaya oleh McDowall (1965).
Sebanyak
200 butir telur dari tiap ikan betina yang
di-
periksa diukur diameternya.
3.2.9.
Pengamatan sifat dan bentuk telur ikan payangka
serta perkembangan dininya
Telah disebutkan terdahulu bahwa telur ikan payangka
dapat
diperoleh dari hasil pembuahan buatan
yang telurnya telah matang,
pada jaring nelayan.
di
gonad
ikan
juga dari telur yang melekat
Telur-telur ini kemudian dipelihara
dalam bejana gelas,
dengan media air PAM yang
telah
I
diberi
kamar
(26-
memperhatikan
per-
aerasi dan dibiarkan pada temperatur
Pengamatan
diteruskan
dengan
kembangan dini telur yang telah dibuahi,
baik dari telur
yang
dibuahi
alami.
secara buatan maupun yang
Pengamatan dilakukan setiap
menetas.
Setelah
dibuahi
1 jam
secara
sampai telur
ini pengamatan masih diteruskan tetapi
dengan selang waktu yang tidak beraturan. Pada tujuh kali
pemeliharaan
saja,
karena
tersebut.
larva ini hanya dapat mencapai umur 96
itu pengamatan juga terbatas
sampai
jam
umur
IV.
KEADAAN UAERAH PENELITIAH DAN
TEMPAT HIDUP IKAN PAYANGKA
Kedua
stasion yang dipilih terletak di bagian utara
-danau Tondano, mempunyai beberapa ciri seperti tercantum
pada Tabel 2. Stasion I merupakan jalur pelayaran perahuperahu
nelayan
yang
akan
ke atau dari
melalui aliran sungai Tondano.
pasar
Tondano
Pada saat penelitian di-
laksanakan, sungai keluar ini Jedang mengalami pengerukan
karena
dianggap
terlalu
dangkal sehingga menyebabkan
meluapnya air danau (banjir) pada musim hujan.
Di daerah pinggir Stasion I terdapat beberapa
pulau
terapung. Tumbuhan sejenis pohon sagu yang berbatang pendek
terdapat di pinggir dan nampak seperti
Daerah
tepi Stasion I1 ditumbuhi gelagah,
semak-semak.
juga
sejenis
pohon sagu pendek, dan ada tempat mencuci dan mandi umum.
Di daerah tepi ini terdapat sebuah perkampungan.
Bagian
terdangkal
dari tempat
pengarnbilan
contoh
pada Stasion I adalah 1.75 m dan terletak di mulut sungai
Tondano, sedang bagian
tengah
danau.
terdalam adalah 4.50 m ke
Pada Stasion I 1 bagian terdangkal
1.25 m dan terletak di pinggir danau,
arah
adalah
sedang bagian ter-
6
dalam adalah 1 2 - 6 0 m terletak di tengah danau.
Melihat
hasil pengambilan contoh dengan
pengeruk,
dasar perairan Stasion I terutama adalah lumpur yang berwarna kehitaman, juga sebagian kecil adalah lumpur dengan
Tabel 2.
Ciri
Kedalaman
:
Sifat dasar
:
Arus
Keadaan pada Stasion I dan 11
Stasion I
Stasion I1
lumpur, lumpur dengan sedikit pasir
pasir, pasir dengan
lumpur, tanah kuning
(bagian dalam)
menuju sungai
keluar danau
tidak terlihat jelasf
Kemiringan
dasar
Luas daerah
penelitian
:
Daerah tepi
:
tak terlalu curam
curam
gelagah , semaksemak, pulau
terapung
gelagah, kampung
payangka , nike ,
sepat, gabus
payangka, nike, sepat
mujair, gabus
Tumbuhan ai r :
Jenis ikan
:
u
noidE8=&k
berculata, Stenothutenothv
Moluska
An~ulvagra,Anodon-
Lg, Melanoides
ra,
Crustacea
:
m-
Thiara
g ? n l z ,Lymnaea
S . .
udang Caridina sp., udang Carldlna SP.,
copepoda, cladocera copepoda, cladocera
a
sedikit pasir.
Dasar perairan stasion I I bagian terdang-
kal berwarna kehitaman, juga sebagian kecil adalah lumpur
dengan
sedikit pasir.
kemudian
Dasar perairan ini adalah pasir.
makin ke tengah pasir bercampur sedikit
lumpur
dan pada bagian paling dalam terdapat semacam tanah
berwarna
kekuningan.
ini.
maka
juga
berbeda.
liat
Karena dasar perairan yang berbeda
flo
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di danau Tondano, Sulawesi Utara, terdapat ikan-ikan
kecil
berukuran
10-30
orang
sepanjang tahun.
duduk sekitar danau.
tahun
yang ditangkap
mrn,
dan
dimakan
Ikan ini disebut nike oleh pen-
Produksi nike sekitar 150 ton
per
atau sekitar 8% dari seluruh produksi danau (lihat
Tabel 1).
I
Semula
nike dianggap sebagai ikan kecil yang
akan mencapai ukuran besar,
(Lebistes sp.).
Djalil
dan
tidak
seperti misalnya ikan seribu
Soerjani, Wargasasmita,
Soesilo (1979) yang meneliti
Abdurrahman,
ekologi
danau
Tondano, masih belum mengetahui nama nike tersebut.
Baru
pada tahun 1979 nike berhasil penulis identifikasi, yang
ternyata adalah
(Bleeker).
anak ikan payangka, O~hieleotrisaporos
Produksi ikan payangka atau
nike besar
sendiri adalah sekitar 500 ton per tahun, maka
produksi
nike
gabungan
dan ikan payangka dapat mencapai
35% dari seluruh produksi danau,
itu
sekitar
sehingga merupakan ikan
terbanyak yang ada di danau.
Pada tahun 1980 harga nike dan ikan payangka masingI
masing
adalah
produksi
setiap
keduanya
tahun.
Propinsi
Rp 500,- dan Rp
bernilai
Berdasarkan
Sulawesi Utara,
kg, sehingga
750,- per
sekitar Rp
data dari
450
000
Dinas
ikan ini mencapai
000,-
Perikanan
22.7%
dari
Tabel 1.
Produksi Perikanan Di Danau Tondano
pada Tahun 1980
Jenis Produksi
Bobot
( ton 1
Ikan :
Payangka (Ophieleotris a~oros)
Nike (Ophieleotris aporos)
Mujair dan Nila (Oreochromis '
rnossambicus dan 0.niloticus)
Gabus (nEh;icephalug striatus)
Nilem (Osteochilus hasselti)
Sepat (Trichogaster
Betok (Anabas testudineus)
Mas (Cvvrinus car~io)
Tawes (Puntius ~onionotus)
Crustacea:
Udang waor (Caridina spp.)
Moluska:
Renga dan Kolombi (Annulvanra
c o s t a t a dan Pila m ~ u l l a c e a )
Sumber:
Dinas Perikanan Kabupaten Minahasa
s
seluruh
nilai
produksi
perairan
umum
di
Kabupaten
Minahasa, atau memberikan andil sekitar 4.7% dari seluruh
nilai produksi ikan (laut dan air tawar) di Minahasa.
Walaupun
tidak
pernah
seakan-akan
dari
nike
meresahkan
Besarnya
ditunjang
di
bahwa
oleh
masyarakat
karena
dianggap
Anggapan ini bertolak
nike sangat
pinggir-pinggir
populasi
namun
populasinya
"tidak pernah habis".
kenyataan
ditangkap
banyak ditangkap,
mudah
danau
nike beserta ikan
dijumpai
sepanjang
payangka
dan
tahun.
haruslah
reproduksi yang sukses dan makanan
yang
cukup di danau.
Ikan
payangka termasuk ke dalam famili
ordo Gobioidea (Weber dan de Beaufort,
annya
sangat luas,
Eleotridae,
1953).
yaitu meliputi daerah
Penyebar-
Indo-Pasifik,
Australia dan pulau-pulau Oseania seperti Fiji, Samoa dan
Tahiti.
Ikan
ini
terdapat di perairan
tawar
seperti
sungai-sungai, danau, rawa-rawa, juga di air payau, muara
sungai
bahkan
di
laut
(Herre,
1927;
Weber
dan
de
Beaufort, 1953; dan Munro, 1967).
Ikan payangka merupakan pemakan di daerah dasar
dan
mempunyai tipe atau bentuk ikan buas (Soeroto, Budiarso,
Dundu, Alamsyah, Sinurat dan Marangkey, 1975).
demikian,
payangka
penelitian
sebanyak
pendahuluan
55
ekor
yang
Walaupun
terhadap contoh
ikan
diperoleh
para
dari
nelayan, dirasakan bahwa contoh ikan tersebut belum cukup
banyak,
diambil.
lagi
pula
hanya
ikan-ikan
besar
saja
yang
Meskipun diketahui ikan ini adalah pemakan
daerah dasar,
namun
juvenilnya
(ikan muda
atau
di
nike)
bersifat pelagis dan besar kemungkinan pemakan
ton,
sebagaimana
sangat
masih
umumnya
muda.
zooplank-
kebiasaan anak-anak ikan yang
Mengingat bahwa
nike
ini
begitu
banyak terdapat di danau (keterangan dari Dinas Perikanan
dan
nelayan setempat),
pastilah ia merupakan salah satu
rantai yang sangat penting dalam rantai makanan
mata
danau.
di
Informasi mengenai makanan nike, seperti misalnya
zooplankton yang merupakan makanan pokok nike,
pemilihan
7
makanannya,
dan
ketersediaan makanan di danau
belumlah
diketahui.
Lebih jauh,
dengan semakin bertambah besarnya nike,
tentu akan berubah pula pola makannya,
dari pemakan zoo-
plankton
akhirnya
pemakan
dasar
di
daerah permukaan
sampai
menjadi
di daerah dasar dan lebih banyak hidup di daerah
daripada di permukaan.
ukuran
Tidaklah diketahui
berapa nike ini menjadi pemakan di daerah
mulai
dasar,
dan apa makanannya pada saat transisi ini.
Soeroto ffi
ka
dewasa
udang,
jenis
&. (1975) mendapatkan bahwa ikan payang-
(besar) memakan moluska yang
ikan kecil serta alga benang.
organisme
demikian
yang dimakan tersebut
berupa
Walaupun demikian
belum
diteliti,
juga keselektifan ikan payangka terhadap
nisme tersebut,
keong,
baik dari segi ukuran maupun
orga-
bentuknya.
Karena itu preferensi makanan ikan payangka dan nike yang
sesungguhnya belum diungkapkan.
Sebagai contoh,
apakah
ikan
payangka memilih keong yang dimakannya
berdasarkan
pada
ketersediaan (availability) keong yang banyak
ter-
dapat di daerah itu, atau pada ukuran tertentu yang masih
dapat masuk ke mulutnya, ataukah pada bentuk-bentuk keong
tertentu
sangat digemari?
yang
dengan jenis makanan lainnya.
diperlukan
pengamatan
Demikian
pula
halnya
Karena itu untuk studi ini
mengenai
frekuensi/kepadatan re-
di alam, kemudian memlatif jenis-jenis makanan tersebut
I
bandingkannya
dengan
yang terdapat di dalam
isi
perut
ikan .
Karena
ikan
danau Tondano,
dapat
payangka merupakan ikan
terbanyak
maka studi mengenai makanan ikan ini akan
mengungkapkan
bagaimana ia
memanfaatkan
(sumberdaya hayati) yang terdapat di danau.
jenis-jenis ikan di danau diketahui,
dapat
memberikan
lengkap)
belum
informasi
makanan
Juga karena
maka studi ini akan
(walaupun
tidak
secara
tentang sumberdaya hayati danau yang mana
cukup
manusia.
di
banyak dimanfaatkan oleh ikan
yang
maupun
oleh
Dengan adanya informasi ini, maka arah kebijak-
sanaan pengelolaan danau akan dapat ditetagkan.
Herre
payangka
(1927) menyebutkan bahwa
di
Filipina
merupakan ikan yangakatadromus, yaitu berpijah
di laut kemudian juvenilnya memasuki aliran sungai
seterusnya
untuk
ikan
hidup
berpijah
di air tawar,
kembali.
sampai datang
Pemijahan ikan
untuk
waktunya
payangka
di
danau Tondano masih belum banyak diketahui.
Tetapi meng-
ingat bahwa nike didapatkan sepanjang tahun, maka diduga
bahwa
ikan
Pengamatan
sepanjang
payangka
terhadap
berpijah
sepanjang tahun
tingkat kematangan gonad
juga.
ikan
ini
tahun diharapkan akan dapat digunakan menduga
waktu-waktu pemijahannya.
Berlainan
Tondano
dengan di Filipina,
jelas berpijah
terlihat
danau.
dengan
Nike
adanya
di
danau
ikan payangka
air
danau
tawar, seperti
jumlah nike yang
berlimpah
ini tidak mungkin berasal dari
laut
di
atau
sungai yang masuk atau keluar danau, karena satu-satunya
sungai
yang
mengalir ke luar danau
(outlet) mempunyai
(lebih kurang 50
tiga buah air terjun yang sangat tinggi
meter),
sehingga
laut atau sungai.
tidak mungkin dinaiki oleh
nike
dari
Perlu diingat bahwa danau Tondano mem-
punyai ketinggian sekitar 620 m dari atas permukaan laut,
dan
berjarak sekitar 40 km dari laut.
nampak
Dengan
demikian
bahwa ikan payangka Tondano ini mengalami isolasi
(landlocked). Menurut keterangan Dinas Perikanan Propinsi
Sulawesi Utara,
ikan ini didatangkan dari danau
Limboto
di Gorontalo pada tahun 1902.
Meskipun
payangka
belum
pada
berpijah
di dinau, musim pemijahan
belurnlah diketahui.
Juga ternpat
diketahui apakah berpijah di dasar
kedalaman
pemijahannya
perairan
tertentu; kemudian apakah
ikan
atau
berpijah
di
pinggir atau di tengah atau pada sembarang tempat.
Lebih
lanjut,
belum
sifat-sifat telur
diketahui
apakah
selain
ikan
bersifat
payangka
juga
tenggelam
di
dasar
(demersal) juga bersifat melekat pada tumbuhan (fitofil),
melekat
pada batu-batuan di dasar (litofil) ataukah pada
benda-benda padat lainnya di dalam air.
Pengetahuan tentang tempat
telur
dan
jumlah telur
yyng
pemijahan, sifat-sifat
dihasilkan
oleh
induk
(fekunditas) disertai dengan pengetahuan tentang makanan
payangka di danau, akan dapat membantu memberikan gambaran
mengapa
ikan ini
dapat berkembang dengan sukses
di
danau Tondano. Selain itu pengetahuan tersebut akan dapat
menjelaskan relung (niche) mana yang ditempati
sehingga
tindih
dapat
payangka,
dilihat di bagian mana terjadi
relung di danau.
tumpang-
Dalam ha1 ini tentunya
relung
makanan dan relung pemijahan ikan di danau yang harus diperhatikan dan dibahas.
Penelitian
ini dilakukan mengingat bahwa
informasi
tentang makanan payangka beserta aspek reproduksinya akan
berguna dalam pengelolaan sumberdaya ikan, khususnya ikan
payangka di danau ini.
ambil
manfaat
Pengelolaan di sini berarti meng-
yang sebesar-desarnya dari ikan
guna kepentingan manusia,
ikan ini
di alam.
payangka
di
tanpa mengabaikan
Ini berarti
memikirkan
danau Tondano, yaitu
misalnya
payangka
kelestarian
pengelolaan
memberikan
evaluasi
tentang
akibat penangkapan nike
yang
mungkin
berlebihan terhadap populasi payangka. Juga dapat berarti
memikirkan
umum
kemungkinan penyebaran payangka
lainnya;
ataupun
di
perairan
kemungkinan penggunaan
payangka
untuk mengontrol atau memberantas beberapa parasit secara
biologik,
keong,
karena
ikan ini adalah pemakan
dan sebagainya.
Juga
moluska
dapatberarti
atau
memikirkan
payangka untuk kepentingan akyakultur d i air tawar maupun
di air payau.
1.2.
Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian
ini
adalah
untuk
memperoleh
informasi tentang dua aspek biologi ikan payangka,
yaitu
makanan dan reproduksinya di danau Tondano.
Sasaran penelitian ini adalah:
(1)
Mengetahui
makanan ikan payangka serta
nya,
untuk ikan muda (nike) maupun untuk ikan
baik
preferensi-
yang lebih tua; kemudian dengan membandingkan makanan
tersebut dengan sumberdaya
hayati
danau,
akan
dapat dilihat bagaimana ikan ini memanfaatkan sumber
tersebut,
dan
juga letaknya dalam jaringan makanan
di danau;
(2)
Mendapatkan
@
deskripsi
dan informasi
pencernaan ikan payangka,
dan
susunan gigi serta
tentang
alat
yaitu letak mulut, bentuk
panjang
ususnya,
sehingga
dapat ditelaah apakah alat-alat pencernaan ini sudah
cocok dengan jenis makanannya di danau;
(3) Mengetahui
perubahan
payangka dan nike,
ketersediaan makanan
ikan
kemudian ditelaah apakah makanan
ikan itu berubah dengan adanya perubahan ketersediaan makanan;
(4)
Memperoleh
keterangan
payangka, yaitu
tentang
reproduksi
tentang tingkat kematangan
fekunditas, diameter
tqlur, musim
ikan
gonad,
pemijahan
dan
daerah pemijahannya di danau;
(5) Mendapatkan
deskripsi dan informasi tentang
sifat telur ikan payangka seperti bentuk,
sifat-
perlekat-
an, ukuran, masa inkubasi dan perkembangan dininya;
(6) Memperoleh
gambaran
tentang
reproduksi ikan payangka,
evolusi dan strategi
jika dilihat berdasarkan
butir (4) dan (5);
(7)
Memperoleh
gambaran
tentang
penyebab
hidup ikan payangka di danau Tondano,
kesuksesan
jika
dilihat
dari pola reproduksi dan pola makannya di danau;
(8) Memberikan
gambaran
tentang
kegunaan
hasil-hasil
penelitian yang diperoleh, baik yang menyangkut ikan
payangka maupun organisme-organisme danau lainnya.
.
11.
TINJAUAN PUSTAKA
Pustaka tentang biologi payangka sangatlah
Yang
ini
langka.
paling banyak hanya menyebutkan terdapatnya spesies
pada
suatu tempat (occurrence) atau
negara-negara
tertentu, ataupun mengenai distribusinya, seperti yang
diberikan oleh Herre (1927, 1954),
Weber
dan
Fowler (1927, 1928),
de.Beaufort (1953), Sterba (1962) dan
(1955, 1967).
Munro
Penulis-penhlis ini memberikan deskripsi
taksonomi dan kunci identifikasi famili Eleotridae, yang
mencakup
Ovhieleotris aporos
dan kerabatnya yang
dianggap masih satu genus, Owhiocara porocevhah.
itu
mereka
dulu
Selain
juga memberikan keterangan tentang habitat
payangka, yang dikatakan dapat hidup di
danau,
rawa, air payau, muara sungai dan di laut.
lanjut tentang
taksonomi
dan
anatomi
sungai,
Studi lebih
payangka
hanya
dilakukan oleh sedikit penulis, yaitu Akihito (1971) dan
Akihito dan Meguro (1974).
Pemberian
nama payangka menurut Weber dan de
fort (1953) adalah sebagai berikut:
Ordo
:
Gobioidea
Famili
:
Eleotridae
Genus
:
O~hiocara
;
.
Spesies: Q~hiocara aPorog Bleeker (1875)
Eleotris avoros Bleeker (1854)
Qvhieleotris aporos Bleeker (1854)
Beau-
Spesies: Eleotris aporos Gunther (1861)
Eleotris avoros Bleeker (1865)
Eleotris macrole~idotusGunther (1877)
Berdasarkan penelitian kembali yang
mendalam, maka
Akihito dan Meguro
(1974) berpendapat
bahwa
pemberian
nama
sudah tepat, yaitu bahwa
Ovhiocara
oleh
Aurich
harus diganti dengan 0phjeleotri.s a
avoros Bleeker
Bleeker.
Dengan
m
demikian pada famili Eleotridae harus
f
ditambah satu genus lagi yaitu O~hieleotris, yang hanya
mempunyai satu anggota spesies aporos. Nama yang baru ini
sudah
mulai
digunakan sekarang, seperti misalnya
oleh
Masuda (1975) dan Lake (1977).
Ikan
Ikan
payangka mempunyai warna yang sangat menarik.
jantan berwarna kuning kemerahan berbercak-bercak,
sedang ikan betina berwarna sedikit memucat, hijau keabuan
sehingga mudah dibedakan dari yang jantan.
dan
ikan
Australia ikan payangka lebih
dicetak
guna
diperhatikan
hias di akuarium daripada ikan konsumsi.
nampak
misalnya
ulang
pada
Herre
Eropa
sebagai
Hal
ini
(1927, 1954) yang
pada tahun 1965 oleh Lembaga
keperluan ini.
dikumpulkan
karya
Di
Smithsonian
Demikian juga dengan tulisan yang
oleh Sterba (1962) dan
Lake
(1977) jelas
menggambarkan ikan payangka sebagai ikan akuarium.
Lake
(1977) menyebutkan bahwa ikan ini jarang atau kurang di-
manfaatkan sebagai makanan, karena ukurannya yang relatif
kecil. Walaupun demikian di Asia ikan ini masih dianggap
ikan
komersial
penting,
(Herre, 1927) di mana
seperti misalnya
ikan
payangka
dan
di
Filipina
nikenya
di
tangkapi dan dimakan, sebagaimana halnya yang terjadi di
Sulawesi Utara.
Nama nike,
adalah
nama
seperti yang telah disebutkan terdahulu,
ikan
payangka
yang
masih
muda,
di mana
pigmen-pigmennyp belum terlihat jelas dengan mata biasa.
I
Bagi
masyarakat
Sulawesi Utara nama
nike
sesungguhnya
berlaku bagi ikan-ikan kecil (muda) yang sering
di
pantai-pantai dalam jumlah besar, dan
terdapat
muncul
pada
waktu-waktu tertentu. Dengan demikian nike adalah kumpulan ikan-ikan muda dari berbagai spesies.
kian
dalam
Walaupun demi-
karya Schuster dan Djajadiredja (1952) nike
disebut
sebagai
ikan
Valencienna
anggota
dari famili Eleotridae).
muralis
(yang
Mereka ini
juga
kebetulan
mungkin hanya mengidentifikasi spesies tersebut di atas.
Herre
lengkap.
nama
IPon
ikan, baik
(1927) memberikan
informasi
yang
Di Filipina kumpulan ikan-ikan muda ini diberi
dan
ternyata terdiri dari
dari
beberapa
famili Eleotridae maupun
dari
Gobiidae (keduanya adalah anggbta ordo Gobioidea).
ikan
lebih
tersebut
adalah
Eleotris
spesies
famili
Ikan-
melasoma, Ovhieleotris
aPoros (payangka), Chono~horosmelanocephalus Glosso~obius celebicus dan Sicvo~teruslacr~mosus.Ikan Valencienna
-
'
muralis tidak terdapat dalam ipon tadi.
Nampaknya
bersifat
ikan-ikan ordo
katadromus.
Gobioidea
banyak
Hal ini terlihat juga
Costa Rica (Amerika Tengah),
di
yang
daerah
di mana ikan-ikan muda dari
famili Eleotridae banyak terdapat di pantai-pantai. Ikanikan
muda ini sering bercampur dengan udang-udang kecil
dan di sana disebut tismische (Nordlie, 1981). Ikan-ikan
ini adalah Gobiomorus dormitor, Dormitor mculatug, Elegtris
amblvo~sis, Eleotris pisonis,
f luviatilh.
Rica
dan
Le~to~hilv~nus
Ikan Ovhieleotri~tidak terdapat di
Costa
karena penyebarannya terbatas hanya di daerah Indo-
Pasif ik.
Di Indonesia, ipon
nama
himpun
dilakukan
atau tismische
atau imvun.
oleh
dan
dengan
Penelitian tentang impun
Sukahar dan
Sukahar, Cokrowasito
dikenal
Tjokrowasito
Soeryowinoto
ini
(1972) serta
(tanpa tahun).
Menurut mereka itu impun yang terdapat di teluk Baron dan
muara sungai Progo di sebelah selatan Yogyakarta, terdiri
dari
juvenil
ikan boso (Eleotris sp.
dan
H~~seleotris
leuciscus), sidat (An~uillasp.), ikan bluntak (S~haeroi
des honckeni),
belanak ( M u ~ i lsp.), lawesan (Late3 sp.),
teri (Ambasis sp.), ikan lid& (famili Syngnatidae), ikan
sombeng (Brach~callionymusmerug),
cyprinoides),
Ikan
payangka
udang-udang
tidak
ikan lunto
(Meaalovs
dan gangsing (anak kepiting).
terdapat
dalam
impun
tersebut,
walaupun
ikan ini terdapat di sungai-sungai kecil
bermuara
di
Samudera
selatan), seperti
sungai
Ciseureuh
Sudah
Indonesia
(Jawa Barat
yang
bagian
sungai Cirengganis di Pangandaran dan
di
daerah
Pelabuhan
Ratu
(Soeroto,
dikemukakan bahwa studi tentang biologi
payangka belum banyak dilakukan.
ikan
Soeroto & d. (1975)
telah meneliti nilai gizi, makanan,
fekunditas dan
ko-
I
relasi panjang bobotnya.
kurang, hasil
Namun dengan bahan yang sangat
dan kesimpulan yang memuaskan tidak dapat
diperoleh
Studi
khusus
tentang makanan ikan
payangka
belum
pernah dilaksanakan dengan memuaskan. Baik Soeroto &
(1975) yang
meneliti ikan payangka
maupun
Mondoringin
(1980) yang meneliti nike, hanya meneliti dalam
yang
sangat pendek (kurang lebih satu bulan),
tidak
a.
periode
sehingga
memberikan gambaran tentang makanan dan perubahan-
nya sepanjang tahun.
Selain itu seperti telah disinggung
terdahulu, gambaran ketersediaan makanan ikan payangka di
danau Tondano tidak dipelajari, sehingga tidak dapat diperlihatkan bagaimana preferensi makanan ikan payangka.
Walaupun
kurang, namun
studi tentang aakanan ikan payangka
masih
studi tentang ikan-ikan lain dari
famili
Eleotridae sudah cukup banyak dilakukan seperti misalnya
oleh
McDowall (1965a) dan Nordlie
(1981).
Hasil-hasil
dari
studi
ikan-ikan
Hal
ini
makanan tersebut umumnya
menunjukkan
dari famili Eleotridae ini bersifat
memperkuat pernyataan-pernyataan
bahwa
karnivor.
penulis
ter-
seperti misalnya Herre (1927), Sterba (1962) dan
dahulu
Munro (1967).
Studi
mencari
dan
mengenai
makanan dan
kebiasaan
makan sebenarnya sudah banyak sekali
meliputi
bermacam-macam
spesies
ikan
ikan
dalam
dilakukan,
di
dunia.
I
Beberapa
telah
dan
macam metode untuk menganalisis isi perut
dibuat dan dikemukakan,
kelebihannya.
metode-metode
ini
Beberapa
dengan segala
tinjauan
kekurangan
pustaka
misalnya telah dilakukan
ikan
tentang
oleh
Hynes
(1950), Pillay (19521, Windell (1968), Soeroto (1977) dan
Hyslop
(1980).
Pemilihan metode yang cocok untuk suatu
spesies ikan bergantung antara lain pada hal-ha1 berikut:
(1)
jenis ikan dan makanannya
terutarna
ukurannya,
(2)
ketelitian yang dikehendaki, (3) waktu yang tersedia, dan
(4) jumlah spesimen yang dianalisis.
Untuk
mendapatkan gambaran yang lebih baik
tentang
kebiasaan makan ikan, banyak penulis menghubungkan makanan
gigi
ikan dengan organ-organ pencernaannya seperti
rahang,
raker),
kerongkongan,
lambung dan usus.
dikerjakan
Hickling
gigi
tapis
mulut,
insang
(gill
Sebagai contoh misalnya yang
oleh Al-Hussaini (1947), Yasuda (1960a,b,c),
(1966), Keast
dan
Webb
(1966), Martin
dan
Sandercock
Heitz
(1967), Western (1969), Magnuson dan
(1971), Groot (1971), Braber dan Groot (1973),
Kapoor,
Smit dan Verighina (1975), dan Soeroto (1977).
Hubungan antara kebiasaan makan dengan ekologi ikan,
misalnya
kungan
antara makanan dengan fluktuasi
keadaan
ling-
dan dengan ukuran atau umur ikan yang bervariasi,
juga cukup banyak diteliti,
misalnya oleh Swynnerton dan
Worthington (1940), Hynes (1950), Ball
(1961),
Corbet
t
(1961), Hellawell (1971, 1972), Hunt dan Jones (1972) dan
Cyrus dan Blaber (1983).
Walaupun ikan-ikan yang mereka
teliti berbeda spesiesnya, namun sebagai bahan pembanding
dan
bahan
pembahasan pustaka-pustaka tersebut
di
atas
dapat digunakan .
Studi tentang tingkat kematangan gonad,
fekunditas,
pemijahan dan perkembangan dini ikan juga banyak
kan.
dilaku-
Beberapa di antaranya adalah oleh Bagenal dan Braum
(1968),
Bagenal
(1971,
(1973).
Mackay (1974).
19781,
Hellawell (19721, Webb
Leary, Murphy dan Miller (1975),
Martinez dan Houde (1975),
Auty (1978), Braum (1978) dan
Geevarghese dan John (1983).
Khusus
pada
ikan-ikan
famili
Eleotridae
ataupun
Gobiidae (keduanya adalah angdota ordo Gobioidea),
studi
tentang aspek reproduksi tersebut cukup banyak dilakukan.
Studi tersebut mendapatkan antara lain, bahwa:
Pada ikan-ikan Eleotridae maupun Goiidae,
dan
betina
dapat
mudah
dibedakan
genital papilanya (Manacop,
dan Mito,
1963;
Arima dan Mito,
ikan jantan
terutama
dari
1953; Dotsu, 1958; Dotsu
Dotsu dan Tsukahara,
1964;
Dotsu,
1965; McDowall, 1965; Anderson, Lake
dan Mackay, 1971; Tan dan Lam, 1973; dan Auty, 1978).
Beberapa
nya
ikan gobioid dapat dibedakan jenis kelamin-
dari sirip punggung pertamanya
Dotsu,
Dotsu &
1958;
(Manacop,
1953;
d.,1965; Dotsu dan Mito,
1963).
Musim
pemijahan eleotrid ataupun gobioid sangat ber-
variasi.
temukan
Yang berpijah pada musim panas misalnya dioleh Dotsu (1958), Dotsu dan
Dotsu -& &.
Mito
(1963),
(1965), Mashiko (1976), Matoba dan Dotsu
(1977), dan
Mann (1980).
Yang berpijah pada musim
semi misalnya ditemukan oleh Dotsu (1961), pada musim
dingin
sampai
musim
semi
(1965) dan Stephens (1982),
misalnya
oleh
McDowall
sedangkan yang
berpijah
pada musim kemarau diamati oleh ~ a n a c o p( 1953 ) .
Umumnya
eleotrid
maupun
gobiid
bersifat
pemijah
berganda atau multiple spawner (Manacop, 1953;
Dotsu
G d.,
1965; McDowa11, 1965; Mann, 19801, tetapi ada
juga
yang bersifat pemijah total atau total
(Dotsu, 1958).
spawner
4.
Semua eleotrid maupun gobiid
yang dilaporkan
mempu-
nyai telur yang demersal, melekat pada suatu obyek di
dasar perairan, dan telur dijaga oleh induk (parental
Tidak pernah dilaporkan adanya telur gobioid
care).
yang planktonis.
5.
Telur
gobioid
1958 dan 1961;
1965;
1974a;
berbentuk lonjong
buah
a.,
1973;, Shiogaki dan Dotsu, 1974,
dan Dotsu,
telur (Dotsu dan Mito,
berbentuk
(Dotsu,
Dotsu dan Fujita, 1963; Dotsu &
Tan dan Lam,
Uchida
memanjang
1980),
1963;
berbentuk lonjong
McDowall,
pir atau jambu
1965),
(Manacop,
dan
1953
dan
Auty, 1978). Semua telur gobioid yang dilaporkan mempunyai
alat untuk melekat berupa benang-benang
suatu ujung (polar thread),
pada
kecuali pada ikan B ~ s e -
Leotris cQmDressug yane dikatakan mempunyai perlekatan
berupa
cakram pelekat atau adhesive disc
(Auty,
1978).
6.
Masa inkubasi telur gobioid sangat
gantung
10
7.
pada temperatur
bervariasi,
dan jenis ikan,
jam sampai 720 jam setelah dibuahi
Fekunditas
ikan
yaitu dari
(lihat
gobioid 6erkisar antara
ber-
250
Tabel
butir
sampai 40 000 butir (lihat Tabel 22).
Aspek reproduksi ikan payangka belum pernah diteliti
dengan memuaskan. Namun demikian dalam aspek ini terdapat
cukup
bahan
pembanding bagi ikan payangka,
yaitu
dari
ikan-ikan lain yang masih anggota famili Eleotridae.
Danau Tondano sebagai habitat ikan, sudah seringkali
Di antaranya oleh Soeroto & &. (1975). Rondo
diteliti.
(1977), Soerjani ff; d. (1979) dan Mondoringin
Karena adanya sumber
maka
kisaran
air panas pada beberapa tepi danau,
temperatur
danau Tondano dari
tempat
tempat menjadi besar (Soeroto & d.,1975 dan
&
(1980).
ke
Soerjani
d.,1979), demikian juga kisaran fosfat, sulfat,
padatan
silikat,
(Soerjani & &..,
danau
tersuspensi
1979).
dan daya
hantar
listrik
Walaupun demikian secara umum
Tondano merupakan tempat hidup yang baik bagi ikan
(Soeroto & d.,
1975; dan Soerjani et d.,1979).
Dari
tinjauan pustaka ini dapat
bahwa
studi tentang rnakanan dan reproduksi ikan telah
walaupun
banyak
dipelajari,
sangat
sedikit
pendahuluan
dekatan
disimpulkan
namun bagi payangka studi ini
sehingga
perlu
diperluas.
Penelitian
yang ada dapat digunakan untuk membuat
yang lebih baik dan arah yang lebih pasti
studi ini.
masih
pendalam
19
cukup
bahan
pembanding bagi ikan payangka,
yaitu
dari
ikan-ikan lain yang masih anggota famili Eleotridae.
Danau Tondano sebagai habitat ikan, sudah seringkali
Di antaranya oleh Soeroto &
diteliti.
d. (19751, Rondo
(1977), Soerjani & d. (1979) dan Mondoringin
Karena adanya sumber
maka
kisaran
(1980).
air panas pada beberapa tepi danau,
temperatur
danau Tondano dari
tempat
tempat menjadi besar (Soeroto & d.,1975 dan
ke
Soerjani
I
d.,1979), demikian juga kisaran fosfat, sulfat,
silikat,
padatan
tersuspensi
(Soerjani & d.,1979).
danau
hantar
listrik
Walaupun demikian secara umum
Tondano merupakan tempat hidup yang baik bagi ikan
(Soeroto &
walaupun
d.,
1975; dan Soerjani
g&
tinjauan pustaka ini dapat
Dari
d.,1979).
disimpulkan
bahwa
studi tentang makanan dan reproduksi ikan telah
banyak
dipelajari,
sangat
sedikit
pendahuluan
dekatan
dan daya
namun bagi payangka studi ini
sehingga
perlu
diperluas.
Penelitian
yang ada dapat digunakan untuk membuat
yang lebih baik dan arah yang lebih pasti
studi ini.
masih
pendalam
111. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Pengambilan Contoh
Berdasarkan
peta
danau
Tondano yang
dibuat
Dinas Perikanan Propinsi Sulawesi Utara secara
dapat
dilihat
skematik,
adanya aliran sungai kecil yang masuk
danau sebanyak 25 buah,
dan
oleh
satu aliran
air ke luar
ke
danau,
bagian danau yang terdalam adalah 27 meter (Lampiran
2) -
I
Untuk keperluan penelitian ini hanya ditentukan
dua
buah stasion pengambilan contoh di danau. Pemilihan kedua
stasion ini didasarkan pada: (1) salah satu stasion harus
terletak
dekat
aliran air ke luar danau
(outlet),
(2)
jika mungkin stasion yang lain terletak dekat aliran
air
(3) ikan payangka serta nike banyak ter-
masuk
(inlet),
dapat
pada kedua stasion tersebut,
(4) mempunyai
dasar
perairan yang bervariasi seperti misalnya berpasir, berlumpur dan bervegetasi lebat,
dangkal,
(5) mempunyai bagian
landai dan bagian yang dalarn,
yang
(6) dapat dengan
mudah dicapai atau didatangi.
Pada
kedua stasion ini dilakukan pengambilan contoh
ikan payangka, nike,
plankton dan fauna
dasar.
Skema
0
penempatan
lokasi-lokasi
stasion dapat dilihat
pengambilan contoh pada
pada
terletak pada aliran keluar
Stasion
Gambar 1 dan 2.
di desa
Toulour,
kedua
Stasion I
sedangkan
I1 terletak di desa Touliang Oki, dekat
dengan
aliran kecil yang rnasuk danau. Kedua stasion ini berjarak
8 km.
sekitar
dibuat
Pada Stasion I daerah pengambilan contoh
berbentuk
segitiga,
disesuaikan dengan
mulut
sungai yang berbentuk corong, dan pada Stasion I1 dibuat
berbentuk empat persegi panjang, untuk mempermudah pengukuran dan pengambilan contoh.
Gambar 1.
Skema Lokasi Pengaxhbilan Contoh pada Stasion I
(Toulour) Dilihat dari Atas
Lokasi pada setiap stasion, yang diberi nomor dari 1
sampai dengan 12, ditandai dengan sepotong kayu bernomor
sesuai
batu
dengan
nomor lokasi.
Kayu ini diberi
dengan perantaraan tali nilon yang
diikatkan
kayu, agar tidak mudah hanyut terbawa arus.
contoh
ikan, plankton
tanda
kayu
kayu.
Hal
contoh
Pengambilan
pada
tersebut, dengan radius kira-kira 5 m
dari
tidak
berhubung
pada
dilakukan
ini
dan fauna dasar
pemberat
terpaksa dilakukan
dapat
dilaksanakan
adanya gelombang dan angin
karena
dalam
pengambilan
satu
titik,
yang kadang-kadang
cukup keras.
Gambar 2.
Skema Lokasi Pengambilan Contoh pada
Stasion I 1 (Touliang Oki) Dilihat
dari Atas
Dalam pelaksanaan teknisnya. pengarnbilan contoh ikan
payangka, nike,
dan udang dilaksanakan terlebih dahulu,
baru kemudian pengambilan fauna dasar dan plankton,
pengukuran
dilakukan
pH dan temperatur air permukaan.
lalu
Urutan ini
untuk menghindari larinya ikan-ikan dan
udang
terlebih dahulu, jika seandainya urutan dibalik.
Pengambilan contoh
bulan selama 16 bulan,
tersebut
dilaksanakan
setiap
yaitu dari bulan Juli 1980 sampai
dengan bulan November 1981,
termasuk penelitian pendahu-
luan.
3.1.1.
Pengambilan ikan payangka dan nike
Ikan
dan seser.
di mana
seser.
payangka dan nike ditangkap dengan jala lempar
Nike hanya bisa didapatkan pada lokasi-lokasi
tumbuhan air
masih dapat
seperti
dengan
alat
Jika tumbuhan air terdapat lebih dalam (dan tidak
tercapai dengan seser),
Dengan
dicapai
maka nike tidak tertangkap lagi.
menggunakan seser dan dioperasikan menurut lokasi
dalam penelitian ini, hanya sedikit
nike
yang
dapat diperoleh.
Penangkapan ikan payangka dilaksanakan dengan
meng-
gunakan jala lempar yang khusus dibuat untuk dioperasikan
di perairan yang bertumbuhan lebat.
agar
jala
Pemberatnya ditambah
cepat tenggelam dan mulutnya
mudah
mencapai
dasar meskipun ada tumbuhan air di dasar perairan.
Dalam
operasinya jala ini memerlukan alat
lain, yaitu
penutup
sudah
sebuah bambu panjang yang
penulong
ujungnya
kayu sehingga mirip sebuah bonggol.
diberi
Jika
jala
dilempar dan tenggelam, maka daerah tumbuhan yang
terkena
jala lalu ditusuk-tusuk dengan bambu
yang
ber-
bonggol tadi dengan maksud agar ikan-ikan yang berlindung
di sekitar tumbuhan akan lari dari tumbuhan dan
kut di jala.
tersang-
Pada jala biasa (bukan untuk daerah tumbuh-
an) ukuran mata jala adalah sebesar 4 cm, sedangkan pada
jala khusus daerah tumbuhan, mata jala dibuat lebih besar
yaitu
antara
memperingan
5-6
cm.
penarikan
Hal
ini
jala dan juga
dimaksudkan
untuk
untuk
mempercepat
tenggelamnya. Namun ha1 ini mengakibatkan hasil tangkapan
menjadi sangat selektif, yaitu hanya ikan-ikan besar saja
yang tertangkap (lebih besar dari 75 mm). Usaha menangkap
ikan-ikan yang lebih kecil dengan jala biasa yang bermata
4
cm telah dilakukan, namun hanya dapat dilaksanakan di
daerah tanpa tumbuhan
atau
pada kedalaman
Pada daerah tumbuhan yang lebat,
jala biasa sering tidak
mendapat
hasil
beratnya
tarikan jala akibat tersangkut
Perlu
di atas 5 m.
atau banyak mata jala yang putus
ditambahkan bahwa
sedua
pada
penangkapan
karena
tumbuhan.
ikan
ini
dilakukan dari atas perahu yang bermesin tempel.
Ikan-ikan yang tertangkap dalam tiap lokasi dimasukkan
ke dalam larutan formalin 10% dalam kantong
plastik
yang
sudah diberi nomor.
Kemudian ikan-ikan ini dibawa
ke laboratorium untuk dianalisis lebih lanjut.
3.1.2. Pengambilan plankton
Lokasi pengambilan plankton sama dengan lokasi pengambilan
ikan.
setelah
jala dilemparkan dan seser untuk nike
Plankton
Plankton
diambil
setelah
ikan, yaitu
diangkat.
dikurnpulkan dengan menggunakan jaring
nomor 50, yaitu jaring plangton
banyak 120 buah per c m .
plankton
yang mempunyai mata se-
Kerangka jaring plankton terbuat
dari besi berbentuk lingkaran dengan luas penampang sebesar 154 cmz.
2.50 m
Kerangka ini diberi tangkai yang panjangnya
supaya dapat digunakan pada kedalaman 1
permukaan dan mudah ditarik keluar air.
m
dari
Dengan demikian
maka panjang lintasan yang dilalui jaring plankton adalah
2 m,
yaitu 1 m lintasan horizontal dan 1 m lagi lintasan
vertikal
pada waktu jaring ditarik ke atas.
Volume air
yang tersaring dalam satu lokasi adalah 30.8 liter, yaitu
154 x 200 cm3.
Hasil saringan plankton ini sebanyak 20 ml, yang diawetkan dengan formalin 4% atau alkohol 70% dan
5%.
gliserin
kemudian disimpan untuk dianalisis jenis dan jumlah#
nya d i 'laboratorium.
Pengambilan fauna dasar
3.1.3.
Lokasi
pengambilan fauna dasar sama letaknya dengan
pengambilan ikan dan plankton, walaupun selalu dilakukan
dari
pinggir perahu
plankton.
Jika
kiri perahu,
yang
berlainan dengan
pengambilan
pengambilan plankton dilakukan
sebelah
maka pengambilan fauna dasar dilakukan dari
sebelah kanan.
Kedua pengambilan ini dilakukan bersamaan
waktunya oleh pekerja yang berlainan.
I
Untuk
dredge
fauna
dasar
digunakan
(pengeruk) yang berukuran 15 cm x
plastik
yang
pengeruk
pada
mendapatkan
lokasi pengambilan contoh.
diketahui
15 cm.
digunakan untuk menurunkan dan
diberi tanda untuk mengetahui
sebuah
Tali
mengangkat
kedalaman
danau
Dengan cara ini
dapat
bahwa pada Stasion I daerah pengambilan contoh
mempunyai kedalaman antara 1.75 - 4.75 m,
sedangkan pada
Stasion I1 antara 1.25 - 12.60 m.
Dengan
organisme
dan
alat
pengeruk ini hanya mungkin
didapatkan
yang lamban bergerak seperti misalnya
organisme
yang
hidup di
dalam
lumpur
moluska
(infauna).
Organisme benthos lainnya yang lebih lincah seperti udang
dan larva serangga sulit didapatkan dengan alat
ini.
.
pengeruk
Penggunaan seser yang bertangkai panjang dan hanya
mungkin dilaksanakan pada kedalaman 1.5 m saja, pada kedalaman
antara 1.5 - 3.0 hanya udang dan larva
serangga
yang terdapat sekitar tumbuhan di permukaan air saja yang
dapat
'
diperaleh,
lebih
dalam dari 3.0 m
tumbuhan
air
sudah tidak mencapai permukaan, sehingga hewan-hewan tadi
sudah
tidak
gambaran
dapat
tertangkap
lagi.
Dengan
demikian
fauna dasar yang diperoleh menjadi tidak
leng-
kap, hanya terbatas pada hasil tangkapan alat pengeruk.
Fauna
lumpur
tik,
benthos yang tertangkap
bersama-sama
dengan
dasar kernudian dimasukkan ke dalam kantung
dan
keesokan harinya disortir dan disaring
sangat
teliti,
sangat
kecil,
plasdengan
mengingat ada satu spesies moluska
berukuran
antara
2 - 3 mm.
yang
Organisme-
organisme ini kemudian dipisahkan menurut jenisnya,
dihitung jumiahnya dan diukur besarnya.
fauna
dasar
lalu
Pada perhitungan
ini maka luas penampang pengeruk dan
seser
diperhitungkan.
3.2. Metode Penelitian
3.2.1.
Pengukuran dan pembandingan
ikan
panjang usus relatif
Panjang usus relatif adalah panjang saluran
pencer-
ikan yang dinyatakan dalarn persen ( % ) dari
panjang
naan
badan
panjang
total.
Panjang
saiuran
saluran pencernaan
pencernaan
yang
diukur
ikan
adalah
dari
ujung
oesophagus (tenggorokan) sampac ujung rektum (anus). Yang
dimaksud dengan panjang
diukur
dari
ujung
badan total adalah panjang
mulut
(bibir) sampai
ujung
yang
ekor.
Pengukuran panjang usus aan panjang ikan dilakukan dengan
menggunakan rnistar biasa sampai pada milimeter terdekat
Analisis isi perut
3.2.2.
Pada
analisis
lambung atau isi perut ikan
dipakai
dua macam metode, yaitu metode jumlah dan metode frekuensi
kejadian.
Metode-metode tersebut
adalah
sebagai
berikut :
(1)
fietode .iumlah.
Dalam metode ini
seluruh organisme
(atau bagian dari organi'sme) dalam isi
perut
dihitung
spesiesnya.
Kemudian
(=
jumlahnya
dan
ditentukan
hasil perhitungan
dijumlahkan
ikan
seluruhnya
100%) dan hasil persentase tiap jenis
organisme
dihitung berdasarkan jumlah masing-masing.
Metode frekuensi ke-iadian.
bagian
ikan
dari
Setiap
organisme yang terdapat dalam
dicatat
dan dianggap
(occurrence).
Kemudian
sebagai
kejadian
tersebut pada seluruh contoh ikan
dinyatakan dalam
ikan.
organisme
persen
dari
lambung
kejadian
organisme
dijumlahkan
dari
(%)
satu
seluruh
Dengan demikian seluruh kejadian dari
organisme makanan ikan sebagai 100%.
penggambaran
komposisi
atau
Hanya
dan
contoh
semua
untuk
makanan ikan pada
berbagai
digunakan rnetode frekuensi
kejadian
e
kelas
yang
ukuran,
lain
untuk
perhitungan,
jumlah
mempermudah
selain itu juga
perut yang kosong.
dan
rnenyederhanakan
untuk
memperlihatkan
Contoh dari metode
ini
adalah sebagai berikut:
Jika ada 120 ekor ikan
ada
20 ekor yang kosong isi perutnya, kemudian dari 100
ikan yang
berisi tersebut ada 50 ekor yang
berisi
udang, 20
ekor yang berisi keong, 40 ekor
berisi
serangga dan 10 ekor berisi kepiting, maka frekuensi
kejadian dari udang adalah 50%,
keong 20%, serangga
40%, dan kepiting 10%.
Hasil analisis isi perutrikan ini kemudian dihubungkan dengan musim, ukuran ikan dan ketersediaan organisme
makanan
ikan
di danau.
Untuk musim
dan
ukuran
ikan
pembandingannya dilakukan berdasarkan tabel dan metriknya
masing-masing. Pembandingan antara isi perut ikan dengan
ketersediaan makanan
ikan dilakukan berdasarkan
ratio (nisbah makanan) dan indeks pilihan (IP).
Hess
dan
makanan
Swartz (1941, dalam
adalah
Kendeigh,
perbandingan antara
forage
Menurut
1961)
persentase
9
nisbah
spesies
hewan dalam isi perut ikan dengan persentase spesies yang
sama yang terdapat di perairan, atau dalam rurnus:
Nisbah Makanan (NM)=
Persen
~erus
persen spesies yang sama d i alam
dalam rumus ini adalah persentase
perbandingan
jumlah.
tersebut = 1 , berarti spesies itu
Jika
dimakan
dalam proporsi yang sama dengan kepadatannya di alam atau
tidak
ada
pemilihan makanan atau
tidak
memperlihatkan
preferensi;
dimakan
jika lebih besar dari 1 , berarti spesies itu
lebih besar daripada proporsi kepadatan di
atau menunjukkan adanya pemilihan atau
kurang dari
1,
alam
preferensi;
berarti bahwa spesies
tersebut
jika
kurang
tertangkap, kurang terjangkau atau tersembunyi bagi ikan,
atau
mungkin
kurang disukai ikan.
diperhitungkan
adalah:
Asumsi
yang
perlu
(1) Bahwa ikan tidak sedang ber-
(2) Makanan yang dimakan ikan berasal dari dae-
migrasi,
f
rah pengambilan contoh,
makanan
di
alam
organisme mangsa
harus
(3) Pengambilan contoh organisme
representatif,
(4)
Penyebaran
dan kelimbahannya tidak berbeda
secara
menyolok pada jarak hanya beberapa meter.
Indeks pilihan (electivity index
dasarkan
electivity
index
dari
E) dihitung ber-
Ivlev
(Hyatt,
1979)
menurut rumus :
di mana r adalah proporsi jumlah dari suatu jenis makanan
di dalam isi perut ikan, sedangkan p adalah proporsi dari
jenis makanan yang sama di alam.
-1
dan +1,
Nilai E berkisar antara
di mana nilai yang positif (lebih besar dari
nol) menandakan proporsi yang lebih besar dalam isi perut
daripada di alam, sedangkan nilai yang negatif menandakan
proporsi
dalam
dengan
yang
isi
lebih kecil dari satu
perut ikan dibanding dengan
jenis
di
makanan
alam.
kata lain, nilai yang positif menandakan
di
Atau
adanya
pemilihan, sedangkan
nilai no1 menandakan tidak
adanya
pemilihan, dan nilai negatif menandakan organisme mangsa
kurang terjangkau, kurang tertangkap, atau tersembunyi.
penghitungan
NM.
penghitungan NM maupun IP bagi ikan payangka,
isi
Asumsi
Dalam
yang
dipakai sama dengan pada
perut yang berupa copepoda (Cyclops) dan cladocera
tidak
diperhitungkan, sebab ukurannya terlampau kecil lagi pula
hanya kadang-kadang saja terdapat dalarn perut ikan.
3.2.3. Perhitungan kepadatan plankton
Kepadatan
plankton dihitung berdasarkan pada metode
yang disarankan oleh Edmonson dan Winberg (1971). Caranya
ialah
dengan
mengencerkan air yang telah berisi
penyaringan plankton dari danau, kemudian diaduk
baik
dan
sambil
diaduk
(cuplikan) dengan pipet.
lalu
diambil
Cuplikan ini
hasil
dengan
sebagian
kecil
ditaruh di atas
gelas obyek dan diperiksa di bawah mikroskop.
Pada
gelas
pemeriksaan dengan mikroskop ini cuplikan pada
obyek
(dalam
dibagi menjadi
penelitian ini 10).
beberapa
lapangan
pandang
Plankton diidentifikasi dan
dihitung
jumlahnya pada tiap lapangan pandang.
plankton
dalam cuplikan tersebut adalah jumlah
Jumlah
plankton
a
dari seluruh lapangan pandang.
oleh
dengan
dengan
Kepadatan plankton diper-
mengekstrapolasikan perhitungan
memperhitungkan pengenceran dan volume
pada gelas obyek tadi.
di
atas,
cuplikan
Dalam penelitian ini pengenceran
tidak
dilakukan, karena volume air yang tersaring hanya
30.8 liter sehingga jumlah plankton tidak terlalu banyak.
Dari
air
yang 30.8 liter setelah
danau
kemudian diberi bahan pengawet,
tersaring
volumenya menjadi 2 0 ml.
20 ml ini kemudian diambil 1 tetes untuk
Dari
di bawah mikroskop.
perhitungan
diperiksa
Karena 1 ml = 22.5 tetes, maka hasil
plankton
menggambarkan
dan
jumlah
harus dikalikan dengan
plankton
dalam
30.8
untuk
450
liter
air
contoh.
Kepadatan
musim.
antar
plankton ini kemudian dibandingkan
Plankton
ini dibandingkan dengan makanan
nike,
menggunakan NM dan IP, untuk melihat apakah nike
dengan
memilih jenis plankton tertentu
Pengukuran dan perhitungan fauna dasar
3.2.4.
Fauna
panjang
untuk
dasar
yang
terutama
dan lebar atau tingginya.
berupa
keong
Hal ini
melihat keselektifan ikan payangka,
diukur
dimaksudkan
yaitu
dengan
ukuran fauna dasar ini dengan fauna
membandingkan
dasar
yang sudah dimakan ikan. Pembandingan fauna ini dilakukan
dengan
(3.2.2).
menggunakan NM
Pengukuran
seperti
dalam
sub bab terdahulu
fauna dilakukan dengan
menggunakan
e
jangka 'sorong
dekat.
ter-
Penghitungan fauna dasar dilakukan terhadap hasil
pengumpulan
atau
(vernier calliper) sampai milimeter
seser.
fauna yang tertangkap dengan
alat
pengeruk
Organisme yang didapat diidentifikasi
dan
dihitung
jumlahnya.
Kepadatan
fauna
dihitung
dengan
merata-ratakan jumlah organisme dalam pengeruk atau seser
pada
satu stasion.
Untuk mendapatkan jumlah
rata-rata
organisme per m2 angka ini diekstrapolasikan ke dalam
yaitu
dengan memperhitungkan luas penampang pengeruk dan
seser.
pang
Luas pengeruk adalah 225 cm2,
seser adalah 1963.5
untuk
m2,
fauna
dalam
maka
cm2,
pengeruk
sedang luas penamdalam
dikalikan
ekstrapolasi
dengan
44.4,
I
sedangkan untuk seser dengan 5.1.
Kepadatan ini kemudian
dibandingkan antar musim.
3.2.5.
Tingkat kematangan gonad dan pendugaan pemijahan
Penentuan
modifikasi
Dengan
tingkat kematangan gonad dilakukan dengan
cara
cara
ini
Nikolsky
(Bagenal dan
tingkat
kematangan
Braum,
1968).
gonad (TKG)
ikan
payangka digolongkan menjadi 6 tingkat, yaitu:
1.
Tingkat I. Tidak matang. Pada tingkat ini gonad masih
sangat kecil, berbentuk seperti benang.
Tingkat ini
terdapat pada ikan-ikan muda. Sulit membedakan jantan
dan betina.
2.
Tingkat 11. Perkembangan. Gonad lebih besar dan telur
terlihat sebagai butir-butir yang sangat kecil dengan
*
mata telanjang.
Pada betina gonad berwarna agak ke-
kuningan, sedangkan
pada jantan berwarna
dan sedikit berkelok-kelok.
keputihan
3.
Tingkat
111.
Kematangan.
panjang
setengah
dari
Gonad
besar, mencapai
rongga perut.
Telur
jelas
terlihat.
Pada betina warna kuning jelas terlihat,
sedangkan
pada jantan berwarna putih jelas dan ber-
kelok-kelok. Anal papila (penjuluran di daerah dubur
berfungsi
untuk
mengeluarkan telur
atau
spermaj
berwarna kekuningan.
4.
Tingkat IV.
Memilah (reproduksi). Gonad sangat besar
f
mencapai
2/3
sekitar
terlihat butirnya.
betina,
perut
rongga perut.
membuncit
ditekan telur akan keluar.
akan
keluar.
jelas
Warna gonad kuning menyala pada
nampak
membuncit, yang
Telur
jika
Anal
dan
jika
sedikit
Pada jantan perut sedikit
sedikit ditekan sperma putih
papila
membesar
dan
berwarna
kuning kemerahan.
5.
Tingkat V.
Salin.
Gonad kosong atau berisi
sedikit
sisa-sisa telur atau sperma, berwarna kemerahan. Anal
papila masih kemerahan.
6. Tingkat VI. Xstirahat. Gonad sangat kecil, jantan dan
betina tidak dapat dibedakan. Butir-butir telur belum
terlihat
dengan
mata telanjang, sama seperti pada
tingkat I.
Tingkat
kematangan
gonad
ikan-ikan dari
stasion diamati dan dibandingkan antar musim dan
pengambilan
contoh.
Dengan
cara ini
dapat
kedua
periode
diperoleh
ukuran
ikan
yang
pertama kali berpijah
bergonad
atau
matang, yaitu dengan mengamati ukuran ikan yang mempunyai
kematangan gonad tingkat 111 atau IV.
-3.2.6. Musim dan daerah pemijahan
Pendugaan musim
hitung
jumlah
kematangan
pemijahan dilakukan
dengan meng-
(dalam persen) ikan-ikan yang
gonad
tingkat I11 dan IV dari
mempunyai
seluruh
pada saat pengambilan contoh. ~Penghitunganini
ikan
kemudian
dibandingkan antar periode pengambilan contoh. Persentase
yang
tinggi dari ikan-ikan dengan
TKG I11 dan
atau IV
dianggap sebagai puncak-puncak musim pemijahan.
Untuk
menentukan daerah pemijahan atau tempat ber-
telur ikan payangka,
pertama-tama ditempuh cara berikut:
(a) Mengamati tumbuhan air yang terdapat di sekitar lokasi
pengambilan contoh, untuk melihat apakah telur
ikan
payangka melekat pada tumbuhan, dan (b) Mengamati permukaan batu-batuan di dasar perairan
(dengan alat penyelam
snorkle) untuk mendapatkan telur.
Dalam
ikan
usaha-usaha
payangka.
tersebut tidak
Kemudian
dari
ditemukan telur
wawancara
nelayan danau didapat informasi bahwa
dengan
telur ikan
para
sering
#
melekat
. pada
jaring insang atau jaring
Dari
informasi
telur
tersebut
sebagai berikut:
hanyut
ini maka untuk menentukan apakah
adalah
telur
mereka.
telur-
payangka, ditempuh
cara
(1)
Mengambil
telur-telur yang melekat
di jaring
dan
pelampung jaring insang nelayan, kemudian menetaskannya;
(2) Melakukan
telur
pembuahan buatan dengan cara mengeluarkan
dan
sperma
payangka
yang
gonadnya
sudah
matang, kemudian membuahi dan menetaskannya; dan
(3)
Mencocokkan bentuk,
sifat, gerak serta warna larva
yang diperoleh dari kedua cara penetasan tersebut.
7
3.2.7.
Penghitungan fekunditas
Fekunditas
adalah jumlah telur induk betina
dewasa
pada saat mendekati pemijahan. Fekunditas dalam penelitian ini dihitung dengan cara gravimetri. Telur yang ada di
dalam
gonad dipisahkan satu per satu dari jaringan gonad
(yang telah diawet),
kemudian dikumpulkan dan ditimbang.
Kemudian dari telur-telur ini diambil satu cuplikan kecil
dan ditimbang, lalu
dihitung
jumlahnya.
seluruh telur dalam gonad tersebut diperoleh
Maka jumlah
dengan cara
mengekstrapolasikan jumlah telur dalam cuplikan tersebut
Sebanyak
30 ekor ikan betina diperiksa jumlah
Fekunditas
ini
telurnya.
kemudian dihubungkan dengan ukuran
ikan
yang bersangkutan untuk mendapatkan kecenderungan (trend)
dan persamaan regresinya, sehingga peramalan
dapat dilakukan.
fekunditas
3.2.8. Pengukuran diameter telur
Penyebaran diameter telur dilakukan untuk menentukan
frekuensi
payangka
pemijahan,
,juga untuk
melihat
termasuk pemijah total (total spawner)
pemijah berganda (multiple spawner).
ukur
apakah
ikan
ataukah
Diameter telur di-
dengan menggunakan mikroskop binokuler stereo
berkekuatan rendah
(sampai 40 kali)
dengan
pada
mikrometer
okulernya.
yang
yang
diperlengkapi
Karena
telur
ikan
I
payangka
tidak
dengan
di
dalam gonad berbentuk tidak
seragam, maka untuk menghindari
diameter
tertentu,
beraturan
pemilihan
yang diukur adalah
dan
telur
diameter
telur sepanjang sumbu tetap dari mikrometer. Cara ini dianggap
yang paling dapat dipercaya oleh McDowall (1965).
Sebanyak
200 butir telur dari tiap ikan betina yang
di-
periksa diukur diameternya.
3.2.9.
Pengamatan sifat dan bentuk telur ikan payangka
serta perkembangan dininya
Telah disebutkan terdahulu bahwa telur ikan payangka
dapat
diperoleh dari hasil pembuahan buatan
yang telurnya telah matang,
pada jaring nelayan.
di
gonad
ikan
juga dari telur yang melekat
Telur-telur ini kemudian dipelihara
dalam bejana gelas,
dengan media air PAM yang
telah
I
diberi
kamar
(26-
memperhatikan
per-
aerasi dan dibiarkan pada temperatur
Pengamatan
diteruskan
dengan
kembangan dini telur yang telah dibuahi,
baik dari telur
yang
dibuahi
alami.
secara buatan maupun yang
Pengamatan dilakukan setiap
menetas.
Setelah
dibuahi
1 jam
secara
sampai telur
ini pengamatan masih diteruskan tetapi
dengan selang waktu yang tidak beraturan. Pada tujuh kali
pemeliharaan
saja,
karena
tersebut.
larva ini hanya dapat mencapai umur 96
itu pengamatan juga terbatas
sampai
jam
umur
IV.
KEADAAN UAERAH PENELITIAH DAN
TEMPAT HIDUP IKAN PAYANGKA
Kedua
stasion yang dipilih terletak di bagian utara
-danau Tondano, mempunyai beberapa ciri seperti tercantum
pada Tabel 2. Stasion I merupakan jalur pelayaran perahuperahu
nelayan
yang
akan
ke atau dari
melalui aliran sungai Tondano.
pasar
Tondano
Pada saat penelitian di-
laksanakan, sungai keluar ini Jedang mengalami pengerukan
karena
dianggap
terlalu
dangkal sehingga menyebabkan
meluapnya air danau (banjir) pada musim hujan.
Di daerah pinggir Stasion I terdapat beberapa
pulau
terapung. Tumbuhan sejenis pohon sagu yang berbatang pendek
terdapat di pinggir dan nampak seperti
Daerah
tepi Stasion I1 ditumbuhi gelagah,
semak-semak.
juga
sejenis
pohon sagu pendek, dan ada tempat mencuci dan mandi umum.
Di daerah tepi ini terdapat sebuah perkampungan.
Bagian
terdangkal
dari tempat
pengarnbilan
contoh
pada Stasion I adalah 1.75 m dan terletak di mulut sungai
Tondano, sedang bagian
tengah
danau.
terdalam adalah 4.50 m ke
Pada Stasion I 1 bagian terdangkal
1.25 m dan terletak di pinggir danau,
arah
adalah
sedang bagian ter-
6
dalam adalah 1 2 - 6 0 m terletak di tengah danau.
Melihat
hasil pengambilan contoh dengan
pengeruk,
dasar perairan Stasion I terutama adalah lumpur yang berwarna kehitaman, juga sebagian kecil adalah lumpur dengan
Tabel 2.
Ciri
Kedalaman
:
Sifat dasar
:
Arus
Keadaan pada Stasion I dan 11
Stasion I
Stasion I1
lumpur, lumpur dengan sedikit pasir
pasir, pasir dengan
lumpur, tanah kuning
(bagian dalam)
menuju sungai
keluar danau
tidak terlihat jelasf
Kemiringan
dasar
Luas daerah
penelitian
:
Daerah tepi
:
tak terlalu curam
curam
gelagah , semaksemak, pulau
terapung
gelagah, kampung
payangka , nike ,
sepat, gabus
payangka, nike, sepat
mujair, gabus
Tumbuhan ai r :
Jenis ikan
:
u
noidE8=&k
berculata, Stenothutenothv
Moluska
An~ulvagra,Anodon-
Lg, Melanoides
ra,
Crustacea
:
m-
Thiara
g ? n l z ,Lymnaea
S . .
udang Caridina sp., udang Carldlna SP.,
copepoda, cladocera copepoda, cladocera
a
sedikit pasir.
Dasar perairan stasion I I bagian terdang-
kal berwarna kehitaman, juga sebagian kecil adalah lumpur
dengan
sedikit pasir.
kemudian
Dasar perairan ini adalah pasir.
makin ke tengah pasir bercampur sedikit
lumpur
dan pada bagian paling dalam terdapat semacam tanah
berwarna
kekuningan.
ini.
maka
juga
berbeda.
liat
Karena dasar perairan yang berbeda
flo