Makanan dan Reproduksi Ikan Payangka (Ophieleotris aporos (Bleeker)) di Danau Tondano

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Di danau Tondano, Sulawesi Utara, terdapat ikan-ikan
kecil

berukuran

10-30

orang

sepanjang tahun.

duduk sekitar danau.
tahun

yang ditangkap


mrn,

dan

dimakan

Ikan ini disebut nike oleh pen-

Produksi nike sekitar 150 ton

per

atau sekitar 8% dari seluruh produksi danau (lihat

Tabel 1).

I

Semula


nike dianggap sebagai ikan kecil yang

akan mencapai ukuran besar,
(Lebistes sp.).
Djalil

dan

tidak

seperti misalnya ikan seribu

Soerjani, Wargasasmita,

Soesilo (1979) yang meneliti

Abdurrahman,

ekologi


danau

Tondano, masih belum mengetahui nama nike tersebut.

Baru

pada tahun 1979 nike berhasil penulis identifikasi, yang
ternyata adalah
(Bleeker).

anak ikan payangka, O~hieleotrisaporos

Produksi ikan payangka atau

nike besar

sendiri adalah sekitar 500 ton per tahun, maka
produksi

nike


gabungan

dan ikan payangka dapat mencapai

35% dari seluruh produksi danau,

itu

sekitar

sehingga merupakan ikan

terbanyak yang ada di danau.
Pada tahun 1980 harga nike dan ikan payangka masingI

masing

adalah


produksi
setiap

keduanya

tahun.

Propinsi

Rp 500,- dan Rp
bernilai

Berdasarkan

Sulawesi Utara,

kg, sehingga

750,- per


sekitar Rp
data dari

450

000

Dinas

ikan ini mencapai

000,-

Perikanan

22.7%

dari

Tabel 1.


Produksi Perikanan Di Danau Tondano
pada Tahun 1980

Jenis Produksi

Bobot
( ton 1

Ikan :
Payangka (Ophieleotris a~oros)
Nike (Ophieleotris aporos)
Mujair dan Nila (Oreochromis '
rnossambicus dan 0.niloticus)
Gabus (nEh;icephalug striatus)
Nilem (Osteochilus hasselti)
Sepat (Trichogaster
Betok (Anabas testudineus)
Mas (Cvvrinus car~io)
Tawes (Puntius ~onionotus)

Crustacea:
Udang waor (Caridina spp.)
Moluska:
Renga dan Kolombi (Annulvanra
c o s t a t a dan Pila m ~ u l l a c e a )

Sumber:

Dinas Perikanan Kabupaten Minahasa
s

seluruh

nilai

produksi

perairan

umum


di

Kabupaten

Minahasa, atau memberikan andil sekitar 4.7% dari seluruh
nilai produksi ikan (laut dan air tawar) di Minahasa.

Walaupun
tidak

pernah

seakan-akan
dari

nike

meresahkan


Besarnya
ditunjang

di

bahwa

oleh

masyarakat

karena

dianggap

Anggapan ini bertolak

nike sangat

pinggir-pinggir


populasi

namun

populasinya

"tidak pernah habis".

kenyataan

ditangkap

banyak ditangkap,

mudah

danau

nike beserta ikan

dijumpai

sepanjang
payangka

dan

tahun.
haruslah

reproduksi yang sukses dan makanan

yang

cukup di danau.
Ikan

payangka termasuk ke dalam famili

ordo Gobioidea (Weber dan de Beaufort,
annya

sangat luas,

Eleotridae,

1953).

yaitu meliputi daerah

Penyebar-

Indo-Pasifik,

Australia dan pulau-pulau Oseania seperti Fiji, Samoa dan
Tahiti.

Ikan

ini

terdapat di perairan

tawar

seperti

sungai-sungai, danau, rawa-rawa, juga di air payau, muara
sungai

bahkan

di

laut

(Herre,

1927;

Weber

dan

de

Beaufort, 1953; dan Munro, 1967).
Ikan payangka merupakan pemakan di daerah dasar

dan

mempunyai tipe atau bentuk ikan buas (Soeroto, Budiarso,
Dundu, Alamsyah, Sinurat dan Marangkey, 1975).
demikian,
payangka

penelitian
sebanyak

pendahuluan

55

ekor

yang

Walaupun

terhadap contoh

ikan

diperoleh

para

dari

nelayan, dirasakan bahwa contoh ikan tersebut belum cukup
banyak,
diambil.

lagi

pula

hanya

ikan-ikan

besar

saja

yang

Meskipun diketahui ikan ini adalah pemakan

daerah dasar,

namun

juvenilnya

(ikan muda

atau

di

nike)

bersifat pelagis dan besar kemungkinan pemakan
ton,

sebagaimana
sangat

masih

umumnya

muda.

zooplank-

kebiasaan anak-anak ikan yang

Mengingat bahwa

nike

ini

begitu

banyak terdapat di danau (keterangan dari Dinas Perikanan
dan

nelayan setempat),

pastilah ia merupakan salah satu

rantai yang sangat penting dalam rantai makanan

mata
danau.

di

Informasi mengenai makanan nike, seperti misalnya

zooplankton yang merupakan makanan pokok nike,

pemilihan

7

makanannya,

dan

ketersediaan makanan di danau

belumlah

diketahui.
Lebih jauh,

dengan semakin bertambah besarnya nike,

tentu akan berubah pula pola makannya,

dari pemakan zoo-

plankton

akhirnya

pemakan
dasar

di

daerah permukaan

sampai

menjadi

di daerah dasar dan lebih banyak hidup di daerah
daripada di permukaan.

ukuran

Tidaklah diketahui

berapa nike ini menjadi pemakan di daerah

mulai
dasar,

dan apa makanannya pada saat transisi ini.
Soeroto ffi
ka

dewasa

udang,
jenis

&. (1975) mendapatkan bahwa ikan payang-

(besar) memakan moluska yang

ikan kecil serta alga benang.
organisme

demikian

yang dimakan tersebut

berupa

Walaupun demikian
belum

diteliti,

juga keselektifan ikan payangka terhadap

nisme tersebut,

keong,

baik dari segi ukuran maupun

orga-

bentuknya.

Karena itu preferensi makanan ikan payangka dan nike yang
sesungguhnya belum diungkapkan.

Sebagai contoh,

apakah

ikan

payangka memilih keong yang dimakannya

berdasarkan

pada

ketersediaan (availability) keong yang banyak

ter-

dapat di daerah itu, atau pada ukuran tertentu yang masih
dapat masuk ke mulutnya, ataukah pada bentuk-bentuk keong
tertentu

sangat digemari?

yang

dengan jenis makanan lainnya.
diperlukan

pengamatan

Demikian

pula

halnya

Karena itu untuk studi ini

mengenai

frekuensi/kepadatan re-

di alam, kemudian memlatif jenis-jenis makanan tersebut
I
bandingkannya

dengan

yang terdapat di dalam

isi

perut

ikan .
Karena

ikan

danau Tondano,
dapat

payangka merupakan ikan

terbanyak

maka studi mengenai makanan ikan ini akan

mengungkapkan

bagaimana ia

memanfaatkan

(sumberdaya hayati) yang terdapat di danau.
jenis-jenis ikan di danau diketahui,
dapat

memberikan

lengkap)
belum

informasi

makanan

Juga karena

maka studi ini akan

(walaupun

tidak

secara

tentang sumberdaya hayati danau yang mana

cukup

manusia.

di

banyak dimanfaatkan oleh ikan

yang

maupun

oleh

Dengan adanya informasi ini, maka arah kebijak-

sanaan pengelolaan danau akan dapat ditetagkan.
Herre
payangka

(1927) menyebutkan bahwa

di

Filipina

merupakan ikan yangakatadromus, yaitu berpijah

di laut kemudian juvenilnya memasuki aliran sungai
seterusnya
untuk

ikan

hidup

berpijah

di air tawar,
kembali.

sampai datang

Pemijahan ikan

untuk

waktunya

payangka

di

danau Tondano masih belum banyak diketahui.

Tetapi meng-

ingat bahwa nike didapatkan sepanjang tahun, maka diduga
bahwa

ikan

Pengamatan
sepanjang

payangka
terhadap

berpijah

sepanjang tahun

tingkat kematangan gonad

juga.

ikan

ini

tahun diharapkan akan dapat digunakan menduga

waktu-waktu pemijahannya.
Berlainan
Tondano

dengan di Filipina,

jelas berpijah

terlihat
danau.

dengan
Nike

adanya

di

danau

ikan payangka
air

danau

tawar, seperti

jumlah nike yang

berlimpah

ini tidak mungkin berasal dari

laut

di

atau

sungai yang masuk atau keluar danau, karena satu-satunya
sungai

yang

mengalir ke luar danau

(outlet) mempunyai
(lebih kurang 50

tiga buah air terjun yang sangat tinggi
meter),

sehingga

laut atau sungai.

tidak mungkin dinaiki oleh

nike

dari

Perlu diingat bahwa danau Tondano mem-

punyai ketinggian sekitar 620 m dari atas permukaan laut,
dan

berjarak sekitar 40 km dari laut.

nampak

Dengan

demikian

bahwa ikan payangka Tondano ini mengalami isolasi

(landlocked). Menurut keterangan Dinas Perikanan Propinsi
Sulawesi Utara,

ikan ini didatangkan dari danau

Limboto

di Gorontalo pada tahun 1902.
Meskipun
payangka
belum
pada

berpijah

di dinau, musim pemijahan

belurnlah diketahui.

Juga ternpat

diketahui apakah berpijah di dasar
kedalaman

pemijahannya

perairan

tertentu; kemudian apakah

ikan

atau

berpijah

di

pinggir atau di tengah atau pada sembarang tempat.

Lebih

lanjut,

belum

sifat-sifat telur

diketahui

apakah

selain

ikan

bersifat

payangka

juga

tenggelam

di

dasar

(demersal) juga bersifat melekat pada tumbuhan (fitofil),
melekat

pada batu-batuan di dasar (litofil) ataukah pada

benda-benda padat lainnya di dalam air.
Pengetahuan tentang tempat
telur

dan

jumlah telur

yyng

pemijahan, sifat-sifat
dihasilkan

oleh

induk

(fekunditas) disertai dengan pengetahuan tentang makanan
payangka di danau, akan dapat membantu memberikan gambaran

mengapa

ikan ini

dapat berkembang dengan sukses

di

danau Tondano. Selain itu pengetahuan tersebut akan dapat
menjelaskan relung (niche) mana yang ditempati
sehingga
tindih

dapat

payangka,

dilihat di bagian mana terjadi

relung di danau.

tumpang-

Dalam ha1 ini tentunya

relung

makanan dan relung pemijahan ikan di danau yang harus diperhatikan dan dibahas.
Penelitian

ini dilakukan mengingat bahwa

informasi

tentang makanan payangka beserta aspek reproduksinya akan
berguna dalam pengelolaan sumberdaya ikan, khususnya ikan
payangka di danau ini.
ambil

manfaat

Pengelolaan di sini berarti meng-

yang sebesar-desarnya dari ikan

guna kepentingan manusia,
ikan ini

di alam.

payangka

di

tanpa mengabaikan

Ini berarti

memikirkan

danau Tondano, yaitu

misalnya

payangka

kelestarian
pengelolaan
memberikan

evaluasi

tentang

akibat penangkapan nike

yang

mungkin

berlebihan terhadap populasi payangka. Juga dapat berarti
memikirkan
umum

kemungkinan penyebaran payangka

lainnya;

ataupun

di

perairan

kemungkinan penggunaan

payangka

untuk mengontrol atau memberantas beberapa parasit secara
biologik,
keong,

karena

ikan ini adalah pemakan

dan sebagainya.

Juga

moluska

dapatberarti

atau

memikirkan

payangka untuk kepentingan akyakultur d i air tawar maupun
di air payau.
1.2.

Tujuan Penelitian
Tujuan

penelitian

ini

adalah

untuk

memperoleh

informasi tentang dua aspek biologi ikan payangka,

yaitu

makanan dan reproduksinya di danau Tondano.
Sasaran penelitian ini adalah:

(1)

Mengetahui

makanan ikan payangka serta

nya,

untuk ikan muda (nike) maupun untuk ikan

baik

preferensi-

yang lebih tua; kemudian dengan membandingkan makanan

tersebut dengan sumberdaya

hayati

danau,

akan

dapat dilihat bagaimana ikan ini memanfaatkan sumber
tersebut,

dan

juga letaknya dalam jaringan makanan

di danau;
(2)

Mendapatkan

@

deskripsi

dan informasi

pencernaan ikan payangka,
dan

susunan gigi serta

tentang

alat

yaitu letak mulut, bentuk
panjang

ususnya,

sehingga

dapat ditelaah apakah alat-alat pencernaan ini sudah

cocok dengan jenis makanannya di danau;
(3) Mengetahui

perubahan

payangka dan nike,

ketersediaan makanan

ikan

kemudian ditelaah apakah makanan

ikan itu berubah dengan adanya perubahan ketersediaan makanan;
(4)

Memperoleh

keterangan

payangka, yaitu

tentang

reproduksi

tentang tingkat kematangan

fekunditas, diameter

tqlur, musim

ikan
gonad,

pemijahan

dan

daerah pemijahannya di danau;
(5) Mendapatkan

deskripsi dan informasi tentang

sifat telur ikan payangka seperti bentuk,

sifat-

perlekat-

an, ukuran, masa inkubasi dan perkembangan dininya;
(6) Memperoleh

gambaran

tentang

reproduksi ikan payangka,

evolusi dan strategi

jika dilihat berdasarkan

butir (4) dan (5);
(7)

Memperoleh

gambaran

tentang

penyebab

hidup ikan payangka di danau Tondano,

kesuksesan

jika

dilihat

dari pola reproduksi dan pola makannya di danau;
(8) Memberikan

gambaran

tentang

kegunaan

hasil-hasil

penelitian yang diperoleh, baik yang menyangkut ikan
payangka maupun organisme-organisme danau lainnya.

.

11.

TINJAUAN PUSTAKA

Pustaka tentang biologi payangka sangatlah
Yang
ini

langka.

paling banyak hanya menyebutkan terdapatnya spesies
pada

suatu tempat (occurrence) atau

negara-negara

tertentu, ataupun mengenai distribusinya, seperti yang
diberikan oleh Herre (1927, 1954),
Weber

dan

Fowler (1927, 1928),

de.Beaufort (1953), Sterba (1962) dan

(1955, 1967).

Munro

Penulis-penhlis ini memberikan deskripsi

taksonomi dan kunci identifikasi famili Eleotridae, yang
mencakup

Ovhieleotris aporos

dan kerabatnya yang

dianggap masih satu genus, Owhiocara porocevhah.
itu

mereka

dulu

Selain

juga memberikan keterangan tentang habitat

payangka, yang dikatakan dapat hidup di

danau,

rawa, air payau, muara sungai dan di laut.
lanjut tentang

taksonomi

dan

anatomi

sungai,

Studi lebih

payangka

hanya

dilakukan oleh sedikit penulis, yaitu Akihito (1971) dan
Akihito dan Meguro (1974).
Pemberian

nama payangka menurut Weber dan de

fort (1953) adalah sebagai berikut:
Ordo

:

Gobioidea

Famili

:

Eleotridae

Genus

:

O~hiocara

;

.

Spesies: Q~hiocara aPorog Bleeker (1875)
Eleotris avoros Bleeker (1854)
Qvhieleotris aporos Bleeker (1854)

Beau-

Spesies: Eleotris aporos Gunther (1861)
Eleotris avoros Bleeker (1865)
Eleotris macrole~idotusGunther (1877)
Berdasarkan penelitian kembali yang

mendalam, maka

Akihito dan Meguro

(1974) berpendapat

bahwa

pemberian

nama

sudah tepat, yaitu bahwa

Ovhiocara

oleh

Aurich

harus diganti dengan 0phjeleotri.s a

avoros Bleeker
Bleeker.

Dengan

m

demikian pada famili Eleotridae harus
f

ditambah satu genus lagi yaitu O~hieleotris, yang hanya
mempunyai satu anggota spesies aporos. Nama yang baru ini
sudah

mulai

digunakan sekarang, seperti misalnya

oleh

Masuda (1975) dan Lake (1977).
Ikan
Ikan

payangka mempunyai warna yang sangat menarik.

jantan berwarna kuning kemerahan berbercak-bercak,

sedang ikan betina berwarna sedikit memucat, hijau keabuan

sehingga mudah dibedakan dari yang jantan.

dan
ikan

Australia ikan payangka lebih

dicetak
guna

diperhatikan

hias di akuarium daripada ikan konsumsi.

nampak

misalnya
ulang

pada

Herre

Eropa

sebagai
Hal

ini

(1927, 1954) yang

pada tahun 1965 oleh Lembaga

keperluan ini.

dikumpulkan

karya

Di

Smithsonian

Demikian juga dengan tulisan yang

oleh Sterba (1962) dan

Lake

(1977) jelas

menggambarkan ikan payangka sebagai ikan akuarium.

Lake

(1977) menyebutkan bahwa ikan ini jarang atau kurang di-

manfaatkan sebagai makanan, karena ukurannya yang relatif

kecil. Walaupun demikian di Asia ikan ini masih dianggap
ikan

komersial

penting,

(Herre, 1927) di mana

seperti misalnya

ikan

payangka

dan

di

Filipina

nikenya

di

tangkapi dan dimakan, sebagaimana halnya yang terjadi di
Sulawesi Utara.
Nama nike,
adalah

nama

seperti yang telah disebutkan terdahulu,

ikan

payangka

yang

masih

muda,

di mana

pigmen-pigmennyp belum terlihat jelas dengan mata biasa.
I

Bagi

masyarakat

Sulawesi Utara nama

nike

sesungguhnya

berlaku bagi ikan-ikan kecil (muda) yang sering
di

pantai-pantai dalam jumlah besar, dan

terdapat

muncul

pada

waktu-waktu tertentu. Dengan demikian nike adalah kumpulan ikan-ikan muda dari berbagai spesies.
kian

dalam

Walaupun demi-

karya Schuster dan Djajadiredja (1952) nike

disebut

sebagai

ikan

Valencienna

anggota

dari famili Eleotridae).

muralis

(yang

Mereka ini

juga

kebetulan

mungkin hanya mengidentifikasi spesies tersebut di atas.
Herre
lengkap.
nama

IPon

ikan, baik

(1927) memberikan

informasi

yang

Di Filipina kumpulan ikan-ikan muda ini diberi
dan

ternyata terdiri dari

dari

beberapa

famili Eleotridae maupun

dari

Gobiidae (keduanya adalah anggbta ordo Gobioidea).
ikan

lebih

tersebut

adalah

Eleotris

spesies
famili
Ikan-

melasoma, Ovhieleotris

aPoros (payangka), Chono~horosmelanocephalus Glosso~obius celebicus dan Sicvo~teruslacr~mosus.Ikan Valencienna
-

'

muralis tidak terdapat dalam ipon tadi.
Nampaknya
bersifat

ikan-ikan ordo

katadromus.

Gobioidea

banyak

Hal ini terlihat juga

Costa Rica (Amerika Tengah),

di

yang

daerah

di mana ikan-ikan muda dari

famili Eleotridae banyak terdapat di pantai-pantai. Ikanikan

muda ini sering bercampur dengan udang-udang kecil

dan di sana disebut tismische (Nordlie, 1981). Ikan-ikan
ini adalah Gobiomorus dormitor, Dormitor mculatug, Elegtris

amblvo~sis, Eleotris pisonis,

f luviatilh.

Rica

dan

Le~to~hilv~nus

Ikan Ovhieleotri~tidak terdapat di

Costa

karena penyebarannya terbatas hanya di daerah Indo-

Pasif ik.
Di Indonesia, ipon
nama

himpun

dilakukan

atau tismische

atau imvun.

oleh

dan

dengan

Penelitian tentang impun

Sukahar dan

Sukahar, Cokrowasito

dikenal

Tjokrowasito

Soeryowinoto

ini

(1972) serta

(tanpa tahun).

Menurut mereka itu impun yang terdapat di teluk Baron dan
muara sungai Progo di sebelah selatan Yogyakarta, terdiri
dari

juvenil

ikan boso (Eleotris sp.

dan

H~~seleotris

leuciscus), sidat (An~uillasp.), ikan bluntak (S~haeroi
des honckeni),
belanak ( M u ~ i lsp.), lawesan (Late3 sp.),
teri (Ambasis sp.), ikan lid& (famili Syngnatidae), ikan
sombeng (Brach~callionymusmerug),
cyprinoides),
Ikan

payangka

udang-udang
tidak

ikan lunto

(Meaalovs

dan gangsing (anak kepiting).

terdapat

dalam

impun

tersebut,

walaupun

ikan ini terdapat di sungai-sungai kecil

bermuara

di

Samudera

selatan), seperti
sungai

Ciseureuh

Sudah

Indonesia

(Jawa Barat

yang

bagian

sungai Cirengganis di Pangandaran dan
di

daerah

Pelabuhan

Ratu

(Soeroto,

dikemukakan bahwa studi tentang biologi

payangka belum banyak dilakukan.

ikan

Soeroto & d. (1975)

telah meneliti nilai gizi, makanan,

fekunditas dan

ko-

I

relasi panjang bobotnya.
kurang, hasil

Namun dengan bahan yang sangat

dan kesimpulan yang memuaskan tidak dapat

diperoleh
Studi

khusus

tentang makanan ikan

payangka

belum

pernah dilaksanakan dengan memuaskan. Baik Soeroto &
(1975) yang

meneliti ikan payangka

maupun

Mondoringin

(1980) yang meneliti nike, hanya meneliti dalam
yang

sangat pendek (kurang lebih satu bulan),

tidak

a.

periode
sehingga

memberikan gambaran tentang makanan dan perubahan-

nya sepanjang tahun.

Selain itu seperti telah disinggung

terdahulu, gambaran ketersediaan makanan ikan payangka di
danau Tondano tidak dipelajari, sehingga tidak dapat diperlihatkan bagaimana preferensi makanan ikan payangka.
Walaupun
kurang, namun

studi tentang aakanan ikan payangka

masih

studi tentang ikan-ikan lain dari

famili

Eleotridae sudah cukup banyak dilakukan seperti misalnya
oleh

McDowall (1965a) dan Nordlie

(1981).

Hasil-hasil

dari

studi

ikan-ikan
Hal

ini

makanan tersebut umumnya

menunjukkan

dari famili Eleotridae ini bersifat
memperkuat pernyataan-pernyataan

bahwa

karnivor.

penulis

ter-

seperti misalnya Herre (1927), Sterba (1962) dan

dahulu

Munro (1967).
Studi
mencari
dan

mengenai

makanan dan

kebiasaan

makan sebenarnya sudah banyak sekali

meliputi

bermacam-macam

spesies

ikan

ikan

dalam

dilakukan,
di

dunia.

I

Beberapa
telah
dan

macam metode untuk menganalisis isi perut

dibuat dan dikemukakan,

kelebihannya.

metode-metode

ini

Beberapa

dengan segala
tinjauan

kekurangan

pustaka

misalnya telah dilakukan

ikan

tentang

oleh

Hynes

(1950), Pillay (19521, Windell (1968), Soeroto (1977) dan
Hyslop

(1980).

Pemilihan metode yang cocok untuk suatu

spesies ikan bergantung antara lain pada hal-ha1 berikut:

(1)

jenis ikan dan makanannya

terutarna

ukurannya,

(2)

ketelitian yang dikehendaki, (3) waktu yang tersedia, dan

(4) jumlah spesimen yang dianalisis.
Untuk

mendapatkan gambaran yang lebih baik

tentang

kebiasaan makan ikan, banyak penulis menghubungkan makanan
gigi

ikan dengan organ-organ pencernaannya seperti
rahang,

raker),

kerongkongan,

lambung dan usus.

dikerjakan
Hickling

gigi

tapis

mulut,

insang

(gill

Sebagai contoh misalnya yang

oleh Al-Hussaini (1947), Yasuda (1960a,b,c),
(1966), Keast

dan

Webb

(1966), Martin

dan

Sandercock

Heitz

(1967), Western (1969), Magnuson dan

(1971), Groot (1971), Braber dan Groot (1973),

Kapoor,

Smit dan Verighina (1975), dan Soeroto (1977).
Hubungan antara kebiasaan makan dengan ekologi ikan,
misalnya
kungan

antara makanan dengan fluktuasi

keadaan

ling-

dan dengan ukuran atau umur ikan yang bervariasi,

juga cukup banyak diteliti,

misalnya oleh Swynnerton dan

Worthington (1940), Hynes (1950), Ball

(1961),

Corbet

t

(1961), Hellawell (1971, 1972), Hunt dan Jones (1972) dan
Cyrus dan Blaber (1983).

Walaupun ikan-ikan yang mereka

teliti berbeda spesiesnya, namun sebagai bahan pembanding
dan

bahan

pembahasan pustaka-pustaka tersebut

di

atas

dapat digunakan .
Studi tentang tingkat kematangan gonad,

fekunditas,

pemijahan dan perkembangan dini ikan juga banyak
kan.

dilaku-

Beberapa di antaranya adalah oleh Bagenal dan Braum

(1968),

Bagenal

(1971,

(1973).

Mackay (1974).

19781,

Hellawell (19721, Webb

Leary, Murphy dan Miller (1975),

Martinez dan Houde (1975),

Auty (1978), Braum (1978) dan

Geevarghese dan John (1983).
Khusus

pada

ikan-ikan

famili

Eleotridae

ataupun

Gobiidae (keduanya adalah angdota ordo Gobioidea),

studi

tentang aspek reproduksi tersebut cukup banyak dilakukan.
Studi tersebut mendapatkan antara lain, bahwa:

Pada ikan-ikan Eleotridae maupun Goiidae,
dan

betina

dapat

mudah

dibedakan

genital papilanya (Manacop,
dan Mito,

1963;

Arima dan Mito,

ikan jantan

terutama

dari

1953; Dotsu, 1958; Dotsu

Dotsu dan Tsukahara,

1964;

Dotsu,

1965; McDowall, 1965; Anderson, Lake

dan Mackay, 1971; Tan dan Lam, 1973; dan Auty, 1978).
Beberapa
nya

ikan gobioid dapat dibedakan jenis kelamin-

dari sirip punggung pertamanya

Dotsu,

Dotsu &

1958;

(Manacop,

1953;

d.,1965; Dotsu dan Mito,

1963).
Musim

pemijahan eleotrid ataupun gobioid sangat ber-

variasi.
temukan

Yang berpijah pada musim panas misalnya dioleh Dotsu (1958), Dotsu dan

Dotsu -& &.

Mito

(1963),

(1965), Mashiko (1976), Matoba dan Dotsu

(1977), dan

Mann (1980).

Yang berpijah pada musim

semi misalnya ditemukan oleh Dotsu (1961), pada musim
dingin

sampai

musim

semi

(1965) dan Stephens (1982),

misalnya

oleh

McDowall

sedangkan yang

berpijah

pada musim kemarau diamati oleh ~ a n a c o p( 1953 ) .
Umumnya

eleotrid

maupun

gobiid

bersifat

pemijah

berganda atau multiple spawner (Manacop, 1953;

Dotsu

G d.,
1965; McDowa11, 1965; Mann, 19801, tetapi ada
juga

yang bersifat pemijah total atau total

(Dotsu, 1958).

spawner

4.

Semua eleotrid maupun gobiid

yang dilaporkan

mempu-

nyai telur yang demersal, melekat pada suatu obyek di
dasar perairan, dan telur dijaga oleh induk (parental
Tidak pernah dilaporkan adanya telur gobioid

care).

yang planktonis.
5.

Telur

gobioid

1958 dan 1961;
1965;
1974a;

berbentuk lonjong

buah

a.,

1973;, Shiogaki dan Dotsu, 1974,

dan Dotsu,

telur (Dotsu dan Mito,
berbentuk

(Dotsu,

Dotsu dan Fujita, 1963; Dotsu &

Tan dan Lam,
Uchida

memanjang

1980),

1963;

berbentuk lonjong

McDowall,

pir atau jambu

1965),

(Manacop,

dan

1953

dan

Auty, 1978). Semua telur gobioid yang dilaporkan mempunyai

alat untuk melekat berupa benang-benang

suatu ujung (polar thread),

pada

kecuali pada ikan B ~ s e -

Leotris cQmDressug yane dikatakan mempunyai perlekatan

berupa

cakram pelekat atau adhesive disc

(Auty,

1978).
6.

Masa inkubasi telur gobioid sangat
gantung
10

7.

pada temperatur

bervariasi,

dan jenis ikan,

jam sampai 720 jam setelah dibuahi

Fekunditas

ikan

yaitu dari

(lihat

gobioid 6erkisar antara

ber-

250

Tabel

butir

sampai 40 000 butir (lihat Tabel 22).
Aspek reproduksi ikan payangka belum pernah diteliti
dengan memuaskan. Namun demikian dalam aspek ini terdapat

cukup

bahan

pembanding bagi ikan payangka,

yaitu

dari

ikan-ikan lain yang masih anggota famili Eleotridae.
Danau Tondano sebagai habitat ikan, sudah seringkali
Di antaranya oleh Soeroto & &. (1975). Rondo

diteliti.

(1977), Soerjani ff; d. (1979) dan Mondoringin
Karena adanya sumber
maka

kisaran

air panas pada beberapa tepi danau,

temperatur

danau Tondano dari

tempat

tempat menjadi besar (Soeroto & d.,1975 dan
&

(1980).

ke

Soerjani

d.,1979), demikian juga kisaran fosfat, sulfat,
padatan

silikat,

(Soerjani & &..,
danau

tersuspensi
1979).

dan daya

hantar

listrik

Walaupun demikian secara umum

Tondano merupakan tempat hidup yang baik bagi ikan

(Soeroto & d.,
1975; dan Soerjani et d.,1979).
Dari

tinjauan pustaka ini dapat

bahwa

studi tentang rnakanan dan reproduksi ikan telah

walaupun
banyak

dipelajari,

sangat

sedikit

pendahuluan
dekatan

disimpulkan

namun bagi payangka studi ini

sehingga

perlu

diperluas.

Penelitian

yang ada dapat digunakan untuk membuat

yang lebih baik dan arah yang lebih pasti

studi ini.

masih

pendalam

19

cukup

bahan

pembanding bagi ikan payangka,

yaitu

dari

ikan-ikan lain yang masih anggota famili Eleotridae.
Danau Tondano sebagai habitat ikan, sudah seringkali
Di antaranya oleh Soeroto &

diteliti.

d. (19751, Rondo

(1977), Soerjani & d. (1979) dan Mondoringin
Karena adanya sumber
maka

kisaran

(1980).

air panas pada beberapa tepi danau,

temperatur

danau Tondano dari

tempat

tempat menjadi besar (Soeroto & d.,1975 dan

ke

Soerjani

I

d.,1979), demikian juga kisaran fosfat, sulfat,
silikat,

padatan

tersuspensi

(Soerjani & d.,1979).
danau

hantar

listrik

Walaupun demikian secara umum

Tondano merupakan tempat hidup yang baik bagi ikan

(Soeroto &

walaupun

d.,
1975; dan Soerjani

g&

tinjauan pustaka ini dapat

Dari

d.,1979).
disimpulkan

bahwa

studi tentang makanan dan reproduksi ikan telah

banyak

dipelajari,

sangat

sedikit

pendahuluan
dekatan

dan daya

namun bagi payangka studi ini

sehingga

perlu

diperluas.

Penelitian

yang ada dapat digunakan untuk membuat

yang lebih baik dan arah yang lebih pasti

studi ini.

masih

pendalam

111. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Pengambilan Contoh
Berdasarkan

peta

danau

Tondano yang

dibuat

Dinas Perikanan Propinsi Sulawesi Utara secara
dapat

dilihat

skematik,

adanya aliran sungai kecil yang masuk

danau sebanyak 25 buah,
dan

oleh

satu aliran

air ke luar

ke

danau,

bagian danau yang terdalam adalah 27 meter (Lampiran

2) -

I

Untuk keperluan penelitian ini hanya ditentukan

dua

buah stasion pengambilan contoh di danau. Pemilihan kedua
stasion ini didasarkan pada: (1) salah satu stasion harus
terletak

dekat

aliran air ke luar danau

(outlet),

(2)

jika mungkin stasion yang lain terletak dekat aliran

air

(3) ikan payangka serta nike banyak ter-

masuk

(inlet),

dapat

pada kedua stasion tersebut,

(4) mempunyai

dasar

perairan yang bervariasi seperti misalnya berpasir, berlumpur dan bervegetasi lebat,
dangkal,

(5) mempunyai bagian

landai dan bagian yang dalarn,

yang

(6) dapat dengan

mudah dicapai atau didatangi.
Pada

kedua stasion ini dilakukan pengambilan contoh

ikan payangka, nike,

plankton dan fauna

dasar.

Skema

0

penempatan

lokasi-lokasi

stasion dapat dilihat

pengambilan contoh pada

pada

terletak pada aliran keluar
Stasion

Gambar 1 dan 2.
di desa

Toulour,

kedua

Stasion I
sedangkan

I1 terletak di desa Touliang Oki, dekat

dengan

aliran kecil yang rnasuk danau. Kedua stasion ini berjarak
8 km.

sekitar
dibuat

Pada Stasion I daerah pengambilan contoh

berbentuk

segitiga,

disesuaikan dengan

mulut

sungai yang berbentuk corong, dan pada Stasion I1 dibuat
berbentuk empat persegi panjang, untuk mempermudah pengukuran dan pengambilan contoh.

Gambar 1.

Skema Lokasi Pengaxhbilan Contoh pada Stasion I
(Toulour) Dilihat dari Atas

Lokasi pada setiap stasion, yang diberi nomor dari 1
sampai dengan 12, ditandai dengan sepotong kayu bernomor

sesuai
batu

dengan

nomor lokasi.

Kayu ini diberi

dengan perantaraan tali nilon yang

diikatkan

kayu, agar tidak mudah hanyut terbawa arus.
contoh

ikan, plankton

tanda

kayu

kayu.

Hal

contoh

Pengambilan
pada

tersebut, dengan radius kira-kira 5 m

dari

tidak

berhubung

pada

dilakukan

ini

dan fauna dasar

pemberat

terpaksa dilakukan

dapat

dilaksanakan

adanya gelombang dan angin

karena
dalam

pengambilan

satu

titik,

yang kadang-kadang

cukup keras.

Gambar 2.

Skema Lokasi Pengambilan Contoh pada
Stasion I 1 (Touliang Oki) Dilihat
dari Atas

Dalam pelaksanaan teknisnya. pengarnbilan contoh ikan
payangka, nike,

dan udang dilaksanakan terlebih dahulu,

baru kemudian pengambilan fauna dasar dan plankton,
pengukuran
dilakukan

pH dan temperatur air permukaan.

lalu

Urutan ini

untuk menghindari larinya ikan-ikan dan

udang

terlebih dahulu, jika seandainya urutan dibalik.
Pengambilan contoh
bulan selama 16 bulan,

tersebut

dilaksanakan

setiap

yaitu dari bulan Juli 1980 sampai

dengan bulan November 1981,

termasuk penelitian pendahu-

luan.
3.1.1.

Pengambilan ikan payangka dan nike

Ikan
dan seser.

di mana
seser.

payangka dan nike ditangkap dengan jala lempar
Nike hanya bisa didapatkan pada lokasi-lokasi

tumbuhan air

masih dapat

seperti

dengan

alat

Jika tumbuhan air terdapat lebih dalam (dan tidak

tercapai dengan seser),
Dengan

dicapai

maka nike tidak tertangkap lagi.

menggunakan seser dan dioperasikan menurut lokasi
dalam penelitian ini, hanya sedikit

nike

yang

dapat diperoleh.
Penangkapan ikan payangka dilaksanakan dengan

meng-

gunakan jala lempar yang khusus dibuat untuk dioperasikan
di perairan yang bertumbuhan lebat.
agar

jala

Pemberatnya ditambah

cepat tenggelam dan mulutnya

mudah

mencapai

dasar meskipun ada tumbuhan air di dasar perairan.

Dalam

operasinya jala ini memerlukan alat

lain, yaitu
penutup
sudah

sebuah bambu panjang yang

penulong

ujungnya

kayu sehingga mirip sebuah bonggol.

diberi

Jika

jala

dilempar dan tenggelam, maka daerah tumbuhan yang

terkena

jala lalu ditusuk-tusuk dengan bambu

yang

ber-

bonggol tadi dengan maksud agar ikan-ikan yang berlindung
di sekitar tumbuhan akan lari dari tumbuhan dan
kut di jala.

tersang-

Pada jala biasa (bukan untuk daerah tumbuh-

an) ukuran mata jala adalah sebesar 4 cm, sedangkan pada
jala khusus daerah tumbuhan, mata jala dibuat lebih besar
yaitu

antara

memperingan

5-6

cm.

penarikan

Hal

ini

jala dan juga

dimaksudkan
untuk

untuk

mempercepat

tenggelamnya. Namun ha1 ini mengakibatkan hasil tangkapan
menjadi sangat selektif, yaitu hanya ikan-ikan besar saja
yang tertangkap (lebih besar dari 75 mm). Usaha menangkap
ikan-ikan yang lebih kecil dengan jala biasa yang bermata
4

cm telah dilakukan, namun hanya dapat dilaksanakan di

daerah tanpa tumbuhan

atau

pada kedalaman

Pada daerah tumbuhan yang lebat,

jala biasa sering tidak

mendapat

hasil

beratnya

tarikan jala akibat tersangkut

Perlu

di atas 5 m.

atau banyak mata jala yang putus

ditambahkan bahwa

sedua

pada

penangkapan

karena

tumbuhan.
ikan

ini

dilakukan dari atas perahu yang bermesin tempel.
Ikan-ikan yang tertangkap dalam tiap lokasi dimasukkan

ke dalam larutan formalin 10% dalam kantong

plastik

yang

sudah diberi nomor.

Kemudian ikan-ikan ini dibawa

ke laboratorium untuk dianalisis lebih lanjut.

3.1.2. Pengambilan plankton
Lokasi pengambilan plankton sama dengan lokasi pengambilan

ikan.

setelah

jala dilemparkan dan seser untuk nike

Plankton

Plankton

diambil

setelah

ikan, yaitu
diangkat.

dikurnpulkan dengan menggunakan jaring

nomor 50, yaitu jaring plangton
banyak 120 buah per c m .

plankton

yang mempunyai mata se-

Kerangka jaring plankton terbuat

dari besi berbentuk lingkaran dengan luas penampang sebesar 154 cmz.

2.50 m

Kerangka ini diberi tangkai yang panjangnya

supaya dapat digunakan pada kedalaman 1

permukaan dan mudah ditarik keluar air.

m

dari

Dengan demikian

maka panjang lintasan yang dilalui jaring plankton adalah

2 m,

yaitu 1 m lintasan horizontal dan 1 m lagi lintasan

vertikal

pada waktu jaring ditarik ke atas.

Volume air

yang tersaring dalam satu lokasi adalah 30.8 liter, yaitu

154 x 200 cm3.
Hasil saringan plankton ini sebanyak 20 ml, yang diawetkan dengan formalin 4% atau alkohol 70% dan

5%.

gliserin

kemudian disimpan untuk dianalisis jenis dan jumlah#

nya d i 'laboratorium.

Pengambilan fauna dasar

3.1.3.

Lokasi

pengambilan fauna dasar sama letaknya dengan

pengambilan ikan dan plankton, walaupun selalu dilakukan
dari

pinggir perahu

plankton.

Jika

kiri perahu,

yang

berlainan dengan

pengambilan

pengambilan plankton dilakukan

sebelah

maka pengambilan fauna dasar dilakukan dari

sebelah kanan.

Kedua pengambilan ini dilakukan bersamaan

waktunya oleh pekerja yang berlainan.
I

Untuk
dredge

fauna

dasar

digunakan

(pengeruk) yang berukuran 15 cm x

plastik

yang

pengeruk
pada

mendapatkan

lokasi pengambilan contoh.

diketahui

15 cm.

digunakan untuk menurunkan dan

diberi tanda untuk mengetahui

sebuah
Tali

mengangkat

kedalaman

danau

Dengan cara ini

dapat

bahwa pada Stasion I daerah pengambilan contoh

mempunyai kedalaman antara 1.75 - 4.75 m,

sedangkan pada

Stasion I1 antara 1.25 - 12.60 m.
Dengan
organisme
dan

alat

pengeruk ini hanya mungkin

didapatkan

yang lamban bergerak seperti misalnya

organisme

yang

hidup di

dalam

lumpur

moluska

(infauna).

Organisme benthos lainnya yang lebih lincah seperti udang
dan larva serangga sulit didapatkan dengan alat
ini.
.

pengeruk

Penggunaan seser yang bertangkai panjang dan hanya

mungkin dilaksanakan pada kedalaman 1.5 m saja, pada kedalaman

antara 1.5 - 3.0 hanya udang dan larva

serangga

yang terdapat sekitar tumbuhan di permukaan air saja yang

dapat
'

diperaleh,

lebih

dalam dari 3.0 m

tumbuhan

air

sudah tidak mencapai permukaan, sehingga hewan-hewan tadi
sudah

tidak

gambaran

dapat

tertangkap

lagi.

Dengan

demikian

fauna dasar yang diperoleh menjadi tidak

leng-

kap, hanya terbatas pada hasil tangkapan alat pengeruk.
Fauna
lumpur
tik,

benthos yang tertangkap

bersama-sama

dengan

dasar kernudian dimasukkan ke dalam kantung

dan

keesokan harinya disortir dan disaring

sangat

teliti,

sangat

kecil,

plasdengan

mengingat ada satu spesies moluska
berukuran

antara

2 - 3 mm.

yang

Organisme-

organisme ini kemudian dipisahkan menurut jenisnya,
dihitung jumiahnya dan diukur besarnya.
fauna

dasar

lalu

Pada perhitungan

ini maka luas penampang pengeruk dan

seser

diperhitungkan.

3.2. Metode Penelitian
3.2.1.

Pengukuran dan pembandingan
ikan

panjang usus relatif

Panjang usus relatif adalah panjang saluran

pencer-

ikan yang dinyatakan dalarn persen ( % ) dari

panjang

naan
badan

panjang

total.

Panjang

saiuran

saluran pencernaan

pencernaan

yang

diukur

ikan

adalah

dari

ujung

oesophagus (tenggorokan) sampac ujung rektum (anus). Yang
dimaksud dengan panjang
diukur

dari

ujung

badan total adalah panjang

mulut

(bibir) sampai

ujung

yang
ekor.

Pengukuran panjang usus aan panjang ikan dilakukan dengan

menggunakan rnistar biasa sampai pada milimeter terdekat
Analisis isi perut

3.2.2.

Pada

analisis

lambung atau isi perut ikan

dipakai

dua macam metode, yaitu metode jumlah dan metode frekuensi

kejadian.

Metode-metode tersebut

adalah

sebagai

berikut :
(1)

fietode .iumlah.

Dalam metode ini

seluruh organisme

(atau bagian dari organi'sme) dalam isi

perut

dihitung

spesiesnya.

Kemudian
(=

jumlahnya

dan

ditentukan

hasil perhitungan

dijumlahkan

ikan

seluruhnya

100%) dan hasil persentase tiap jenis

organisme

dihitung berdasarkan jumlah masing-masing.
Metode frekuensi ke-iadian.
bagian
ikan

dari

Setiap

organisme yang terdapat dalam

dicatat

dan dianggap

(occurrence).

Kemudian

sebagai

kejadian

tersebut pada seluruh contoh ikan
dinyatakan dalam
ikan.

organisme

persen

dari

lambung
kejadian

organisme

dijumlahkan

dari

(%)

satu

seluruh

Dengan demikian seluruh kejadian dari

organisme makanan ikan sebagai 100%.
penggambaran

komposisi

atau

Hanya

dan

contoh
semua
untuk

makanan ikan pada

berbagai

digunakan rnetode frekuensi

kejadian

e

kelas
yang

ukuran,
lain

untuk

perhitungan,
jumlah

mempermudah

selain itu juga

perut yang kosong.

dan

rnenyederhanakan

untuk

memperlihatkan

Contoh dari metode

ini

adalah sebagai berikut:

Jika ada 120 ekor ikan

ada

20 ekor yang kosong isi perutnya, kemudian dari 100
ikan yang

berisi tersebut ada 50 ekor yang

berisi

udang, 20

ekor yang berisi keong, 40 ekor

berisi

serangga dan 10 ekor berisi kepiting, maka frekuensi
kejadian dari udang adalah 50%,

keong 20%, serangga

40%, dan kepiting 10%.

Hasil analisis isi perutrikan ini kemudian dihubungkan dengan musim, ukuran ikan dan ketersediaan organisme
makanan

ikan

di danau.

Untuk musim

dan

ukuran

ikan

pembandingannya dilakukan berdasarkan tabel dan metriknya
masing-masing. Pembandingan antara isi perut ikan dengan
ketersediaan makanan

ikan dilakukan berdasarkan

ratio (nisbah makanan) dan indeks pilihan (IP).
Hess

dan

makanan

Swartz (1941, dalam

adalah

Kendeigh,

perbandingan antara

forage
Menurut

1961)

persentase
9

nisbah
spesies

hewan dalam isi perut ikan dengan persentase spesies yang
sama yang terdapat di perairan, atau dalam rurnus:
Nisbah Makanan (NM)=

Persen

~erus
persen spesies yang sama d i alam

dalam rumus ini adalah persentase

perbandingan

jumlah.

tersebut = 1 , berarti spesies itu

Jika

dimakan

dalam proporsi yang sama dengan kepadatannya di alam atau
tidak

ada

pemilihan makanan atau

tidak

memperlihatkan

preferensi;
dimakan

jika lebih besar dari 1 , berarti spesies itu

lebih besar daripada proporsi kepadatan di

atau menunjukkan adanya pemilihan atau
kurang dari

1,

alam

preferensi;

berarti bahwa spesies

tersebut

jika

kurang

tertangkap, kurang terjangkau atau tersembunyi bagi ikan,
atau

mungkin

kurang disukai ikan.

diperhitungkan

adalah:

Asumsi

yang

perlu

(1) Bahwa ikan tidak sedang ber-

(2) Makanan yang dimakan ikan berasal dari dae-

migrasi,

f

rah pengambilan contoh,
makanan

di

alam

organisme mangsa

harus

(3) Pengambilan contoh organisme

representatif,

(4)

Penyebaran

dan kelimbahannya tidak berbeda

secara

menyolok pada jarak hanya beberapa meter.
Indeks pilihan (electivity index
dasarkan

electivity

index

dari

E) dihitung ber-

Ivlev

(Hyatt,

1979)

menurut rumus :

di mana r adalah proporsi jumlah dari suatu jenis makanan
di dalam isi perut ikan, sedangkan p adalah proporsi dari
jenis makanan yang sama di alam.
-1

dan +1,

Nilai E berkisar antara

di mana nilai yang positif (lebih besar dari

nol) menandakan proporsi yang lebih besar dalam isi perut
daripada di alam, sedangkan nilai yang negatif menandakan
proporsi
dalam
dengan

yang

isi

lebih kecil dari satu

perut ikan dibanding dengan

jenis
di

makanan
alam.

kata lain, nilai yang positif menandakan

di

Atau
adanya

pemilihan, sedangkan

nilai no1 menandakan tidak

adanya

pemilihan, dan nilai negatif menandakan organisme mangsa
kurang terjangkau, kurang tertangkap, atau tersembunyi.
penghitungan

NM.

penghitungan NM maupun IP bagi ikan payangka,

isi

Asumsi
Dalam

yang

dipakai sama dengan pada

perut yang berupa copepoda (Cyclops) dan cladocera

tidak

diperhitungkan, sebab ukurannya terlampau kecil lagi pula
hanya kadang-kadang saja terdapat dalarn perut ikan.
3.2.3. Perhitungan kepadatan plankton

Kepadatan

plankton dihitung berdasarkan pada metode

yang disarankan oleh Edmonson dan Winberg (1971). Caranya
ialah

dengan

mengencerkan air yang telah berisi

penyaringan plankton dari danau, kemudian diaduk
baik

dan

sambil

diaduk

(cuplikan) dengan pipet.

lalu

diambil

Cuplikan ini

hasil
dengan

sebagian

kecil

ditaruh di atas

gelas obyek dan diperiksa di bawah mikroskop.
Pada
gelas

pemeriksaan dengan mikroskop ini cuplikan pada

obyek

(dalam

dibagi menjadi

penelitian ini 10).

beberapa

lapangan

pandang

Plankton diidentifikasi dan

dihitung

jumlahnya pada tiap lapangan pandang.

plankton

dalam cuplikan tersebut adalah jumlah

Jumlah
plankton

a

dari seluruh lapangan pandang.
oleh

dengan

dengan

Kepadatan plankton diper-

mengekstrapolasikan perhitungan

memperhitungkan pengenceran dan volume

pada gelas obyek tadi.

di

atas,

cuplikan

Dalam penelitian ini pengenceran

tidak

dilakukan, karena volume air yang tersaring hanya

30.8 liter sehingga jumlah plankton tidak terlalu banyak.

Dari

air

yang 30.8 liter setelah

danau

kemudian diberi bahan pengawet,

tersaring

volumenya menjadi 2 0 ml.

20 ml ini kemudian diambil 1 tetes untuk

Dari

di bawah mikroskop.
perhitungan

diperiksa

Karena 1 ml = 22.5 tetes, maka hasil

plankton

menggambarkan

dan

jumlah

harus dikalikan dengan
plankton

dalam

30.8

untuk

450

liter

air

contoh.
Kepadatan
musim.

antar

plankton ini kemudian dibandingkan

Plankton

ini dibandingkan dengan makanan

nike,

menggunakan NM dan IP, untuk melihat apakah nike

dengan

memilih jenis plankton tertentu
Pengukuran dan perhitungan fauna dasar

3.2.4.

Fauna
panjang
untuk

dasar

yang

terutama

dan lebar atau tingginya.

berupa

keong

Hal ini

melihat keselektifan ikan payangka,

diukur

dimaksudkan

yaitu

dengan

ukuran fauna dasar ini dengan fauna

membandingkan

dasar

yang sudah dimakan ikan. Pembandingan fauna ini dilakukan
dengan
(3.2.2).

menggunakan NM
Pengukuran

seperti

dalam

sub bab terdahulu

fauna dilakukan dengan

menggunakan

e

jangka 'sorong
dekat.

ter-

Penghitungan fauna dasar dilakukan terhadap hasil

pengumpulan
atau

(vernier calliper) sampai milimeter

seser.

fauna yang tertangkap dengan

alat

pengeruk

Organisme yang didapat diidentifikasi

dan

dihitung

jumlahnya.

Kepadatan

fauna

dihitung

dengan

merata-ratakan jumlah organisme dalam pengeruk atau seser
pada

satu stasion.

Untuk mendapatkan jumlah

rata-rata

organisme per m2 angka ini diekstrapolasikan ke dalam
yaitu

dengan memperhitungkan luas penampang pengeruk dan

seser.
pang

Luas pengeruk adalah 225 cm2,

seser adalah 1963.5

untuk

m2,

fauna

dalam

maka

cm2,

pengeruk

sedang luas penamdalam

dikalikan

ekstrapolasi
dengan

44.4,

I

sedangkan untuk seser dengan 5.1.

Kepadatan ini kemudian

dibandingkan antar musim.
3.2.5.

Tingkat kematangan gonad dan pendugaan pemijahan

Penentuan
modifikasi
Dengan

tingkat kematangan gonad dilakukan dengan

cara

cara

ini

Nikolsky

(Bagenal dan

tingkat

kematangan

Braum,

1968).

gonad (TKG)

ikan

payangka digolongkan menjadi 6 tingkat, yaitu:

1.

Tingkat I. Tidak matang. Pada tingkat ini gonad masih
sangat kecil, berbentuk seperti benang.

Tingkat ini

terdapat pada ikan-ikan muda. Sulit membedakan jantan
dan betina.
2.

Tingkat 11. Perkembangan. Gonad lebih besar dan telur
terlihat sebagai butir-butir yang sangat kecil dengan
*

mata telanjang.

Pada betina gonad berwarna agak ke-

kuningan, sedangkan

pada jantan berwarna

dan sedikit berkelok-kelok.

keputihan

3.

Tingkat

111.

Kematangan.

panjang

setengah

dari

Gonad

besar, mencapai

rongga perut.

Telur

jelas

terlihat.

Pada betina warna kuning jelas terlihat,

sedangkan

pada jantan berwarna putih jelas dan ber-

kelok-kelok. Anal papila (penjuluran di daerah dubur
berfungsi

untuk

mengeluarkan telur

atau

spermaj

berwarna kekuningan.
4.

Tingkat IV.

Memilah (reproduksi). Gonad sangat besar
f

mencapai

2/3

sekitar

terlihat butirnya.
betina,

perut

rongga perut.

membuncit

ditekan telur akan keluar.

akan

keluar.

jelas

Warna gonad kuning menyala pada

nampak

membuncit, yang

Telur

jika

Anal

dan

jika

sedikit

Pada jantan perut sedikit

sedikit ditekan sperma putih

papila

membesar

dan

berwarna

kuning kemerahan.
5.

Tingkat V.

Salin.

Gonad kosong atau berisi

sedikit

sisa-sisa telur atau sperma, berwarna kemerahan. Anal
papila masih kemerahan.

6. Tingkat VI. Xstirahat. Gonad sangat kecil, jantan dan
betina tidak dapat dibedakan. Butir-butir telur belum
terlihat

dengan

mata telanjang, sama seperti pada

tingkat I.
Tingkat

kematangan

gonad

ikan-ikan dari

stasion diamati dan dibandingkan antar musim dan
pengambilan

contoh.

Dengan

cara ini

dapat

kedua
periode

diperoleh

ukuran

ikan

yang

pertama kali berpijah

bergonad

atau

matang, yaitu dengan mengamati ukuran ikan yang mempunyai
kematangan gonad tingkat 111 atau IV.
-3.2.6. Musim dan daerah pemijahan

Pendugaan musim
hitung

jumlah

kematangan

pemijahan dilakukan

dengan meng-

(dalam persen) ikan-ikan yang

gonad

tingkat I11 dan IV dari

mempunyai

seluruh

pada saat pengambilan contoh. ~Penghitunganini

ikan

kemudian

dibandingkan antar periode pengambilan contoh. Persentase
yang

tinggi dari ikan-ikan dengan

TKG I11 dan

atau IV

dianggap sebagai puncak-puncak musim pemijahan.
Untuk

menentukan daerah pemijahan atau tempat ber-

telur ikan payangka,

pertama-tama ditempuh cara berikut:

(a) Mengamati tumbuhan air yang terdapat di sekitar lokasi

pengambilan contoh, untuk melihat apakah telur

ikan

payangka melekat pada tumbuhan, dan (b) Mengamati permukaan batu-batuan di dasar perairan

(dengan alat penyelam

snorkle) untuk mendapatkan telur.
Dalam
ikan

usaha-usaha

payangka.

tersebut tidak

Kemudian

dari

ditemukan telur

wawancara

nelayan danau didapat informasi bahwa

dengan

telur ikan

para

sering

#

melekat

. pada

jaring insang atau jaring

Dari

informasi

telur

tersebut

sebagai berikut:

hanyut

ini maka untuk menentukan apakah
adalah

telur

mereka.
telur-

payangka, ditempuh

cara

(1)

Mengambil

telur-telur yang melekat

di jaring

dan

pelampung jaring insang nelayan, kemudian menetaskannya;

(2) Melakukan
telur

pembuahan buatan dengan cara mengeluarkan

dan

sperma

payangka

yang

gonadnya

sudah

matang, kemudian membuahi dan menetaskannya; dan
(3)

Mencocokkan bentuk,

sifat, gerak serta warna larva

yang diperoleh dari kedua cara penetasan tersebut.
7

3.2.7.

Penghitungan fekunditas

Fekunditas

adalah jumlah telur induk betina

dewasa

pada saat mendekati pemijahan. Fekunditas dalam penelitian ini dihitung dengan cara gravimetri. Telur yang ada di
dalam

gonad dipisahkan satu per satu dari jaringan gonad

(yang telah diawet),

kemudian dikumpulkan dan ditimbang.

Kemudian dari telur-telur ini diambil satu cuplikan kecil
dan ditimbang, lalu

dihitung

jumlahnya.

seluruh telur dalam gonad tersebut diperoleh

Maka jumlah
dengan cara

mengekstrapolasikan jumlah telur dalam cuplikan tersebut
Sebanyak

30 ekor ikan betina diperiksa jumlah

Fekunditas

ini

telurnya.

kemudian dihubungkan dengan ukuran

ikan

yang bersangkutan untuk mendapatkan kecenderungan (trend)
dan persamaan regresinya, sehingga peramalan
dapat dilakukan.

fekunditas

3.2.8. Pengukuran diameter telur
Penyebaran diameter telur dilakukan untuk menentukan
frekuensi
payangka

pemijahan,

,juga untuk

melihat

termasuk pemijah total (total spawner)

pemijah berganda (multiple spawner).
ukur

apakah

ikan

ataukah

Diameter telur di-

dengan menggunakan mikroskop binokuler stereo

berkekuatan rendah

(sampai 40 kali)

dengan

pada

mikrometer

okulernya.

yang

yang

diperlengkapi

Karena

telur

ikan

I

payangka
tidak
dengan

di

dalam gonad berbentuk tidak

seragam, maka untuk menghindari
diameter

tertentu,

beraturan

pemilihan

yang diukur adalah

dan

telur

diameter

telur sepanjang sumbu tetap dari mikrometer. Cara ini dianggap

yang paling dapat dipercaya oleh McDowall (1965).

Sebanyak

200 butir telur dari tiap ikan betina yang

di-

periksa diukur diameternya.
3.2.9.

Pengamatan sifat dan bentuk telur ikan payangka
serta perkembangan dininya

Telah disebutkan terdahulu bahwa telur ikan payangka
dapat

diperoleh dari hasil pembuahan buatan

yang telurnya telah matang,
pada jaring nelayan.
di

gonad

ikan

juga dari telur yang melekat

Telur-telur ini kemudian dipelihara

dalam bejana gelas,

dengan media air PAM yang

telah

I

diberi

kamar

(26-

memperhatikan

per-

aerasi dan dibiarkan pada temperatur

Pengamatan

diteruskan

dengan

kembangan dini telur yang telah dibuahi,

baik dari telur

yang

dibuahi

alami.

secara buatan maupun yang

Pengamatan dilakukan setiap

menetas.

Setelah

dibuahi

1 jam

secara

sampai telur

ini pengamatan masih diteruskan tetapi

dengan selang waktu yang tidak beraturan. Pada tujuh kali
pemeliharaan
saja,

karena

tersebut.

larva ini hanya dapat mencapai umur 96
itu pengamatan juga terbatas

sampai

jam
umur

IV.

KEADAAN UAERAH PENELITIAH DAN
TEMPAT HIDUP IKAN PAYANGKA

Kedua

stasion yang dipilih terletak di bagian utara

-danau Tondano, mempunyai beberapa ciri seperti tercantum
pada Tabel 2. Stasion I merupakan jalur pelayaran perahuperahu

nelayan

yang

akan

ke atau dari

melalui aliran sungai Tondano.

pasar

Tondano

Pada saat penelitian di-

laksanakan, sungai keluar ini Jedang mengalami pengerukan
karena

dianggap

terlalu

dangkal sehingga menyebabkan

meluapnya air danau (banjir) pada musim hujan.
Di daerah pinggir Stasion I terdapat beberapa

pulau

terapung. Tumbuhan sejenis pohon sagu yang berbatang pendek

terdapat di pinggir dan nampak seperti

Daerah

tepi Stasion I1 ditumbuhi gelagah,

semak-semak.
juga

sejenis

pohon sagu pendek, dan ada tempat mencuci dan mandi umum.
Di daerah tepi ini terdapat sebuah perkampungan.
Bagian

terdangkal

dari tempat

pengarnbilan

contoh

pada Stasion I adalah 1.75 m dan terletak di mulut sungai
Tondano, sedang bagian
tengah

danau.

terdalam adalah 4.50 m ke

Pada Stasion I 1 bagian terdangkal

1.25 m dan terletak di pinggir danau,

arah

adalah

sedang bagian ter-

6

dalam adalah 1 2 - 6 0 m terletak di tengah danau.
Melihat

hasil pengambilan contoh dengan

pengeruk,

dasar perairan Stasion I terutama adalah lumpur yang berwarna kehitaman, juga sebagian kecil adalah lumpur dengan

Tabel 2.

Ciri
Kedalaman

:

Sifat dasar

:

Arus

Keadaan pada Stasion I dan 11

Stasion I

Stasion I1

lumpur, lumpur dengan sedikit pasir

pasir, pasir dengan
lumpur, tanah kuning
(bagian dalam)

menuju sungai
keluar danau

tidak terlihat jelasf

Kemiringan
dasar
Luas daerah
penelitian

:

Daerah tepi

:

tak terlalu curam

curam

gelagah , semaksemak, pulau
terapung

gelagah, kampung

payangka , nike ,
sepat, gabus

payangka, nike, sepat
mujair, gabus

Tumbuhan ai r :

Jenis ikan

:

u
noidE8=&k
berculata, Stenothutenothv

Moluska

An~ulvagra,Anodon-

Lg, Melanoides

ra,

Crustacea

:

m-

Thiara

g ? n l z ,Lymnaea
S . .

udang Caridina sp., udang Carldlna SP.,
copepoda, cladocera copepoda, cladocera
a

sedikit pasir.

Dasar perairan stasion I I bagian terdang-

kal berwarna kehitaman, juga sebagian kecil adalah lumpur
dengan

sedikit pasir.

kemudian

Dasar perairan ini adalah pasir.

makin ke tengah pasir bercampur sedikit

lumpur

dan pada bagian paling dalam terdapat semacam tanah
berwarna

kekuningan.

ini.

maka

juga

berbeda.

liat

Karena dasar perairan yang berbeda

flo