Makanan dan Reproduksi Ikan Tilan (Mastacembelus erythrotaenia Bleeker 1850) di Sungai Musi

(1)

MAKANAN DAN REPRODUKSI IKAN TILAN

(Mastacembelus erythrotaenia Bleeker 1850)

DI SUNGAI MUSI

SYARIFAH NURDAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA

PROGRAM STUDI ILMU PERAIRAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(2)

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir yang berjudul :

“MAKANAN DAN REPRODUKSI IKAN TILAN (Mastacembelus

erythrotaenia Bleeker 1850) DI SUNGAI MUSI” adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir dari tesis ini.

Bogor, 31 Agustus 2009

SYARIFAH NURDAWATI C 151 060 181


(3)

ABSTRACT

SYARIFAH NURDAWATI. Food and reproduction of fire spiny eel, Mastacembelus erythrotaenia (bleeker 1850) in Musi River. Under supervision of M.F. Rahardjo, Djadja Subardja Sjafei and Mas Tri Djoko Sunarno.

Fire spiny eel, Mastacembelus erythrotaenia is one of an economic fish that has been degradated. The research aimed to observe food and reproduction of the fish in Musi River. Sampling was conducted each month from December 2007 to Juli 2008. Samples were collected by hook and line, electro fishing, trammel net, long line and seine net. A total of 1001 fish varied from 100 to 730 mm in total length (2-1676 g in body weight). Stomach content was analyzed based on index of preponderance method. Based on the analysis, main food of the fish was Sesarma eydouxi. According to this research, the fish was classified to a selective crustacivorous predator. Main food of the fish was similar in each month sampling and station. The species was relatively low fecundity ranged from 995 to 9057 with larger diameter was around 0.10 to 2.40 mm. Large egg diameter distributed in the posterior of ovaries had 2-3 modes, and presenced atretic egg indicating a multiple spawner. This information can be used for management of the Mastacembelus erythrotaenia, aquaculture and conservation.


(4)

RINGKASAN

SYARIFAH NURDAWATI. Makanan dan reproduksi ikan tilan (Mastacembelus

erythrotaenia Bleeker 1850) di Sungai Musi. Dibawah bimbingan M.F Rahardjo, Djadja Subardja Sjafei dan Mas Tri Djoko Sunarno

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kebiasaan makanan dan reproduksi ikan tilan (Mastacembelus erythrotaenia) dalam satu rangkaian sungai dan waktu. Sampling dan observasi lapangan dilakukan sebanyak tujuh kali yaitu tiga kali yang mewakili musim penghujan, tiga kali pada musim peralihan dan satu kali yang mewakili musim kemarau yang dimulai pada bulan Desember (2007), Januari, Februari, Maret, April, Mei dan bulan Juli (2008). Stasiun penelitian ditetapkan sebanyak lima stasiun yaitu Pulau Banjar, Sungai Borang, Pulau Burung, Pulau Gundul dan Sungai Upang.

Metoda penelitian meliputi analisis makanan dan analisis reproduksi ikan contoh yang dilakukan di laboratorium Bio Makro I. Analisis makanan meliputi pengelompokan jenis makanan dan analisis reproduksi meliputi tingkat kematangan gonad (TKG) dan indeks kematangan gonad (IKG). Analisis data dilakukan terhadap hasil dari analisis laboratorium yaitu untuk mengetahui jenis-jenis dan jumlah makanan yang dimakan oleh ikan dilakukan dengan indeks bagian terbesar (IP) yang merupakan gabungan antara metoda frekuensi kejadian dengan metoda volumetrik. Nisbah kelamin ditentukan dengan membandingkan antara jumlah ikan jantan dengan jumlah ikan betina kemudian untuk mengetahui keseragaman nisbah kelamin dilakukan dengan uji Khi-Kuadrat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa makanan utama ikan tilan adalah ketam (Sesarma eydouxi) dengan nilai IP sebesar 91,93. Oleh karena itu, ikan ini tergolong sebagai ikan karnivora. Pada setiap bulan dan stasiun penelitian, makanan utama ikan tilan selalu sama yaitu ketam (Sesarma eydouxi) yang dikonsumsi dalam proporsi yang sangat besar. Tingkat kematangan gonad ikan tilan terdiri dari enam tingkatan yaitu pada tingkat I gonad belum bisa dibedakan antara gonad ikan jantan dengan ikan betina, pada TKG II gonad betina berwarna merah jambu muda dan gonad jantan berwarna putih dan telur belum terlihat dengan mata, pada TKG III gonad ikan betina sudah mulai membesar dengan bentuk seperti pipa dengan warna merah jambu tua dan terisi dengan butir-butiran telur yang ukurannya tidak beraturan dan sudah terlihat jelas dengan mata telanjang. TKG IV butir-butir telur sudah mulai membesar dengan diameter berkisar antara 0,1-2,49 mm dan jumlah terbanyak pada diameter 0,70-0,89 mm sebanyak 20,07%. TKG V (masak) dengan diameter telur berkisar antara 0,50-0,69 mm dengan diameter terbanyak berkisar antara 1,70-1,89 mm (21,78%) dilihat dari sebaran diameter telur, ikan tilan termasuk ikan yang memijah secara bertahap. Dari 1001 ekor yang tertangkap ditemukan TKG IV sebanyak delapan ekor dengan fekunditas berkisar antara 905-1918 butir, TKG V sebanyak dua ekor dengan kisaran fekunditas sebanyak 3225-4533 butir dan ikan tilan yang telah memijah (TKG VI) dengan fekunditas telur sisa 995-1889 butir.


(5)

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan atau memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


(6)

MAKANAN DAN REPRODUKSI IKAN TILAN

(Mastacembelus erythrotaenia Bleeker 1850)

DI SUNGAI MUSI

SYARIFAH NURDAWATI

TESIS

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(7)

(8)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Tesis : MAKANAN DAN REPRODUKSI IKAN TILAN

(Mastacembelus erythrotaenia Bleeker 1850) DI SUNGAI MUSI

Nama Lengkap : SYARIFAH NURDAWATI

Nomor Pokok : C151060181

Program Studi : ILMU PERAIRAN

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. M.F. Rahardjo, DEA Ketua

Dr. Ir. Djadja Subardja Sjafei Dr. Ir. Mas Tri Djoko Sunarno, MS Anggota Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Ilmu Perairan Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Prof. Dr. Ir. Enang Harris, MS Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS


(9)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Illahi Rabbi atas segala karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul “Makanan dan reproduksi ikan tilan (Mastacembelus erythrotaenia Bleeker 1850) di Sungai Musi” dapat penulis selesaikan. Tesis yang menjadi syarat bagi penulis untuk memperoleh magister sains, ditulis dalam lima bagian (bab). Bab pertama berisikan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, perumusan masaalah dan tujuan penelitian; bab ke dua berisi tinjauan pustaka yang merupakan kerangka teoritis; bab ke tiga menguraikan waktu, lokasi, deskripsi stasiun penelitian dan cara pengambilan sampel serta analisis data; bab ke empat berisikan hasil dan pembahasan serta bab ke lima menguraikan kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr Ir. M.F. Rahardjo, DEA, Bapak Dr. Ir. Djadja Subardja Sjafei dan Bapak Dr. Ir. Mas Tri Djoko Sunarno, MS selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan sumbangan pemikiran, arahan dan bimbingan selama penyusunan tesis.

2. Bapak Dr. Ir. Sulistiono MSc selaku dosen penguji dan Bapak Prof. Dr. Ir. Enang Harris, MS selaku ketua Program Studi Ilmu Perairan atas bimbingan selama penulis menjadi mahasiswa SPs IPB.

3. Bapak Dr. Ir. Ali Suman selaku Kepala Balai Riset Perikanan Perairan Umum yang telah memfasilitasi penelitian ini dan memberikan dukungan moril dalam rangka penyelesaian tesis ini.

4. Keluarga penulis yang telah banyak memberikan dukungan dan doa

5. Rekan-rekan Pascasarjana AIR khususnya minat MSP : Lisa Sopia Siby, Ahmad Zahid, pak Mustakim, Naning, mba Nuning dan Yuyun atas kebersamaan selama ini.

6. Wahyu Yuliani, Mulyoko, Pak Ruslan, Charles, Tina, Dewi, Prawira, Shelly Tutupoho dan rekan-rekan di Laboratorium Bio Makro I.

7. Rekan-rekan dari BRPPU : Muhammad Ali, Sigit, Dwi, Darman (Alm), Alam, Bu Etty Nurhayati, Pak Misbah dan Pak Sipon yang telah membantu penulis dalam rangka pengumpulan data.


(10)

8. Bapak-bapak dan ibu-ibu dari Pusat Riset Perikanan Tangkap yang telah banyak memberikan dukungan moril bagi penulis dalam rangka penyelesaian karya ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangannya. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukannnya.

Bogor, 5 Agustus 2009 Penulis


(11)

MAKANAN DAN REPRODUKSI IKAN TILAN

(Mastacembelus erythrotaenia Bleeker 1850)

DI SUNGAI MUSI

SYARIFAH NURDAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA

PROGRAM STUDI ILMU PERAIRAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(12)

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir yang berjudul :

“MAKANAN DAN REPRODUKSI IKAN TILAN (Mastacembelus

erythrotaenia Bleeker 1850) DI SUNGAI MUSI” adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir dari tesis ini.

Bogor, 31 Agustus 2009

SYARIFAH NURDAWATI C 151 060 181


(13)

ABSTRACT

SYARIFAH NURDAWATI. Food and reproduction of fire spiny eel, Mastacembelus erythrotaenia (bleeker 1850) in Musi River. Under supervision of M.F. Rahardjo, Djadja Subardja Sjafei and Mas Tri Djoko Sunarno.

Fire spiny eel, Mastacembelus erythrotaenia is one of an economic fish that has been degradated. The research aimed to observe food and reproduction of the fish in Musi River. Sampling was conducted each month from December 2007 to Juli 2008. Samples were collected by hook and line, electro fishing, trammel net, long line and seine net. A total of 1001 fish varied from 100 to 730 mm in total length (2-1676 g in body weight). Stomach content was analyzed based on index of preponderance method. Based on the analysis, main food of the fish was Sesarma eydouxi. According to this research, the fish was classified to a selective crustacivorous predator. Main food of the fish was similar in each month sampling and station. The species was relatively low fecundity ranged from 995 to 9057 with larger diameter was around 0.10 to 2.40 mm. Large egg diameter distributed in the posterior of ovaries had 2-3 modes, and presenced atretic egg indicating a multiple spawner. This information can be used for management of the Mastacembelus erythrotaenia, aquaculture and conservation.


(14)

RINGKASAN

SYARIFAH NURDAWATI. Makanan dan reproduksi ikan tilan (Mastacembelus

erythrotaenia Bleeker 1850) di Sungai Musi. Dibawah bimbingan M.F Rahardjo, Djadja Subardja Sjafei dan Mas Tri Djoko Sunarno

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kebiasaan makanan dan reproduksi ikan tilan (Mastacembelus erythrotaenia) dalam satu rangkaian sungai dan waktu. Sampling dan observasi lapangan dilakukan sebanyak tujuh kali yaitu tiga kali yang mewakili musim penghujan, tiga kali pada musim peralihan dan satu kali yang mewakili musim kemarau yang dimulai pada bulan Desember (2007), Januari, Februari, Maret, April, Mei dan bulan Juli (2008). Stasiun penelitian ditetapkan sebanyak lima stasiun yaitu Pulau Banjar, Sungai Borang, Pulau Burung, Pulau Gundul dan Sungai Upang.

Metoda penelitian meliputi analisis makanan dan analisis reproduksi ikan contoh yang dilakukan di laboratorium Bio Makro I. Analisis makanan meliputi pengelompokan jenis makanan dan analisis reproduksi meliputi tingkat kematangan gonad (TKG) dan indeks kematangan gonad (IKG). Analisis data dilakukan terhadap hasil dari analisis laboratorium yaitu untuk mengetahui jenis-jenis dan jumlah makanan yang dimakan oleh ikan dilakukan dengan indeks bagian terbesar (IP) yang merupakan gabungan antara metoda frekuensi kejadian dengan metoda volumetrik. Nisbah kelamin ditentukan dengan membandingkan antara jumlah ikan jantan dengan jumlah ikan betina kemudian untuk mengetahui keseragaman nisbah kelamin dilakukan dengan uji Khi-Kuadrat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa makanan utama ikan tilan adalah ketam (Sesarma eydouxi) dengan nilai IP sebesar 91,93. Oleh karena itu, ikan ini tergolong sebagai ikan karnivora. Pada setiap bulan dan stasiun penelitian, makanan utama ikan tilan selalu sama yaitu ketam (Sesarma eydouxi) yang dikonsumsi dalam proporsi yang sangat besar. Tingkat kematangan gonad ikan tilan terdiri dari enam tingkatan yaitu pada tingkat I gonad belum bisa dibedakan antara gonad ikan jantan dengan ikan betina, pada TKG II gonad betina berwarna merah jambu muda dan gonad jantan berwarna putih dan telur belum terlihat dengan mata, pada TKG III gonad ikan betina sudah mulai membesar dengan bentuk seperti pipa dengan warna merah jambu tua dan terisi dengan butir-butiran telur yang ukurannya tidak beraturan dan sudah terlihat jelas dengan mata telanjang. TKG IV butir-butir telur sudah mulai membesar dengan diameter berkisar antara 0,1-2,49 mm dan jumlah terbanyak pada diameter 0,70-0,89 mm sebanyak 20,07%. TKG V (masak) dengan diameter telur berkisar antara 0,50-0,69 mm dengan diameter terbanyak berkisar antara 1,70-1,89 mm (21,78%) dilihat dari sebaran diameter telur, ikan tilan termasuk ikan yang memijah secara bertahap. Dari 1001 ekor yang tertangkap ditemukan TKG IV sebanyak delapan ekor dengan fekunditas berkisar antara 905-1918 butir, TKG V sebanyak dua ekor dengan kisaran fekunditas sebanyak 3225-4533 butir dan ikan tilan yang telah memijah (TKG VI) dengan fekunditas telur sisa 995-1889 butir.


(15)

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan atau memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


(16)

MAKANAN DAN REPRODUKSI IKAN TILAN

(Mastacembelus erythrotaenia Bleeker 1850)

DI SUNGAI MUSI

SYARIFAH NURDAWATI

TESIS

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(17)

(18)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Tesis : MAKANAN DAN REPRODUKSI IKAN TILAN

(Mastacembelus erythrotaenia Bleeker 1850) DI SUNGAI MUSI

Nama Lengkap : SYARIFAH NURDAWATI

Nomor Pokok : C151060181

Program Studi : ILMU PERAIRAN

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. M.F. Rahardjo, DEA Ketua

Dr. Ir. Djadja Subardja Sjafei Dr. Ir. Mas Tri Djoko Sunarno, MS Anggota Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Ilmu Perairan Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Prof. Dr. Ir. Enang Harris, MS Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS


(19)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Illahi Rabbi atas segala karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul “Makanan dan reproduksi ikan tilan (Mastacembelus erythrotaenia Bleeker 1850) di Sungai Musi” dapat penulis selesaikan. Tesis yang menjadi syarat bagi penulis untuk memperoleh magister sains, ditulis dalam lima bagian (bab). Bab pertama berisikan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, perumusan masaalah dan tujuan penelitian; bab ke dua berisi tinjauan pustaka yang merupakan kerangka teoritis; bab ke tiga menguraikan waktu, lokasi, deskripsi stasiun penelitian dan cara pengambilan sampel serta analisis data; bab ke empat berisikan hasil dan pembahasan serta bab ke lima menguraikan kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr Ir. M.F. Rahardjo, DEA, Bapak Dr. Ir. Djadja Subardja Sjafei dan Bapak Dr. Ir. Mas Tri Djoko Sunarno, MS selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan sumbangan pemikiran, arahan dan bimbingan selama penyusunan tesis.

2. Bapak Dr. Ir. Sulistiono MSc selaku dosen penguji dan Bapak Prof. Dr. Ir. Enang Harris, MS selaku ketua Program Studi Ilmu Perairan atas bimbingan selama penulis menjadi mahasiswa SPs IPB.

3. Bapak Dr. Ir. Ali Suman selaku Kepala Balai Riset Perikanan Perairan Umum yang telah memfasilitasi penelitian ini dan memberikan dukungan moril dalam rangka penyelesaian tesis ini.

4. Keluarga penulis yang telah banyak memberikan dukungan dan doa

5. Rekan-rekan Pascasarjana AIR khususnya minat MSP : Lisa Sopia Siby, Ahmad Zahid, pak Mustakim, Naning, mba Nuning dan Yuyun atas kebersamaan selama ini.

6. Wahyu Yuliani, Mulyoko, Pak Ruslan, Charles, Tina, Dewi, Prawira, Shelly Tutupoho dan rekan-rekan di Laboratorium Bio Makro I.

7. Rekan-rekan dari BRPPU : Muhammad Ali, Sigit, Dwi, Darman (Alm), Alam, Bu Etty Nurhayati, Pak Misbah dan Pak Sipon yang telah membantu penulis dalam rangka pengumpulan data.


(20)

8. Bapak-bapak dan ibu-ibu dari Pusat Riset Perikanan Tangkap yang telah banyak memberikan dukungan moril bagi penulis dalam rangka penyelesaian karya ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangannya. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukannnya.

Bogor, 5 Agustus 2009 Penulis


(21)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 26 Desember 1960. Pendidikan formal SD diselesaikan di Pekanbaru serta SMP dan SMA di Medan. Pendidikan sarjana (S1) diselesaikan di Fakultas Perikanan Universitas Riau, Pekanbaru pada

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan dan sekarang penulis bekerja pada Balai Riset Perikanan Perairan Umum, BRKP, Departemen Kelautan dan Perikanan di Palembang.

Pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan Pascasarjana (S2) di

Program Studi Ilmu Perairan (AIR), dengan minat Manajemen Sumberdaya Perairan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Dalam usaha menyelesaikan studi di Sekolah Pascasarjana, penulis melakukan penelitian dengan judul “Makanan dan Reproduksi ikan tilan (Mastacembelus erythrotaenia Bleeker 1850) di Sungai Musi”. Sebagian hasil penelitian untuk tesis ini sudah disampaikan pada Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan pada tanggal 25 Juli 2009 dengan judul Kebiasaan makanan ikan tilan (Mastacembelus erythrotaeniaBleeker 1850) di Sungai Musi dan akan dimuat di Jurnal Iktiologi Indonesia (JII).


(22)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR ... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii 1. PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar belakang... 1 1.2 Perumusan masalah... 1 1.3 Tujuan penelitian... 2 2. TINJAUAN PUSTAKA... 3 2.1 Klasifikasi ... 3 2.2 Habitat ... 4 2.3 Makanan... 5 2.4 Reproduksi ... 6 3. METODE PENELITIAN... 8 3.1 Waktu dan lokasi... 8 3.2 Deskripsi stasiun ... 8 3.3 Alat dan bahan... 10 3.4 Pengambilan sampel... 11 3.5 Analisis laboratorium ... 12 3.6 Analisis data ... 14 4. HASIL DAN PEMBAHASAN... 15 4.1 Hasil ... 15 4.2 Pembahasan... 30 KESIMPULAN... 39 DAFTAR PUSTAKA ... 40 LAMPIRAN... 46


(23)

DAFTAR TABEL

Tabel halaman 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam pengumpulan data ... 10 2. Parameter dan metoda analisis sifat fisik-kimia perairan dan

biologi... 11 3. Tingkat kematangan gonad ikan menurut Nikolsky (1963)... 13 4. Jumlah, kisaran panjang dan berat ikan dari bulan Desember

2007 – Bulan Juli 2008... 16 5. Jumlah, kisaran dan rata-rata panjang dan berat ikan tilan

jantan (Mastacembelus erythrotaenia) yang tertangkap dari

bulan Desember 2007 – Juli 2008... 17 6. Jumlah, kisaran dan rata-rata panjang dan berat ikan tilan

betina (Mastacembelus erythrotaenia) yang tertangkap dari

bulan Desember 2007 – Juli 2008... 17 7. Indeks bagian terbesar (%) jenis makanan ikan tilan

(Mastacembelus erythrotaenia) secara umum... 20 8. Indeks bagian terbesar (%) jenis makanan ikan tilan

(Mastacembelus erythrotaenia) berdasarkan waktu pengambilan

contoh ... 22 9. Indeks bagian terbesar (%) jenis makanan ikan tilan

(Mastacembelus erythrotaenia) berdasarkan stasiun... 23 10. Tingkat kematangan gonad ikan tilan berdasarkan Nikolsky

(1963)... 24 11. Berat gonad, IKG dan fekunditas ikan tilan TKG IV, V dan VI

Berdasarkan stasiun dan waktu pengambilan contoh... 27 12. Selang ukuran diameter telur (mm) dan persentase jumlah

telur ikan tilan (Mastacembelus erythrotaenia) TKG IV dan V... 27 13. IKG rata-rata ikan tilan jantan dan betina dari bulan Februari


(24)

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

1. Ikan tilan (Mastacembelus erythrotaenia) ... 3 2. Peta lokasi penelitian di Sungai Musi... 9 3. Sebaran frekuensi panjang ikan tilan (Mastacembelus

erythrotaenia) di Sungai Musi berdasarkan stasiun (dalam

ekor)... 18 4. Sebaran frekuensi panjang ikan tilan (Mastacembelus

erythrotaenia) di Sungai Musi berdasarkan bulan... 19 5. Makanan ikan tilan (Mastacembelus erythrotaenia) secara

umum... 21 6. Persentase tingkat kematangan gonad ikan tilan jantan dan

betina berdasarkan stasiun... 25 7. Persentase tingkat kematangan gonad ikan tilan jantan

(TKG I –IV) dan betina (TKG I- VI) Dari bulan Desember

2007-Juli 2008... 26 8. Grafik sebaran diameter telur ikan tilan (Mastacembelus


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Foto stasiun penelitian ... 48 2. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan tilan di

lima stasiun pengamatan... 49 3. Makanan ikan tilan (Mastacembelus erythrotaenia)... 54 4. Uji Khi Kuadratterhadap rasio kelamin ikan tilan

(Mastacembelus erythrotaenia) secara keseluruhan... 55 5. Uji Khi Kuadratterhadap rasio kelamin ikan tilan

(Mastacembelus erythrotaenia) berdasarkan stasiun... 56 6. Uji Khi Kuadratterhadap rasio kelamin ikan tilan

(Mastacembelus erythrotaenia) berdasarkan bulan ... 58 7. Foto gonad ikan tilan TKG III, IV dan V... 60 8. Jumlah ikan jantan dan betina yang tertangkap berdasarkan

TKG di setiap stasiun dan waktu... 61 9. Nilai pengamatan sifat fisika-kimia perairan di lima stasiun

penelitian selama musim penghujan, peralihan dan musim

kemarau... 62


(26)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sungai Musi merupakan sungai terpanjang di Sumatera dan memiliki keanekaragaman jenis ikan yang cukup tinggi yaitu sebanyak 121 jenis ikan, salah satu jenis ikan tersebut adalah ikan tilan (Mastacembelus erythrotaenia) yang berdistribusi di Sungai Musi bagian tengah dan bagian hilir (Utomo et al.2007).

Di Sungai Musi penyebaran ikan tilan di sungai utama, anak sungai dan rawa lebak (Utomo et al. 1992; Samuel et al. 2003; Nurdawati et al.2005; Utomo et al. 2005; 2007) dan di bagian hilir sungai (Aida et al. 2007). Ikan tilan banyak diperdagangkan sebagai ikan hias di Jambi yang dipasarkan antar pulau dan ke luar negeri seperti ke Singapura dan Malaysia (Dinas Perikanan Jambi 1993). Pemanfaatan ikan tilan sebagai ikan hias dan ikan konsumsi mengakibatkan penurunan hasil tangkapan baik di sungai Batanghari maupun di Sungai Musi (Wardoyo et al. 2002; Utomo et al. 2007).

Penurunan hasil tangkap menunjukkan turunnya jumlah ikan ini di alam. Pada gilirannya hal ini akan memberikan efek terganggunya kontinuitas produksi ikan tilan pada masa yang akan datang. Salah satu upaya menjaga kontinuitas produksi dilakukan melalui upaya budidaya, yang didahului dengan upaya domestikasi. Upaya ini memerlukan informasi biologi ikan tilan, antara lain reproduksi dan makanan; yang sifatnya masih terbatas. Informasi tentang kebiasaan makanan dan reproduksi ikan tilan di Sungai Musi belum ada.

Berdasarkan hal tersebut di atas dilakukan penelitian makanan dan reproduksi ikan tilan (Mastacembelus erythrotaenia) di berbagai tempat yang berkaitan dengan waktu.

1.2 Perumusan masalah

Ikan tilan merupakan salah satu ikan ekonomis penting yang belum banyak diketahui aspek biologinya terutama aspek kebiasaan makanan dan reproduksi. Belum diketahui apakah kebiasaan makanan dan reproduksi ikan tilan berbeda di berbagai tempat dalam satu rangkaian sungai. Belum diketahui juga


(27)

apakah musim juga dapat merubah kebiasaan makanan ikan tilan dan kapan dan dimana ikan tilan melakukan aktifitas pemijahan.

Ikan tilan hidup di berbagai tipe habitat antara lain anak sungai dan sungai utama. Beragamnya tipe habitat menyebabkan organisme makanan ikan tilan akan beragam pula. Jenis organisme apa saja yang menjadi makanan ikan tilan dan apakah ada perubahan jenis makanan bertalian dengan perubahan waktu dan tempat. Apakah ikan tilan memijah dipengaruhi oleh musim atau ikan tilan dapat memijah sepanjang tahun. Bagaimana tipe pemijahan ikan tilan dan dapatkah ikan tilan memijah diperairan yang dipilih sebagai stasiun. Hal yang belum diketahui apakah aktifitas reproduksi ikan tilan terkait dengan waktu. Aktifitas biologi ikan tilan pada musim penghujan dan musim kemarau berhubungan erat dengan tempat dan kualitas lingkungan perairan. Penelitian kebiasaan makanan dan reproduksi yang berhubungan dengan tempat dan musim akan dapat menjawab pertanyaan ini.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengkaji kebiasaan makanan dan reproduksi ikan tilan di berbagai tempat di Sungai Musi pada musim penghujan dan pada musim kemarau.


(28)

2.1 Klasifikasi

Berdasarkan Fis

(Gambar 1) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Filum : Subfilum : Superkelas : Kelas : Subkelas : Infrakelas : Ordo : Subordo : Famili : Genus : Species :

Sinonim :

:

Nama daerah :

Nama umum :

Gambar 1. Ikan tilan (

Famili Mastacembelidae genera yaitu Genus

spesies), (Berra 2001). memiliki tubuh yang Mastacembelidae dengan

2 TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan Fishbase (2007); Kottelat et al.(1993), klasifikasi ikan t adalah sebagai berikut :

Animalia Chordata Vertebrata Osteichthyes Actinopterygii Neopterygii Teleostei Perciformes Mastacembeloidei Mastacembelidae Mastacembelus

Mastacembelus erythrotaeniaBleeker, 1850 Mastacembelus argus Günther, 1861 Macrognathus erythrotaeniaBleeker, 1850 Iwak tilan (Palembang)

Ikan tilan (Indonesia), Fire spiny eel (Inggeris)

Gambar 1. Ikan tilan (Mastacembelus erythrotaeniaBleeker 1850

Mastacembelidae yang tersebar di Asia Tenggara terdiri Genus Macrognathus (12 spesies) dan Genus Mastacembelus

2001). Mastacembelus erythrotaenia merupakan jenis tubuh yang paling panjang dari semua jenis ikan Mastacembelidae dengan panjang maksimum 90 cm (Rainboth 1996

(1993), klasifikasi ikan tilan

Bleeker, 1850 Günther, 1861

Bleeker, 1850 Ikan tilan (Indonesia), Fire spiny eel (Inggeris)

Bleeker 1850)

Tenggara terdiri atas dua Mastacembelus (13 merupakan jenis ikan yang jenis ikan dari famili (Rainboth 1996 dalam Berra


(29)

2001). Di Indonesia terdapat tujuh jenis ikan tilan-tilanan yang berasal dari genus Mastacembelus dan Genus Macrognathus (Kottelat et al. 1993). Jenis-jenis tersebut yaitu Mastacembelus unicolor, Mastacembelus erythrotaenia, Mastacembelus armatus, Mastacembelus notopthalmus. Macrognathus aculeatus, Macrognathus keithi dan Macrognathus maculatus.

2.2 Habitat

Ikan tilan (Mastacembelus erythrotaenia) merupakan jenis ikan air tawar yang hidup di sepanjang sungai mulai dari bagian hilir sampai ke bagian hulu sungai. Ikan tilan ditemui di sungai-sungai besar, danau dan waduk di

Semenanjung Malaysia (Ng dan Tan 1999; Fishbase 2007), Thailand

(Vidthayanon dan Premcharoen 2002; Saowakoon et al. 2005; Tannil 2006), Vietnam (Hoa et al. 2006) dan Kamboja (Lim et al. 1999).

Di Indonesia ikan tilan menghuni sungai sungai besar di Sumatera dan Kalimantan antara lain Sungai Batanghari, Sungai Barito dan Sungai Kapuas (Robert 1989; Nurdawati dan Said 1995; Dudley 1996; Utomo dan Asyari 1999; Rupawan et al. 2005;), anak sungai (Hadiaty 2001; Yustina 2001), sungai-sungai kecil yang berada pada ketinggian 150-300 m di atas permukaan laut (Haryono 2006).

Beberapa tipe habitat yang dihuni oleh ikan tilan adalah tipe sungai (Samuel et al. 2003), anak sungai (Yustina 2001; Gaffar dan Fatah 2006), danau banjiran dan hutan rawa air tawar (Dudley 1996); waduk (Nastiti et al. 2006) . Selanjutnya Rachmatika (2001) mengemukakan bahwa habitat ikan tilan di DAS Mendalam di Kalimantan Barat terdapat di sekitar Desa Nanga Hovat yang airnya lebih dalam dan arusnya tidak begitu deras.

Di Sungai Musi ikan tilan merupakan jenis ikan yang hidup di perairan sungai (Samuel et al. 2003), di Sungai Lempuing yang merupakan anak sungai Komering yang terdapat rawa banjiran (Utomo et al. 2001) dan hutan rawa air tawar (Sunarno et al. 2003) namun populasinya lebih banyak tertangkap di bagian hilir sungai (Aida et al. 2007).


(30)

2.3 Makanan

Kebiasaan makanan ikan mencakup kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan oleh ikan sedangkan kebiasaan makan adalah cara ikan mendapatkan makanannya. Dengan mengetahui kebiasaan makanan ikan dapat dilihat hubungan ekologi diantara organisme di perairan misalnya bentuk-bentuk pemangsaan, saingan dan rantai makanan. Jadi makanan dapat merupakan faktor yang menentukan bagi populasi, pertumbuhan dan kondisi ikan sedangkan macam makanan satu spesies ikan biasanya bergantung kepada umur, tempat dan waktu (Effendie 1979).

Keberadaan ikan tilan di Sungai Tonle Sap di Kamboja sampai ke Danau Besar (Great Lake) yang merupakan rawa banjiran dan tidak dipengaruhi oleh pasang surut, makanannya adalah serangga, cacing dan tanaman air (Lim et al. 1999). Menurut Tannil (2006) komposisi makanan ikan tilan di hilir sungai Tapee Thailand adalah 56,9% ketam, 32% udang, 6% detritus, 4,8% larva serangga dan 0,3% moluska. Makanan ikan tilan berbeda dengan ikan lainnya meski dari genus yang sama yaitu Mastacembelus armatus yang memiliki makanan utama berupa udang dan ikan (Serajuddin dan Mustafa 1994). Selanjutnya jenis ikan yang masih satu famili dengan ikan tilan, Macrognathus pancalus, memakan larva serangga air yang didominasi oleh diptera sebagai makanan utamanya (Suresh et al. 2006). Oleh sebab itu berdasarkan makanannya ikan-ikan dari famili Mastacembelidae tergolong jenis ikan karnivora.

Ikan yang bentuknya sama dengan ikan tilan yaitu ikan sidat (Anguilla marmorata), makanannya terdiri dari ikan, udang, hewan moluska, serangga dan hancuran tumbuhan (debris tumbuhan). Dari nilai indeks bagian terbesar (IP), terlihat bahwa kelompok makanan yang berasal dari ikan merupakan makanan utama ikan sidat dengan IP berkisar antara 88,58-97,30% (Juli) dan antara 86,21-94,81% (Oktober) (Samuel 2007). Makanan ikan sidat (Anguilla anguilla) di Danau Dutch di Netherland adalah invertebrata dan ikan (Lammens and Visser 1989).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ikan karnivora yang hidup di perairan tawar pada umumnya memangsa oganisme yang hidup di perairan tersebut. Ikan sembilang (Plotossus alblabris) di Sungai Musi dan ikan betutu


(31)

(Oxyeleotris marmorata) di rawa Jombor Klaten memanfaatkan udang sebagai makanan utamanya (Aida 2008; Gufriani et al. 2008). Ikan Catfish Schilbe mystus yang hidup di danau dan Mystus gulio yang hidup di perairan estuaria memakan insekta sebagai makanan utamanya (Ayoade et al. 2008; Begum et al. 2008). Ikan-ikan karnivora yang hidup di rawa banjiran Danau Arang-Arang memanfaatkan makanan yang tersedia di perairan antara lain ikan toman (Channa micropeltes), ikan gabus (Channa striata) dan ikan baung (Mystus nemurus) yang hidup di Sungai Batanghari, memangsa ikan sebagai makanan utamanya dan makanan tambahan berupa insekta (Samuel et al. 1995; 2002; Makmur dan Prasetyo 2006).

2.4 Reproduksi

Reproduksi merupakan mata rantai dalam siklus yang berhubungan dengan mata rantai yang lain untuk menjamin kelangsungan hidup suatu spesies (Nikolsky, 1963). Reproduksi merupakan aspek yang penting dalam pengelolaan sumberdaya perikanan. Keberhasilan suatu spesies ikan dalam daur hidupnya ditentukan dari kemampuan anggotanya untuk bereproduksi di lingkungan yang berfluktuasi dan menjaga keberadaan populasinya (Moyle dan Cech, 2004).

Beberapa aspek biologi reproduksi antara lain rasio kelamin, tingkat kematangan gonad (TKG), indeks kematangan gonad (IKG), fekunditas dan musim pemijahan. Pemijahan sebagai salah satu bagian dari reproduksi, merupakan mata rantai daur hidup yang menentukan kelangsungan hidup spesies (Effendie 2002). Tingkat kematangan gonad dapat dipergunakan sebagai penduga status reproduksi ikan, ukuran dan umur pada saat pertama kali matang gonad, proporsi jumlah stok yang secara produktif matang dengan pemahaman tentang siklus reproduksi bagi suatu populasi atau spesies (Nielson, 1983 in Sulistiono et al. 2001).

Nisbah kelamin adalah perbandingan antara ikan jantan dan ikan betina dan berpengaruh terhadap kestabilan suatu populasi di alam dimana rasio 1: 1 merupakan kondisi yang ideal. Berdasarkan Nikolsky (1969) Dari segi tingkah laku pemijahan, perbandingan rasio kelamin dapat berubah menjelang dan selama pemijahan. Pada ikan yang melakukan ruaya untuk memijah terjadi perubahan


(32)

nisbah kelamin secara teratur. Pada awalnya ikan jantan dominan dari pada ikan betina, kemudian nisbah kelamin berubah menjadi 1:1 diakhiri dengan dominasi ikan betina.

Fekunditas merupakan salah satu fase yang memegang peranan penting untuk kesinambungan suatu populasi ikan dengan dinamikanya (Effendie, 1979). Ikan-ikan dari famili Mastacembelidae pada umumnya memilki fekunditas yang kecil yaitu berkisar antara 227-8310 butir untuk jenis Macrognathus pancalus (Suresh et al. 2006); 1517-27944 butir untuk jenis Mastacembelus simack (Eroglu dan Sen 2007); 1125 – 5150 butir untuk jenis ikan Mastacembelus erythrotaenia (Tannil 2006).

Indeks kematangan gonad merupakan perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh yang nilainya dinyatakan dalam persen. Pertambahan berat gonad akan semakin bertambah dengan bertambahnya ukuran gonad dan diameter telur. Berat gonad akan mencapai maksimum sesaat sebelum ikan memijah, kemudian menurun dengan cepat selama pemijahan berlangsung hingga selesai (Effendie, 1979). Pada ikan belanak, IKG ikan betina berkisar antara 0,81-12,79%, sedangkan pada ikan jantan IKG berkisar antara 0,21-1,31% (Sulistiono et al. 2001). Selanjutnya, dijelaskan bahwa nilai IKG ikan tersebut tergantung dari

nilai kematangan gonadnya. Dewantoro dan Rachmatika (2004) dari

penelitiannya terhadap ikan paray (Rasbora aprotaenia) di beberapa sungai kawasan Taman Nasional Gunung Halimun mengungkapkan bahwa secara keseluruhan dilihat dari IKG, ikan paray yang ada di setiap sungai memiliki IKG yang relatif tinggi, jantan (12,2-22,46%) dan betina (10,47-13,48%), demikian pula persentase ikan yang dalam keadaan matang gonad relatif tinggi, untuk jantan (0-28,57%) dan betina (0-33,33%). Untuk ikan Macrognathus pancalus yang masih satu famili dengan ikan tilan, nilai IKG berkisar antara 0,33-7,31 untuk ikan betina dan 0-1,89 untuk ikan jantan (Suresh et al. 2006). Demikian juga dengan ikan Mastacembelus simack yang masih satu genus dengan ikan tilan memiliki IKG berkisar antara 0,012 -21,48% untuk ikan betina dan 0,06 – 3,65% untuk ikan jantan (Eroglu dan Sen 2007).


(33)

3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan lokasi

Penelitian makanan dan reproduksi ikan tilan dilakukan selama tujuh bulan yang dimulai dari bulan Desember 2007- Juli 2008. Sampling dan observasi lapangan dilakukan sebanyak tujuh kali yaitu tiga kali yang mewakili musim penghujan (Desember 2007-Februari 2008), tiga kali pada musim peralihan (Maret 2008-Mei 2008) dan satu kali yang mewakili musim kemarau (Juli 2008). Penelitian dilakukan di Sungai Musi bagian hilir mulai dari Pulau Banjar (Mariana) sampai ke Pulau Gundul (Selat Cemara) (Gambar 3).

3.2 Deskripsi stasiun

Pulau Banjar terletak di tengah Sungai Musi yang tutupan lahannya sebagian kecil berupa hutan pedado (Sonneratia acida) dan di bagian yang tidak dimasuki air pasang berupa sawah penduduk. Pada bagian kiri Pulau Banjar merupakan areal perlintasan kapal dan sebelah kanan pulau merupakan areal penangkapan ikan dan sebagian kecil terdapat perkampungan penduduk. Pada bagian pinggir Sungai Musi yang berseberangan dengan Pulau Banjar banyak terdapat permukiman penduduk dan beberapa industri antara lain industri minyak goreng dan industri pembuatan kapal. Stasiun Pulau Banjar dimulai dari Sungai Kundur sampai ke Pulau Burung (Gambar 2, Lampiran 1).

Sungai Borang merupakan bagian dari Sungai Musi yang terpisahkan oleh sebuah pulau yaitu Pulau Borang sehingga membentuk anak sungai (Gambar 2, Lampiran 1). Tata guna lahan di sepanjang Sungai Borang berupa perkampungan penduduk. Sungai Borang dihubungkan oleh sebuah kanal dengan Sungai Kenten yang bermuara ke Selat Bangka. Terdapat beberapa anak sungai yang bermuara ke Sungai Borang antara lain Sungai Kedukan, Sungai Simpang Nyiur dan Sungai Gede yang berhubungan dengan Sungai Sebalik dan Sungai Kenten.

Stasiun Pulau Burung dimulai dari Pulau Burung sampai ke muara Sungai Upang. Pulau Burung merupakan muara sungai Borang dan Sungai Sebalik. Di kiri kanan Pulau Burung berupa hutan semak belukar dan sebagian kecil kayu pedado (Sonneratia acida). Tata guna lahan di sepanjang stasiun Pulau Burung berupa sawah dan kebun penduduk (Gambar 2, Lampiran 1).


(34)

Sumber : Bakosurtanal

Gambar 2. Peta Lokasi penelitian di Sungai Musi

Keterangan: 1. Stasiun 1 (Pulau Banjar) 2. Stasiun 2 (Sungai Borang) 3. Stasiun 3 (Pulau Burung) 4. Stasiun 4 (Pulau Gundul) 5. Stasiun 5 (Sungai Upang)


(35)

Pulau Gundul merupakan stasiun yang sudah mendekati muara Sungai Musi dan dimasuki beberapa anak sungai antara lain sungai yang terbesar adalah Sungai Selat Cemara. Stasiun penelitian ini mulai dari muara Sungai Upang sampai ke Sungai Selat Cemara di Parit 5. Tata guna lahan di Selat Cemara sebagian besar berupa sawah pasang surut dan vegetasi di pulau Gundul hampir seluruhnya berupa kayu pedado (Sonneratia acida), di sepanjang Pulau Gundul hampir tidak ditemukan permukiman penduduk (Lampiran 1).

Di Desa Upang, Sungai Musi terpecah dua dimana di bagian kiri ke arah Pulau Gundul disebut dengan Sungai Musi dan di bagian kanan disebut Sungai Upang. Hampir seluruh vegetasi yang terdapat di sepanjang stasiun Sungai Upang berupa kayu pedado (Sonneratia acida) (Lampiran 1). Stasiun Sungai Upang dimulai dari pertemuan antara Sungai Upang dengan Sungai Musi sampai ke muara Sungai Saleh. Tata guna lahan di sepanjang Sungai Upang merupakan lahan pertanian sawah pasang surut sampai ke Sungai Saleh. Sungai Upang merupakan jalur transportasi perahu motor nelayan yang menangkap ikan di laut.

3.3 Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam pengumpulan data

Jenis alat dan bahan Keterangan

Alat

1. Alat Tangkap Pancing, sondong, jaring, belat, strum

2. Blanko Untuk mencatat hasil tangkapan, Kualitas air

3. Timbangan

Tingkat ketelitian 1 g (ikan besar) dan 0,001 g (gonad)

4. Ember plastik besar Wadah untuk mengawetkan ikan

5. Papan ukur Mengukur panjang ikan

Bahan 1. Ikan Tilan

2. Formalin 40% Mengawetkan ikan

3. Paraform komersial Pengawet telur

Alat yang digunakan di laboratorium antara lain timbangan digital dengan ketelitian 1 g, peralatan bedah, mistar, mikroskop, botol sampel, mikrometer


(36)

okuler, gelas objek, pipet tetes, gelas ukur, cawan petri, alat tulis, kantong plastik dan wadah ikan contoh.

3.4 Pengambilan sampel

Pengambilan contoh ikan dilakukan selama lima hari penangkapan untuk setiap bulannya. Sampling dilakukan dengan menggunakan alat tangkap nelayan yang tidak selektip seperti alat tangkap belat (Seine net), strum (elektrofishing) serta alat tangkap lainnya seperti jaring kantong (trammel net), rawai (long lines) dan pancing (hook and line) (Lampiran 2). Alat tangkap tidak selektif digunakan agar semua ukuran ikan dapat tertangkap di setiap lokasi. Alat tangkap pancing dan elektrofishing digunakan untuk menangkap ikan tilan pada musim penghujan dan alat tangkap belat, jaring dan rawai digunakan untuk menangkap ikan pada musim kemarau.

Tabel 2. Parameter dan metode analisis sifat fisik - kimiawi perairan dan biologi

Parameter Satuan Keterangan

Fisika

1. Suhu 0C Termometer Hg

2. Kecerahan cm Piring sechi

3. DHL µS/ cm SCT meter

4. Kedalaman m Tali bersekala

5. Arus permukaan m/detik Current meter

6. Kekeruhan NTU Turbidity scale model DR El/l

Kimia

1. pH pH unit pH indikator

2. Karbondioksida mg/l Metode titrasi

3. Oksigen terlarut mg/l Metde winkler

4. Alkalinitas mg/l Menggunakan H2SO4sebagai

titrant

5. N-NH3 mg/l Spectrophoto metric.

6. TSS mg/l Filter/penimbangan

7. Salinitas ‰ Metoda titrasi

Biologi

Panjang ikan tilan mm skala

berat ikan tilan g Timbangan berketelitian 1 g

Kelimpahan makanan ikan ekor Transek/alat tangkap

Untuk mengetahui tipe ekosistem dan habitat perairan dilakukan penelitian pendahuluan untuk menetapkan stasiun pengamatan di setiap tipe ekosistem. Parameter fisika kimia air diamati berdasarkan APHA (1986) (Tabel 2). Ikan


(37)

sampel diawetkan dengan formalin 10% kemudian dibawa ke Bogor untuk dianalisis di Laboratorium Bio Makro I.

3.5 Analisis laboratorium

Analisis makanan dan analisis reproduksi ikan contoh dilakukan di laboratorium Bio Makro I. Analisis makanan meliputi pengelompokan jenis makanan dan analisis reproduksi meliputi tingkat kematangan gonad (TKG) dan IKG.

Makanan

Pada tahap pertama dilakukan pengukuran panjang berat ikan yang sudah diawetkan dengan menggunakan mistar dan timbangan digital. Panjang total ikan diukur mulai dari ujung kepala terdepan yaitu mulut sampai ke bagian ujung sirip ekor. Ikan tilan dibedah dengan menggunakan gunting bedah mulai dari anus sampai ke bagian dorsal di bawah linealateralis, diteruskan sampai ke bagian belakang operculum menuju ke arah ventral hingga ke bagian dasar perut. Otot dibuka dan bagian dalam dikeluarkan dan usus dipisahkan dengan gonad. Panjang usus diukur dan isi lambung dikeluarkan dimasukkan kedalam cawan petri kemudian dikelompok-kelompokkan berdasarkan jenis makanan dan diukur volume makanan dengan memasukkan ke dalam gelas ukur. Jenis makanan dalam usus ikan diidentifikasi berdasarkan Lovett (1981), buku Identifikasi Ikan (Kottelat et al. 1993), identifikasi crustasea (Chace dan Bruce, 1993), dan Freshwater Invertebrates (Pennak, 1953). Untuk memperjelas organisme tersebut dilihat dengan menggunakan mikroskop.

Indeks Kematangan Gonad

Indeks kematangan gonad diukur dengan membandingkan berat gonad dengan berat tubuh ikan (Effendie 1979) :

IKG % =BGBT x

Keterangan :

BG : Berat gonad (gram)


(38)

Tingkat kematangan gonad

Tingkat kematangan gonad ditentukan dengan mengamati ciri-ciri morfologis (Nikolsky 1963) (Tabel 3). Pengamatan secara morfologis dilakukan dengan menggunakan mikroskop, terutama untuk ikan yang berada pada TKG I dan II. Ikan yang diamati fekunditasnya hanya ikan yang berada pada TKG IV dan V dan fekunditas total telur dihitung dengan menggunakan metode gravimetrik sebagai berikut :

F =W x FW

Keterangan :

F : Fekunditas total (butir)

Fso : Fekunditas sub ovarium (butir)

Wso : Berat sub ovarium (gram)

Wo : Berat ovarium (gram)

Pada tahap selanjutnya diameter telur diukur dengan mengambil contoh dari tiga bagian telur yaitu bagian anterior, median, dan posterior yang masing-masingnya sebanyak 100 butir, lalu dengan menggunakan mikrometer okuler dan objektif diukur diameter telurnya. Ini dilakukan untuk mengetahui penyebaran diameter telur, apakah ikan tilan merupakan ikan yang bersifat memijah secara serentak (telur dikeluarkan seluruhnya) atau secara bertahap.

Tabel 3. Tingkat kematangan gonad ikan menurut Nikolsky (1963)

TKG Keterangan Ciri-ciri

I Tidak masak

Individu masih belum berhasrat untuk melakukan reproduksi, ukuran gonad kecil.

II Masa istirahat

Produk seksual belum berkembang, gonad berukuran kecil dan telur tidak dapat dibedakan oleh mata.

III Hampir masak

Telur dapat dibedakan oleh mata, testes berubah dari transparan menjadi warna merah jambu.

IV Masak Produk seksual masak dan mencapai berat maksimum, tetapi produk tidak akan keluar jika diberi sedikit tekanan.

V Reproduksi Bila perut diberi sedikit tekanan maka produk seksual akan keluar dari lubang pelepasan, berat gonad cepat menurun sejak pemijahan mulai hingga berakhir.

VI Keadaan salin

Produk seksual telah dikeluarkan, lubang genital berwarna kemerahan, gonad mengempis, ovarium dan testes berisi gonad sisa.

VII Masa istirahat

Produk seksual telah dikeluarkan, warna kemerah-merahan pada lubang genital telah pulih dan gonad kecil serta telur belum terlihat oleh mata.


(39)

3.6 Analisis data

Analisis makanan dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis makanan yang dimakan oleh ikan tilan di setiap stasiun dan waktu dengan menggunakan Indeks Bagian Terbesar (IP) yang merupakan gabungan metoda frekuensi kejadian dengan metoda volumetrik.

Indeks bagian terbesar dihitung dengan menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Natarajan dan Jhingran (1961) dalamEffendie (1979) yaitu:

IP =∑ V xO xV xO

Keterangan: IPi= indeks bagian terbesar

Vi= persentase volume makanan jenis ke-i

Oi= persentase frekuensi kejadian makanan jenis ke-i

n = jumlah jenis organisme makanan

Urutan makanan ikan dibedakan dalam tiga kelompok yaitu kelompok makanan utama (IP>40%), makanan pelengkap (IP = 4 - 40%) dan makanan tambahan (IP<4%)

Nisbah kelamin

Nisbah kelamin ditentukan dengan membandingkan antara jumlah ikan jantan dengan jumlah ikan betina yang dihitung dengan menggunakan rumus :

x =BJ

Keterangan :

x= nisbah kelamin

j = jumlah ikan jantan (ekor) B = Jumlah ikan betina (ekor)

Keseragaman sebaran nisbah kelamin dilakukan dengan uji Khi-Kuadrat (Steel and Torrie 1989) :

X =∑ O − ee

Keterangan :

X2: nilai bagi peubah acak yang sebaran penarikan contohnya mendekati sebaran Khi-Kuadrat

oi : frekuensi ikan jantan dan betina yang diamati ke-i


(40)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Sungai Musi merupakan sungai terbesar di Sumatera Selatan, panjang sungai yang dapat dilayari kurang lebih mencapai 700 km dan bermuara ke Selat Bangka (Utomo et al. 2007). Sungai Musi memiliki sembilan buah anak sungai yang dikenal sebagai Batanghari Sembilan yaitu Sungai Komering, Sungai Ogan, Sungai Penukal, Sungai Batanghari Leko, Sungai Lematang, Sungai Rawas, Sungai Lakitan, Sungai Kelingi dan Sungai Musi. Aliran airnya melalui beberapa tata guna lahan yang beragam dimulai dari kawasan hutan lindung di bagian hulu, kebun campuran, lahan pertanian, areal pemukiman, kawasan industri dan areal hutan mangrove di bagian hilir (Samuel et al. 2003). Di sepanjang Sungai Musi bagian hilir terutama lokasi yang dijadikan stasiun penelitian mulai dari Pulau Banjar sampai ke Sungai Upang ditumbuhi vegetasi hutan semak belukar dan vegetasi yang dominan adalah kayu pedado (Sonneratia acida).

4.1.1 Sebaran frekuensi panjang

Hasil tangkapan

Hasil tangkapan ikan tilan bervariasi berdasarkan bulan dan tempat, hasil tangkapan terendah ditemukan pada bulan Desember (musim penghujan) yaitu sebanyak 54 ekor dan tertinggi ditemukan pada bulan Juli (312 ekor) yang merupakan musim kemarau. Berdasarkan stasiun, hasil tangkapan terendah ditemukan di stasiun di Pulau Gundul (79 ekor) dan hasil tangkapan tertinggi ditemukan di stasiun Pulau Burung (306 ekor). Ikan tilan tidak tertangkap di Pulau Gundul pada bulan Desember dan bulan Maret di Pulau Gundul serta pada bulan April di Pulau Burung (Tabel 4).


(41)

Tabel 4. Jumlah, kisaran panjang dan berat ikan dari bulan Desember 2007- bulan Juli 2008

Bulan Stasiun n Panjang Berat

L (mm) Rata-rata + SD W (g) Rata-rata + SD

Des-07 P.Banjar 33 284 - 608 394,45 ± 74,49 110 - 630 254,79 ± 136,02

S.Borang 9 195 - 490 312 ± 88,04 20 -290 115,55 ± 85,46

P.Burung 3 212 - 425 323,67 ± 106,87 20 - 225 125 ± 102,59

P.Gundul 0 0 0 0 0

S.Upang 9 315 - 460 378,89 ± 50,48 100 - 340 199,44 - 84,57

Jumlah 54 195 - 608 374,18 ±79,98 20 - 630 215,15 ± 130,06

Jan-08 P.Banjar 62 260 - 635 349,35 ± 67,45 60 - 590 156,93 ± 94,34

S.Borang 2 365 - 370 367,5 ± 3,54 170 -180 175 ± 7,07

P.Burung 17 297 - 486 364,82 ± 53,31 90 - 360 166,76 ± 80,48 P.Gundul 5 520 - 685 566 ± 67,58 500 - 1010 523,33 ± 214,64 S.Upang 11 299 - 640 417,64 ± 103,90 60 - 950 280,90 - 265,50

Jumlah 97 260 - 685 371,35 ± 84,96 60 - 1010 197,37 ± 166,40

Feb-08 P.Banjar 64 252 - 423 334,72 ± 32,47 78 - 235 135,14 ± 37,85

S.Borang 39 231 - 661 375,46 ± 87,92 40 -940 236,15 ± 170,87 P.Burung 22 100 - 487 313,19 ± 81,06 4 - 420 119,23 ± 81,32 P.Gundul 11 100 - 500 357,54 ± 113,37 20 - 420 223,64 ± 149,55 S.Upang 27 320 - 690 468,89 ± 103,25 113 - 984 393,48 - 248,85

JUmlah 163 100 - 690 365,32 ± 90,19 4 - 984 205,93 ± 169,37

Mar-08 P.Banjar 19 195 - 450 340,53 ± 79,28 20 - 387 168,11 ± 105

S.Borang 29 293 - 640 402,90 ± 86,32 80 -999 256,17 ± 199,59 P.Burung 70 264 - 665 358,49 ± 78,42 40 - 1400 194,80 ± 196,02

P.Gundul 0 0 0 0 0

S.Upang 18 180 - 540 384,44 ± 96,97 15 - 449 196,33 - 123,68

Jumlah 136 180 - 665 384,44 ± 96,97 15 - 1400 205,80 ± 179,20

Apr-08 P.Banjar 7 450 - 650 466,25 ± 75,43 300 -870 542,85 ± 227,94

S.Borang 30 274 - 582 433,43 ± 85,59 75 - 510 256,83 ± 138,74

P.Burung 0 0 0 0 0

P.Gundul 9 410 - 690 576,67 ± 86,45 242 - 1035 696,67 ± 241,26 S.Upang 27 170 - 670 401,70 ± 106,68 10 - 650 244,07 - 168,09

Jumlah 73 274 - 690 448,90 ± 109,66 10 - 1035 333,77 ± 234,41

Mei-08 P.Banjar 13 190 - 652 388,76 ± 73,18 16 - 237 145,15 ± 64,31

S.Borang 68 282 - 730 414,97 ± 103,87 64 - 1675 312,04 ± 305,37 P.Burung 35 290 - 513 379,03 ± 55,76 80 - 590 206,71 ± 113,93 P.Gundul 23 300 - 710 419,75 ± 113,87 62 -1137 292,56 ± 276,51 S.Upang 27 202 - 490 358,59 ± 76,29 18 - 399 149,44 - 99,70

Jumlah 166 190 - 730 399,36 ± 93,91 16 - 1675 251,35 ± 238,95

Jul-08 P.Banjar 49 120 - 510 337,59 ± 121,3 6 - 346 157,61 ± 103,28

S.Borang 50 300 - 640 443,86 ± 71,47 83 -724 296,26 ± 132,06 P.Burung 159 110 - 460 263,92 ± 83,71 3 - 314 64,60 ± 57,41 P.Gundul 31 130 - 650 425,75 ± 120,92 6 - 798 326,74 ± 234,07 S.Upang 23 335 - 650 457,74 ±78,15 122 - 924 334,48 - 199,38

Jumlah 312 120 - 650 334,69 ± 122,03 3 -924 162,27 ±163,77

Jumlah seluruh 1001 100-730 369,06 ± 106,11 3 - 1675 208,83 ± 190,76

Secara keseluruhan (Tabel 4) berdasarkan bulan dan stasiun, hasil tangkapan terendah ditemukan di Sungai Borang (dua ekor) pada bulan Januari


(42)

dan hasil tangkapan tertinggi ditemukan di Pulau Burung (159 ekor) pada bulan Juli. Kisaran ukuran panjang yang ditemukan berkisar antara 100-730 mm dengan panjang rata-rata 369,06 ± 106,11 mm dan kisaran berat 3 – 1675 g dengan berat rata-rata 208,83 ± 190,76 g. Ukuran terpanjang (730 mm) dengan berat 1675 g ditemukan pada bulan Mei di stasiun Sungai Borang. Ukuran panjang terendah yaitu panjang 100 mm dengan berat 2 g ditemukan di stasiun Pulau Burung.

Tabel 5. Jumlah, kisaran dan rata-rata panjang dan berat ikan tilan jantan (Mastacembelus erythrotaenia) yang tertangkap dari bulan Desember 2007- Juli 2008

Bulan n L (mm) W (g)

Kisaran Rata-rata Kisaran Rata-rata

Des-07 29 195 - 530 367,83 ± 64,54 20 -570 204,93 ± 108,47

Jan-08 57 260 -640 357,26 ± 66,80 60 - 950 169,09 ± 129,01

Feb-08 88 100 - 583 356,37 ± 80,22 4 - 695 186,35 ± 133,19

Mar-08 79 280 - 640 357,56 ± 81,95 15 -999 186,01 ± 150,44

Apr-08 40 170- 670 429,57 ± 116,25 10 - 970 298,12 ± 238,56

Mei-08 68 190 -730 401,28 ±109,79 16 - 1675 268,98 ± 301,67

Jul-08 150 110 - 650 326,09 ± 120,49 2 -783 150,20 ± 157,54

Jumlah 511 110 - 730 360,12 ± 103,22 2 - 1675 194,56 ± 186,94

Selama penelitian ikan tilan yang diamati berjumlah 1001 ekor yang terdiri atas ikan jantan 511 ekor dan ikan betina 490 ekor. Ukuran panjang ikan jantan terkecil ditemukan pada bulan Juli (110 mm) dan ukuran panjang terbesar ditemukan pada bulan Mei (730 mm) dengan panjang rata-rata 360,12 ± 103,22 mm dengan berat terendah 2 g dan tertinggi 1675 g dengan berat rata-rata 194,56 ± 186,94 g (Tabel 5)

Tabel 6. Jumlah, kisaran dan rata-rata panjang dan berat ikan tilan betina (Mastacembelus erythrotaenia) yang tertangkap dari bulan Desember 2007- Juli 200

Bulan n L (mm) W (g)

Kisaran Rata-rata Kisaran Rata-rata

Des-07 25 212 - 608 366,88 ± 95,71 20 -630 227,00 ±152,82

Jan-08 40 275 -685 391,42 ± 103,24 90 -1010 237,67 ± 203,53 Feb-08 75 100 - 690 375,83 ± 100,18 20 - 984 228.89 ± 202,38 Mar-08 57 200 -665 384,58 ± 86,47 28 - 1400 233,24 ± 211,12 Apr-08 33 285 - 690 472,30 ± 97,76 75 - 1035 376,97 ± 225,30

Mei-08 98 235 -710 398,03 ± 81,68 38 -1137 239,12 ± 184,11

Jul-08 162 115 -650 342,65 ± 123,28 4 -924 173,32 ± 169,19


(43)

Ukuran panjang dengan ukuran panjang terpanjang 710 mm dengan terendah 4g dan tertinggi 6).

Sebaran frekuensi panjang ikan tilan Berdasarkan stasiun, tertinggi di stasiun Pulau Sungai Borang (51 ekor) oleh kelompok ukuran kelompok ukuran lainnya

Gambar 3. Sebaran

erythrotaenia 0 20 40 60 80 100 n =247 0 20 40 60 80 100

n = 306

0 100 200 300 400 500 1 0 0 -1 4 9 1 5 0 -1 9 9 n= 1001

panjang ikan tilan betina terendah ditemukan pada

panjang 100 mm dan tertinggi pada bulan Mei dengan mm dengan panjang rata-rata 378,38 ± 108,36 mm

tertinggi 1400 g dengan berat rata-rata 223,66 ± 186,98

Sebaran frekuensi panjang ikan tilan

Berdasarkan stasiun, kelompok ukuran 300-349 mm penyebarannya stasiun Pulau Banjar (89 ekor), stasiun Pulau Burung

(51 ekor) sedangkan Pulau Gundul dan Pulau Burung ukuran 350-399 mm walaupun tidak terlalu jauh berbeda kelompok ukuran lainnya.

Sebaran frekuensi panjang ikan tilan (

erythrotaenia) di Sungai Musi berdasarkan stasiun

n =247 Pulau Banjar 0 20 40 60 80 100 n= 227 Sungai

n = 306 P.Burung

0 20 40 60 80 100

n = 76

1 5 0 -1 9 9 2 0 0 -2 4 9 2 5 0 -2 9 9 3 0 0 -3 4 9 3 5 0 -3 9 9 4 0 0 -4 4 9 4 5 0 -4 9 9 5 0 0 -5 4 9 5 5 0 -5 9 9 6 0 0 -6 4 9 6 5 0 -6 9 9 7 0 0 -7 4 9 n= 1001

Selang panjang (mm) Seluruh 0 20 40 60 80 100 1 0 0 -1 4 9 1 5 0 -1 9 9 2 0 0 -2 4 9 2 5 0 -2 9 9 3 0 0 -3 4 9 3 5 0 -3 9 9 4 0 0 -4 4 9

n = 142

Selang panjang (mm)

ditemukan pada bulan Februari Mei dengan ukuran mm. Ukuran berat 223,66 ± 186,98 g (Tabel

mm penyebarannya Burung (91 ekor) dan Pulau Burung didominasi jauh berbeda dengan

tilan (Mastacembelus (dalam ekor) Sungai Borang P. Gundul 4 0 0 -4 4 9 4 5 0 -4 9 9 5 0 0 -5 4 9 5 5 0 -5 9 9 6 0 0 -6 4 9 6 5 0 -6 9 9 7 0 0 -7 4 9 panjang (mm) S. Upang


(44)

Secara keseluruhan selang kelas 300-349

sebanyak 190 ekor kemudian sebanyak 160 ekor. Ukuran ditemukan sebanyak 19 700-749 mm ditemukan han yang terdapat di ke lima 749 mm (Gambar 3).

Gambar 4. Sebaran

erythrotaenia 0 20 40 60 80 100 n=54 0 20 40 60 80 100 n =163 0 20 40 60 80 100 n =73 0 20 40 60 80 100 1 0 0 -1 4 9 1 5 0 -1 9 9 2 0 0 -2 4 9 2 5 0 -2 9 9

n = 312

Selang panjang (mm)

keseluruhan kelompok ukuran yang mendominasi 349 mm sebanyak 254 ekor, kelas panjang ekor kemudian diikuti oleh ukuran kelas panjang

ekor. Ukuran kelas terendah yaitu kelas panjang sebanyak 19 ekor sedangkan kelas ukuran tertinggi yaitu

temukan hanya empat ekor. Selang kelas ukuran panjang

ke lima stasiun selama tujuh bulan penelitian berkisar antara 100

Sebaran frekuensi panjang ikan tilan (

ythrotaenia) di Sungai Musi berdasarkan bulan

n=54 Desember 0 20 40 60 80 100 n =97 Januari 163 Februari 0 20 40 60 80 100

n = 136

Maret April 0 20 40 60 80 100 Mei 2 5 0 -2 9 9 3 0 0 -3 4 9 3 5 0 -3 9 9 4 0 0 -4 4 9 4 5 0 -4 9 9 5 0 0 -5 4 9 5 5 0 -5 9 9 6 0 0 -6 4 9 6 5 0 -6 9 9 7 0 0 -7 4 9

Selang panjang (mm) Juli 0 50 100 150 200 250 1 0 0 -1 4 9 1 5 0 -1 9 9 2 0 0 -2 4 9 2 5 0 -2 9 9 3 0 0 -3 4 9 3 5 0 -3 9 9 4 0 0 -4 4 9 4 5 0 -4 9 9 5 0 0 -5 4 9 5 5 0 -5 9 9 6 0 0 -6 4 9

n = 1001

Selang panjang (mm) Seluruh n = 166

mendominasi yaitu pada panjang 350-399 mm

panjang 400-449 mm panjang 100-149 mm tertinggi yaitu selang kelas

kuran panjang ikan tilan bulan penelitian berkisar antara

100-tilan (Mastacembelus

Januari Maret Mei 6 0 0 -6 4 9 6 5 0 -6 9 9 7 0 0 -7 4 9 Seluruh


(45)

Berdasarkan waktu penangkapan, selang kelas ukuran panjang 300-349 mm mendominasi pada bulan Januari (40 ekor), bulan Maret (46 ekor) dan bulan Mei (43 ekor) sedangkan selang kelas ukuran panjang 350-399 mm (59 ekor) mendominasi pada bulan Februari. Pada bulan April selang ukuran 450-499 mm lebih banyak tertangkap (14 ekor). Pada bulan Desember dan bulan Juli, kelas ukuran panjang 350-399 mm lebih banyak tertangkap walaupun tidak begitu menonjol. Secara keseluruhan hasil tangkapan didominasi selang ukuran 300-349 mm sebanyak 254 ekor diikuti oleh selang ukuran 350 – 399 mm (190 ekor), selang ukuran 400 – 449 mm sebanyak 147 ekor dan ukuran 450 – 499 mm sebanyak 106 ekor (Gambar 4).

4.1.2 Makanan

Ikan tilan yang lambungnya berisi berjumlah 831 ekor, 393 ekor ikan betina dan 438 ekor ikan jantan. Secara umum baik di stasiun satu sampai stasiun Tabel 7. Indeks bagian terbesar (%) jenis makanan ikan tilan (Mastacembelus

erythrotaenia) secara umum Kelompok

makanan Komposisi makanan IP St 1 St 2 St 3 St 4 St 5

A. Crustacea

1. Ketam : - Sesarma eydouxi 92,29 v v v v v

- Potongan ketam 0,14 v v - v v

2. Udang :

- Macrobrachium

rosenbergii 1 v v v v v

- Metapenaeus lysianassa 0,03 v v - - v - Macrobrachium mirabile 0,00* - v v - v

- Macrobrachiumsp. 3,39 v v v - v

- Macrobrachium equidens 0,5 v v v v v

- Potongan udang 1,1 v v v v v

B. Gastropoda :

- Bithinia sp. 0,04 v v v - v

-Gyrotoma sp. 0,00* v - - -

--Lambar (Meghimatium sp.) 0,91 v v v v v

C. Pelecypoda :

- Ferrisiasp. 0,01 v v - -

-D. Pisces :

- Rasborasp. 0,00* - v - -

-E. Insekta :

1. Larva capung - Nasiaeschna pentachanta 0,18 v v v -

-F. Serasah 0,34 v v v v v

G. Tidak teridentifikasi 0,07 v v v v v

100

Keterangan : St (stasiun) 1= P.Banjar, St 2 = S. Borang, St 3 = Pulau Burung, St 4 = Pulau Gundul, St 5 = Sungai Upang * = terdapat nilai dalam jumlah yang sangat kecil

v = ada - = tidak ada


(46)

lima makanan ikan tilan terdiri atas tujuh kelompok yaitu crustacea, gastropoda, pelecypoda, pisces, insekta, serasah dan material yang tidak teridentifikasi (Lampiran 3). Ketujuh kelompok tersebut terdiri atas Sesarma eydouxi, Macrobrachium rossenbergii, Metapenaeus lysianassa, Macrobrachium mirabile, Macrobrachium sp., Macrobrachium equidens, Bithinia sp., Gyrotoma sp., Pleurocera sp. Meghimatium sp., Ferrisia sp., Rasbora sp., Nasiaeschna pentachanta, serasah, dan material tidak teridentifikasi (Tabel 7).

Secara umum, nilai IP tertinggi terdapat pada kepiting (Sesarma eydouxi) dengan nilai IP sebesar 91,93 (Gambar 5). Sesarma eydouximerupakan makanan utama karena dikonsumsi dalam jumlah yang banyak. Di samping ketam, makanan sekunder ikan tilan adalah udang yang terdiri atas lima jenis yaitu udang sampah (Macrobrachium equidens), udang mahkota (Macrobrachium mirabile), udang pepe (Metapenaeus lysianassa), udang galah (Macrobrachium rosenbergii) dan jenis udang lainnya (Macrobrachiumsp.).

Gambar 5. Makanan ikan tilan (Mastacembelus erythrotaenia) secara umum

Makanan sekunder ikan tilan pada bulan Desember berupa

Macrobrachium rosenbergii dengan IP sebesar 12,79, sedangkan bulan Februari dan Maret berupa Macrobrachium sp. dengan nilai IP masing-masing sebesar 14,71 dan 27,95. Pada bulan Maret proporsi nilai IP makanan sekunder terhadap makanan utama cukup besar dibandingkan dengan bulan lainnya. Nilai IP

92,29

0,14 1,00 0,89 1,10 0,91 0,01 0,18 0,34 0,07

0 20 40 60 80 100

I

n

d

e

k

s

b

a

g

ia

n

te

r

b

e

sa

r


(47)

kepiting (Sesarma eydouxi) sebesar 70,20, sedangkan nilai IP makanan sekundernya (Macrobrachium sp.) sebesar 27,95. Pada bulan Januari, April, Mei, dan Juli tidak terdapat makanan sekunder karena jenis makanan lainnya dikonsumsi dalam jumlah yang sangat sedikit (Tabel 8).

Tabel 8. Indeks bagian terbesar (%) jenis makanan ikan tilan (Mastacembelus erythrotaenia) berdasarkan waktu pengambilan contoh

Jenis makanan Desember Januari Februari Maret April Mei Juli

Sesarma eydouxi 78,09 90,41 80,20 70,20 98,02 92,12 87,31 Potongan kepiting 0 0 0 0,02 0,01 0,08 2,59

Macrobracium rosenbergii 12,79 0,21 0 0 0 0 0,01

Macrobrachium mirabile 0 0 0 0 0 0,00 0,03

Metapenaeus lysianassa 0 0,17 0 0 0 0,00 0,27

Macrobracium sp. 0 0 14,71 27,95 0,31 3,44 0,46 Potongan udang 0 0 4,82 0,37 0,05 1,54 0,26

Macrobrachium equidens 8,85 9,14 0 0 0 0,00 0,16 Pleurocera 0 0 0,00 0,00 0 0 0 Gyrotoma 0 0 0,00 0,00 0 0 0 Bithinia 0 0,05 0,01 0,01 0,02 0,00 0,00

Meghimatium 0 0 0,03 0,96 0,37 0,98 7,20 Ferrisia 0,28 0 0 0 0 0 0

Rasborasp. 0 0 0,00 0 0 0 0

Nasiaeschna pentachanta 0 0 0,00 0,48 0,51 0,93 0,04 Serasah 0 0,03 0,22 0,36 0,73 0,85 0,52 Tidak teridentifikasi 0 0 0,00 0,00 0,00 0,06 1,16 Jumlah jenis makanan 4 6 11 11 9 12 13

Secara umum jenis makanan ikan tilan di setiap stasiun penelitian cukup bervariasi (Tabel 9). Di stasiun Pulau Banjar terdapat 14 jenis makanan, di Sungai Borang terdapat 15 jenis, di Stasiun Pulau Burung terdapat 14 jenis, di Stasiun Pulau Gundul terdapat 8 jenis dan di Sungai Upang terdapat 12 jenis.

Jenis makanan yang mendominasi (makanan utama) di setiap stasiun penelitian adalah kepiting (Sesarma eydouxi). Perbedaan nilai IP antara kepiting dengan organisme makanan yang lainnya sangat besar. Nilai IP kepiting (Sesarma eydouxi) tersebut berkisar pada 83,16 - 98,77.

Makanan sekunder ikan tilan di stasiun Sungai Borang dan Pulau Burung berupaMacrobrachium sp. dengan nilai IP masing-masing sebesar 9,62 dan 7,58, sedangkan di stasiun Pulau Banjar berupa Macrobrachium equidens dengan nilai IP 7,50. Di stasiun Pulau Gundul dan Sungai Upang ikan tilan tidak mempunyai makanan sekunder, dengan jenis makanan yang lain dikonsumsi dalam proporsi yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan makanan utamanya.


(48)

Tabel 9. Indeks bagian terbesar jenis makanan ikan tilan (Mastacembelus erythrotaenia) berdasarkan stasiun

Jenis makanan

Pulau Banjar

Sungai Borang

Pulau Burung

Pulau Gundul

Sungai Upang

Sesarma eydouxi 87,93 83,16 88,52 92,6 98,77

Potongan kepiting 0,06 0,03 0,23 1 0,12

Macrobracium rosenbergii 0,78 0,81 0,02 0,09 0

Macrobrachium mirabile 0 0 0 0 0

Metapenaeus lysianassa 0,01 0,11 0,03 0 0

Macrobraciumsp. 2,23 9,62 7,58 0 0,75

Macrobrachium equidens 7,5 0,2 0,5 0 0

Potongan udang 0,63 0,11 1,56 0,04 0,15

Gyrotoma 0 0 0 0 0

Bithinia 0,06 0,3 0 0 0

Meghimatium 0,27 3,56 1,06 1,13 0,12

Ferrisia sp. 0,04 0,01 0 0 0

Rasbora sp. 0 0 0 0 0

Nasiaeschna pentachanta 0,48 1,14 0,02 0 0

Serasah 0 0,88 0,43 2,81 0,08

Tidak teridentifikasi 0 0,05 0,03 2,34 0

Jumlah jenis makanan 14 15 13 8 12

4.1.3 Reproduksi

Dari penelitian selama tujuh bulan terlihat bahwa ikan tilan berdasarkan jenis kelaminnya ada dua macam yaitu jantan dan betina, sehingga dari sini dapat

disimpulkan bahwa ikan tilan termasuk jenis ikan gonokhoris yang

berdiferensiasi, yaitu ikan yang sepanjang hidupnya memiliki jenis kelamin yang sama.

Nisbah kelamin

Nisbah kelamin antara ikan jantan dan ikan betina berbanding 1,04:1 (ikan jantan 51,05% dan ikan betina 48,95%), Secara statistik dengan uji X2, tidak ada perbedaan (P<0,05) rasio jenis kelamin. Hal ini menunjukkan bahwa penyebaran antara ikan tilan jantan dengan ikan betina di perairan selama penelitian seimbang (Lampiran 4).

Berdasarkan stasiun, perbandingan ikan jantan dengan ikan betina seimbang di stasiun Pulau Banjar, Sungai Borang dan Pulau Burung (P<0,05) dan perbandingan ini tidak seimbang di Pulau Gundul dan di Sungai Upang (P>0,05) (Lampiran 5). Berdasarkan bulan, nisbah kelamin ikan jantan dan ikan betina


(49)

seimbang pada bulan Desember, Februari, Maret, April, Juli (P<0,05) dan tidak seimbang pada bulan Januari dan Mei (P>0,05) (Lampiran 6).

Tingkat Kematangan Gonad (TKG)

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa gonad dan testis berbentuk pipa memanjang mulai dari anus yang panjangnya hampir mendekati panjang usus. Gonad ikan betina TKG III-V membesar dengan diameter 5 mm (TKG III) sampai 10 mm (TKG IV) (Lampiran 7), testis memanjang dan mengisi penuh rongga testis pada TKG IV.

Tabel 10 menunjukkan bahwa ikan tilan betina dalam perkembangan gonadnya terdiri dari 6 tingkatan yaitu tingkat I, gonad dalam keadaan belum berkembang dan belum dapat dibedakan antara gonad dengan testis. Pada tahap ke II, gonad sudah dapat dibedakan antara ikan jantan dan ikan betina yaitu gonad berwarna merah jambu muda dan testis berwarna putih kekuningan. Pada TKG III, gonad berwarna merah jambu tua dan telah terlihat butir-butir halus dengan ukuran yang tidak sama, TKG IV, gonad sudah terlihat jelas dan TKG V ikan tilan berada pada kondisi siap mijah (Tabel 10, Lampiran 7).

Tabel 10. Tingkat kematangan gonad ikan tilan berdasarkan Nikolsky (1963)

TKG Jantan Betina

I

Testis berbentuk seperti benang Gonad berbentuk seperti benang berwarna putih trasparan dan berwarna putih trasparan dan tertutup oleh banyak lemak tertutup oleh banyak lemak

II

testis lebih besar berwarna putih Gonad lebih membesar dengan susu dan tertutup oleh lapisan warna berubah menjadi merah lemak tubuh. jambu muda dan masih tertutup lemak

III

Testis membesar pada bagian Gonad berwarna merah jambu tua dekat dubur, dan mengisi dengan bentuk transparan dan terlihat sperempat bagian testis jelas butir-butiran telur dengan ukuran

tidak seragam, jaringan lemak sudah mulai berkurang

IV

Testis lebih besar dari TKG III dan Gonad mulai berubah warna putih terisi penuh dengan sperma hampir transparan dengan telur berwarna seluruh dari bagian testis. kuning muda dan terlihat jelas

butir-butiran telur dengan ukuran mulai seragam

V

Gonad berwarna transparan dan Tidak ditemukan terlihat dengan jelas butir-butiran

telur yang membesar dan siap pijah

VI

Gonad mengkerut, dinding gonad Tidak ditemukan menebal dengan warna merah

pucat dan butiran butiran telur sisa sudah tidak membulat


(50)

Berdasarkan stasiun, TKG I tertinggi ditemukan Sungai Borang yaitu sebanyak TKG III tertinggi ditemukan tiga ekor betina. Ikan sebanyak tujuh ekor sebanyak tiga ekor. Ikan ditemukan di Sungai

ditemukan di Pulau Banjar dan Sungai Upang (Lampiran 8, Gambar 6)

Gambar 6. Persentase tin berdasarkan stasiun. Ikan tilan jantan

TKG II (35 ekor) ditemukan ditemukan pada bulan sampai pada bulan Juli. tertinggi ditemukan pada Desember - Januari dan serta TKG V ditemukan pada

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% T K G

Jantan n = 511

Stasiun

Berdasarkan stasiun, ikan tilan jantan (134 ekor) dan betina tertinggi ditemukan di stasiun Pulau Burung dan TKG

yaitu sebanyak 60 ekor jantan dan 73 ekor betina. tertinggi ditemukan di Pulau Banjar sebanyak delapan ekor

betina. Ikan jantan TKG IV tertinggi ditemukan di ekor dan ikan betina tertinggi ditemukan di ekor. Ikan jantan TKG V tidak ditemukan dan ikan Sungai Borang sebanyak dua ekor. Ikan betina ditemukan di Pulau Banjar dan Sungai Upang (Lampiran 8, Gambar 6)

Gambar 6. Persentase tingkat kematangan gonad ikan tilan jantan d berdasarkan stasiun.

tilan jantan TKG 1 (123 ekor) tertinggi ditemukan pada ekor) ditemukan pada bulan Februari dan TKG III

pada bulan Desember – Januari, setelah itu tidak ditemukan bulan Juli. Ikan tilan betina TKG I (90 ekor) dan TKG

ditemukan pada bulan Juli (Lampiran 8). TKG III ditemukan Januari dan TKG IV ditemukan pada bulan Februari serta TKG V ditemukan pada bulan Januari (Lampiran 8).

Jantan n = 511

TKG IV TKG III TKG II TKG I Stasiun 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Stasiun Betina n = 490

dan betina (112 ekor) TKG II tertinggi di ekor betina. Ikan jantan delapan ekor jantan dan ditemukan di Pulau Banjar ditemukan di Pulau Gundul dan ikan betina TKG V TKG VI (salin) ditemukan di Pulau Banjar dan Sungai Upang (Lampiran 8, Gambar 6)

tilan jantan dan betina

ditemukan pada bulan Juli, TKG III dan TKG IV tidak ditemukan lagi dan TKG II (69 ekor) ditemukan dari bulan Februari dan bulan Mei

TKG VI TKG V TKG IV TKG III TKG II TKG I


(51)

Gambar 7. Persentase tingkat kematangan gonad ikan tilan jantan (TKG I dan betina (TKG I

Dari Gambar Desember dan Januari Desember – Januari ditemukan tidak ditemukan lagi.

jantan dengan TKG I dan II yang didominasi T Untuk ikan betina,

pada bulan Januari ditemukan selanjutnya. TKG IV ditemukan dan TKG V ditemukan pada bula

TKG I dan II yang ditemukan yang didominasi oleh TKG I. Pada penelitian

ekor, TKG V sebanyak dari bulan Desember sampai tilan dengan panjang 383 ukuran terbesar matang Dilihat dari IKG yang yang sedikit, namun waktu yaitu dimulai dari bulan De

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% T K G Bulan Jantan n = 511

Gambar 7. Persentase tingkat kematangan gonad ikan tilan jantan (TKG I dan betina (TKG I-VI) dari bulan Desember 2007-Juli 2008 Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa persentase TKG II tertin

Januari baik untuk ikan jantan maupun ikan Januari ditemukan ikan jantan TKG III - IV dan setelah ditemukan lagi. Bulan Februari sampai bulan Juli hanya ditemukan jantan dengan TKG I dan II yang didominasi TKG I.

ikan betina, TKG I dan II mendominasi, pada bulan Januari ditemukan TKG III dan tidak ditemukan pada

TKG IV ditemukan pada bulan Desember, Februari, Maret temukan pada bulan Februari dan bulan Mei . Pada bulan TKG I dan II yang ditemukan yang didominasi oleh TKG I.

penelitian ini ditemukan ikan betina pada TKG IV seban sebanyak dua ekor dan TKG VI (artesia) sebanyak Desember sampai bulan Mei. Dari Tabel 11 dapat dilihat

panjang 383 mm dan berat 161 g telah matang gonad

ukuran terbesar matang gonad yaitu ukuran panjang 690 mm dengan berat IKG yang kecil menunjukkan bahwa ikan tilan memiliki

namun waktu pemijahan cukup panjang selama musim yaitu dimulai dari bulan Desember sampai bulan Mei (Tabel 11).

Bulan

TKG IV TKG III TKG II TKG I

n = 511

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Bulan Betina n = 490

Gambar 7. Persentase tingkat kematangan gonad ikan tilan jantan (TKG I-IV) Juli 2008

G II tertinggi pada bulan maupun ikan betina. Bulan dan setelah itu sudah hanya ditemukan ikan

pada bulan Desember dan ditemukan pada pengamatan Februari, Maret dan April . Pada bulan Juli hanya

IV sebanyak delapan sebanyak dua ekor mulai dapat dilihat bahwa ikan gonad (TKG IV) dan dengan berat 1035 g. tilan memiliki fekunditas selama musim penghujan

TKG VI TKG V TKG IV TKG III TKG II TKG I


(52)

Tabel 11. Berat Gonad, IKG dan fekunditas ikan tilan TKG IV, V dan VI berdasarkan stasiun dan waktu pengambilan contoh

No Bulan Panjang Berat TKG Berat IKG Fekunditas (mm) (g) Gonad

1 Januari 545 570 VI 6,3 1,1053 995 2 Januari 635 590 VI 12,3 2,0847 1889 3 Februari 383 161 IV 8,62 5,354 5790 4 Februari 590 777 IV 5,5 0,7078 2407 5 Februari 480 410 V 18,14 4,4244 3225 6 Maret 460 350 IV 2,88 0,8229 4419 7 April 610 800 IV 4,66 0,5825 6922 8 April 580 770 IV 3,33 0,4325 5508 9 April 570 660 IV 3,05 0,4621 2759 10 April 690 1035 IV 6,61 0,6386 9057 11 Mei 462 350 IV 5,45 1,5571 1918 12 Mei 580 650 V 15,18 2,3354 4533

Selang ukuran dimeter telur dikelompokkan menjadi 12 kelas dengan lebar kelas 0,2 mm. Diameter telur ikan tilan TKG IV berkisar antara 0,1-2,49 mm dengan frekuensi terbesar pada selang ukuran 0,50-0,69 mm sebanyak 21,12%, selang ukuran 0,70-0,89 mm (20,07 %) dan selang ukuran 0,9 – 1,09 mm (20,79%). Pada TKG V diameter telur berkisar antara 0,50-2,49 mm dengan frekuensi terbesar pada selang ukuran 1,70-1,89 mm sebanyak 21 %, selang ukuran 1,90 -2,09 (17,78%) dan selang kelas 1,30-1,49 sebanyak 17,67% (Tabel 12).

Tabel 12. Selang ukuran diameter telur (mm) dan persentase jumlah telur ikan tilan (Mastacembelus erythrotaenia) TKG IV dan V

Ukuran diameter TKG IV TKG V

n % n %

0,10-0,29 1 0,06 0 0

0,30-0,49 234 13,01 0 0 0,50-0,69 380 21,12 1 0,11 0,70-0,89 361 20,07 5 0,55 0,90-1,09 374 20,79 55 6,11 1,10-1,29 141 7,84 87 9,67 1,30-1,49 151 8,39 159 17,67 1,50-1,69 97 5,39 105 11,67 1,70-1,89 53 2,95 196 21,78 1,90-2,09 1 0,06 160 17,78 2,10-2,29 4 0,22 110 12,22 2,30-2,49 2 0,11 22 2,44 Jumlah 1799 100 900 100


(53)

Gambar 8. Grafik sebaran diameter telur ikan tilan (Mastacembelus erythrotaenia) TKG IV dan TKG V

Grafik sebaran diameter telur menunjukkan bahwa TKG IV masih berada pada selang ukuran 0,1-0,89 mm sedangkan diameter telur pada TKG V lebih bergeser ke kanan yang menunjukkan ukuran diameter yang semakin membesar yaitu pada selang ukuran terbanyak berkisar antara 1,30-2,09 mm. Sebaran diameter telur baik TKG IV maupun TKG V masing-masing memilki dua modus yang kelihatan jelas yang menunjukkan bahwa ikan tilan mengeluarkan telur sedikit demi sedikit, diduga ikan tilan memijah secara bertahap (Gambar 8). Indeks Kematangan gonad

Berdasarkan stasiun, indeks kematangan gonad (IKG) rata-rata ikan jantan berkisar antara 0,17 – 0,43% dan ikan betina berkisar antara 0,30 – 0,96%. Berdasarkan bulan, IKG rata-rata ikan jantan berkisar antara 0,17-0,43% dan ikan

0 5 10 15 20 25

n = 1799 butir

TKG IV 0 5 10 15 20 25 0 ,1 0 -0 ,2 9 0 ,3 0 -0 ,4 9 0 ,5 0 -0 ,6 9 0 ,7 0 -0 ,8 9 0 ,9 0 -1 ,0 9 1 ,1 0 -1 ,2 9 1 ,3 0 -1 ,4 9 1 ,5 0 -1 ,6 9 1 ,7 0 -1 ,8 9 1 ,9 0 -2 ,0 9 2 ,1 0 -2 ,2 9 2 ,3 0 -2 ,4 9 TKG V n=900 butir J u m la h t el u r ( %)


(54)

betina berkisar antara 0,30-0,92 %. IKG ikan betina lebih besar dari ikan jantan baik berdasarkan stasiun maupun berdasarkan bulan (Tabel 13).

Tabel 13. IKG rata-rata ikan tilan jantan dan betina dari bulan Februari sampai bulan Juli 2008 (dalam %)

Rata-rata ± SD

Bulan Jantan Betina

Februari 0,17 ±0,11 0,30 ± 0,78

Maret 0,30 ±0,16 0,31 ± 0,22

April 0,43 ±0,57 0,41 ± 0,23

Mei 0,30 ± 0,21 0,31 ± 29

Juli 0,43 ± 1,14 0,92 ± 2,33

4.1.4 Sifat fisika kimia air

Pada saat dilakukan penelitian, bulan Desember sampai bulan Maret merupakan musim penghujan, bulan April – Mei merupakan musim peralihan antara musim penghujan dengan musim kemarau dan bulan Juli merupakan musim kemarau. Pada musim penghujan suhu tidak banyak berbeda antara stasiun Pulau Banjar sampai Pulau Gundul dimana suhu berkisar antara 27,00-29,70oC dan suhu tertinggi (31,30oC) terjadi pada musim kemarau. Kecerahan berkisar antara 15,00-59,00 cm. Kecerahan tertinggi ditemukan di Pulau Gundul, hal ini disebabkan pada musim penghujan gelombang besar sehingga terjadi pengadukan yang menyebabkan kecerahan di perairan Pulau Gundul lebih tinggi dibandingkan stasiun lainnya. Kedalaman berkisar antara 1,90 - 6,50 m, kedalaman tertinggi terdapat di Pulau Burung yaitu berkisar antara 5,20 - 6,50 m. Kekeruhan berkisar antara 16,10 - 55,7 NTU, kekeruhan tertinggi terdapat di stasiun Pulau Banjar yaitu berkisar antara 51,50 - 55,70 NTU, pada musim peralihan kekeruhan ini meningkat menjadi 71,55 NTU (Lampiran 8).

Sifat kimia perairan pada musim penghujan juga tidak banyak berbeda antara stasiun yang satu dengan stasiun lainnya. Nilai oksigen berkisar antara 4,25 - 6,75 mg/l, nilai ini menurun pada musim peralihan yaitu berkisar antara 3,92 - 4,80 mg/l dan pada musim kemarau kembali normal yaitu berkisar antara 4,64 - 5,66 mg/l. Nilai N-NH3 berkisar antara 0,059-0,434 mg/l pada musim


(1)

S.Upang

 

1268 , 9 71

71 53 71

89 2 2

2     

hitung x

Tabel Uji Khi-Kuadratnisbah kelamin ikan tilan (Mastacembelus erythrotaenia) berdasarkan stasiun

Stasiun Jantan Betina X2 hitung X tabel Nisbah kelamin

P.Banjar 131 116 0,9109 3,841 Seimbang

S.Borang 106 121 0,8596 3,841 Seimbang

P.Burung 154 152 6,535947712-03 3,841 Seimbang

P.Gundul 31 48 3,6582 3,841 seimbang


(2)

Lampiran 6. Uji Khi-Kuadrat terhadap rasio kelamin ikan tilan (Mastacembelus erythrotaenia) berdasarkan bulan.

Berdasarkan bulan

Bulan Jantan Frekuensi Betina Frekuensi Jumlah

harapan harapan

Desember 29 27 25 27 54

Januari 57 48,5 40 48,5 97

Februari 88 81,5 75 81,5 163

Maret 79 68 57 68 136

April 40 36,5 33 36,5 73

Mei 68 83 98 83 166

Juli 150 156 162 156 312

Jumlah 511 490 1001

Hipotesa

Ho= S1=S2=S3=S4=S5 H1= S1 # S2 # S3 # S4 # S5 Desember

 

 

 27 27 25 27

29 2 2

2 hitung x 0,2963 Januari

 

5 , 48 5 , 48 40 5 , 48

57 2 2

2hitung    

x =5,3518 Februari

 

 

 5 , 81 5 , 81 75 5 , 81

88 2 2

2 hitung x 1,0368 Maret

 

68 68 57 68

79 2 2

2    

hitung


(3)

April

 

5 , 36 5 , 36 33 5 , 36

40 2 2

2    

hitung

x = 0,3356

Mei

 

83 83 98 83

68 2 2

2   

hitung

x = 5,4217

Juli

 

156 156 162 156

150 2 2

2   

hitung

x = 0,4615

Tabel Uji Khi-Kuadratnisbah kelamin ikan tilan (Mastacembelus erythrotaenia) berdasarkan bulan

Bulan Jantan Betina

X2 hitung

X

tabel Nisbah kelamin

Desember 29 25 0,2963 3,841 seimbang

Januari 57 40 5,3518 3,841 Tidak seimbang

Februari 88 75 1,0368 3,841 Seimbang

Maret 79 57 1,7794 3,841 Seimbang

April 40 33 0,3356 3,841 Seimbang

Mei 68 98 5,4217 3,841 Tidak seimbang


(4)

Lampiran 7. Foto gonad TKG III, IV dan V

Gonad TKG III

Gonad TKG IV


(5)

Lampiran 8. Jumlah ikan jantan dan betina yang tertangkap berdasarkan TKG di setiap stasiun dan waktu

a. Jumlah ikan jantan dan betina TKG I – VI yang tertangkap pada stasiun pengamatan

Stasiun

Jantan

Jumlah

Betina

Jumlah

I II III IV I II III IV V VI

P. Banjar 73 43 8 7 131 54 53 3 2 - 1 113

S. Borang 44 60 - 2 106 44 73 2 2 2 - 123

P.Burung 134 15 2 3 154 112 41 2 - - 155

P.Gundul 21 10 - - 31 20 21 1 3 - - 45

S.Upang 46 38 3 2 89 19 31 2 1 - 1 53

Jumlah 318 166 13 14 511 249 219 10 8 2 2 490

b. Jumlah ikan jantan dan betina TKG I- VI yang tertangkap pada bulan Desember 2007 sampai bulan Juli 2008

Bulan Jantan Jumlah Betina Jumlah

I II III IV I II III IV V VI

Desember 10 13 5 1 29 9 12 7 1 - - 29

Januari 15 21 8 13 57 15 18 3 - - 2 38

Februari 53 35 - - 88 37 32 - 2 1 - 72

Maret 49 30 - - 79 32 24 - 1 - - 57

April 25 15 - - 40 20 14 - 3 - - 37

Mei 43 25 - - 68 46 50 - 1 1 - 98

Juli 123 27 - - 150 90 69 - - - - 159


(6)

Lampiran 8. Nilai pengamatan sifat fisika-kimia perairan di lima stasiun penelitian selama musim penghujan, peralihan dan musim kemarau

Parameter Musim penghujan musim peralihan Musim kemarau

Sta 1 Sta 2 Sta 3 Sta 4 Sta 5 Sta 1 Sta 2 Sta 3 Sta 4 Sta 5 Sta 1 Sta 2 Sta 3 Sta 4 Sta 5 Fisika

1. Suhu (oC) 29,50-29,70 27,90-29,30 27,00-28,70 28,89-29,10 28,00-29,10 29,25 31,30 28,00 29,00 29,25 29,25 31,30 28,00 29,00 29,25

2. Kecerahan

(cm) 17,50-23,00 21,25-35,00 15,00-51,00 50,00-59,00 22,50-53,00 40,00 20,00 25,00 15,00 25,00 29,00 38,00 51,00 59,00 55,00 3. DHL (µS/ cm) 25,45 22,25-23,20 19,60-21,30 19,80-20,00 1995-20,65 21,00 25,20 21,80 20,10 23,60 78,20 74,60 56,20 55,90 57,60 4.Kedalaman (m) 1,90-2,94 2,40-2,70 5,20-6,50 3,12 2,31-2,73 1,10 1,20 4,00 1,56 1,89 0,33 0,54 1,56 1,30 1,30 5. Kekeruhan

(NTU) 51,50-55,70 21,15-21,30 17,00-18,10 16,10-18,70 17,95-18,20 71,55 62,75 53,00 58,90 59,60

6.Salinitas 0,02 0,01 0,01 0,07 0,03

Kimia

1. DO (mg/l) 4,89-5,15 5,42-6,75 4,77-5,63 4,35-5,66 4,25-6,49 3,92 4,80 4,00 4,16 4,20 5,09 5,25 4,77 5,66 4,64 2. CO2(mg/l) 9,80-13,20 11,00-12,50 10,20-13,20 11,80-11,90 13,20-13,80 19,70 16,80 19,90 20,40 23,20 12,6 14,5 13,2 15,8 16,2

3. N-NH3(mg/l) 0,101-0,104 0,064-0,434 0,151-0,158 0,059-0,268 0,076-0,130 0,01 0,20 0,10 0,91 0,78 0,185 0,655 0,24 0,213 0,268

4. pH 7,00 6,85-7,00 6,70-6,80 6,60-6,70 6,50 6,25 6,55 6,50 6,50 5,75 7,38 7,35 7,3 7,22 7,15 Keterangan : Sta (stasiun) 1= Pulau Banjar, Sta 2 = Sungai Borang, Sta 3 = Pulau Burung,