TUGAS KEUANGAN INTERNASIONAL Disusun ole
TUGAS
KEUANGAN INTERNASIONAL
Disusun oleh Kelompok 7 :
Elva Megarani
025130042
Patricia Dyah M
Ulfah Nimas H
Wina Kaiuman
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami ucapkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
perkenan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah Keuangan Internasional ini
dapat diselesaikan sesuai dengan harapan.
Makalah ini dibuat dengan materi yang telah
diberika oleh dosen pembimbing yaitu mengenai
“RISK EXPOSURE ON FOREIGN EXCHANGE” yang
dimana terdapat 3 pembahasan yaitu :
1.Type of Risk Exposure
2.The Case of Corporate Risk Exposure
3.The Case of Banking Risk Exposure
Makalah ini dibuat dalam rangka
menyelesaikan tugas dan memperdalam
pemahaman masalah Risiko Eksposure Kurs.
Secara garis besar makalah ini kami rangkum
degan sebaik mungkin,ari berbagai sumber
terpercaya. Dan kami harapkn makalah ini
dapat dijadikan sarana pengetahuan bagi
seluruh lapisan masyarakat.
Kami menyadari bahwa masih kekurangan
yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu kami mengundang pembaca untuk
memberikan kritik dan sarana yang bersifat
membangun untuk kemajuan ilmu
pengetahuan yang kami buat dalam makalah
ini.
Jakarta,November 2014
Kelompok 7
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar.....................................................
.....i
Daftar
isi................................................................
....ii
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang..........................................
..iii
1.2 Rumusan
Masalah......................................iiii
1.3 Tujuan dan
Manfaat...................................iiiii
Bab 2 Pembahasan
2.1 Definisi Risiko Eksposure
Kurs.......................1
2.2 Jenis-Jenis Risiko Eksposure...............
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Eksposure Risiko Kurs
Resiko nilai tukar adalah resiko yang diakibatkan karena adanya
perubahan nilai tukar mata uang asing. Pada umumnya, transaksitransaksi bisnis yang berhubungan dengan mata uang asing (valuta asing)
biasanya akan menghadapi masalah perubahan nilai kurs mata uang
tersebut.
Kurs adalah nilai suatu mata uang relatif terhadap mata uang lainnya.
Mata uang suatu negara merupakan cerminan kondisi ekonomi suatu
negara. Apabila perekonomian suatu negara membaik, maka mata uang
negara tersebut akan menguat terhadap mata uang negara lain. Jika
suatu negara menetapkan kurs mata uangnya terhadap mata uang lain,
maka perubahan kurs tidak lagi terjadi melalui mekanisme pasar.
Pada sistem kurs bebas, apabila mata uang menguat disebut dengan
apresiasi dan jika mata uang melemah disebut depresiasi. Sedangkan
pada sistem kurs tetap, apabila mata uang menguat disebut revaluasi dan
jika mata uang melemah disebut devaluasi.
Berikut akan disajikan contoh perhitungan apresiasi dan depresiasi mata
uang rupiah (Rp) terhadap Dolar ($).
Keterangan
Rupiah melemah terhadap $
Rupiah menguat terhadap $
Kurs awal tahun
Rp. 9000
Rp. 9000
Kurs akhir tahun
Rp. 11000
Rp. 7000
Persentase pelemahan/penguatan $ terhadap Rp
(11000-9000)/(9000) x 100%
= 22.22%
(7000-9000)/(9000) x 100 %
= -22.22%
Persentase pelemahan/penguatan Rp terhadap $
(9000-11000)/(11000) x 100%
= -18.18%
(9000-7000)/(7000) x 100 %
= 28.57%
Penjelasan :
Pada kolom kedua, disajikan situasi Rupiah melemah dari Rp. 9000/$ pada
awal tahun menjadi Rp 11000/$ pada akhir tahun. Berarti dolar
mengalami apresiasi terhadap rupiah sebesar 22,22%. Apabila dipandang
dari sudut rupiah, berarti Rupiah mengalami depresiasi terhadap dolar
sebesar 18,18%. Sedangkan pada kolom ketiga, disajikan bahwa pada
awal tahun rupiah menguat dari Rp. 9000/$ menjadi Rp. 7000/$ pada
akhir tahun. Berarti dolar mengalami depresiasi terhadap rupiah sebesar
22.22% dan dari sudut pandang rupiah, berarti rupiah mengalami
apresiasi terhadap dolar sebesar 28.57%
B. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perubahan Kurs
1. Perbedaan Inflasi
Kurs mata uang suatu negara menjadi melemah apabila inflasi di negara
tersebut lebih tinggi daripada inflasi yang terjadi di negara lain.
Hubungannya terlihat melalui persamaan kondisi paritas Purchasing Power
Parity (PPP) seperti berikut ini:
et / e0 = (1+ih)t / (1+if)t
keterangan :
et
= kurs pada priode t
e0
= kurs pada awal priode
ih
= inflasi yang terjadi pada negara domestic (home)
if
= inflasi yang terjadi pada negara asing
t
= waktu
contoh :
kurs awal adalah Rp.10000$. Inflasi di Indonesia 20% dan Amerika Serikat
5%. Kurs Rp/$ satu tahun mendatang menurut rumus di atas adalah :
e1 = 10000 (1+0,2)1/(1+0,05)1
= Rp. 11.429/$
Dari hasil ini dapat diketahui bahwa kurs di akhir tahun adalah Rp.
11.429/$ dan berarti rupiah mengalami depresiasi terhadap Dolar ($).
2. Perbedaan Tingkat Bunga
Tingkat bunga ada 2 yaitu :
a.
Tingkat bunga nominal
Yaitu tingkat bunga yang bisa diobservasi. Misalnya jika ada informasi
tingkat bunga deposito sebesar 14% perrtahun maka itu merupakan
tingkat bunga nominal. Negara yang tingkat bunga nominalnya tinggi
maka mata uangnya cendrung mengalami depresiasi. Hal ini dijelaskan
melalui persamaan kondisi paritas international fisher effect seperti
berikut ini:
et / e0 = (1 + rh)t / (1 + rf)t
Keterangan :
et
= kurs pada priode t
e0
= kurs pada awal priode
rh
= tingkat bunga nominal di negara domestic (home)
rf
= tingkat bunga nominal pada negara asing
t
= waktu
contoh : kurs awal adalah Rp.10000$. Inflasi di Indonesia 20% dan
Amerika Serikat 5%. Kurs Rp/$ satu tahun mendatang menurut rumus di
atas adalah
e1 = 10000 (1+0,2)1/(1+0,05)1
= Rp. 11.429/$
Berarti menurut prediksi international fisher effect rupiah melemah
menjadi Rp. 11.429/$
b.
Tingkat bunga riil
yaitu tingkat bunga yang tidak dapat diobservasi secara langsung. Tingkat
bunga riil berpengaruh positif terhadap nilai mata uang. Negara yang
mempunyai tingkat bunga riil biasanya mata uang negara tersebut akan
cendrung menguat karena uang akan mengalir ke negara dengan tingkat
keuntungan yang lebih tinggi. Tingkat bunga riil dapat dihitung secara
tidak langsung dengan persamaan :
(1 + R) = (1 + a) (1 + i)
Keterangan :
R
= tingkat bunga nominal
a
= tingkat bunga riil
i
= inflasi
persamaan tersebut disederhanakan menjadi :
R=a+i
Tingkat bunga nominal sama dengan tingkat bunga riil ditambah inflasi.
Jika inflasi meningkat, maka tingkat bunga nominal cendrung juga
meningkat, sehingga mata uang negara tersebut menjadi melemah.
3. Independensi bank sentral
Independensi adalah kemampuan bertahan dari tekanan (biasanya)
pemerintah yang sedang berkuasa. Misalnya untuk mengatasi masalah
pengangguran. Secara pintas adalah dengan menambah jumlah uang
yang beredar sehingga akan menimbulkan inflasi. Jika tingkat inflasi lebih
tinggi dari pada pertumbuhan ekonomi maka pertumbuhan ekonomi riil
negara tersebut akan negatif . Negara yang mempunyai bank Sentral
yang independen akan bertahan terhadap tekanan dan bisa
mengendalikan inflasi sehingga mata uang negara tersebut cendrung
menguat. Sebaliknya, negara yang mempunyai bank sentral yang kurang
independen akan mudah ditekan dan mendorong terjadi inflasi sehingga
menurunkan mata uang negara tersebut.
4. Pertumbuhan Ekonomi
Investor akan tertarik untuk menanamkan modalnya di negara yang
memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sehingga
menyebabkan naiknya permintaan terhadap mata uang negara tersebut.
Dengan tingginya permintaan terhadap mata uang itu maka nilai dari
mata uang tersebut akan meningkat.
5. Ekspektasi
Mata uang bisa dilihat sebagai sekuritas sehingga bisa digunakan sebagai
alat investasi. Pengaharapan masa mendatang cukup menentukan nilai
suatu sekuritas. Jika pengharapan terhadap suatu mata uang positif, maka
mata uang negara tersebut akan menguat dan begitu sebaliknya.
Berikut ini adalah ringkasan mengenai pengaruh faktor-faktor tersebut
terhadap kurs.
Faktor
Pengaruh terhadap kurs
Inflasi tinggi
Depresiasi
Tingkat bunga nominal tinggi
Depresiasi
Tingkat bunga riil tinggi
Apresiasi
Pertumbuhan ekonomi tinggi
Apresiasi
Independensi bank sentral tinggi
Apresiasi
Ekspektasi positif (negatif)
Apresiasi (Depresiasi)
C. Eksposur Terhadap Perubahan Kurs
Ada 3 eksposur yang dihadapi oleh perusahaan yang berhubungan
dengan perubahan kurs yaitu :
1.
Eksposur transaksi
2.
Eksposur akuntansi
3.
Eksposur operasi
1.
Eksposur Transaksi
yaitu eksposur yang terjadi karena perusahaan memasuki kontrak
tertentu yang kemudian memunculkan sejumlah nilai uang yang rentan
terhadap perubahan kurs. Contoh seorang importir Indonesia membeli
barang dari Amerika Serikat senilai $1 juta dan pembayarannya dilakukan
3 bulan mendatang. Pada saat ini kurs Rp/$ adalah Rp. 10.000/$ namun
kurs Rp/$ 3 bulan mendatang adalah Rp. 12.000/$. Maka importir harus
menyediakan rupiah lebih banyak. Sebaliknya jika kurs Rp/$ menguat
pada 3 bulan mendatang, maka importir tersebut akan memperoleh
keuntungan.
Jadi, apabila nilai rupiah melemah, maka importir akan mengalami
kerugian, semakin besar pelemahannya, maka semakin besar kerugian
yang diderita. Akan tetapi apabila nilai rupiah menguat maka importir
tersebut akan memeperoleh keuntungan karena menyediakan rupiah
dalam jumlah yang lebih sedikit.
Dari sisi eksportir, jika rupiah melemah, maka eksportir akan memperoleh
keuntungan karena memperoleh banyak rupiah. Sebaliknya apabila rupiah
menguat, eksportir tersebut akan mengalami kerugian karena
memperoleh rupiah dalam jumlah yang lebih sedikit.
2.
Eksposur Akuntansi
Eksposur akuntansi terjadi karena laporan keuangan dengan mata uang
tertentu kemudian dikonversikan kelaporan keuangan dengan mata uang
lain, rentan terhadap perubahan kurs. Dengan adanya perubahan kurs,
maka proses konversi tersebut bisa menghasilkan keuntungan ataupun
kerugian. Misalnya suatu perusahaan multinasional Jepang memiliki anak
perusahaan di Indonesia, berikut neraca anak perusahaan pada awal
tahun :
Dalam Rp.
Awal tahun (¥)
Kurs = Rp. 80/¥
Akhir tahun (¥)
Kurs = Rp.100/¥
Kas
1.000.000
12.500
10.000
Piutang Dagang
2.000.000
25.000
20.000
Persediaan
2.000.000
25.000
20.000
Aktiva tetap
5.000.000
62.500
50.000
Total Aset
10.000.000
125.000
100.000
Hutang dagang
2.000.000
25.000
20.000
Hutang jangka panjang
2.000.000
25.000
20.000
Modal saham
6.000.000
75.000
60.000
Total pasiva
10.000.000
125.000
100.000
Total aset adalah Rp.10.000.000. Karena perusahaan ini adalah
perusahaan Jepang, maka harus dikonversikan ke dalam ¥ jepang.
Misalkan pada awal tahun kurs adalah Rp 80/¥. Maka akan terlihat bahwa
total aset ¥125.000 dan modal saham ¥ 75.000.
Sedangkan kurs pada akhir tahun adalah Rp.100/¥, maka akan terlihat
bahwa total aset turun menjadi ¥ 10.000 dan modal saham juga turun
menjadi ¥ 60.000. penurunan modal saham menunjukan perusahaan
mengalami kerugian sehingga modal sahamnya berkurang nilainya.
Namun nilai ekonomis perusahaan tetap sama antara awal tahun dan
akhir tahun karena kerugian ini semata-mata disebabkan oleh perubahan
kurs bukan karena perubahan nilai ekonomis.
3.
Eksposur Operasi
yaitu operasi perusahaan yang rentan terhadap perubahan kurs. Misalnya,
Jepang menjual sepeda motor Honda ke Indonesia. Jika nilai Yen menguat
terhadap Rupiah, maka harga sepeda motor Honda di Indonesia menjadi
lebih mahal dibanding sebelumnya. Sehingga terjadi penurunan daya
saing sepeda motor Honda di Indonesia .
Harga Honda (dalam ¥)
Harga Honda (dalam Rp)
Kurs = ¥ 0.0125/Rp
Harga Honda (dalam Rp)
Kurs = ¥ 0.01/Rp
100.000
Rp. 8.000.000
Rp. 10.000.000
Misalkan harga sepeda motor tersebut adalah ¥ 100.000. jika kurs yen/Rp
adalah ¥0.0125/Rp maka sepeda motor tersebut akan berharga Rp.
8.000.000 di Indonesia. Apabila nilai yen menguat terhadap rupiah
menjadi ¥0.01/Rp maka harga sepeda motor Honda akan naik menjadi
Rp.10.000.000. Karena harga sepeda motor Honda di Indonesia semakin
mahal, mengakibatkan penjualannya menjadi berkurang dan menurunnya
arus kas masuk Honda dari penjualan di pasar Indonesia, sedangkan
Honda tetap melakukan pengeluaran input dan tenaga kerja. Maka operasi
Honda akan terganggu karena pemasukan menjadi lebih sedikit dengan
pengeluaran yang tetap sama.
4.
Eksposur Ekonomi
Yaitu nilai perusahaan yang rentan terhadap perubahan kurs.
Eksposur ekonomi = eksposur operasi + eksposur transaksi
Berhubungan dengan contoh diatas, karena penjualan Honda terus
berkurang, mengakibatkan turunnya aliran kas Honda. Menurunnya aliran
kas menyebabkan harga saham Honda akan turun. Dengan demikian
berarti harga saham Honda rentan terhadap perubahan kurs.
D. Manajemen Perubahan Kurs
1.
Manajemen Eksposur Transaksi
a)
Derivatif
Misalkan importir Indonesia melakukan transaksi pembelian dari eksportir
Amerika Serikat. Dalam hal ini importir membayar $1 juta untuk 3 bulan
mendatang. Keadaan ini sangat rentan terhadap perubahan kurs, apabila
rupiah melemah maka ia akan menderita kerugian. Oleh karena itu
dilakukan hedging dengan derivatif dan instrumen money-market.
Importir membutuhkan dolar untuk 3 bulan mendatang, sehingga disebut
short $. Apabila rupiah melemah, maka pemegang Short $ akan
mengalami kerugian dan sebaliknya. Sebagai hedge-nya, importir bisa
membeli 3 bulan $ forward. Sedangkan jika kurs rupiah melemah, maka
pemegang posisi long $ akan memeperoleh keuntungan dan ia akan rugi
di posisi spot-nya.
Alternatif dari forward adalah futures, berarti importir itu akan membeli
kontrak futures dengan posisi long futures $. Alternatif lain adalah
dengan menggunakan opsi call, karena apabila harga pasar aset
meningkat maka pemegang opsi memperoleh keuntungan.
b)
Money-market hedge
Hedging dengan money-market instrument dapat dilakukan apabila
instrument derivatif tidak ada. Contoh : seorang eksportir Indonesia akan
memperoleh $1 juta pada 3 bulan mendatang. Keadaan ini tentu tidak
terlepas dari resiko perubahan kurs, sehingga untuk menghilangkan resiko
tersebut dapat dilakukan hedging sebagai berikut :
·
%
Misalkan tingkat bunga dalam $ untuk 3 bulan mendatang adalah 5
·
T=0 (sekarang) à pinjam sebesar $1 juta / (1,05) = $ 952.381.
Dikonversikan ke rupiah dengan kurs spot Rp. 10.000/$, untuk
memperoleh rupiah sekitar Rp. 9,52 M
·
T=3 (3 bulan) à memperoleh $1 juta
Kas tersebut digunakan untuk melunasi hutangnya sehingga ia membayar
sebesar $ 952.381 x (1,05) = $ 1 juta.
Ketika ia mengkonversikan $ ke rupiah, maka ia sudah terbebas dari
resiko perubahan kurs. Apapun yang akan terjadi dengan kurs Rp/$ 3
bulan mendatang, tidak akan berpengaruh terhadap posisinya karena ia
sudah menerima Rp. 9,52 M.
c)
Risk shifting
Yaitu pengalihan/penggeseran resiko perubahan kurs dari produsen ke
konsumen atau dari konsumen ke produsen. Apabila posisi tawar
menawar perusahaan lebih kuat dibandingkan dengan konsumen (misal
satu-satunya penjual atau semua penjual juga mengimpor produk dari
luar negri), berarti resiko telah digeser dari produsen ke konsumen.
Sebaliknya apabila posisi konsumen lebih kuat dibanding produsen maka
resiko dapat dialihkan dari konsumen ke produsen.
d)
Netting Exposure
Cara ini dilakukan dengan menggabungkan eksposur yang berlawanan
sehingga eksposur bersihnya adalah nol. Misalnya seseorang meminjam
Dolar sekaligus menjual produk ke luar negri (ekspor), maka orang
tersebut mempunyai dolar (long dolar) dan di sisi lain membutuhkan dolar
(short dolar). Gabungan antara kedua keadaan tersebut akan menhasilkan
eksposur bersih nol (atau kecil)
2.
Manajemen Eksposur Akuntansi
Eksposur akuntansi terjadi jika perusahaan multinasional
mengkonversikan laporan keuangan dari satu mata uang ke mata uang
lainnya. Proses konversi tersebut akan menimbulkan kerugian ataupun
keuntungan. Manajemen terhadap eksposur akuntansi bisa dilakukan
dengan menyesuaikan aset dan kewajiban tergantung prediksi kurs di
masa mendatang.
Apabila kurs melemah, maka sebaiknya aset dikurangi dan kewajiban
ditambah. Sebaliknya apabila kurs menguat maka aset ditambah dan
kewajiban dikurangi. Namun cara seperti ini tidak sepenuhnya dapat
menghilangkan resiko karena kita harus menebak kemana arah
pergerakan kurs, jika tebakan salah maka kita akan menderita kerugian.
Alternatif lain adalah dengan menggunakan derivatif untuk mencegah
kerugian akibat perubahan kurs. Misalkan perusahaan Amerika serikat
mempunya anak perusahaan di Indonesia dan memiliki situasi seperti
berikut ini :
Dalam Rp.
Awal tahun ($)
Kurs = Rp. 5000/$
Akhir tahun ($)
Kurs = Rp.10.000/$
Kas
1.000.000
200
100
Piutang Dagang
2.000.000
400
200
Persediaan
2.000.000
400
200
Aktiva tetap
5.000.000
1.000
500
Total Aset
10.000.000
2.000
1.000
Hutang dagang
2.000.000
400
200
Hutang jangka panjang
2.000.000
400
200
Modal saham
6.000.000
1.200
600
Total pasiva
10.000.000
2.000
1.000
Jika kurs rupiah melemah dari Rp. 5.000/$ menjadi Rp 10.000/$ maka
perusahaan tersebut akan mengalami kerugian. Hedging yang bisa
dilakukan adalah dengan menjual rupiah forward. Apabila perusahaan bisa
mendapatkan partner yang bersedia menjual dolar forward 1 tahun
dengan kurs Rp. 5000/$, maka perusahaan tersebut akan menjual rupiah
forward seharga Rp. 6 juta dengan kurs Rp. 5000/$. Tahun depan nilai
modal saham dalam dolar adalah $1.200, karena perusahaan bisa menjual
rupiah dengan kurs Rp. 5000/$ meskipun kurs spot-nya saat ini adalah Rp.
10.000/$.
3.
Manajemen Eksposur Operasi
Eksposur operasi terjadi karena perubahan kurs yang mengakibatkan
terganggunya operasi perusahaan. Manajemen eksposur operasi dapat
dilakukan dengan cara :
a)
Jangka Pendek
Yaitu dengan memanfaatkan situasi perubahan kurs untuk kepentingan
perusahaan.
b)
Jangka Panjang
Yaitu dengan mengurangi sensitivitas operasi perusahaan terhadap
perubahan kurs. Pengurangan sensitivitas tersebut dapat dilakukan
dengan cara seperti berikut ini :
ü Aspek Pemasaran, perusahaan harus membuat sensitivitas konsumen
terhadap kurs menjadi berkurang , misalnya dengan melakukan difrensiasi
terhadap produknya agar menarik konsumen untuk membeli.
ü Mendiversifikasikan pasar luar negri, yaitu menjual produk-produk
perusahaan ke berbagai negara di dunia
ü Aspek Produksi, yaitu dengan mendiversifikasikan inputnya dan
memindahkan fasilitas produksinya
ü Aspek lain, contohnya apabila perusahaan jepang menjual produknya
ke Amerika Serikat dan menerima $. Perusahaan tersebut bisa meminjam
dalam $, sehingga eksposur bersihnya adalah 0
KEUANGAN INTERNASIONAL
Disusun oleh Kelompok 7 :
Elva Megarani
025130042
Patricia Dyah M
Ulfah Nimas H
Wina Kaiuman
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami ucapkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
perkenan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah Keuangan Internasional ini
dapat diselesaikan sesuai dengan harapan.
Makalah ini dibuat dengan materi yang telah
diberika oleh dosen pembimbing yaitu mengenai
“RISK EXPOSURE ON FOREIGN EXCHANGE” yang
dimana terdapat 3 pembahasan yaitu :
1.Type of Risk Exposure
2.The Case of Corporate Risk Exposure
3.The Case of Banking Risk Exposure
Makalah ini dibuat dalam rangka
menyelesaikan tugas dan memperdalam
pemahaman masalah Risiko Eksposure Kurs.
Secara garis besar makalah ini kami rangkum
degan sebaik mungkin,ari berbagai sumber
terpercaya. Dan kami harapkn makalah ini
dapat dijadikan sarana pengetahuan bagi
seluruh lapisan masyarakat.
Kami menyadari bahwa masih kekurangan
yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu kami mengundang pembaca untuk
memberikan kritik dan sarana yang bersifat
membangun untuk kemajuan ilmu
pengetahuan yang kami buat dalam makalah
ini.
Jakarta,November 2014
Kelompok 7
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar.....................................................
.....i
Daftar
isi................................................................
....ii
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang..........................................
..iii
1.2 Rumusan
Masalah......................................iiii
1.3 Tujuan dan
Manfaat...................................iiiii
Bab 2 Pembahasan
2.1 Definisi Risiko Eksposure
Kurs.......................1
2.2 Jenis-Jenis Risiko Eksposure...............
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Eksposure Risiko Kurs
Resiko nilai tukar adalah resiko yang diakibatkan karena adanya
perubahan nilai tukar mata uang asing. Pada umumnya, transaksitransaksi bisnis yang berhubungan dengan mata uang asing (valuta asing)
biasanya akan menghadapi masalah perubahan nilai kurs mata uang
tersebut.
Kurs adalah nilai suatu mata uang relatif terhadap mata uang lainnya.
Mata uang suatu negara merupakan cerminan kondisi ekonomi suatu
negara. Apabila perekonomian suatu negara membaik, maka mata uang
negara tersebut akan menguat terhadap mata uang negara lain. Jika
suatu negara menetapkan kurs mata uangnya terhadap mata uang lain,
maka perubahan kurs tidak lagi terjadi melalui mekanisme pasar.
Pada sistem kurs bebas, apabila mata uang menguat disebut dengan
apresiasi dan jika mata uang melemah disebut depresiasi. Sedangkan
pada sistem kurs tetap, apabila mata uang menguat disebut revaluasi dan
jika mata uang melemah disebut devaluasi.
Berikut akan disajikan contoh perhitungan apresiasi dan depresiasi mata
uang rupiah (Rp) terhadap Dolar ($).
Keterangan
Rupiah melemah terhadap $
Rupiah menguat terhadap $
Kurs awal tahun
Rp. 9000
Rp. 9000
Kurs akhir tahun
Rp. 11000
Rp. 7000
Persentase pelemahan/penguatan $ terhadap Rp
(11000-9000)/(9000) x 100%
= 22.22%
(7000-9000)/(9000) x 100 %
= -22.22%
Persentase pelemahan/penguatan Rp terhadap $
(9000-11000)/(11000) x 100%
= -18.18%
(9000-7000)/(7000) x 100 %
= 28.57%
Penjelasan :
Pada kolom kedua, disajikan situasi Rupiah melemah dari Rp. 9000/$ pada
awal tahun menjadi Rp 11000/$ pada akhir tahun. Berarti dolar
mengalami apresiasi terhadap rupiah sebesar 22,22%. Apabila dipandang
dari sudut rupiah, berarti Rupiah mengalami depresiasi terhadap dolar
sebesar 18,18%. Sedangkan pada kolom ketiga, disajikan bahwa pada
awal tahun rupiah menguat dari Rp. 9000/$ menjadi Rp. 7000/$ pada
akhir tahun. Berarti dolar mengalami depresiasi terhadap rupiah sebesar
22.22% dan dari sudut pandang rupiah, berarti rupiah mengalami
apresiasi terhadap dolar sebesar 28.57%
B. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perubahan Kurs
1. Perbedaan Inflasi
Kurs mata uang suatu negara menjadi melemah apabila inflasi di negara
tersebut lebih tinggi daripada inflasi yang terjadi di negara lain.
Hubungannya terlihat melalui persamaan kondisi paritas Purchasing Power
Parity (PPP) seperti berikut ini:
et / e0 = (1+ih)t / (1+if)t
keterangan :
et
= kurs pada priode t
e0
= kurs pada awal priode
ih
= inflasi yang terjadi pada negara domestic (home)
if
= inflasi yang terjadi pada negara asing
t
= waktu
contoh :
kurs awal adalah Rp.10000$. Inflasi di Indonesia 20% dan Amerika Serikat
5%. Kurs Rp/$ satu tahun mendatang menurut rumus di atas adalah :
e1 = 10000 (1+0,2)1/(1+0,05)1
= Rp. 11.429/$
Dari hasil ini dapat diketahui bahwa kurs di akhir tahun adalah Rp.
11.429/$ dan berarti rupiah mengalami depresiasi terhadap Dolar ($).
2. Perbedaan Tingkat Bunga
Tingkat bunga ada 2 yaitu :
a.
Tingkat bunga nominal
Yaitu tingkat bunga yang bisa diobservasi. Misalnya jika ada informasi
tingkat bunga deposito sebesar 14% perrtahun maka itu merupakan
tingkat bunga nominal. Negara yang tingkat bunga nominalnya tinggi
maka mata uangnya cendrung mengalami depresiasi. Hal ini dijelaskan
melalui persamaan kondisi paritas international fisher effect seperti
berikut ini:
et / e0 = (1 + rh)t / (1 + rf)t
Keterangan :
et
= kurs pada priode t
e0
= kurs pada awal priode
rh
= tingkat bunga nominal di negara domestic (home)
rf
= tingkat bunga nominal pada negara asing
t
= waktu
contoh : kurs awal adalah Rp.10000$. Inflasi di Indonesia 20% dan
Amerika Serikat 5%. Kurs Rp/$ satu tahun mendatang menurut rumus di
atas adalah
e1 = 10000 (1+0,2)1/(1+0,05)1
= Rp. 11.429/$
Berarti menurut prediksi international fisher effect rupiah melemah
menjadi Rp. 11.429/$
b.
Tingkat bunga riil
yaitu tingkat bunga yang tidak dapat diobservasi secara langsung. Tingkat
bunga riil berpengaruh positif terhadap nilai mata uang. Negara yang
mempunyai tingkat bunga riil biasanya mata uang negara tersebut akan
cendrung menguat karena uang akan mengalir ke negara dengan tingkat
keuntungan yang lebih tinggi. Tingkat bunga riil dapat dihitung secara
tidak langsung dengan persamaan :
(1 + R) = (1 + a) (1 + i)
Keterangan :
R
= tingkat bunga nominal
a
= tingkat bunga riil
i
= inflasi
persamaan tersebut disederhanakan menjadi :
R=a+i
Tingkat bunga nominal sama dengan tingkat bunga riil ditambah inflasi.
Jika inflasi meningkat, maka tingkat bunga nominal cendrung juga
meningkat, sehingga mata uang negara tersebut menjadi melemah.
3. Independensi bank sentral
Independensi adalah kemampuan bertahan dari tekanan (biasanya)
pemerintah yang sedang berkuasa. Misalnya untuk mengatasi masalah
pengangguran. Secara pintas adalah dengan menambah jumlah uang
yang beredar sehingga akan menimbulkan inflasi. Jika tingkat inflasi lebih
tinggi dari pada pertumbuhan ekonomi maka pertumbuhan ekonomi riil
negara tersebut akan negatif . Negara yang mempunyai bank Sentral
yang independen akan bertahan terhadap tekanan dan bisa
mengendalikan inflasi sehingga mata uang negara tersebut cendrung
menguat. Sebaliknya, negara yang mempunyai bank sentral yang kurang
independen akan mudah ditekan dan mendorong terjadi inflasi sehingga
menurunkan mata uang negara tersebut.
4. Pertumbuhan Ekonomi
Investor akan tertarik untuk menanamkan modalnya di negara yang
memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sehingga
menyebabkan naiknya permintaan terhadap mata uang negara tersebut.
Dengan tingginya permintaan terhadap mata uang itu maka nilai dari
mata uang tersebut akan meningkat.
5. Ekspektasi
Mata uang bisa dilihat sebagai sekuritas sehingga bisa digunakan sebagai
alat investasi. Pengaharapan masa mendatang cukup menentukan nilai
suatu sekuritas. Jika pengharapan terhadap suatu mata uang positif, maka
mata uang negara tersebut akan menguat dan begitu sebaliknya.
Berikut ini adalah ringkasan mengenai pengaruh faktor-faktor tersebut
terhadap kurs.
Faktor
Pengaruh terhadap kurs
Inflasi tinggi
Depresiasi
Tingkat bunga nominal tinggi
Depresiasi
Tingkat bunga riil tinggi
Apresiasi
Pertumbuhan ekonomi tinggi
Apresiasi
Independensi bank sentral tinggi
Apresiasi
Ekspektasi positif (negatif)
Apresiasi (Depresiasi)
C. Eksposur Terhadap Perubahan Kurs
Ada 3 eksposur yang dihadapi oleh perusahaan yang berhubungan
dengan perubahan kurs yaitu :
1.
Eksposur transaksi
2.
Eksposur akuntansi
3.
Eksposur operasi
1.
Eksposur Transaksi
yaitu eksposur yang terjadi karena perusahaan memasuki kontrak
tertentu yang kemudian memunculkan sejumlah nilai uang yang rentan
terhadap perubahan kurs. Contoh seorang importir Indonesia membeli
barang dari Amerika Serikat senilai $1 juta dan pembayarannya dilakukan
3 bulan mendatang. Pada saat ini kurs Rp/$ adalah Rp. 10.000/$ namun
kurs Rp/$ 3 bulan mendatang adalah Rp. 12.000/$. Maka importir harus
menyediakan rupiah lebih banyak. Sebaliknya jika kurs Rp/$ menguat
pada 3 bulan mendatang, maka importir tersebut akan memperoleh
keuntungan.
Jadi, apabila nilai rupiah melemah, maka importir akan mengalami
kerugian, semakin besar pelemahannya, maka semakin besar kerugian
yang diderita. Akan tetapi apabila nilai rupiah menguat maka importir
tersebut akan memeperoleh keuntungan karena menyediakan rupiah
dalam jumlah yang lebih sedikit.
Dari sisi eksportir, jika rupiah melemah, maka eksportir akan memperoleh
keuntungan karena memperoleh banyak rupiah. Sebaliknya apabila rupiah
menguat, eksportir tersebut akan mengalami kerugian karena
memperoleh rupiah dalam jumlah yang lebih sedikit.
2.
Eksposur Akuntansi
Eksposur akuntansi terjadi karena laporan keuangan dengan mata uang
tertentu kemudian dikonversikan kelaporan keuangan dengan mata uang
lain, rentan terhadap perubahan kurs. Dengan adanya perubahan kurs,
maka proses konversi tersebut bisa menghasilkan keuntungan ataupun
kerugian. Misalnya suatu perusahaan multinasional Jepang memiliki anak
perusahaan di Indonesia, berikut neraca anak perusahaan pada awal
tahun :
Dalam Rp.
Awal tahun (¥)
Kurs = Rp. 80/¥
Akhir tahun (¥)
Kurs = Rp.100/¥
Kas
1.000.000
12.500
10.000
Piutang Dagang
2.000.000
25.000
20.000
Persediaan
2.000.000
25.000
20.000
Aktiva tetap
5.000.000
62.500
50.000
Total Aset
10.000.000
125.000
100.000
Hutang dagang
2.000.000
25.000
20.000
Hutang jangka panjang
2.000.000
25.000
20.000
Modal saham
6.000.000
75.000
60.000
Total pasiva
10.000.000
125.000
100.000
Total aset adalah Rp.10.000.000. Karena perusahaan ini adalah
perusahaan Jepang, maka harus dikonversikan ke dalam ¥ jepang.
Misalkan pada awal tahun kurs adalah Rp 80/¥. Maka akan terlihat bahwa
total aset ¥125.000 dan modal saham ¥ 75.000.
Sedangkan kurs pada akhir tahun adalah Rp.100/¥, maka akan terlihat
bahwa total aset turun menjadi ¥ 10.000 dan modal saham juga turun
menjadi ¥ 60.000. penurunan modal saham menunjukan perusahaan
mengalami kerugian sehingga modal sahamnya berkurang nilainya.
Namun nilai ekonomis perusahaan tetap sama antara awal tahun dan
akhir tahun karena kerugian ini semata-mata disebabkan oleh perubahan
kurs bukan karena perubahan nilai ekonomis.
3.
Eksposur Operasi
yaitu operasi perusahaan yang rentan terhadap perubahan kurs. Misalnya,
Jepang menjual sepeda motor Honda ke Indonesia. Jika nilai Yen menguat
terhadap Rupiah, maka harga sepeda motor Honda di Indonesia menjadi
lebih mahal dibanding sebelumnya. Sehingga terjadi penurunan daya
saing sepeda motor Honda di Indonesia .
Harga Honda (dalam ¥)
Harga Honda (dalam Rp)
Kurs = ¥ 0.0125/Rp
Harga Honda (dalam Rp)
Kurs = ¥ 0.01/Rp
100.000
Rp. 8.000.000
Rp. 10.000.000
Misalkan harga sepeda motor tersebut adalah ¥ 100.000. jika kurs yen/Rp
adalah ¥0.0125/Rp maka sepeda motor tersebut akan berharga Rp.
8.000.000 di Indonesia. Apabila nilai yen menguat terhadap rupiah
menjadi ¥0.01/Rp maka harga sepeda motor Honda akan naik menjadi
Rp.10.000.000. Karena harga sepeda motor Honda di Indonesia semakin
mahal, mengakibatkan penjualannya menjadi berkurang dan menurunnya
arus kas masuk Honda dari penjualan di pasar Indonesia, sedangkan
Honda tetap melakukan pengeluaran input dan tenaga kerja. Maka operasi
Honda akan terganggu karena pemasukan menjadi lebih sedikit dengan
pengeluaran yang tetap sama.
4.
Eksposur Ekonomi
Yaitu nilai perusahaan yang rentan terhadap perubahan kurs.
Eksposur ekonomi = eksposur operasi + eksposur transaksi
Berhubungan dengan contoh diatas, karena penjualan Honda terus
berkurang, mengakibatkan turunnya aliran kas Honda. Menurunnya aliran
kas menyebabkan harga saham Honda akan turun. Dengan demikian
berarti harga saham Honda rentan terhadap perubahan kurs.
D. Manajemen Perubahan Kurs
1.
Manajemen Eksposur Transaksi
a)
Derivatif
Misalkan importir Indonesia melakukan transaksi pembelian dari eksportir
Amerika Serikat. Dalam hal ini importir membayar $1 juta untuk 3 bulan
mendatang. Keadaan ini sangat rentan terhadap perubahan kurs, apabila
rupiah melemah maka ia akan menderita kerugian. Oleh karena itu
dilakukan hedging dengan derivatif dan instrumen money-market.
Importir membutuhkan dolar untuk 3 bulan mendatang, sehingga disebut
short $. Apabila rupiah melemah, maka pemegang Short $ akan
mengalami kerugian dan sebaliknya. Sebagai hedge-nya, importir bisa
membeli 3 bulan $ forward. Sedangkan jika kurs rupiah melemah, maka
pemegang posisi long $ akan memeperoleh keuntungan dan ia akan rugi
di posisi spot-nya.
Alternatif dari forward adalah futures, berarti importir itu akan membeli
kontrak futures dengan posisi long futures $. Alternatif lain adalah
dengan menggunakan opsi call, karena apabila harga pasar aset
meningkat maka pemegang opsi memperoleh keuntungan.
b)
Money-market hedge
Hedging dengan money-market instrument dapat dilakukan apabila
instrument derivatif tidak ada. Contoh : seorang eksportir Indonesia akan
memperoleh $1 juta pada 3 bulan mendatang. Keadaan ini tentu tidak
terlepas dari resiko perubahan kurs, sehingga untuk menghilangkan resiko
tersebut dapat dilakukan hedging sebagai berikut :
·
%
Misalkan tingkat bunga dalam $ untuk 3 bulan mendatang adalah 5
·
T=0 (sekarang) à pinjam sebesar $1 juta / (1,05) = $ 952.381.
Dikonversikan ke rupiah dengan kurs spot Rp. 10.000/$, untuk
memperoleh rupiah sekitar Rp. 9,52 M
·
T=3 (3 bulan) à memperoleh $1 juta
Kas tersebut digunakan untuk melunasi hutangnya sehingga ia membayar
sebesar $ 952.381 x (1,05) = $ 1 juta.
Ketika ia mengkonversikan $ ke rupiah, maka ia sudah terbebas dari
resiko perubahan kurs. Apapun yang akan terjadi dengan kurs Rp/$ 3
bulan mendatang, tidak akan berpengaruh terhadap posisinya karena ia
sudah menerima Rp. 9,52 M.
c)
Risk shifting
Yaitu pengalihan/penggeseran resiko perubahan kurs dari produsen ke
konsumen atau dari konsumen ke produsen. Apabila posisi tawar
menawar perusahaan lebih kuat dibandingkan dengan konsumen (misal
satu-satunya penjual atau semua penjual juga mengimpor produk dari
luar negri), berarti resiko telah digeser dari produsen ke konsumen.
Sebaliknya apabila posisi konsumen lebih kuat dibanding produsen maka
resiko dapat dialihkan dari konsumen ke produsen.
d)
Netting Exposure
Cara ini dilakukan dengan menggabungkan eksposur yang berlawanan
sehingga eksposur bersihnya adalah nol. Misalnya seseorang meminjam
Dolar sekaligus menjual produk ke luar negri (ekspor), maka orang
tersebut mempunyai dolar (long dolar) dan di sisi lain membutuhkan dolar
(short dolar). Gabungan antara kedua keadaan tersebut akan menhasilkan
eksposur bersih nol (atau kecil)
2.
Manajemen Eksposur Akuntansi
Eksposur akuntansi terjadi jika perusahaan multinasional
mengkonversikan laporan keuangan dari satu mata uang ke mata uang
lainnya. Proses konversi tersebut akan menimbulkan kerugian ataupun
keuntungan. Manajemen terhadap eksposur akuntansi bisa dilakukan
dengan menyesuaikan aset dan kewajiban tergantung prediksi kurs di
masa mendatang.
Apabila kurs melemah, maka sebaiknya aset dikurangi dan kewajiban
ditambah. Sebaliknya apabila kurs menguat maka aset ditambah dan
kewajiban dikurangi. Namun cara seperti ini tidak sepenuhnya dapat
menghilangkan resiko karena kita harus menebak kemana arah
pergerakan kurs, jika tebakan salah maka kita akan menderita kerugian.
Alternatif lain adalah dengan menggunakan derivatif untuk mencegah
kerugian akibat perubahan kurs. Misalkan perusahaan Amerika serikat
mempunya anak perusahaan di Indonesia dan memiliki situasi seperti
berikut ini :
Dalam Rp.
Awal tahun ($)
Kurs = Rp. 5000/$
Akhir tahun ($)
Kurs = Rp.10.000/$
Kas
1.000.000
200
100
Piutang Dagang
2.000.000
400
200
Persediaan
2.000.000
400
200
Aktiva tetap
5.000.000
1.000
500
Total Aset
10.000.000
2.000
1.000
Hutang dagang
2.000.000
400
200
Hutang jangka panjang
2.000.000
400
200
Modal saham
6.000.000
1.200
600
Total pasiva
10.000.000
2.000
1.000
Jika kurs rupiah melemah dari Rp. 5.000/$ menjadi Rp 10.000/$ maka
perusahaan tersebut akan mengalami kerugian. Hedging yang bisa
dilakukan adalah dengan menjual rupiah forward. Apabila perusahaan bisa
mendapatkan partner yang bersedia menjual dolar forward 1 tahun
dengan kurs Rp. 5000/$, maka perusahaan tersebut akan menjual rupiah
forward seharga Rp. 6 juta dengan kurs Rp. 5000/$. Tahun depan nilai
modal saham dalam dolar adalah $1.200, karena perusahaan bisa menjual
rupiah dengan kurs Rp. 5000/$ meskipun kurs spot-nya saat ini adalah Rp.
10.000/$.
3.
Manajemen Eksposur Operasi
Eksposur operasi terjadi karena perubahan kurs yang mengakibatkan
terganggunya operasi perusahaan. Manajemen eksposur operasi dapat
dilakukan dengan cara :
a)
Jangka Pendek
Yaitu dengan memanfaatkan situasi perubahan kurs untuk kepentingan
perusahaan.
b)
Jangka Panjang
Yaitu dengan mengurangi sensitivitas operasi perusahaan terhadap
perubahan kurs. Pengurangan sensitivitas tersebut dapat dilakukan
dengan cara seperti berikut ini :
ü Aspek Pemasaran, perusahaan harus membuat sensitivitas konsumen
terhadap kurs menjadi berkurang , misalnya dengan melakukan difrensiasi
terhadap produknya agar menarik konsumen untuk membeli.
ü Mendiversifikasikan pasar luar negri, yaitu menjual produk-produk
perusahaan ke berbagai negara di dunia
ü Aspek Produksi, yaitu dengan mendiversifikasikan inputnya dan
memindahkan fasilitas produksinya
ü Aspek lain, contohnya apabila perusahaan jepang menjual produknya
ke Amerika Serikat dan menerima $. Perusahaan tersebut bisa meminjam
dalam $, sehingga eksposur bersihnya adalah 0