PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG DAGING DAN TULANG (Meat and Bone Meal) TERHADAP PERTUMBUHAN LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus)

(1)

33 DAFTAR PUSTAKA

.

Ahvenanju, T. 2007. Food Intake, Growth and Social Interactions Of Signal Crayfish, Pacifastacus leniusculus (Dana). Academic dissertation in Fishery Science, Finnish Game and Fisheries Research Institute, Evo Game and Fisheries Research, Helsinki. 7:181-189.

Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 333 hal

Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BEPN). 2012. Statistik Impor Indonesia. Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Jakarta, hal 112-113.

Bardach, J. E. 1972. Aquaculture The Farming and Husbandry of Freshwater and Marine Organism. Willey Interscience. 651p.

Barki, A., G. N. Karplus. 2001. Management of Interspesific food competition in crayfish comunal culture. Departement of Aquaculture institute of animal science. Zemach 15133. Israel. 343-354.

Boyd, C. E. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Birmingham Publishing. Alabama. 482 p.

Buckley, M. and K. Penkman. 2012. Protein and Mineral Characterisation of rendered Meat and Bone Meal. BioArch Departement of Biology.University of New York.602 p.

Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan.Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 92-100:130-132 hal.

Effendi, H. 2000. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan. Jurusan Manajemen Sumber daya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor .

Halver, J. E. 1989. Fish Nutrition. Second Edition. Academy Press Inc. New York. 789p.


(2)

34 Hakim, R. R. 2007. Optimalisasi Pertumbuhan dan Sintasan Benih Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) dengan Penggunaan Jenis Substrat Dasar yang Berbeda. Prosiding Seminar Nasional Hasil 12 Penelitian Peternakan dan Perikanan, Fakultas Peternakan-Perikanan Universitas Muhammadiyah Malang.

Hastuti, S. D. 2006. Pengaruh Jenis Pakan yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Lobster Air Tawar (Cheraxquadricarinatus). Protein 13 (1): 11-12

Hendriks., W. H. and Y. Cottam. 2006. The effect of storage on the nutritional quality of meat and bone meal. Institute of food. New Zealand University. Aquaculture 12(2): 1-5.

Hartono, R dan Kurniawan, T. 2007. Pembesaran Lobster Air Tawar Secara Cepat. Penebar Swadaya : Jakarta. 68 hal.

Hauser, G. F. 1950. Feeding Poultry. New York. 113 p.

Holthuis, L. B. 2004. Taxonomy of Cherax sp. http://147.72.68.29/crayfish . 7 April

2012. 2 pp.

Holthuis, L. B. 1949. Taxonomy of Cherax sp. http://147.72.68.29/crayfish . 7April

2012. 2 pp

Iskandar, 2003. Budidaya Lobster Air Tawar. Agromedia Pustaka. Jakarta. 132 hal. Jones, C. M and Ruscoe. 2001. Assesment Production Of Redclaw Crayfish (Cherax

quadricarinatus). Journal Aquaculture Society. 32:41-52.

Kondos, A. 1990. Supplementary feed essential for crayfish. Australian Fisheries. 49:28-30.

Kurniasih, T. 2008. Lobster Air Tawar (Parastacidae: Cherax) Aspek dan Penyebarannya. Balai Riset Budidaya Air Tawar. Bogor. 4-8 hal.

Lovell, T. 1989. Nutrition of fish. Van Nostrand reinhold. New York. 260 pp.

Lukito, A dan S. Prayogo. 2007. Panduan Lengkap Lobster Air Tawar. Penebar Swadaya. Depok. 289 hal.

Martosudarmo, B dan B. S. Ranumingarjo. 1980. Biology Udang Paneid. Balai Budidaya Air Payau. Jepara. 105 hal.


(3)

35 Mohanta, K. N., S. N. Mohanty and J. K. Jena. 2007. Protein-sparing effect of carbohydrate in silver barb (Puntius gonionotus). Aquaculture. 13: 311-317. Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan. Jakarta : Penebar Swadaya. 57 hal.

Nainggolan, A. 2008. Uji Efek Ablasi Terhadap Pertumbuhan Lobster Air Tawar Cryfish ( Cherax quadricarinatus) Pada Wadah yang terkontrol. Jurnal Ilmiah Satya Negara Indonesia. 1 (1) 27-35 pp.

National Research Council. 1977. Nutrition Requitment of Warmwater Fishes. National Academy of science. Washington D.C. 248 pp.

National Research Council. 1983. Nutrition Reqruitment of Warmwater Fishes. National Academy Press. Washington D.C. 102 pp.

Parson, C. M.F. Castanon and Han. 1997. Protein and Amino Acid Quality of MBM. Poultry Science. 361-368.

Prymaczok. C. N. and A. Chaulet. 2012. Survival growt and physiologi responses of advenced juvenile freshwater crayfish (Cherax quadricarinatus). Departement Biodiversity and Experimental Biology, Ciudad University. Argentina. 21 p.

Rouse, D. B. 1977. Production of Australian Red Claw Crayfish. Auburn University. Alabama. USA. 11 p.

Scott, M. L., M. C. Neshein and R. J.Young. 1982. Nutrition Of the Chicken. 3 rd Ed. M.L. Scott and Associates ithaca. New York. 452 p.

Setiawan, C. 2010. Budidaya Lobster Air Tawar. Agromedia. Jakarta. 104 hal.

Steel GD and Torrie J. H. 2001. Principles and Procedure of Statistics. A Biometrical Approach, Mc Graw-Hill Inc. New York.

Sukmajaya, Y. I dan Suharjo. 2003. Lobster Air Tawar Komoditas Perikanan Prospektif. Agro Media Pustaka. Jakarta. 104 hal.

Watanabe, T. 1988. Fish Nutrition and Mariculture. Departement of Aquatic Biosciences. Tokyo University of Fisheries. JICA. 233 pp.

Webster, C. D. Thompson., R.K 2004. A Prelimentary Assesment of Growth Survival, Yield of Australian Red Claw cryfish (Cherax quadricaranatus). Aquaculture 12 (6): 14-19.


(4)

36 Wijayanto, R. H dan R. Hartono. 2003. Lobster Air Tawar, Pembenihan dan

Pembesaran. Penebar Swadaya. Jakarta. 96 hal.

Yang, Y. X .S. 2004. Effect of replacement of fish meal by meat and bone meal and poultry by-product meal in diets on the growth of Macrobrancium Nipponense. Institute of Hydrology Huey China. 65 p.

Zonneveld, N. H dan L. A. Huisman. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. Gramedia pustaka Utama. Jakarta. 318 hal.


(5)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Biologi Lobster Air Tawar

Menurut Holthuis (1949) dan Riek (1968), klasifikasi lobster air tawar adalah sebagai berikut :

Filum : Arthropoda

Kelas : Crustacea Ordo : Decapoda

Famili : Parastacidae Genus : Cherax

Spesies : Cherax quadricarinatus.

Webster et al., (2004), menyatakan bahwa lobster merupakan udang air tawar yang memiliki capit yang besar dan kokoh serta rostrum picak berbentuk segitiga dan meruncing. Morfologi lobster air tawar dibagi menjadi dua bagian yaitu, bagian kepala dan dada (chepalothorax) dan bagian perut dan badan (abdomen). Lobster mempunyai kerangka luar tetapi tidak mempunyai kerangka dalam.

Chepalothorax terdiri atas sepasang antena, sepasang antenulla, sepasang maxila, mandibula dan maksilipedia, serta 4 pasang kaki jalan (pereiopoda). Sedangkan abdomen terdiri dari 6 pasang kaki renang (pleopoda), 2 pasang ekor samping (uropoda) dan satu buah telson (Lukito dan Prayogo, 2007).


(6)

Secara khusus, ciri-ciri morfologi lobster air tawar capit merah adalah warna tubuhnya yang bervariasi antara warna biru keabu-abuan atau hijau keabu-abuan. Pada capitnya terdapat garis merah tajam di bagian luarnya dan memiliki duri-duri kecil berwarna putih di atas permukaan setiap segmen capit. Lobster air tawar merupakan udang air tawar yang mempunyai bentuk seperti lobster laut kerena memiliki capit yang sangat besar dan kokoh, serta rostrum picak berbentuk segitiga yang meruncing (Webster et al., 2004).

Gambar 2. Morfologi lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) (Holthuis, 2004)

Menurut Iskandar (2003), organ tubuh bagian luar lobster air tawar adalah:

a. Sepasang antena yang berperan sebagai perasa dan peraba terhadap pakan dan kondisi lingkungan

b. Sepasang antenula yang berfungsi sebagai alat penciuman pakan dan sepasang capit (cheliped) yang lebar dan panjang untuk mengambil makanan.

c. Enam ruas badan (abdomen) yang memipih dengan lebar badan rata-rata hampir sama dengan lebar kepala.


(7)

d. Satu ekor telson dan dua pasang ekor samping (uropoda) yang memipih e. Enam pasang kaki renang (pleopoda) yang berperan dalam melakukan

gerakan renang

f. Lima pasang kaki jalan untuk berjalan

A.1 Habitat dan penyebaran

Menurut Lukito dan Prayugo (2007) lobster air tawar telah dibudidayakan di berbagai belahan dunia terutama di tempat asalnya seperti Amerika Serikat, Eropa dan Australia. Lobsterbanyak di temukan di sungai air deras serta danau di pantai utara dan daerah timur laut Queensland. Selain itu, banyak ditemukan di sebelah selatan dari Papua Nugini bagian timur (Webster et al., 2004).

Menurut Sukmajaya dan Suharjo (2003) habitat alami lobster air tawar berada di rawa atau sungai yang relatif dangkal dengan dasar yang terdiri dari campuran lumpur, pasir dan batuan. Lobster air tawar dapat hidup pada kedalaman 0,8-1,0 meter. Tetapi jika kedalamannya kurang dari 0,8 meter makan dapat menyebabkan kematian akibat perubahan suhu pada saat musim panas (Prymaczok et al., 2012).

A.2 Kebiasaan Makan dan Jenis Pakan

Lobster merupakan salah satu jenis lobster yang aktif mencari makan pada malam hari (nocturnal). Bahan makanan yang biasa digunakan dalam budidaya lobster air tawar adalah bahan alami seperti tumbuh-tumbuhan yang dicampur juga dengan pemberian pakan pellet. Kebutuhan pakan lobster sangat sedikit jika dibandingkan dengan ukuran tubuhnya yang relatif besar. Lobster dewasa hanya


(8)

membutuhkan 2-3 gram pakan per ekor lobster dewasa setiap hari (Wijayanto dan Hartono, 2007).

Pellet merupakan salah satu pakan yang bahan–bahannya sudah disesuaikan dengan kebutuhan komoditas yang ada. Kandungan protein yang dibutuhkan oleh lobster air tawar untuk tumbuh dan berkembang sekitar 27-40% (Lukito dan Prayogo, 2007), dengan dosis yang diberikan 3% dari bobot tubuh dan frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari (Sukamaja, 2003).

B. Kebutuhan Nutrisi Pada Lobster Air Tawar

Lobster membutuhkan nutrisi untuk dapat tumbuh dan berkembang, dimana energi tersebut berasal dari nutrien yang dikonsumsi oleh lobster. Pertumbuhan lobster akan terjadi jika proses moulting berlangsung dengan baik (Ahvenanju, 2007). Pakan yang terbuat dari bahan baku yang mengandung nutrisi dan energi berguna bagi pertumbuhan lobster.

Lobster air tawar tergolong omnivora sehingga dapat memanfaatkan pakan alami untuk pertumbuhannya. Namun untuk memicu pertumbuhan lobster air tawar dapat diberi pakan buatan. Pakan buatan adalah makanan bagi ikan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan kebutuhan nutrisi ikan atau hewan lainnya dengan bahan baku yang bernilai ekonomis sehingga komposisi pakan yang berbeda sesuai dengan jenis ikan (Lukito dan Prayogo, 2007). Lobster air tawar muda lebih banyak melakukan moulting untuk pertumbuhannya dibandingkan dengan lobster air tawar dewasa (Setiawan, 2010). Lobster air tawar yang sedang tumbuh lebih banyak membutuhkan energi dibandingkan dengan lobster dewasa,


(9)

karena energi dibutuhkan untuk pertumbuhan dan aktifitas gerak (Hartono dan kurniawan, 2006).

Pertumbuhan lobster air tawar akan lebih baik apabila diberi pakan dengan formulasi yang seimbang, dimana di dalam pakan tersebut terkandung nutrisi yang sesuai untuk lobster air tawar. Halver (1989) menyatakan bahwa protein merupakan komponen organik terbesar pada jaringan tubuh hewan.

C. Sumber Protein Hewani C.1 Tepung Ikan

Tepung ikan merupakan salah satu sumber protein hewani dan menjadi bahan baku utama pakan ikan yang dapat digunakan secara efisien (Lovell, 1989). Tepung ikan adalah salah satu sumber protein yang masih dominan dipakai dalam pembuatan pakan buatan. Tepung ikan mempunyai kandungan lisin dan metionin yang tinggi yaitu, asam amino yang jumlahnya sedikit pada bahan pakan buatan yang berasal dari tumbuhan (Parson, 1996).

Halver (1989) menyatakan bahwa tepung ikan kaya akan asam amino, energi, asam lemak, dan mineral serta mengandung atraktan yang dapat meningkatkan selera makan ikan. Tepung ikan berkualitas mengandung protein 60-80% dan ikan mampu mencerna dengan baik sebesar 80-90% (Lovell, 1989). Tepung ikan banyak mengandung asam amino esensial yang tinggi dengan kandungan lemak berkisar 4-20% dan kadar abu berkisar antara 10-23% bergantung pada bahan baku pembuat tepung ikan tersebut ( Halver, 1989).


(10)

Seiring dengan meningkatnya usaha budidaya, baik ikan maupun lobster maka pemenuhan kebutuhan tepung ikan terus meningkat. Peningkatan ini tidak diikuti dengan produksi yang terus meningkat karena ketersediaan tepung ikan bergantung pada hasil tangkapan ikan. Indonesia masih mengimpor tepung ikan sebesar 150.000 ton per tahun dari negara Thailand dan Vietnam (BPEN, 2012). Jenis ikan yang dipakai dalam pembuatan tepung ikan sangat berpengaruh pada kualitas tepung ikan yang dihasilkan (Hendrik, 2006). Komposisi kimia yang ada pada tepung ikan ditentukan oleh beberapa hal seperti jenis ikan, mutu bahan baku yang digunakan serta cara pengolahannya (Yang et al., 2004). Pemanfaatan tepung ikan dalam pakan buatan sangat mempengaruhi kualitas pakan karena kandungan asam amino essensial dan unsur pemacu pertumbuhan (growth promoting factor) yang terdapat di dalam tepung ikan (Barki, 2001). Komposisi asam amino essensial yang terkandung pada tepung ikan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan asam amino esensial pada tepung ikan

Asam Amino Protein (%)

Ariginin 9,93

Histidin 1,5

Isoleusin 3,25

Leusin 5,53

Lisin 4,16

Methionin 1,57

Penialanin 2,83

Treonin 3,51

Triptopan -

Valin 3,91


(11)

C.2 TDT (Tepung Daging dan Tulang)

Tepung Daging dan Tulang (TDT) merupakan hasil pengolahan limbah yang berasal dari daging dan tulang (Buckley et al., 2012). Dalam pengolahannya biasanya dilakukan dengan pemanasan pada suhu dan tekanan tertentu. Jika hasilnya diperoleh kandungan fosfor diatas 4,4%, maka produk tersebut disebut tepung daging dan tulang (TDT). Tetapi jika kandungan fosfornya dibawah 4,4%, maka disebut tepung daging saja. TDT hasil perebusan dan pengeringan memiliki kandungan protein ± 50%, lemak 8%, abu 28%, Ca 10% dan P 5%. Bahan ini mengandung asam amino lisin yang cukup, namun kandungan metionin sangat rendah (Scott et al., 1982).

Kebanyakan TDT adalah hasil dari pengolahan ayam dan sapi sehingga komposisinya dapat bervariasi. Produk yang dihasilkan dari pengolahan TDT sangat bervariasi meskipun bahan baku yang digunakan mempunyai kualitas yang baik dengan metode pengolahan berteknologi tinggi (Parson, 1996). Penggunaan bagian organ tubuh untuk pembuatan TDT mempunyai nilai nutrien yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemanfaatan jaringan lainnya (Hauser, 1950).

Scot et al (1995), menyatakan bahwa proses pengolahan TDT umumnya ada dua cara, yaitu: Dengan metode pengolahan kering dan pengolahan basah. Metode pengolahan kering dilakukan dengan memanaskan bahan dalam panci tertutup dan lemak dipisahkan dari produk yang sudah kehilangan kadar air dan lemak dan residu dalam panci kemudian diambil sebagai produk akhir. Metode pengolahan basah dilakukan dengan memanaskan bahan dengan uap setelah ditambahkan air. Lemak dipisahkan dalam bentuk padat dan residu yang telah terpisah dari lemak kemudian dikeringkan dan digiling. Hasil dari proses pengolahan TDT basah ini


(12)

kurang baik karena produknya masih mempunyai lemak (Buckley et al., 2012). Komposisi asam amino essensial yang terkandung pada TDT dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan asam amino esensialTepung Daging dan Tulang

Asam Amino Protein (%)

Ariginin 3,28

Histidin 0,96

Isoleusin 1,54

Leusin 3,28

Lisin 2,61

Methionin 0,78

Penialanin 1,81

Treonin 1,74

Triptopan 0,27

Valin 2,36

Sumber : NRC (1994)

Kualitas TDT dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan yaitu berasal dari proses pengolahan ayam atau sapi. Penggunaan bagian organ-organ tubuh hewan ternak dalam pembuatan TDT mempunyai nilai nutrien yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan jaringan lainnya.

D.Pengelolaan Kualitas air

Kualitas air sebagai media hidup lobster air tawar sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan kualitas kesehatan lobster air tawar. Air yang digunakan dalam kegiatan budidaya harus dalam kondisi optimal, baik dari kualitas dan kuantitasnya. Unsur-unsur yang harus diperhatikan yaitu: (a) unsur fisika yang meliputi: cahaya, suhu, kecerahan dan kekeruhan dan warna air dan (b) unsur kimia yang meliputi: pH, oksigen terlarut, karbondioksida (Zonneveld et al., 1991). Pergantian air dilakukan setiap pagi dan sore hari untuk menghindari stres pada lobster ( Iskandar, 2003).


(13)

(14)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada Bulan Juli sampai dengan Bulan September 2012 selama 60 hari bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan, Lampung.

B. Alat dan Bahan Penelitian B.1. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: akuarium berukuran 60x40x40 cm3 berjumlah 15 buah, aerasi, saringan, ember, shelter dari potongan PVC, selang sipon, penggaris, DO meter, pH meter, dan timbangan digital.

B.2. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah : a. Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan adalah lobster air tawar strain capit merah yang berasal dari pembudidaya lobster di Teluk Betung, Bandar Lampung. Lobster yang digunakan sebanyak 150 ekor berukuran 2-3 inci dengan bobot ± 3,04 gram. b. Pakan Lobster Air Tawar

Pakan berupa pakan buatan yang dibuat dengan komposisi antara lain : tepung ikan, Tepung daging dan tulang, tepung jagung, tepung kedelai, minyak ikan, premix, dan tepung terigu.


(15)

C.Rancangan Percobaan

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Perlakuan A: Pemberian pakan dengan komposisi 100% TI + 0% TDT Perlakuan B: Pemberian pakan dengan komposisi 75% TI + 25% TDT Perlakuan C: Pemberian pakan dengan komposisi: 50% TI + 50% TDT Perlakuan D: Pemberian pakan dengan komposisi 25% TI + 75% TDT Perlakuan E: Pemberian pakan dengan komposisi 0% TI + 100% TDT Keterangan:

TI (Tepung Ikan)

TDT (Tepung Daging dan Tulang)

Formulasi pakan disusun dengan menggunakan metode pearson square yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Formulasi PakanYang Diberikan Pakan Bahan Baku (gram)

A B C D E

Tepung Ikan 450 300 225 150 0 MBM 0 150 225 300 450

Tepung Jagung 300 300 300 300 300 Tepung Kedelai 525 525 525 525 525 Minyak Ikan 105 105 105 105 105 Premix 30 30 30 30 30 Tepung Terigu (Binder) 90 90 90 90 90 Jumlah Total 1500 1500 1500 1500 1500


(16)

Model Linear Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang digunakan adalah sebagai berikut : Yij = µ + ṫi + ∑ij

Keterangan :

Yij = Nilai Pengamatan dari pemberian pakan dengan persentase tepung TDT yang berbeda ke-i terhadap pertumbuhan lobster air tawar pada ulangan ke-j

µ = Nilai tengah pengamatan

τi = Pengaruh pemberian pakan dengan persentase tepung TDT yang berbeda ke-i terhadap pertumbuhan lobster air tawar.

∑ij = Pengaruh galat tepung TDT pada pemberian pakan dengan persentase tepung TDT yang berbeda ke-i terhadap pertumbuhan lobster air tawar pada ulangan ke-j.

Uji F digunakan untuk menguji perbedaan antar perlakuan pada taraf kepercayaan 95%, dan akan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) jika perlakuan berbeda nyata (Steel dan Torrie, 1991).

D. Prosedur Penelitian D.1. Prosedur Penelitian

Persiapan penelitian yang dilakukan meliputi: pembuatan pakan uji, persiapan wadah dan media pemeliharaan serta, persiapan hewan uji, pembuatan pakan meliputi : proses pembuatan TDT, penimbangan bahan-bahan pakan sesuai dengan formulasi pakan yang akan diberikan, dan pencampuran semua bahan baku sampai homogen. Proses selanjutnya pencetakan pakan sesuai dengan ukuran ikan dan pengeringan dengan oven pada suhu 70-80oC dan proses akhir adalah pengujian proksimat untuk mengetahui kandungan nutrisi pakan yang akan diberikan.


(17)

Persiapan wadah pemeliharaan meliputi pencucian dan pengeringan akuarium, serta pengisian air sebanyak 48 liter/akuarium dan dilengkapi aerasi. Persiapan media air pemeliharaan dilakukan dengan cara air didiamkan dalam wadah aquarium dan diaerasi selama 3 hari agar bahan-bahan organik mengendap dan oksigen terlarut meningkat.

D.2. Pelaksanaan Penelitian

Lobster air tawar ditebar sebanyak 10 ekor/akuarium dengan volume air 48 liter. Pakan diberikan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari sebanyak 5% dari bobot tubuh dengan persentase pemberian 25% pada pagi hari dan 75% pada sore hari. Pengukuran kualitas air sebanyak 3 kali yaitu pada awal, tengah dan akhir penelitian.

D.3. Pengamatan

Penelitian berlangsung parameter yang diam adalah pertumbuhan berat mutlak, pertumbuhan berat harian, efisiensi pakan dan kualitas air media pemeliharaan.

a. Pertumbuhan Berat Mutlak

Menurut Effendi (1997), pertumbuhan berat mutlak adalah selisih berat total ikan pada akhir pemeliharaan dan awal pemeliharaan. Pertumbuhan berat mutlak dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

Wm : Pertumbuhan berat mutlak (gram) Wt : Berat rata-rata akhir (gram)

Wo : Berat rata-rata awal (gram)


(18)

b. Pertumbuhan Berat Harian

Pertumbuhan berat harian adalah laju pertumbuhan yang berkaitan dengan berat ikan dalam kurun waktu tertentu (Effendi, 1997). Pertumbuhan berat harian dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan:

GR : Pertumbuhan Harian (gram/hari) Wt : Berat rata-rata akhir ikan (gram) Wo : Berat rata-rata awal ikan (gram) t : Lama pemeliharaan (hari)

c. Efisiensi Pakan

Nilai efisiensi pakan dihitung berdasarkan persamaan (NRC, 1983):

Keterangan :

Wt = bobot total ikan pada akhir pemeliharaan (gram) Wo= bobot total ikan pada awal pemeliharaan (gram)

Wm= bobot total ikan yang mati selama pemeliharaan (gram) F= jumlah pakan yang diberikan

GR = Wt – Wo t

EP = [ (WT + Wm) – Wo] x 100% F


(19)

d. Kualitas air

Parameter kualitas air yang diukur selama pemeliharaan yaitu: DO, suhu, pH dan Amoniak. Pengukuran dilakukan pada awal, tengah dan akhir penelitian. Pengamatan kualitas air disajikan secara deskriptif.

e. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian akan dianalisis dengan menggunakan Analisis Sidik Ragam (ANOVA) pada selang kepercayaan 95%. Apabila dalam analisis diperoleh hasil yang berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada selang kepercayaan 95%.


(20)

(21)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa subsitusi tepung ikan dengan TDT untuk pertumbuhan lobster air tawar dapat dilakukan sampai dengan 50%. Penambahan TDT lebih dari 50% dalam pakan lobster air tawar akan menurunkan pertumbuhan dan efisiensi pakan.

B. Saran

Dapat dilakukan penelitian lanjutan mengenai kajian pengaruh substitusi tepung ikan dengan TDT dalam pakan buatan pada spesies lobster air tawar yang berbeda.


(22)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) merupakan salah satu jenis udang yang banyak dibudidayakan di Indonesia dan negara lain seperti: Australia, Amerika dan Inggris. Lobster air tawar adalah komoditas perikanan air tawar yang sangat menjanjikan sebagai pengganti lobster air laut. Beberapa keunggulan lobster air tawar yaitu memiliki kandungan lemak, kolesterol dan garam yang rendah dibandingkan dengan lobster air laut serta dagingnya lunak dan memiliki kandungan protein yang cukup tinggi (Sukmajaya dan Suharjo, 2003).

Lobster air tawar merupakan salah satu komoditas perikanan yang sudah dikembangkan. Budidaya lobster air tawar dirintis sejak tahun 1990, berbeda dengan lobster air laut yang belum dapat dibudidayakan dan hanya dapat ditemukan di pasar dari hasil tangkapan para nelayan (Iskandar, 2003). Permintaan lobster air tawar ukuran konsumsi cukup tinggi, namun jumlahnya sangat terbatas karena masih sedikit kegiatan budidaya lobster air tawar. Salah satu kendalanya adalah waktu pemeliharan untuk mencapai ukuran konsumsi memerlukan waktu cukup lama, yaitu sekitar 7- 10 bulan (Kurniasih, 2008).

Keunggulan lobster air tawar dibandingkan spesies lainnya adalah tidak mudah diserang penyakit dan bersifat omnivora (Hartono dan Kurniawan, 2007). Selain itu, lobster air tawar merupakan spesies yang bersifat kanibal. Sifat kanibal pada


(23)

lobster akan muncul jika lobster air tawar dalam keadaan lapar dan ketika lobster air tawar lainnya mengalami pergantian kulit karena pada saat itu tubuh lobster air tawar akan lemah sehingga memudahkan bagi lobster lainnya untuk memangsa (Setiawan, 2010). Semakin sering lobster air tawar melakukan moulting, maka laju pertumbuhannya akan semakin cepat (Ahvenanju, 2007; Lukito dan Prayogo, 2007). Pertumbuhan lobster air tawar tidak akan terjadi tanpa adanya moulting. Oleh karena itu pertumbuhan lobster bersifat diskontinyu karena hanya akan terjadi setelah moulting yaitu pada saat kerangka luar (eksoskeleton) belum mengeras secara sempurna (Iskandar, 2003).

Penggunaan pakan buatan pada lobster air tawar berpengaruh terhadap biaya produksi lobster air tawar. Pembuatan pakan buatan memerlukan protein hewani yang tinggi untuk menunjang pertumbuhan lobster air tawar, seperti tepung ikan. Sementara itu tepung ikan yang berkualitas tinggi harganya cukup mahal.

Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi penggunaan tepung ikan dalam pakan adalah dengan melakukan substitusi tepung ikan dengan TDT. Bahan substitusi ini harus mempunyai jumlah yang tidak terbatas dan mudah diperoleh dengan harga yang relatif murah, tetapi kandungan nutrisinya tidak berbeda jauh dengan tepung ikan. TDT dibuat dari limbah pembuatan sosis.

Kandungan protein dan kalsium dalam TDT relatif tinggi yaitu sebesar protein 55% dan kalsium 10% (Hendriks et al., 2006). TDT dapat dijadikan sebagai bahan substitusi tepung ikan dalam pembuatan pakan buatan lobster air tawar.


(24)

Penggunaan TDT dalam pakan buatan diharapkan mampu mengurangi penggunaan tepung ikan dalam pakan lobster air tawar, sehingga perlu dikaji penggunaan TDT sebagai bahan substitusi parsial pada tepung ikan dalam formulasi pakan buatan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi lobster air tawar.

B.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh substitusi tepung ikan dengan TDT terhadap pertumbuhan lobster air tawar.

C. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah bagi pelaku budidaya mengenai penggunaan TDT sebagai substitusi tepung ikan pada pakan buatan lobster air tawar.

D.Kerangka pemikiran

Permintaan akan lobster air tawar yang cukup tinggi oleh masyarakat membuat para pembudidaya ikan air tawar tertarik untuk melakukan usaha budidaya lobster air tawar sebagai usaha yang cukup menjanjikan. Permasalahan yang terjadi pada usaha budidaya lobster air tawar terletak pada harga pakan buatan yang relatif mahal. Hal ini dikarenakan tepung ikan sebagai sumber protein utama dalam pakan masih di impor dari negara lain (Ahvenanju, 2007).

Besarnya biaya pemenuhan pakan salah satunya berasal dari penggunaan tepung ikan sebagai bahan baku pakan buatan yang hingga saat ini masih bergantung dari


(25)

produksi luar negeri. Untuk menanggulangi masalah tersebut, maka perlu adanya pemanfaatan bahan lain yang dapat menggantikan ataupun mengurangi penggunaan tepung ikan dalam pakan buatan. Bahan tersebut harus memiliki kandungan nutrisi yang tidak jauh berbeda dengan kandungan nutrisi pada tepung ikan. TDT merupakan bahan baku lokal yang kandungan nutrisinya tidak jauh berbeda dengan tepung ikan. TDT sebagai substitusi tepung ikan sudah banyak digunakan dalam pakan lobster air tawar (Webster et al., 2004). Pemanfaatan TDT pada pakan buatan lobster air tawar merupakan salah satu upaya untuk mengetahui dampak penggunaan TDT pada lobster air tawar. Sehingga TDT dapat digunakan sebagai bahan pengganti dari tepung ikan dalam formulasi pakan buatan untuk meningkatkan pertumbuhan lobster air tawar. Secara garis besar kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.


(26)

Substitusi

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Budidaya Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus)

Pakan Buatan

Karbohidrat Protein Lemak Vitamin Mineral

Protein hewani Protein nabati

Tepung Ikan Tepung daging dan tulang (TDT)

 Bahan Baku Impor

 Protei tinggi (50-60%)

 Harga mahal (Rp. 15000/kg)

 Digunakan pada pakan buatan hingga 30%.

 Bahan Baku Lokal berasal dari limbah pengolahan daging ayam

 Protein (40-50%)

 Mudah diperoleh

 Harga murah (Rp. 7000/kg)

 Dapat digunakan untuk pakan ikan hingga 30%

Pakan buatan yang berkualitas dan murah

Laju Pertumbuhan cepat

Produksi Lobster meningkat


(27)

E.Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

Ho = τi = 0 : Substitusi tepung ikan dengan TDT tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan lobster air tawar pada selang kepercayaan 95%.

H1 = τi≠0 : Substitusi tepung ikan dengan TDT memberikan pengaruh nyataterhadap pertumbuhan lobster air tawar pada selang kepercayaan 95%.


(28)

(29)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF THE SUBSTITUTION OF FISH MEAL WITH MEAT AND BONE MEAL ON GROWTH OF CRAYFISH (Cherax

quadricarinatus)

By Yuriska Selviani

Crayfish (Cherax quadricarinatus) is exotic fish that has high economic value and has been cultured since 1970s in Indonesia. Crayfish cultured rely on artificial diets that formulated by fish meal (FM). It is necessary to find a local raw materials such as meat and bone meal (MBM) that able to give similiar benefit like fish meal. This study aims to examine the effect of the inclusion of meat and bone meal to growth and feed efficiency of crayfish. The study used Completely Randomized design with 5 treatments 100% FM ; 75% FM + 25% MBM; 50% FM + 50% MBM; 25% FM + 75% MBM and 100% MBM. The data was analyzed with ANOVA and continued with the LSD test. The results showed that the balance proportion of fish meal and meat and bone meal enhances growth and feed efficiency of crayfish. Meat and bone meal able to use as alternative formulated diets as good as fish meal in feed formulation.


(30)

ABSTRAK

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG DAGING DAN TULANG (Meat and Bone Meal) TERHADAP PERTUMBUHAN

LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus)

Oleh Yuriska Selviani

Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) merupakan jenis udang yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan budidayanya dapat menggunakan pakan buatan. Namun, pakan buatan yang dibutuhkan tergantung pada tepung ikan (TI) (fish meal) yang merupakan produk impor dengan harga yang tinggi. Tepung daging dan tulang (TDT) (meat and bone meal) dapat menggantikan tepung ikan sebagai bahan baku pakan buatan. Penelitian dilakukan untuk mengkaji pengaruh substitusi tepung ikan dengan tepung daging dan tulang pada pakan dengan proporsi yang berbeda pada pertumbuhan dan efisiensi pakan lobster air tawar. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan 100% TI; 75% TI + 25% TDT; 50% TI + 50% TDT; 25% TI + 75% TDT dan 100% TDT. Data dianalisis menggunakan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji BNT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi tepung ikan dengan tepung daging dan tulang yang berimbang dapat memberikan pertumbuhan berat mutlak pada lobster air tawar sebesar 3,87 gr dan efisiensi pakan sebesar 21,94%. Tepung daging dan tulang dapat dijadikan bahan formulasi alternatif selain tepung ikan dalam akuakultur.


(31)

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG DAGING DAN TULANG (Meat and Bone Meal) TERHADAP PERTUMBUHAN

LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus

)

(Skripsi)

Oleh

YURISKA SELVIANI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(32)

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG DAGING DAN TULANG (Meat and Bone Meal) TERHADAP PERTUMBUHAN

LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus

)

(Skripsi)

Oleh

YURISKA SELVIANI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(33)

ABSTRAK

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG DAGING DAN TULANG (Meat and Bone Meal) TERHADAP PERTUMBUHAN

LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus)

Oleh Yuriska Selviani

Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) merupakan jenis udang yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan budidayanya dapat menggunakan pakan buatan. Namun, pakan buatan yang dibutuhkan tergantung pada tepung ikan (TI) (fish meal) yang merupakan produk impor dengan harga yang tinggi. Tepung daging dan tulang (TDT) (meat and bone meal) dapat menggantikan tepung ikan sebagai bahan baku pakan buatan. Penelitian dilakukan untuk mengkaji pengaruh substitusi tepung ikan dengan tepung daging dan tulang pada pakan dengan proporsi yang berbeda pada pertumbuhan dan efisiensi pakan lobster air tawar. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan 100% TI; 75% TI + 25% TDT; 50% TI + 50% TDT; 25% TI + 75% TDT dan 100% TDT. Data dianalisis menggunakan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji BNT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi tepung ikan dengan tepung daging dan tulang yang berimbang dapat memberikan pertumbuhan berat mutlak pada lobster air tawar sebesar 3,87 gr dan efisiensi pakan sebesar 21,94%. Tepung daging dan tulang dapat dijadikan bahan formulasi alternatif selain tepung ikan dalam akuakultur.


(34)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF THE SUBSTITUTION OF FISH MEAL WITH MEAT AND BONE MEAL ON GROWTH OF CRAYFISH (Cherax quadricarinatus)

By Yuriska Selviani

Crayfish (Cherax quadricarinatus) is exotic fish that has high economic value and has been cultured since 1970s in Indonesia. Crayfish cultured rely on artificial diets that formulated by fish meal (FM). It is necessary to find a local raw materials such as meat and bone meal (MBM) that able to give similiar benefit like fish meal. This study aims to examine the effect of the inclusion of meat and bone meal to growth and feed efficiency of crayfish. The study used Completely Randomized design with 5 treatments 100% FM ; 75% FM + 25% MBM; 50% FM + 50% MBM; 25% FM + 75% MBM and 100% MBM. The data was analyzed with ANOVA and continued with the LSD test. The results showed that the balance proportion of fish meal and meat and bone meal enhances growth and feed efficiency of crayfish. Meat and bone meal able to use as alternative formulated diets as good as fish meal in feed formulation.


(35)

(36)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran... 5

2. Morfologi lobster air tawar ... 8

3. Road map Penelitian ... 21

4. Pertumbuhan Berat Mutlak Lobster Air Tawar ... 22

5. Pertumbuhan Berat Harian Lobster Air Tawar ... 27


(37)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 3

D. Kerangka Pemikiran ... 3

E. Hipotesis ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Biologi Lobster Air Tawar ... 7

A.1 Habitat dan Penyebaran ... 9

A.2 Kebiasaan Makan dan Jenis Pakan... 9

B. Kebutuhan Nutrisi Pada Lobster Air Tawar... 10

C. Sumber Protein Hewani ... 11

C.1. Tepung Ikan ... 11

C.2. TDT ... 13

D. Pengelolaan Kualitas Air... 14

III. METODE PENELITIAN ... 15

A. Waktu dan Tempat ... 15

B. Alat dan Bahan Penelitian ... 15

B.1. Alat Penelitian ... 15

B.2. Bahan Penelitian ... 15

a. Hewan Uji ... 15


(38)

C. Rancangan Percobaan ... 16

D. Prosedur Pelaksanaan ... 17

D.1. Prosedur Penelitian ... 17

D.2. Pelaksanaan Penelitian... 18

D.3 Pengamatan ... 18

a. Pertumbuhan Berat Mutlak ... 18

b. Pertumbuhan Berat Harian ... 19

c. Efisiensi Pakan ... 19

d. Kualitas Air ... 20

e. Analisa Data ... 20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

A. Pertumbuhan Berat Mutlak ... 22

B. Pertumbuhan Berat Harian ... 27

C. Efisiensi Pakan Lobster Air Tawar ... 28

D. Kualitas Air ... 30

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

2 A. Kesimpulan ... 32

B. Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(39)

33 DAFTAR PUSTAKA

.

Ahvenanju, T. 2007. Food Intake, Growth and Social Interactions Of Signal Crayfish, Pacifastacus leniusculus (Dana). Academic dissertation in Fishery Science, Finnish Game and Fisheries Research Institute, Evo Game and Fisheries Research, Helsinki. 7:181-189.

Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 333 hal

Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BEPN). 2012. Statistik Impor Indonesia. Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Jakarta, hal 112-113.

Bardach, J. E. 1972. Aquaculture The Farming and Husbandry of Freshwater and Marine Organism. Willey Interscience. 651p.

Barki, A., G. N. Karplus. 2001. Management of Interspesific food competition in crayfish comunal culture. Departement of Aquaculture institute of animal science. Zemach 15133. Israel. 343-354.

Boyd, C. E. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Birmingham Publishing. Alabama. 482 p.

Buckley, M. and K. Penkman. 2012. Protein and Mineral Characterisation of rendered Meat and Bone Meal. BioArch Departement of Biology.University of New York.602 p.

Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan.Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 92-100:130-132 hal.

Effendi, H. 2000. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan. Jurusan Manajemen Sumber daya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor .

Halver, J. E. 1989. Fish Nutrition. Second Edition. Academy Press Inc. New York. 789p.


(40)

34 Hakim, R. R. 2007. Optimalisasi Pertumbuhan dan Sintasan Benih Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) dengan Penggunaan Jenis Substrat Dasar yang Berbeda. Prosiding Seminar Nasional Hasil 12 Penelitian Peternakan dan Perikanan, Fakultas Peternakan-Perikanan Universitas Muhammadiyah Malang.

Hastuti, S. D. 2006. Pengaruh Jenis Pakan yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Lobster Air Tawar (Cheraxquadricarinatus). Protein 13 (1): 11-12

Hendriks., W. H. and Y. Cottam. 2006. The effect of storage on the nutritional quality of meat and bone meal. Institute of food. New Zealand University. Aquaculture 12(2): 1-5.

Hartono, R dan Kurniawan, T. 2007. Pembesaran Lobster Air Tawar Secara Cepat. Penebar Swadaya : Jakarta. 68 hal.

Hauser, G. F. 1950. Feeding Poultry. New York. 113 p.

Holthuis, L. B. 2004. Taxonomy of Cherax sp. http://147.72.68.29/crayfish . 7 April

2012. 2 pp.

Holthuis, L. B. 1949. Taxonomy of Cherax sp. http://147.72.68.29/crayfish . 7April

2012. 2 pp

Iskandar, 2003. Budidaya Lobster Air Tawar. Agromedia Pustaka. Jakarta. 132 hal. Jones, C. M and Ruscoe. 2001. Assesment Production Of Redclaw Crayfish (Cherax

quadricarinatus). Journal Aquaculture Society. 32:41-52.

Kondos, A. 1990. Supplementary feed essential for crayfish. Australian Fisheries. 49:28-30.

Kurniasih, T. 2008. Lobster Air Tawar (Parastacidae: Cherax) Aspek dan Penyebarannya. Balai Riset Budidaya Air Tawar. Bogor. 4-8 hal.

Lovell, T. 1989. Nutrition of fish. Van Nostrand reinhold. New York. 260 pp.

Lukito, A dan S. Prayogo. 2007. Panduan Lengkap Lobster Air Tawar. Penebar Swadaya. Depok. 289 hal.

Martosudarmo, B dan B. S. Ranumingarjo. 1980. Biology Udang Paneid. Balai Budidaya Air Payau. Jepara. 105 hal.


(41)

35 Mohanta, K. N., S. N. Mohanty and J. K. Jena. 2007. Protein-sparing effect of carbohydrate in silver barb (Puntius gonionotus). Aquaculture. 13: 311-317. Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan. Jakarta : Penebar Swadaya. 57 hal.

Nainggolan, A. 2008. Uji Efek Ablasi Terhadap Pertumbuhan Lobster Air Tawar Cryfish ( Cherax quadricarinatus) Pada Wadah yang terkontrol. Jurnal Ilmiah Satya Negara Indonesia. 1 (1) 27-35 pp.

National Research Council. 1977. Nutrition Requitment of Warmwater Fishes. National Academy of science. Washington D.C. 248 pp.

National Research Council. 1983. Nutrition Reqruitment of Warmwater Fishes. National Academy Press. Washington D.C. 102 pp.

Parson, C. M.F. Castanon and Han. 1997. Protein and Amino Acid Quality of MBM. Poultry Science. 361-368.

Prymaczok. C. N. and A. Chaulet. 2012. Survival growt and physiologi responses of advenced juvenile freshwater crayfish (Cherax quadricarinatus). Departement Biodiversity and Experimental Biology, Ciudad University. Argentina. 21 p.

Rouse, D. B. 1977. Production of Australian Red Claw Crayfish. Auburn University. Alabama. USA. 11 p.

Scott, M. L., M. C. Neshein and R. J.Young. 1982. Nutrition Of the Chicken. 3 rd Ed. M.L. Scott and Associates ithaca. New York. 452 p.

Setiawan, C. 2010. Budidaya Lobster Air Tawar. Agromedia. Jakarta. 104 hal.

Steel GD and Torrie J. H. 2001. Principles and Procedure of Statistics. A Biometrical Approach, Mc Graw-Hill Inc. New York.

Sukmajaya, Y. I dan Suharjo. 2003. Lobster Air Tawar Komoditas Perikanan Prospektif. Agro Media Pustaka. Jakarta. 104 hal.

Watanabe, T. 1988. Fish Nutrition and Mariculture. Departement of Aquatic Biosciences. Tokyo University of Fisheries. JICA. 233 pp.

Webster, C. D. Thompson., R.K 2004. A Prelimentary Assesment of Growth Survival, Yield of Australian Red Claw cryfish (Cherax quadricaranatus). Aquaculture 12 (6): 14-19.


(42)

36 Wijayanto, R. H dan R. Hartono. 2003. Lobster Air Tawar, Pembenihan dan

Pembesaran. Penebar Swadaya. Jakarta. 96 hal.

Yang, Y. X .S. 2004. Effect of replacement of fish meal by meat and bone meal and poultry by-product meal in diets on the growth of Macrobrancium Nipponense. Institute of Hydrology Huey China. 65 p.

Zonneveld, N. H dan L. A. Huisman. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. Gramedia pustaka Utama. Jakarta. 318 hal.


(43)

Judul : Pengaruh Substitusi Tepung Ikan Dengan Tepung Daging dan Tulang (Meat And Bone Meal) Terhadap Pertumbuhan Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus)

Nama : Yuriska Selviani

NPM : 0814111068

Jurusan/Program Studi : Budidaya Perairan

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI, Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Limin Santoso, S.Pi., M.Si. Ir. Siti Hudai dah, M.Sc.

NIP. 197703272005011001 NIP. 196402151996032001

Ketua Jurusan Budidaya Perairan

Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. NIP. 196402151996032001


(44)

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG DAGING DAN TULANG (Meat and Bone Meal) TERHADAP PERTUMBUHAN

LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus)

Oleh

YURISKA SELVIANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PERIKANAN

Pada

Jurusan Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(45)

LABORATORIUM UJI

BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR

Jalan Sempur No. 1 Bogor 16154 Telp: 0251-8313200, Fax.: 0251- 8327890

Tanggal Terbit : 08-08-2012

Formulir

Terbitan / Revisi : 3/ 0

No. Bagian : LU-BRPBAT-FR.5.10.2

Tanggal Revisi : - Halaman : 1 dari 1

059/LU-BRPBAT/VI/2012

LAPORAN HASIL PENGUJIAN

Hlm. 1 dari 1

No. sertifikat : 199/LU-BRPBAT/IX/2012 Jenis sampel : Pellet dan Tepung

Parameter/ Parameter

Satuan / Unit

Hasil Analisis / Result Teknik Pengujian /

Analysis Technique Nama Sampel / Sample Name

Pakan A Pakan B Pakan C Pakan D Pakan E

□ Kadar Air % 8,10 9,31 9,35 8,20 7,90 SNI 01-2891-1992 butir 5.1

□ Protein % 34,20 35,04 35,14 35,58 36,01 SNI 01-2891-1992 butir 7.1

□ Lemak % 9,53 7,20 8,21 7,48 6,50 SNI 01-2891-1992 butir 8.2

□ Abu % 7,52 7,68 7,73 7,81 7,80 SNI 01-2891-1992 butir 6.1

□ Serat Kasar % 5,25 5,52 4,12 5,41 5,96 SNI 01-2891-1992

□ Karbohidrat % 35,40 35,25 35,45 35,52 35,83 PERHITUNGAN

□ BETN % SNI 01-2891-1992 butir 9

□ Chloramfenicol ppb HPLC

□ N2 Bebas % SNI 02-2724-2002/Titrimetri

□ Kestabilan dlm Air % per menit SNI PAKAN IKAN

□ ………. Parameter/ Parameter Satuan / Unit

Hasil Analisis / Result Teknik Pengujian / Analysis Technique Nama Sampel / Sample Name

Tepung Ikan Tepung Jagung Tepung Kedelai

□ Kadar Air % 9,54 11,34 7,21 SNI 01-2891-1992 butir 5.1

□ Protein % 30,50 9,86 33,25 SNI 01-2891-1992 butir 7.1

□ Lemak % 10,81 5,20 21,20 SNI 01-2891-1992 butir 8.2

□ Abu % 25,23 3,26 3,21 SNI 01-2891-1992 butir 6.1

□ Serat Kasar % 1,48 1,02 4,06 SNI 01-2891-1992

□ Karbohidrat % 20,87 69,32 31,07 PERHITUNGAN

□ BETN % SNI 01-2891-1992 butir 9

□ Chloramfenicol ppb HPLC

□ N2 Bebas % SNI 02-2724-2002/Titrimetri

□ Kestabilan dlm Air % per menit SNI PAKAN IKAN


(1)

34 Hakim, R. R. 2007. Optimalisasi Pertumbuhan dan Sintasan Benih Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) dengan Penggunaan Jenis Substrat Dasar yang Berbeda. Prosiding Seminar Nasional Hasil 12 Penelitian Peternakan dan Perikanan, Fakultas Peternakan-Perikanan Universitas Muhammadiyah Malang.

Hastuti, S. D. 2006. Pengaruh Jenis Pakan yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Lobster Air Tawar (Cheraxquadricarinatus). Protein 13 (1): 11-12

Hendriks., W. H. and Y. Cottam. 2006. The effect of storage on the nutritional quality of meat and bone meal. Institute of food. New Zealand University. Aquaculture 12(2): 1-5.

Hartono, R dan Kurniawan, T. 2007. Pembesaran Lobster Air Tawar Secara Cepat. Penebar Swadaya : Jakarta. 68 hal.

Hauser, G. F. 1950. Feeding Poultry. New York. 113 p.

Holthuis, L. B. 2004. Taxonomy of Cherax sp. http://147.72.68.29/crayfish . 7 April

2012. 2 pp.

Holthuis, L. B. 1949. Taxonomy of Cherax sp. http://147.72.68.29/crayfish . 7April

2012. 2 pp

Iskandar, 2003. Budidaya Lobster Air Tawar. Agromedia Pustaka. Jakarta. 132 hal. Jones, C. M and Ruscoe. 2001. Assesment Production Of Redclaw Crayfish (Cherax

quadricarinatus). Journal Aquaculture Society. 32:41-52.

Kondos, A. 1990. Supplementary feed essential for crayfish. Australian Fisheries. 49:28-30.

Kurniasih, T. 2008. Lobster Air Tawar (Parastacidae: Cherax) Aspek dan Penyebarannya. Balai Riset Budidaya Air Tawar. Bogor. 4-8 hal.

Lovell, T. 1989. Nutrition of fish. Van Nostrand reinhold. New York. 260 pp.

Lukito, A dan S. Prayogo. 2007. Panduan Lengkap Lobster Air Tawar. Penebar Swadaya. Depok. 289 hal.

Martosudarmo, B dan B. S. Ranumingarjo. 1980. Biology Udang Paneid. Balai Budidaya Air Payau. Jepara. 105 hal.


(2)

35 Mohanta, K. N., S. N. Mohanty and J. K. Jena. 2007. Protein-sparing effect of carbohydrate in silver barb (Puntius gonionotus). Aquaculture. 13: 311-317. Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan. Jakarta : Penebar Swadaya. 57 hal.

Nainggolan, A. 2008. Uji Efek Ablasi Terhadap Pertumbuhan Lobster Air Tawar Cryfish ( Cherax quadricarinatus) Pada Wadah yang terkontrol. Jurnal Ilmiah Satya Negara Indonesia. 1 (1) 27-35 pp.

National Research Council. 1977. Nutrition Requitment of Warmwater Fishes. National Academy of science. Washington D.C. 248 pp.

National Research Council. 1983. Nutrition Reqruitment of Warmwater Fishes. National Academy Press. Washington D.C. 102 pp.

Parson, C. M.F. Castanon and Han. 1997. Protein and Amino Acid Quality of MBM. Poultry Science. 361-368.

Prymaczok. C. N. and A. Chaulet. 2012. Survival growt and physiologi responses of advenced juvenile freshwater crayfish (Cherax quadricarinatus). Departement Biodiversity and Experimental Biology, Ciudad University. Argentina. 21 p.

Rouse, D. B. 1977. Production of Australian Red Claw Crayfish. Auburn University. Alabama. USA. 11 p.

Scott, M. L., M. C. Neshein and R. J.Young. 1982. Nutrition Of the Chicken. 3 rd Ed. M.L. Scott and Associates ithaca. New York. 452 p.

Setiawan, C. 2010. Budidaya Lobster Air Tawar. Agromedia. Jakarta. 104 hal.

Steel GD and Torrie J. H. 2001. Principles and Procedure of Statistics. A Biometrical Approach, Mc Graw-Hill Inc. New York.

Sukmajaya, Y. I dan Suharjo. 2003. Lobster Air Tawar Komoditas Perikanan Prospektif. Agro Media Pustaka. Jakarta. 104 hal.

Watanabe, T. 1988. Fish Nutrition and Mariculture. Departement of Aquatic Biosciences. Tokyo University of Fisheries. JICA. 233 pp.

Webster, C. D. Thompson., R.K 2004. A Prelimentary Assesment of Growth Survival, Yield of Australian Red Claw cryfish (Cherax quadricaranatus). Aquaculture 12 (6): 14-19.


(3)

36 Wijayanto, R. H dan R. Hartono. 2003. Lobster Air Tawar, Pembenihan dan

Pembesaran. Penebar Swadaya. Jakarta. 96 hal.

Yang, Y. X .S. 2004. Effect of replacement of fish meal by meat and bone meal and poultry by-product meal in diets on the growth of Macrobrancium Nipponense. Institute of Hydrology Huey China. 65 p.

Zonneveld, N. H dan L. A. Huisman. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. Gramedia pustaka Utama. Jakarta. 318 hal.


(4)

Judul : Pengaruh Substitusi Tepung Ikan Dengan Tepung Daging dan Tulang (Meat And Bone Meal) Terhadap Pertumbuhan Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus)

Nama : Yuriska Selviani

NPM : 0814111068

Jurusan/Program Studi : Budidaya Perairan

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI, Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Limin Santoso, S.Pi., M.Si. Ir. Siti Hudai dah, M.Sc.

NIP. 197703272005011001 NIP. 196402151996032001

Ketua Jurusan Budidaya Perairan

Ir. Siti Hudaidah, M.Sc.


(5)

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG DAGING DAN TULANG (Meat and Bone Meal) TERHADAP PERTUMBUHAN

LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus)

Oleh

YURISKA SELVIANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PERIKANAN

Pada

Jurusan Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(6)

LABORATORIUM UJI

BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR Jalan Sempur No. 1 Bogor 16154 Telp: 0251-8313200, Fax.: 0251- 8327890

Tanggal Terbit : 08-08-2012

Formulir

Terbitan / Revisi : 3/ 0 No. Bagian : LU-BRPBAT-FR.5.10.2

Tanggal Revisi : - Halaman : 1 dari 1

059/LU-BRPBAT/VI/2012

LAPORAN HASIL PENGUJIAN

Hlm. 1 dari 1

No. sertifikat : 199/LU-BRPBAT/IX/2012 Jenis sampel : Pellet dan Tepung

Parameter/ Parameter

Satuan / Unit

Hasil Analisis / Result Teknik Pengujian /

Analysis Technique Nama Sampel / Sample Name

Pakan A Pakan B Pakan C Pakan D Pakan E

□ Kadar Air % 8,10 9,31 9,35 8,20 7,90 SNI 01-2891-1992 butir 5.1

□ Protein % 34,20 35,04 35,14 35,58 36,01 SNI 01-2891-1992 butir 7.1

□ Lemak % 9,53 7,20 8,21 7,48 6,50 SNI 01-2891-1992 butir 8.2

□ Abu % 7,52 7,68 7,73 7,81 7,80 SNI 01-2891-1992 butir 6.1

□ Serat Kasar % 5,25 5,52 4,12 5,41 5,96 SNI 01-2891-1992

□ Karbohidrat % 35,40 35,25 35,45 35,52 35,83 PERHITUNGAN

□ BETN % SNI 01-2891-1992 butir 9

□ Chloramfenicol ppb HPLC

□ N2 Bebas % SNI 02-2724-2002/Titrimetri

□ Kestabilan dlm Air % per menit SNI PAKAN IKAN

□ ………. Parameter/ Parameter Satuan / Unit

Hasil Analisis / Result Teknik Pengujian / Analysis

Technique Nama Sampel / Sample Name

Tepung Ikan Tepung Jagung Tepung Kedelai

□ Kadar Air % 9,54 11,34 7,21 SNI 01-2891-1992 butir 5.1

□ Protein % 30,50 9,86 33,25 SNI 01-2891-1992 butir 7.1

□ Lemak % 10,81 5,20 21,20 SNI 01-2891-1992 butir 8.2

□ Abu % 25,23 3,26 3,21 SNI 01-2891-1992 butir 6.1

□ Serat Kasar % 1,48 1,02 4,06 SNI 01-2891-1992

□ Karbohidrat % 20,87 69,32 31,07 PERHITUNGAN

□ BETN % SNI 01-2891-1992 butir 9

□ Chloramfenicol ppb HPLC

□ N2 Bebas % SNI 02-2724-2002/Titrimetri

□ Kestabilan dlm Air % per menit SNI PAKAN IKAN