Tampil di UMM, Ludruk Malangan Memukau

Universitas Muhammadiyah Malang
Arsip Berita
www.umm.ac.id

Tampil di UMM, Ludruk Malangan Memukau
Tanggal: 2011-09-13
Salah satu aksi dari para pemain ludruk saat menampilkan lakon
berjudul"Hermin Gadis Desa".

Pementasan Ludruk Campursari Malangan di teras Gate A UMM Dome kampus Universitas Muhammadiyah Malang
(UMM) berlangsung meriah, Sabtu (10/09). Pentas yang berlangsung cukup lama, dimulai dari pukul 14.00 hingga 01.00
dini hari itu mampu memukau penonton yang haus akan budaya tradisional ludruk.

Pagelaran ini dimotori Lembaga Kebudayaan (LK) UMM bekerjasama dengan gabungan seniman ludruk se-Malang
Raya yang berjumlah 40 orang. Menurut kepala LK UMM, Dr. Sugiarti, acara kebudayaan seperti ini merupakan agenda
rutin lembaganya untuk melestarikan kebudayaan Jawa Timur. “Sebelumnya, LK juga telah mementaskan Ketoprak,
Reog, Kuda Lumping, dan berbagai kesenian Jawa lainnya,” kata Sugiarti.
Ketua Panitia, Rahmat Pulung Sudibyo, mengatakan pementasan ini sebagai hiburan tradisional bagi mahasiswa,
karyawan, dosen, serta masyarakat sekitar kampus. “Kebetulan ini juga moment mahasiswa baru di UMM, jadi sekalian
memperkenalkan kebudayaan Jawa dan hiburan selamat datang bagi mereka yang dari berbagai daerah di Indonesia,”
tutur Rahmat.

Acara yang disambut antusias oleh para keluarga besar UMM dan warga sekitar lingkungan kampus UMM ini
menyajikan dua lakon. Pada siang hari ditampilkan lakon berjudul “Hermin Gadis Desa” yang menggambarkan tentang
nasib seorang gadis yang merantau dari desa ke kota untuk sekolah. Di kota ia dihamili kekasihnya yang kemudian
tidak bertanggung jawab atas kehamilannya. Hermin diusir dari keluarganya lalu diangkat sebagai anak oleh
pembantunya yang juga ikut di usir orang tuanya. Akhirnya ia melahirkan anak perempuan dan kemudian berkenalan
dengan dr. Iskandar.
Asisten Sutradara ludruk, Sasmito, mengatakan lakon ini menyampaikan pesan moral bagi pelajar agar selalu
berhati-hati dan menjaga diri. “Pesan dari lakon ini tentang rumah tangga dan untuk pelajar agar tidak bernasib seperti
Hermin,” ujarnya.
Sedangkan pada malam harinya, digelar pementasan campursari yang dilanjutkan dengan pementasan ludruk lakon
kedua pada pukul 20.30 wib hingga 01.00 wib. Lakon ke dua tersebut berjudul Syarif Tambak Yoso. Secara ringkas,
ceritanya tentang Syarif yang berjuang melawan penjajah untuk merebut hak-haknya. Pada lakon ini menurut Sasmito,
lebih mengandung pesan moral tentang nasionalisme. (han/nas)

page 1 / 1