Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-
Pokok Kepegawaian Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3041, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun
1999 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3890; 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 85, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4654; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang
Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 51, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5121;
MEMUTUSKAN : Menetapkan
: PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN TENTANG
JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN.
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1.
Badan Pemeriksa Keuangan, yang selanjutnya disingkat BPK, adalah lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Jabatan Fungsional Pemeriksa, yang selanjutnya disingkat JFP, adalah jabatan
yang mempunyai lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang diduduki
oleh Pegawai Negeri Sipil PNS di lingkungan BPK. 3.
Pemeriksa adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK.
4. Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang
dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan
informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. 5.
Peran Pemeriksa adalah peran yang dimiliki oleh PNS di lingkungan BPK yang menduduki JFP setelah memenuhi persyaratan tertentu.
6. Pengendali Mutu adalah peran yang dimiliki oleh Pemeriksa BPK dengan tanggung
jawab terhadap mutu hasil pemeriksaan dan disandang oleh Pemeriksa Madya atau Pemeriksa Utama.
7. Pengendali Teknis adalah peran yang dimiliki oleh Pemeriksa BPK dengan tanggung jawab terhadap teknis pelaksanaan pemeriksaan dan disandang oleh
Pemeriksa Muda atau Pemeriksa Madya. 8. Ketua Tim Senior adalah peran yang dimiliki oleh Pemeriksa BPK dengan
tanggung jawab memimpin pelaksanaan tugas pemeriksaan dengan kompleksitas tinggi serta disandang oleh Pemeriksa Muda atau Pemeriksa Madya.
9. Ketua Tim Yunior adalah peran yang dimiliki oleh Pemeriksa BPK dengan tanggung jawab memimpin pelaksanaan tugas pemeriksaan dengan kompleksitas
rendah dan disandang oleh Pemeriksa Pertama atau Pemeriksa Muda. 10. Anggota Tim Senior adalah peran yang dimiliki oleh Pemeriksa BPK dengan
tanggung jawab melaksanakan pemeriksaan dengan kompleksitas tinggi dan disandang oleh Pemeriksa Pertama atau Pemeriksa Muda.
11. Anggota Tim Yunior adalah peran yang dimiliki oleh Pemeriksa BPK dengan tanggung jawab melaksanakan pemeriksaan dengan kompleksitas rendah dan
disandang oleh Pemeriksa Pertama. 12. Sertifikasi Peran Pemeriksa adalah proses pengujian dalam rangka menilai
pemenuhan syarat kemampuan Pemeriksa untuk menduduki peran tertentu. 13. Surat Tanda Sertifikasi Peran, selanjutnya disingkat STSP, adalah surat tanda
lulus telah mengikuti pendidikan dan pelatihan serta ujian sertifikasi Peran Pemeriksa.
14. Tim Penilai Angka Kredit Pemeriksa, yang selanjutnya disebut Tim Penilai Pemeriksa, adalah tim penilai yang dibentuk dan ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang dan bertugas menilai prestasi kerja Pemeriksa. 15. Angka Kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan danatau akumulasi nilai
butir-butir kegiatan yang dicapai oleh Pemeriksa dalam rangka pembinaan karir yang bersangkutan.
BAB II RUANG LINGKUP