Studi Pengaturan Hasil pada Kelas Perusahaan Jati ( Tectona grandis L.f ) di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.

WDT'

1

O'??

-

STUD1 PENGATURAN HASIL
PADA KELAS PERUSAHAAN JATI ( Tectonn grandis L.f )
DI KPH CIANJUR P E R M PERHUTANI UNIT 111 /
JAWA BARAT DAN BANTEN

ANDIKA YANUAR PATIWIRI
E01499109

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2004


RINGKASAN

.

Andika Yanuar Patiwiri 'E01499109

. Studi Pengaturan Hasil

pada Kelas Perusallaan Jati

( Teclo~~
grandis
a
L.f) di K P H Cianjur Perum Perhutani Unit I11 Jawa Barat dan Banten. Di

bawah bimbingan Dra. Nining Puspaningsih, MS. dan Ir. Emi Karminarsill, MS.

.Untuk menjaga kelestarian dan kesinambungan produksi hasil hutan diperlukan perencanaan
pengaturan hasil hutan. Perencanaan yang baik dalam rangka mewujudkan kclestarian hasil hutan
diusahakan dengan penyesuaian kegiatan produksi dengan kapasitas ~naksimumdari tegakan hutan.

Pada prinsipnya, tujuan akhir dari pengaturan hasil yaitu untuk mewujudkan kondisi hutan yang selalu
memiliki kondisi yang baik dan utuh melalui perlakuan pengelolaan yang mengarah kepada
keseimbangan antara pertumbuhan dengan jumlah tebangan yang diperbolehkan setiap periode
tebangan. Oleh karena itu diperlukan suatu metode perencanaan pengaturan hasil hutan yang tepat
sesuai dengan karakteristik hutannya agar dapat mengarahkan hutan pada keadaan yang normal.
Metode pegaturan hasil dapat di klasifikasikan menjadi 4 kelompok, yaitu : lnetode
berdasarkan luas, metode berdasarkan volume dan riap, metode berdasarkan volume dan luas, dan
metode berdasarkan j ~ m l a h ' ~ o h o nDiharapkan
.
dengan metode pengaturan hasil yang digunakan
dalam penelitian ini dapat ditentukan metode yang terbaik.
Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan dimulai pada awal bulan September 2003 sarnpai
dengan akhir Oktober 2003 di KPH Cianjur Perlim Perhutani Unit 111 Jawa Barat dan Bauten pada
Kelas Perusahaan Jati ( Teclona grandis L.f ). Metode yang digunakan adalah metode berdasarkan
luas, metode berdasarkan volume dan riap, dan metode berdasarkali volume dan luas
Salah satu tujuan dari pengaturan hasil adalah mengardhkan hutan menuju formasi hutan
normal. Hutan normal dapat dicirikan dengan memiliki susunan kelas umur yang memiliki luasan yang
relatif sama pada setiap kelas umurnya. Di KPH Cianjur, pada kedua Bagian Hutan yaitu Bagian Hutan
Ciranjang dan Sindang Barang memiliki luasan yang berbeda pada setiap kelas umurnya. Pada Bagian
Hutan Ciranjang terdapat perbedaan yang sangat mencolok pada susunan kelas umurnya, lebih dari 67

persen luasan total terdiri dari kelas umur I, dan jumlah ini semakin menurun seiring dengan
bertambahnya kelas umur. Pada Bagian Hutan Sindang Barang terdapat 5 kelas hutan yang terdiri dari
4 kelas ulnur dan satu kelas hutan masak tebang, susunan luasan pada setiap kelas ulnur tersebar lebih
merata dibandiugkan Bagian Hutan Ciranjang, luasan yang paling besar terdapat pada kelas umur I
dengan luas 2.403,34 ha (40 % dari luas total ), sedangkan pada kelas umur I1 mengalami penurunan
luasan menjadi sebesar 1.548,25 ha (25,83 %) dan pada kelas umur 111 mengalami penurunan luasan
yang sangat tajam menjadi sebesar 238,59 ha (3,98 %) dan kembali meningkat tajam pada kelas umur
IV menjadi 1.662,64 ha (27,74 %) , untuk kelas hutan masak tebang luasannya hanya sebesar 140,81
ha (2,35 %), yang merupakan luasan terkecil dari seluruh kelas hutan lainnya. Terjadinya ketimpangan
luasan pada masing-masing kelas umur di setiap bagian hutan dapat disebabkan karena adanya
gangguan hutan, seperti penebangan liar, ha1 ini dapat dilihat dari kecilnya luasan pada kelas umur 111

dan IV (Bagian Hutan Ciranjang) yang pada umumnya kegiatan pencurian kayu rawan terjadi pada
kedua kelas umur ini.
Pada metode berdasarkan luas area , formula kompromi semua kelas umur memiliki waktu
yang paling cepat untuk menuju formasi hutan normal dibandingkan dengan formula kompromi dua
hingga tiga kelas umur terakhir. Formula kompromi tiga kelas umur terakhir memerlukan waktu yang
lebih cepat untuk menuju formasi hutan yang normal dibandingkan formula kompromi dua kelas umur
terakhir. Semakin banyak kelas umur yang dikompromikan dalam perhitungan etat maka akan semakin
cepat pula membentuk hutan normal. Bila formula kompromi ini diterapkan maka akan lebih baik

dipilih formula kompromi pada semua kelas'umur, karena walaupun sangat berisiko menebang tegakan
muda akan tetapi dapat mencapai hutan dalam luasan yang relatif normal dalam waktu yang lebih
cepat dibandingkan dengan formula yang lainnya.' Pada fonnula Cotta etat yang dihasilkan pada
Bagian Hutan Ciranjang setelah dilakukan pengujian jangka waktu penebangan adalah sebesar
7.349,58 m3/tahun sedangkan untuk Bagian Hutan Sindang Barang, etat yang dihasilkan setelah
pengujian adalah sebesar 18.171,63 m3/tahun.
Setelah dilakukan pengujian jangka waktu penebangan, untuk metode berdasarkan volume
dan riap, pada formula Austria di Bagian Hutan Ciranjang diperoleh etat sebesar 7.679,85 1n3/tahun
dan pada Bagian Hutan Sindang Barang diperoleh etat sebesar 18.387,81 m3/tahun. Pada formula
Hundeshagen untuk Bagian Hutan Ciranjang diperoleh etat sebesar 7.460,35 m3/tahun dan untuk
Bagian Hutan Sindang Barang didapatkan hasil etat sebesar 18.624 m3/tahun. Pada hasil perhitungan
dengan menggunakan formula Von Mantel etat yang diperoleh adalah sebesar 7 896,lG m3/tahun.
Dengan menggunakan formllla ini pada Bagian Hutan Sindang Barang menghasilkan etat sebesar
17.483,31 m3/tahun. Dalam perhitungan dengan menggunakan formula Von Mantel Flury maka pada
Bagian Hutan Ciranjang diperoleh etat sebesar 7.460,75 m3/tahun. Pada Bagian Hutan Sindang Barang
diperoleh etat sebesar 18.170,33 m3/tahun. .Pada hasil perhitungan dengan menggunakan formula
Chapman untuk Bagian Hutan Ciranjang diperoleh etat sebesar 7.679,35 m3/tahun, dan untuk Bagian
Hutan Sindang Barang diperoleh etat sebesar 18.387,64 m3/tahun.
Pada metode berdasarkan volume dan luas, setelah dilakukan pengujian jangka waktu
penebangan pada formula Bum didapat nilai etat sebesar 7.893,08 m3/tahun untuk Bagian Hutan

Ciranjang sedangkan pada Bagian Hutan Sindang Barang diperoleh etat sebesar 17.800,96 m3/tahun.
Untuk Formula modifikasi Burn didapatkan etat sebesar 7,893.08 m3/tahun untuk Bagian Hutan
Ciranjang sedangkan untuk Bagian Hutan Sindang Barang diperoleh etat sebesar 18,112.90 m3/tahun.
Untuk menentukan Formula terpilih dalam rangka mewujudkan kelestarian hasil digunakan
beberapa kriteria sebagai berikut :
1. Besarnya etat yang optimal.
2.

Resiko yang paling kecil akan penebangan pada tegakan muda.

3.

Selisih kumulatifjangka waktu penebangan terkecil.

4.

Selisih volume total (volume pada umur tebangnya) dengan tegakan persediaan
nyata.

5.


.

Jumlah pengujian.

Untuk penentuan formula terpilih pada Bagian Hutan Ciranjang akan menitik beratkan pada
kriteria selisih kumulatif jangka waktu penebangan terhadap daur yang nilainya paling lnendekati
dengan daurnya. Dari kriteria ini akan dipilih tiga buah formula dan selanjutnya apabila didapatkan
nilai yang relatif salna (tidak berbeda jauh satu dengan yang lainnya) maka akan dipilih formula yang
memberikan etat terbesar sehingga akan lebih menguntungkan secara ekonomis bagi perusahaan.
Untuk kriteria lainnya dijadikan kriteria penunjang dikarenakan nilai yang tidak jauh berbeda antar
lnetode dan memiliki pengaruh yang relatif lebih kecil bagi kelestarian hasil dan keuntungan
perusahaan.
Tiga buah formula yang terseleksi adalah formula Chapman, Austria, dan Von Mantel Flury
dengan nilai selisih secara berturut-turut ; -0,56 tahun, -0,56 tahun, dan 0,59 tahun. Formula Chapman
dan Austria memiliki nilai sama , akan tetapi formula Austria memiliki etat yang lebih besar. Formula
Austria memiliki selisih jwp yang lebih kecil dan nilai etat yang lebih besar dari formula Voli Mantel
flury dimalia dari segi ekonomis maka formula Austria lebih menguntungkan. Dari uraian diatas lnaka
formula Austria ditetapkan sebagai formula terpilih untuk Bagian Hutan Ciranjang KPH Cianjur.
Pada Bagian Hutan Sindang Barang ditetapkan 3 buah formula untuk diseleksi lebih lanjut,

dimana ketiga formula itu adalah formula Bum, formula Von Mantel flury, dan formula modifikasi
Burn dengan nilai secara berurutan sebesar ; -0,34 tahun, -0,48 tahun, dan 0,84 tahun. Fortnula Burn
dan formula Von Mantel Flury memberikan nilai selisih yang relatif tidak berbeda jauh akan tetapi
pada formula Von Mantel Flury lebih memberikan keuntungan yang lebih besar, dan pada etat yang
dimilikinya menghasilkan riap yang lebih tinggi dibandingkan dengan formula Burn, sehingga formula
Von Mantel flury dipilih untuk dibandingkan lebih lanjut dengan formula modifikasi Bum .
Formula Von Mantel Flury memiliki nilai selisih kumulatif jangka waktu penebangan yang
lebih kecil dan etat yang lebih besar dibandingkan formula modifikasi Burn yang secara ekonomis
lebih menguntungkan, dua ha1 ini memiliki syarat yang cukup untuk menetapkan formula Von Mantel
flury sebagai formula terpilih pada Bagian Hutan Sindang Baraug.

STUD1 PENGATURAN HASIL
PADA KELAS PERUSAHAAN JATI (Tectona grandis L.f)
DI KPH CIANJUR P E R M PERHUTANI UNIT I11
JAWA BARAT DAN BANTEN

Skripsi
sebagai salah'satu syarat
untnk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada Fakultas Kehutanan ~nstitutPertanian Bogor


Oleh :
ANDIKA YANUAR PATIWIRI
E01499109

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2004

Jodul Penelitiali

:

Studi Pengaturan Hasil Pada Kelas Perusahaan Jati ( Tectona grandis L.f)
di KPM Cianjur Perum Perhutatii Unit 111 Jawa Barat dan Banten.

Nama Mahasiswa : Andika Yanuar Patiwiri
NRP


: E01499109

Departemen

: Manajernen Hutan

Fakultas

: Kehutanan

Menyetujui ,
Dosen penibimbing 2,

Dra. Nininr Pusvaninesili. MS.

Ir. Emi Kalminarsili, MS.

NIP. 131 918662

NIP. 130 871 925


tanggal : 1 1 F t B

Tanggal Lulus : 9 Februari 2004

2004

tanggal : I I FED

2004

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 2 Januari 1981. Penulis adalah anak pertama dari
tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda Ir. H. Syamsul Rizal Patiwiri dan lbunda Hj. Asih Setyawati.
Pendidikan formal untuk pertama kali adalah pada Taman Kanak-kanak Perrnata Bunda
Tangerang pada tahun 1985. Pada tahun 1987 penulis melanjutkan pendidikan Sekolali Dasar ~ e r m a i a
Bunda hingga tahun 1992 , pada tahun 1992 ini penulis pindah sekolah dan melanjutkan pendidikan di
Sekolah Dasar Negeri 06 Pagi Jakarta Selatan hingga tahun 1993. Lalu penulis melanjutkan
pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 68 Jakarta Selatan pada tahun 1993 dan selesai pada

tahun 1996. Pada tahun 1996 penulis melanjutkan pendidikan selanjutnya di Sekolah Menengah
Umum Negeri 34 Pondok Labu Jakarta Selatan dan selesai pada tahun 1999.
Pada tahun 1999 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Ujian Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (UMPTN) pada Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Kemudian
pada tahun 2002 penulis .memilih program studi Manajemen Hutan dibawah Laboratorium
Inventarisasi Hutan.
Selama masa kuliah penulis pernah aktif dalam organisasi AFSA (Asean Forestry Stlrdents
Association ) dan IFSA ( International Forestry Sfudenls Associalion ). Pada tahun 2001 liingga 2003

penulis aktif berpartisipasi dalam kepanitiaan The 30"' Internatior7al Forestry Stlrdents Sytnpositcm
yang merupakan simposium mahasiswa kehutanan dari seluruh dunia yang untuk pertamakalinya
diselenggarakan di Indonesia.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor, maka penulis melakukan penelitian dengan judul " Studi Pengaturan Hasil
Pada Kelas Perusahaan Jati (Tecto~ragra~trliFL.0 di K P H Cianjur Perum Perhutani Unit 111
Jawa Barat dan Banten" di bawah bimbingan Dra. Nining Puspaningsih, MS. Dan Ir. Emi
Karminarsih, MS.

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Esa, Pengasih dan Penyayang. Syukur Alhamdulillah penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Karya ilmiah berjudul
grclttdis

"

Studi Pengaturan Hasil Pada Kelas Perusahaan Jati (Tecfortc~

L.0 di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit

111 Jawa Barat dan Banten" yang telah

selesai disusun oleh penulis tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesarbesarnya kepada :
1. Ayahanda Ir. H. Syamsul Rizal Patiwiri dan Ibunda Hj. Asih Setyawati, beserta kedua adikku
tercinta Wiwin dan Dodi atas dukungan, doa dan kasih sa;angnya yang tulus dan ikhlas.
2. Ibunda Wiwiek Wariswiyanti tercinta yang tidak pernah berhenti memberikan dukungan dan kasih
sayangnya kepada penulis.
3. Ibu Dra. Nining Puspaningsih, MS. dan Ibu Ir. Emi Karminarsih, MS sebagai dosen pembimbing,

atas bimbingan, arahan, dukungan dan bantuannya dalam menyelesaikan karya ihniah ini.
4. Bapak Ujang Suwarna, S.Hut M.Sc dan Ibu Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS selaku dosen
penguji dari Departemen Teknologi Hasil Hutan dan Konservasi Sumber Daya Hutan, atas saran
dan kritik dalam karya ilmiah ini.
5.

Bapak Ir Diar, MM selaku Kepala Seksi Perencanaan Hutan , Bapak H. Diki, %Hut. dan seluruf
staf Seksi Perencanaan Hutan Cianjur.

6.

Bapak Ir. Iman Tawakal, MBA sebagai Administratur KPH Cianjur dan seluruh staf KPH Cianjur.

7. Bapak Ir. Punvowidodo sebagai dosen pembimbing akademis yang telah banyak memberikan
arahan dan bantuan selama masa kuliah.

.

8. Reni Rosmini Handayani tercinta yang telah memberikan segenap perhatian, dukungan, cinta da11
kasih sayangnya yang tak terlupakan.
9. Teman-teman FAHUTAN angkatan 36 semoga semakin ASIK dan sukses selalu.
10. Seluruh penghuni VILLA MERAH yang banyak memberikan kenangan dan semoga persahabatan

kita akan selalu membawa kenangan yang tak terlupakan.
Besar harapan penulis semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kehutanan khususnya inventarisasi dan perencanaan hutan.
Bogor, Februari 2004

DAFTAR IS1
Halaman
KATA PENGANTA
DAFTAR IS1 ...................
.
.
.
..................
DAFTAR TABEL

iv

.
.
.
.
................................................................................
v

DAFTAR LAMPIRAN
BAB I.

PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Latar Belakang ..........................................................I

.
.
.
.
..............................................
1
C. Manfaat ....................
.
.
................................................................................
2
TINJAUAN PUSTAKA ....................
.
.
...............................................................
3
B. Tujuan ...................

BAB 11.

A. Tecfona Grandis L.f

B. Hutan Normal

.

3

................................................
3

C. Kelestarian Hasi

4

D. Pengaturan Hasil .........

5

E. Metode Pengaturan Hasil

5

F. Etat ....................................................................................................................
8
G. Daur ..................................................................................................................
9
H. Riap ............................................................
:....................................................
10
BAB 111.

METODE PENELITIAN ..............................................................
1I

..

A. Lokasi Penellt~an. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1. 1
B. Ruang Lingkup dan Batasan st'udi
11
..
C. Objek Penelltlan .........
........................................... I I
D.

.
.
.
.
Bahan dan Alat ................
.
............... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11

E. Jenis dan Sumber Data ............................................................
11
F. Metode Pengolahan Dat
G. Pengujian Jangka Waktu Penebanga

H. Kriteria Penentuan Formula Terbai
BAB IV.

KONDISI UMUM LOKASI ..................................................................................
20
A. Letak dan lua
B. Keadaan Hutan dan Jenis Tanaman
C. Kelas Hutan Jati .
D. Topograf

.......................................... 22

E. GangguanKeamanan ......................................................................................
22
F. Keadaan Tanah .................

.......................
22

G. Iklim ..... .....................................................................
.................................... 22
~

BAB V .

WASIL DAN PEMBAHASAN
A . Hasil dan Analisis Formul

1. Metode Berdasarkan Luas
a . Formula Kompromi pada Seniua Kelas Umur ..........................24
b . Formula Kompromi Dua Kelas Umur Terakhir ......................

25

c . Formula Kompromi Tiga Kelas Umur Terakhir ....................... 25
d . Formula Cotta .................
.
.....................................................26

2 . Metode Berdasarkan Volume dan Riap ........................

.
.
.
..............27

.
.
.
..............................................28
Formula Hundeshagen .....................
.
....................................28
Formula Von'Mantel .........................
.
.
...................................29

a . Formula Austria ...................
b.

c.

d . Formula Von Mantel Flury ...................................................

29

e. Formula Chapman ..................:....................................................30
3 . Metode Berdasarkan Volume dan Luas ...................................................30

B . Penentuan Formula Terbaik

31

a . Formula Terbaik pada Bagian Hutan Ciranjang ......................... 33
b . Formula Terbaik pada Bagian Hutan Sindang Barang .................
34
BAB VI

.

KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 36

:.......................................................................
36
A . Kesimpulan ...............................
B . Saran

..............................................................................................................
36
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................
37

DAFTAR TABEL
Nomor

Teks

Halaman

1. Susunan Kelas Hutan Tanaman Jati Berdasarkan Model RPKH-PDE 3 Periode

.....................................................................................................................
21
2 . Lama Waktu Menuju Formasi Hutan Normal pada Formula Kompromi .......................25
2003 -2013

3 . Hasil Pengujian JWP terhadap Volume untuk Formula Cotta ........................................26
4 . Panen Tahunan dari Berbagai Formula yang Digunakan .............................................

27

e Riap ...........................
5. Hasil Pengujian JWP pada Metode Berdasarkan ~ o i u m dan

28

6 . Etat Sebelun~dan Sesudah Pegujian pada Metode Berdasarkan Volurne dan Luas ........30
7 . Perbandingan Etat. Umur Tebang Habis. Selisih JWP. Selisih Volume UTR Total

Terhadap Tegakan Persediaan Nyata dan Jumlah Pengujian ....................
.
.
...............32

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Teks

Halaman

1. Penyusunan Luas Normal pada Formula Kompromi Semua Kelas Umur
Untuk Bagian Hutan Ciranjang ............................
2.

38

Penyusunan Luas Normal pada Formula Kompromi 2 Kelns Umur Terakhir
Untuk Bagian Hutan Ciranjang.

38

3. Penyusunan Luas Normal pada Formula Kompromi 3 Kelas Umur Terakhir

.
.......................................................................
40
Untuk Bagian Hutan Ciranjang ...........
4.

Penyusunan Luas Normal pada Formula Kompromi Semua Kelas Umur
Untuk Bagian Hutan Sindang Barang ........:.................................................................. 41

5. Penyusunan Luas Normal pada Formula Kompromi 2 Kelas Umur Terakhir

........................... 41

Untuk Bagian Hutan Sindang Barang
6. Penyusunan Luas ~ o r m a pada
l
Form

43

Untuk Bagian Hutan Sindang Barang

7. Hasil Inventarisasi dan Pengolahan Data untuk Bagian Hutan Ciranjang ......................45
8. Hasil Inventarisasi dan Pengolahan Datauntuk Bagian Hutan Sindang Barang .............46

9. Perhitungan dengan Menggunakan Metode Volume dan Riap ................................... -47
10. Potensi dan Volume pada UTR untuk Formula Bum
untuk Bagian Hutan Ciranjang ....

51

11. Potensi dan Volume pada UTR untuk Formula Moditikasi Burn
5I
untuk Bagian Hutan Ciranjang ........................................................................................
12. Potensi dan Volume pada UTR untuk Formula Burn
Untuk Bagian Hutan Sindang Barang ..........................

..............................................
.
.
52

13. Potensi dan Volume pada UTR untuk Formula Modifikasi Burn

Untuk Bagian Hutan Sindang Barang

53

14. Pengujian Etat dengan Jangka Waktu Penebangan pada Formula Cotta
Untuk Bagian Hutan Ciranjang

54

15. Pengujian Etat dengan Jangka Waktu Penebangan pada Formula Austria

. .
Untuk Bagian Hutan Clran~ang.......................................................................................
56
16. Pengujian Etat dengan Jangka Waktu Penebangan pada Formula Hundeshagen
Untuk Bagian Hutan Ciranjan

58

17. Pengujian Etat dengan Jangka Waktu Penebangan pada Formula Von Mantel

. .

...........................................................
Untuk Bagian Hutan Clranjang ...................
.
.
60
18. Pengujian Etat dengan Jangka Waktu Penebangan pada Formula Von Mantel Fluly
Untuk Bagian Hutan Ciranjan

1

19. Pengujian Etat dengan Jangka Waktu Penebangan pada Formula Burn

Untuk Bagian Hutan Ciranjan

3

20. Pengujian Etat dengan Jangka Waktu Penebangan pada Formula Modifikasi Burn
Untuk Bagian Hutan Ciranjan

3

21. Pengujian Etat dengan Jangka Waktu Penebangan pada Formula Chapman

Untuk Bagian Hutan Ciran jan

4

22. Pengujian Etat dengan Jangka
Untuk Bagian Hutan Sindang Barang .

G

23. Pengujian Etat dengan Jangka Waktu Penebangan pada Formula Austria

Untuk Bagian Hutan Sindang Barang

8

24. Pengujian Etat dengan Jangka Waktu Penebangan pada Formula Hundeshagen
Untuk Bagian Hutan Sindang Baran

0

25. Pengujian Etat dengan Jangka Waktu Penebangan pada Formula Von Mantel
Untuk Bagian Hutan Sindang Barang .....1

1

26. Pengujian Etat dengan Jangka Waktu Penebangan pada Formula Von Mantel Flury
Untuk Bagian Hutan Sindang Barang .......................................................................... 72
27. 21 Pengujian Etat dengan Jangka Waktu Penebangan pada Formula Bum
Untuk Bagian Hutan Sindang Barang ...........................................................................

74

28. Pengujian Etat dengan Jangka Waktu Penebangan pada Formula Modifikasi Burn
Untuk Bagian Hutan Sindang Bar

4

29. Pengujian Etat dengan Jangka Wa
Untuk Bagian Hutan Sindang Baran

..................75

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan merupakan kekayaan alam karunia Tuhan Yang Maha Esa yang sangat besar nilai
dan rnanfaatnya. Hutan merupakan salah satu sumber kekayaan alam yang lnemiliki peranan penting
dalaln siklus kehidupan, dimana hutan memiliki fungsi ekologis, ekonomis, dan sosial. Hutan dapat
memberikan manfaat berupa hasil hutan kayu dan non kayu. Hasil hutan berupa kayu dan non kayu
akan selalu dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Luas hutan di Indonesia mengalami pengurangan setiap tahunnya. Pemanfaatan hutan
beserta kegiatan pengelolaan hutan hams berimbang dengan upaya menjaga kelestarian hutan, agar
pengelolaan hutan tidak menyebabkan kerusakan hutan dan lingkungan.
Kelestarian hasil hutan mempakan ha1 yang sangat penting dalam kegiatan pengelolaan
hutan. Pengelolalan hutan yang tepat mutlak diperlukan agar upaya pengelolaan dapat memberikan
hasil yang optimal, berkesinambungan dan kelestarian hutan tetap terjaga. Oleh karena itu pengelolaan
hutan harus disertai dengan perencanaan hutan yang tepat dan akurat.
Untuk menjaga kelestarian dan kesinambungan produksi hasil hutan diperlukan
perencanaan pengaturan hasil hutan. Perencanaan yang baik dalam rangka mewujudkan kelestarian
hasil hutan diusahakan dengan penyesuaian kegiatan produksi dengan kapasitas maksimum dari
tegakan hutan. Pada prinsipnya, tujuan akhir dari pengaturan hasil yaitu untuk mewujudkan kondisi
hutan yang selalu memiliki kondisi yang baik dan utuh melalui perlakuan pengelolaan yang mengarah
kepada keseimbangan antara pertumhuhan dengan jumlah tebangan yang diperbolehkan setiap periode
tebangan. Oleh karena itu diperlukan suatu metode perencanaan pengaturan hasil hutan yang tepat
sesuai dengan karakteristik hutannya agar kelestarian hasil tercapai dan dapat mengarahkan hutau pada
keadaan yang normal.
Metode pegaturan hasil dapat di klasifikasikan menjadi 4 kelompok, yaitu : tnetode
berdasarkan luas, metode berdasarkan volume dan riap, metode berdasarkan volume dan luas, dan
metode berdasarkan jumlah pohon. Diharapkan dengan metode pegaturan hasil yang digunakan dalam
penelitian ini dapat ditentukan metode yang terbaik

B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menilai kenormalan hutan pada KPH Cianjur dan ~nenentukan
formula pengaturan hasil terbaik untuk diterapkan di KPH Cianjur melalui pengujian terhadap
beberapa formula pengaturan hasil yang dapat diterapkan pada hutan tanaman.

C. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pertimbangan dalam penentuan
formula pengaturan hasil terbaik untuk diterapkan pada Kelas Perusahaan Jati ( Tecfona grandis L.f)
di KPH Cianjur.

11. TINJAUAN PUSTA,KA

A. Tectolta grarrrfis L.f

Jati (Tectona grandis L.f) termasuk Famili Verbeneceae dengan ciri tinggi pohon antara 25
sampai dengan 30 m, apabila ditanam pada daerah yang subur dan memiliki keadaan lingkungan yang
baik, tinggginya dapat mencapai 50 m dengan diameter lebih kurang 150 cm. Batang umumnya bulat
dan lurus, batang yang besar berakar dengan warna kulit agak kelabu muda, agak tipis beralur
memanjang agak kedalam (Dirjen kehutanan, 1976).
Pertumhuhan hutan jati dapat dijumpai di negara-negara Asia Selatan dan Asia Tenggara,
yaitu ; India, Burma, Thailand, Laos dan Indonesia (Ramdial, 1976 dalam Simon, 1993). Pada abad 19
tanaman jati juga sudah mulai ditanam di Amerika Tropika seperti Trinidad dan Nicaragua.
Belakangan ini jati juga mulai ditanam di Nigeria dan beberapa negara Afrika Tropika lainnya. Di
Indonesia keberadaan jati terbatas pada daerah yang beriklim muson di Jawa dan pulau-pulau kecil
disekitarnya, serta pulau Muna di Sulawesi Tenggara yang tumbuh secara alami (Simon, 1993).
Iklim tempat jati yang akan ditanam harus mempunyai musim kering yang nyata, karena
periode tersebut diperlukan pembungaan dan pembuahan. Jati sendiri cukup toleran terhadap jumlah
curah hujan dalam setahun, tetapi kondisi suhu dan cahaya yang baik mutlak diperlukan. Tanah yang
haik untuk pertumbuhan jati adalah tanah yang memiliki drainase yang baik, di mana tidak memiliki
lapisan impermeable dan mempunyai stmktur yang remah (crwnb) atau kubus membulat. Jati sangat
peka terhadap persaingan, oleh karena itu jati sebaiknya ditanam murni dengan tanalnan penyelang
yang tidak mengganggu, yang berfungsi sebagai penyubur tanah (Soerianegara, 1960 dalam Perkasa,
1997).
Karena sifat-sifatnya yang baik, kayu jati merupakan jenis kayu yang paling banyak
disukai dan dipakai untuk berbagai keperluan, terutama di pulau Jawa. Kayu jati praktis sangat cocok
dimanfaatkan untuk segala jenis konstruksi bangunan (Martawijaya et al., 1981). Kayu jati termasuk
kayu yang ~nemilikikelas keawetan I dan kelas keawetan 11, agak keras, baik sekali untuk keperluan
bahan bangunan, alat alat rumah tangga dan sebagain~a(Dirjen kehutanan, 1976 ).

B. Hutan Normal
Meyer et.al (1961), mendefinisikan hutan normal sebagai hutan yang memiliki distribusi
normal dari kelas umur, volume normal, dan pertumbuhan normal. Hutan normal merupakan bentuk
kesempumaan dari hutan, dimana kelestarian hasil dapat diperoleh, dalam kuantitas tahunan yang
sama dan tebangan tahunan ini akan tergantikan dengan pertumbuhan riap tahunan (Chapman, 1950).
Untuk mencapai hutan normal, diperlukan adanya pemilihan yang tepat tentang sistem
pengaturan hasil dan teknik silvikultur yang akan dipakai. Perlakuan silvikultur untuk memelihara
tegakan harus direncanakan pada waktu yang tepat dan dengan cara yang memadai, sehingga setiap

tempat tumbuh atau kelompok hutan akan dalam keadaan penuh oleh jenis yang cocok dengan kondisi
..
tempat tumbuh tersebut (Simon, 1993).
Menurut Suhendang (1993), Hutan normal secara operasional dapat diartikan sebagai
suatu hamparan lahan hutan yang dibentuk oleh tegakan-tegakan normal yang memenuhi persyaratan
dalam ha1 jumlah, luas dan tingkat pertulnbuhannya guna mencapai hasil rnaksimal tertentu yang ingin
dicapai dengan jumlah yang setidak-tidaknya sama setiap tahunnya. Dengan demikian maka wujud
hutan normal adalah kumpulan dari tegakan-tegakan normal yang banyak dan luasnya untuk setiap
tingkat pertumbuhan pohon-pohonnya bersifat proporsional. (akan bergantung pada kualitas lahan,
untuk jenis pobon dan perlakuan silvikultur tertentu) terhadap produktivitas lahannya sehingga akan
diperoleh hasil yang maksimal. Tingkat kelestarian hasil yang ~nemberikankeuntungan tertinggi yang
dapat diperolehakan diberikan oleb hutan yang mencapai keadaan normal.
C. Kelestarian hasil

Kelestarian hasil hutan adalah penyediaan yang teratur dan kontinyu dari hasil hutan yang
diperuntukkan sesuai dengan kapasitas kemampuan maksimum dari hutan tersebut (Osmaston, 1968).
Society of American Foresters (1958) dalam Meyer et.al. (1961), menyatakan bahwa kelestarian hasil
adalah manajemen lahan hutan untuk produksi yang bekelanjutan, dengan tujuan untuk dapat
mengahasilkan dengan jangka waktu yang cepat, dan memiliki keseimbangan antara pertumbuhan dan
pemanenan, baik tahunan atau periode lainnya yang lebih panjang.
Menurut Suhendang (1993), ada dua kelompok ukuran yang dapat dipakai untuk
menyatakan ukuran hasil, yaitu ukuran fisik (luas areal, volume kayu, massa, jumlah batang) dan
ukuran ekonomis dalam bentuk nilai mata uang. Pengukuran hasil dengan ukuran fisik terutama
volume, telah banyak digunakan mengingat kepraktisan dan kemudahannya dalam penerapan metode
pengaturan hasilnya. Pemakaian nilai mata uang dalam penerapan metode pengaturan hasil akan sangat
sulit diterapkan karena terdapat banyak faktor yang mempengaruhi nilai mata uang.
Segala bentuk manajemen kelestarian hasil membutuhkan pemeliharaan dari tegakan
persediaan yang seimbang (Meyer, 1961). Lebih lanjut Meyer (1961), menyatakan bahwa manajemen
kelestarian hasil membutuhkan hasil tahunan atau periodik yang berkelanjutan. Tegakan persediaan
yang ada dengan jumlah yang seimbang, diperuntukkan untuk kegiatan produksi selanjutnya.
Suhendang (1993) menyatakan bahwa perlu dipahami konsep kelestarian hasil tidaklah
bersifat mutlak, terdapat unsur kenisbian didalamnya. Salah satu sumber kenisbian ini adalah ukuran
yang dipakai untuk menyatakan hasilnya, apakah luas, volume kayu, nilai uang, atau jumlah batang
pohon. Tidak ada jaminan pemakaian salah satu.ukuran hasil akan memberikan tingkat kelestarian
yang sama apabila diukur oleh ukuran yang lain. Sumber kenisbian yang lainnya adalah lnetode
pengaturan hasil yang dipakai. Perbedaan metode pengaturan hasil akan memberikan tingkat
kelestarian hasil yang berbeda-beda. Oleh karenanya, pemilihan ukuran dan metode pengaturan hasil

yang akan dipakai merupakan ha1 yang sangat mendasar dala~nupaya pengusahaan hutan produksi
dengan prinsip kelestarian hasil agar diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.

D. Pengaturan Hasil
Perusahaan hutan mempunyai bebera'pa sifat yang khas, yang membedakannya dengan
jenis pemsahaan atau bentuk pemanfaatan lahan lainnya. Salah satu sifat khas perusahaan hutan adalah
waktu yang sangat panjang untuk mencapai panen. Di lain pihak, pengelolaan hutan selalu didasarkan
pada asas kelestarian sumberdaya. Dalam asas tersebut, pemungutan hasil hutan harus dilakukan
sedemikian rupa, sehingga tidak mengurangi potensi hasil di lapangan. Kedua ha1 tersebut mendorong
pengaturan hasil hutan dapat dilakukan secara teris menerus tetapi tidak menyebabkan kerusakan
sumber daya hutan, bahkan sedapat mungkin membantu meningkatkan knalitas hutan. Penerapan teori
pengaturan haisl yang berlandaskan asas kelestarian sudah diterapkan sejak kegiatan pengelolaan hutan
(Departemen Kehutanan, 1992).
Pengaturan hasil hutan diperlukan untuk menghitung volu~nekayu yang diperolch dari
hasil tebangan setiap tahun, agar kelestarian hutan dan pengelolaannya dapat terjamin (Simon, 1993).
Chapman (1950), menyatakan pendekatan objek dari hutan normal adalah kelestarian atau
pengaturan hasil, susunan tegakan normal atau alokasi areal dan riap maksimal atau faktor kuantitas.
Untuk membentuk hutan normal, diperlukan faktor manajemen yaitu penentuan etat. Etat adalah besar
atau tujuan maksimum penebangan akhir yang dijinkan dari suatu kelas perusahaan.
Menurut Meyer et al. (1961), pengaturan tebangan hutan merupakan tujuan penting
rencana manajemen hutan. Tiga permasalahan pengaturan tebangan adalah:
1. Penentuan jatah tebang.

2. Distribusi jatah tebang.
3.

Penentuan waktu tebang pada masing-masing blok atau kompartemen.

E. Metode Pengaturan Hasil
Menurut Davis (1966) dalam Simon (.1993), banyak sekali metode pengaturan hasil yang
bersifat spesifik, namun semuanya dapat digolongkan menjadi dua kelompok saja, yaitu: metode
berdasarkan luas dan metode berdasarkan volume. Sedangkan menurut Osmaston (1968) dalam Simon
(1993) metode pengaturan hasil pada umunya diklasifikasikan menjadi 4 kelompok, yaitu: metode
berdasarkan luas, metode berdasarkan volume, metode berdasarkan volume dan riap, dan metode
berdasarkan jumlah pohon.
Pengaturan hasil berdasarkan luas dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: lnenurut sistem
silvikultur, menurut rotasi dan persebaran kelas umur, dan menurut perlakuan pembinaannya.
Sedangkan metode berdasarkan volume, besarnya tebangan tahnnan didekati dengan menghitung
volume aktual dan persebaran riap tegakan (Simon, 1993).

Metode penentuan etat dimaksudkan untuk mengarahakn hutan tanaman atau hutan
seumur menuju atau mendekati hutan normal. Chapman (1950), Davis (1954), Meyer et al. (l961), dan
Osmaston (1968) menyebutkan ada beberapa metode pengaturan hasil yang dapat dipergunakan pada
tegakan seumur yang tergantung pada bentuk tegakan, sistem silvikulturnya, pengetahuan volume, riap
dan daur tegakan. Metode pengaturan hasil tersebut adalah:
1.

Metode Berdasarkan Luas Area.
a. Pengendalian berdasarkan prinsip silvikultur.
Menurut lnetode ini, hutan dibagi menjadi beberapa bagian yang sama dan masingmasing bagian tersebut ditebang setiap tahunnya.
b. Pengendalian daur dan penyebaran kelas umur.
Hasil akhir dari tegakan dapat' dipergunakan dengan menggunakan hubungan
sederhana antara area dengan daur. Pada hutan normal hasil akhir tahunan akan
sama dengan jumlah yang tumbuh di area yang sama dan total area hutan dibagi
kedalam beberapa rotasi.
c. Pengendalian berdasarkan kelas pengembangan dan pembinaan. Pengendalian ini
berdasarkan penentuan lokasi didalam petak untuk memudahkan berbagai perlakuan
silvikultumya.

2.

Metode Berdasarkan Volume dan Riap
Beberapa metode pengaturan hasil yang digunakan adalah :
a.

Formula Austria

AY = l a +

AG- NG
R

Dimana :
AY

= Hasil

Ia

= Riap

tahunan (m3/tahun)

voluime nyata (m3/tahun)

AG = Tegakan persediaan nyata (m3)
NG = Tegakan persediaan normal (m3)
R = Daur (tahun)

b.

Formula Hundeshagen

dimana :
AY

= Hasil

tahunan (m3/tahun)

AG = Tegakan persediaan nyata (m3)
NG

=

Tegakan persediaan normal (m3)

NY = Hasil normal (m3/tahun)

c.

Fonnula Von Montel

dimana :
AY = Hasil tahunan (m31tahun)
AG = Tegakan persediaan nyata (m3)

R
d.

=

Daur (tahun)

Formula Von Montel Flury ( Von Mantel dimodifikasi)

Dimana :
AY = Hasil tahunan (m3/tahun)
AG = Tegakan persediaan nyata (m3)

e.

R

=

c

=

Daur (tahun)
Konstanta Flury ( 0,4 - 0,6 )

Formula Chapman

AY = l a +

AG-DG
R

dimana : ,
AY

= Hasil

tahunan (m3/tahun)

AG = Tegakan persediaan nyata (m3)

R

=

Daur (tahun)

DG = Tegakan persediaan yang diharapk& (m3) = 90% NG
la
3.

=

Riap voluime nyata (m3/tahun)

Metode Berdasarkan Luas dan Volume
Metode ini diterapkan di Perum Perhutani untuk menentukan etat kelas perusahaan Jati

berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jendral Kehutanan No. 1431 KPTSI DJ/ I/ 1974, tanggal 10
Oktober 1974 tentang Peraturan Inveentarisasi Hutan Jati dan Peraturan Penyusunan Rencana
Pengaturan Kelestariam Hutan (Dirjen Kehutanan, 1974).

Metode ini berdasarkan kombinasi etat volume dan luas. Untuk menentukan etat yang
dipakai selama jangka waktu perusahaan didasarkan pada hasil pengujian jangka waktu penebangan.
Untuk jangka perusahaan berikutnya, perlu penyesuaian penentuan etat kembali dan demikian
seterusnya. Dengan kata lain pengujian ini merupakan suatu kontrol untuk mengetahui apakah
penebangan dari semua kelas umur dapat tetap dilaksanakan pada jangka waktu selania daur.
F. Etat

Pengaturan produksi berintikan penentuan etat. Etat didefinisikan sebagai besarnya porsi
luas atau massa kayu atau jumlah batang yang boleh dipungut setiap tahun selama jangka pengusahaan
yang menjamin kelestarian produksi dan sumber daya ( Departemen Kehutanan dan Perkebunan
Republik Indonesia, 1999). Menurut Davis (1954)'dalam

Sukondi (1997) , etat adalah besarnya

penebangan akhir yang setiap tahunnya hams dilakukan untuk mencapai dan ~nemepertahankansuatu
kelas perusahaan dengan prinsip kelestarian hasil.
Beberapa ha1 yang harus diperhatikan dalam penentuan etat menurut Omaston (1968),
yaitu:
1. Besarnya jumlah tebangan yang diinginkan.
2. Alokasi jumlah tebangan tersebut sehingga terbagi dalam hasil akhir dan hasil antara.
3. Penyusunan suatu rencana tebangan menurut alokasi tempat dan waktu pada tegakan

yang akan diiebang dan dijarangi.
Menurut Departemen Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia (1999), .prinsipprinsip yang harus diperhatikan dalam lnenentukan etat tebangan antara lain:
1. Etat tebangan tidak boleh melebihi pertumbuhan tegakan (riap).
2.

Pemanfaatan semua jenis kayu komersial secara optimal.

3. Menjamin kelestarian produksi dan kelestarian hutan.

4.

Memperhatikan kebijaksanaan pemerintah di bidang pengusahaan hutan.

Departemen Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia (1999) menyatakan, ada
beberapa faktor yang mempengaruhi etat tebangan antara lain:
1. Sistem silvikultur yang dipergunakan.
2.

Rotasi tebangan yang dipergunakan.

3.

Diameter minimum yang diijinkan untuk ditebang.

4.

Luas areal berhutan yang dapat dilakukan kegiatan penebangan.

5. Massa tegakan.
6. Jenis pohon.

7. Kriteria pohon inti.
8.

Kriteria pohon induk.

9.

Faktor pengaman dan faktor eksploitasi.

G . Daur

Daur adalah interval waktu dari mulai penanaman hingga tegakan dianggap masak tebang
dan mendapat giliran untuk dilaksanankan penebangan dalam suatu kelas perusahaan (Osmaston,
1968). Konsep daur hanya dipakai untuk pengelolaan hutan seumur. Istila11 daur berkaitan erat dengan
adanya konsep hutan normal. Istilah daur atau rotasi mempunyai makna suatu jangka waktu antara
waktu penanaman hutan sampai hutan tersebut dianggap masak untuk dipanen (Departemen
Kehutanan, 1992). Lebih lanjut Departemen Kehutanan (1992), menyatakan bahwa sesuai dengan
definisinya, masalah penentuan panjang daur sangat berkaitan erat dengan cara menentukan waktu
yang diperlukan oleh suatu jenis tegakan untuk mencapai kondisi masak tebang, atau siap untuk
dipanen. Lamanya waktu tersebut bergantung pada sifat pertumbuhan jenis yang diusahakan, tujuan
pengelolaan, dan pertimbangan ekonomi.
Menurut Ostnaston (1968), daur adalah faktor pengatur dalaln pengusahaan hutan seumur.
Lama daur tidak selalu sama dengan satu tahun besarnya tegakan harus ditebang. Karena keadaan
silvikultur atau pertimbangan lainnya, dapat menyebabkan tegaltan harus ditebang lebih cepat atau
lebih lambat dari waktu yang ditentukan. Lamanya daur tergantung dari interaksi dari beberapa faktor
yaitu:
1. Tingkat kecepatan pertumbuhan tegakan, tergantung pada jenis pohon, tanah dan faktor
tempat tumbuh yang lain seperti iklim, topografi, suplai air, dan intensitas penebangan.
2.

Karakteristik harus memperhatikan umur'maksimal secara alami, umur menghasilkan benih,
umur kecepatan tumbuh terbaik, dan umur kulaitas terbaik.

3.

Pertimbangan ekonomi, memperhitungkan ukuran yang dapat dipasarkan dan harga terbaik
yang dapat diperoleh.

4.

Respon tanah seperti kemunduran atau perubahan karakter sesudah pembongkaran yang
berulang-ulang.
Chapman (1950), menyatakan daur adalah periode dari satu tahun yang ditetapkan

untuk memproduksi pertumbuhan dan pemanenan dari tegakan hutan seumur yang terbaik untuk
menyelesaikan objektivitas tertentu dari manajemen, produksi maksimal dari volume dan nilai atau
keuntungan maksimal, dengan mempertahankan hutan tetap permanen.
Hiley (1956) dalam Rosa (20031, Menera~iigkanbahwa ada beberapa milcam daur
yang ditetapkan berdasarkan keadaan sifat tegakan sesuai dengan tujuan pengelolaan dari hutan yang
bersangkutan, yaitu:
1. Daur teknis, yaitu daur yang ditetapkan berdasarkan keadaan akhir tegakan, dimana tegakan
telah mencapai ukuran yang telah ditetapkan untuk keperluan produk yang akan dihasilkan.
2.

Daur finansial, yaitu daur yang ditetapkan berdasarkan keadaan dimana dapat diperoleh
keuntungan yang terbesar

3.

Daur pendapatan tertinggi (daur produksi maksimal), yaitu daur yang ditetapkan berdasarkan
keadaan dimana tegakan dapat menghasilkan pendapatan tertinggi persatuan luas pertahun
atau volume tertinggi persatuan luas pertahun tanpa memperhatikan jumlah modal untuk
mendapatkannya.

4.

Daur silvikultur, yaitu daur yang ditetapkan berdasarkan keadaan saat tegakan dapat tumbuh
memperhatikan kualitanya atau mengadakan permudaan dan reproduksi.

5 . Daur biologis, yaitu jangka waktu yang berhimpitan dengan periode hidup suatu jenis untuk
kondis tempat tumbuh tertentu.

H. Riap
Chapman (1950), menyatakan bahwa riap adalah rasio bersih tahunan dari suatu tegakan
yang merupakan penjumlahan aljabar dari penambahau volume setiap tahun tersebut. Riap adalah
pertambahan ukuran pohon atau tegakan dalam jangka waktu tertentu yang dapat diketahui dengan
mengukur perubahan dimensi dari pohon seperti diameter, tinggi dan volume (Sudiono dan Suharlan,
1977 dalam Rosa, 2003). Riap suatu tegakan merupakan karakter yang paling vital. Hubuugannya
tidak hanya dengan kesehatan pohon, jenis dan bonita saja, tetapi juga dengan volume dan umur
tegakan (Osmaston, 1968).
Pertumbuhan dan riap mempunyai hubungan yang erat dengan faktor umur dan
memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan kebijakan operasional di bidang kehutanan
terutama dalam pemeliharaan' dan pemungutan hasil pada hutai tanaman (Sudiono dan Suharlan, 1977
dalam Rosa, 2003).

111. METODE PENELlTlAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cianjur Perum Perhutani
Unit 111Jawa Barat dan b ant en selama dua bulan (September 2003 sampai dengan Oktober 2003) pada
Bagian Hutan Sindang Barang dan Ciranjang.
B. Ruang Lingkup dan Batasan Studi
Penelitian ini dilakukan sehagai studi pengaturan hasil di Kesatuan Periiangkuan Hutan
Cianjur Perum Perhutani Unit I11 Jawa Barat dan Banten dengan menggunakan metode berdasarkan
luas, metode berdasarkan volume dan riap, serta metode berdasarkan volume dan luas.
C. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah pengaturan hasil terhadap produktivitas hutan tanaman jati
(Tectona grandis L.f.).
D. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku Rencana Pengaturan Kelestarian
Hutan (RPKM) Kelas Perusahaan Jati (Tectona grandis L.f) KPH Cianjur dan Tabel Tegakan Wolf
Von Wolfing. Sedangkan alat yang dipergunakan adalah alat tulis, kalkulator, seperangkat kolnputer
dengan sofhvare pendukung seperti Microsoft Oflce.
E. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data model RPKH dan data pendukung
lainnya berupa data kondisi umum lokasi penelitian.

F. Metode Pengolahan Data
Metode pengaturan hasil yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah; metode
berdasarkan luas, metode berdasarkan volurne dan riap, dan metode berdasarkan volume dar~luas.
1. Metode Berdasarlian Luas

a.

Formula Kompromi pada Semua Kelas Umur.
Formula ini membagi luas areal produktif dengan daur sehingga dillasilkan nilai
yang mempakan etat luas. Nilai ini dijadikan dasar perhitungan etat luas pertahun sampai
sebaran kelas umur menjadi normal.

b. Formula Kompromi Dua-Tiga Kelas Umur Terakhir.
Formula ini digunakan jika terdapat ketimpangan-ketimpangan seperti terdapatnya
kelebihan pohon-pohon tua di satu pihak dan kekurangan pohon-pohon masak tebang di
pihak lain. Kompromi dilakukan sampai ketimpangan dapat diperbaiki sehingga membentuk
hutan yang normal. Cara atau formula Kompromi dilakukan dengan mempersatukan areal
dari 2 atau 3 kelas umur tertua sebagai dasar perhitungan panen tahunannya. Dalam ha1 ini
tegakan miskin riap tua dimasukkan kedalam kelas umur tegakan masak tebang.
c.

Formula Cotta

'

Panen tahunan dengan menggunakan formula ini diperoleh dengan menjumlahkan
volume total dengan setengah dari riap total kemudian membaginya dengan daur.

Dimana =
AY = Hasil tahunan (m3itahun)
AG = Total volume aktual (m3)
I

=

Riap (m3/tahun)

R

=

Daur (tahun)

2. Metode Berdasarkan Volume dan Riap

Beberapa formula pengaturan hasil yang digunakan adalah :
a.

Formula Austria

Dimana :

AY

= Hasil

Ia

=

tahunan (m31tahun)

Riap volume nyata (m3itahun)

AG = Tegakan persediaan nyata (m3)
NG

=

R

=

Tegakan persediaan normal (m3)
Daur (tahun)
Untuk menghitung panen akhir digunakan riap MAI, sedangkan untuk

menghitung panen total digunakan riap CAI.
b.

Formula Hundeshagen

Formula diatas digunakan untuk lnenghitung panell akhirnya, untuk menghitung
panen totalnya maka digunakan formula:

AY

= %eksploitasi x

AG

dimana :
AY = Hasil tahunan (m3/tahun)
AG = Tegakan persediaan nyata (m3)
NG = Tegakan persediaan normal (m3)
NY = Hasil normal (m3/tahun)
Vr = Potensi pada Kelas Umur terakhir (m3/ha)
L = Luas total (ha)
R

=

Daur (tahun)

%eksploitasi = Perbandingan antara riap normal dengan tegakan
normal (%)
In = Riap normal (m3/tahun)

c.

Formula Von Mantel

dimana :
AY = Hasil tahunan (m3/tahun)
AG = Tegakan persediaan nyata (m3)
R
d.

=

Daur (tahun)

Formula Von Mantel Flury

persediaan

Dimana :
AY = Hasil tahunan (m3/tahun).
AG = Tegakan persediaan nyata (m3)
R

=

c

=

Daur (tahun)
Konstanta Flury ( 0,4 - 0,6 )

V,, V,, V,,V4 =Volume normal pada kelas umur 1 , 2 , 3 , 4 (m3)
r

= Jumlah

kelas umur

Asumsi yang digunakan dalatn perhitungan formula Von Mantel adalah riap
volume ta'hunan konstan untuk tiap gradasi kenaikan umur, bertentangan dengan
riap nyata di lapangan yang tidak konstan untuk setiap gradasinya, sehingga
perhitungan fortnula Von Montel perlu dimodifikasi dengan nilai konstanta flury.
e.

Formula Chapman

dimana :

AY = Hasil tahunan (m3/tahun)
AG = Tegakan persediaan nyata (m3)
R

=

Daur (tahun)

DG = Tegakan persediaan yang diharapkan (m3) = 90% NG
Ia

=

Riap volume nyata (m3/tahun)
Untuk menghitung panen akhir digunakan riap MAI, sedangkan untuk

menghitung panen total digunakan riap CAI.
3 Metode Berdasarkan Volume dan Luas

a. Formula Burn
Formula ini berdasarkan gabungan etat volume dan luas. Menurut Surat Keputusan
Direktur Jendral Kehutanan No.l43/KPTS/DJ/I/1974 Untuk menentukan etat yatig dipakai
selama jangka waktu perusahaan didasarkan pada hasil pengujian jangka waktu penebangan.
Untuk jangka perusahaan berikutnya, perlu penyesuaian penentuan etat kembali dan
demikian seterusnya. Dengan kata lain pengujian ini merupakan suatu kontrol untuk
mengetahui apakah penebangan dari semua kelas umur dapat tetap dilaksanakan pada jangka
waktu selama daur dan penebangan periodik diharapkan selalu seimbang dengan
kemampuan tegaka'n persediaan nyata. Data yang diperlukan adalah:
1. Luas areal tegakan masing-masing kelas umur
2.

Bonita rata-rata

Di mana:

B =Bonita rata-rata untuk kelas umur
Bi =Bonita pada kelas umur i

3.

Li

= Luas

areal tegakan dalam kelas umur i (ha)

i

= l , 2 , 3 ,...,n

Kerapatan Bidang Dasar

Di mana:

4.

KBDi

= Kerapatan

Li

=

I

=

bidang dasar untuk kelas umur i

Luas areal tegakan dalam kelas umur i (ha)
l , 2 , 3 , ...,n

Umur Tebang Rata-Rata (UTR)

$(L,

xu;)

Di mana:
U

= Umur

rata-rata kelas perusabaan (tahun)

Li

= Luas

areal tegakan kelas umur ke-i (ha)

Ui

= Umur

i

= l , 2 , 3 ,...,n

tengah tegakan pada kelas umur ke-i (ha)

Hasil akhir dari perhitungan diatas dimasukkan kedalam bentuk tabel dan
berdasarkan tabel tersebut, dapat dilakukan perhitungan lanjutan sebagai berikut:

a.

Etat Luas

Di mana:
EL = Etat luas ( haltahun)
Li

= Luas

R

=

areal tegakan pada kelas umur i (ha)

Daur (tahun)

i

= l , 2 , 3,...,n

b.

Etat Massa atau Volume

Di mana:
Em

= Etat

massa (m3/ tahun)

Vi

= Massa kayu

V,

= Massa

R

=

tegakan KU pada UTR (m3)

kayu miskin riap (m3)

Daur (tahun)

b. Formula Modifikasi Burn

Formula ini merupakan formula modifikasi dari formula Burn din~anaperbedaan
antar kedua formula terletak pada penggunaan umur untuk penentuan umur tebang ratarata. Pada formula Burn digunakan umur tengah kelas umur pada penentuan umur tehang
rata-ratanya, sedangkan pada formula modifikasi Bum menggunakan ulnur rata-rata kelas
umur pada penentuan umur tebang rata-ratanya. .
Data yang diperlukan adalah:
I. Luas areal tegakan masing-masing kelas umur
2. Bonita rata-rata

Di mana:

B

= Bonita

rata-rata untuk kelas umul

Bi =Bonita pada kelas umur i

Li

= Luas

areal tegakan dalam kelas umur i (ha)

i

= l , 2 , 3 ,...,n

3. Kerapatan Bidang Dasar

Di mana:
KBDi

= Kerapatan

Li

=

I

=

bidang dasar untuk kelas u~nuri

Luas areal tegakan dalam kelas umur i (ha)
1,2,3, ...,n

4. Umur Tebang Rata-Rata (UTR)

Di mana:
U

= Umur

rata-rata kelas perusahaa