Analisis dampak ekonomi dan sosial tambang emas dan tembaga bagi masyarakat komunal dan pembangunan wilayah Propinsi NTB (Studi kasus : Proyek Batu Hijau PT. Newmont Nusa Tenggara di Kabupaten Sumbawa)

AFdALlSlS DAMPAK EKONOMI DAN SOSIAL TAMBANG
EMAS DAN TEMBAGA BAG1 MASYARAKAT KOMUNAL
nm.IeI
=Aid PEh"Er3NGUNAN WiLAYAH FRCrmnra~
NTB
lb* K ~ S U Pmyek
dQ+udi
S
Satu Hijal! PT. Newmont Nusa Tenggarz
di Kabupaten Sumbawa)

OLEH :

LUKMAN MALANUANG

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK
LUKMAN MALANUANG, 2002. Analisis Dampak Ekonomi dan Sosial Tambang

Ezas dan Tembaga Sagi Masyaraka! Komunal dan Pembangunan Wilayah
Propinsi NTB (Studi Kasus Proyek Batu Hijau PT. Newmont Nusa Tenggara di
Kabupaten Sumbawa ). Dibawah bimbingan Prof.Dr.lr. H. AFFENDI ANWAR,
M.Sc. sebagai ketua, Dr.lr. HERMANTO SIREGAR, M.Ec. dan Dr. Ir. AKHMAD
FAUZl SYAM, M.Sc. sebagai anggota.
Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki kekayaan
sumberdaya mineral yang cukup melimpah. Paradigma pemanfaatan dan
pengelolaan sumberdaya mineral yang bercorak senttalistik, berpusat pada
negara (state base resources management) menempatkan pemerintah pada
posisi yang sangat power full untuk menggunakannya dengan dalih mengejar
target pertumbuhan ekonomi (economic growth development), demi peningkatan
pendapatan dan devisa negara (state revenue). Konsekuensi paradigma
semacam itu, dalam tiga dekade terakhir ini, pertama, daerahdaerah yang kaya
sumberdaya mineral justru menjadi daerah pengurasan (massive backwash
effect) oleh pemerintah pusat, sehingga kekayaan sumberdaya mineral justru
telah memiskinkan sebuah wilayah. Kedua, hampir semua lokasi industri
pertambangan di
dunia
merupakan tempat
tinggal

masyarakat
adat,kornunal/lokal, tidak terkecuali masyarakat lokal Sumbawa.
Substansi temuan penelitian ini, bahwa kekayaan sumberdaya emas,
tembaga serta mineral ikutannya yang terdapat dalam perut bumi Sumbawa
Propinsi NTB yang ditambang oleh PT. Newmont Nusa Tenggara (PT.NNT) atau
lebih dikenal dengan proyek batu hijau adalah pertama, sejak masa konstruksi,
1998 dan mulai beroperasinya proyek 1999, masyarakat komunal/lokal dusun
Tongo-Sejorong "terperangkapn dalam wilayah kontrak karya proyek akibatnya
masyarakat kehilangan aksesibilitas terhadap sumberdaya hutan adat, laut,
lahan produktif, menyempitnya areal penggembalaan temak serta hilangnya
fungsi sungai bagi masyarakat. Kedua, dengan alat analisis Input-Output wilayah
ditemukan bahwa proyek batu hijau PT.NNT tidak memiliki keterkaitan yang
signifikan untuk menarik dan mendorong sektor-sektor ekonomi di propinsi NTB
untuk maju, rendahnya faktor pengganda (multiplier effect) terhadap output,
pendapatan dan serapan tenaga kerja lokal di propinsi NTB. Ketiga, proyek batu
hijau menyebabkan kebocoran wilayah (regional leakeges) yang sangat besar
karena tidak menggunakan input domestik. Keempat, munculnya berbagai
persolan sosial budaya dalam masyarakat khususnya daerah lingkar tambang.
Situasi ini mengakibatkan ketegangan hubungan antara masyarakat dengan PT.
NNT, sehingga kedua belah pihak saling tidak percaya (mistrusting each other),

karenanya pengelolaan proyek batu hijau oleh PT.NNT berada pada equilibrium
tingkat rendah yang mengecewakan seluruh stakeholder. Untuk menganalisis
konflik kedua belah pihak sehingga terbentuk equilibrium baru kearah yang lebih
baik dimasa yang akan datang menggunakan metode analisis game theory.
Sebagaimana kasus industri pertambangan yang tejadi di NTB,
disinyalir bahwa kejadian serupa juga terjadi di berbagai wilayah di tanah air
yang kaya sumberdaya mineral seperti ; Aceh, Riau, Kaltim, Sulawesi dan lrian
Jaya.
Bila tidak dilakukan perubahan mendasar atas berbagai instrumen
kebijakan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya mineral, juga para
'birokrat priyayi pemerintah Indonesia" tidak merubah perilaku mereka
berkolaborasi dengan pihak asing, maka fenomena "ayam mati di lumbung padi"
akan sulit untuk disembuhkan.
Kata Kunci : Kekayaan Mineral, Sumberdaya Terakhir.

SURATPERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benamya bahwa segala pernyataan dalam
tesis saya yang berjudul :
ANALISIS DAMPAK EKONOMI DAN SOSIAL TAMBANG EMAS DAN
TEMBAGA BAG1 MASYARAKAT KOMUNAL DAN PEMBANGUNAN

WILAYAH PROPlNSl NTB ( Studi Kasus Proyek Batu Hijua PT. Newrnont
Nusa Tenggara di Kabupaten Sumbawa )

Merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri, dengan
pembimbingan komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan
rujukannya. Tesis ini belum pemah diajukan untuk memperoleh gelar pada
program sejenis dipergurnan tinggi lain.
Semua data dan inforrnasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan
dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, 30 Oktober 2002

LUKMANMALANUANG
NRP. 99359

ANALISIS DAMPAK EKONOMI DAN SOSIAL TAMBANG
EMAS DAN TEMBAGA BAG1 MASYARAKAT KOMUNAL
DAN PE%IBANGUNAM\NILAYAH PRQBlNSI NTB
(Studi Kasus Proyek Batu Hijau PT. Newmont Nusa Tenggara
di Kabupaten Sumbawa )


LUKMAN MALANUANG

Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Magister Sains pada
Program Studi llmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis

: ANALISIS DAMPAK EKONOMI DAN SOSIAL TAMBANG
EMAS DAN TEMBAGA BAG1 MASYARAKAT KOMUNAL
DAN PEMBANGUNAN WILAYAH PROPiGSI t4iS
(Studi Kasus : Proyek Batu Hijau PT. Newmont Nusa
Tenggara di Kabupaten Sumbawa)


Nama Mahasiswa

: Lukman Malanuang

Nomor Pokok

: 99359

Program Studi

: llmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing

,
,

Prof. Dr. Ir. H. Affendi Anwar. M.Sc.
Ketua


--

\

2 _

,
,I' q$$
Dr. Ir. AkhmatWauzi. M.Sc.
Anggota

Anggota

Mengetahui,
2. Ketua Program Studi llmu Perencanaan,
Pembangunan Wilayah dan Ped

Prof. Dr. Ir. H. Affendi Anwar, MSc.
Tanggal Lulus : 30 Oktober 2002


ogram Pascasarjana

Penulis dilahirkan di Sumbawa-Besar Propinsi NTB pada tanggal 25
September 1970, dari ibu Fatmah Nur dan ayah Malanuang HS, sebagai putra
pertama dari enam bersaudara.
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri I tamat tahun 1983, Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri I tamat tahun 1986, Sekolah Menengah Atas
(SMA) Negeri I tamat tahun 1989, semuanya di Sumbawa-Besar. Selanjutnya
tahun 1989 diterima sebagai mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Sipil
Universitas Merdeka Malang lulus tahun 1996. Pada tahun 1999, penulis diterima
sebagai mahasiswa Program Pascasajana llmu Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Pedesaan lnstitut Pertanian Bogor dan Tamat tahun 2002.
Sejak mahasiswa aktif pada organisasi intra universitas diantaranya ;
Ketua Umum Forum Studi Mahasiswa Penalar Unmer Malang 1993-1994, Ketua
Bidang Penalatan Senat Mahasiswa Unmer Malang 1993-1994, Koordinator
pertama REGIONAL Program Studi PWD IPB 2001-2002, anggota bidang
Penelitian dan Pengembangan Forum Wacana IPB 2002-2003. Penulisjuga aktif
pada organisasi ekstra universitas diantaranya ; Ketua Umum HMI Komisariat
Teknik Unmer Malang 1991-1992, Ketua Umum HMI KORKOM Unmer Malang
1993-1994, Ketua Umum HMI Cabang Malang 1996-1997 serta fungsionaris PB

HMI periode 1997-1999. Jenjang training HMI berturut-turut ; Basic Training 1989
di Malang, Intermediate Training 1992 di Surakarta, Advance Training 1996 di
Semarang sebagai peserta terbaik. Studi Nasional Pemuda 1995 di Ambon,
sebagai peserta favorit. l n s t ~ k t udan
r koordinator Steering Committee pelatihan
organisasi intra dan ekstra universitas. Penulis pemah menjuarai lomba karya
tulis ilmiah pada Forum Komunikasi Mahasiswa Teknik Sipil se-Indonesia tahun
1991 di Ujung Pandang dan LKTl bidang IPA se-Kopertis VII tahun 1992 di
Surabaya. Pada tahun 1998-1999, penulis dipercayakan sebagai Sekretaris Tim
Ahli Dirjen Binapenta Depnaker RI dan sejak tahun 2002 hingga sekarang
diamanahkan

sebagai

Kepala

Pusat

Kajian


Sumberdaya

Alam

Pengembangan Wilayah Universitas Samawa di Sumbawa-Besar, NTB.

dan

PRAKATA
Penulis senantiasa mengucapkan syukur serta memanjatkan puji dan
puja kehadirat Allah SWT, dzat yang maha agung dan maha tinggi, yang telah
memberikan keberkahan, kenikmatan, ketenangan dan ketentraman kepada
orang-orang yang selalu berdzikir menyebut namanya diwaktu pagi dan petang
dan senantiasa rnencintai-Nya. Allah SWT tidak akan mengabaikan mereka, dan
pada suatu saat nanti akan menjadi kenyataan bahwa hanya Allah SWT tempat
kembali seluruh manusia dan rindu bertemu dengan-Nya. Karena sifat rahman
dan rahim-Nyalah, penulis dapat menyelesaikan tesis yang bejudul Analisis
Dampak Ekonomi dan Sosial Tambang Emas dan Tembaga Bagi Masyarakat
Komunal dan Pembangunan Wilayah Propinsi NTB (Studi Kasus Proyek Batu
Hijau PT. Newmont Nusa Tenggara di Kabupaten Sumbawa). Tesis ini

merupakan maksimalisasi dari keterbatasan-keterbatasan dan dibuat dalam
rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Magister
Sains pada Program Studi llmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan
Pedesaan (PWD) pada Program Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih yang sangat mendalam, penulis sampaikan kepada
Prof.Dr.lr.H.Affendi Anwar, MSc, selaku ketua komisi pembimbing sekaligus
ketua program studi PWD, juga kepada anggota komisi pembimbing yakni
Dr.lr.Hermanto Siregar, M.Ec, yang banyak memberikan arahan untuk
penajaman tesis ini, kepada Dr.lr.Akhmad Fauzi Syam, M.Sc, yang banyak
memberikan inspirasi bagi penyempumaan tesis ini, serta Dr.lr.H.R.Sunsun
Saefulhakim, M.Sc, selaku penguji luar komisi yang telah mengoreksi sekaligus
mitra diskusi bagi penulis.
Ucapan terima kasih secara khusus ditujukan kepada orang-orang yang
telah memberikan semangat, dorongan, motivasi dan nasehat bagi penulis
sehingga dapat rnenyelesaikan studi dan tesis ini, nama-nama tersebut adalah :
Prof.Dr.1r.H. Kamaruddin Abdullah, M.Sc, Prof. Dawam Rahardjo, Dr. Yudo
Swasono (alm), H. Musa Affendi, SH, Pak Latief Malik, Bang Ir. Aziz Bahalwan,
Om Oki, Mayjen Kivlan Zen. Pak Ridwan Hasyim, Dr. Slamet Sutomo, Pak Amir
Jawas, Mas Bambang, Pak Dasril, Pak HBT Rayes, Pak Syaefuddin Iskandar,
Pak Abu Bakar, Pak Wahidinsyah, Mas Mujio, Kak Dar serta keluarga, Ust
Rahmat, Pak lbrahim Sama, Paman Hasan, Bang Hen, Bung Yani Sagaroa,
seluruh masyarakat Tongo-Sejorong, rekan-rekan di Universitas Samawa, serta
rekan-rekan di program Studi PWD IPB.
Terima kasih yang sangat tulus penulis haturkan kepada Ayahanda
Malanuang HS dan lbunda Fatmah Nur, atas dopayang tiada hentinya kepada
penulis. Terima kasih yang tulus juga ditujukan kepada Nurul, Adi, Sri, Ihksan,
Fahira, Wati, Ridwan, Alif, Erma dan Firman serta seluruh keluarga di Sumbawa
dan Taliwang yang senantiasa ikut mendo'akan penulis hingga selesainya studi
dan tesis ini.
Penulis beharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkannya serta terbuka untuk dikritik dan dikoreksi. Terima kasih.

Penulis

-

DAFTAR IS1
Halaman

DAFTAR TABEL ..................................................................................... ...x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. XIII
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiv
I.

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah .....................................................................
8
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perkembangan Dunia Pertambangan di Indonesia ......................... 11
2.2. Kondisi Geologi dan Potensi Sumberdaya Mineral
di Indonesia .................................................................................... 25
2.3. Instrumen Kebijakan Pertambangan di Indonesia ........................... 36
2.4. Konflik Tanah Adat dan Persoalan Lingkungan Hidup
Dalam lndustri Pertambangan ....................................................... 60
2.5. PMA Bidang Pertambangan di lndonesia dan
Penga~hnyaTerhadap Negara Tuan Rumah ............................... 74

Ill. KERANGKA TEORlTlS

.

3.1. Pemanfaatan Sumberdaya Secara Berkelanjutan
Untuk Pembangunan Wilayah .................................................. 94
3.2. Pengembangan Wilayah Berdimensi Ekonomi, Sosial,
Dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam ....................................... 112
3.3. Hak-Hak (Property Right) Masyarakat Komunal/lokal
Terhadap Sumberdaya Alam .......................................................119
3.4. Analisis Ekonomi Yang Mengarah Kepada Degradasi
Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup ................................... 132
3.5. Pengembangan Ekonomi Komunitas Untuk Mempertahankan
Konservasi Sumberdaya Alam ..................................................... 136
3.6. Model Hotteling Untuk Sumberdaya Alam Tidak Dapat Pulih ....... 144

IV METODE PENELlTlAN
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
4.5.
4.6.
4.7.
4.8.

Kerangka Pemikiran Pelaksanaan Penelitian ............................... 147
Bagan Kerangka Alur Pikir dan Model Penelitian ......................... 149
Hipotesis ...................................................................................... 151
Metode Analisis dan Model Analisis .............................................. 152
Jenis dan Sumber Data ................................................................161
Metode Pengumpulan Data .......................................................... 162
Penentuan Lokasi Penelitian ........................................................162
Bagan Alur Pendekatan Studi ......................................................163

V . GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELlTlAN

5.1. Kondisi Umum Propinsi NTB
5.5.1. Letak Geografis, Jumlah Penduduk dan Pemerintahan .... 165
5.5.2. PDRB ............................................................................ 166
5.5.3. Struktur Ekonomi .............................................................. 168
5.5.4. Pertumbuhan Ekonomi ..................................................... 170
5.2. Setting Sosial Budaya Masyarakat Pedesaan (Komunal/Lokal)
Kabupaten Sumbawa NTB ......................................................... 172
5.3. Krik Slamat : Kandungan Beharga Budaya Lokal Sumbawa ....... 178
5.4. Gambaran Masyakarat KomunaVlokal Dusun Tongo-Sejorong
Sebelum Proyek Batu Hijau PT-NewmontNusa Tenggara
(PT.NNT) Beroperasi ................................................................... 184
5.4.1. Sejarah Masyarakat KomunaVlokal TongoSejorong ........... 184

5.4.2. Aksesibilitas Masyarakat Terhadap Pemanfaatan dan
Pengelolaan Sumberdaya Hutan dan Laut ..........................185
5.4.3. Manfaat Sungai Bagi Masyarakat ...................................... 185
5.5. Gambaran Proyek Batu Hijau PT. Newmont Nusa Tenggara Di
Kabupaten Sumbawa Sebagai Obyek Penelitian ......................... 185
5.5.1. Kondisi Geografi dan Topografi Kabupaten Sumbawa ...... 189
5.5.2. lklim dan Curah Hujan ...................................................... 190
5.5.3. Kondisi Tanah .................................................................. 190
5.5.4. Bentuk Geologi Wilayah, Kegempaan dan Mineral ........... 188
5.5.5. Profil Newmont Mining Corporation .................................. 195
5.5.6. Lokasi Proyek Batu Hijau ................................................... 196
5.5.7. Gambaran Umum Proyek Batu Hijau ................................ 196
5.5.8. Tatanan Geologi Daerah Batu Hijau ................................. 196
5.5.9. Proses Mendapatkan Logam Dan Batuan ........................202
5.5.10. Pembayaran PT. NNT Kepada Pemerintah ....................... 208

VI. HASlL DAN PEMBAHASAN

.

6.1. Letak Dusun Masyarakat Komunal/Lokal Tongo-Sejorong
Terperangkap Dalam Wilayah Kontrak Karya Proyek Batu
Hijau PT. NNT Setelah Proyek Beroperasi ...................................212
6.2. Dampak Pembukaan Wilayah Kontrak Karya Proyek Batu
Hijau Terhadap Hilangnya Aksesibilitas Masyarakat
Komunal/lokal
Dusun
Tongo-Sejorong
Terhadap
Sumberdaya .................................................................................. 212
6.3. Dampak Beroperasinya Proyek Batu Hijau PT.NNT
Terhadap Perubahan Tatatan Sosial Budaya Masyarakat
Komunal/Lokal Dusun Tongo-Sejorong dan Masyarakat
Lingkar Tambang ..........................................................................215
6.4. Dampak Sektor Pertambangan Proyek Batu Hijau PT. NNT
Terhadap Pembangunan Wilayah Propinsi NTB .......................... 222
6.4.1. Kontribusi Proyek Batu Hijau Terhadap Pembentukan
Nilai Output Wilayah .........................................................222
6.4.2. Kontribusi Sektor Pertambangan Proyek Batu Hijau
PT. NNT Terhadap Ekspor dan Import Wilayah ................226
6.4.3. Kontribusi Sektor Pertambangan Proyek Batu Hijau
PT. NNT Terhadap Serapan Tenaga Kerja ....................... 228
6.4.4. Analisis Keterkaitan Antara Sektor Pertambangan
Proyek Batu Hijau PT.NNT Dengan Sektor Lainnya ......... 231
6.4.5. Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan .........................235
6.4.6. Analisis Pengganda Sektor Pertambangan Proyek
Batu Hijau PT. NNT ........................................................ 239
6.5. Kebocoran Wilayah (Regional Leakeges)...................................... 248
6.6. Analisis Konflik Proyek Batu Hijau Antara Masyarakat
Komunal/Lokal Dusun Tongo-Sejorong Di Kabupaten
Sumbawa Barat, NTB Versus PT.NNT........................................ 252
6.7. Pemberdayaan Ekonomi Komunitas Sebagai Altematif Model
Kelembagaan Dari lntewensi lnvestasi Asing .............................. 264
6.8. Pembahasan Menyelumh ...................................................... 271

VII KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan................................................................................ 285
SaranIRekomendasi ................................................................... 288
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 291
LAMPIRAN .........................................................................................-293
7.1.
7.2.

DAFTAR TABEL

No

ieks

Halaman

1. Produksi Barang-Barang Tambang Indonesia, Tahun 19931999
2.

Perkembangan Ekspor Produksi
Indonesia, Tahun 1990-1997

Pertambangan Utama

3. Perkembangan Jenis, Lokasi, dan Jumlah Kontrak Karya
4.

Perkembangan Besamya luran Tetap Pertambangan
dan Kebijakannya Masa Orba

5.

Perkembangan luran Produksi (Eksplorasi &
Ekploitasi) Dua Belas Bahan Galianrrambang
(sebelum diolah) di Masa Orde Baru

6.

Perbandingan Antara Nilai Penjualan Tahunan Sepuluh
Perusahaan Multinasional (MNC) yang Terbesar dengan
GDP dari Sejumlah Negara Berkembang, 1993

7. lndikator Keberlanjutan Dalam Kaitannya Dengan Cadangan
Ekologi,Nilai Ekonomi dan Budaya
8. Kerangka Tabel I - 0 Propinsi NTB tahun 2000
9. Matrik pay-off Konflik Proyek Batu Hijau Antara Masyarakat
KomunalILokal Dusun Tongo-Sejorong Versus PT. Newmont
Nusa Tenggara
10. Jumlah Kecamatan, Kelurahan dan Desa Definitif Menurut
KabupatenIKota di NTB, 2000
11. PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Propinsi NTB Atas Dasar
Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 1997-2000 (persen)
12. Kontribusi Masing-Masing SeMor Terhadap PDRB NTB Atas
Dasar Harga Berlaku Tahun 1997-2000 (persen)
13. Laju Pertumbuhan PDRB Propinsi NTB Menurut Lapangan
Usaha Atas Dasar Harga Konstan, Tahun 1997-2000 (persen)
14. Hutan Adatfranah Ulayat Dusun Tongo-Sejorong Yang
Terdapat dalam Wilayah Kontrak Katya Karya PT. NNT
15. Jenis Tanah Berdasarkan Luasnya di Kabupaten Sumbawa
Tahun 1998

23

16. Keuntungan Finansiil Langsung yang diperoleh dari Operasi
PT. NNT

211

17. Keuntungan Finansiil Tidak Langsung yang diperoleh dan
Operasi PT.NNT
18. StruMur Output dan Nilai Tambah SeMoral NTB, 2000
19. Sepuluh SeMor Menurut Nilai Output Terbesar di Propinsi
NTB, 2000
20. Sepuluh SeMor Menurut Nilai Tambah Terbesar di NTB
21.

Kontribusi SeMor Pertambangan Terhadap Eksport dan Import
Wilayah Propinsi, NTB, 2000.

22. Sepuluh SeMor Menurut Nilai Eksport Terbesar Propinsi, NTB,
2000
23. Sepuluh SeMor Menurut Nilai Import Terbesar Propinsi NTB,
2000
24. Kontribusi SeMor Pertambangan Terhadap Serapan Tenaga
Kej a Propinsi NTB, 2000
25. Sepuluh SeMor Menurut Separan Tenaga Keja Terbesar
Propinsi NTB, 2000
26. Komposisi Tenaga Kej a Proyek Batu Hijau PT.NNT
27. KeterkaitanAntar SeMor Perekonomian NTB, 2000
28. Sepuluh SeMor Yang Memiliki Keterkaitan ke Depan Terbesar
Propinsi NTB, 2000
29. Sepuluh SeMor Yang Memiliki Keterkaitan Kebelakang
Terbesar Propinsi NTB, 2000
30. Koefisien Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan SektorSektor Ekmomi Propinsi NTB Tahun 2000
31. Sepuluh SeMor Utama Menurut Daya Penyebaran Terbesar
Propinsi NTB, 2000
32. Sepuluh SeMor Utama Menurut Derajat Kepekaan Terbesar
Propinsi MB,2000
33. Koefisien Pengganda Output

34. Sepuluh Sektor Utama Menurut Pengganda Output Type 1

241

Terbesar
35.

Sepuluh Sektor Utama Menurut Pengganda Output Type I1
Terbesar

36. Koefisien Pengganda Pendapatan
37.

Sepuluh Sektor Menurut Pengganda Pendapatan Type I
Terbesar

38. Sepuluh SeMor Menurut Pengganda Pendapatan Type II
Terbesar
39.

Pengganda Tenaga Kej a

40. Sepuluh SeMor Menurut Pengganda Tenaga Keja Type I
Terbesar
41. Sepuluh SeMor Menurut Pengganda Tenaga Kerja Type I1
Terbesar
42. Nilai Cadangan Deposit Emas dan Tembaga, Total Investasi,
Fasiltas Pertambangan, Penggunaan Tenaga Kej a dan
Berbagai Jenis Penerimaan Pajak dan Non Pajak Proyek Batu
Hijau PT. NNT Selama 10 Tahun Masa Operasi
43.

Ranking, Nilai dan Tingkat Kebocoran Wilayah Berbagai
SeMor Ekonomi di Propinsi, NTB Tahun 2000 ( 000 Rp)

44. Jumlah dan Perkiraan Harga Deposit (emas dan tembaga)
Proyek Batu Hijau di Sumbawa, NTB
45.

Pilihan Strategi Masyarakat Komunal/Lokal Dusun TongoSejorong Atas Proyek Batu Hijau

46.

Pilihan Strategi PT.NNT Atas Proyek Batu Hijau

47. Asumsi Cadangan (emas dan tembaga) Proyek Batu Hijau Bila
Ditutup tahun 2002 (setelah proyek berjalan tiga tahun)
48.

Matrik pay-off (pahala) Konflik Proyek Batu Hijau Antara
Masyarakat Komunal/Lokal Versus PT.NNT

49.

Matrik pay-off (pahala) Yang Diperoleh Oleh Masyarakat dan
PT.NNT

50.

Ringkasan Hasil Analisis Data I- 0 Propinsi NTB, 2000 diolah
(atas dasar harga berlaku)

51. Lahan Berhutan Yang Dibuka Untuk Keperluan Proyek Batu

Hijau PT. Newmont Nusa Tenggara
52. Jumlah Bahan Makanan Pokok Untuk Tenaga Keja Selama
10 Tanun Masa Operasi pro ye^ Batu Hijau PT. NNT

'

284

DAFTAR GAMBAR
No

Teks

Halaman

1. Peta Sbuktur Indonesia (menurut Smit Sibinga, 1933)

29

2. Bagan Tektonik Indonesia (menurut Westerveld, 1952)

29

3. Busur Magma Terrnineralisasi Kapur Senja Hingga Pliosen
di Indonesia (menurut Carlile & Mitchel, 1994)

30

4.

103

Keranglca Berfikir TFP

5. Unsur-unsur Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan

112

6. Keterkaitan Antar lndikator Pembangunan Wilayah

118

7. Bagan Kemngka Alur Pikir dan Model Penelitian

150

8.

Bagan Alur Pendekatan Studi

9. Gambaran Utuh Pandangan Hidup Krik Slamat

164
183

10. Komposisi Kepemilikan Saham
11. Struktur Organisasi PT. NNT
12. DiagramAlur Proses Penambangan (emas dan tembaga)
Proyek Batu Hijau PT. NNT

206

13. Jumlah W a n Yang Mengandung Bijih dan Batuan Limbah
Proyek Batu Hijau

207

14. Penyelesaian Konflik Proyek Batu Hijua Dengan Mediator

264

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Peta Lokasi Proyek Batu Hijau PT.Newmont Nusa Tenggara

293

Miniatur Proyek Batu Hijau PT. Newmont Nusa Tenggara

294

Mining Process Flow

295

Mining Area Proyek Batu Hijau

295

Proses Penghancuran Batuan Untuk Mendapatkan Bijih
Mineral ( emas dan tembaga )

296

Proses Peleburan dan Pemisahan Emas dan Tembaga
Proses Mendapatkan Konsentrat Dan Pengapalan ke
Pelabuhan
Proses Pembuangan Tailing Proyek Batu Hijau ke Teluk
Senunu
Pelabuhan, Town Site dan PLTD Proyek Batu Hijau
Lahan Pertanian Produktif Tercemar Limbah Pengolahan
Tinja PT. NNT
Hasil Hutan Adat Masyarakat Komunal/Lokal Dusun TongoSejorong Sebelum Proyek Batu Hijau Beroperasi Tahun,
1996
Hasil Laut Masyarakat Dusun Tongo-Sejorong Sebelum
Proyek Batu Hijau Beroperasi tahun, 1996
Tabel Input - Output Propinsi NTB Tahun, 2000 ( Transaksi
Atas Dasar Harga Produsen (Rp. 0,000))
Koefisien Teknik Tabel I - 0 Propinsi N I B Tahun, 2000
(Atas Dasar Harga Produsen (Rp. 0,000) )
Koefisien Matrik I- 0 Propinsi NTB Tahun, 2000
(Atas Dasar Harga Produsen (Rp. 0,000) )
Matriks Kebalikan I- 0 Propinsi NTB Tahun, 2000
(Atas Dasar Harga Produsen (Rp. 0,000) )
Matriks Kebalikan Terbuka ( Hoesehold Exogenous)

330

18. Matriks Kebalikan Tertutup ( Hoesehold Endogenous)

335

19. Dampak Keterkaitan Kebelakang

340

20.

Dampak Keterkaitan Kedepan

345

21.

Dampak hngganda I - 0 Propinsi NTB, 2000
(Atas Dasar Harga Produsen (Rp. 0,000) )

22.

Ringkasan Hasil Perhitungan I - 0 Propinsi NTB
Tahun, 2000 (Atas Dasar Harga Produsen (Rp. 0,000) )

352

23.

Hasil Principle Component Analysis I - 0 Propinsi NTB
Tahun, 2000 (Atas Dasar Harga Produsen (Rp. 0,000) )

354

24.

Hasil Analisis Game Theory

355

I. PENDAHULUAN
Latar Belakang

1.1.

Sebagai negara kepulauan terbesar didunia -terdiri dari 17.508 pulau
dengan panjang pantai 81.000 km- lndonesia terletak di daerah perbenturar! tiga
lempengan raksasa, yaitu lempengan Australia yang bergerak ke utara,
lempengan Pasifik yang bergerak ke barat dan lempengan Eurasia yang relatif
diam. Pergerakan ketiga lempengan raksasa itu diyakini oleh ahli geologi Smit
Sibinga (1933) penganut teori apungan benua

(continental drift) yang pada

pokoknya menggambarkan bahwa lapisan batuan kerak bumi yang tegar,
lapisan Silicium Alumunium (SiAL), bergerak diatas lapisan kerak samudera yang
terbentuk dari jenis batuan yang lebih berat dalam keadaan liat-padat karena
suhu tinggi. lapisan Silicium Magnesium (SiMg). Sekitar 14 abad yang silam, jauh
sebelum teori apungan benua ditemukan oleh para ahli, kandungan QS. An
Naml, 88 telah mengintrodusir mengenai pergerakan kerak bumi, ayat tersebut
berbunyi . .."Dan kamu lihat jibal (lempengan tektonik) itu, kamu sangka dia tetap
ditempatnya, padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awan (mega). Begitulah
perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu, sesungguhnya
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. Benturan ketiga lempengan tersebut
mengakibatkan lndonesia dipenuhi deretan gunung berapi, yang selain
berpotensi

mendatangkan

bencana juga

mengandung

cebakan

potensi

sumberdaya alam mineral yang kaya dan beragam. lndonesia memang tidak
memiliki -segala macam mineral yang dibutuhkan umat manusia, karena tidak
satu negarapun yang memiliki segalanya.
Sekedar gambaran untuk menunjukkan betapa besar potensi sumber
mineral yang dimiliki lndonesia berdasarkan data hasil penyelidikan yang telah

terhimpun sampai sekarang dengan angka-angka yang cukup mengesankan
yakni sumberdaya tembaga sebagian besar dari jenis porfir ditaksir seluruhnya
berjumlah 32 juta ton juga mengandung emas dan perak terdapat di Grasberg,
lrian Jaya, diperkirakan cadangan tembaga porfir terkaya didunia. Sumberdaya
emas primer maupun sekunder (aluvial) ditaksir sebesar 3700 ton, terdapat
dihampir semua pulau besar lndonesia dengan cadangan terbesar 2700 ton di
Grasberg. Sumberdaya bijih nikel laterit sebesar 1000 juta ton dengan
kandungan logam sebanyak kurang lebih 13 juta ton, terdapat diberbagai daerah
di lndonesia bagian timur. Sumberdaya timah sekitar 600.000 ton terdapat
didaerah kepulauan timah dan sekitarnya. Endapan-endapan bauksit di
Kalimantan Barat seluruhnya ditaksir 1,3 milyar ton berkadar rendah (rata-rata
dengan 30% AL2O3),800 ton diantaranya berkadar (rata-rata 40%-43% AL2O3).
Sumberdaya batubara seluruhnya ditaksir berjumlah 36,5 milyar ton, sebagian
besar berupa lignit dan sisanya batubara subbituminus, bituminus dan antrasit.
Belum termasuk bahan galian bukan logam seperti; batu gamping, marmer, pasir
kuarsa, koalin, berbagai jenis lempung, dan jenis batuan lain seperti granit, sienit,
peridotit dan lain sebagainya. Dengan seluruh potensi sumberdaya logam dan
non logam itu, lndonesia termasuk katagori negara negara kaya (the haves).
Persolaannya adalah mengapa masih banyak dan semakin banyak
rakyat lndonesia yang hidup dalam kemiskinan? Tahun 1998 ILO memperkirakan
48% atau 98 juta dari total jumlah penduduk hidup dibawah garis kemiskinan
berdasarkan standart kemiskinan yang berlaku secara lnternasional yaitu US$
llkapitalhari. Situasi paradoksal yang menimpa lndonesia itu digambarkan oleh
Carolyn Marr "Indonesia is fabulously rich dan lndonesia is desperately poor"
(Indone~iakaya secara menabjubkan dan miskin secara menyedihkan). Bukti-

.

bukti ernpirik rnenunjukkan bahwa daerah-daerah yang kaya bahan tambang dan
rnemberikan kontribusi signifikan terhadap penerirnaan negara justru menempati
urutan kemiskinan yang parah. Kasus yang terjadi di Aceh, Riau, Kalimantan
Tirnur dan lrian Jaya rnerupakan realitas buruknya sistern bagi hasil atas
kekayaan bahan tarnbang antara -negara versus investor asing- pusat versus
daerah penghasil- sehingga menjadi surnber ketegangan pusat-daerah yang
mengancam disentegrasi bangsa.
Kebijakan pemerintah dalam pengelolaan sumberdaya mineral lebih
rnernbela kepentingan penguasa dan pengusaha, daripada mengedepankan
nasib rakyat secara keseluruhan. Posisi rakyat yang lemah tergambar pada
berbagai pelanggaran dalam pengusahaan tambang. Satu diantara yang paling
sering terjadi pada masa orde baru adalah pengambilan paksa lahan-lahan
tarnbang rakyat oleh para aparat negara, yang kerapkali rnenggunakan
kekeresan,

penindasan,

bahkan

hukumpun

gampang

dibengkokkan.

Persoalannya adalah mengapa terjadi berbagai tindakan yang begitu merugikan
rakyat seperti tercermin pada perampasan lahan. rusaknya lingkungan, kecilnya
penerimaan pemerintah daerah, praktek kebocoran anggaran, kolusi pengusaha
besar dengan pejabat negara, serta berbagai peraturan yang berat sebelah.
Pangkal persoalan dalam pengelolaan sumberdaya mineral di Indonesia
nampaknya terletak pada interpretasi sepihak pemerintah terhadap UUD '45
pasal 33 yang berbunyi: bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh negara, dan dipergunakan untuk sebesar-besar
k e m a k m ~ r ~ rakyat.
n
UU No.1111976 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pertambangan hanya memberikan kepada negara hak atas penguasaan (right to

use), bukan hak kepemikikan kepada negara (owned by state). Sengketa antara

masyarakat adat dengan perusahaan tambang antara

lain disebabkan

ketidakjelasan mengenai siapa pemegang hak atas tambang (mineral right). Baru
sekarang disadari bahwa UU pertambangan leb~hberorientasi ekonomi dan tidak
mengaksentuasi pemikiran ekologi dan pembangunan berkelanjutan (ecological
and sustainable sense). Tidak diakuinya hak-hak ulayat (teritorial use right) dan
penghargaan terhadap kepentingan penduduk lokal merupakan bukti pemerintah
tidak memiliki komitmen kerakyatan. Bila melihat penderitaan yang menimpa
rakyat pemerintah telah bertindak inkonstitus~onalterhadap amanat konstitusi.
Setiap usaha eksploitasi sumberdaya mineral yang tidak dapat pulih (non
renewable resouces), selain stok cadangannya menjadi habis sama sekali, juga
dapat merusak pernandangan (landscape) dan selalu akan menghasilkan limbah.
Perusahaan tambang asing yang umumnya mendominasi kekayaan
sumberdaya t a m b n g nasional dan mengurasnya bagi keuntungannya sendiri
dapat terlihat dengan jelas pada komposisi kepemilikan saham hingga 90% bagi
pemodal asing dan 10% sisanya dimiliki pemerintah atau perusahaan Indonesia
yang melakukan kongsi dengan perusahaan asing sedangkan saham pemerintah
nol. Pemerintah Papua New Guinea berani mematok komposisi kepemikian
saham bagi Penanaman Modal Asing (PMA) di negeri itu, 50 persen dalam
negeri dan 50 persen asing. Kita harus menyadari bahwa perusahaanperusahaan multinasional tidak tertarik untuk rnenunjang usaha pembangunan
suatu negara. Perhatian mereka hanya tertuju kepada upaya maksimalisasi
keuntungan atau tingkat hasil finansial atas setiap sen modal yang mereka
tanamkan. Lebih dari 90 persen dana investasi asing swasta hanya mengalir ke
negara-negara industri maju dan sebagian ke negara berkembang yang
perekonomiannya paling dinamis dan tumbuh relatif pesat. Perusahaan-

perusahaan multinasional itu senantiasa mencari peluang ekonomi yang paling
menguntungkan, dan mereka tidak bisa diharapkan untuk memberi perhatian
kepada

soal-soal

kemiskinsn,

ketimpangan

pendapatan,

dan

lorijakan

pengangguran (Michael P Todaro, 1999).
Penanaman Modal Asing di sektor pertambangan terbilang bisnis yang
merugikan bagi pihak lndonesia karena kontribusinya terbilang kecil terhadap
GNP (1-3,5%),juga pemerintah lndonesia hanya membebankan royalti (1-3,5%)

dibandingkan dengan beberapa negara Asia Tenggara lainnya, seperti Thailand,
Malaysia, Philipina, dan Vietnam yang berkisar antara (3-15%). Banyak kalangan
menyesalkan model kerjasama seperti itu sebagai suatu keanehan dalam
ekonomi lndonesia sebagaimana dikatakan ketua MPR RI Amien Rais "Kontrak
karya dibidang pertambangan yang memungkinkan pihak asing menggenggam
seratus persen saham, sementara lndonesia hanya mendapat pajak penghasilan
plus PBB (pajak bumi dan bangunan), suatu model kerjasama ekonomi paling
aneh yang hanya terjadi di bumi pertiwi Indonesia". Yang lebih mengherankan,
pemerintah memberikan perlakuan khusus (/ex spisialis) pada kontrak karya
pertambangan dengan lain perkataan perbuatan hukum perusahaan tidak tunduk
kepada ketentuan yang ada -atau peraturan yang lahir kemudian- jika tidak
disebutkan dalam isi perjanjian yang disepakati. Kontrak Karya pertambangan
juga memberikan apa yang disebut conjunctive title kepada kontraktor, yaitu hak
yang berkelanjutan untuk melaksanakan kegiatan sejak dari tahap surveieksplorasi sampai dengan tahap eksploitasi-pengolahan dan penjualan hasil
usaha tambangnya. Eksploitasi yang tiada akhir di dunia pertambangan di kenal
dengan istilah a cradle -to- grave contrac (kontrak yang bersifat abadi). ldealnya
kontrak. karya yang merupakan pintu pandora dan surat sakti pertambangan

seharusnya merupakan kesepakatan dari semua stakeholder yaitu pemerintah
pusat, daerah penghasil, masyarakat dan pihak asing. Karena kesenjangan
sosial yang semakin melebar itulah, telah membangkitkan sentimen nasionalisme
pada perubahan sikap rakyat mulai berani menggugat perusahaan-perusahaan
tambang asing yang dipandang telah merugikan itu. Sehingga timbul usulanusulan untuk melakukan nasionalisasi, pembatalan secara sepihak atau
menghentikan operasi perusahaan-perusahaan asing tersebut.
Berangkat dari bukti-bukti empirik buruknya kinerja pertambangan di
Indonesia selama ini. Sesungguhnya negara kita berada pada fase awal dari
suatu penyakit yang bernama "penyakit Belanda" (ducth deases) yakni suatu
situasi dimana negara-negara penghasil sumber daya alam pernah menikmati
rejeki melimpah ketika terjadi kenaikan sumberdaya alam secara berlipat ganda.
Tetapi ketika harga sumberdaya alam tersebut turun secara drastis negaranegara yang kaya tersebut sulit menyesuaikan diri dengan situasi ekonomi yang
baru. Sehingga muncullah teori dari kalangan ahli ekonomi mineral yang disebut
teori resource curse yakni suatu fenomena yang mengungkapkan melimpahnya
kekayaan alam justru telah memiskinkan sebuah negara, seperti membenarkan

pepatah orang bijak "ayam mati di lumbung padi" atau "merana ditengah
kelimpahan". Tahun 1998, pemerintah lokal propinsi Hokaido Jepang, membuat
kebijakan yang sangat drastis menutup pertambangan batubara di Propinsi itu
karena

dinilai

tidak

ekonomis

dan

tidak jelas

sumbangannya

untuk

membangkitkan sektor lain. Selanjutnya pemerintah Hokaido bekerja keras
membangun sektor lain diluar pertambangan yang terbukti berhasil.
Proyek batu hijau yang dioperasikan oleh PT. Newmont Nusa Tenggara
selanjutnya disebut PT.NNT di kabupaten Sumbawa dengan total deposit -4,8

juta ton tembaga dan 390 ton emas, dengan komposisi kepemilikan saham PT.
Newmont Nusa Tenggara di NTB, 80 persen asing dan 20 persen swasta
nasional dengan sistem kontrak kzrya yang mengacu pada instrumen hukum
orde baru -yang masih berlaku sampai sekarang- sangat merugikan kabupaten
penghasil. Kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat lingkar tambang sudah
mulai merasakan adanya pelanggaran lingkungan, kasus kebocoran wilayah,
komitmen tenaga kerja -60 persen lokal dan 40 persen non lokal yang tidak
dipatuhi perusahaan, konflik pertanahan dan munculnya masalah-masalah
sosial. PT. NNT akan membuang tailing (limbah tambang) ke teluk Senunu
selama usia tambang sebanyak 1,045 milyar ton, limbang ini akan menjadi
masalah serius bagi masyarakat dan lingkungan. Proyek batu hijau adalah jenis
tambang terbuka (open pit), yang pada akhir usia tambang akan meninggalkan
lubang menganga selebar 2 km dengan kedalaman 1 km. Bila diproyeksikan
dalam dua puluh tahun yang akan datang -sesuai usia tambang- proyek batu
hijau tidak akan membawa kemajuan yang berarti bagi pembangunan Sumbawa
dan NTB, malah dikhawatirkan akan

menjadi daerah

miskin ditengah

kelimpahan, bahkan tidak mustahil daerah lingkar tambang - Jereweh, Taliwang
dan Seteluk - akan menjadi Ghost City (kota hantu) yang ditinggalkan

penghuninya. Demi nasib rakyat dan masa depan generasi mendatang, prinsip
jual murah dan jual habis oleh pemerintah Indonesia terhadap pengelolaan
sumberdaya mineral harus dihentikan. Anehnya pembukaan pertambangan di
negara asal perusahaan-perusahaan multinasional tersebut (Amerika, Canada
dan Eropa Barat) kekayaan mineral dipandang sebagai sumberdaya terakhir (the

last resource), bahkan saat ini sedang digalakkan penghentian sementara
(moratorium)

dibidang pertambangan. Lalu atas alasan apa pemerintah

lndonesia berbondong-bondong mengundang pemodal asing untuk melakukan
investasi dibidang pertambangan? bukankah sektor lain masih banyak yang perlu
d~berdayakan?Titik lemah pengelolaan sumberdaya mineral di lndonesia terletak
pada UU No. 1111976 tentang pertambangan dan UU No. 111976 tentang PMA,
keduanya telah k r u s i a 34 tahun menjadi bagian yang terlupakan dari arus besar
reformasi di Indonesia.
Dari diskripsi diatas, karena begitu hebatnya dampak yang ditimbulkan
oleh sebuah perusahaan pertambangan peneliti merasakan adanya urgensi dan
signifikansi untuk rnelakukan penelitian atas proyek batu hijau PT. Newmont
Nusa Tenggara di Kabupaten Sumbawa dengan judul penelitian : Analisis
Dampak Ekonomi dan Sosial Tambang Emas dan Tembaga Bagi Masyarakat
Komunalllokal dan Pembangunan Wilayah Propinsi NTB.
1.2.

Perurnusan Masalah
Sehubungan kompleksnya persoalan yang menyangkut penambangan

emas dan tembaga oleh PT. NNT saat ini, maka rumusan permasalahan dibatasi
dan difokuskan dalam konteks sebagai berikut :
1.

Seberapa besar dampak ekonomi proyek batu hijau PT.NNT bagi
masyarakat komunalllokal sebelum dan sesudah proyek beroperasi ?

2.

Seberapa besar dampak ekonomi proyek batu hijau PT. NNT terhadap
pembangunan wilayah Propinsi NTB ?

3.

Seberapa besar dampak sosial proyek batu hijau PT.NNT terhadap
masyarakat komunal/lokal dan masyarakat lingkar tambang ?

1.3.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh
gambaran

yang

komprehensif

tentang

dampak

ekonomi

dan

sosial

penambangan emas dan tembaga proyek batu hijau PT. NNT khususnya bag;
masyarakat komunal/lokal dan pembangunan wilayah propinsi NTB.
Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1.

Seberapa besar dampak ekonomi proyek batu hijau PT. NNT terhadap
hilangnya aksesibilitas dan rnata pencaharian masyarakat komunal/lokal
terhadap hutan adat desa Tongo - Sejorong

2.

Seberapa besar dampak ekonomi proyek batu hijau PT. NNT terhadap
hilangnya aksesibilitas dan rnata pencaharian masyarakat terhadap
sumberdaya laut.

3.

Seberapa besar dampak proyek batu hijau PT. NNT terhadap hilangnya
aksesibilitas masyarakat terhadap sungai.

4.

Seberapa besar dampak sosial proyek batu hijau PT. NNT terhadap
perubahan tatanan sosial, gaya hidup, norma dan nilai dalam masyarakat
komunal/lokal daerah lingkar tambang.

5.

Seberapa besar dampak proyek batu hijau terhadap pembangunan
wilayah Propinsi NTB meliputi : kontribusi terhadap PDRB, kontribusi
terhadap pembentukan nilai output wilayah, terhadap eksport dan import
wilayah, terhadap serapan tenaga kerja, keterkaitan proyek batu hijau
dangan sektor lain, daya penyebaran dan derajat kepekaan proyek batu
hijau, dampak pengganda (multiplier effect) proyek batu hijau terhadap
pengganda output wilayah, pengganda pendapatan dan pengganda tenaga
kerja dan kebocoran wilayah (regional leakeges).

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah pusat dan
pemerintah daerah propinsi NTB, tentang keuntungan apa saja yang dapat
diperoleh dan berbagai masalah yar?g muncul atas keberadaan proyek batu hijau
PT. NNT dari sudut pandang akademik khususnya dari dampak ekonomi dan
sosial, bagi masyarakat komunal/lokal di sekitar lokasi proyek dan pembangunan
wilayah Propinsi NTB sehingga dapat dijadikan landasan dalam membuat
kebijakan-kebijakan

yang

lebih

menguntungkan

daerah

penghasil

dan

masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya mineral di masa yang akan datang.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Perkembangan Dunia Pertambangan di lndonesia
Selama beratus - ratus tahun yang lampau hingga kini, kebutuhan

manusia akan sumberdaya mineral terus mengalami perkembangan, dari
keperluan akan perhiasan, peralatan rumah tangga, pertanian, transportasi
sampai kepada industri persenjataan. Sejarah pengusahaan penambangan di
kepulauan lndonesia menurut catatan sejarah di prakarsai oleh orang Hindu dan
Cina pendatang yang mencari emas ratusan tahun yang lalu. Orang-orang
pribumi yang mendiami kepulauan lndonesia lebih memilih bertani daripada
kerja tambang yang berbahaya dan bersifat untung-untungan. Dalam catatan
beberapa pengarnat pertambangan di Indonesia, emas telah mulai diusahakan
di lndonesia sejak tahun 700 SM (Soesastro dan Sudarsono, 1986; Sigit, 1992).
Bahan galian tertua kedua, yaitu Timah, telah diusahakan penambangannya di
lndonesia sejak tahun 1700-an. Meskipun demikian bahan galian ini telah
ditemukan sejak tahun 1700 SM. Hampir seluruh kegiatan penambangan dikala
itu diusahakan oleh rakyat dan dalam skala usaha yang tidak besar.
Meskipun usianya yang sudah cukup tua, usaha penambangan bahan
galian di kepulauan lndonesia relatif tidak tersentuh intervensi kapital yang
intensif. Potensi pertambangan di negeri ini baru mulai dikembangkan
menjelang akhir abad ke-19 ketika orang-orang Belanda datang dan berhasil
menjajah Indonesia. Perkembangan itu berlangsung lamban, disebabkan
karena kolonialisasi Belanda di lndonesia lebih berorientasi pada sektor
pertanian. Perlakuan Belanda kepada orang-orang pribumi dalam pengusahaan
pertambangan hanya dijadikan buruh kasar, sedikit saja yang sempat menjadi

mandor ataupun pengawas. Karena sumberdaya mineral sesuatu yang
berharga dan bernilai tinggi maka upaya pernbodohan secara sistimatis pihak
penjajah telah menjauhkan masyarakat lndonesia dengan dunia pertambangan.
Maka tidak mengherankan bila akhirnya bagian terbesar masyarakat lndonesia
hingga kini, awam dalam soal pertambangan dan menganggap bidang geologi
dan pertambangan sesuatu yang asing, bahkan eksklusif.
2.1 .I.Zaman Kekuasaan VOC 1619-1799
Penjajahan Belanda atas kepulauan Nusantara berawal pada tahun
1619, yaitu sejak perusahaan dagang "Vereenigde Oost lndische Compagnie"
(VOC), dibawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen berhasil merebut Jayakarta
dan mendirikan kota baru yang diberi nama Batavia. Akibat hutang yang sudah
menumpuk pada pemerintah Belanda dan tidak mungkin lagi terbayar. Akhirnya,
setelah dinyatakan bangkrut, maka pada tanggal 1 Januari 1880 VOC
dibubarkan dan semua tanah jajahan dan miliknya diambil alih pemerintah
Belanda yang berkuasa hingga tanggal 8 Maret 1942, yaitu ketika Belanda
menyerah kepada Balatentara Jepang dalam perang Pasifik. Keterlibatan VOC
dalam usaha pertambangan karena keterdesakan oleh kekurangan logam perak
untuk pembuatan mata uangnya, ha1 itu terlihat dalam penguasaan mereka
terhadap penambangan perak di Salida, Sumatera Barat, ha1 mana VOC
menguasai tambang Salida yang sebelumnya dikuasai oleh orang-orang Hindu.

-

Tetapi karena orang-orang Belanda VOC sendiri ketika itu tidak memiliki
kemampuan menambang, maka pada tahun 1669 oleh VOC didatangkan
orang-orang Jerman dari daerah Harz dan budak belian dari Madagaskar untuk
membuka dan rnenjalankan Tambangnya (Soetaryo Sigit, 1995;5).

Di Sumatera Selatan, selain menjadi tengkulak merica, VOC sejak
tahun 1710 juga melakukan pembelian timah dari Sultan Palernbang, hasil
tambang-tambang yang dikelfakan oleh orang-orang Cina di pulau Bangka.
Meskipun kemudian VOC memperoleh manopoli atas perdagangan timah ini,
peranan mereka hanya tetap sekedar sebagai tengkulak yang tidak berminat
melakukan penambangan sendiri.
2.1.2. Pertambangar? Masa Hindia Belanda

Setelah semua milik VOC diambil alih oleh pemerintah Hinda Beianda,
sampai jatuhnya tanah jajahan in; ke tangan pemerintah lnggris tahun 1811,
gaya Belanda memerintah koloninya tidak ubahnya seperti VOC. Baru setelah
lnggris menyerahkan kembali tanah jajahan ini kepada Belanda (tahunl816),
dilaksanakan perubahan. Keinginan melakukan pengusahaan pertambangan
justru muncul dari pihak swasta dan perorangan Belanda untuk dua jenis
mineral yakni timah dan batubara. Pada tahun 1850 berhasil dibuat sebuah
peraturan

pertarnbangan

(mijnreglement) yang

pertama.

Peraturan

ini

memungkinkan pemberian hak penambangan kepada swasta warga negara
Belanda, tetapi terbatas untuk daerah-daerah luar P. Jawa. Pengecualian P.
Jawa ini disebabkan karena pemerintah Hindia berpendapat akan timbul konflik
antara hak penambangan dan sistem cultuurstelsel dalam perkebunan dan
pertanian yang telah diberlakukan di pulau Jawa pada saat itu (Soetaryo Sigit,

Dalam tahun 1850 konsesi pertambangan pertama diberikan kepada
swasta Belanda untuk penambangan timah di pulau Belitung dan pada tahun
1852 oleh pemerintah didirikanlah "Dienst van het Mijnwezen" (Jawatan
Pertambangan). Jawatan ini melakukan eksplorasi geologi pertarnbangan di

beberapa daerah untuk kepentingan pernerintah Hindia Belanda. Tetapi
perkembangan selanjutnya berlangsung sangat lambat. Baru dalam tahun 1899
pemerintah Hindia Belanda berhasil mengundangkan "lndische Mijl;:ventJ',yaitu
undang-undang pertambangan untuk Hindia Belanda, sedang peraturan
pelaksanaannya baru menyusul terbit dalam tahun 1906 dalam bentuk
"Mijnordonantie".

Karena dirasa masih menghambat berkembangnya kegiatan swasta,
maka "lndische Mijnwet 1899" masih mengalami dua kali amandemen, yaitu
pada tahun 1910 dan 1918. Maka dapat dikatakan bahwa diluar usaha
pertambangan milik pemerintah sendiri (seperti tambang batubara Ombilin,
Tambang Timah Bangka dan Tambang Bukit Asam), pertambangan Hindia
Belanda baru benar-benar berkembang setelah tahun 1918 dan mencapai
puncak menjelang pecah Perang Dunia II (Soetaryo Sigit, 1995;8).
Sudah menjadi kebijaksanaan pemerintah Hindia Belanda untuk
mengusahakan sendiri tambang-tambang besar -yang dinilainya vital. Tetapi
kemudian, untuk beberapa proyek besar seperti pengembangan tambang nikel
di

Sulawesi Tenggara,

pihak swasta mendapat hak

pengusahaannya

berdasarkan suatu kontrak khusus dari pemerintah yang dikenal dengan
sebutan 5a contract (vijf a contrac). karena kontrak semacam ini didasarkan
pada ketentuan pasal 5a lndische Mijnwet.
Menurut Ter Braake (1944), pada akhir 1938 jumlah konsesi dan izin
pertambangan di Hindia Belanda, termasuk untuk pengusahaan minyak bumi,
seluruhnya tidak kurang dari 471 buah. Dibandingkan dengan perkembangan di
India, Filiphina dan Australia, perkembangan pertambangan di Hindia Belanda
saat itu masih sangat terlambat, dan keterlambatan itu terbukti membawa

kerugian tidak sedikit. Beberapa tambang baru, seperti tambang emas
(Bengkalis, Cikotok, Woyla), tambang bauksit (P. Sintan), tambang nikel
(Pomala), dll. yang baru dibangun tahun 1930-an diambang pecahnya perang
Pasifik, belum sampai berproduksi optimal ketika Hindia Belanda jatuh ke
tangan Jepang.
Luas cakupan usaha pertambangan di Hindia Belanda dapat
disimpulkan dari daftar harga produksi bahan tambang tahun 1940, yaitu tahun
terakhir sebelum pecah perang Pasifik, ketika segalanya masih berjalan normal.
Produksi hasil tambang terpenting Hindia Belanda tahun 1940 adalah sebagai
berikut : batubara 2.000.680 ton; timah 43.890 ton; emas 2.801 kg; perak
46.641 kg; bauksit 275.220 ton; bijih nikel 55.540 ton; dan bijih mangan 11.579
ton. Khusus mengenai prospek emas, pendapat para pakar Belanda saat itu
sangat mineur. Belasan tambang emas yang dikembangkan pada permulaan
abad ke-20 di Hindia Belanda, bagian terbesar berakhir dengan rugi dan
kebangkrutan. Hanya dua tambang saja yaitu Rejang Lebong dan Simau,
keduanya di Sengkulu, yang terbukti menguntungkan.
Ringkasnya, pengembangan pertambangan di zaman Hindia Belanda
hanya mampu memberikan kesimpulan yang kurang menggembirakan.
Dibidang geologi dan eksplorasi ternyata juga belum banyak yang dikerjakan
pemerintah Hindia Belanda. Pemetaan geologi bersistem telah

mulai

dilaksanakan, tetapi kegiatan ini terhenti menjelang pecah perang. Eksplorasi
geologi pertambangan yang dilaksanakan melalui kegiatan kantor-kantor
wilayah, juga telah dilakukan oleh "Dienst van het Mijnwen" Tetapi kegiatan ini
sudah terpaksa dihentikan pada permulaan tahun 1930-an akibat krisis ekonomi
(malaise). Secara geologi, hanya 5% luas daratan Indonesia yang sudah

dipetakan cukup rinci secara bersistem, 75% lagi disurvei secara kasar, sedang
20% selebihnya masih belum diketahui sama sekali geologinya. Maka tidaklah

mengherankan bahwa tidak ada seorangpun dari pakar geologi-pertambbngan
Belanda waktu

itu yang berani meramalkan kebesaran masa

depan

pertambangan Indonesia.
2.1.3.

Perkembangan Selama Periode 1942-1949
Menyerahnya

tentara

kerajaan

Hindia

Belanda

KNlL

kepada

bala

Dokumen yang terkait

Pola Pertumbuwan Dan Kebiasaan Makanan Ikan Sicyopterrus Microcephalus (Gobiidae) Pada Sungai - Sungai Di Kawasan Pertambangan Emas PT. Newmont Nusa Tenggara (PT. NNT) Sumbawa, Nusa Tenggara Barat

0 8 84

Analisis ekonomi dan kebijakan pengembangan tambang tembaga dan emas di kawasan hutan lindung (Studi kasus PT. Newmont Nusa Tenggara di Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara)

0 6 182

Model Pembangunan Daerah Berkelanjutan Melalui Transformasi Struktur Ekonomi Berbasis Sumberdaya Pertambangan ke Sumberdaya Lokal Terbarukan (Studi Kasus Tambang Tembaga dan Emas Proyek Batu Hijau PT. Newmont Nusa Tenggara di Sumbawa Barat NTB)

0 23 345

Analisis dampak ekonomi dan sosial tambang emas dan tembaga bagi masyarakat komunal dan pembangunan wilayah Propinsi NTB

0 10 373

PERANAN PT NEWMONT NUSA TENGGARA TERHADAP PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT

0 3 107

PERAN PT. NEWMONT NUSA TENGGARA TERHADAP PERKEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI Peran Pt. Newmont Nusa Tenggara Terhadap Perkembangan Pendidikan Agama Islam Bagi Masyarakat Di Lingkar Tambang.

0 0 13

BAB 1 PENDAHULUAN Peran Pt. Newmont Nusa Tenggara Terhadap Perkembangan Pendidikan Agama Islam Bagi Masyarakat Di Lingkar Tambang.

0 3 17

PERPENDI Peran Pt. Newmont Nusa Tenggara Terhadap Perkembangan Pendidikan Agama Islam Bagi Masyarakat Di Lingkar Tambang.

0 2 17

STUDI ALTERASI DAN MINERALISASI BERDASARKAN ANALISIS DATA LOGGING GEOLOGI DAN ANALISIS PETROGRAFI PENAMPANG 30 PADA ENDAPAN PORFIRI BATU HIJAU, PT NEWMONT NUSA TENGGARA.

0 0 2

Magang tentang kesetan dan kesehatan kerja di PT Newmont Nusa Tenggara Jobsite Sumbawa Barat NTB a9 27

0 1 64