Variasi Peletakan Transduser Alata Pengujian Nondestruktif Berbasis Gelombang Ultrasonik Pada Balok Lentur

VARIASI PELETAKAN TRANSDUSER ALAT PENGUJIAN
NONDESTRUKTIF BERBASIS GELOMBANG ULTRASONIK
PADA BALOK LENTUR

RIJAL NURUL AZAM

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Variasi Peletakan
Transduser Alata Pengujian Nondestruktif Berbasis Gelombang Ultrasonik pada
Balok Lentur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Rijal Nurul Azam
NIM E24090080

ABSTRAK
RIJAL NURUL AZAM. Variasi Peletakan Transduser Alata Pengujian
Nondestruktif Berbasis Gelombang Ultrasonik pada Balok Lentur. Dibimbing
oleh LINA KARLINASARI.
Kekuatan komponen struktur kayu menjadi salah satu faktor penting dalam
konstruksi bangunan. Saat ini telah dikembangkan metode untuk menduga sifat
mekanis lentur secara nondestruktif berbasis kecepatan gelombang ultrasonik.
Pada umumnya metode tersebut digunakan pada kayu yang belum dijadikan
konstruksi, karena pengujiaannya menggunakan kedua ujung kayu. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh jarak pengujian (direct dan
indirect) dan posisi sisi pengujian (flatwise dan edgewise) terhadap nilai
kecepatan gelombang (Vus), MOEd (Modulus Elastisitas dinamis) yang ditentukan
berdasarkan Vus, dan MOEp (Modulus Elastisitas Panter) yang ditentukan
berdasarkan metode defleksi menggunakan mesin Panter. Sebanyak 30 balok kayu

dari berbagai ukuran dan berat jenis kayu yang telah dipilah disesuaikan dalam
penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan penempatan transduser pada
pengujian langsung (direct) dan pengujian tidak langsung (indirect), serta posisi
sisi pengujian baring dan tegak (flatwise dan edgewise) memberikan pengaruh
yang nyata terhadap nilai Vus dan nilai MOEd kayu. Pada pengujian tidak
langsung semakin pendek jarak alat pengujian semakin tingi nilai Vus dan MOEd.
Selain itu, nilai MOEd lebih tinggi 48.1% dibandingkan nilai MOEp.
Kata Kunci: Modulus Elastisitas dinamis, Modulus Elastisitas panter, kecepatan
gelombang ultrasonik.

ABSTRACT
RIJAL NURUL AZAM. Transduser Position Variation of NDT Ultrasonic Based
Tool on Beam. Supervised by LINA KARLINASARI.
Strength of wood can be important factor in structure of building
construction. The nondestructive testing (NDT) have been developed and widely
used to investigate the mechanical properties of wood. The ultrasonic wave
propagation is one of NDT technique which common used to predict the wood
stiffness or modulus of elasticity (MOE) including application in in-situ
evaluation. The objective of this study was to determined the effect of distance
and position of NDT transduser in measurement (direct and indirect) as well as

position of wood side in evaluation (flatwise and edgewise) on ultrasonic velovity
(Vus), MOEd (dynamic MOE) and MOEp (Panter MOE) from deflection method
of NDT. Thirty wood beam samples from varied dimension and spesific gravity
were used in this study to obtain samples with deffects grading were conducted
minimally. The result showed that transduser position in direct and indirect
measurement, as well as position of flatwise and edgewise were influence
significantly on Vus, MOEd, and MOEp. In indirect measurement the shorter of
the transduser distance was the higher of Vus and MOEd values were 48.1%
higher than the deflection values of MOEp.
Keywords: Dynamic Modulus of Elasticity, Modulus of Elasticity panther, wave
fast propagation.

VARIASI PELETAKAN TRANSDUSER ALAT PENGUJIAN
NONDESTRUKTIF BERBASIS GELOMBANG ULTRASONIK
PADA BALOK LENTUR

RIJAL NURUL AZAM

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2014 hingga
Maret 2105 ini ialah Pengaruh Jarak dan Posisi Pengujian pada Nilai Kekakuan
Lentur Dinamis.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Lina Karlinasari, S.hut.,
M.Sc.F sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberi saran serta
bimbingan dalam penyelasian karya ilmiah ini. Di samping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Muhammad Irfan selaku laboran di Laboratorium

Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu, Pak Kadiman dari Laboratorium
Penggergajian dan Pengerjaan Kayu, Ibu Esti dari Laboratorium Teknologi
Peningkatan Mutu Kayu, Kang Haris, Kang Agus, Andi Gunawan, S.Hut, Hafiz
Hanifi,Amd, Hardiansyah Vaspintra, S.Hut, Taufik Dwi Jayawan, Aditya
Yumansyah,, Hario Tedi K, S.Hut, Ega Putra Prayoga, S.Hut, Herdafi Rizki
Zamzami,S.Hut, Jessica, S.Hut, M Akhyar Azid, Aldisfa Nasir, serta teman-teman
Hasil Hutan yang telah banyak membantu selama proses penelitian dan
pembuatan karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

Rijal Nurul Azam

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1


Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Waktu dan Tempat

2

Alat dan Bahan

2

Prosedur Penelitian

2


Pemilahan dan Persiapan Contoh Uji
Pengujian Sifat Fisis
Pengujian Kecepatan Gelombang Ultrasonik
Pengujian Menggunakan Mesin Pemilah Kayu (MPK) Panter

2
2
3
4

Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN

5
6

Sifat Fisis Contoh Uji Balok Kayu

6


Pengujian Nondestruktif Metode Gelombang Ultrasonik

7

Kecepatan Gelombang Ultrasonik
Modulus Elastisitas Dinamis
Pengujian Nondestruktif Metode Defleksi

7
10
13

Hubungan antara MOEd (Modulus of Elasticity dinamis) dengan MOEp
(Modulus of Elasticity Pante
14
SIMPULAN DAN SARAN

15

Simpulan


15

Saran

16

DAFTAR PUSTAKA

16

LAMPIRAN

17

RIWAYAT HIDUP

28

DAFTAR TABEL

1 Dimensi ke 30 balok penelitian yang digunakan
2 Rata-rata kecepatan gelombang ultrasonik berdasarkan jarak dan posisi
pengujian
3 Nilai signifikansi uji-t berpasangan nilai kecepatan gelombang
ultrasonik pada posisi FW
4 Nilai signifikansi uji-t berpasangan nilai kecepatan gelombang
ultrasonik pada posisi EW
5 Nilai signifikansi uji-t berpsangan nilai kecepatan gelombang ultrasonik
antara posisi pengujian FW dan EW
6 Rata-rata MOEd berdasarkan jarak dan posisi pengujian
7 Nilai signifikansi uji-t berpasangan nilai MOEd pada posisi FW
8 Nilai signifikansi uji-t berpasangan nilai MOEd pada posisi EW
9 Nilai signifikansi uji-t berpsangan nilai MOEd antara posisi pengujian
FW dan EW
10 Hasil uji-t berpasangan pengaruh posisi pengujian (FW dan EW)
terhadap nilai MOEp
11 Hasil uji-t berpasangan antara MOEp dan MOEd

6
8
9
9
10
11
11
12
12
14
15

DAFTAR GAMBAR
1 Skema pengujiang langsung dan tidak langsung kecepatan gelombang
ultrasonik
2 Contoh pengujian langsung (direct measurement) (a), dan pengujian
tidak langsung (indirect measurement) (b)
3 Pengujian flatwise (FW) (a), dan pengujian edgewise (EW) (b)
4 Histogram distribusi berat jenis (BJ) 30 buah balok kayu penelitian
5 Diagram nilai rata-rata kecepatan gelombang ultrasonik
6 Diagram nilai rata-rata pengujian nilai MOEd
7 Analisis regresi korelasi antara BJ dan MOEd
8 Diagram nilai rata-rata MOEp pada 25 sampel
9 Diagram rata-rata nilai MOEd dan MOEp
10 Analisis regresi korelasi antara MOEd dan MOEp

4
4
5
6
8
11
13
13
14
15

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Hasil pengujian kecepatan gelombang ultrasonik
Hasil perhitungan nilai MOEd
Hasil Pengujian MOE Panter
Hasil uji-t dependen pengaruh jarak pengujian direct dan indirect posisi
FW terhadap nilai kecepatan gelombang ultrasonik
5 Hasil uji-t dependen pengaruh jarak pengujian direct dan indirect posisi
EW terhadap nilai kecepatan gelombang ultrasonik
6 Hasil uji-t dependen pengaruh jarak pengujian direct dan indirect posisi
FW terhadap nilai MOEd
7 Hasil uji-t dependen pengaruh jarak pengujian direct dan indirect posisi
EW terhadap nilai MOEd

17
18
19
20
22
24
26

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di era modern ini kayu masih menjadi primadona bahan baku untuk
keperluan konstruksi bangunan. Hampir di setiap konstruksi bangunan komponen
bangunan menggunakan kayu. Penggunaan kayu sebagai komponen bahan
bangunan memiliki kelemahan utama mudahnya kayu mengalami deteriorasi.
Deteriorasi adalah semua proses dan akibat yang menyebabkan menurunnya
kualitas dan kuantitas kayu (Tarumingkeng 2000). Kelemahan kayu tersebut dapat
berbahaya bagi keselamatan penghuni rumah. Apabila kondisi kayu yang dipakai
sudah mengalami deteriorasi maka konstruksi rumah akan lebih mudah roboh.
Oleh sebab itu, pengecekan kondisi kayu pada konstruksi bangunan sangat
diperlukan.
Saat ini telah dikembangkan metode pendugaan sifat mekanis kayu secara
nondestruktif (tanpa merusak). Pengujian nondestruktif (nondestructive testing,
NDT) adalah pengujian dengan mengidentifikasi sifat fisis dan mekanis suatu
bahan tanpa merusak produk akhirnya sehingga diperoleh informasi yang tepat
terhadap sifat dan kondisi bahan tersebut yang akan berguna untuk menentukan
keputusan akhir pemanfaatannya ataupun perlakuannya (Ross 1992 dalam
Karlinasari et al.2006). Menurut Oliveira et al. (2002) salah satu metode
pengujian nondestruktif berbasis gelombang suara yaitu dengan mengukur
kecepatan rambat gelombang suara yang merambat pada kayu. Aplikasi uji tanpa
merusak pada kayu umumnya dilakukan sebagai salah satu kegiatan pemilahan
kayu. Pengujian ini dilakukan secara konvensional dengan menempatkan sensor
atau transduser pada kedua ujung sortimen kayu searah longitudinal sejajar serat
(Oliveira et al. 2002, Karlinasari et al. 2006, Llana et al. 2013). Pengujian dengan
cara seperti ini dikenal dengan pengujian langsung atau direct measurement. Pada
bangunan utuh, evaluasi in-situ terhadap komponen bangunan berupa balok kayu
dilakukan untuk mengetahui deteriorasi atau kemunduran kualitas kayu akibat
serangan organisme perusak (seperti rayap), ataupun kerusak fisik dan mekanik
lain karena perubahan kondisi lingkungan sekitarnya. Mengingat komponen balok
tersebut terpasang dalam suatu sistem struktur konstruksi bangunan, maka perlu
penempatan sensor yang tepat apabila tidak memungkinkan penempatan sensor di
kedua ujung balok. Atas dasar tersebut maka pengujian yang mungkin dilakukan
adalah secara tidak langsung atau indirect measurement, yaitu sensor ditempatkan
di bagian sisi balok.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengaruh peletakan
pada pengujian langsung (direct measurement) dan tidak langsung (indirect
measurement), serta posisi peletakan balok uji (flatwise dan edgewise)
menggunakan alat nondestruktif berbasis gelombang ultrasonik (SylvatestDuo)
terhadap nilai Modulus of Elasticity dinamis (MOEd). Selain itu penelitian ini
bertujuan untuk membandingkan hasil pengujian nondestruktif berbasis
gelombang ultrasonik tersebut dengan MOE yang diuji dengan alat nondestruktif
metode defleksi (mesin pemilah kayu Panter).

2
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian untuk memberikan informasi mengenai metode
pengujian nondestruktif yang mudah dan tepat yang nantinya akan digunakan oleh
para teknisi kayu pada konstruksi bangunan terpasang.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan padabulan Oktober 2014 hingga Maret 2015.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu
Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tiga puluh balok kayu
yang memiliki panjang dengan kisaran 50-350 cm dari berbagai jenis kayu. Alat
yang digunakan antara lain alat uji nondestruktif gelombang ultrasonik merek
Sylvatest Duo®, jigsaw, bor listrik, meteran, kaliper, oven, timbangan elektrik,
label, plastik, alat tulis dan alat bantu lainnya. Selain itu digunakan juga Mesin
Pemilah Kayu (MPK) Panter dan deflektometer.
Prosedur Penelitian
Pemilahan dan Persiapan Contoh Uji
Sebanyak 30 balok kayu terpilih digunakan dalam penelitian ini berasal
dari sediaan di Laboratorium Keteknikan Kayu di Bagian Rekayasa dan Desain
Bangunan Kayu. Kayu yang dipilih adalah balok kayu dengan cacat paling sedikit
cacat, yang selanjutnya diurutkan dan diberi penomoran dari balok yang terpendek
hingga terpanjang.
Pengujian Sifat Fisis
Sifat fisis yang diukur adalah kadar air, kerapatan, dan berat jenis (BJ).
Pembuatan contoh uji dan ukuran dimensi contoh uji kadar air dan berat jenis
mengacu pada British Standard BS-373 (1957). Dari masing-masing sampel balok
diambil contoh uji dengan ukuran (2 x 2 x 2) cm pada setiap bagian ujung balok.
Pengambilan sampel dilakukan setelah pengujian NDT.
Kadar air ditentukan berdasarkan metode gravimetri, sedangkan kerapatan
kayu dihitung berdasarkan berat kayu dibagi volumenya. Berat jenis ditentukan
berdasarkan rasio kerapatan kayu (berdasarkan berat kering tanur) terhadap
kerapatan benda standar (kerapatan air = 1 g/cm3).

3
Nilai kadar air dengan cara gravimetri didapat dengan cara membandingkan
pengurangan berat basah dan berat kering tanur terhadap berat kering tanurnya.
Formula untuk kadar air adalah sebagai berikut:

dimana KA adalah kadar air (%), BB adalah berat basah (g), dan BKT adalah
berat kering tanur (g)
Nilai kerapatan diperoleh dari perbandingan berat kayu dengan volumenya
dalam kondisi kering udara. Penentuan kerapatan dinyatakan dengan rumus :

dimana BKU adalah berat kering udara (g), VKU adalah volume kering udara
(cm3).
Nilai berat jenis (BJ) diperoleh dari perbandingan kerapatan kayu dengan
kerapatan air,dengan catatan kerapatan air sama dengan 1 gr/cm3. Penentuan BJ
dinyatakan dengan rumus:

dimana BJ adalah berat jenis,
adalah kerapatan kayu (g/cm3),
adalah
kerapatan air (g/cm3), BKT adalah berat kering tanur (g), dan VKU adalah volume
kering udara (cm3).
Pengujian Kecepatan Gelombang Ultrasonik
Seluruh contoh uji balok dilubangi dengan bor listrik pada beberapa titik
untuk menempatkan transduser alat pengujian kecepatan gelombang ultrasonik
ultrasonik. Lokasi titik pengeboran berdasarkan kombinasi rentang pengujian
yang diujikan yaitu 100%, 80%, 60%, dan 40% dari panjang (x%p) contoh uji
(Gambar 1). Pengeboran dan pengujian dengan rentang 100%p dilakukan pada
kedua ujung contoh uji sebagai pengujian langsung (direct measurement).
Pengeboran dan pengujian tidak langsung (indirect measurement) dilakukan
dengan rentang 80%p, 60%p, dan 40%p dilakukan pada permukaan atau sisi
baring atau tidur FW (flatwise) dan sisi tegak EW (edgewise). Contoh pengujian
direct dan indirect measurement disajikan pada Gambar 2. Pengujian
menggunakan alat NDT ini diawali dengan pembangkitan gelombang ultrasonik
dari alat yang mengirimkan signal gelombang suara melalui transduser pengirim
yang kemudian gelombang tersebut merambat melalui kayu dan diterima oleh
transduser penerima gelombang suara. Selanjutnya, kecepatan gelombang
ultrasonik terbaca pada alat. Sebelumnya data panjang atau jarak antar transduser
telah diinputkan pada alat.

4

flatwise
edgewise
40%p
60%p
80%p
100%p
Gambar 1 Skema pengujiang langsung dan tidak langsung kecepatan gelombang
ultrasonik

(a)

(b)

Gambar 2 Contoh pengujian langsung (direct measurement) (a), dan pengujian
tidak langsung (indirect measurement) (b)

Kecepatan gelombang suara yang dihasilkan kemudian digunakan untuk
menghitung nilai modulus elastisitas atau kekakuan dinamis (MOEd) bahan
melalui persamaan Christoffel (Bucur 2006):
MOEd 

 x Vus 2
g

dimana MOEd adalah modulus elastisitas dinamis (kg/cm3), adalah kerapatan
kayu (kg/cm3), Vus adalah kecepatan rambat gelombang ultrasonik (m/det), dan g
adalah percepatan gravitasi bumi (9.8 m/det2).
Pengujian Menggunakan Mesin Pemilah Kayu (MPK) Panter
Pengujian nondestruktif selanjutnya dilakukan dengan menggunakan mesin
pemilah kayu Panter (Papan Sorter) yang merupakan alat berbasis pengukuran
defleksi (metode defleksi). Pengujian ini berdasarkan pada nilai defleksi yang
terjadi pada contoh uji yang akan digunakan untuk menduga nilai kekakuan
contoh uji tersebut. Dasar pengujian metode defleksi tersebut mendekati nilai

5
kekakuan dari hasil pengujian destruktif. Pada penelitian ini nilai kekakuan dari
Panter (MOEp) yang mendekati nilai MOE sebenarnya dibandingkan dengan
MOEd. Dari pengujian ini didapatkan nilai dugaan kekakuan bahan atau MOE
akibat pembebanan yang ditempatkan di tengah bentang. Pada penelitian ini
pengujian dilakukan pada dua posisi balok yaitu pada posisi FW (flatwise) dan
EW (edgewise). FW adalah pengujian yang dilakukan pada posisi atau muka kayu
baring, sedangkan EW adalah pengujian yang dilakukan pada posisi atau muka
kayu tegak. Pemilahan balok dengan mesin Panter dilaksanakan satu persatu
hanya pada balok kayu yang memliki panjang  100 cm (total contoh uji 25
balok). Kalibrasi mesin pemilah kayu panter dilakukan terlebih dahulu sebelum
dilakukan pengujian.

a
b
Gambar 3 Pengujian flatwise (FW) (a), dan pengujian edgewise (EW) (b)
Urutan pengujian dengan menggunakan mesin Panter adalah sebagai
berikut : kayu yang akan dipilah diletakkan di atas tumpuan. Lalu beban (a kg)
diletakkan di atas kayu searah dengan jarum penyetara penimbangan. Setelah itu
penyetara penimbangan diatur kasar dan halus sampai mistar Panter menunjukkan
ke angka 2 cm. Beban ditambahkan di atas beban pertama (b kg, b>a), kemudian
dicatat angka pada mistar Panter (y1). Beban diturunkan, kayu dibalik dan dipilah
ulang seperti sebelumnya, yang selanjutnya angka pada mistar Panter dicatat
sebagai y2. Angka mistar terendah diambil sebagai data mistar Panter. Formulasi
untuk menghitung nilai modulus elastisitas dari MPK Panter adalah sebagai
berikut:
(kg/cm2)
dimana MOEp adalah modulus elastisitas Panter (kg/cm2), P adalah beban (b kg),
L adalah jarak antar tumpuan (cm), y adalah nilai defleksi pada mistar Panter (y
cm), b adalah lebar kayu (cm), h adalah tebal kayu (cm), dan FKadalah faktor
kalibrasi alat.
Analisis Data
Analisis data dilakukan menggunakan statistik deskriptif dan uji-t
berpasangan. Uji-t berpasangan adalah pengujian dengan membandingkan satu
varibel bebas unuk menguji apakah nilai tertentu berbeda secara signifikan atau
tidak dengan rata-rata sebuah sampel. Uji-t berpasangan dilakukan untuk
mengetahui pengaruh jarak alat pengujian (100%p, 80%p, 60%p, dan 40%p) pada
kedua posisi alat pengujian (FW dan EW), serta untuk membandingkan nilai
MOEd dan MOEp.

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat Fisis Contoh Uji Balok Kayu

Jumlah Sampel

Berdasarkan pengujian sifat fisis maka diperoleh rata-rata berat jenis kayu
dari contoh uji balok kayu yang digunakan adalah adalah sebesar 0.54 (standar
deviasi, SD ± 0.11) dengan distribusi seperti disajikan pada Gambar 4, sedangkan
rata-rata kerapatan kayu sebesar 0.62 g/cm3 (SD ± 0.13), dan kadar air kayu
sebesar 14.56 % (SD ± 1.24).
14
12
10
8
6
4
2
0
II

III
IV
Kelas Kuat Kayu

V

Gambar 4 Histogram distribusi berat jenis (BJ) 30 buah balok kayu penelitian
Mengacu pada kelas kuat (KK) Indonesia (Seng 1990) maka distribusi kayu
penelitian yang digunakan tersebar atas 12 buah balok termasuk KK II (BJ 0.60.9), 12 buah balok termasuk KK III (BJ 0.4-0.6), 5 buah balok termasuk KK IV
(BJ 0.3-0.4), dan 1 buah balok termasuk KK V dengan BJ < 0.3. Seluruh contoh
uji telah dalam kondisi seragam masuk pada kisaran kadar air kering udara.
Sampel penelitian diambil dari simpanan balok kayu yang sudah dipilih dan
memiliki cacat minimal yang teridentifikasi. Ukuran dimensi kayu penelitian
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Dimensi ke 30 balok penelitian yang digunakan
Panjang - p
Lebar – l
Tebal - t
Rasio
(cm)
(cm)
(cm)
l/p
0.06
Rataan
186.01
9.95
4.74
SD
60.76
1.50
0.76
0.03
0.03
Min
89.5
6.95
3.75
0.15
Max
360.35
15.35
6.2

Rasio
t/p
0.03
0.01
0.01
0.06

Rasio t/l
0.48
0.10
0.39
0.88

Dimensi panjang balok kayu berkisar antara 89.5 cm hingga 360.35 cm
dengan nilai rata-rata 186.01 (SD  60.76 cm). Dimensi lebar balok kayu berkisar
antara 6.95 cm hingga 15.35 cm dengan nilai rata-rata 9.95 (SD  1.50 cm).

7
Dimensi tebal balok kayu berkisar antara 3.75 cm hingga 6.2 cm dengan nilai ratarata 4.74 (SD  0.76 cm). Mengacu pada SNI 03-2445-1991 dimensi contoh uji
memenuhi standar sebagai balok kayu. Berdasarkan jenis baloknya, contoh uji
balok kayu termasuk dalam klasifikasi batang tekan panjang. Balok kayu
dikatakan batang panjang apabila panjang batang lebih besar 11 kali dimensi
penampang terkecil balok kayu (Mardikanto et al. 2011).
Rasio l/p balok kayu memiliki rata-rata 0.06 (SD  0.03) dengan kisaran
antara 0.03 hingga 0.15. Rasio t/p balok kayu memiliki rata-rata 0.03 (SD  0.01)
dengan kisaran 0.01 hingga 0.06. Rasio t/l balok kayu memiliki rata-rata 0.48 (SD
 0.10) dengan kisaran 0.39 hingga 0.88. Pada SNI 03-2445-1991 sortimen jenis
balok memiliki kisaran rasio t/l 0.24 hingga 1, sehingga rasio dimensi contoh uji
balok kayu yang digunakan pada penelitian ini masuk pada persyaratan balok
kayu.
Pengujian Nondestruktif Metode Gelombang Ultrasonik
Kecepatan Gelombang Ultrasonik
Tabel 2 dan Gambar 5 memperlihatkan nilai rata-rata kecepatan gelombang
ultrasonik ultrasonik pada posisi alat pengujian (FW dan EW) dan jarak alat
pengujian (100%p, 80%p, 60%p, dan 40%p). Nilai rata-rata kecepatan gelombang
ultrasonik pada bentang pengujian 100%p adalah 5272 m/det (SD  589 m/det)
dengan kisaran antara 4 244 m/det hingga 6177 m/det. Nilai rata-rata kecepatan
gelombang ultrasonik untuk bentang pengujian indirect bentang 80%p dengan
posisi FW adalah 5224 m/det (SD  593 m/det) dengan kisaran antara 4085 m/det
hingga 6119 m/det. Nilai rata-rata kecepatan gelombang ultrasonik pada bentang
pengujian indirect 80%p dengan posisi EW adalah 5156 m/det (SD  595 m/det)
dengan kisaran antara 3780 m/det hingga 6028 m/det. Nilai rata-rata kecepatan
gelombang ultrasonik pada bentang pengujian indirect 60%p dengan posisi FW
adalah 5219 m/det (SD  591 m/det) dengan kisaran antara 4224 m/det hingga
6076 m/det. Nilai rata-rata kecepatan gelombang ultrasonik pada bentang
pegujian indirect 60%p dengan posisi EW adalah 5168 m/det (SD  627 m/det)
dengan kisaran antara 3898 m/det hingga 6339 m/det. Nilai rata-rata kecepatan
gelombang ultrasonik pada bentang pengujian indirect 40%p dengan posisi FW
adalah 5327 m/det (SD  627 m/det) dengan kisaran antara 4349 m/det hingga
6343 m/det. Nilai rata-rata kecepatan gelombang ultrasonik pada bentang
pengujian indirect 40%p dengan posisi EW adalah 5293 m/det (SD  662 m/det)
dengan kisaran antara 3774 m/det hingga 6208 m/det.

8
Tabel 2 Rata-rata kecepatan gelombang ultrasonik berdasarkan jarak dan posisi
pengujian
Bentang Terhadap p

Posisi

Vus(m/det)

SD

FW
EW
FW
EW
FW
EW

5272
5225
5157
5220
5169
5328
5293

590
593
595
591
628
627
662

100%
80%
60%
40%

Kecepatan gelombang ultrasonik
(m/det)

7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
100%p

80%p FW 80%p EW 60%p FW 60%p EW 40%p FW 40%p EW
Jarak dan posisi pengujian

Gambar 5 Diagram nilai rata-rata kecepatan gelombang ultrasonik
Pada pengujian indirect (Tabel 2 dan Gambar 5), nilai kecepatan gelombang
ultrasonik pada posisi pengujian FW lebih tinggi dibandingkan dengan posisi
pengujian EW. Pada jarak pengujian 80%p nilai kecepatan gelombang ultrasonik
pada posisi pengujian FW lebih besar 1.3% dibanding posisi pengujian EW. Pada
jarak pengujian 60%p nilai kecepatan gelombang ultrasonik pada posisi pengujian
FW lebih besar 1.0 % dibanding posisi pengujian EW. Pada jarak pengujian 40%p
nilai kecepatan gelombang ultrasonik pada posisi pengujian FW lebih besar 0.6%
dibanding posisi pengujian EW. Secara keseluruhan nilai kecepatan gelombang
ultrasonik dengan posisi FW lebih tinggi 1.0 % dibandingkan posisi EW.
Nilai kecepatan gelombang ultrasonik pada pengujian indirect cenderung
meningkat seiring dengan berkurangnya jarak pengujian (Gambar 4 dan tabel 2).
Hal ini diduga karena semakin kecil jarak alat pengujian maka semakin sedikit
hambatan gelombang yang diterima. Hambatan tersebut dapat berupa cacat kayu
seperti retak dan mata kayu. Menurut Bucur (2006) kecepatan gelombang
ultrasonik dipengaruhi oleh jenis kayu, kadar air, temperatur dan arah bidang
rambatan (radial, tangensial dan longitudinal).
Hasil uji-t berpasangan (Tabel 3 dan 4) menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara pengujian direct (100%p) dan indirect (80%p,

9
60%p, dan 40%p). Hal ini diperkuat dengan nilai rata-rata kecepatan gelombang
ultrasonik yang diperlihatkan pada Tabel 2 dan Gambar 5. Pada pengujian indirect
dengan posisi FW maupun EW terdapat pola bahwa semakin pendek jarak alat
pengujian maka nilai kecepatan gelombang ultrasonik akan semakin tinggi. Tapi
pengujian direct tidak mengikuti pola tersebut. Pengujian direct memiliki nilai
kecepatan gelombang ultrasonik yang lebih tinggi 1.5% bila dibandingkan dengan
pengujian indirect pada jarak 80%p dan 60%p. Selain itu, pengujian direct lebih
rendah 0.7% dibandingkan pengujian indirect jarak 40%p.
Tabel 3 Nilai signifikansi (α=0.05) uji-t berpasangan nilai kecepatan gelombang
ultrasonik pada posisi FW
100%p

80%p

60%p

40%p

100%p

-

0.01*

0.05*

0.24tn

80%p

-

-

0.76tn

0.01*

60%p

-

-

-

0.00*

40%p

-

-

-

-

p: panjang, *: berpengaruh nyata, tn: tidak nyata pada selang kepercayaan 95%

Tabel 4 Nilai signifikansi (α=0.05) uji-t berpasangan nilai kecepatan gelombang
ultrasonik pada posisi EW
100%p

80%p

60%p

40%p

100%p

-

0.00*

0.00*

0.73tn

80%p

-

-

0.59tn

0.03*

60%p

-

-

-

0.03*

40%p

-

-

-

-

p: panjang, *: berpengaruh nyata, tn: tidak nyata pada selang kepercayaan 95%

Hasil penelitian Iswindarto (2005) menunjukkan bahwa nilai cepat rambat
pada kayu rasamala dan mangium tidak mengalami perubahan yang signifikan
pada panjang kayu 40 cm sampai 100 cm. Lebih lanjut lagi Bucur (2006)
meyatakan bahwa nilai kecepatan gelombang ultrasonik akan relatif lebih stabil
pada rasio ukuran penampang terhadap panjang kayu (p/t atau l/t) 0.02 sampai 0.1.
Namun pada penelitian ini kombinasi jarak memberikan pengaruh yang
signifikan. Hal ini diduga akibat pengaruh perbedaan peletakan alat transduser
antara pengujian direct dan indirect. Pada pengujian indirect terdapat nilai yang
tidak signifikan antara jarak alat pengujian 80%p dan 60%p. Selain itu, hasil yang
tidak signifikan diperlihatkan antara nilai kecepatan gelombang ultrasonik pada
pengujian direct dan pengujian indirect jarak 40%p. Posisi yang paling mendekati
nilai kecepatan gelombang ultrasonik jarak direct adalah posisi EW pada jarak
indirect 40%p.

10

Tabel 5 Nilai signifikansi uji-t berpsangan nilai kecepatan gelombang ultrasonik
antara posisi pengujian FW dan EW
Posisi
Signifikansi
Vus (m/det)
t-hitung
t-tabel
Pengujian
(α=0,05)
FW
5257
2.64
1.99
0.01*
EW
5206
FW : Flatwise, EW : Edgewise¸*: berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95%

Pada pengujian indirect, hasil uji-t berpasangan (Tabel 5) menunjukkan
terdapat perbedaan yang signifikan akibat pengaruh posisi pengujian (FW dan
EW) terhadap nilai kecepatan gelombang ultrasonik. Hal ini diduga akibat nilai
rata-rata rasio t/l yang bernilai 0.48 (SD  0.10). Hasil tersebut sejalan dengan
pernyataan Bucur (2006) dalam penelitiannya bahwa modifikasi dimensi panjang
mempengaruhi kecepatan gelombang pada arah longitudinal.
Modulus Elastisitas Dinamis
Hasil pengujian MOEd diperlihatkan oleh Tabel 6 dan Gambar 6. Nilai ratarata MOEd untuk pengujian direct dengan bentang pengujian 100%p adalah
179894 kg/cm2 (SD  60468 kg/cm2) dengan kisaran antara 88121 kg/cm2 hingga
282197 kg/cm2. Nilai rata-rata MOEd untuk pengujian indirect dengan bentang
pengujian 80%p dan posisi FW adalah 176752 kg/cm2 (SD  59565 kg/cm2)
dengan kisaran antara 88533 kg/cm2 hingga 267375 kg/cm2. Nilai rata-rata
MOEd untuk pengujian indirect dengan bentang pengujian 80%p dan posisi EW
adalah 172540 kg/cm2 (SD  59302 kg/cm2) dengan kisaran antara 86593 kg/cm2
hingga 268848 kg/cm2. Nilai rata-rata MOEd untuk pengujian indirect dengan
bentang 60%p dan posisi FW adalah 176077 kg/cm2 (SD  58661 kg/cm2) dengan
kisaran 91185 kg/cm2 hingga 268113 kg/cm2. Nilai rata-rata MOEd untuk
pengujian indirect dengan bentang pengujian 60%p dan posisi EW adalah 173248
kg/cm2 (SD  60161kg/cm2) dengan kisaran antara 82940 kg/cm2 hingga 282014
kg/cm2. Nilai rata-rata MOEd pada pengujian indirect dengan bentang 40%p dan
posisi FW adalah 183008 kg/cm2 (SD  60509 kg/cm2) dengan kisaran antara
92233 kg/cm2 hingga 285340 kg/cm2. Nilai rata-rata MOEd pada pengujian
indirect dengan bentang 40%p dan posisi EW adalah 180516 kg/cm2 (SD  59966
kg/cm2) dengan kisaran antara 88216 kg/cm2 hingga 284246 kg/cm2.
Pada pengujian indirect (Tabel 6 dan Gambar 6), nilai MOEd pada posisi
pengujian FW lebih tinggi dibandingkan dengan posisi pengujian EW. Pada jarak
pengujian 80%p nilai MOEd pada posisi pengujian FW lebih besar 2.4%
dibanding posisi pengujian EW. Pada jarak pengujian 60%p nilai MOEd pada
posisi pengujian FW lebih besar 1.6% dibanding posisi pengujian EW. Pada jarak
pengujian 40%p nilai MOEd pada posisi pengujian FW lebih besar 1.4%
dibanding posisi pengujian EW. Secara keseluruhan nilai kecepatan gelombang
ultrasonik dengan posisi FW lebih tinggi 1.8% dibandingkan posisi EW.

11
Tabel 6 Rata-rata MOEd berdasarkan jarak dan posisi pengujian
Jarak pengujian

Posisi

MOEd (kg/cm2)

SD

FW
EW
FW
EW
FW
EW

179895
176752
172541
176078
173249
183009
180516

60469
59565
59302
58661
60161
60509
59966

100%p
80%p
60%p
40%p
300000

MOEd (kg/cm²)

250000
200000
150000
100000
50000
0
100%p

80%p FW 80%p EW 60%p FW 60%p EW 40%p FW 40%p EW
Jarak dan posisi pengujian

Gambar 6 Diagram nilai rata-rata pengujian Nilai MOEd
Persamaan Christoffel menunjukkan bahwa nilai MOEd berbanding lurus
dengan nilai kecepatan gelombang ultrasonik. Pola peningkatan nilai kecepatan
gelombang ultrasonik pada pengujian indirect ditunjukkan juga pada nilai MOEd.
Pada pengujian indirect nilai MOEd semakin meningkat seiring dengan
berkurangnya jarak pengujian (Gambar 6). Hal ini juga menunjukkan bahwa
semakin pendek bentang pengujian maka contoh uji balok kayu akan semakin
kaku. Menurut Mardikanto et al. (2011) kayu akan semakin kaku apabila
bentangnya diperkecil atau memperbesar tebal penampang balok.
Tabel 7 Nilai signifikansi (α=0.05) uji-t berpasangan nilai MOEd pada posisi FW
100%p

80%p

60%p

40%p

100%p

-

0.01*

0.05*

0.37tn

80%p

-

-

0.56tn

0.03*

60%p

-

-

-

0.00*

40%p

-

-

-

-

p: panjang, *: berpengaruh nyata, tn: tidak nyata pada selang kepercayaan 95%

12
Tabel 8 Nilai signifikansi (α=0.05) uji-t berpasangan nilai MOEd pada posisi EW
100%p
80%p
60%p
40%p
100%p

-

0.00*

0.00*

0.88tn

80%p

-

-

0.65tn

0.04*

60%p

-

-

-

0.05*

40%p

-

-

-

-

p: panjang, *: berpengaruh nyata, tn: tidak nyata pada selang kepercayaan 95%

Hasil uji-t berpasangan (Tabel 7 dan 8) menunjukkan bahwa nilai MOEd
pengujian direct memiliki perbedaan yang signifikan dengan pengujian indirect
baik poada posisi FW maupun EW. Hasil tersebut diduga akibat cara peletakan
transduser antara direct dan indirect yang berbeda. Pola peningkatan nilai MOEd
akibat berkurangnya bentang hanya ditunjukkan pada pengujian indirect. Nilai
MOEd pada pengujian direct lebih tinggi 2.9% dibanding dengan nilai MOEd
pada pengujian indirect 80%p dan 60%p. Selain itu, pengujian direct lebih rendah
1.0% dibandingkan pengujian indirect jarak 40%p. Pada hasil uji-t (Tabel 7 dan 8)
nilai MOEd yang paling mendekati pengujian direct adalah pengujian dengan
posisi EW pada jarak pengujian indirect 40%p.
Tabel 9 Nilai signifikansi uji-t berpasangan nilai MOEd antara posisi pengujian
FW dan EW
Signifikansi
Posisi Pengujian
MOEd (kg/cm²)
t-hitung
t-tabel
(α=0.05)
FW
178612
2.63
1.99
0.01*
EW

175435
FW : Flatwise, EW : Edgewise¸*: berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95%

Pada pengujian indirect, hasil uji-t berpasangan (Tabel 9) menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan akibat pengaruh posisi pengujian (FW
dan EW) terhadap nilai kecepatan gelombang ultrasonik. Hal ini diduga akibat
nilai rata-rata rasio t/l yang bernilai 0.48 (SD  0.10). Nilai lebar yang nilainya
mendekati dua kali nilai tebalnya menyebabkan perbedaan MOEd yang
signifikan.

13
300000
y = 328724x + 1403.9
R² = 0.3738

MOEd (kg/cm²)

250000
200000
150000
100000
50000
0
0

0.2

0.4
Berat jenis

0.6

0.8

Gambar 7 Analisis regresi korelasi antara BJ dan MOEd
Gambar 7 menunjukkan analisis regresi yang menunjukkan hubungan
anatara BJ dan MOEd. Nilai R2 pada model regresi ini adalah sebesar 0,3738. Hal
ini menunjukkan bahwa hanya terdapat 37,38% hubungan anatara BJ dan MOEd
dapat dijelaskan dengan model regresi ini.
Pengujian Nondestruktif Metode Defleksi

MOEp (kg/cm²)

Hasil pengujian menggunakan mesin pemilah kayu Panter diperlihatkan
pada Gambar 8. Pengujian nilai MOEp dilakukan pada 25 sampel yang memiliki
panjang minimal 100 cm. Nilai MOEp pada posisi FW memiliki nilai rata-rata
104896 kg/cm2 (SD  43886 kg/cm2) dengan kisaran antara 21168 kg/cm2 hingga
202725 kg/cm2. Nilai MOEp pada posisi EW memiliki nilai rata-rata 90105
kg/cm2 (SD  35859 kg/cm2) dengan kisaran antara 21168 kg/cm2 hingga 21519
kg/cm2.
180000
160000
140000
120000
100000
80000
60000
40000
20000
0
FW

EW
Posisi pengujian

Gambar 8 Diagram nilai rata-rata MOEp pada 25 sampel

14
Mardikanto et al. (2011) menyatakan bahwa nilai kekakuan akan lebih
tinggi dengan memperbesar tebal pada penampang balok. Namun pada penelitian
ini nilai MOEp pada posisi FW lebih besar dibandingkan posisi EW. Hal ini
diduga oleh rasio l/t dari contoh uji balok kayu yang berkisar antara 0.39 hingga
0.88. Rasio tersebut menunjukkan bahwa penampang balok mendekati bentuk
persegi, sehingga perbedaan antara tebal pada posisi FW dan EW tidak terlalu
berbeda.
Tabel 10 Hasil uji-t berpasangan pengaruh posisi pengujian (FW dan EW)
terhadap nilai MOEp
Signifikansi
Posisi Pengujian
MOEp (kg/cm²)
t-hitung
t-tabel
(α=0.05)
FW
104896
6.23
2.06
0*
EW

90106
FW : Flatwise, EW : Edgewise¸*: berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95%

Nilai MOEp pada posisi FW memiliki nilai lebih besar dibandingkan pada
posisi EW. Nilai MOEp pada posisi FW lebih besar 14% dibanding posisi EW.
Hasil dari uji-t berpasangan (Tabel 10) antara faktor posisi pengujian FW dan EW
terhadap nilai MOEp menunjukkan bahwa perbedaan nilai antara posisi FW dan
EW memberikan pengaruh yang nyata. Perbedaan ini disebabkan oleh rata-rata
rasio t/l penampang contoh uji yang bernilai 0.48 (SD  0.10). Nilai lebar yang
nilainya mendekati dua kali nilai tebalnya menyebabkan perbedaan MOEd yang
signifikan.
Hubungan antara MOEd (Modulus of Elasticity dinamis) dengan MOEp
(Modulus of Elasticity panter)
Pada Gambar 9 diperlihatkan perbandingan antara rata-rata nilai MOEd dan
MOEp. Nilai MOEp yang diperlihatkan adalah penggabungan nilai MOEp pada
posisi FW dan EW. Sampel yang diambil adalah 25 sampel yang memiliki
panjang lebih dari 100 cm. Dari diagram tersebut erlihat bahwa nilai MOEd lebih
besar 48.1 % dibandingkan dengan nilai MOEp.
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0
MOEd

MOEp

Gambar 9 Diagram rata-rata nilai MOEd dan MOEp (kg/cm2)

15
Tabel 11 Hasil uji-t berpasangan antara MOEp dan MOEd
Rata-rata
(kg/cm²)

t-hitung

t-tabel

Signifikansi
(α=0,05)

MOEd

187690

11.60

2.06

0*

MOEp

97500

Jenis MOE

*berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95%

MOEp (kg/cm²)

Tabel 11 memperlihatkan hasil uji-t berpasangan antara MOEd dan MOEp.
Hasil uji-t memperlihatkan bahwa nilai MOEd tidak sama dengan nilai MOEp.
Hasil pengujian nilai MOEd lebih tinggi dibandingkan nilai MOEp. Pebriansjah
(2009) dalam penelitiannya membuktikan bahwa nilai MOEd kayu nangka lebih
tinggi 58 %-63% dibandingkan nilai MOEp kayu nangka. Pada pengujian nilai
MOEd, gaya elastis proporsional terhadap kecepatan. Waktu pembenanan pada
pengujian kecepatan gelombang ultrasonik hanya berlangsung sebentar (Bodig
dan Jayne 1982). Kayu akan menjadi lebih elastis akibat waktu pembenanan yang
sebentar. Pada analisis regresi (Gambar 10) antara MOEd dan MOEp hasil
koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan adalah 0.640. Hal ini memperlihatkan
bahwa hanya terdapat 64% hubungan antara MOEd dan MOEp yang dapat
dijelaskan oleh model regresi di atas.
200000
180000
160000
140000
120000
100000
80000
60000
40000
20000
0

y = 0.5076x + 2224.9
R² = 0.6399

0

50000 100000 150000 200000 250000 300000
MOEd (kg/cm²)

Gambar 10 Analisis regresi korelasi antara MOEd dan MOEp

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penempatan transduser pada pengujian langsung (direct measurement) dan
pengujian tidak langsung (indirect measurement), serta posisi pengujian baring
dan tegak (FW dan EW) memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai
kecepatan gelombang ultrasonik (Vus) dan nilai MOEd kayu. Pada pengujian

16
tidak langsung semakin pendek jarak alat pengujian semakin tingi nilai Vus dan
nilai MOEd. Penempatan transduser dengan jarak 40% dari panjang balok (40%p)
dan posisi pengujian EW memiliki nilai Vus dan MOEd yang paling mendekati
pengujian direct. Nilai Vus dan MOEd pada posisi FW lebih tinggi dibandingkan
pada posisi EW. Selain itu, nilai MOEd lebih tinggi 48.1% dibandingkan nilai
MOEp yang diuji secara defleksi.
Saran
Pada pengujian NDT berbasis kecepatan gelombang ultrasonik pada
konstruksi bangunan terpasang lebih baik digunakan pengujian indirect dengan
jarak pengujian 40%p dengan posisi FW.

DAFTAR PUSTAKA
Bodig J, Jayne BA. 1982. Mechanics of Wood and Wood Composites.Van
Nostrand Reinhold Company. New York.
[BS] British Standard. 1957. BS 373: 1957. Methods of Testing Small Clear
Specimens of Ttimber. London. United Kingdom.
Bucur V. 2006. Accoustif of Wood. 2nd Edition. Springer: CRC Press. France.
Iswindarto A. 2005. Pengaruh Dimensi Terhadap Kecepatan Gelombang
ultrasonik pada 3 jenis kayu. [skripsi]. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor
Karlinasari L, Surokusumo S, Nugroho N, Hadi YS. 2006. Pengujian
Nondestruktif Gelombang Ultrasonik pada Balok Tiga Jenis Kayu
Tanaman Indonesia. Jurnal Teknologi Hasil Hutan. 19(1):15-22.
Llana DF, Gonzales GI, Arriaga F, Nienz P. 2013. Influence of Temperature and
Moisture Content in Non-destructive Values of Scots Pine (Pinus sylvetris
L.). Proceedings 18th International Nondestructive Testing and Evaluation
of Wood Symposium. United States of Agriculture. Madison. Wisconsin.
USA.
Mardikanto TR, Karlinasari L, Bahtiar ET. 2011. Sifat Mekanis Kayu. Penerbit
IPB Press. Bogor.
Seng OD. 1990. Berat Jenis dari Jenis-jenis Kayu Indonesia dan Pengertian
Beratnya Kayu untuk Keperluan Praktek. Pengumuman Nr. 13. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.
Olivera FGR, de Campos JAO, Sales A. 2002. Ultrasonic Measurements in
Brazillian Hardwoods. Material Research Journal 5(1):51-55.
Pebriansjah EW. 2009. Pemakaian Metoda Pengujian Nondestruktif untuk
Menduga Pengaruh Retak Kayu Terhadap Kekuatan Kayu Mangium
(Acacia mangium Willd.) dan Kayu Nangka (Artocarpus heterophyllus
Lamk.). [skripsi]. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 1991.SNI 03-2445-1991. Spesifikasi Ukuran
Kayu untuk Bangunan Rumah dan Gedung. Departemen Pekerjaan Umum.
Yayasan LPMB. Bandung.
Tarumingkeng RC. 2000. Manajemen Deteriorasi Hasil Hutan. Ukrida Press.
Jakarta.

17
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil pengujian kecepatan gelombang ultrasonik
Kecepatan gelombang ultrasonik (m/s)
No.
80%p
60%p
40%
Contoh
100%p
FW
EW
FW
EW
FW
EW
1
5420
5437
5137
5382
5106
5547
4874
2
5389
5331
5139
5419
5237
5643
6136
3
5385
5363
5306
5560
5629
5842
5740
4
4244
4086
3781
4224
3899
4391
3774
5
5687
5788
5711
5794
5830
5934
5782
6
4706
4734
4612
4791
4737
4985
4596
7
4433
4452
4428
4492
4455
4498
4526
8
5922
5985
5884
5990
5951
6183
6208
9
5252
5143
5010
5089
4934
5052
5780
10
4626
4550
4527
4406
4505
4576
4615
11
5415
5181
5188
5168
5167
5549
5535
12
6032
5907
5933
5905
5969
6087
5944
13
4574
4585
4534
4653
4438
4680
4754
14
5744
5580
5523
5599
5542
5589
5508
15
6000
5930
5806
5984
5845
5987
6153
16
5979
5940
5905
5954
5880
6090
6140
17
6177
6120
5950
6073
5942
6344
6039
18
4866
4863
4789
4740
4711
4954
4620
19
5489
5500
5469
5407
5412
5490
5593
20
6013
5928
5791
5961
5918
6059
5956
21
5638
5633
5649
5562
5574
5819
5808
22
6122
6099
6029
6076
6339
6061
5933
23
4879
4947
4952
4886
4945
4917
4897
24
4992
5100
5098
5190
5082
5426
5188
25
4967
4897
4874
4867
4721
4835
4974
26
4570
4546
4492
4527
4471
4670
4535
27
4463
4290
4288
4329
4311
4349
4624
28
4966
4974
5001
5045
5015
5080
5061
29
4586
4472
4467
4422
4383
4582
4928
30
5630
5382
5433
5094
5122
4617
4575
p: panjang, FW: flatwise, EW: edgewise

18
Lampiran 2 Hasil perhitungan nilai MOEd
MOEd (kg/cm²)
No.
Contoh
80%p
60%p
100%p
Uji
FW
EW
FW
EW
1
170906 171980 153525 168539 151648
2
111082 108684 101028 112302 104884
3
127307 126246 123607 135724 139081
4
122705 113702 97351 121532 103532
5
172599 178774 174049 179145 181378
6
92476
93580
88825
95834
93699
7
146815 148066 146484 150783 148310
8
224948 229786 222096 230183 227183
9
174774 167595 159028 164073 154240
10
124052 120009 118790 112516 117647
11
128788 117913 118201 117307 117261
12
236087 226391 228414 226237 231168
13
88122
88533
86594
91186
82941
14
282197 266329 260884 268114 262698
15
263962 257795 247126 262512 250500
16
224293 221339 218738 222421 216951
17
261036 256198 242216 252320 241511
18
152993 152825 148179 145192 143391
19
234688 235630 232981 227687 228178
20
235909 229248 218798 231846 228475
21
267818 267375 268849 260677 261772
22
263037 261078 255063 259113 282014
23
149880 154087 154367 150320 153952
24
205893 214856 214687 222578 213342
25
102420 99553
98620
98317
92526
26
133135 131721 128582 130603 127430
27
116307 107457 107340 109420 108503
28
203523 204152 206333 209980 207490
29
140139 133268 132980 130295 128007
30
238954 218393 222483 195583 197752
p: panjang, FW: flatwise, EW: edgewise

40%p
FW
178977
121779
149807
131312
187907
103766
151141
245241
161717
121358
135224
240439
92234
267189
262790
232673
275298
158577
234760
239493
285340
257778
152223
243204
97049
139025
110441
212904
139915
160700

EW
138207
144028
144646
97017
178434
88216
153063
247229
211706
123462
134543
229300
95194
259453
277595
236535
249502
137934
243666
231484
284246
247046
150988
222378
102709
131085
124850
211356
161820
157790

19
Lampiran 3 Hasil perhitungan MOE panter
No Uji
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

MOEp (kg/cm2)
FW
59074
104621
140634
83290
71015
56752
127815
52536
130701
191218
141646
139134
81692
141015
108831
109665
120690
96334
106770
83729
49109
64854
137382
21169
202725

EW
53161
92537
130284
73602
63038
42752
109105
45059
125436
146909
116689
100876
72294
133729
88447
99607
110598
93225
89768
70962
36943
62165
113213
21520
160722

20
Lampiran 4 Hasil uji-t dependen pengaruh jarak pengujian direct dan indirect
posisi FW terhadap nilai kecepatan gelombang ultrasonik

Mean
Variance
Observations
Pearson Correlation
Hypothesized Mean
Difference
df
t Stat
P(T