Model inventori single stocking point-single commodity dengan tingkat permintaan konstan

MODEL INVENTORI SINGLE STOCKING POINT-SINGLE
COMMODITY DENGAN TINGKAT PERMINTAAN KONSTAN

LILIS SUSILAWATI

DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Model Inventori Single
Stocking Point-Single Commodity dengan Tingkat Permintaan Konstan adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Lilis Susilawati
NIM G54070014

ABSTRAK
LILIS SUSILAWATI. Model Inventori Single Stocking Point-Single Commodity
dengan Tingkat Permintaan Konstan. Dibimbing oleh FARIDA HANUM dan
SISWANDI.
Inventori merupakan salah satu aset penting bagi suatu perusahaan dan
pengolahan inventori yang baik dapat meningkatkan pendapatan dari penjualan
produk bagi perusahaan tersebut. Tujuannya adalah untuk menyediakan produk
dengan mutu yang baik dalam jumlah dan waktu yang sesuai guna memenuhi
permintaan. Karya ilmiah ini bertujuan menentukan penyelesaian model inventori
single stocking point-single commodity dengan tingkat permintaan konstan.
Jumlah barang yang harus dipesan pada setiap pemesanan didapatkan dengan
menurunkan persamaan dari rataan total biaya pemesanan tahunan. Beberapa
asumsi diterapkan pada model inventori ini sehingga didapatkan suatu model
dasar Economic Order Quantity. Kesimpulan yang didapatkan adalah model
inventori dengan kekurangan persediaan memiliki nilai rataan biaya tahunan lebih

besar dibandingkan dengan model inventori manakala kekurangan persediaan
tidak diperbolehkan.
Kata kunci: economic order quantity, model inventori

ABSTRACT
LILIS SUSILAWATI. Inventory Model of Single Stocking Point-Single
Commodity with a Constant Demand Rate. Supervised by FARIDA HANUM and
SISWANDI.
Inventory is one of important assets for a company and a good inventory
management could increase income. The goal of this work is to provide good
quality products available at appropriate amount and time. This paper aims to
determine the solution of inventory model of single stocking point-single
commodity with constant demand rate. The amount of products to be ordered in
every order can be obtained via derivation of the average of annual total order cost.
Some assumptions are applied to this inventory model to obtain a basic Economic
Order Quantity model. The conclusion of this paper is that the inventory model
with shortage has bigger average of annual order cost than that without shortage.
Keywords: economic order quantity, inventory model

MODEL INVENTORI SINGLE STOCKING POINT-SINGLE

COMMODITY DENGAN TINGKAT PERMINTAAN KONSTAN

LILIS SUSILAWATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Matematika

DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Model Inventori Single Stocking Point-Single Commodity dengan
Tingkat Permintaan Konstan
Nama
: Lilis Susilawati

NIM
: G54070014

Disetujui oleh

Dra Farida Hanum, MSi
Pembimbing I

Drs Siswandi, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Toni Bakhtiar, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan, shalawat serta salam semoga

selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabat. Selesainya penulisan karya ilmiah ini dikarenakan adanya peranan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. keluarga tercinta; Mama, Bapak, Ary dan Iqbal, terima kasih atas semangat,
doa dan kasih sayang yang selalu terlimpah meskipun penulis telah melakukan
banyak kesalahan dan mungkin menyakiti hati semuanya,
2. Ibu Dra Farida Hanum, MSi selaku dosen pembimbing I, Bapak Drs Siswandi,
MSi selaku dosen pembimbing II dan Bapak Drs Prapto Tri Supriyo, MKom
selaku dosen penguji, terima kasih atas segala ilmu, arahan dan bimbingan
yang diberikan selama penyusunan karya ilmiah ini,
3. segenap dosen Departemen Matematika, terima kasih atas semua ilmu
yang telah diberikan,
4. semua staf departemen Metematika IPB, terima kasih atas segala
pelayanan dan bantuan yang diberikan,
5. Muhammad Nur Aqil Khoiri, terima kasih atas segala perhatian, dukungan,
waktu dan kesabaran dalam melalui masa-masa sulit kebersamaan kita,
6. pimpinan beserta seluruh staf PT. ECMI, terima kasih atas pengertian dan
dukungan yang diberikan selama penulis menyelesaikan penyusunan karya
ilmiah ini,

7. teman-teman Matematika angkatan 44 terutama Devi, Deva, Wenti, Istiti,
Yuyun, Tyas, Siska, Lukman, Ikhsan dan Imam (terima kasih atas buku
kalkulusnya) dan juga teman asrama TPB Enny, Tri Yulni dan Fitry,
8. pihak-pihak lain yang telah membantu penyusunan skripsi ini, yang tidak
dapat disebutkan satu per satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan
khususnya matematika dan menjadi inspirasi bagi penelitian-penelitian
selanjutnya.

Bogor, Oktober 2014
Lilis Susilawati

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

TINJAUAN PUSTAKA

1

HASIL DAN PEMBAHASAN

5


IMPLEMENTASI

10

SIMPULAN

13

DAFTAR PUSTAKA

14

LAMPIRAN

14

RIWAYAT HIDUP

17


DAFTAR GAMBAR
1 Fungsi I (t ) dalam model EOQ dasar

3

2 Tingkat inventori sebagai fungsi terhadap waktu

6

3 Fungsi inventori I(t) pada kasus 1

11

4 Fungsi inventori I(t) pada kasus 2

12

DAFTAR LAMPIRAN
1 Definisi dan teorema fungsi konveks


14

2 Pembuktian turunan ke-1 TC(q,s) terhadap q

14

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Inventori atau persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan dan akan
digunakan untuk tujuan tertentu, misalnya untuk didistribusikan atau digunakan
sebagai bahan baku membuat produk lain. Persediaan merupakan salah satu aset
yang sangat penting bagi suatu perusahaan karena pengelolaan inventori yang
baik dapat memaksimalkan pendapatan dari penjualan suatu produk. Suatu
perusahaan yang memiliki jumlah inventori yang besar dalam jangka waktu yang
lama biasanya mengalami kerugian yang diakibatkan biaya penyimpanan,
kehilangan dan kerusakan barang yang disimpan. Begitu juga jika perusahaan
hanya memiliki sedikit persediaan bisa mengalami kerugian yang diakibatkan
kehilangan penjualan dan pelanggan.
Demi memenuhi permintaan terhadap suatu produk, perusahaan harus bisa

mengelola persediaannya dengan baik. Tujuan pengelolaan atau manajemen
inventori ini adalah untuk menyediakan suatu produk dengan mutu yang baik
dalam jumlah dan waktu yang sesuai guna memenuhi permintaan. Jumlah produk
yang disimpan tidak terlalu banyak agar biaya penyimpanannya rendah dan tidak
terlalu sedikit agar tidak terjadi kekurangan inventori. Dengan kata lain, tujuannya
adalah meminimumkan biaya sekaligus memenuhi tingkat permintaannya. Model
dari pengelolaan atau menajemen inventori dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa kriteria di antaranya berdasarkan jumlah stocking point dan komoditas
(produk). Stocking point merupakan titik atau tempat menyimpan produk untuk
sementara sebelum dijual atau digunakan untuk bahan baku produk lain. Semakin
sedikit jumlah stocking point dan komoditas maka model akan lebih mudah
dioptimalkan. Dalam karya ilmiah ini akan dibahas model inventori single
stocking point-single commodity dengan tingkat permintaan konstan yang
bersumber dari (Gianpaolo et al 2004).
Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan karya ilmiah ini ialah memformulasikan dan menyelesaikan
model inventori single stocking point-single commodity dengan tingkat
permintaan konstan untuk kasus:
i. tanpa kekurangan persediaan,
ii. dengan kekurangan persediaan,
iii. tingkat pengisian ulang takhingga.

TINJAUAN PUSTAKA
Manajemen inventori diperlukan oleh suatu perusahaan untuk mengatur
persediaan suatu produk pada suatu stocking point. Stocking point merupakan titik
atau tempat menyimpan produk untuk sementara sebelum dijual kepada
konsumen atau digunakan sebagai bahan baku produk lain, misal gudang atau

2
agen distributor. Ini dilakukan untuk meminimalkan biaya yang berkaitan dengan
pengadaan persediaan tersebut dan memenuhi permintaan konsumen. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam manajemen inventori antara lain ialah:
1. waktu suatu produk dipesan,
2. banyaknya unit produk yang dipesan pada setiap pemesanan.
Dalam setiap pemesanan suatu produk pasti akan muncul biaya. Biayabiaya tersebut antara lain :
Biaya pemesanan ( K ), yaitu biaya tetap yang terjadi karena adanya
pemesanan suatu produk dan tidak bergantung pada jumlah produk yang
dipesan.
Biaya penyimpanan (holding cost), yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
menyimpan produk yang dipesan sebelum didistribusikan kepada konsumen,
misalkan biaya sewa gedung, biaya perawatan produk dan lain-lain.
Biaya pembelian (purchasing cost), yaitu biaya yang dikenakan pada setiap
unit produk yang dipesan.
Biaya kekurangan (shortage cost), yaitu biaya atau kerugian yang terjadi
akibat kekurangan stok.
Model Economic Order Quantity (EOQ)
Model EOQ klasik pertama kali diperkenalkan oleh F. W. Harris dari
Westinghouse Corporation pada tahun 1915 (Winston 2004). Untuk dapat
menggunakan model dasar tersebut, beberapa asumsi harus dipenuhi, yaitu:
permintaan pada suatu produk bersifat konstan,
biaya pemesanan tetap K terjadi ketika suatu produk dipesan,
kekurangan stok tidak diperbolehkan,
biaya penyimpanan h berlaku per unit per tahun,
selang waktu antara suatu produk dipesan dan sampai pada tujuan adalah 0
(instantaneous resupply).
Dari asumsi-asumsi tersebut dapat diperoleh model EOQ dasar yang bertujuan
meminimalkan total biaya tahunan dari penjumlahan biaya pemesanan, biaya
pembelian, dan biaya penyimpanan.
Berdasarkan asumsi selang waktu antara suatu produk dipesan dan sampai
pada tujuan adalah 0 (instantaneous resupply), suatu produk tidak boleh dipesan
0 karena akan menimbulkan biaya penyimpanan
pada saat tingkat inventori I
dan kerugian lain akibat kelebihan persediaan. Kondisi I 0 juga harus dihindari
karena akan menimbulkan kerugian akibat kekurangan persediaan. Jadi barang
harus dipesan tepat pada saat I 0 untuk mencegah kekurangan maupun
kelebihan persediaan. Ini mengindikasikan bahwa pada setiap pemesanan
banyaknya unit produk yang dipesan selalu sama.
Misalkan q adalah jumlah suatu produk yang dipesan pada saat tidak ada
persediaan I 0 , C (q) merupakan total biaya tahunan yang terjadi ketika q
unit produk dipesan, maka:
C(q) =

+

+

3
Biaya Pemesanan Tahunan
Pada setiap pemesanan, sebanyak

q unit produk dipesan dengan tingkat

permintaan konstan per tahun d dan biaya pemesanan K . Ini berarti terdapat

d
q

kali pemesanan, sehingga biaya pemesanan tahunannya ialah:
Biaya Pemesanan
Frekuensi pemesanan
Biaya pemesanan tetap
Tahun
Tahun
K

d
q

Kd
.
q

Biaya Pembelian Tahunan
Misalkan c merupakan nilai/harga pembelian satu unit produk yang tidak
bergantung pada banyaknya unit produk yang dipesan. Dengan tingkat permintaan
konstan maka biaya pembelian tahunan didapatkan dari:
Biaya Pembelian
Biaya pembelian Jumlah unit yang dipesan
cd .
Tahun
Unit
Tahun
Biaya Penyimpanan Tahunan
Biaya penyimpanan tahunan bergantung pada tingkat inventori I , jadi
ketika sebanyak I unit produk disimpan untuk periode satu tahun maka biaya
penyimpanan yang terjadi sebesar ( h unit/tahun)( I unit)(1 tahun) = hI , misalkan
tingkat inventori tidak konstan. Jika rataan tingkat inventori selama periode waktu
T adalah I maka biaya penyimpanan untuk periode waktu tersebut adalah hTI .
Misalkan sebanyak q unit produk diterima pada waktu t 0. Karena tingkat
permintaan d per tahun selalu konstan, maka waktu yang diperlukan hingga
persediaan habis adalah q / d tahun. Diasumsikan bahwa kekurangan stok tidak
diperbolehkan sehingga ketika persediaan mencapai 0, sebanyak q unit produk
dipesan dan produk sampai secara instan sesuai dengan asumsi instantaneous
resupply dan tingkat inventori kembali ke q.

q

q/d

cycle

q d

2q / d

cycle

3q / d

t

cycle

Gambar 1 Fungsi I (t ) dalam model EOQ dasar
Sebuah cycle didefinisikan sebagai interval waktu antara dua pemesanan
atau pengisian ulang. Pada Gambar 1 terdapat 3 (tiga) cycle berulang dengan
1
d
cycle.
panjang q / d . Jadi dalam 1 tahun akan terdapat
q/d q

4
Dengan tingkat permintaan konstan dan kekurangan persediaan tidak
diperbolehkan maka untuk model ini nilai rataan tingkat inventori selama satu
q
cycle merupakan setengah dari tingkat inventori maksimum yaitu unit. Karena
2
nilai rataan tingkat inventori adalah q / 2 dan panjang sebuah cycle adalah q / d ,
maka:
q q
q2h
Biaya Penyimpanan
hIT h( )( )
,
cycle
2 d
2d
sehingga biaya penyimpanan tahunan ialah:
Biaya Penyimpanan Biaya penyimpanan banyak cycle
(
)(
)
Tahun
cycle
Tahun
q2h d
hq
(
)( )
.
2d q
2
Dengan menggabungkan ketiga biaya maka nilai biaya total ialah:
Kd
hq
.
C (q)
cd
2
q
Nilai q * yang meminimumkan C (q) diperoleh dengan menyelesaikan
persamaan:
C '(q) 0

Kd
q2
Karena C " (q)

2 Kd
q3

h
0
2

q*

2 Kd
.
h

0, untuk setiap q 0, maka C (q) merupakan fungsi

konveks sehingga C (q) mencapai minimum global di q*
2004). Nilai q * dinamakan Economic
meminimumkan biaya total C (q) .

Order

Quantity

2Kd
(Winston
h

(EOQ)

yang

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Model Inventori Single Stocking Point-Single Commodity dengan Tingkat
Permintaan Konstan
Suatu stocking point harus memenuhi permintaan terhadap suatu komoditas
atau produk dengan tingkat permintaan konstan dari suatu titik penjualan. Karena
tingkat permintaannya konstan maka kendala terletak pada kapan waktu yang
tepat untuk melakukan pengisian ulang dan jarak antar pengisian ulang tersebut.
Kasus 1: Kekurangan Persediaan Diperbolehkan
Berikut ini notasi yang akan digunakan dalam pembahasan model inventori ini.
Misalkan:
q = banyaknya unit produk yang dipesan
K = biaya pemesanan tetap. Biaya ini tidak bergantung pada banyaknya unit
produk yang dipesan
d = tingkat permintaan, berupa konstanta
h = biaya penyimpanan per unit produk per tahun per unit waktu
c = nilai/harga suatu produk
p = tingkat suku bunga (dalam persen)
T = waktu antara dua pemesanan berurutan (cycle)
Tr = jarak waktu antara suatu produk dipesan dan sampai pada suatu stocking
point (waktu pengisian ulang/replenishment time)
r = tingkat pengisian ulang (replenishment rate), yaitu banyaknya produk yang
diterima per unit waktu selama Tr
S = rataan tingkat kekurangan per unit waktu
s = nilai kekurangan maksimum
u = biaya kekurangan per item
v = biaya kekurangan per item per unit waktu
I = rataan tingkat inventori per unit waktu
m = tingkat inventori maksimum
Interval waktu antara dua pengisian ulang berurutan disebut dengan cycle.
Dengan tingkat permintaan konstan d dan banyaknya unit yang dipesan adalah
q, maka panjang suatu cycle bisa didapatkan dari:

q
(1)
.
d
Jarak waktu pengisian ulang bergantung pada tingkat pengisian ulang dan
diperoleh dari:
q
(2)
q rTr
Tr
.
r
Suatu produk harus dipesan pada saat yang tepat sebelum tingkat inventori
mencapai 0 untuk mencegah terjadinya biaya akibat kekurangan stok atau
kelebihan stok. Apabila terdapat kelebihan stok maka akan ada biaya
penyimpanan, yang didefinisikan sebagai:
(3)
h pc,
T

6
dengan p menyatakan tingkat suku bunga (biasa dinyatakan dalam persen per
tahun) dan c merupakan nilai/harga satu unit produk.
I (t )

T
Tr

q / d (cycle)

q/r

m
r

r d

d

s
t

-s

T1

T2

T3

T4

Gambar 2 Tingkat inventori sebagai fungsi terhadap waktu
Tingkat inventori I (t ) sebagai fungsi terhadap waktu ditunjukkan pada
Gambar 2 dengan m menyatakan nilai inventori maksimum dan s nilai kekurangan
maksimum. Ketika persediaan terus berkurang hingga mencapai nilai kekurangan
maksimum, sejumlah unit produk akan dipesan dan tingkat inventori akan
bertambah dengan laju tingkat pengisian ulang r (ditunjukkan dengan garis putusputus). Pada saat yang bersamaan, produk yang dipesan juga berkurang untuk
memenuhi permintaan dengan laju d sehingga banyaknya item yang tersisa untuk
disimpan per unit waktu selama Tr dinyatakan dengan laju r d . Setelah
pengisian ulang selesai dan tingkat inventori maksimum dicapai, persediaan pun
akan berkurang dengan laju setara dengan tingkat permintaannya.
Pada Gambar 2 juga diperlihatkan T1, T2, T3, dan T4 yang berturut-turut
menyatakan lamanya waktu yang diperlukan untuk tingkat inventori bergerak dari
s ke 0, dari 0 ke m, dari m ke 0 dan dari 0 ke s. Nilai s adalah banyaknya
kekurangan persediaan yang terjadi pada periode waktu T1 dan T4 yang nilainya
bisa didapatkan dari persamaan:
s (r d )T1 dan s dT4 ,
(4)
sedangkan m adalah tingkat inventori maksimum yang nilainya dapat dihitung
pada periode waktu T2 dan T3 dengan persamaan:

m (r d )T2 dan m dT3 .
Tingkat inventori maksimum dapat diperoleh juga melalui persamaan:
s m (r d )Tr
m (r d )Tr
Dari persamaan (2) dapat diperoleh:
m

s,

q
(r d )( ) s
r

(5)
(6)

7
d
(7)
) s.
r
Rataan total biaya TC(q, s) per unit waktu didefinisikan sebagai:
1
(8)
TC (q, s)
( K cq hIT us vST )
T
dengan K merupakan biaya pemesanan, cq adalah biaya pembelian dan hIT
adalah biaya penyimpanan dan us dan vST merupakan biaya akibat kekurangan
persediaan. Biaya penyimpanan bergantung pada rataan tingkat inventori I dan
kekurangan persediaan bergantung pada rataan tingkat kekurangan S per unit
waktu. Dari Gambar 2 bisa diperoleh nilai I dan S sebagai berikut:
m

1
T
1
T

I
S

q (1

T

T
0

1 m(T2 T3 )
T
2
1 s(T1 T4 )
T
2

I (t )dt

0

I (t )dt

dengan

I (t )

I (t ) ; I (t ) 0
0;

I (t ) 0

I (t ) ; I (t ) 0

dan I (t )

I (t ) 0.

0;

m
dan T3
r d

Dari persamaan (5) diperoleh bahwa T2

m
sehingga nilai rataan
d

tingkat inventori adalah sebagai berikut:

I

1 m(T2 T3 )
T
2

1
T

m
mr
2T d (r d )

m
q
2
d
2
m

m2r
2qr 1

I

d
r

d
q 1
r
d
2q 1
r

Dari persamaan (4) diperoleh bahwa T1

m

2q 1

m
r d
2

m
d

mr
d r d

d
r

2

s
.

s

r d
tingkat kekurangan adalah sebagai berikut:

(9)

dan T4

s
sehingga nilai rataan
d

8

S

1 s(T1 T4 )
2
T

s

s

1
T

s
d

r d
2

s
sr
2T d (r d )

s
q
2
d

sr
d r d

s2r
2qr 1

d
r

s2

S

.
(10)
d
2q(1 )
r
Dengan menggabungkan persamaan (1), (9), dan (10), maka rataan total biaya
pada persamaan (8) dapat ditulis menjadi:

TC (q, s )

TC (q, s)

1
K cq h
q
d

Kd
q

cd

2

d
q 1
r
2q 1

d
h q 1
r

s

q
d

d
r

s2

us v

2q 1

d
r

q
d

2

s

vs 2

usd
q

.
(11)
d
d
2q(1
)
2q 1
r
r
Nilai q dan s yang optimal dapat diperoleh dengan menurunkan persamaan (11)
secara parsial terhadap q dan s. Nilai s* didapatkan dengan menyelesaikan
persamaan:
d
2hs
TC (q, s )
ud
r
d
d
s
q
2q 1
2q 1
r
r
d
d
2hq 1
2hs 2ud 1
r
r
d
2q 1
r
d
d
2hq 1
2hs 2ud 1
r
r
d
2hs 2vs 2hq 1
2ud 1
r
2hq 1

2vs
d
2q 1
r

0

2vs
0

2vs
d
r

0, dengan 2q 1

d
r

0

9
s (h v)

(hq ud ) 1

(hq * ud ) 1
s*

(h v)

d
r

d
r

.

(12)

Nilai q* didapatkan dengan menyelesaikan persamaan:
TC( q,s )
0.
q
Dengan menyelesaikan persamaan tersebut dan memasukkan nilai s* yang telah
didapatkan sebelumnya maka akan didapatkan q* dengan nilai:

2 Kd
(ud ) 2
d
h( h v )
h 1
r
(penurunan persamaan ada di Lampiran 2).
q*

h v
v

(13)

Kasus 2: Kekurangan Persediaan Tidak Diperbolehkan
Jika kekurangan stok tidak diperbolehkan ( s 0) maka persamaan (11) dapat
disederhanakan menjadi:
1
Kd
d
(14)
.
TC (q)
cd
hq 1
2
q
r
Nilai q yang optimal dapat diperoleh dengan menurunkan persamaan (14)
terhadap q:
dTC( q )
0
dq
Kd h
d
1
0
2
q
2
r
Kd h
d
1
2
q
2
r
2 Kd
q2
d
h 1
r
sehingga diperoleh :
2 Kd
q*
.
(15)
d
h 1
r
Kasus 3: Tingkat Pengisian Ulang Takhingga
Jika pengisian ulang terjadi secara instan yang artinya produk sampai pada suatu
stocking point tepat pada saat produk tersebut dipesan Tr 0 , dan tingkat
, jika kekurangan stok diperbolehkan, maka:
pengisian ulang r

10
*

s
*

q

hq* ud
h v

h v 2 Kd
v
h

ud

2

h h v

.

Jika kekurangan stok tidak diperbolehkan, maka total biaya pada persamaan (14)
menjadi:
Kd
1
TC q
cd
hq
(16)
2
q
sehingga nilai q* yang optimal diperoleh sebagai berikut:

2 Kd
.
(17)
h
Akhirnya dengan menerapkan asumsi-asumsi pada model EOQ dasar pada model
inventori single stocking point-single commodity didapatkan nilai biaya total dan
jumlah produk yang dipesan seperti tertulis pada persamaan (16) dan (17) yang
nilainya sama dengan yang tertulis pada bab tinjauan pustaka.
q*

IMPLEMENTASI
ALL Food mendistribusikan daging olahan di Jabodetabek dengan gudang
yang terletak di Jakarta. Tingkat permintaan untuk produk tersebut 4000 kg per
bulan dengan harga Rp25 000 per kg dan biaya pemesanan sebesar Rp3 000.
Tingkat suku bunga adalah 14.5% dan tingkat replenishment 400 kg per hari.
Perusahaan ALL Food ingin menentukan berapa banyak daging yang harus
dipesan, dengan asumsi hari kerja pada setiap bulan yaitu 20 hari, dan total
biayanya jika:
1. kekurangan stok tidak diperbolehkan,
2. kekurangan stok diperbolehkan dengan s = 50 kg, biaya kekurangan per kg
Rp50 dan biaya kekurangan per kg per hari Rp100,
3. pengisian ulang dilakukan secara instan dan kekurangan stok tidak
diperbolehkan,
Kasus 1
Dengan tingkat suku bunga 14.5% dan harga produk Rp25 000 maka biaya
penyimpanan yang terjadi sebesar:

h = 0.145

25000 = Rp3 625 per tahun per kg
= Rp302 per bulan per kg
Jadi dari persamaan (15) diperoleh :
2 3000 4000
24000000
392.2 392 kg
q*
4000
156
312(1
)
400 20
sehingga total biayanya:

11
TC (q)

3000 4000
1
4000
25000 4000
(302 392)(1
)
392
2
400 20
30612 100000000 29596
Rp100 060 208 per bulan.

Karena diasumsikan hari kerja per bulan adalah 20 hari dan nilai tingkat
4000
permintaan 4000 kg, maka tingkat permintaannya per harinya adalah
200
20
kg per hari, maka dari persamaan (1) dan (2) diperoleh:
392
T*
0.098 bulan 2 hari
4000
392
Tr *
0.98 1 hari.
400
Tingkat inventori maksimum diperoleh dari:
m (400 200) 2 400 kg.
Pada Gambar 3 diberikan grafik model inventori dengan keterangan seperti
yang tertulis pada kasus 1.
I(t)
Tr*=

T *= 2
1

m=400

0

0

1

2

3

4

5

t
6

Gambar 3 Fungsi inventori I(t) pada kasus 1

Kasus 2
Dari persamaan (13), q yang optimal dapat diperoleh dengan nilai :

q*

302 (100 20) 2 3000 4000
(50 4000) 2
4000
(100 20)
302(1
) 302(302 (100 20))
400 20
1.151

24000000
151

40000000000
695204

1.073 318.44
341.686 342 kg.
Kemudian dengan memasukkan nilai q* yang telah didapatkan ke dalam
persamaan (11) akan diperoleh total biayanya sebagai berikut:

12
4000
) 50
3000 4000
400 20
25000 4000
4000
342
2 342(1
)
400 20
50 50 4000
100 20 50 2
4000
342
2 342(1
)
400 20

2

302 342(1

TC (q)

35087.72 100000000 12928.6 29239.77 14619.88
Rp100 091 876 per bulan.

Tingkat inventori maksimum diperoleh dari:
4000
m 342(1
) 50 121 kg.
8000
Waktu-waktu tingkat pengisian ulang dapat diperoleh dari persamaan (4) dan (5),
sebagai berikut:
50
T1
0.25 hari
400 200
121
T2
0.605 hari
400 200
121
T3
0.605 hari
200
50
T4
0.25 hari
200
342
Tr
0.855 hari
400
342
T
1.71 hari.
200
Pada Gambar 4 diberikan grafik model inventori dengan keterangan seperti yang
tertulis pada kasus 2.
I(t)
m =121

T1

0

T3

T2

0.25

0.855

T4

1.46

1.71

2.21

2.815

3.42

s = 50
-70

Gambar 4 Fungsi inventori I(t) pada kasus 2

t

13
Kasus 3
Nilai q yang optimal diperoleh dari persamaan (17) yaitu:

2 3000 4000
76923.077 277 kg
312
dan total biayanya yaitu:
3000 4000
1
25000 4000
(302 277)
TC (q)
277
2
= 43321 100000000 41827
q*

= Rp100 085 158 per bulan.
Panjang satu cycle didapatkan dari:
277
T
0.07 bulan
1.4 hari.
4000
Kesimpulannya setiap 34 jam harus dilakukan pengisian ulang sebanyak 277 kg
daging olahan dengan biaya sebesar Rp100 085 158 per bulan.

SIMPULAN
Dalam karya ilmiah ini dibahas model inventori single stocking point-single
commodity dengan tingkat permintaan konstan. Pada model tersebut diterapkan
tiga kasus yang berbeda yaitu kekurangan stok tidak diperbolehkan, kekurangan
stok diperbolehkan dan tingkat pengisian ulang takhingga. Dari kasus kekurangan
stok tidak diperbolehkan jumlah barang yang dipesan setiap kali terjadi
pemesanan adalah sebanyak 392 kg daging olahan dengan biaya pemesanan
sebesar Rp100 060 208 per bulan dan panjang satu cycle adalah 2 hari. Tingkat
inventori maksimum diperoleh sebanyak 400 kg daging olahan dan waktu
pengisian ulang (replenishment time) 1 hari. Sedangkan dari kasus kekurangan
stok diperbolehkan (dengan s 50 kg) diperoleh jumlah barang yang dipesan
pada setiap pemesanan adalah sebanyak 342 kg daging olahan dengan biaya
pemesanan sebesar Rp100 091 876 per bulan dan panjang satu cycle adalah 1.71
hari atau 41 jam. Tingkat inventori maksimum diperoleh sebanyak 121 kg dan
waktu pengisian ulang 0.855 hari atau 20.5 jam. Biaya total yang yang terjadi
pada model inventori dengan kekurangan stok diperbolehkan lebih besar
dikarenakan adanya tambahan biaya lain yang diakibatkan oleh kekurangan stok
tersebut, misalnya kehilangan penjualan dan pelanggan. Tingkat pengisian ulang
takhingga diartikan bahwa suatu barang yang dipesan akan tiba secara instan atau
tepat saat barang tersebut dipesan yang mengakibatkan waktu pengisian ulangnya
0. Oleh karena itu tingkat inventori maksimum yang dicapai sama dengan jumlah
barang yang dipesan pada setiap kali pemesanan yaitu sebanyak 277 kg daging
olahan. Biaya pemesanan yang terjadi sebesar Rp100 085 158 per bulan dan
panjang satu cycle adalah 1.4 hari atau 34 jam.

14

DAFTAR PUSTAKA
Gianpaolo G, Gilbert L, Roberto M. 2004. Introduction to Logistics Systems
Planning and Control. West Sussex (UK): John Wiley & Sons.
Winston WL. 2004. Operations Research Applications and Algorithms. Ed ke-4.
New York (US): Duxbury.

15
Lampiran 1. Definisi dan teorema fungsi konveks.
Fungsi konveks, setara dengan fungsi cekung ke atas, memiliki definisi sebagai
berikut:
“Jika grafik f terletak di atas semua garis singgungnya pada suatu selang I, maka
grafik disebut cekung ke atas pada I. jika grafik f terletak di bawah semua garis
singgungnya pada suatu selang I, maka grafik disebut cekung ke bawah pada I.”
Teorema Uji Kecekungan
a) jika f " x 0 untuk semua x dalam I, maka grafik f cekung ke atas pada I,
b) jika f " x

0 untuk semua x dalam I, maka grafik f cekung ke bawah pada I.

Kekonveksan dari fungsi banyak variabel dapat dikaitkan dengan fungsi turunan kedua
seperti halnya pada fungsi satu variabel. Berikut ini disampaikan cara memeriksa
kekonveksan fungsi dengan menggunakan matriks Hesse (matriks turunan kedua).
Misalkan f x mempunyai turunan parsial kedua yang kontinu pada suatu himpunan
konveks buka C di R n . Jika
1. matriks Hesse H x dari f adalah semidefinit positif pada C, maka f x adalah
fungsi konveks pada C.
2. matriks Hesse H x dari f adalah definit positif pada C, maka f x adalah fungsi
strictly convex pada C.

Lampiran 2. Pembuktian turunan ke 1 TC(q,s) terhadap q.

2h q 1
TC( q,s )
q

Kd
q2
usd
q2

1

0

2

d
2q 1
r
vs 2

d
2h q 1
r

usd
q2

s

d
r

1
2

s

1

2q 1

d
r

d
r

0

d
2q 1
r
2

d
4hq 1
r

3

d
4hqs 1
r

2

Kd
q2

d
r

1
d
4q 1
r

2

d
4hqs 1
r

2

vs 2
d
2q 1
r
2

0

2

2hs 2 1

d
r

2

d
2hq 1
r
2

3

16

Kd
q2
usd
q2

2

d
r

2hq 2 1

d
r

2hqs 1

hq 2 1

2hqs 1

d
r

2hqs 1

d
r

hs 2

d
r

2q 2 1
vs 2

2

d
r

0

d
2q 1
r
2

d
2 Kd 1
r

1
d
2q 1
r

d
hq 2 1
r

2

d
2 Kd 1
r
2usd 1

d
r

d
2 Kd 1
r

2 Kd 1

h v

2 Kd 1

d
r

2

hs 2
2

d
2hq 1
r
2

vs 2

hq 2 1

hq 2 1
2

h v
h v
d
2 Kd 1
r

2usd 1
2

d
r

2ud 1

d
2hqud 1
r

0

vs 2
d
hq 1
r

2

2

hs 2

1

2

d
r

d
r

1

h v

2ud hq ud 1

d
r

2

h v

0
2

2

1
h v

2
2

2

ud

hq ud

0

2

2

2 ud

h v s2

0

d
r
d
r

d
r

2

d
hq 1
r

d
2hqud 1
r

d
2hqs 1
r

2

d
hq 1
r
2

hq ud

d
2usd 1
r

0

d
hq ud 1
r
h v

d
r

2

d
2hq 1
r
2

2

d
1
r
d
1
r

2

hq
2

2

d
1
r

2

0

17

2 Kd 1

d
r

1

d
2 Kd 1
r

h v

2

hq

2 Kd h v

d
r

hq 2 1

d
1
r

2

hq

2

2

d
r

1

ud

2

1

d
r

2

0

h v

h v

d
hq 1
r

2

d
1
r

2

ud
d
r

2

2

2

hq 2 1

2

h v

h v
0

2

hq

2

1

d
r

ud

2

1

d
d
d
2
2
h v
hq 1
2 Kd h v
ud 1
r
r
r
d
d
d
h2 q 2 1
hvq 2 1
h2 q 2 1
2 Kd h v
ud
r
r
r
d
d
2
hvq 2 1
2 Kd h v
ud 1
r
r
d
2
ud 1
2 Kd h v
r
q2
d
hv 1
r

d
r

0

hq 2 1

2 Kd h v
d
hv 1
r
h v
v

q

*

h v
v

ud

2 Kd
d
h 1
r
2 Kd
d
h 1
r

2

d
r

1
d
r

hv 1

ud

2

h h v
ud

2

h h v

h v
h v

2

1

d
r

18

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Karawang pada 5 Juli 1989 dan merupakan anak
pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Maryoto dan Ibu Suparmi. Kedua adik
laki-laki penulis masing-masing bernama Ary Susilo dan Muhamad Iqbal Fajri.
Penulis pernah bersekolah di SDN Jatimulya III Pedes (lulus pada tahun 2001)
kemudian melanjutkan ke SMPN 2 Rengasdengklok dan lulus pada tahun 2004.
Setelah itu penulis melanjutkan ke SMAN 1 Rengasdengklok dan lulus pada
tahun 2007 dan di tahun yang sama penulis juga lulus seleksi masuk Institut
Pertanian Bogor melalui jalur USMI, diterima di Departemen Matematika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengikuti kegiatan
perkuliahan, penulis pernah menjadi tutor mata kuliah Kalkulus di Bimbel
GUMATIKA dan aktif sebagai pengurus organisasi Himpunan Profesi Gugus
Mahasiswa Matematika (GUMATIKA) sebagai staf divisi Pengembangan Sumber
Daya Manusia periode 2008-2009 dan staf divisi Kesekretariatan periode 20092010. Penulis juga aktif menjadi panitia beberapa kegiatan kemahasiswaan
diantaranya ketua panitia Math Expo 2009, ketua divisi konsumsi MPD
Matematika 2009, anggota divisi acara Matematika Ria 2010 dan lainnya.