Analisis Pengaruh Makroekonomi Domestik dan Makroekonomi Global Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode 2011-2014

ANALISIS PENGARUH MAKROEKONOMI DOMESTIK DAN
MAKROEKONOMI GLOBAL TERHADAP INDEKS SAHAM
SYARIAH INDONESIA (ISSI) PERIODE 2011-2014

IRFAN PURNAWAN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh
Makroekonomi Domestik dan Makroekonomi Global terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) Periode 2011-2014 adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skipsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Irfan Purnawan
NIM H54100051

ABSTRAK
IRFAN PURNAWAN. Analisis Pengaruh Makroekonomi Domestik dan
Makroekonomi Global terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode
2011-2014. Dibimbing oleh IRFAN SYAUQI BEIK.
Penelitian ini bertujuan untuk manganalisis pengaruh makroekonomi
domestik: BI Rate, Inflasi, dan Exchange Rate (USD/IDR); dan makroekonomi
global: Harga Minyak Dunia, Dow Jones Islamic Market Index US (IMUS), dan
Hang Seng Index (HSI) terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
Penelitian ini mengguanakan metode Vector Error Corection Model (VECM)
dengan data runtut waktu bulanan dari Mei 2011 sampai dengan Agustus 2014.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada jangka panjang semua variabel
berpengaruh signifikan, dimana ISSI dipengaruhi secara negatif oleh BI Rate,
Inflasi, dan IMUS, dan dipengaruhi secara positif oleh Exchange Rate, Harga
Minyak Dunia, dan HSI. Pada jangka pendek ISSI dipengaruhi secara negatif oleh

Exchange Rate dan Inflasi, secara positif oleh HSI, dan ketiganya signifikan.
Variabel yang memiliki porsi terbesar dalam memengaruhi ISSI berturut-turut
adalah BI Rate, Exchange Rate, Inflasi, Harga Minyak Dunia, IMUS dan HSI.
Kata kunci: Indeks Saham Syariaha Indonesia (ISSI), Makroekonomi domestik,
Makroekonomi global, Vector Error Corection Model (VECM).

ABSTRACT
IRFAN PURNAWAN. Analysis of the Effect of Domestic Macroeconomic and
Global Macroeconomic against Indonesian Sharia Stock Index (ISSI) Period
2011-2014. Supervised by IRFAN SYAUQI BEIK.
This study atempts to analyze the effect of domestic macroeconomic
variables: namely BI Rate, Inflation, and Exchange Rate (USD/IDR); and global
macroeconomic variables: namely World Oil Price, Dow Jones Islamic Market
Index US (IMUS), and Hang Seng Index (HSI) against Indonesian Sharia Stock
Index (ISSI). This research uses Vector Error Corection Model (VECM) with
monthly data from May 2011 to August 2014. The result of this study shows that
in the long-run all variables have a significant effect where ISSI is negatively
affected by BI Rate, Inflation, and IMUS, dan positively affected by Exchange
Rate, World Oil Price, and HSI. In the short-term ISSI is negatively affected by
Exchange Rate and Inflation, and positively affected by HSI, and all are

significant. In addition, variables affecting ISSI based on their proportion strated
from the largerst to the lowest are BI Rate, Inflation, Exchange Rate, World Oil
Price, IMUS, and HSI consecutively.
Keyword: Indonesian Sharia Stock Index (ISSI), Domestic macroeconomic,
Global macroeconomic, Vector Error Corection Model (VECM).

ANALISIS PENGARUH MAKROEKONOMI DOMESTIK DAN
MAKROEKONOMI GLOBAL TERHADAP INDEKS SAHAM
SYARIAH INDONESIA (ISSI) PERIODE 2011-2014

IRFAN PURNAWAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Makroekonomi Domestik dan Makroekonomi
Global terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode
2011-2014.
Nama
: Irfan Purnawan
NIM
: H54100051

Disetujui oleh

Dr. Irfan Syauqi Beik, M.Ec
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.A.Ec

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul Analisis Pengaruh Makroekonomi Domestik dan Makroekonomi Global
terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Periode 2011-2014. Skripsi ini
diselesaikan untuk memenuhi syarat gelar sarjana pada Depertemen Ilmu
Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan diharapkan dapat menjadi bahan
rujukan bagi masyarakat ilmiah yang ingin menyusun penelitian yang sejenis.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada orang tua dan keluarga penulis, yakni Bapak Asim Afandi dan
Ibu Ecin serta kakak Adi Ruhimat dan Ade Gustika atas segala doa dan dukungan
yang selalu diberikan. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Irfan Syauqi Beik, M. Ec selaku dosen pembimbing
skripsi yang dengan sabar telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Jaenal Effendi selaku dosen penguji utama dan bapak

Salahuddin El Ayyubi, MA selaku dosen penguji dari komisi
pendidikan atas kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
skripsi ini.
3. Bapak Deri Yustria sebagai Senior Supervisor and Education
Division pada Sharia Capital Market Education di BEI yang telah
bersedia membantu dan memberi arahan bagi penulis.
4. Para dosen, staf dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu
Ekonomi yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.
5. Teman-teman satu bimbingan Hanif, Mufida, Sarah, Puspa, Fitri,
Fuad, dan Nur Azizah.
6. Sahabat penulis, Halim, Lutfi, Tony, Rizky, Putri, Idan, Geri, Iman,
Imam, Zulfi, Faris, Fauzi, Cornel, Pramono, Evan, Prawito, serta
teman-teman Eksyar angkatan 47 dan 48.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2015
Irfan Purnawan


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

x

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN

x

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Perumusan Masalah

4

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian

4

Ruang Lingkup Penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA

5


METODE PENELITIAN

15

HASIL DAN PEMBAHASAN

19

SIMPULAN DAN SARAN

27

Simpulan

27

Saran

27


DAFTAR PUSTAKA

28

LAMPIRAN

30

RIWAYAT HIDUP

46

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6

7

Sumber data
Hasil Uji Stasioneritas pada Level dan First Difference
Hasil Pengujian Lag Optimum
Hasil Pengujian Stabilitas VAR
Hasil Johansen Cointegration Test
Hasil Uji Kausalitas Granger
Hasil Estimasi VECM

15
19
19
20
21
21
22

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Perkembangan jumlah saham syariah dalam DES per Mei 2014
Pergerakan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
Pergerakan USDIDR dan BI Rate
Kerangka Pikir
Hasil IRF
Hasil FEVD

1
2
3
14
25
26

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8

Uji Stasioneritas
Uji Lag Optimal
Uji Stabilitas VAR
Uji Kointegrasi
Uji Kausalitas Grenger
Uji VECM
Uji IRF
Uji VEVD

31
34
35
36
37
39
43
45

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Investasi dalam Islam tidak hanya berorientasi pada keuntungan semata,
namun juga merupakan kegiatan yang bernuansa spiritual dan dilakukan dengan
norma-norma syariah dan juga merupakan hakikat dari sebuah ilmu yang bersifat
amaliyah. Oleh karena itu, investasi sangat dianjurkan bagi setiap muslim
(Nawawi 2012). Hal ini juga dijelaskan dalam Firman Allah SWT dalam QS.
59:18 bahwa manusia harus memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok.
Implikasi dari hal tersebut membuat beberapa kalangan di dunia
memerhatikan aspek syariah pada pasar modal yang merupakan sarana investasi
bagi masyarakat. Perhatian itu tercermin pada proses Islamisasi produk-produk
keuangan dan pelayanan pasar modal berdasarkan prinsip syariah. Beberapa
Indeks Islam di dunia seperti Dow Jones Islamic Market Indeks (DJIMI), Dow
Jones Islamic Market US (IMUS), Dow Jones Islamic Market Index Malaysia
(DJIMY), Kuala Lumpur Syaria Indeks (KLSI), dan Dow Jones Islamic Japan
(DJIJP) telah mengambil posisi dari proses perkembangan Islamisasi pasar modal
ini.
Islamisasi pasar modal di Indonesia juga sedang berkembang dengan baik.
Hal ini dapat dilihat dari perkembangan institusional seperti Badan Pengawas
Pasar Modal-Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), Otoritas Jasa Keuangan (OJK),
dan Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yang terlibat
dalam pembuatan peraturan pasar modal syariah serta perkembangan instrumen
pasar modal syariah dalam Daftar Efek Syariah (DES) seperti reksadana syariah,
saham syariah, obligasi syariah atau sukuk. Kemunculan indeks saham syariah di
Bursa Efek Indonesia (BEI) seperti Jakarta Islamic Index (JII) pada tahun 2000
dan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) pada tahun 2011 juga turut
melengkapi berkembangnya pasar modal syariah di Indonesia. Indeks ini menjadi
panduan bagi investor yang ingin menginvestasikan dananya pada saham syariah.

Sumber data: Otoritas Jasa Keuangan, diolah

Gambar 1 Perkembangan jumlah saham syariah dalam DES per Mei 2014

2
Gambar 1 menggambarkan kondisi perkembangan pasar saham syariah di
Indonesia dalam DES sampai dengan 2014, dimana saham-saham tersebut telah
melewati skrining jenis industri dan skrining rasio finansial yang ditetapkan DSNMUI. Peningkatan jumlah saham yang masuk DES ini menunjukkan jumlah
emiten yang berpartisipasi dalam pasar saham syariah semakin meningkat.
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan salah satu indeks pasar
modal berbasis syariah di BEI yang diterbitkan oleh Bapepam-LK sebagai
regulator yang berwenang dan bekerjasama dengan DSN-MUI. Konstituen ISSI
adalah seluruh saham yang tergabung dalam DES dan tercatat di BEI. Secara
historis, walaupun indeks ini tergolong masih baru namun pergerakan ISSI sejak
diluncurkan pada Mei 2011 sampai Agustus 2014 bergerak fluktuatif dan trend
naik (Gambar 2). Hal ini menandakan ada faktor-faktor yang secara sensitif
memengaruhi fluktuasi pergerakan ISSI.

Pergerakan ISSI

Sumber: Duniainvestasi.com, diolah

Gambar 2 Pergerakan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
Tangjitprom (2012) menyatakan bahwa variabel yang memengaruhi harga
saham dapat diklasifikasikan ke dalam 4 kelompok yaitu kelompok pertama
adalah kondisi pertumbuhan ekonomi secara umum, kelompok kedua adalah suku
bunga dan kebijakan moneter, kelompok ketiga adalah tingkat harga-harga yang
meliputi tingkat harga umum dan laju inflasi atau harga kunci aset seperti harga
minyak dunia, dan kelompok keempat adalah kegiatan internasional seperti nilai
tukar, investasi asing langsung, serta kondisi pasar keuangan secara global.
Dengan demikian, pergerakan ISSI yang fluktuatif berkaitan dengan kondisi
makroekonomi negaranya seperti tingkat suku bunga dan nilai tukar rupiah serta
pengaruh ketidakpastian perekonomian global.
Sepanjang pergerakan ISSI sejak tahun 2011 sampai dengan kuartal
pertama 2014, isu perekonomian global seperti krisis utang Yunani, geopolitik,
isu rencana The Fed menghentikan kebijakan stimulus Quantitative Easing (QE),
serta pandangan beberapa ekonom mengenai kondisi resesi di kawasan Eropa, dan
lain-lain menjadi pemicu fluktuasi harga-harga komoditas dan indeks saham di
berbagai negara tidak terkecuali pada ISSI. Pemicu fluktuasi ISSI juga bersumber
dari terintegrasinya pasar modal di seluruh dunia dimana investor tidak ada

3
hambatan apapun untuk memiliki sekuritas di seluruh pasar modal membuat
adanya keterkaitan antar pasar modal dalam bentuk korelasi lemah atau kuat.
Selain itu, kondisi kepemilkan saham di pasar modal Indonesia hampir 60%
dikuasai investor asing mengakibatkan kerentanan fluktuasi ISSI yang lebih besar
pada posisi net sell oleh investor asing. Karena pada dasarnya pergerakan indeks
saham merupakan gambaran supply dan demand atau minat jual dan beli oleh
seluruh investor berdasarkan gejala ekonomi secara global yang diamatinya.
Gambar 3 di bawah ini menunjukkan pergerakan nilai tukar rupiah dan BI
Rate. Pertengahan tahun 2013 nilai Rupiah terdepresiasi terhadap US dolar hingga
menembus Rp12.000,00 per dolar pada awal tahun 2014 setelah The Fed akhirnya
menanggalkan penghentian stimulus Quantitative Easing (QE) secara bertahap
mulai Januari 2014 dan menimbulkan ekspektasi penguatan dolar terhadap mata
uang lainnya. Kemudian, sejak Juni 2013 hingga akhir tahun 2013 tercatat Bank
Indonesia (BI) menaikan suku bunga sebanyak 4 kali dengan total kenaikan 175
basis poin menjadi 7.50% dari 5.75% (Gambar 3). Pada saat yang sama
pergerakan ISSI mengalami koreksi dari nilai tertinggi 169.81 pada Mei 2013
menjadi 143.70 pada akhir Desember 2014. Hal ini menegaskan fakta bahwa
kondisi makroekonomi domestik dan ketidakpastian ekonomi global memiliki
pengaruh terhadap pergerakan ISSI.
Kurs Rupiah Dan BI Rate

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Gambar 3 Pergerakan USDIDR dan BI Rate
Berdasarkan uraian di atas, maka penting untuk menyelidiki bagaimana dan
seberapa besar faktor-faktor makroekonomi domestik dan makroekonomi global
memengaruhi pergerakan ISSI, serta mengukur pengaruh integrasi ISSI dengan
pasar modal global untuk dijadikan referensi bagi investor dalam pengambilan
keputusan investasinya, bank sentral dalam kebijakan moneternya, serta lembagalembaga terkait lainnya yang memiliki otoritas dalam pembuatan regulasi pada
Pasar Modal Syariah di Indonesia. Oleh karena itu peneliti ingin menganalisis
bagaimana dan seberapa besar faktor makroekonomi domestik dan ekonomi
global memengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Syariah Indonesia (ISSI).

4
Perumusan Masalah
Indeks ISSI tergolong Indeks yang baru namun pergerakan ISSI cukup
berfluktuasi. Kondisi ini tidak bisa dihindari bahwa ada faktor-faktor yang secara
sensitif memengaruhi pergerakan ISSI berasal dari variabel makroekonomi
domestik dan kondisi perekonomian global, integrasi antar pasar modal, serta
kondisi kepemilikan saham oleh investor domestik dan asing memjadi pemicu
fluktusi pergerakan ISSI. Maka pada penelitian ini berupaya untuk menganalisis
pengaruh faktor-faktor makroekonomi domestik dan faktor-faktor makroekonomi
global secara bersamaan terhadap pergerakan ISSI.
Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, ada beberapa hal yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini, diantaranya:
1. Bagaimana pengaruh makroekonomi domestik: BI Rate, Inflasi, dan
Exchange Rate (ER) USD/IDR, dan faktor-faktor global: Harga Minyak
Dunia, Dow Jones Islamic Market US (IMUS), dan Hang Seng Index (HSI)
terhadap pergerakan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
2. Seberapa besar pengaruh makroekonomi domestik: BI Rate, Inflasi, dan
USD/IDR, dan makroekonomi global: Harga Minyak Dunia, IMUS, dan HSI
terhadap pergerakan ISSI.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis pengaruh makroekonomi domestik: BI Rate, Inflsi, dan
Exchange Rate (ER) USD/IDR, dan faktor-faktor global: Harga Minyak
Dunia, Dow Jones Islamic Market US (IMUS), dan Hang Seng Index (HSI)
terhadap pergerakan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
2. Menganalisis seberapa besar pengaruh makroekonomi domestik: BI Rate,
Inflasi, dan USD/IDR, dan makroekonomi global: Haraga Minyak Dunia,
IMUS, dan HSI terhadap pergerakan ISSI.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti dan pihakpihak pengambil keputusan dalam upaya perkembangan pasar saham syariah di
Indonesia, serta menjadi referensi bagi investor dalam keputusan investasinya.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan ekonometrika yang dianalisis secara deskriptif
dan kuantitatif. Variabel yang digunakan adalah data bulanan Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI), BI Rate, Infalsi, dan Exchange Rate USD/IDR sebagai
faktor makroekonomi domestik. Harga Minyak Dunia, Dow Jones Islamic Market
US (IMUS), dan Hang Seng Index (HSI) sebagai faktor dari kondisi

5
makroekonomi global. Periode waktu yang digunakan dimulai bulan Mei 2011
sampai Agustus 2014.

TINJAUAN PUSTAKA
Investasi
Ada banyak pengertian tentang investasi. Investasi pada hakekatnya
merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk
memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim 2005). Menurut Fahmi dan
Hadi (2011), investasi dapat didefinisikan sebagai bentuk pengelolaan dana guna
memberikan keuntungan dengan cara menempatkan dana tersebut pada alokasi
yang diperkirakan akan memberikan tambahan keuntungan atau coumpouding.
Investasi dibedakan menjadi real investment dan financial investment. Real
investment adalah investasi pada sektor riil yang melibatkan asset berwujud
seperti tanah, mesin, atau pabrik. Sedangakan financial investment adalah
investasi yang melibatkan kontrak tertulis seperti saham dan obligasi (Fahmi dan
Hadi 2011).
Investasi dalam Islam tidak hanya berorientasi pada keuntungan semata,
namun juga merupakan kegiatan yang bernuansa spiritual dan dilakukan dengan
norma-norma syariah dan juga merupakan hakikat dari sebuah ilmu yang bersifat
amaliyah. Oleh karena itu, investasi sangat dianjurkan bagi setiap muslim
(Nawawi 2012). Hal ini juga dijelaskan dalam Firman Allah SWT dalam QS.
59:18 bahwa manusia harus memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok. Allah SWT dan Rasul-Nya memberikan petunjuk dan rambu-rambu pokok
yang seyogyanya diikuti oleh setiap muslim yang beriman. Diantara rambu-rambu
tersebut adalah terhindar dari unsur riba, gharar, judi, haram, dan syubhat.
Pasar Modal Syariah
Secara umum dalam keuangan dikenal dua jenis pasar keuangan yaitu pasar
modal (capital market) dan pasar uang (money market). Menurut Manan (2009),
pasar modal adalah sarana yang mempertemukan antara pihak yang memiliki
kelebihan dana (surplus fund) dengan pihak yang kekurangan dana (defisit fund),
dimana dana yang diperdagangkan merupakan dana jangka panjang. Definisi
pasar modal sesuai dengan Undang Undang Pasar Modal (UUPM) Nomor 8
Tahun 1995, "Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran
umum dan perdagangan efek, perusahan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek".
Berdasarkan definisi tersebut, terminologi pasar modal syariah dapat
diartikan sebagai kegiatan penawaran umum dan perdagangan efek syariah yaitu
efek sebagaimana dimaksud dalam UUPM adalah surat berharga yang akad,
pengelolaan perusahaannya, maupun cara penerbitannya memenuhi Prinsipprinsip Syariah. Karakteristik khusus yang membedakan pasar modal syariah
dengan pasar modal konvensional yaitu bahwa produk dan mekanisme transaksi
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah yang bersumber pada Al-Quran
dan Hadist Nabi Muhammad SAW sebagaimana telah diatur dalam fatwa DSN-

6
MUI No.40/DSN-MUI/X/2003 dan No.80/DSN-MUI/III/2011. Adapun efek
syariah yang ditransaksikan mencakup Saham Syariah, Obligasi Syariah, Reksa
Dana Syariah, Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) Syariah,
dan surat berharga lainnya yang sesuai dengan Prinsip-prinsip Syariah.
Menurut Karim dalam Aziz (2008), transaksi di pasar modal cenderung
kepada teori pertukaran dalam sistem ekonomi Islam. Teori pertukaran dalam
ekonomi Islam terdiri atas dua pilar, yaitu: 1) objek pertukaran dan 2) waktu
pertukaran. Pertukaran bila dilihat dari sisi objeknya dapat dibagi menjadi tiga
jenis yaitu: 1) Pertukaran real asset ('ayn) dan dengan real asset ('ayn), 2)
Pertukaran real asset ('ayn) dengan financial asset (dayn), dan 3) Pertukaran
financial asset (dayn) dengan financial asset (dayn). Bentuk transaksi di pasar
modal merupakam pertukaran antara real asset ('ayn) dalam bentuk sekuritas dan
dengan real asset ('ayn) dalam bentuk uang.
Saham Syariah
Secara konsep saham (stock) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan
modal seseorang atau pihak (badan usaha) atas sebagian kepemilikan perusahaan
atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut
memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan
berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (BEI 2014). Berdasarkan hakhak yang melekat, saham dapat dibedakan menjadi jenis saham biasa (common
stock) dan saham istimewa (prefered stock). Common stock adalah saham yang
menempatkan pemiliknya paling junior atau paling akhir terhadap pembagian
deviden dan hak atas kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut diliquidasi.
Prefered stock adalah saham yang memilki karakteristik gabungan antara obligasi
dan saham biasa, karena memiliki hak klaim atas kekayaan perusahaan dan
pembayaran deviden didahulukan (Fahmi dan Hadi 2011).
Saham syariah ialah efek bersifat ekuitas yang termasuk dalam Daftar
Efek Syariah (DES) yang diterbitkan oleh Bapepam dan LK dan penyusunannya
melibatkan DSN-MUI. Berdasarkan peraturan Bapepam dan LK No. II.K.1
tentang regulasi Kriteria dan Penerbitan DES, suatu saham dapat dikategorikan
sebagai saham syariah sepanjang Emiten atau Perusahaan Publik tersebut:
a. Emiten dan Perusahaan Publik yang secara jelas menyatakan dalam
anggaran dasarnya bahwa kegiatan Emiten dan Perusahaan Publik tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip Syariah.
b. Emiten dan Perusahaan Publik yang tidak menyatakan dalam anggaran
dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak
bertentangan dengan Prinsip-prinsip Syariah, namun memiliki kriteria
sebagai berikut:
i.
Kegiatan usaha tidak bertentangan dengan prinsip syariah yaitu
tidak melakukan kegiatan usaha:
a) Perjudian dan permainan yang tergolong judi;
b) Perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang
dan jasa;
c) Perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu;
d) Bank berbasis bunga;

7
e) Jual beli resiko yang mengandung unsur ketidakpastian
(gharar) dan judi (maisir), antara lain asuransi
konvensional;
f) Memproduksi,
mendistribusikan,
memperdagangkan
dan/atau menyediakan barang atau jasa haram zatnya
(haram li-dzatihi), haram bukan karena zatnya (haram lighairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI, dan/atau barang
atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat;
g) Melakukan transaksi yang mengandung unsur suap
(risywah).
ii. Rasio total hutang berbasis bunga dibanding total equitas tidak
lebih dari 45%, dan
iii. Rasio total pendapatan bunga dan total pendapatan tidak halal
lainya dibandingkan total pendapatan usaha dan total pendapatan
lainya tidak lebih dari 10%.
Selain prinsip kehalalan produk dan kriteria saham syariah dari sisi Emiten
dan Perusahaan Publik, DSN-MUI juga telah mengatur mekanisme perdagangan
efek berdasarkan prinsip syariah dalam Fatwa DSN-MUI No.80/DSNMUI/III/2011 tentang penerapan prinsip syariah dalam mekanisme perdagangan
efek bersifat ekuitas di pasar reguler bursa. Dalam fatwa tersebut dijelaskan
bahwa perdagangan efek harus dilakukan menurut prinsip kehati-hatian serta tidak
diperbolehkan melakukan spekulasi, manipulasi, dan tindakan lain yang
didalamnya mengandung unsur dharar, gharar, riba, maisir, risywah, maksiat dan
kezhaliman, taghrir, ghisysy, tanajisy/najsy, ikhtikar, bai’ al-ma’dum, talaqqi alrukban, ghabn, riba dan tadlis. Tindakan-tindakan tersebut antara lain meliputi:
a. Tindakan yang termasuk dalam kategori Tadlis antara lain:
1) Front Runing
2) Misleading information (Informasi Menyesatkan)
b. Tindakan yang termasuk dalam kategori Taghrir antara lain:
1) Wash sale (Perdagangan semu yang tidak mengubah kepemilikan)
2) Pre-arrange trade
c. Tindakan yang termasuk dalam kategori Najsy antara lain:
1) Pump and Dump
2) Hype and Dump
3) Creating fake demand/supply (Permintaan/penawaran palsu)
d. Tindakan yang termasuk dalam kategori Ikhtikar antara lain:
1) Pooling interest
2) Cornering
e. Tindakan yang termasuk dalam kategori Ghisysy antara lain:
1) Marking at the close (pembentukan harga penutupan)
2) Alternate trade
f. Tindakan yang termasuk dalam kategori Ghabn Fahisy antara lain:
1) Insider Trading (Perdagangan orang dalam)
g. Tindakan yang termasuk dalam kategori Bai’ al-ma’dum antara lain:
1) Short Selling (bai’ al-maksyuf/jual kosong)
h. Tindakan yang termasuk dalam kategori Riba antara lain:
1) Margin Trading (Transaksi dengan Pembiayaan)

8
Indeks Saham
Indeks saham atau stock index adalah harga atau nilai dengan perhitungan
baku dari sekelompok saham yang dikumpulkan berdasarkan kategori tertentu.
Indeks saham merupakan indikator pergerakan harga dari seluruh saham yang
diwakilinya. Salah satu indikator kondisi perekonomian negara dapat dilihat dari
kondisi indeks saham gabungan dari saham-saham seluruh perusahaan go publick
di negara tersebut. Indeks saham gabungan mencerminkan perekonomian suatu
negara sedang melesu atau bergairah (Suta 2000).
Ada banyak jenis indeks di pasar modal dunia karena pada umumnya
hampir seluruh negara memiliki indeks sahamnya sendiri. Bahkan beberapa
negara memiliki lebih dari satu indeks saham. Seperti halnya di Indonesia yang
memiliki Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Jakrta Islamic Index (JII), serta
Indeks Saham Syariah Indonesai (ISSI), Amerika Serikat memikiki Dow Jones,
Dow Jones Islamic Market US (IMUS), serta NASDAQ. Dari berbagai jenis
indeks yang ada di BEI, yang menjadi objek penelitian ini adalah ISSI karena
indeks ini merupakan proyeksi dari pergerakan seluruh saham syariah yang
terdaftar di DES dan BEI. Indeks ini pertama kali diluncurkan di BEI pada tanggal
12 Mei 2011 sebagai indikator kinerja seluruh saham syariah yang terdaftar di
BEI.
Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga adalah biaya peminjaman atau harga yang dibayar
untuk meminjam sejumlah dana yang dinyatakan dalam presentase tahunan
(Puspopranoto 2004). Menurut Case dan Fair (2004), tingkat suku bunga adalah
pembayaran bunga tahunan atas suatu pinjaman yang dinyatakan sebagai
presntase pinjaman. Para ekonom membedakan suku bunga menjadi suku bunga
nominal dan suku bunga riil. Suku bunga nominal adalah rate yang terjadi di
pasar sedangkan suku bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat return
setelah dikurangi dengan inflasi.
Tingkat suku bunga adalah salah satu instrumen moneter yang digunakan
Bank Indonesia untuk mengontrol perekonomian Indonesia. Dalam kaitannya
dengan inflasi, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikan BI Rate apabila
inflasi diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank
Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi berada di bawah sasaran yang
telah ditetapkan (BI 2014).
Tingkat suku bunga merupakan unsur riba yang dilarang dalam agama
Islam. Riba merupakan kelebihan yang tidak ada padanan pengganti dan tidak
dibenarkan dalam syariah seperti tertera dalam QS. 2:275 bahwa Allah SWT.
telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. Hal ini menjadi salah satu
pertimbangan penting bagi investor muslim dalam kegiatan investasinya.
Inflasi
Inflasi adalah suatu kejadian yang menunjukkan kenaikan tingkat harga
secara umum dan berlangsung secara terus menerus. Dari definisi tersebut ada tiga
kriteria yang perlu diamati untuk melihat telah terjadinya inflasi, yaitu kenaikan

9
harga, bersifat umum, dan terjadi terus menerus dalam rentang waktu tertentu.
Jenis inflasi dapat dibedakan berdasarkan tingkatan laju inflasi dan berdasarkan
pada penyebabnya. Berdasarkan tingkatannya inflasi dibedakan menjadi (Murni
2013):
1) Moderat inflation, inflasi yang ditandai dengan harga-harga yang
meningkat secara lambat (antara 7%-10%).
2) Galloping inflation, tingkat inflasi antara 20%-100% yang dapat
menimbulkan gangguan serius pada perekonomian.
3) Hyper inflation, tingkat inflasi yang sangat tinggi diatas 100%
Sedangkan berdasarkan penyebab terjadinya inflasi:
1) Demand full inflation, inflasi yang terjadi karena pertumbuhan ekonomi
yang pesat.
2) Cost push inflation, inflasi karena biaya produksi mengalami kenaikan
secara terus menerus.
3) Imported inflation, inflasi yang bersumber dari kenaikan harga barangbarang impor.
Nilai Tukar
Menurut Madura (2000), niali tukar atau kurs adalah ukuran nilai dari suatu
valuta dari prespektif valuta lain. Sejalan dengan berubahnya kondisi
makroekonomi, nilai tukar juga dapat berubah secara substansional. Nilai tukar
ekuilibrium akan berubah sepanjang waktu seiring dengan berubahnya permintaan
dan penawaran. Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan nilai tukar antara lain
laju inflasi relatif, suku bunga relatif, tingkat pendapatan relatif, kontrol
pemerintah, espektasi, sentimen pasar, dan interaksi antar faktor. Sistem nilai
tukar dapat diklasifikasikan menurut seberapa jauh nilai tukar dapat dikendalikan
oleh pemerintah yaitu:
1. Tetap (fixed)
2. Mengambang bebas (free floating exchange rate)
3. Mengambang terkendali (managed float)
4. Terpatok (paged)
Saat ini Indonesia menganut nilai tukar mengambang bebas (free floating
exchange rate) sejak 14 Agustus 1997, dimana pergerakan nilai tukar rupiah
dipengeruhi oleh kekuatan permintaan dan penawarannya tanpa ditentakan
batasan-batasan pergerakannya oleh pemerintah.
Harga Minyak Dunia
Minyak bumi merupakan faktor produksi penting untuk menggerakkan
perekonomian dunia karena menjadi input vital dalam proses produksi industri,
terutama untuk menggerakan mesin, menghasilkan listrik, dan untuk transportasi.
Harga minyak dunia saat ini mengacu pada harga spot minyak dalam dolar US per
barel (159 liter) jenis WTI (West Texas Intermediate) yang diperdagangkan pada
New York Mercantile Exchange (NYMEX) atau jenis minyak Brent yang
diperdagangkan pada Intercontinental Exchange (ICE). Harga satu barel minyak
mentah dunia sangat tergantung pada kedua kelas tersebut, yang ditentukan oleh
faktor-faktor seperti berat jenis atau API dan kandungan sulfur, serta lokasinya.

10
Tolok ukur minyak mentah dunia lainnya yang cukup penting antara lain harga
minyak OPEC, Dubai Crude, serta Tapis Crude (Singapura).
Fluktuasi harga minyak mentah di pasar Internasional pada prinsipnya
mengikuti aksioma yang berlaku umum dalam ekonomi pasar, dimana tingkat
harga yang berlaku ditentukan oleh mekanisme permintaan dan penawaran
(demand and supply) sebagai faktor fundamentalnya sedangkan faktor-faktor lain
dianggap sebagai faktor non-fundamental, terutama berkaitan dengan masalah
infrastruktur, geopolitik, dan spekulasi (Nizar 2012). Dari sisi permintaan,
perilaku harga minyak sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dunia
dimana permintaan minyak dunia searah dengan pertumbuhan ekonomi.
Sedangkan dari sisi penawaran, fluktuasi harga minyak dunia dipengaruhi oleh
ketersediaan atau distribusi pasokan dari negara-negara produsen, baik negaranegara yang tergabung dalam Organization of the Petroleum Exporting Countries
(OPEC) maupun negara produsen non-OPEC.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Pergerakan Indeks Saham
Tangjitprom (2012) menyatakan bahwa variabel makroekonomi yang
memengaruhi saham dapat diklasifikasikan kedalam empat kelompok. Kelompok
pertama, mencerminkan kondisi pertumbuhan ekonomi secara umum seperti
ketenagakerjaan dan indeks produksi industri. Kelompok kedua, meliputi variabel
mengenai suku bunga dan kebijakan moneter dalam mengatur penawaran dan
permintaan uang. Kelompok ketiga, berfokus pada tingkat harga, yang meliputi
tingkat harga umum dan laju inflasi atau harga kunci aset seperti harga minyak
dunia. Kelompok keenpat, adalah variabel yang melibatkan kegiatan internasional
seperti nilai tukar, investasi asing langsung, serta kondisi pasar keuangan secara
global. Menurut Suta (2000), kejadian dan dinamika harga saham antara satu
bursa dengan bursa lainnya yang sejenis saling pengaruh-mempengaruhi terutama
dengan bursa dari negara-negara berdekatan misalnya guncangan (shock) yang
terjadi di bursa Singapura atau Hongkong akan mengakibatkan goncangan pada
bursa Taiwan, Malaysia, Jepang maupun Indonesia.
Berdasarkan teori di atas dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang
memengaruhi pasar modal dan indeks saham di suatu negara adalah kondisi
makroekonomi domestik dan kondisi ekonomi global. Makroekonomi domestik
meliputi tingkat suku bunga, tingkat harga umum dan inflasi atau harga kunci aset
seperti harga minyak dunia, dan nilai mata uang terhadap negara lain. Sedangkan
kondisi perekonomian global dapat meliputi kondisi bursa saham di negara lain,
kondisi geopolitik, krisis ekonomi dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut dapat
dikategorikan kedalam kelompok yang mencerminkan pertumbuhan ekonomi,
kebijakan moneter, tingkat harga-harga, dan yang berkaitan dengan kegiatan
ekonomi internasional.
Hubungan Tingkat Suku Bunga terhadap Saham
Tingkat suku bunga adalah salah satu instrumen moneter yang digunakan
Bank Indonesia untuk mengontrol perekonomian Indonesia. Dalam kaitanya
dengan inflasi, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikan BI Rate apabila
inflasi diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank

11
Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi berada di bawah sasaran yang
telah ditetapkan (BI 2014).
Kaitannya dengan pasar modal, perubahan tingkat suku bunga akan
memengaruhi porsi investasi yang dilakukan pemodal pada saham, obligasi, dan
pasar uang seperti deposito dan SBI. Peningkatan suku bunga membuat investor
cenderung memilih instrumen yang memeberikan keuntungan tetap seperti pada
deposito (Suta 2000).
Hubungan Tingkat Inflasi terhadap Saham
Menurut Suta (2000), salah satu indikator makroekonomi yang dapat
memengaruhi pasar modal adalah tingkat harga yang dapat diukur dengan inflasi.
Besar kecilnya inflasi akan memengaruhi pendapatan riil maupun suku bunga riil.
Perubahan inflasi yang tidak terkendali cenderung membuat masyarakat ingin
melindungi asetnya ke dalam investasi yang lebih aman seperti berinvestasi pada
logam mulia seperti emas daripada berinvestasi pada saham. Namun, inflasi yang
stabil dan terkendali (inertial inflation) cenderung memberikan rasa aman bagi
investor dalam kegiatan investasi pada pasar modal.
Hubungan Nilai Tukar terhadap Saham
Menurut Suta (2000), fluktuasi nilai rupiah terhadap mata uang asing akan
memengaruhi iklim investasi. Kurs yang terlalu tinggi akan melemahkan
persaingan harga di luar negeri. Secara tidak langsung akan memengaruhi neraca
perdagangan karena menurunnya nilai ekspor dibandingkan dengan nilai impor.
Buruknya neraca perdagangan akan mengurangi kepercayaan investor terhadap
perekonomian Indonesia. Bagi investor asing akan cenderung melakukan
penarikan modal sehingga terjadi capital outflow. Menurut Madura (2000),
dampak nilai tukar yang melemah akan meningkatkan persaingan produk
domestik di luar negeri.
Sedangkan menurut Fahmi dan Hadi (2011), terdapat hubungan saling
memengaruhi antara nilai tukar dan harga saham di pasar modal baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Secara jangka pendek menguatnya nilai
rupiah berdampak positif pada harga saham secara keseluruhan dan melemahnya
nilai tukar berdampak negatif terhadap harga saham akibat ekspektasi investor
pada kondisi perekonomian yang lemah. Kebijakan pemerintah ketika nilai rupiah
terdepresiasi adalah dengan menaikan suku bunga yang ditujukan untuk
menghindari masyarakat membeli valuta asing dan untuk menarik capital inflow
agar rupiah terapresiasi. Tapi dengan tingginya suku bunga dapat mengakibatkan
turunnya present value dari future cash flow perusahaan sehingga mengakibatkan
harga saham menjadi turun.
Hubungan Harga Minyak Dunia terhadap Saham
Minyak mentah merupakan komoditas komoditas dan kebutuhan utama
dunia saat ini. Harga minyak dunia juga merupakan indikator perekonomian dunia,
karena minyak dibutuhkan untuk melakukan aktivitas ekonomi. Naiknya harga
minyak dunia merupakan pertanda meningkatnya permintaan dan
mengindikasikan membaiknya perekonomian global pasca krisis. Kenaikan
permintaan minyak dunia akan diikuti dengan naiknya permintaan komoditas hasil
tambang. Sebaliknya, harga energi yang turun mencerminkan sedang melemahnya

12
perekonomian global. Dengan begitu, harga minyak mentah meningkat membuat
ekspektasi membaiknya kinerja perusahaan-perusahaan juga akan meningkat dan
harga sahamnya akan ikut naik (Witjaksono 2010).
Penelitian Terdahulu
Ada beberapa studi yang relatif berfokus dalam menguji pengaruh variabel
makroekonomi, indeks global, dan haraga komoditas dunia terhadap pergerakan
saham. Nazwar (2008), Witjaksono (2010), Wastriati (2010), Hayati (2011), Khan
dan Zaman (2011), Novianto (2011), Hussin et al. (2012), Rusbariand et al.
(2012), Antonio et al. (2013), Beik dan Fatmawati (2014), Pasaribu dan Firdaus
(2013), dan Prabowo (2013) adalah beberpa studi yang menguji pengaruh variabel
makroekonomi dan indeks global terhadap pergerakan harga saham, pengaruh
harga minyak dunia terhadap perekonomian dan harga saham, serta studi tentang
pergerakan indeks ISSI.
Penelitian Hubungan Makroekonomi terhadap Harga Saham
Menurut penelititan yang dilakukan oleh Nazwar (2008), Hayati (2011),
Hussin et al. (2012), Antonio et al. (2013), Beik dan Fatmawati (2014) bahwa
tingkat suku bunga (interst rate) mempunyai hubungan negatif terhadap harga
saham. Semakin tinggi tingkat suku bunga Bank Indonesia, semakin tinggi pula
tingkat suku bunga deposito dan pinjaman dari bank-bank di dalam negeri.
Sehingga mendorong investor yang rasional untuk beralih menanamkan modalnya
pada sekuritas perbankan yang memiliki nilai kepastian daripada menanamkan
modalnya di pasar modal dimana keuntungan yang akan diperoleh masih belum
pasti karena harga saham yang berfluktuasi.
Menurut penelitian Rusbariand et al. (2012), Beik dan Fatmawati (2014),
Pasaribu dan Firdaus (2013), dan Prabowo (2013), inflasi memiliki hubungan
negatif dengan harga saham. Hal ini dapat dipahami ketika inflasi meningkat,
perusahaan akan mengambil resiko terjadinya penurunan permintaan produk oleh
konsumen akibat lonjakan harga. Sedangkan bagi investor peningkatan inflasi
adalah ekspektasi bahwa suku bunga akan dinaikkan oleh bank sentral sehingga
mereka lebih memilih mengalihkan dananya pada skuritas perbankan seperti
deposito. Suta (2000) menyatakan bahwa besar kecilnya inflasi akan
memengaruhi suku bunga riil. Peningkatan inflasi juga dapat memicu kenaikan
suku bunga yang kemudian mengakibatkan investor lebih memilih investasi pada
instrumen yang memiliki pengembalian tetap.
Exchange Rate dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap pasar
modal bergantung pada kondisi perekonomian negara. Kurs yang rendah akan
lebih diharapkan dan berdampak positif bagi perusahaan yang berorientasi ekspor.
Hussin et al. (2012), Fatmawati (2013), Novianto (2011), Pasaribu dan Firdaus
(2013), Prabowo (2013), Rusbariand et al. (2012), dan Antonio et al. (2013)
dalam penelitianya bahwa penurunan Exchange Rates berdampak negatif terhadap
harga saham. Hal ini dapat dipahami bahwa bagi investor pelemahan kurs
menandakan prospek perekonomian yang suram akibat kondisi fundamental
perekonomian negara tersebut tidaklah kuat.

13

Penelitian Hubungan Harga Minyak Dunia terhadap Harga Saham
Hasil penelitian Hayati (2010), Rusbariand et.al (2012), Antonio et al.
(2013) menemukan pengaruh positif harga minyak dunia terhadapa JII, dan
Witjaksono (2010) menemukan pengaruh positif terhadap IHSG. Ini disebabkan
kenaikan harga minyak bukan karena berkurangnya penawaran, tetapi karena
meningkatnya permintaan. Selain karena hal tersebut fenomena respon positif
investor ini dapat terjadi pada pasar modal Indonesia, dimana sektor
pertambangan mendominasi transaksi perdagangan di pasar saham Indonesia
sebesar 39,7 persen yakni jauh lebih besar dari sektor-sektor lainnya.
Penelitian Terdahulu tentang Pergerakan Indeks ISSI
Pasaribu dan Firdaus (2013) meneliti tentang pengaruh variabel
makroekonomi terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) pada periode
penelitian Mei 2011 sampai April 2013. Penelitian ini menggunakan metode
regresi linier berganda. Variabel makroekonomi yang dianalisis dalam penelitian
ini adalah inflasi, tingkat suku bunga, dan jumlah uang beredar. Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa berdasarkan hasil estimasi regresi berganda, terlihat bahwa
inflasi memiliki hubungan yang negatif terhadap ISSI meskipun tidak signifikan.
Hal ini juga dikuatkan pada pengujian secara parsial yang menunjukkan hubungan
negatif antara inflasi dengan ISSI. Karena selama periode pengamatan, inflasi
Indonesia tergolong stabil dan terkendali rendah dimana setiap bulannya rata-rata
inflasi berkisar 0,44%, yang berarti dalam kondisi yang normal pada
perekonomian negara berkembang sehingga investor tidak memandang kenaikan
inflasi sebagai hambatan yang berarti. Variabel tingkat suku bunga BI memiliki
pengaruh positif terhadap indeks saham syariah Indonesia. Hubungan positif yang
terjadi antara tingkat suku bunga BI dan indeks saham syariah Indonesia
mengindikasikan bahwa tidak adanya hubungan substitusi antara sektor perbankan
dengan pasar modal. Kemudian variabel jumlah uang beredar memiliki pengaruh
yang positif terhadap indeks saham syariah Indonesia. Hal tersebut juga didukung
pada pengujian secara parsial yang menunjukkan hubungan positif dan signifikan
antara jumlah uang beredar terhadap indeks saham syariah Indonesia. Secara teori,
pertumbuhan jumlah uang beredar yang stabil akan meningkatkan daya beli
masyarakat sehingga berdampak pula terhadap peningkatan permintaan saham di
pasar modal.
Prabowo (2013) juga meneliti tentang pengaruh variabel makroekonomi:
Inflasi, SBIS, dan Jumlah Uang Beredar (M2). Penelitian ini menggunakan
pendekatan VAR pada periode penelitian Mei 2011 sampai April 2013. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa variabel SBIS dan variabel JUB yang
memiliki hubungan kausalitas dengan variabel ISSI, sedangkan inflasi tidak
memiliki hubungan kausalitas dengan ISSI. Dari ketiga variabel tersebut SBIS
memiliki pola dinamis yang cukup besar dibandingkan dengan variabel lainnya
terhadap variabel ISSI. Berdasarkan uji analisis variance decomposition, variabel
JUB memiliki guncangan (shocks) yang palin besar dibandingkan dengan variabel
lainnya terhadap variabel ISSI.
Perbedaan penelitian kali ini dengan studi yang dilakukan oleh Prabowo
(2013), dan Pasaribu dan Firdaus adalah selain menguji pengaruh makroekonomi
domestik terhadap ISSI, penelitian ini juga menguji pengaruh makroekonomi

14
global yaitu harga minyak dunia dan beberapa indeks global IMUS dan HSI,
dengan periode penelitian yang lebih panjang, dan menggunakan metode analisis
yang berbeda.

Kerangka Pikir

INVESTASI

Pasar Modal Syariah

Makroeko o i
Do estik: BI
Rate, I flasi,
Exchange Rate
ER USD/IDR

Indeks Saham
Syariah Indonesia
(ISSI)

VAR-VECM

Gambar 4 Kerangka Pikir

Makroeko o i
Global: Harga
Mi yak Du ia,
IMUS, HSI

15

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan pada variabel dalam penelitian ini adalah data
sekunder time series bulanan mulai dari Mei 2011 sampai Agustus 2014. Datadata untuk penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber diantaranya:
Tabel 1 Sumber data
No.
Data yang digunakan
Satuan
Sumber
1. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
Indeks
duniainvestasi.com
2. BI Rate
Persen
Bank Indonesia
3. Inflasi
Persen
Bank Indonesia
4. Exchange Rare (ER)
USD/IDR
Bank Indonesia
5. Harga minyak dunia West Texas
USD/barel economagic.com
Intermediate (WTI)
6. Hang Seng Index (HSI)
Indeks
yahoo finance
7. Dow Jones Islamic Market Index US
Indeks
google finance
(IMUS)
Variabel dan Definisi Variabel
Berikut ini penjelasan mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian:
a. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) adalah indeks harga saham berbasis
syariah yang ada di Indonesia.
b. BI Rate mengambarkan suku bunga Bank Indonesia
c. Inflasi adalah gambaran tingkat harga barang dan jasa yang ada di Indonesia.
d. Exchange Rare (ER) merupakan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS
(USD/IDR)
e. Harga minyak dunia West Texas Intermediate (WTI) merupakan harga
minyak yang diperdagangkan di dunia.
f. Hang Seng Index (HSI) adalah indeks saham yang ada di Hongkong China.
g. Dow Jones Islamic Market Index US (IMUS) adalah indeks saham berbasis
syariah yang ada di Amerika Serikat.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis yang bersifat deskriptif dan
kuantitatif. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Vector Autoregression (VAR) apabila semua data yang digunakan stasioner pada
level. Namun bila data belum stasioner pada tingkat level maka dilanjutkan
dengan metode Vector Error Correction Model (VECM). Semua data dalam
penelitian ini ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural (ln) kecuali BI
Rate dan Inflasi. Data-data tersebut diolah menggunakan perangkat lunak
(software) Microsoft Excel 2010 dan Eviews 6.

16
Metode Vector Autoregression (VAR)
Metode VAR merupakan rangkaian metode multivariate time series
analysis. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Christopher Sims pada
tahun 1980. Stock dan Watson dalam Firdaus (2011) memaparkan bahwa jika
sebelumnya univariate autoregression merupakan sebuah persamaan tunggal
dengan model linier variabel tunggal, di mana nilai sekarang dari masing-masing
variabel dijelaskan oleh nilai lag-nya sendiri, maka VAR merupakan sebuah npersamaan dengan n-variabel, di mana masing-masing variabel dijelaskan oleh
nilai lag-nya sendiri, serta nilai saat ini dan masa lampaunya (current and past
values). Menurut Arsana dalam Firdaus (2011), alat analisis yang disediakan oleh
VAR bagi deskripsi data, peramalan, inferensi struktural, dan analisis kebijakan
dilakukan melalui empat macam penggunaannya, yakni Forecasting, Impuls
Response Function (IRF), Forecast Error Variance Decomposition (FEVD), dan
Granger Causality Test. Persamaan VAR dapat dituliskan dalam bentuk sebagai
berikut:
yt = A0 + A1yt-1 + A2yt-2 + … + Apyt-p + εt
Dimana:
yt
= vektor berukuran (n x 1) yang berisikan n variabel yang terdapat dalam
sebuah model VAR
A0
= vektor independen intersep berukuran (n x 1)
Ai
= matriks koefisien/parameter berukuran (n x n) untuk setiap i=1,2,3,….p
εt
= vektor error berukuran (n x 1)
Metode Vector Error Correction Model (VECM)
Vector Error Correction Model (VECM) merupakan bentuk VAR yang
terestriksi. Enders dalam Firdaus (2011) Restriksi tambahan ini harus diberikan
karena keberadaan bentuk data yang tidak stasioner pada level, VECM kemudian
memanfaatkan informasi restriksi kointegrasi tersebut ke dalam spesifikasinya.
Oleh karena itu VECM sering disebut sebagai desain VAR bagi series
nonstasioner yang memiliki hubungan kointegrasi. Dengan demikian, dalam
VECM terdapat speed of adjustment dari jangka pendek ke jangkapanjang
(Firdaus 2011). Spesifikasi model VECM secara umum adalah sebagai berikut:
Δyt = µ 0x + µ 1xt + Πxyt-1 + ∑

xiΔyt-i

+ εt

Dimana:
yt
= vektor yang berisi variabel yang dianalisis dalam penelitian
µ 0x
= vektor intersep
µ 1x
= vektor koefisien regresi
t
= time trend
Πx
= αxβ’ dimana β’ mengandung persamaan kointegrasi jangka panjang
yt-1
= variabel in-level
Γix
= matriks koefisien regresi
k-1
= ordo VECM dari VAR
εt
= error term

17
Uji Stasioneritas Data
Asumsi data yang stasioner merupakan syarat pertama pengaplikasian
dalam mengolah data time series yaitu dengan uji akar unit (unit root test). Data
yang tidak stasioner dapat menghasilkan regresi yang lacung (spurious
regression) yaitu regresi yang menggambarkan hubungan dua variabel atau lebih
yang terlihat signifikan secara statistik padahal kenyatannya tidak. Data yang
digunakan dalam penelitian ini berpotensi tidak stasioner karena adanya unit root
pada tingkat level, maka harus diadakan uji stasioneritas. Uji stasioneritas data
dalam penelitian ini menggunakan Augmented Dickey Fuller (ADF) pada tingkat
level dan first difference. Apabila nilai mutlak t-ADF lebih besar dari nilai mutlak
MacKinnon Critical Values-nya maka data telah stasioner pada taraf nyata yang
telah ditentukan. Jika data stasioner maka VAR dapat digunakan akan tetapi jika
tidak stasioner maka ada dua pilihan yaitu menggunakan VAR dalam bentuk first
diference atau VECM.
Uji Lag Optimal
Lag optimum memiliki tujuan untuk menunjukkan berapa lama reaksi
suatu variabel terhadap variabel lainnya serta menghilangkan masalah
autokolerasi dalam sebuah sistem VAR (Firdaus 2011). Pengujian panjang lag
diidentifikasi berdasarkan kriteria Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz
Criterion (SC) dan Hanan-Quinn (HQ) yang terkecil.
Uji Stabilitas Model VAR
Uji stabilitas VAR dilakukan dengan menghitung akar-akar dari fungsi
polinomial atau dikenal dengan roots of characteristic polinomial. Jika semua
akar dari fungsi polinomial tersebut berada di dalam unit circle maka model VAR
tersebut dianggap stabil sehingga Impuls Response Function (IRF) dan Forecast
Error Variance Decomposition (FEVD) yang dihasilkan dianggap valid (Firdaus
2011).
Uji Kointegrasi
Tujuan dari uji kointegrasi adalah untuk menentukan kointegrasi antar
variabel yang tidak stasioner sebelum dideferensiasi namun stasioner pada first
difference. Kointegrasi juga dapat diartikan sebagai hubungan jangka panjang
antar variabel yang terintegrasi. Konsep kointegrasi dikemukakan oleh EngleGranger pada tahun 1987 sebagai kombinasi linear dari dua atau lebih variabel
yang tidak stasioner. Kombinasi linear ini dikenal dengan istilah persamaan
kointegrasi dan dapat diinterpretasikan sebagai hubungan keseimbangan jangka
panjang di antara variabel (Verbeek dalam Firdaus 2011). Setelah jumlah
persamaan yang terkointegrasi telah diketahui, analisis Vector Error Correction
Model (VECM) dapat dilakukan. Terdapat tiga cara untuk menguji kointegrasi
yaitu: 1. Uji Kointegrasi Durbin-Watson, 2. Uji Cointegrating Regression Durbin
Waston (CDRW), dan 3. dan Cointegrating Johansen test (Firdaus 2011). Cara
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Cointegrating Johansen test.

18
Uji Kausalitas Granger
Uji kausalitas granger dilakukan untuk melihat hubungan kausalitas di
antara variabel-variabel yang ada dalam model. Uji ini untuk mengetahui apakah
suatu variabel bebas (independent variable) meningkatkan kinerja forecasting dari
variabel tidak bebas (dependent variable) (Firdaus 2011).
Impulse Response Function (I