Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Cyber Extension

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PEMANFAATAN CYBER EXTENSION

UMI ATHIAH

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Pemanfaatan Cyber Extension adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun serta sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Umi Athiah
NIM I34100136

ii

ABSTRAK
UMI ATHIAH. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Cyber
Extension. Dibawah Bimbingan HADIYANTO
Cyber extension secara umum bertujuan untuk mengembangkan sistem
informasi pertanian berbasis web terpadu; tepat guna; dan bermanfaat bagi penyuluh,
kelembagaan penyuluhan, serta para pelaku agribisnis ataupun masyarakat pada
umumnya. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan karakteristik penyuluh,
persepsi penyuluh mengenai karakteristik cyber extension, dan faktor eksternal
dengan intensitas pemanfaatan cyber extension dan tingkat manfaat yang dirasakan.
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan jumlah sampel sebanyak 36
penyuluh yang memanfaatkan cyber extension. Hasil uji statistik Rank Spearman dan

Chi-Square menunjukkan bahwa hanya usia, kepemilikan media massa modern,
pengalaman menggunakan internet, dan tingkat motivasi yang berhubungan dengan
intensitas pemanfaatan cyber extension dan tingkat manfaat yang dirasakan. Pada
persepsi mengenai karakteristik cyber extension hanya satu yang berhubungan dengan
intensitas pemanfaatan cyber extension dan tingkat manfaat yang dirasakan, yaitu
persepsi mengenai tingkat kemungkinan dicoba. Faktor eksternal tidak berhubungan
dengan intensitas pemanfaatan cyber extension dan tingkat manfaat yang dirasakan.

Kata kunci: cyber extension, faktor eksternal, karakteristik, pemanfaatan media,
penyuluh

ABSTRACT
UMI ATHIAH. Associated Factors of the Use of Cyber Extension. Supervised by
HADIYANTO
Cyber extension generally aims to develop agricultural information system
based on integrated web; efficient; and beneficial to the agricultural extension,
the extension institutional, and also agribusiness actors or society in general. The
aims of this study were to determine the relationships of agricultural extension
counselor characteristic, the counselor perceptions of cyber extension
characteristics, and associated external factors of the intensity use of cyber

extension and level of perceived usefulness. This study used survey method with a
a sample of 36 agricultural extension counselors that used cyber extension.
Results of statistical analysis of Spearman Rank test and Chi-Square showed that
only age, the modern mass media possession, the experience of using the internet,
and the level of motivation which had associated with the intensity use of cyber
extension and level of perceived usefulness. While for the perceptions of the
characteristics of cyber extension showed that only one perception variable had
related with the extension and intensity use of cyber extension and level of
perceived, which is perceived level of probability attempt of cyber extension. The
result showed that no relation of external factors with intensity of use of cyber
extension and level of perceived usefulness.
Key word: cyber extension, external factors, characteristics, the use of media,
agricultural extension counselor

iv

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PEMANFAATAN CYBER EXTENSION

UMI ATHIAH


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

vi

Judul Skripsi
Nama
NIM


: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Cyber
Extension
: Umi Athiah
: I34100136

Disetujui oleh

Ir Hadiyanto, MSi
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: ________________

viii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang masih
memberikan nikmat jasmani dan rohani serta waktu yang bermanfaat bagi penulis
sehingga skripsi dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Pemanfaatan Cyber Extension” dapat diselesaikan tanpa hambatan dan masalah
yang berarti. Shalawat dan salam senantiasa penulis sampaikan kepada Rasulullah
SAW, dan para sahabat hingga tabi’in dan pengikutnya hingga hari akhir. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak.
Ucapan terimakasih penulis berikan kepada bapak Ir Hadiyanto, MSi selaku
dosen pembimbing atas bimbingan, saran, dan curahan waktunya kepada penulis
selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis
yaitu Ibunda Umroh dan Ayahanda Rusli Sahal selaku orang tua tercinta, Lita
Jahidah, Silma Mausuli selaku kakak tersayang, Rusydah Afifi selaku adik
tersayang. Terima kasih bagi saudara-saudara terdekat penulis yaitu Pia A, Sarah
I, Rima F, Putri R, Dwi R, Ratu A, Shita R, dan Nurul F, yang telah memberikan
doa, dukungan, kasih sayang, kritikan, saran, memberikan motivasi, semangat,
dan menemani penulis dalam proses penulisan laporan ini dan tidak lupa kepada
seluruh keluarga besar SKPM 47 atas kebersamaannya. Terima kasih untuk teman
satu pembimbing yaitu Atrina Dwi Putri dan Ditha Fitrialdi Putri yang sama-sama

memberi semangat serta doa. Penulis juga berterima kasih kepada seluruh
penyuluh BP3K Wilayah Cibinong yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
menjadi responden dalam penelitian ini. Penulis juga berterima kasih kepada
Bapak Darwin selaku Admin Pusat Cyber extension di Badan Pengembangan
Penyuluhan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) di Kementrian
Pertanian Republik Indonesia yang bersedia membagi informasi pengguna cyber
extension di wilayah Bogor. Penulis mengetahui bahwa karya ini belumlah
sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Akhir
kata semoga skripsi ini dapat menghasilkan laporan yang bermanfaat bagi banyak
pihak.
Bogor, Juli 2014
Umi Athiah

x

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

xix


DAFTAR LAMPIRAN

xxi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Masalah Penelitian

3

Tujuan Penelitian

3


Kegunaan Penelitian

3

PENDEKATAN TEORITIS

5

Tinjauan Pustaka

5

Cyber Extension sebagai Sistem Informasi Kegiatan Penyuluhan

5

Implementasi Cyber Extension di Indonesia

6


Sistem Kerja Cyber Extension di Beberapa Negara

6

Media Komunikasi dan Inovasi Pertanian

7

Karakteristik Penyuluh

10

Persepsi

11

Faktor Eksternal

11


Pemanfaatan Cyber Extension

12

Kerangka Pemikiran

14

Hipotesis

15

Definisi Operasional
PENDEKATAN LAPANG

19

Lokasi dan Waktu Penelitian

19

Teknik Pengambilan Sampel

19

Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

20

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

20

GAMBARAN

UMUM

BALAI

PENYULUHAN

PERTANIAN

PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP3K) WILAYAH CIBINONG

21

xii

Letak Geografis BP3K Wilayah Cibinong

21

Profil BP3K Wilayah Cibinong

22

Visi Misi dan Fungsi BP3K Wilayah Cibinong

24

Kegiatan dan Program BP3K Wilayah Cibinong

24

Profil Website Cyber Extension

25

KARAKTERISTIK
KARAKTERISTIK

PENYULUH,

PERSEPSI

MENGENAI

27

CYBER EXTENSION, FAKTOR EKSTERNAL

PENYULUH, PEMANFAATAN CYBER EXTENSION
Karakteristik Penyuluh di Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan

27

Kehutanan (BP3K) Wilayah Cibinong
Usia

27

Jenis Kelamin

27

Tingkat Pendidikan Formal

27

Tingkat Penghasilan

29

Kepemilikan Media

29

Pengalaman Menggunakan Internet

30

Tingkat Motivasi

30

Ikhtisar

30

Persepsi Penyuluh mengenai Karakteristik Cyber Extension di Balai

31

Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Wilayah
Cibinong
Tingkat Keuntungan Relatif

31

Tingkat Kesesuaian

33

Tingkat Kemungkinan dicoba

33

Tingkat Kemungkinan diamati

33

Tingkat Kerumitan

34

Ikhtisar

34

Faktor Eksternal dalam Pemanfaatan Cyber Extension di Balai
Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan

34

(BP3K) Wilayah

Cibinong
Ketersediaan Sarana Mengakses Internet

35

xiv

Kesempatan Mengikuti Pelatihan

35

Ikhtisar

35

Pemanfaatan Cyber Extension

36

Intensitas Pemanfaatan Cyber Extension

36

Tingkat Manfaat yang dirasakan

37

Ikhtisar

37

HUBUNGAN

KARAKTERISTIK

PENYULUH

DENGAN

39

PEMANFAATAN CYBER EXTENSION
Hubungan Usia dengan Pemanfaatan Cyber Extension

39

Hubungan Jenis Kelamin dengan Pemanfaatan Cyber Extension

40

Hubungan Tingkat Penghasilan dengan Pemanfaatan Cyber Extension

41

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pemanfaatan Cyber Extension

42

Hubungan Pengalaman Menggunakan Internet dengan Pemanfaatan

43

Cyber Extension
Hubungan Kepemilikan Media Massa Modern dengan Pemanfaatan

44

Cyber Extension
Hubungan Tingkat Motivasi dengan Pemanfaatan Cyber Extension

45

Ikhtisar

45

HUBUNGAN PERSEPSI MENGENAI KARAKTERISTIK CYBER

47

EXTENSION DENGAN PEMANFAATAN CYBER EXTENSION
Hubungan Persepsi Penyuluh mengenai Tingkat Keuntungan Relatif

47

dengan Pemanfaatan Cyber Extension
Hubungan Persepsi Penyuluh mengenai Tingkat Kesesuaian dengan

48

Pemanfaatan Cyber Extension
Hubungan Persepsi Penyuluh mengenai Tingkat Kemungkinan dicoba

49

dengan Pemanfaatan Cyber Extension
Hubungan Persepsi Penyuluh mengenai Tingkat Kemungkinan diamati

50

dengan Pemanfaatan Cyber Extension
Hubungan Persepsi Penyuluh mengenai Tingkat Kerumitan dengan

51

Pemanfaatan Cyber Extension
Ikhtisar

52

xvi

HUBUNGAN

FAKTOR

EKSTERNAL

PENYULUH

DENGAN

53

PEMANFAATAN CYBER EXTENSION
Hubungan

Ketersediaan

Sarana

Mengakses

Internet

dengan

53

Hubungan Kesempatan Mengikuti Pelatihan dengan Pemanfaatan

54

Pemanfaatan Cyber Extension

Cyber Extension
Ikhtisar
SIMPULAN DAN SARAN

55
57

Simpulan

57

Saran

57

DAFTAR PUSTAKA

59

LAMPIRAN

61

RIWAYAT HIDUP

67

xviii

DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14
Tabel 15
Tabel 16
Tabel 17

Tabel 18
Tabel 19
Tabel 20
Tabel 21

Pemanfaatan cyber extension (diinspirasi dari Browning et al.
2008 seperti dikutip oleh Mulyandari 2011 )
Luas wilayah kerja BP3K Cibinong
Jumlah penyuluh yang bertugas di BP3K Wilayah Cibinong
tahun 2013
Jumlah dan persentase penyuluh berdasarkan karakteristik
demografi di BP3K Wilayah Cibinong
Distribusi responden berdasarkan jawaban dari pernyataan dim
karakteristik cyber extension
Jumlah dan persentase penyuluh berdasarkan faktor eksternal
penyuluh di BP3K Wilayah Cibinong
Jumlah dan persentase penyuluh berdasarkan pemanfaatan
cyber extension di BP3K Wilayah Cibinong
Hasil uji statistik hubungan usia dengan pemanfaatan cyber
extension
Hasil uji Chi Square jenis kelamin dengan pemanfaatan cyber
extension
Hasil uji statistik hubungan tingkat penghasilan dengan
pemanfaatan cyber extension
Hasil uji statistik hubungan tingkat pendidikan dengan
pemanfaatan cyber extension
Hasil uji statistik hubungan pengalaman menggunakan internet
dengan pemanfaatan cyber extension
Hasil uji statistik hubungan
kepemilikan media dengan
pemanfaatan cyber extension
Hasil uji statistik hubungan tingkat motivasi dengan
pemanfaatan cyber extension
Hasil uji statistik hubungan persepsi penyuluh mengenai tingkat
keuntungan relatif dengan pemanfaatan cyber extension
Hasil uji statistik hubungan persepsi penyuluh mengenai
tingkat kesesuaian dengan pemanfaatan cyber extension
Hasil uji statistik hubungan persepsi penyuluh mengenai
tingkat kemungkinan dicoba dengan pemanfaatan cyber
extension
Hasil uji statistik hubungan persepsi penyuluh mengenai tingkat
kemungkinan diamati dengan pemanfaatan cyber extension
Hasil uji statistik hubungan persepsi penyuluh mengenai
tingkat kerumitan dengan pemanfaatan cyber extension
Hasil uji statistik hubungan ketersediaan sarana mengakses
internet dengan pemanfaatan cyber extension
Hasil uji statistik hubungan kesempatan mengikuti pelatihan
dengan pemanfaatan cyber extension

13
25
25
27
31
33
35
39
40
41
42
43
44
45
47
48
49

50
51
53
54

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4

Peta lokasi penelitian
Kerangka sampling penyuluh
Dokumentasi penelitian
Hasil uji statistik Chi-Square dan Rank Spearman

61
62
63
64

xxii

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Saat ini, perkembangan pasar bebas di era globalisasi ekonomi sudah mulai
tampak di pasaran dalam negeri. Berdasarkan data statistik realisasi impor
komoditas pangan yang diolah Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
(Pusdatin) menyatakan bahwa pada September 2013 komoditas utama impor
subsektor ini adalah gandum/meslin segar yang mencapai US$158.30 juta, jagung
segar sebesar US$ 33.95 juta dan beras sebesar US$ 26.99 juta (Pusat Data dan
Sistem Informasi Pertanian 2013). Kondisi ini menuntut petani untuk
meningkatkan produk pertanian dalam negeri. Hal ini dapat diwujudkan melalui
peningkatan kualitas petani dan peningkatan kemandirian petani melalui
pemberdayaan dan perlindungan petani.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2013
tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, pemberdayaan petani adalah
segala upaya untuk meningkatkan kemampuan petani untuk melaksanakan usaha
tani yang lebih baik melalui pendidikan dan pelatihan, penyuluhan dan
pendampingan, pengembangan sistem dan sarana pemasaran hasil pertanian,
konsolidasi dan jaminan luasan lahan pertanian, kemudahan akses ilmu
pengetahuan, teknologi dan informasi serta penguatan kelembagaan petani. Salah
satu yang dibutuhkan untuk memberdayakan petani adalah penyuluhan dan
pendampingan petani agar menjadi petani yang mandiri dan profesional dalam
meningkatkan produktivitasnya.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan, penyuluhan pertanian perikanan
dan kehutanan yang selanjutnya disebut penyuluhan adalah proses pembelajaran
bagi pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi dan
permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraan, serta meningkatkan
kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Pelaksanakan penyuluhan yang tepat guna membutuhkan teknologi
informasi yang dapat menjangkau khalayak luas untuk melaksanakan kegiatan
penyuluhan, yaitu dengan menggunakan media hibrida. Sejak tahun 2009
Kementrian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) telah memfasilitasi media on-line yang
dinamakan cyber extension. Cyber extension merupakan sistem informasi
penyuluhan pertanian melalui media internet yang dibangun untuk mendukung
penyediaan materi penyuluhan dalam memfasilitasi proses pembelajaran
agribisnis pelaku utama dan pelaku usaha. Pengembangan cyber extension secara
umum bertujuan untuk mengembangkan sistem informasi pertanian berbasis web
terpadu, terintegrasi, tepat guna dan bermanfaat bagi penyuluh, kelembagaan
penyuluhan serta para pelaku agribisnis ataupun masyarakat pada umumnya.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 2 Tahun 2008 pasal 8 bahwa penyuluhan
pertanian melalui website merupakan salah satu tugas penyuluh pertanian

2
terutama bagi penyuluh pertanian yang telah menyandang jabatan fungsional
sebagai Penyuluh Pertanian Ahli.
Cyber extension dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pelayanan data dan
informasi penyuluhan yang memadai sehingga dapat memfasilitasi proses
pembelajaran penyuluh. Selain itu, melalui cyber extension penyuluh dapat
berinteraksi dengan penyuluh lain, pelaku utama, dan pelaku usaha lainnya
sehingga komunikasi lebih praktis. Cyber extension juga dapat dimanfaatkan oleh
petani untuk memperoleh informasi pertanian yang antara lain meliputi teknologi
budidaya, pola tanam, jadwal tanam varietas baru dan produksi tinggi, komoditas
yang sedang dibutuhkan konsumen, harga pasar dan lain-lain. Hal ini dapat
mendukung petani untuk mendapatkan informasi sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan teknologi. Pemanfaatan cyber extension diharapkan dapat
mengatasi kesenjangan informasi antara petani pemasok dengan petani pemasar
serta dengan pihak yang terlibat dalam kegiatan pengembangan pertanian. Cyber
extension sudah diimplementasikan di Indonesia sejak tahun 2004, salah satunya
melalui telecenter di bawah program Partnerships for e-Prosperity for the poor
(Pe-PP) salah satunya di Desa Pabelan, Magelang Jawa tengah (Sumardjo et al.
2010).
Hasil penelitian Permatasari (2013) menyatakan bahwa pemanfaatan cyber
extension di kalangan petani masih belum optimal. Hal ini dikarenakan mayoritas
petani masih menggunakan media konvensional dan komunikasi secara
interpersonal. Petani juga sulit membangun networking melalui cyber extension
karena ketidakmampuan petani dalam menggunakan cyber extension. Hasil
penelitian yang berkaitan dengan pemanfaatan media oleh penyuluh yaitu
penelitian Anwas (2009) terdapat faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan
media oleh penyuluh secara intensif yaitu tingkat pendidikan formal, dukungan
keluarga, dan tingkat kepemilikan media komunikasi dan informasi. Hal ini
mengindikasikan bahwa ketersediaan media komunikasi memengaruhi
pemanfaatan media.
Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) merupakan
balai penyuluhan di tingkat kecamatan yang dijadikan sebagai percontohan
kelembagaan penyuluhan yang ideal di tingkat kecamatan. Balai Penyuluh ini
memiliki tugas untuk menyediakan informasi mengenai teknologi pertanian, pasar
dan permodalan kepada petani melalui penyuluh. Informasi tersebut disalurkan
melalui kegiatan penyuluhan. Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan
Kehutanan (BP3K) Wilayah Cibinong merupakan salah satu balai penyuluhan
yang berada di Kabupaten Bogor. Balai penyuluhan ini menaungi lima kecamatan
untuk kegiatan penyuluhan.
Faktor-faktor dominan yang berhubungan dengan cyber extension sangat
penting dianalisis untuk mengetahui sejauh mana pemanfaatan cyber extension di
kalangan penyuluh. Menurut Mulyandari (2011) aplikasi teknologi perlu
memperhatikan karakteristik teknologi informasi dan komunikasi inovasi
pertanian sebagai media baru atau inovasi, di samping itu juga perlu mengetahui
faktor lain yang memengaruhi dilihat dari sisi internal (individu) dan eksternal
(lingkungan luar). Karakteristik individu, persepsi mengenai karakteristik cyber
extension serta faktor lingkungan dapat menentukan pemanfaatan cyber extension.
Oleh karena itu untuk mengetahui sejauh mana pemanfaatan cyber extension di

3
kalangan penyuluh, maka penting untuk dianalisis faktor-faktor dominan yang
berhubungan dengan pemanfaatan media cyber extension.

Masalah Penelitian
Karakteristik setiap penyuluh yang berada di Balai Penyuluhan Pertanian
Perikanan dan Kehutanan (BP3K) masing-masing berbeda. Usia, jenis kelamin,
tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, kepemilikan media massa modern,
pengalaman menggunakan internet dan tingkat motivasi dapat berhubungan
dengan dengan pemanfaatan cyber extension. Karakteristik penyuluh merupakan
salah satu faktor internal yang terdapat dalam diri penyuluh. Karakteristik yang
ada pada suatu media inovasi dapat berhubungan dengan penilaian seseorang
terhadap media tersebut. Cyber extension merupakan suatu inovasi dimana inovasi
tersebut memiliki lima karakteristik menurut Rogers (2003) yaitu keuntungan
relatif, kerumitan penggunaan, kesesuaian atau tidaknya dengan kebutuhan,
kemudahan untuk diaplikasikan, kemudahan untuk dilihat hasilnya. Karakteristik
atau ciri yang melekat pada sesuatu menimbulkan persepsi di kalangan penyuluh
saat memanfaatkan cyber extension. Persepsi juga merupakan salah satu faktor
internal dalam tiap-tiap penyuluh. Pemanfaatan cyber extension di kalangan
penyuluh juga dapat berhubungan dengan lingkungan bekerja. Ketersediaan
sarana mengakses internet, kesempatan mengikuti pelatihan dapat berhubungan
dengan intensitas pemanfaatan cyber extension dan tingkat manfaat yang
dirasakan. Sangat diperlukan suatu upaya untuk menganalisis faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemanfaatan cyber extension. Oleh karena itu, dapat
dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik penyuluh, persepsi penyuluh mengenai karakteristik
cyber extension, faktor eksternal penyuluh, dan pemanfaatan cyber extension?
2. Bagaimana hubungan karakteristik penyuluh dengan pemanfaatan cyber
extension?
3. Bagaimana hubungan persepsi mengenai karakteristik cyber extension dengan
pemanfaatan cyber extension?
4. Bagaimana hubungan faktor eksternal penyuluh dengan pemanfaatan cyber
extension?

Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi karakteristik penyuluh, persepsi penyuluh mengenai
karakteristik cyber extension, faktor eksternal penyuluh, dan pemanfaatan
cyber extension
2. Menganalisis hubungan karakteristik penyuluh dengan pemanfaatan cyber
extension
3. Menganalisis hubungan persepsi penyuluh mengenai karakteristik cyber
extension dengan pemanfaatan cyber extension
4. Menganalisis hubungan faktor eksternal penyuluh dengan pemanfaatan cyber
extension

4
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan
referensi dan kajian bagi penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemanfaatan cyber extension dikalangan pemasar
maupun dilembaga penelitian
2. Kalangan non akademisi, seperti Departemen Pertanian diharapkan dapat
bermanfaat untuk menjalankan program kerja departemen pertanian dan
menjadi bahan evaluasi bagi setiap balai yang bertanggung jawab dibidang
penyuluhan sehingga sistem cyber extension ini dapat terus diperbaiki dan
ditingkatkan kualitasnya agar lebih efektif.
3. Bagi penyuluh, khususnya penyuluh pertanian diharapkan dapat menambah
pengetahuan mengenai sejauh mana pemanfaatan cyber extension di kalangan
penyuluh dan mengetahui faktor apa saja yang memengaruhi pemanfaatan
cyber extension di kalangan penyuluh.

5

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Cyber Extension sebagai Sistem Informasi Kegiatan Penyuluhan
Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999) kemampuan agen penyuluhan
untuk memengaruhi petani mengalami peningkatan, sebagian disebabkan oleh
pembangunan di bidang teknologi komunikasi dan informasi, dan sebagian lagi
penggunaan ilmu-ilmu sosial dalam penyuluhan. Model konvergensi komunikasi
yang dirumuskan Rogers dan Kincaid (1981) dianggap layak ditempatkan sebagai
paradigma dominan dalam komunikasi inovasi penyuluhan pertanian sesuai
dengan hasil uji yang dilakukan Sumardjo dalam disertasinya pada tahun 1999
yang menunjukkan bahwa model tersebut lebih efisien dan efektif dalam sistem
penyuluhan pertanian. Model komunikasi secara konvergen dianggap sebagai
bentuk komunikasi inovasi dalam penyuluhan pertanian. Hal ini diduga dapat
dipercepat prosesnya apabila didukung oleh aplikasi sistem jaringan teknologi
informasi yang handal sehingga terjadi keterpaduan antara kebutuhan petani
dengan kebutuhan pihak-pihak terkait.
Cyber extension adalah adalah mekanisme pertukaran informasi pertanian
melalui area cyber, suatu ruang imajiner-maya di balik interkoneksi jaringan
komputer melalui peralatan komunikasi. Cyber extension ini memanfaatkan
kekuatan jaringan, komunikasi komputer dan multimedia interaktif untuk
memfasilitasi mekanisme berbagi informasi atau pengetahuan (Wijekoon et al.
2009). Jaringan yang digunakan merupakan jaringan internet yang merupakan
salah satu jenis media massa modern. Menurut Vivian (2008) internet merupakan
sebuah jaringan dasar yang membawa pesan. Internet berasal dari sistem
komunikasi militer AS yang dibuat pada tahun 1969 yang disebut ARPAnet
(Advanced Research Project Agency Network). Lain halnya dengan istilah web.
Web merupakan struktur kode-kode yang mengizinkan pertukaran bukan hanya
antarteks, tetapi juga grafis, video dan audio. Selanjutnya kode-kode tersebut
mudah untuk dipahami orang awam sehingga mereka tidak perlu tau kode tersebut
untuk masuk ke isi web. Selain itu, dasar-dasar kode web diterima secara
universal sehingga memungkinkan semua orang yang memiliki komputer,
modem, dan koneksi internet masuk ke dalam web global.
Model komunikasi cyber extension mengumpulkan atau memusatkan
informasi yang diterima oleh petani dari berbagai sumber yang berbeda maupun
yang sama dan disederhanakan dalam bahasa lokal disertai dengan teks dan
ilustrasi audio visual yang dapat disajikan atau diperlihatkan kepada seluruh
masyarakat desa terutama petani (Sumardjo et al. 2010). Lebih lanjut dikatakan
bahwa knowledge sharing model (model berbagi pengetahuan) merupakan salah
satu cara yang digunakan untuk memberikan kesempatan kepada anggota suatu
kelompok, organisasi, instansi atau perusahaan untuk berbagi ilmu pengetahuan,
teknik, pengalaman, dan ide yang dimiliki kepada anggota lainnya. Cyber
extension diharapkan dapat membantu mewujudkan jaringan informasi bidang
pertanian sampai ditingkat petani dapat diwujudkan.

6
Implementasi Cyber extension di Indonesia
Hasil penelitian Mulyandari (2011) di wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur
mengenai cyber extension terhadap keberdayaan petani menyatakan sebagian
besar petani merasakan manfaat cyber extension sudah sesuai dengan kebutuhan.
Petani juga merasakan keuntungan dari pemanfaatan cyber extension dari segi
ekonomi dalam mendukung kegiatan usahatani apabila dibandingkan dengan
teknologi informasi sebelumnya. Keuntungan yang dirasakan sangat nyata oleh
petani yaitu dapat menghemat waktu dan biaya transportasi karena dibantu
pemanfaatan cyber extension. Tingkat pemanfaatan cyber extension pada hasil
penelitian ini sudah sangat baik. Petani menggunakan telepon genggam untuk
melakukan kegiatan komunikasi dengan petani lainnya, petani juga mengakses
informasi pasar maupun teknologi melalui online, selain itu petani juga
melakukan promosi produk pertaniannya. Faktor dominan yang secara nyata
memberikan pengaruh positif terhadap tingkat pemanfaatan cyber extension
adalah karakteristik individu dan perilaku (sikap dan keterampilan) petani dalam
memanfaatkan teknologi informasi. Selanjutnya, tingkat keberdayaan petani
dipengaruhi secara dominan oleh perilaku dalam memanfaatkan teknologi
informasi, tingkat pemanfaatan cyber extension, karakteristik individu (tingkat
kekosmopolitan), persepsi terhadap karakteristik cyber extension, dan faktor
lingkungan (ketersediaan sarana teknologi informasi).
Hasil penelitian Permatasari (2013) menyatakan bahwa pemanfaatan cyber
extension di kalangan petani masih belum optimal. Umumnya petani masih
dominan menggunakan media konvensional dan komunikasi secara interpersonal.
Petani belum memiliki kemampuan untuk membangun networking melalui cyber
extension. Persepsi petani pengguna mengenai keuntungan dari cyber extension
berhubungan dengan karakteristik petani pada tingkat pendidikan formal.
Sistem Kerja Cyber Extension di Beberapa Negara
Berdasarkan hasil kajian Sumardjo et al. (2010) terdapat beberapa negara
yang sudah menerapkan sistem kerja cyber extension, antara lain yaitu Cina,
Kenya, India, Peru, dan Thailand. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing
negara yang menerapkan sistem kerja cyber extension.
1. Cina, pada awal abad ke-20 para pengusaha besar sudah mulai akses informasi
pasar melalui mesin telegram rumah ke pedagang harian sampai pada akhir
dekade. Akhir abad 20, para pengusaha sudah mulai akses informasi pasar
melalui PC desktop. Saat ini tidak hanya pengusaha besar yang dapat akses
informasi melainkan juga petani yang sudah mulai akses informasi pasar
melalui telepon selular dengan biaya yang relatif murah. Telepon selular
merupakan media yang memiliki kemampuan tinggi dalam pengembangan
strategi untuk teknologi pemasaran, termasuk pemasaran produk pertanian
yang sangat fluktuatif (BBC News 2004a seperti dikutip oleh Sumardjo et al.
2010). Pengembangan teknologi pemasaran produk negara Cina dipasaran
global melalui pengembangan website khusus untuk produk yang dihasilkan
negara Cina termasuk produk pertanian. Melalui teknologi ini, proses
perdagangan global yang melibatkan pedagang dan perusahaan besar dalam
dan luar negeri untuk produk Cina dapat berkembang dengan pesat.
2. Kenya, salah satu proyek untuk meningkatkan akses petani miskin terhadap
informasi pertanian adalah Kenya Agricultural Commodities Exchange

7
(KACE). KACE dibangun oleh perusahaan swasta sejak tahun 1997 untuk
memfasilitasi bertemunya penjual dan pembeli yang berhubungan dengan
komoditas pertanian, menyiapkan informasi pemasaran secara tepat waktu,
menyiapkan mekanisme harga komoditas yang kompetitif untuk pemberdayaan
dan peningkatan pendapatan petani di pedesaan. Informasi yang dapat diakses
oleh petani ini telah mampu mempercepat proses penyebaran informasi pasar
ke petani miskin lainnya. Wilayah yang ada jaringan Safaricom, petani setiap
saat dapat mudah akses informasi seperti informasi harga komoditas di pasarpasar yang berbeda, siapa pembeli dan penjualnya, berapa harganya, kapan dan
dimana melakukan transaksi, maupun akses informasi penyuluhan lainnya
dengan menggunakan telepon selular (BBC News 2004a seperti dikutip oleh
Sumardjo et al. 2010).
3. India, terdapat banyak proyek pengembangan infrastruktur teknologi untuk
akses informasi bagi setiap masyarakat di pedesaan dan di perkotaan baik
bersifat top down maupun bottom up. Teknologi wireless dikembangkan oleh
Brewer dari organisasi ICT4B (Information and Communication Technology
for Billions) (Agriwatch.com 2005 seperti dikutip oleh Sumardjo et al. 2010).
Melalui teknologi ini pula petani di India dapat langsung mengakses informasi
untuk mengetahui peluang untuk dapat mengusahakan komoditas yang
memiliki harga yang lebih baik dan menguntungkan seperti komoditas buahbuahan dan hortikultura.
4. Peru, jaringan Huaral Valley di Peru dibangun untuk meningkatkan akses
petani terhadap informasi pertanian. Jaringan ini dibentuk oleh masyarakat
yang didukung oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lembaga lokal,
Menteri Pertanian dan Pendidikan di Peru (Peru’s Education and Agriculture
Ministries) dan organisasi pembangunan Eropa.
5. Thailand, Thailand Canada Tele-centre Project (TCTP) bertujuan untuk
melaksanakan studi dan tes terhadap konsep untuk pelayanan penyampaian
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di daerah pedesaan dan daerah
terpencil di Thailand. Telecenter ini dikelola oleh manajer,operator, dan pelatih
dengan jumlah masing-masing pengelola sesuai dengan kondisi telecenter yang
dikelola. Telecenter ini bersifat partisipatif, setiap perencanaan dan
operasionalisasi kegiatan senantiasa melibatkan masyarakat termasuk dalam
proses penentuan pengelola telecenter.
Media Komunikasi dan Inovasi Pertanian
Media komunikasi menurut Leeuwis (2007) adalah alat-alat yang membantu
untuk mengombinasikan saluran-saluran komunikasi yang berbeda untuk menjadi
pengangkut (transportation) sinyal-sinyal yang berbentuk tulisan (teks), visual,
terdengar, tersentuh, dan/atau tercium. Lebih lanjut Leuwis membedakan
komunikasi hanya ke dalam tiga kategori, yakni media antar pribadi, media massa
konvensional, dan media hibrida.
Menurut Leeuwis (2007) media hibrida dianggap sebagai media paling baru.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa media massa hibrida umumnya berbasis teknologi
komputer yang cenderung mengombinasikan kekayaan fungsional dari media
massa dan komunikasi antarpribadi sehingga menjadikan media baru tersebut
secara potensial dapat menjangkau khalayak di banyak lokasi yang berbeda, akan

8
tetapi pada waktu yang sama didukung oleh suatu level interaktivitas yang lebih
tinggi dibandingkan dengan media konvensional.
Leeuwis (2007) menyatakan dengan mengikuti kemajuan yang cepat dalam
teknologi komputer dan telekomunikasi, sejak awal 1990-an kita telah
menyaksikan peningkatan media hibrida baru yang mengkombinasikan potensi
yang ditawarkan oleh media massa dan komunikasi interpersonal. Teknologi
internet dan CD-ROM misalnya, merupakan media yang potensial mencapai
audiens yang luas, yang membiarkan aktivitas antara penerima dan pengirim
sampai taraf tertentu. Internet memiliki aplikasi luas, banyak terkait dengan
intervensi komunikatif (dalam berbagai bidang kemasyarakatan, termasuk
pertanian dan manajemen sumberdaya).
Inovasi pertanian adalah segala sesuatu yang dihasilkan melalui kegiatan
penelitian dan pengkajian pertanian untuk membantu perkembangan pertanian
secara umum (IRRI seperti dikutip oleh Sumardjo et al. 2010). Terdapat lima
karakteristik inovasi menurut Rogers (2003) keuntungan relatif (relative
advantage), kemungkinan untuk dicoba (triability), tingkat kerumitan
(complexity), kesesuaiannya (compatibility), kemungkinan diamati hasilnya
(observability). Menurut Mulyandari (2011) cyber extension merupakan suatu
bentuk inovasi dalam komunikasi pertanian, sehingga dapat dikatakan bahwa
sarana teknologi informasi selain menjadi inovasi juga merupakan pembawa
inovasi. Berikut penjelasan karakteristik inovasi menurut Rogers (2003), Van den
Ban dan Hawkins (1999):
1) Keuntungan Relatif (Relative Advantage)
Keuntungan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dipandang lebih
baik dibandingkan dengan gagasan/teknologi sebelumnya. Derajat dari
keuntungan relatif sering diekspresikan dari segi ekonomis, efisien waktu,
rendahnya risiko yang harus ditanggung dan sebagai penyampaian sosial yang
bernilai. Dasar dari inovasi yang menentukan tipe khusus dari keuntungan
relatif yaitu (segi ekonomi, sosial, dan semacamnya) menjadi penting bagi
pengadopsi. Van den Ban dan Hawkins (1999) mengatakan keuntungan relatif
dilihat dari kemungkinan inovasi membuat petani mencapai tujuannya dengan
lebih baik, atau dengan biaya yang lebih rendah dari pada yang telah dilakukan
sebelumnya. Keuntungan relatif dapat dipengaruhi oleh pemberian insentif
pada petani, misalnya menyediakan benih dengan harga subsidi. Menurut hasil
penelitian Mulyandari (2011) keuntungan nyata yang sangat dirasakan oleh
petani dari adanya cyber extension adalah dalam menghemat waktu dan biaya
transportasi karena dibantu dengan pemanfaatan teknologi informasi
khususnya dengan adanya telepon genggam. Dengan adanya media konvergen,
jangkauan pemasaran hasil pertanian juga lebih luas hingga mencapai luar kota
bahkan sudah menjangkau luar pulau dan uar negeri. Keuntungan yang juga
dirasakan petani dengan pemanfaatan teknologi informasi adalah dapat
mengakses informasi sesuai dengan kebutuhan melalui internet.
2) Kesesuaian (Compatibility)
Kesesuaian adalah derajat dimana suatu inovasi dilihat dapat konsisten
dengan nilai yang ada, pengalaman sebelumnya, dan kebutuhan dari
pengadopsi yang potensial. Kesesuaian bukan hanya melekat pada nilai budaya
tetapi juga dengan gagasan yang digunakan sebelumnya. Gagasan sebelumnya
merupakan alat utama yang digunakan individu untuk menilai gagasan baru.

9
Individu tidak akan menerima inovasi kecuali inovasi tersebut memiliki dasar
yang sebelumnya diketahui. Pelatihan sebelumnya menyediakan ukuran dasar
bagi inovasi untuk dapat diinterpretasikan hingga dapat menurunkan
ketidakyakinan terhadap inovasi tersebut. Menurut Van den Ban dan Hawkins
(1999) kompatibilitas berkaitan dengan nilai sosial budaya dan kepercayaan,
dengan gagasan yang diperkenalkan sebelumnya, atau dengan kebutuhan yang
dirasakan oleh petani. Sebagai contoh, petani yang memperoleh tambahan
panen dengan menanam varietas gandum unggul, besar kemungkinan akan
menerima varietas padi unggul yang dianjurkan.
3) Kerumitan (Complexity)
Kerumitan yaitu derajat dimana suatu inovasi dianggap relatif sulit untuk
dipahami dan digunakan. Setiap klasifikasi dapat diklasifikasikan dalam bentuk
rangkaian dari sederhana ke kompleks. Beberapa gagasan baru (inovasi)
kerumitan dianggap hal yang penting yang dapat menghambat proses
mengadopsi bagi orang-orang tertentu. Sebagai salah satu contoh yaitu
keterampilan dan pengetahuan dari pengguna personal komputer dan alat
teknologi yang lebih praktis (handphone) yang terdahulu akan lebih luas
wawasan dan keterampilannya mengenai penggunaan personal komputer dari
pada individu yang baru (orang awam). Mereka menganggap penggunaan
personal komputer itu sangat kompleks dan membutuhkan waktu yang intensif
untuk memahami penggunaan personal komputer, mereka akan merasa
bingung bagaimana menghubungkan berbagai komponen yang berbeda dari
personal komputer, maupun menjalankan program dari software lainnya.
Umumnya, individu mencoba bergabung dengan klub pengguna komputer
untuk dapat menggunakan personal komputer dengan baik. Menurut Van den
Ban dan Hawkins ( 1999) inovasi sering gagal karena tidak diterapkan secara
benar. Beberapa diantara memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus.
Sebagai contoh adakalanya lebih penting memperkenalkan sekumpulan paket
inovasi yang relatif sederhana tetapi saling berkaitan, walaupun kaitan-kaitan
tersebut mungkin sulit dipahami.
4) Kemungkinan dicoba (Trialability)
Kemungkinan dicoba adalah derajat dimana suatu inovasi dapat dicoba
dalam skala terbatas. Inovasi dapat dicoba dari skala kecil sebelumnya
biasanya lebih cepat diadopsi dibandingkan langsung dalam skala besar. Dalam
satu kasus, untuk mempelajari dasar-dasar website memerlukan periode waktu
yang singkat, namun untuk mempelajari dan memanfaatkan perangkat lunak
secara penuh sangat memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan
aplikasi biasa. Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999) kemudahan dicoba
ada hubungannya dengan kemudahan memilah. Sebagai contoh pada kasus
petani bahwa petani cenderung untuk mengadopsi inovasi jika telah dicoba
dalam skala kecil di lahannya sendiri dan terbukti lebih baik daripada
mengadopsi dalam skala besar. Inovasi cepat tersebut menyangkut banyak
risiko.
5) Kemungkinan diamati (Observability)
Kemungkinan diamati yaitu derajad dimana hasil dari inovasi dapat dilihat
oleh orang lain. Beberapa gagasan mudah dilihat dan dikomunikasikan kepada
orang lain, padahal inovasi lainnya sulit untuk dilihat dan digambarkan kepada
orang lain. Kemungkinan diamati dari suatu inovasi semakin besar, maka

10
semakin percaya anggota sistem sosial, sehingga berhubungan positif dengan
tingkat adopsi.
Karakteristik Penyuluh
Menurut Anwas (2009) penyuluh adalah individu yang sudah dewasa, oleh
karena itu proses belajar dalam meningkatkan kompetensi penyuluh perlu
mengacu pada prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa. Pandangan humanistik
menegaskan bahwa setiap orang dewasa cenderung telah memiliki pengalaman
hidup dan memiliki kebutuhan yang beragam. Orang dewasa sebagai peserta didik
akan belajar apabila sesuai dengan potensi dan kebutuhannya untuk
mempertahankan, meningkatkan, dan mengaktualisasikan dirinya. Penyuluh juga
perlu belajar untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengaktualisasikan
dirinya sebagai penyuluh. Penyuluh pertanian adalah orang yang mengemban
tugas untuk memberi dorongan kepada petani agar mereka dapat mengubah
pengetahuan, sikap, dan keterampilannya yang lama menuju ke cara-cara baru
yang lebih baik sesuai dengan kebutuhan dan potensinya serta perkembangan
zaman (Anwas 2009).
Definisi penyuluh menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang
Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan dibagi ke dalam tiga
istilah, yaitu penyuluh Pegawai Negeri Sipil (PNS), penyuluh swasta, dan
penyuluh swadaya. Penyuluh PNS adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas,
tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang
pada satuan organisasi lingkup pertanian, perikanan, atau kehutanan untuk
melakukan kegiatan penyuluhan. Penyuluh swasta adalah penyuluh yang berasal
dari dunia usaha dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang
penyuluhan. Penyuluh swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam
usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau
dan mampu menjadi penyuluh.
Karakteristik penyuluh menurut Anwas (2009) yaitu usia, pendidikan
formal, motivasi, dan kepemilikan media komunikasi. Berikut ini akan dijelaskan
masing-masing karakeristik penyuluh:
1) Usia adalah lama hidup penyuluh yang dihitung berdasarkan tanggal lahir
sampai dengan penelitian dilakukan
2) Pendidikan adalah adanya proses belajar yang ditandai dengan adanya
perubahan perilaku baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu dalam berpikir dan berperilaku.
Menurut Mardikanto (1993) semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
berpengaruh terhadap efisien bekerja dan semakin banyak tahu cara-cara dan
teknik bekerja yang lebih baik dan lebih menguntungkan.
3) Kepemilikan media komunikasi adalah adalah sejumlah alat komunikasi dan
informasi publik yang dimiliki penyuluh saat penelitian dilakukan. Kemajuan
teknologi komunikasi dan informasi juga telah melahirkan perubahan dan
demokratisasi dalam penyuluhan. Kondisi ini ditandai dengan adanya
perubahan dalam berkomunikasi dengan cepat dan mudah baik dengan sesama
penyuluh, pimpinan lembaga penyuluhan, klien (petani), peneliti/pakar, dan
pihak-pihak terkait dalam penyuluhan. Kemudahan akses informasi dan
komunikasi dengan pihak terkait ini diduga akan berpengaruh terhadap
intensitas pemanfaatan media dan tingkat kompetensi penyuluh.Teknologi

11
informasi yang dimiliki pada dasarnya memungkinkan dan memudahkan
penyuluh mengakses informasi yang diperlukan untuk mendukung kesuksesan
penyuluhan.
4) Motivasi menurut Van den Ban dan Hawkins (1999) adalah keadaan internal
yang mendorong seseorang untuk melaksanakan kegiatan tertentu.
Hasil penelitian Murfiani dan Jahi (2006) menyatakan bahwa rata-rata
penyuluh pertanian berusia dewasa menengah, berpendapatan yang cukup tinggi,
memiliki tingkat kekosmopolitan dan motivasi tinggi banyak mengkonsumsi
media, mementingkan kompetensi teknis pertanian dan kurang menguasai aspek
pengembangan modal agribisnis kecil. Hal ini berarti karakteristik penyuluh
berhubungan dengan pemanfaatan media. Dalam penelitian kali ini karakteristik
individu yang memenuhi kriteria penyuluh yaitu usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan, kepemilikan media hibrida, lama menjadi
penyuluh.
Persepsi
Menurut Desiderato dalam Rakhmat (2004) persepsi adalah pengalaman
tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan
makna pada stimuli inderawi (sensori stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi
sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan
makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi,
ekspektasi, movitasi, dan memori.
Persepsi menurut Van den Ban dan Hawkins (1999) adalah proses menerima
informasi atau stimuli dari lingkungan dan mengubahnya ke dalam kesadaran
psikologis. Agen penyuluhan hanya dapat merencanakan dan menggunakan alatalat bantu penyuluhan seperti media audio visual (slide, film, demostrasi lapang,
dan lain-lain) dengan baik jika mereka memahami prinsip dasar penyuluhan.
Menurut DeVito (1997) seperti dikutip oleh Riyanto (2010) persepsi adalah proses
dengan mana seseorang menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang
memengaruhi inderanya. Persepsi memengaruhi rangsangan (stimuli) atau pesan
apa yang diserap dan makna apa yang diberikan ketika orang mencapai kesadaran.
Penelitian kali ini mencoba untuk mengidentifikasi persepsi penyuluh terhadap
suatu konsep cyber extension yang dilihat melalui karakteristik cyber extension
sebagai sebuah inovasi.
Faktor Eksternal
Anwas (2009) mengklasifikasikan faktor eksternal yang dapat berhubungan
dengan intensitas pemanfaatan media yaitu kebijakan pemerintah, dukungan
keluarga, dukungan kelembagaan, serta dukungan masyarakat (terutama klien).
Faktor eksternal yang diduga dapat dikendalikan pihak lain (quasi external)
meliputi: dukungan lingkungan keluarga, dukungan kebijakan Pemerintah
Kabupaten (Pemda), dukungan lembaga penyuluhan terhadap lingkungan yang
kondusif untuk bekerja dan belajar, serta tuntutan masyarakat (klien/petani) di
tempat penyuluh bertugas. Dukungan lingkungan yang kondusif untuk bekerja
yang dimaksudkan adalah (1) tingkat penghargaan dan sangsi prestasi kerja, (2)

12
distribusi tugas sesuai spesialisasinya, dan (3) ketersediaan bahan publikasi untuk
penyuluhan, dan (4) tingkat kemudahan komunikasi antar penyuluh, dengan
pimpinan lembaga penyuluh, serta kemudahan komunikasi dengan klien.
Menurut Mulyandari (2011) faktor lingkungan yang dapat berhubungan
dengan pemanfaatan cyber extension yaitu tingkat ketersediaan media komunikasi
konvensional, tingkat ketersediaan sarana akses informasi berbasis teknologi
informasi, tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi, dan
keterjangkauan terhadap fasilitasi training. Tingkat ketersediaan media
komunikasi konvensional adalah jenis saluran komunikasi baik secara tatap muka
maupun melalui media tercetak dan elektronis satu arah yang dapat dijangkau dan
diakses untuk mendukung kegiatan usahatani. Tingkat ketersediaan sarana akses
informasi berbasis teknologi informasi adalah jenis saluran atau tempat yang
memungkinkan petani menggunakan media komunikasi berbasis teknologi
informasi untuk mendukung kegiatan usahatani. Tingkat ketersediaan
infrastruktur jaringan komunikasi adalah keterjangkauan dan kondisi infrastruktur
jaringan komunikasi untuk akses informasi pertanian berbasis teknologi
informasi. Keterjangkauan terhadap fasilitasi training adalah kemudahan petani
dalam memperoleh pelatihan terkait dengan penggunaan teknologi informasi,
yaitu dalam penggunaan komputer, akses internet, dan akses informasi pertanian
melalui telepon genggam. Hasil penelitian Holbein (2008) seperti dikutip oleh
Mulyandari (2011) memberikan satu catatan penting bahwa dalam
mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses
pembelajaran masyarakat diperlukan proses pendampingan.
Menurut Taragola dan Gelb (2005) seperti dikutip oleh Mulyandari (2011)
faktor-faktor seperti kurangnya kemampuan menggunakan teknologi informasi
dan komunikasi, kurangnya kesadaran akan manfaat teknologi informasi dan
komunikasi, terlalu sulitnya untuk digunakan, kurangnya infrastruktur teknologi,
tingginya biaya teknologi, rendahnya tingkat kepercayaan terhadap sistem
teknologi informasi dan komunikasi, kurangnya pelatihan aplikasi teknologi
informasi dan komunikasi, integrasi sistem dan rendahnya ketersediaan perangkat
lunak membatasi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di tingkat
petani.
Hasil penelitian Haryanti (2004) menyatakan bahwa faktor-faktor sosial,
kondisi-kondisi yang mendukung, dan konsekuensi jangka panjang berpengaruh
positif terhadap pemanfaatan personal komputer, sedangkan kompleksitas yang
dirasakan, kesesuaian tugas, dan perilaku afektif tidak berpengaruh karena
individu menggunakan komputer tidak menekankan pada perasaan, selain itu
individu juga sudah menganggap bahwa komputer itu tidak rumit.
Pemanfaatan Media Cyber extension
Menurut Browning et al. (2008) seperti dikutip oleh Mulyandari (2011)
pemanfaatan cyber extension peubah dari pemanfaatan cyber extension yaitu
tingkat manfaat yang dirasakan, tingkat pengelolaan informasi berbasis teknologi
informasi, dan kualitas berbagi informasi secara interaktif, intensitas pemanfaatan
cyber extension, tingkat akses informasi. Tingkat manfaat yang dirasakan oleh
petani merupakan derajat manfaat cyber extension yang dapat dirasakan oleh
petani baik untuk komunikasi, promosi usahatani, dan akses informasi yang

13
dibutuhkan. Intensitas pemanfaatan cyber extension adalah curahan waktu yang
dikeluarkan untuk menggunakan sarana teknologi informasi mendukung kegiatan
usahatani.
Tabel 1 Pemanfaatan cyber extension (diinspirasi dari Browning et al. 2008
seperti dikutip oleh Mulyandari 2011)
Aspek
cyber
Pemanfaatan cyber extension
extension
Dasar
Menengah
Lanjut
Sarana teknologi Mulai berbasis Berbasis
pada HP berinternet dan
informasi yang
teknologi
teknologi
atau komputer offline
dominan
informasi
informasi
dan online
dimanfaatkan
namun masih terbatas
pada
dominan
telepon
baik
menggunakan
telepon
rumah
media
maupun telepon
konvensional
genggam (HP)
Intensitas
Tidak
setiap Menggunakan
Menggunakan sarana
pemanfaatan
hari
sarana
teknologi informasi
teknologi
menggunakan
teknologi
lebih dari satu kali
informasi untuk sarana
informasi
dalam satu hari
mendukung
teknologi
setidaknya satu
kegiatan usaha
informasi
kali
tani
dalam satu hari
Tingkat manfaat Memanfaatkan Komunikasi dan Komunikasi
secara
yang dirasakan
secara langsung atau
mencari interaktif, browsing,
dan atau
informasi secara chatting,
jejaring
secara
tidak interaktif
sosial,
langsung
pengelolaan/dokumen
tasi informasi, dan
promosi usaha
Pengembangan
Terbatas
dan Cukup
luas, Sangat luasan dapat
jejaring sosial
hanya
dalam namun
masih menjangkau
dunia
(jangkauan
wilayah lokal dalam
batas gobal
komunikasi atau sampai
luar provinsi-nasional
interaksi)
desa
secara
terbatas
Aktivitas
Berbagi
Mulai mengenal
Aktif
berbagi
berbagi
informasi
teknologi
informasi
secara
informasi/penget dominan
informasi untuk interaktif
dengan
ahuan
melalui
sarana berbagi
sarana
teknologi
konvensional
informasi/penget informasi baik untuk
ahuan dengan
beberapa
pihak lain
pengetahuan,
berkoordinasi,
maupun bersinegri.

14
Menurut Mulyandari (2011) aplikasi teknologi perlu memperhatikan
karakteristik teknologi informasi dan komunikasi inovasi pertanian sebagai media
baru atau inovasi, di samping itu dalam implementasi di lapangan juga perlu
mengetahui faktor lain yang memengaruhi dilihat dari sisi internal (individu) dan
eksternal (lingkungan). Karakteristik individu, persepsi mengenai karakteristik
cyber