Dampak Pengembangan Pariwisata terhadap Tingkat Kesejahteraan dan Sosial Budaya Masyarakat Lokal

.

DAMPAK PENGEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP
TINGKAT KESEJAHTERAAN DAN SOSIAL BUDAYA
MASYARAKAT LOKAL

FERDI TRI WAHYUDI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak
Pengembangan Pariwisata terhadap Tingkat Kesejahteraan dan Sosial Budaya
Masyarakat Lokal adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Ferdi Tri Wahyudi
NIM I34100100

ii

ABSTRAK
FERDI TRI WAHYUDI Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Tingkat
Kesejahteraan dan Sosial Budaya Masyarakat Lokal. Di bawah bimbingan RILUS A.
KINSENG

Berkembangnya pariwisata akan memberikan dampak bagi masyarakat
yang tinggal di lokasi pariwisata itu sendiri. Salah satu pariwisata yang ada di
Indonesia adalah Taman Safari Indonesia ( TSI ). Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis dampak pengembangan pariwisata terhadap sosial budaya dan
tingkat kesejahteraan serta menganalisis hubungan tingkat kesejahteraan dengan
sikap terhadap keberadaan Taman Safari Indonesia. Penelitian ini dilakukan di
Desa Cibeureum menggunakan metode survei dengan pendekatan kualitatif dan
kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa Taman Safari Indonesia
memberikan dampak terhadap berubahnya sosial budaya yang meliputi
berubahnya gaya hidup, nilai budaya, kekuasaan dan wewenang pemimpin
informal, dan kohesi sosial. Sedangkan dampak pada tingkat kesejahteraan
meliputi meningkatnya pendapatan, akses kesehatan, akses pendidikan, dan hak
kepemilikan. Hasil penelitian ini juga menunjukan adanya hubungan antara
tingkat kesejahteraan dengan sikap terhadap keberadaan Taman Safari Indonesia.
Kata Kunci: Pariwisata, Sosial Budaya, Sikap, Kesejahteraan, Taman Safari
Indonesia

ABSTRACT
FERDI TRI WAHYUDI The Impact of Tourism Development on the Welfare
Level and Socio-Culture Local Communities. Supervised by RILUS
A.KINSENG
Development of tourism will impact people living in the areas of tourism
itself. One of the tourism in Indonesia is Taman Safari Indonesia (TSI). This study

intend to analyze the impact of the development of tourism to the socio-cultural
and welfare levels as well as analyzing the relation of welfare level with the
attitude towards Taman Safari Indonesia's existence. This study was conducted in
Cibeureum village using survey methods with qualitative and quantitative
approach. The result showed that Taman Safari Indonesia impacts on sociocultural that include the change of the lifestyle, cultural values, power and
authority of the informal leaders, and social cohesion. While the impact on the
welfare level that include the increasing of the income, health access, education
access, and the property right. Result of the study also show the relation between
welfare level with attitude towards the existence of Taman Safari Indonesia.
Keywords : Attitude, Taman Safari Indonesia, Tourism, Socio-cultural, welfare

iv

DAMPAK PENGEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP
TINGKAT KESEJAHTERAAN DAN SOSIAL BUDAYA
MASYARAKAT LOKAL

FERDI TRI WAHYUDI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

vi

Judul Skripsi
Nama
NIM

: Dampak Pengembangan Pariwisata terhadap
Kesejahteraan dan Sosial Budaya Masyarakat Lokal
: Ferdi Tri Wahyudi

: I34100100

Disetujui oleh

Dr Ir Rilus A. Kinseng, MA
NIP. 19590506 198703 001

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: ________________

Tingkat

viii

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat

dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Dampak Pengembangan Pariwisata terhadap Tingkat Kesejahteraan dan
Sosial Budaya Masyarakat Lokal ” ini dengan baik.
Penulisan Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat dukungan
baik moral maupun material dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Ir Rilus A. Kinseng, MA selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, serta saran
dan kritik yang membangun hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.
2. Pihak Kantor Desa Cibeureum serta warga Desa Cibeureum atas kesediaan
waktunya untuk memberikan informasi.
3. Dosen beserta staf KPM atas ilmu yang telah diberikan.
4. Kedua orang tua, Teguh Handoko dan Tanti Tanamas yang terus
mendukung dan mendoakan saat penulisan skripsi ini. Tak lupa Margareta
Melani Handoko selaku kakak penulis yang juga memberi dukungan dan
doa.
5. Teman-teman SMA, Hendryvan, Stefanus, Rexon, Bobby, Kenny serta
Yohanes yang menjadi tempat berkeluh kesah saat proses penulisan
berlangsung.
6. Sahabat-sahabat penulis yaitu Cynthia, Estya, Sahda, Gita, Erlisa, Faris,

Adrian, dan Mahdi yang senantiasa memberi semangat dan dukungan
dalam proses pembelajaran, inspirasi, masukan, dan motivasi bagi penulis
7. Gupita dan Fuad selaku teman satu bimbingan yang menjadi teman
diskusi dan juga pemberi masukan bagi penulisan skripsi ini.
8. Saefihim serta Randy yang bersedia meluangkan waktunya untuk
berdiskusi serta memberikan masukan dalam penulisan skripsi.
9. Teman-teman seperjuangan SKPM 47 yang tidak bisa disebutkan satu
persatu atas semangat, motivasi, dan telah menjadi keluarga yang baik
selama ini.
10. Dan semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga
terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna, karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga hasil penelitian ini
dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak.
Bogor, September 2014
Ferdi Tri Wahyudi

x

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Pariwisata dan Dampaknya terhadap Masyarakat Lokal
Konsep Kesejahteraan
Perubahan Sosial Budaya
Sikap
Kerangka Pemilkiran
Hipotesis Penelitian
Definisi Operasional
PENDEKATAN LAPANG
Metode Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian

Teknik Pengambilan Informan dan Responden
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
GAMBARAN UMUM DESA CIBEUREUM
Kondisi Geografi dan Demografi
Kondisi Sosial dan Ekonomi
PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT SEKITAR TAMAN
SAFARI INDONESIA
Gaya Hidup
Nilai budaya
Kekuasaan dan Wewenang Pemimpin Informal
Kohesi Sosial
PERUBAHAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DESA
CIBEUREUM DAN HUBUNGANNYA DENGAN SIKAP INDIVIDU
TERHADAP TAMAN SAFARI
Karakteristik Responden
Tingkat Pendapatan
Akses terhadap Layanan Kesehatan
Akses terhadap Layanan Pendidikan
Hak Kepemilikan

Perubahan Tingkat Kesejahteraan Warga Desa Cibeureum akibat
keberadaan Taman Safari Indonesia
Hubungan Tingkat Kesejahteraan dengan Sikap Individu terhadap
Keberadaan Taman Safari Indonesia
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

ix
x
x
1
1
3
4
5
6
6
6
10
12

15
16
17
18
20
20
20
21
22
22
23
23
23
26
26
29
31
33

36
36
37
39
43
47
51
53
55
55

xii

Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

56
57
60
75

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9

Tabel 10

Tabel 11

Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14
Tabel 15
Tabel 16
Tabel 17
Tabel 18
Tabel 19
Tabel 20

Tingkat analisis perubahan sosial Lauer
Jadwal pelaksanaan penelitian
Jumlah dan presentase penduduk Desa Cibeureum Kecamatan
Cisarua berdasarkan pekerjaan
Jumlah pemanfaatan lahan Desa Cibeureum berdasarkan luas
lahan
Jumlah dan presentase responden berdasarkan usia di Desa
Cibeureum tahun 2014
Jumlah dan presentase responden berdasarkan status
kependudukan di Desa Cibeureum tahun 2014
Jumlah dan presentase responden berdasarkan mata pencaharian
di Desa Cibeureum tahun 2014
Jumlah dan presentase responden berdasarkan tingkat
pendapatan sebelum dan sesudah adanya Taman Safari Indonesia
Jumlah dan presentase responden berdasarkan skala akses
terhadap dokter umum sebelum dan sesudah adanya Taman
Safari Indonesia
Jumlah dan presentase responden berdasarkan skala akses
terhadap rumah sakit sebelum dan sesudah adanya Taman Safari
Indonesia
Jumlah dan presentase responden berdasarkan skala akses
terhadap pengobatan alternatif sebelum dan sesudah adanya
Taman Safari Indonesia
Total skor responden berdasarkan akses terhadap layanan
kesehatan sebelum dan sesudah adanya Taman Safari Indonesia
Jumlah dan presentase responden berdasarkan skala akses
terhadap pendidikan sebelum adanya Taman Safari Indonesia
Jumlah dan presentase responden berdasarkan skala akses
terhadap pendidikan sesudah adanya Taman Safari Indonesia
Total skor responden berdasarkan akses terhadap layanan
pendidikan sebelum dan sesudah adanya Taman Safari Indonesia
Jumlah dan presentase responden berdasarkan hak kepemilikan
sebelum adanya Taman Safari Indonesia
Jumlah dan presentase responden berdasarkan hak kepemilikan
sesudah adanya Taman Safari Indonesia
Total skor responden berdasarkan hak kepemilikan sebelum dan
sesudah adanya Taman Safari Indonesia
Total skor responden berdasarkan tingkat kesejahteraan sebelum
dan sesudah adanya Taman Safari Indonesia
Jumlah dan presentase responden berdasarkan sikap terhadap
keberadaan Taman Safari Indonesia

13
21
24
24
36
37
37
38

39

40

41
42
43
44
46
48
49
50
52
53

xiv
x

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1

Kerangka pemikiran

17

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5

Kuesioner
Pedoman Wawancara Mendalam
Dokumentasi
Hasil Uji T-Paired Samples dan Uji Korelasi Rank Spearman
Kerangka Sampling

60
63
64
66
70

PENDAHULUAN

Bagian pendahuluan membahas landasan pemikiran dari penulisan skripsi
ini. Landasan pemikiran tersebut dipaparkan melalui latar belakang, perumusan
masalah, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian. Latar belakang
menggambarkan permasalahan umum dalam penelitian disertai dengan fakta-fakta
yang mendukung terhadap dampak pengembangan pariwisata. Kemudian
permasalahan-permasalahan yang menjadi fokus penelitian dipaparkan dalam
perumusan masalah. Tujuan penelitian merupakan jawaban yang diharapkan
terhadap permasalahan-permasalahan penelitian. Sementara kegunaan penelitian
merupakan manfaat yang diharapkan oleh peneliti setelah penelitian ini dilakukan.
Latar Belakang
Secara umum pariwisata telah menjadi industri sipil yang terpenting di
dunia. Menurut Dewan perjalanan dan pariwisata Dunia (World Travel and
Tourism Council-WTTC). Saat ini pariwisata merupakan industri terbesar di
dunia dengan menghasilkan pendapatan dunia lebih dari $3,5 trillun pada tahun
1993 atau 6 persen dari pendapatan kotor dunia. Pariwisata merupakan industri
yang lebih besar dari industry kendaraan, baja, elektronik maupun pertanian.
Industri pariwisata memperkerjakan 127 juta pekerja (satu dalam 15 pekerja di
dunia). Secara keseluruhan industri pariwisata diharapkan meningkat dua kali
pada tahun 2005. Berperannya pariwisata sebagai salah satu industri penting ini
juga terjadi di wilayah Indonesia.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah penduduk
terbanyak di dunia yang dikelilingi oleh garis pantai sepanjang 81.290 km.
Dengan luas hutan sebesar 99,6 juta hektar atau 52,3 persen luas wilayah
Indonesia 1 membuat negara ini secara otomatis memiliki keanekaragaman fauna
yang begitu besar. Hal ini membuat Indonesia menjadi negara nomor dua setelah
Brazil yang memiliki keanekaragaman fauna terbesar di dunia. Keanekaragaman
ini yang kemudian dibedakan lewat adanya Garis Wallace yang menjelaskan
bahwa Indonesia memiliki fauna kawasan Asiatis, Australis dan Peralihan.
Sehingga keanekaragaman fauna ini kemudian menjadi daya tarik pariwisata
negara ini.
Daya tarik Indonesia sebagai target pariwisata bagi dunia mendatangkan
banyak sekali wisatawan setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan
jumlah wisatawan mancanegara yang mencapai 1,29 juta orang pada JanuariFebruari 2013, naik 3,82 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Berdasar
catatan BPS (Badan Pusat Statistik), pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat
6,02 persen di triwulan pertama tahun 2013. Diharapkan secara keseluruhan
perekonomian Indonesia akan naik sekitar 6,2 persen dibanding tahun 2012, yaitu
sebesar Rp 671,3 triliun. Sektor pariwisata yang menempati urutan kelima sebagai
penyumbang devisa negara tahun 2012 juga mengalami peningkatan progresif
1

Buku Statistik Kehutanan Indonesia Kemenhut 2011 yang dipublikasi pada bulan
Juli 2012

2
pada triwulan pertama 2013. Bagi Indonesia, industri pariwisata dapat menjadi
salah satu ujung tombak bagi perkembangan perekonomian. Melihat keindahan
alam yang luar biasa membuat banyak sekali daerah yang cocok dijadikan tempat
pariwisata di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan jumlah wisatawan
mancanegara yang mencapai 1,29 juta orang pada Januari-Februari 2013, naik
3,82 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Pada tahun 2004, pariwisata telah memberikan kontribusi terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) sebesar 113,78 trilyun rupiah atau sebesar 5 persen dari
total PDB nasional. Pada tahun 2005 kontribusi sektor pariwisata meningkat
sebesar 33,02 trilyun rupiah sehingga menjadi 146,8 trilyun rupiah atau sebesar
5,27 persen dari total PDB nasional. Kontribusi pariwisata sempat mengalami
penurunan pada tahun 2006 menjadi 143,62 trilyun rupiah atau sebesar 4,30
persen dari total PDB nasional. Pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 2007
kontribusi pariwisata kembali mengalami peningkatan menjadi 169,67 trilyun
rupiah atau sebesar 4,29 persen dari total keseluruhan PDB nasional. Data tersebut
menunjukkan bahwa pengembangan pariwisata merupakan suatu langkah yang
positif karena dapat memberikan kontribusi terhadap PDB nasional. Manfaat ini
yang membuat pemerintah gencar melakukan pengembangan khususnya di bidang
pariwisata.
Menurut Purwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002)
pengembangan adalah suatu proses atau cara menjadikan sesuatu menjadi maju,
baik, sempurna dan berguna. Moeliono (1990: 414) mengungkapkan, yang
dimaksud dengan pengembangan adalah proses, cara, pembuatan
mengembangkan. Pengembangan pariwisata memiliki karakter aktivitas yang
bersifat multisectoral, dalam pelaksanaan pengembangan pariwisata harus
terencana secara terpadu dengan pertimbangan-pertimbangan terhadap aspek
ekonomi, sosial, budaya, lingkungan fisik dan politik. Jadi pengembangan dapat
diartikan sebagai perbuatan menjadikan sesuatu baik yang ada maupun yang
belum ada menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Berkembangnya pariwisata akan memberikan banyak pengaruh bagi
masyarakat yang tinggal di lokasi pariwisata itu sendiri. Retnowati (2004)
menjelaskan bahwa pariwisata juga berpotensi memicu terjadinya perubahan
perilaku masyarakat, memudarnya nilai dan norma sosial, kehilangan identitas,
konflik sosial, pergeseran mata pencaharian dan pencemaran lingkungan.
Berbagai hal tersebut rentan terjadi di masyarakat sebagai akibat dari
perkembangan pariwisata.
Selain memiliki dampak negatif, pengembangan pariwisata juga dapat
meningkatkan pendapatan dan tingkat ekonomi masyarakat. Adapun
pengembangan pariwisata di Indonesia memiliki delapan keuntungan, yaitu
meningkatkan kesempatan berusaha, meningkatkan kesempatan kerja,
meningkatkan penerimaan pajak, meningkatkan pendapatan nasional,
mempercepat proses pemerataan pendapatan, meningkatkan nilai tambah produk
hasil kebudayaan, memperluas pasar produk dalam negeri, dan memberikan
dampak multiplier effect dalam perekonomian sebagai akibat pengeluaran
wisatawan, para investor maupun perdagangan luar negeri (Bappenas 2008).
Dampak-dampak inilah yang kemudian akan dirasakan baik langsung
ataupun secara tidak langsung oleh masyarakat yang tinggal di Desa Cibeureum
Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor dikarenakan di wilayah ini terdapat Taman

3
Safari Indonesia (TSI) yang merupakan salah satu lokasi pariwisata yang
berfungsi sebagai lembaga konservasi eks-situ yang banyak dikunjungi wisatawan
baik lokal maupun asing.
Taman Safari Indonesia yang dibangun sejak tahun 1986 adalah “Taman
Margasatwa Terbuka” satu-satunya di Indonesia yang memperagakan satwa-satwa
langka dari seluruh dunia di dalam suasana yang mendekati habitat alaminya.
Taman Safari Indonesia Cisarua adalah Taman Safari yang pertama kali didirikan
di Indonesia selain Taman Safari di Pasuruan dan Taman Safari di Bali. Taman
Safari Indonesia I dibangun pada tahun 1980 pada sebuah perkebunan teh yang
sudah tidak produktif. Taman Safari Indonesia Cisarua menjadi penyangga Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango. Taman Safari Indonesia I ini terletak di
ketinggian 900-1800 meter di atas permukaan laut (dpl) dan mempunyai suhu
rata-rata 16 – 24 derajat Celsius. TSI telah ditetapkan sebagai Obyek Wisata
Nasional oleh Soesilo Soedarman, Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi
pada masa itu. kemudian TSI juga telah diresmikan menjadi Pusat Penangkaran
Satwa Langka di Indonesia oleh Hasyrul Harahap, Menteri Kehutanan pada masa
itu, pada tanggal 16 Maret 1990. Keberadaan TSI yang terletak di Desa
Cibeureum membuat Desa Cibeureum menjadi salah satu tujuan wisata para
wisatawan baik wisatawan lokal maupun wisatawan asing.
Wilayah Desa Cibeureum memiliki luas mencapai 1.128,62 hektar dan juga
merupakan salah satu dari 9 desa yang terletak di Kecamatan Cisarua, Kabupaten
Bogor memiliki jumlah penduduk mencapai angka 16.207 jiwa pada tahun
2013, terdiri dari 7.866 laki – laki dan 8.341 perempuan. Sedangkan jumlah
rumah tangga mencapai total 4.030 kepala keluarga 2. Sebagian besar dari
wilayah ini digunakan untuk lahan pertanian dalam arti luas, dimana artinya
digunakan untuk perkebunan, persawahan dan perikanan.
Selain dari segi pertanian, Desa Cibeureum tergolong daerah yang memiliki
suasana sejuk dengan bernuansa kebudayaan Sunda, karena seperti daerah-daerah
lain di Jawa Barat yang pada umumnya memiliki kebudayaan Sunda. Aspek
barusan menjadi aspek pendukung kedatangan wisatawan ke Desa Cibeureum
meskipun tujuan utamanya menuju Taman Safari Indonesia. Keberadaan TSI di
Desa Cibeureum yang juga mendorong banyak warga desa membuka usaha dalam
bidang perdagangan, baik dalam bentuk konsumsi, oleh – oleh atau cinderamata.
Serta, beberapa warga juga membuka jasa penyewaan rumah sebagai tempat
singgah sementara. Selain memberikan peluang usaha, Taman Safari Indonesia
seperti pada umumnya pariwisata lain pasti akan memberikan dampak bagi Desa
Cibeureum. Berdasarkan alasan tersebut, menjadi menarik untuk dianalisis
dampak keberadaan Taman Safari Indonesia terhadap tingkat kesejahteraan dan
sosial budaya masyarakat di Desa Cibeureum serta hubungannya dengan sikap
terhadap keberadaan Taman Safari Indonesia.

Rumusan Masalah
Pengembangan pariwisata di Desa Cibeureum akibat adanya Taman Safari
Indonesia memberikan dampak baik itu negatif ataupun positif bagi masyarakat
2

Sumber dari Profil Desa Cibeureum tahun 2013

4
sekitar. Salah satu dampak akibat pengembangan pariwisata adalah dapat
mendorong terjadinya perubahan sikap dan budaya pada masyarakat lokal.
Perubahan budaya yang terbentuk akan tergantung pada manfaat yang dirasakan
oleh masyarakat itu sendiri. Doxey seperti dikutip oleh Ryan (1991)
menyimpulkan, bahwa terjadi perilaku spesifik pada masyarakat lokal atas
pengaruh pariwisata dari waktu ke waktu yang disebutnya Tingkat iritasi
masyarakat (level of host irritation). Adapun tingkatan yang dimaksud ialah
tingkatan euphoria, apathy, annoyance dan antagonism/xenophobia. Adanya
berbagai tingkatan ini membuktikan terjadi perubahan aspek sosial akibat adanya
pengembangan pariwisata. Sehingga penting untuk dianalisis bagaimana
pengaruh pengembangan pariwisata terhadap perubahan sosial budaya
masyarakat sekitar?
Adanya dampak positif maupun negatif kemudian akan mempengaruhi
kehidupan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik apabila dampak positif
akibat pengembangan pariwisata dapat dimanfaatkan dengan baik oleh
masyarakat sekitar. Terjadinya kenaikan tingkat kesejahteraan merupakan salah
satu dampak positif yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat apabila
peningkatan tersebut terdistribusi dengan baik. Hal ini terjadi karena dengan
adanya pengembangan pariwisata maka terbuka lapangan pekerjaan baru yakni di
sektor pariwisata itu sendiri serta munculnya peluang-peluang bagi warga untuk
membuka usaha. Oleh karena itu menjadi menarik untuk melihat sejauhmana
dampak pengembangan pariwisata terhadap tingkat kesejahteraan
masyarakat sekitar?
Keberadaan Taman Safari Indonesia yang memberikan dampak pada tingkat
kesejahteraan masyarakat akan mendorong terjadinya pembentukan sikap dari
masyarakat terhadap keberadaan TSI itu sendiri. Dampak positif maupun negatif
pada tingkat kesejahteraan akan mempengaruhi pembentukan sikap yang terjadi.
Sehingga menarik untuk dianalisis bagaimana hubungan perubahan tingkat
kesejahteraan dengan pembentukan sikap terhadap keberadaan Taman
Safari di Desa Cibeureum?

Tujuan Penelitian
Pada umumnya perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat akibat
adanya pengembangan pariwisata terjadi di berbagai komponen kehidupan salah
satunya adalah pada tingkat kesejahteraan masyarakat. Selain itu, adanya
perubahan sosial budaya juga dapat digolongkan menjadi salah satu dampak
pengembangan pariwisata terlepas dari baik atau buruknya perubahan yang
terjadi, hal ini akan sangat tergantung dari seberapa jauh terjadinya pertukaran
budaya antara wisatawan dengan penduduk lokal. Untuk itu, tujuan dari penulisan
studi pustaka ini adalah :
1. Menganalisis dampak pengembangan pariwisata terhadap sosial budaya
masyarakat.
2. Menganalisis dampak pengembangan pariwisata terhadap tingkat
kesejahteraan
3. Menganalisis hubungan perubahan tingkat kesejahteraan terhadap
pembentukan sikap warga Desa Cibeureum.

5

Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak
yang berminat maupun yang terkait dengan masalah perubahan sosial di sekor
pariwisata, khususnya kepada :
1. Peneliti dan mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan pengalaman
mengenai perubahan sosial akibat pengembangan pariwisata dan mampu
memaknai secara ilmiah fenomena yang terlihat.
2. Kalangan non akademisi, seperti perusahaan untuk menjadi bahan
pertimbangan dan data untuk merencanakan keterlibatannya dalam
kegiatan pariwisata. Selain itu perusahaan dapat memiliki data dan
informasi terbaru yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas .
3. Masyarakat, dapat memperoleh pengetahuan serta gambaran mengenai
beberapa dampak yang disebabkan oleh pengembangan pariwisata bagi
masyarakat sekitar.
4. Pemerintah dan pengembang pariwisata, diharapkan dapat menentukan
arah kebijakan dan peraturan serta pola pikir yang berkaitan tentang
pariwisata dan dampaknya terhadap masyarakat.

6

PENDEKATAN TEORITIS

Bab ini terdiri atas beberapa sub bab. Sub bab pertama membahas tinjauan
pustaka. Dalam sub bab tinjauan pustaka dijelaskan mengenai teori dan konsep
yang dipakai dalam penelitian. Pada sub bab selanjutnya adalah kerangka
pemikiran. Dilanjutkan dengan sub bab hipotesis, dan definisi operasional.

Tinjauan Pustaka

Pariwisata dan Dampaknya Terhadap Masyarakat Lokal
Menurut para ahli bahasa, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta
yang terdiri atas dua suku kata, yaitu pari dan wisatawan. Pari berarti seluruh,
semua dan penuh. Wisata berarti perjalanan. Dengan demikian pariwisata dapat
diartikan sebagai perjalanan penuh, yaitu berangkat dari suatu tempat, menuju dan
singgah, di suatu di beberapa tempat, dan kembali ke tempat asal semula Istilah
“pariwisata” konon untuk pertama kalinya digunakan oleh Presiden Soekarno
dalam suatu percakapan padanan dari istilah asing tourism. Menurut Soekadijo
(1997) pariwisata adalah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan
dengan wisatawan. Semua kegiatan pembangunan hotel, pemugaran cagar budaya,
pembuatan pusat rekreasi, penyelenggaraan pekan pariwisata, penyediaan
angkutan dan sebagainya semua itu dapat disebut kegiatan pariwisata sepanjang
dengan kegiatan-kegiatan itu semua dapat diharapkan para wisatawan akan
datang.
Undang-Undang No.10 Tahun 2009 menyatakan bahwa usaha pariwisata
meliputi daya tarik wisata, kawasan pariwisata, jasa transportasi wisata, jasa
perjalanan wisata, jasa makanan dan minuman, penyediaan akomodasi,
penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi, jasa informasi wisata, jasa
konsultan pariwisata, jasa pramuwisata, wisata tirta, spa dan penyelenggaraan
pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran. “Beberapa komponen
fasilitas pariwisata adalah : (1) fasilitas pelayanan, antara lain akomodasi, rumah
makan, dan hotel, (2) fasilitas pendukung, antara lain perbelanjaan dan hiburan,
(3) fasilitas umum dan infrastruktur, antara lain air bersih, jalan, dan tempat
parkir, (4) fasilitas rekreasi yakni rekreasi obyek wisata dalam dan luar kawasan”
(Afrianto 2013)
Pendit (1999) memperinci penggolongan pariwisata menjadi beberapa
jenis yaitu :
1. Wisata Budaya Merupakan perjalanan wisata atas dasar keinginan untuk
memperluas pandangan seseorang dengan mengadakan kunjungan atau
peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat,
kebiasaan dan adat istiadat mereka.
2. Wisata Kesehatan Hal ini dimaksudkan dengan perjalanan seorang
wisatawan dengan tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat
sehari-hari di mana ia tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam

7
arti jasmani dan rohani dengan mengunjungi tempat peristirahatan seperti
mata air panas mengandung mineral yang dapat menyembuhkan, tempat
yang memiliki iklim udara menyehatkan atau tempat yang memiliki
fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya.
3. Wisata Olah Raga Wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan
berolahraga atau. memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif
dalam peserta olahraga disuatu tempat atau Negara seperti Asian Games,
Olympiade, Thomas Cup, Uber Cup dan lain-lain. Bisa saja olahraga
memancing, berburu, berenang
4. Wisata Komersial Dalam jenis ini termasuk perjalanan untuk mengunjungi
pameranpameran dan pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran
industri, pameran dagang dan sebagainya.
5. Wisata Industri Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau
mahasiswa, atau orang-orang awam ke suatu kompleks atau daerah
perindustrian dimana terdapat pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar
dengan maksud tujuan untuk mengadakan peninjauan atau penelitian.
Misalnya, rombongan pelajar yang mengunjungi industri tekstil.
6. Wisata Politik Perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau
mengambil bagian aktif dalam peristiwa kegiatan politik. Misalnya, ulang
tahun 17 Agustus di Jakarta, Perayaan 10 Oktober di Moskow, Penobatan
Ratu Inggris, Perayaan Kemerdekaan, Kongres atau konvensi politik yang
disertai dengan darmawisata.
7. Wisata Konvensi Perjalanan yang dilakukan untuk melakukan konvensi
atau konferensi. Misalnya APEC, KTT non Blok.
8. Wisata Sosial Merupakan pengorganisasian suatu perjalanan murah serta
mudah untuk memberi kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi
lemah untuk mengadakan perjalanan seperti kaum buruh, pemuda, pelajar
atau mahasiswa, petani dan sebagainya.
9. Wisata Pertanian Merupakan pengorganisasian perjalanan yang dilakukan
ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan
sebagainya dimananwisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan
dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat-lihat keliling sambil
menikmati segarnya tanaman beraneka ragam warna dan suburnya
pembibitan di tempat yang dikunjunginya.
10. Wisata Maritim (Marina) atau Bahari Wisata yang dikaitkan dengan
kegiatan olah raga di air, lebih-lebih danau, bengawan, teluk atau laut.
Seperti memancing, berlayar, menyelam, berselancar, balapan mendayung
dan lainnya.
11. Wisata Cagar Alam Wisata ini biasanya diselenggarakan oleh agen atau
biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur
wisata ke tempat atau daerah cagar alam, tanaman lindung, hutan daerah
pegunungan dan sebagainya.
12. Wisata Buru Wisata untuk buru, ditempat atau hutan yang telah ditetapkan
pemerintah Negara yang bersangkutan sebagai daerah perburuan, seperti di
Baluran, Jawa Timur untuk menembak babi hutan atau banteng.
13. Wisata Pilgrim Jenis wisata ini dikaitkan dengan agama, sejarah, adatistiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat Ini
banyak dilakukan oleh rombongan atau perorangan ketempat-tempat suci,

8
ke makam-makam orang besar, bukit atau gunung yang dianggap keramat,
tempat pemakaman tokoh atau pimpinan yang dianggap legenda. Contoh
makam Bung Karno di Blitar, Makam Wali Songo, tempat ibadah seperti
di Candi Borobudur, Pura Besakih di Bali, Sendang Sono di Jawa Tengah
dan sebagainya.
14. Wisata Bulan Madu Suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasanganpasangan, pengantin baru, yang sedang berbulan madu dengan fasilitasfasilitas khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan dan kunjungan
mereka.
Peran penting yang dipegang oleh sektor pariwisata membuat sektor ini
gencar mangalami pengembangan dari pemerintah. Banyak para ahli berpendapat
bahwa sektor pariwisata kini menjadi salah satu sektor industri terbesar di dunia
setelah minyak dan perdagangan senjata. Selain dapat meningkatkan pendapatan
negara, sektor pariwisata dianggap perlu untuk dikembangkan karena akan
membuat beberapa sektor lainnya ikut berkembang seperti disebutkan dalam
GBHN 1999 bahwa pengembangan pariwisata akan ikut mendorong pemerataan
kesempatan kerja, peningkatan pembangunan, meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat, memperkaya kebudayaan nasional, dan tetap
mempertahankan kepribadian bangsa demi terpilihnya nilai-nilai agama,
mempererat persahabatan antar bangsa, memupuk cinta tanah air, serta
mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.
Indikator pengembangan pariwisata dalam Afrianto (2013) terdiri dari
peningkatan jumlah kunjungan wisatawan, lama kunjungan wisatawan,
peningkatan sarana dan prasarana pariwisata, aktivitas wisatawan serta jenis dan
macam usaha berkaitan dengan pariwisata. Dalam hal pengembangan pariwisata
dibutuhkan pengembangan secara menyeluruh dalam artian berjalan selaras
dengan komponen pariwisata lainnya.
Kegiatan pariwisata secara langsung maupun tidak langsung akan
memberikan dampak kepada aktor-aktor di dalamnya terutama bagi masyarakat.
Dampak ini yang kemudian akan mempengaruhi masyarakat dalam kehidupannya
sehari-hari entah itu menjadi semakin baik atau bahkan semakin buruk. Hal ini
dikarenakan kegiatan pariwisata tidak hanya memberikan dampak positif tetapi
juga memberikan dampak negatif, yang paling mudah dilihat adalah rusaknya
lingkungan akibat penumpukan sampah atau pemanfaatan lahan yang tidak
bersahabat dengan ekologi. Pembangunan jalan raya, pembebasan tanah dan
perubahan fungsi lahan merupakan beberapa contoh dampak pariwisata yang
berpotensi untuk merusak ekologi.
Bryden (1973) seperti dikutip oleh Soekadijo (1997) membedakan dampak
positif pariwisata menjadi empat yaitu :
1. Menyumbang neraca pembayaran
Neraca pembayaran merupakan perbandingan antara semua mata anggaran
yang diterima oleh negara dari negara-negara asing sebagai pemasukan
dan semua anggaran yang harus dibayar kepada negara asing sebagai
pengeluaran.
2. Menyebarkan pembangunan ke daerah-daerah non industri
Daerah yang memiliki potensi pantai yang indah dan sejuk apabila daerah
tersebut dikembangkan menjadi kawasan wisata, dibangunlah hotel-hotel,

9
dibuat jalan yang bagus, muncuk tempat makan, dan sarana prasarana
yang menunjang pariwisata sehingga terjadilah pembangunan.
3. Menciptakan kesempatan kerja
Sarana pariwisata seperti hotel dan perusahaan perjalanan adalah usahausaha yang padat karya. Untuk perbandingan yang sering diterapkan di
hotel-hotel di Indonesia untuk setiap kamar hotel dibutuhkan kira-kira 2
orang tenaga kerja.
4. Dampak pada pembangunan ekonomi pada umumnya melalui dampak
penggandaan (multiplier effect)
Sejumlah uang yang diterima dalam masyarakat akan menimbulkan
beberapa transaksi yang jumlahnya tergantung pada kondisi ekonomi,
misalnya uang Rp. 500.000,- yang akan beredar selama 10 kali, sehingga
akibatnya didalam ekonomi masyarakat akan terjadi pertambahan uang
beranda, proses seperti inilah yang disebut dampak penggandaan.
Dilihat secara umum, dampak positif pengembangan pariwisata yang
terjadi di beberapa daerah di Indonesia sama yaitu bergesernya pola mata
pencaharian dari sektor pertanian ke sektor nonpertanian atau pariwisata sehingga
berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan. Kesempatan kerja yang paling
banyak menyerap tenaga kerja adalah sebagai karyawan hotel, losmen/wisma,
penginapan sederhana dan yang lainnya. Sedangkan dalam bidang usaha yang
memberikan kesempatan kerja adalah kios cinderamata, warung, bar/restoran,
café, toko dan swalayan. Sisanya adalah di bidang jasa seperti jasa perahu
tradisional, penyewaan speedboat, penyewaan kano dan penyewaan berbagai alat
wisata lainnya. Namun melihat kesempatan kerja dan usaha yang terbuka jika
dikaitkan dengan tingkat pendidikan adalah pekerjaan yang memang tidak
membutuhkan kualifikasi pendidikan yang tinggi. Berkorelasi dengan tingkat
pendidikan, Hilyana (2001) menyatakan lewat tesisnya di wilayah Lombok bahwa
adanya peningkatan persepsi masyarakat terhadap pendidikan karena masyarakat
sadar akan konsekuensi dari tuntutan pekerjaan sektor pariwisata yang
membutuhkan keahlian dan pendidikan tinggi.
Beberapa hasil penelitian tentang pariwisata memberikan gambaran bahwa
sektor pariwisata tidak saja memberi dampak pada sektor sosial ekonomi
masyarakat, tetapi juga memberi dampak pada sektor-sektor lain. Mantra (1993)
yang dikutip oleh Sidarta (2002) menyebutkan bahhwa industri pariwisata akan
mempercepat arus perubahan, karena wisatawan yang datang dengan berbagai
budaya yang berbeda dan lebih lanjut akan berinteraksi dengan masyarakat
setempat. Perubahan sosial yang muncul bisa berupa diversifikasi pekerjaan dan
pola pembagian kerja.
Perubahan secara umum terjadi pada runtuhnya nilai-nilai lokal yang
selama ini dipertahankan dan menjadi landasan hidup sebagian masyarakat adat
akibat pariwisata. Misalnya pada Komunitas Kampung Adat Cireundeu
berdasarkan tesis Tishaeni (2010) dimana dimensi kearifan lokal pada komunitas
adat Cirendeu yang ditandai dengan dipeliharanya etika solidaritas yang dibangun
oleh tata karma adat, berubah menjadi etika persaingan sebagai akibat perubahan
sosial yang ikut menyertainya; orang saling beradu kekuasaan untuk mendapatkan
apa yang diinginkannya ketimbang menjunjung nilai-nilai solidaritas yang lebih
mengutamakan kepentingan umum/orang lain.

10
Pariwisata sendiri kemudian berdampak terhadap kependudukan dengan
masuknya imigran-imigran dari luar negeri hingga bahkan memicu terjadinya
urbanisasi. Urbanisasi adalah bagian dari kompleksitas perubahan-perubahan
sosial seperti yang dikemukakan oleh Ogburn seperti dikutip oleh Marius (2006).
Bertambahnya jumlah penduduk berpotensi untuk menimbulkan konflik antara
masyarakat lokal dan pendatang. Seperti yang diungkapkan Byczek (2011) dalam
jurnalnya bahwa sudah sering muncul ketegangan antara penduduk lokal di Bali
dengan penduduk pendatang baik dari dalam maupun luar negeri.
Adanya urbanisasi dapat menyebabkan terjadinya akulturasi budaya dan
juga proses peniruan budaya dimana seseorang beradaptasi, mengalami dan
mempelajari cara hidup di kota. Akhirnya semua aspek kota yang terinternalisasi
dalam dirinya melalui suatu proses yang oleh Tarde dalam Marius (2006)
dinamakan “imitation process” (proses peniruan). Perubahan struktur, sistem
sosial, nilai, sikap dari bergaya lama (gaya desa) menjadi gaya baru (gaya kota)
ini merupakan elemen-elemen perubahan sosial kemasyarakatan baik yang dianut
secara individual maupun secara bersama-sama dalam suatu sistem sosial.

Konsep Kesejahteraan
Permasalahan yang ada dalam konsep kesejahteraan pada keluarga bukan
hanya menyangkut permasalahan pada satu bidang saja melainkan terdapat
berbagai bidang dalam kehidupan di dalamnya. Hal ini yang membuat indikator
kesejahteraan serta cara pengukurannya menjadi hal yang sulit untuk ditetapkan.
Karena banyak yang dipertimbangkan seperti keadaan demografis, geografis dan
sebagainya.
Konsep kesejahteraan menurut Sukirno (1985) adalah sesuatu yag bersifat
subyektif dimana setiap orang mempunyai pedoman, tujuan dan cara hidup yang
berbeda-beda, sehingga memberikan nilai-nilai yang berbeda pula terhadap faktorfaktor yang menentukan tingkat kesejahteraan. Sajogyo (1984) seperti dikutip
oleh Gohong (1993) mengemukakan bahwa konsepsi kesejahteraan masyarakat
atau keluarga didefinisikan sebagai penjabaran “Delapan Jalur Pemerataan” dalam
Trilogi Pembangunan sejak Repelita III, yang meliputi peluang berusaha dan
peluang bekerja sebagai jalur pembuka yang kemudian menentukan jalur tingkat
pendapatan, tingkat pendidikan dan layanan kesehatan yang dapat dijangkau.
BPS (2003) yang dikutip oleh Nururrifqi (2007) menentukan tingkat
kesejahteraan menyangkut segi-segi yang dapat diukur (measurable well-fare).
Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan adalah :
1. Pendapatan rumah tangga
2. Konsumsi atau pengeluaran rumah tangga
3. Keadaan tempat tinggal
4. Fasilitas tempat tinggal
5. Kesehatan anggota rumah tangga
6. Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan dari tenaga medis
7. Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi
8. Kemudahan memasukan anak ke jenjang pendidikan
9. Kehidupan beragama
10. Rasa aman dari gangguan kejahatan

11
11. Kemudahan dalam melakukan kegiatan olah raga
Tingkat kesejahteraan sosial kemudian dapat diukur dengan melihat
pengeluaran rumah tangga yang didasarkan pada pola pengeluaran untuk pangan,
barang dan jasa, rekreasi, bahan bakar dan perlengkapan atau aset rumah tangga
lainnya. Sedangkan penilaian terhadap tempat tinggalnya sendiri berdasarkan jenis
dinding, jenis lantai, jenis atap serta kepemilikan rumah. Untuk menilai kondisi
kesehatan dapat dilihat dari kondisi sanitasi serta kondisi air minum, mandi, cuci
dan kakus.
Cahyat (2004) mengemukakan bahwa indikator yang digunakan BKKBN
dalam pentahapan keluarga sejahtera antara lain :
1) Pra sejahtera (sangat miskin) yaitu keluarga yang belum dapat
memenuhi satu atau lebih indikator yang meliputi :
a) Indikator ekonomi : makan 2 kali sehari atau lebih sehari,
memiliki pakaian yang berbeda untuk setiap aktivitas yang
berbeda misalnya untuk bekerja, bersekolah dan lain-lain.
b) Indikator non ekonomi antara lain melaksanakan ibadah,
kemampuan berobat ke sarana kesehatan dan lain-lain.
2) Keluarga sejahtera I (miskin) adalah keluarga yang karena alasan
ekonomi tiidak dapat memenuh salah satu atau lebih indikator yang
meliputi :
a) Indikator ekonomi antara lain minimal seminggu sekali keluarga
makan daging atau ikan atau telur, setahun terakhir seluruh
anggota keluarga memperoleh paling kurang satu pasang
pakaian baru serta luas lantai rumah paling kurang 8m² untuk
tiap penghuni.
b) Indikator non ekonomi antara lain ibadah yang teratur, sehat
tiga bulan terakhir, memiliki penghasilan tetap, usia 10 - 60
tahun dapat baca tulis huruf latin, usia 6 – 15 tahun bersekolah,
keluarga memiliki anak lebih dari 2 orang.
3) Keluarga sejahtera II adalah keluarga yang karena alasan ekonomi
tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang
meliputi : memiliki tabungan keluarga, makan bersama sambil
komunikasi, mengikuti kegiatan masyarakat, rekreasi bersama (6
bulan sekali), meningkatkan pengetahuan agama, memperoleh
berita dari surat kabar, radio, TV dan majalah; serta menggunakan
sarana transportasi.
4) Keluarga sejahtera III adalah keluarga yang sudah dapat memenuhi
beberapa indikator dalam tahapan keluarga sejahtera II, tetapi
belum dapat memenuhi beberapa indikator lain, yakni aktif
memberikan sumbangan material secara teratur, serta aktif sebagai
pengurus organisasi kemasyarakatan.
5) Keluarga sejahtera III plus adalah keluarga yang sudah dapat
memenuhi beberapa indikator yang meliputi antara lain aktif
memberikan sumbangan material secara teratur, serta aktif sebagai
pengurus organisasi kemasyarakatan.
Pentingnya melihat pendidikan dan kesehatan juga menjadi unsur penting
dalam kesejahteraan terutama kesejahteraan masyarakat. Unsur pendidikan
sebagai salah satu indikator kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari berbagai

12
segi salah satunya adalah banyaknya jumlah penduduk yang dapat mengenyam
pendidikan. Semakin banyak penduduk yang dapat mengenyam pendidikan maka
semakin sejahtera atau semakin tinggi tingkat pendidikan yang telah dicapainya
juga dapat dikatakan semakin sejahtera masyarakat disana. Untuk keadaan
kesehatan masyarakat dapat dilihat dari sehat atau tidaknya setiap anggota
masyarakat secara medis serta melihat segi kemudahan masyarakat dalam
memperoleh layanan kesehatan yang ditunjukkan dengan jumlah relatif pusat
kesehatan dengan jumlah penduduk yang harus mendapat pelayanan kesehatan.

Perubahan Sosial Budaya
Dinamika dan perkembangan manusia selalu terjadi sejalan dengan
perubahan-perubahan yang terjadi pada sekitarnya. Karena pada dasarnya manusia
merupakan makhluk yang terus mencari kepuasan dan selalu berjuang untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena tuntutan ini, manusia sebagai makhluk
yang berakal budi dan rasional selalu berpikir untuk menghadapi tuntutan-tuntutan
ini. Dengan begitu maka perubahan sosial akan terjadi. Lauer (1993) menjelaskan
bahwa perubahan sosial adalah normal dan berkelanjutan, tetapi menuntut arah
yang berbeda di berbagai tingkat kehidupan sosial dengan berbagai tingkat
kecepatan. Karena keseluruhan aspek kehidupan sosial itu terus menerus berubah.
Yang berbeda hanya pada tingkat perubahan yang terjadi.
Pada dasarnya perubahan sosial menurut Gillin dan Gillin seperti yang
dikutip dalam soekanto (1990) adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah
diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan material,
komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuanpenemuan baru dalam masyarakat. Pengertian ini menunjuk pada dinamika
masyarakat dan reaksinya terhadap lingkungan sosialnya baik menyangkut
tentang cara ia hidup, kondisi alam, cara ia berkebudayaan, dinamika
kependudukan maupun filsafat hidup yang dianutnya setelah ia menemukan halhal baru dalam kehidupannya.
Menurut Prof. Selo Soemardjan, perubahan sosial adalah perubahanperubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat
yang mempengaruhi sistem sosialnya. Pengertian perubahan sosial menurut
Soemardjan ini tidak berbeda jauh dengan Kingsley Davis yang mengartikan
perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan
fungsi masyarakat (Soekanto, 1990). Ketika struktur masyarakat berubah, maka
fungsi dan peran, pola pikir dan pola sikap masyarakat pun berubah. Pengertian
perubahan sosial menurut Soemardjan dan Davis ini erat sekali kaitannya dengan
pandangan klasik Durkheim seperti dikutip dalam Marius (2006) tentang
perkembangan masyarakat dari sistem yang berkarakteristik mekanik (yang penuh
kekeluargaan, keintiman, masing-masing orang dapat memenuhi kebutuhannya
sendiri tanpa memerlukan bantuan orang, belum adanya spesialisasi pekerjaan,
adanya kesadaran kolektif bersama) ke sistem masyarakat yang berkarakteristik
organik. Perubahan sosial sebagai modifikasi pola-pola kehidupan manusia seperti
yang dikatakan oleh Koenig di atas terjadi pada struktur kelembagaan dan sistem
sosial desa. Kehidupan manusia desa tidak lagi statis, melainkan dinamis,
bertumbuh, dan berkembang sebagai sebuah organisme sosial.

13
Adapun Lauer (2001) membagi level analisis perubahan sosial ke dalam 9
tingkatan yang kemudian digambarkan lewat tabel berikut :
Tabel 1 Tingkat analisis perubahan sosial Lauer
Tingkat Analisis
Global
Peradaban
Kebudayaan

Masyarakat

Komunitas

Institusi

Organisasi

Interaksi

Individu

Wakil Kawasan Studi
Organisasi internasional,
ketimpangan internasional

Wakil unit-unit studi
GNP, data perdagangan

Inovasi ilmiah, kesenian
dan inovasi lain-lain,
institusi sosial
Kebudayaan material dan
Teknologi, ideologi,
kebudayaan non material
nilai-nilai
Pendapatan, kekuasaan,
Sistem stratifikasi,struktur, gengsi, peranan, tingkat
demografi, kejahatan
migrasi, tingkat
pembunuhan
Pendapatan, kekuasaan,
Sistem stratifikasi,
gengsi, peranan, tingkat
struktur,
migrasi, tingkat
demografi,kejahatan
pembunuhan
Pendapatan keluarga,
pola pemilihan umum,
Ekonomi, pemerintahan,
jemaah gereja dan
agama, perkawinan,
masjid, tingkat
keluarga, pendidikan
perceraian, proporsi
penduduk di perguruan
tinggi
Peranan, klik
Struktur, polainteraksi,
persahabatan,
struktur kekuasaan,
administrasi, tingkat
produktivitas
produksi
Jumlah konflik,
kompetisi atau
kedekatan, identitas
Tipe interaksi, komunikasi
keseringan dan
kejarangan partisipasi
interaksi
Keyakinan mengenai
Sikap
berbagai persoalan,
aspirasi
Lingkaran kehidupan,
peradaban

Berbagai tingkat perubahan yang mewakili kawasan analisis dan satuan
(unit) analisis yang mewakili setiap tingkat perubahan dijelaskan melalui tabel
diatas. Perubahan sosial yang terjadi pada satu tingkat belum tentu terjadi pada
tingkatan lainnya sehingga perubahan sosial dapat dipelajari pada satu tingkat
tertentu atau lebih menggunakan berbagai kawasan studi dan unit analisisnya.

14
Dieter Evers (1980) seperti dikutip oleh Salim (1990) berhasil
merekonstruksi berbagai temuan empiris di Asia Tenggara mengenai perubahan
sosial. Secara garis besar ada lima konsep utama mengenai teori dasar dinamika
perubahan sosial di Asia Tenggara : Teori Ganda Masyarakat, Teori
Kemajemukan Masyarakat, Teori Longgarnya Struktur Masyarakat, Teori
Involusi dan Teori Industrialisasi atau Modernisasi. Evers memahami perubahan
sosial di Asia Tenggara dengan penilaian yang diambil akibat adanya pengaruh
dari faktor eksternal atau “pengaruh luar” terhadap sendi-sendi kehidupan internal
(unsur produktivitas masyarakat tradisional, sikap mental, kemampuan organisasi,
ragam etnik, munurnya sektor ekonomi dan pengaruh modernisasi).
Sektor pariwisata secara cepat atau lambat juga mendorong terjadinya
pembangunan hingga industrialisasi atau modernisasi. Pembangunan dapat
merubah berbagai aspek kehidupan dalam masyarakat diantaranya dapat merubah
alokasi sumber-sumber ekonomi, proses distribusi manfaat dan proses akumulasi
sumberdaya yang pada gilirannya mennyebabkan peningkatan produksi,
pendapatan dan kesejahteraan (Sumodiningrat, 1996). Dalam hal ini
pembangungan menjadi fenomena yang kompleks karena membutuhkan interaksi
yang baik antara alam, sosial, ekonomi, dan faktor politik. Menurut Kasiyanto
(1994) pembangunan merupakan proses perubahan sosial budaya. Baik
berdampak positif ataupun negatif, pembangunan mendorong terjadinya
perubahan sosial budaya lewat adanya modernisasi atau industrialisasi.
Proses modernisasi tidak hanya berarti pembangunan infrastruktur,
keterbukaan komunikasi dan informasi, tapi berdampak lebih dari itu. Dengan
adanya modernisasi juga akan mendorong terjadinya transformasi struktural (dari
segi ekonomi) juga transformasi kultural (perubahan perilaku baik sikap,
keterampilan dan pengetahuan). Perilaku diartikan sebagai pola tindakan sebagai
bentu respon terhadap obyek yang ada disekitar lingkungannya. Perilaku terdiri
dari tiga komponen yaitu pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan
(psikomotorik). Sikap memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari dalam menentukan perilaku manusia terhadap sesama dan
lingkungan sosialnya. Hal-hal yang berasal dari sikap pada masyarakat yang
sudah dilakukan secara terus-menerus bahkan turun-temurun kemudian tumbuh
menjadi budaya.
Kebudayaan menurut Koentjaraningrat (2002) adalah keseluruhan gagasan
dan karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan
dari hasil budi dan karyanya itu. Adapun konsepsi bahwa kebudayaan memiliki
tiga wujud yakni : (1) wujud ideal; (2) wujud kelakuan; dan (3) wujud fisik.
Wujud ideal dari kebudayaan adalah suatu bentuk kompleks dari ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma, peraturan dan sebagainya. Wujud ideal kebudayaan ini pada
umumnya disebut adat dalam arti khusus atau adat istiadat dalam bentuk jamak.
Wujud kelakuan dari kebudayaan adalah suatu bentuk kompleks dari aktivitas
kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat atau juga sering disebut sistem
sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi,
berhubungan, serta bergaul satu sama dengan yang lain setiap harinya yang
mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat tata-kelakuan. Wujud fisik dari
kebudayaan adalah benda-benda hasil karya manusia yakni merupakan seluruh
hasil fisik dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat.

15
Koentjaraningrat (1977) mengemukakan bahwa orientasi nilai budaya
masyarakat yang ditunjukkan oleh persepsinya terhadap masalah kebutuhan dasar
dalam hidupnya, sesungguhnya mempengaruhi perilaku seseorang terjadap
berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupannya. Redfield (1976)
mengemukakan bahwa pada masyarakat yang tertutup cenderung menyerahkan
hidupnya pada nasib, sehingga terlalu pasrah. Pendapat Redfield merupakan salah
satu aspek budaya pada masyarakat dan berpotensi untuk mengalami perubahan
sosial budaya.
Menurut Hadi (1995) dalam Yuginta (2009) perubahan yang terjadi dapat
meliputi beberapa aspek, antara lain :
1. Cara Hidup (way of life), bagaimana manusia itu hidup, bekerja
dan berinteraksi satu dengan yang lainnya
2. Aspek budaya, termasuk di dalamnya sistem nilai, norma dan
keperca