Impact of fishing on ecosystem: structure and trophic level of the fish catch in Southeast Maluku Water

DAMPAK PENANGKAPAN IKAN TERHADAP EKOSISTEM:
STRUKTUR DAN TINGKAT TROFIK HASIL TANGKAPAN
DI PERAIRAN MALUKU TENGGARA

ERNA ALMOHDAR

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Dampak Penangkapan
Ikan Terhadap Ekosistem: Struktur dan Tingkat Trofik Hasil Tangkapan di
Perairan Maluku Tenggara” adalah benar karya saya sendiri dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, 16 April 2014

Erna Almohdar
Nrp: C451110021

RINGKASAN
ERNA ALMOHDAR. Dampak Penangkapan Ikan Terhadap Ekosistem: Struktur
dan Tingkat Trofik Hasil Tangkapan di Perairan Maluku Tenggara. Dibimbing
oleh Mulyono S Baskoro, Roza Yusfiandayani, dan Am Azbas Taurusman.
Penangkapan ikan memberikan dampak langsung dan tidak langsung
terhadap ekosistem perairan. Penangkapan ikan yang dilakukan nelayan di
perairan Maluku Tenggara terhadap ikan cukup intensif. Nelayan umumnya
menangkap ikan menggunakan jaring insang (gillnet), bagan dan pancing.
Penelitian ini bertujuan menganalisis dampak penangkapan terhadap ekosistem
yakni struktur komunitas dan tingkat trofik hasil tangkapan berdasarkan alat
tangkap. Pengambilan sampel ikan dilakukan dengan metode experimental
fishing, yaitu berupa operasi penangkapan ikan menggunakan alat tangkap jaring
insang (gillnet), bagan dan pancing di lokasi studi. Analisis data meliputi

parameter kebiasaan makan, hubungan panjang berat ikan, dan tingkat trofik hasil
tangkapan.
Hasil penelitian menunjukan tingkat trofik ikan pada alat tangkap bagan dan
jaring berkisar 2,9 – 3,7 dan berada pada pengelompokan tingkat trofik (TL3)
yakni didominasi oleh jenis omnivora yang cenderung pemakan hewan
(zooplankton). Alat tangkap pancing berkisar 4,0 – 4,5 berada pada TL5 dan
didominasi oleh jenis karnivora yang cenderung pemakan ikan dan cephalopoda.
Ukuran rata-rata panjang total jenis ikan hasil tangkapan yang dominan menurut
alat tangkap adalah ikan layang (18,2 ± 12,5 cm), ikan lemuru (19,8 ± 13,3 cm),
ikan selar (21,9 ± 14,2 cm), ikan lencam (20,1 ± 13,3 cm) dan ikan biji nangka
(21,9 ± 14,2 cm). Berat rata-rata hasil tangkapan utama adalah ikan layang (90 ±
35 g), ikan lemuru (81 ± 28 g), ikan selar (89 ± 40 g), ikan lencam (92 ± 28 g) dan
ikan biji nangka (90 ± 30 g). Hasil tangkapan oleh bagan, jaring insang dan
pancing mengindikasikan bahwa terjadi eksploitasi yang tidak seimbang pada
rantai makanan. Kelompok TL 3 dan 5 lebih dominan dieksploitasi. Hal ini secara
teoritis berpotensi merusak keseimbangan ekologis sumberdaya ikan di habitat
tersebut. Alat tangkap bagan dan jaring mempunyai dampak lebih besar terhadap
keberlanjutan sumberdaya ikan dibandingkan dengan alat tangkap pancing (TL5),
karena kedua alat tangkap tersebut cenderung lebih eksploitatif pada ukuran ikan
yang belum layak tangkap.

Kata Kunci: Dampak penangkapan ikan, tingkat trofik hasil tangkapan, kebiasaan
makan, Maluku Tenggara.

SUMMARY
ERNA ALMOHDAR. Impact of fishing on ecosystem: structure and trophic level
of the fish catch in Southeast Maluku Water. Supervised by Mulyono S Baskoro,
Roza Yusfiandayani, and Am Azbas Taurusman.
Fishing has a direct and indirect impact on coastal and marine ecosystems.
The fishing activity has been intensively conducted in the Southeast Maluku
district and potentially impact the fish resources negatively. Fishermen generally
catch fish using gill nets, lift net and hook line. This study aims to analyze the
impact of fishing on ecosystem structure and trophic level of the catch by each
fishing gear. An experimental fishing was conducted for the sampling strategy by
means of fishing operations using gill net, lift net and hook line. Data were
analyses for parameters of feeding habits, length-weight relationships, and trophic
level of the catch.
The results showed that trophic level of fish taken by lift net and gill net
ranged from 2.9 to 3.7 which grouped as TL3, dominated by species of
omnivorous feeding habit (zooplankton). The gill net has dominantly caught the
group of fish at trophic level 5 (4.0 – 4.5). The average total length of the

dominant fish targets were D.Russeli (18.2 ± 12.5 cm), Sardinella longiceps (19.8
± 13.3 cm), S.crumenopthalmus (21.9 ± 14.2 cm), Lethrinus lentjan (20.1 ± 13.3
cm) and Upeneus mulocensis (21.9 ± 14.2 cm). For the average weight of the
main catches were D. Russeli (90 ± 35 g), Sardinella longiceps (81 ± 28 g),
S.crumenopthalmus (89 ± 40 g), Lethrinus lentjan (92 ± 28 g) and Upeneus
mulocensis (90 ± 30 g). The catch by lift net, gill net and hook line indicates
unbalance exploitation of the natural food chain. TL groups 3 and 5 was more
dominantly exploited. It is theoretically potentially impacting the ecological
balance of fish resources in these habitats. Furthermore, the lift net and gill net
have greater impact on sustainability of fish resources than hook line due to both
the earlier dominantly exploited unallowable catch sizes (juvenile) of the fish
target.
Key words: Fishing impact, trophic level of catch, feeding habits, Southeast
Maluku

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

DAMPAK PENANGKAPAN IKAN TERHADAP EKOSISTEM:
STRUKTUR DAN TINGKAT TROFIK HASIL TANGKAPAN
DI PERAIRAN MALUKU TENGGARA

ERNA ALMOHDAR

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Perikanan Tangkap

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2014

Penguji Luar Komisi Ujian Tesis: Dr Sulaeman Martasuganda, MSc

Judul Tesis : Dampak Penangkapan Ikan Terhadap Ekosistem: Struktur dan
Tingkat Trofik Hasil Tangkapan di Perairan Maluku Tenggara
Nama
: Erna Almohdar
NIM
: C451110021

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Mulyono S Baskoro, MSc
Ketua

Dr Roza Yusfiandayani, SPi
Anggota


Dr Am Azbas Taurusman, SPi MSi
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Tanggal
: Perikanan Tangkap
Teknologi

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Prof Dr Ir Mulyono S Baskoro, MSc

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

Tanggal Ujian: 7 Maret 2014

Tanggal Lulus:


Judul Tesis : Dampak Penangkapan Ikan Terhadap Ekosistem: Struktur dan
Tingkat Trofik HasH Tangkapan di Perairan Maluku Tenggara
: Erna Almohdar
Nama
: C45111 0021
NIM

Disetuj ui oleh
Komisi Pembimbing

ulyono S BaSkoro, MSc
Ketua

セN@

/

Dr Roza Yusfiandayani, SPi
Anggota


bas Taurusman SPi MSi
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Teknologi Perikanan Tangkap

Prof Dr Ir

Tanggal Ujian: 7 Maret 201 4

Tanggal Lulus:

2 2 APR 2014

PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala, karena atas limpahan
rahmat, kasih dan tuntunan-Nya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 sampai Juli 2013 dengan

judul “Dampak Penangkapan Ikan Terhadap Ekosistem: Struktur dan Tingkat
Trofik Hasil Tangkapan di Perairan Maluku Tenggara”.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan penelitian ini tidak semata
didapatkan sendiri namun didukung oleh orang-orang sekitar. Untuk itu ucapan
terima kasih yang tulus penulis haturkan kepada :
1. Prof Dr Ir Mulyono S Baskoro, MSc selaku pembimbing I, Dr Roza
Yusfiandayani, SPi selaku pembimbing II, Dr Am Azbas Taurusman, SPi MSi
selaku pembimbing III, yang memberikan bimbingan dan arahan sehingga
penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.
2. Dr Sulaeman Martasuganda, MSc selaku penguji pada ujian tesis yang telah
memberikan saran dan masukannya.
3. Dr rer nat Ir E A Renjaan MSc (Direktur Politeknik Perikanan Negeri Tual)
yang telah memberikan izin kepada Penulis untuk melanjutkan studi pada
Sekolah Pascasarjana IPB.
4. Suamiku Faisal Hitimala, SPi yang setia dan semangat memberikan kasih
sayang, doa, perhatian dan segala dukungan yang sangat berarti. Anakanakku: Faller Zaikal, Salsabilla Asyanab, Naysila Asizahra dan Alman
Hitimala yang menjadi penyemangat bagi penulis.
5. Ayahku Abdullah Almohdar, Ibunda Asia Serang (Almh), adik-adikku Nur
dan Saiful Almohdar. Ponakanku Ai, Yadi bin syeh dan Ali Hitimala yang
memberikan dukungan dan doanya.

6. Ayah mertua A Kadir Hitimala, ibu mertua Zainab Odar serta adik-adik iparku
yang telah banyak memberikan dukungan moril maupun materil serta doa
selama ini.
7. Kakekku Drs Yunus Serang, MSi, Paman Yanis Serang dan Drs Azis Serang
atas bantuan dan dukungannya selama ini.
8. Teman-teman seperjuangan SPT, TPT 2011 dan teman-teman di perwira 44:
Lia Ngamel, Nona Silubun, Meyske Rahantoknam, Thiny Wali, Neng Uar
Yanti Almet, Icha TEK, Beni Jeujanan, Kemi Betaubun, Yapi Ingratubun
dan Irwan Latar yang mau bekerjasama dan selalu menjaga kekompakan dan
kebersamaan selama studi.
9. Semua pihak yang telah memberikan dukungan baik secara langsung maupun
tidak langsung dan lainnya yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga penulisan ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.

Bogor, 16 April 2014
Erna Almohdar

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

vi
vi
vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Hipotesis
Kerangka Pemikiran

1
1
2
2
2
2
3

2 TINJAUAN PUSTAKA
Pendekatan Ekosistem untuk Pengelolaan Perikanan
Alat Penangkap Ikan
Alat Tangkap Jaring Insang (Gillnet)
Alat Tangkap Bagan
Alat Tangkap Pancing
Hubungan Panjang dan Berat Ikan
Tingkat Trofik
Tingkat Kematangan Gonad

4
4
5
5
5
6
7
8
9

3 METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Bahan dan Alat Penelitian
Metode Pengambilan Data
Metode Analisis Data
Analisis Kuisioner
Indeks Keragaman Shannon Wiener
Analisis Panjang dan Berat Ikan
Analisis Tingkat Kematangan gonad
Analisis Isi Lambung Ikan
Analisis Tingkat Trofik

10
10
10
10
12
12
12
12
12
13
13

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Keadaan Umum Perikanan Tangkap
Unit Penangkapan Ikan pada Perairan Desa Selayar
Unit penangkapan Bagan
Unit penangkapan Gillnet
Unit penangkapan Pancing

14
14
15
15
16
17

5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Komposisi Hasil Tangkapan
Indeks Keragaman Hasil Tangkapan

18
18
19

Perbandingan Panjang dan Berat Ikan
Komposisi Makanan Ikan
Komposisi Makanan Famili Carangidae
Komposisi Makanan Famili Clupeidae
Komposisi Makanan Famili Lethirinidae
Komposisi Makanan Famili Mungilidae
Tingkat Trofik
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

21
27
28
29
29
30
30
33
33
34

34
37
45

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Jenis data dan teknik pengumpulannya
Penentuan tingkat kematangan gonad secara morfologi
Perkembangan armada penangkapan ikan di Kabupaten Maluku Tenggara
Data jumlah dan persentase nelayan
Komposisi hasil tangkapan nelayan di perairan Desa Selayar
Produksi Perikanan Tangkap Kabupaten Maluku Tenggara (ton)
Hasil analisis indeks keragaman produksi perikanan tangkap Kabupaten
Maluku Tenggara
Komposisi makanan ikan berdasarkan jenis alat tangkap dan tingkat trofik
di perairan
Jenis dan nilai IRP organisme makanan ikan layang
Jenis dan nilai IRP organisme makanan ikan selar
Jenis dan nilai IRP organisme makanan ikan lemuru
Jenis dan nilai IRP organisme makanan ikan lencam
Jenis dan nilai IRP organisme makanan ikan biji nangka
Hasil tangkapan nelayan menurut alat tangkap, jenis ikan dan trofik
level di Desa Selayar, Kabupaten Maluku Tenggara

11
13
14
15
19
20
20
27
28
29
29
29
30
30

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Kerangka pemikiran penelitian
Kontruksi bagan yang dioperasikan di lokasi penelitian
Kontruksi jaring insang yang digunakan pada saat penelitian
Kapal gillnet di lokasi penelitian
Konstruksi pancing ulur
Jumlah hasil tangkapan pada bulan Maret dan bulan April 2013
Indeks keragaman hasil tangkapan berdasarkan tahun.
Hubungan panjang dan berat ikan layang selama penelitian
TKG ikan layang menurut ukuran panjang selama penelitian
Hubungan panjang dan berat ikan lemuru selama penelitian
TKG ikan lemuru menurut ukuran panjang selama penelitian
Hubungan panjang dan berat ikan selar selama penelitian
TKG ikan selar menurut ukuran panjang selama penelitian
Hubungan panjang dan berat ikan lencam selama penelitian
TKG ikan lencam menurut ukuran panjang selama penelitian
Hubungan panjang dan berat ikan nangka selama penelitian
TKG ikan biji nangka menurut ukuran panjang selama penelitian
Persentasi kejadian komposisi makanan dari lima jenis ikan hasil
tangkapan di lokasi penelitian.
19 Trofik level hasil tangkapan setiap jenis ikan yang tertangkap pada
lokasi penelitian
20 Grafik trofik level dan biomassa hasil tangkapan setiap kelompok TL

3
16
16
17
17
18
21
21
22
23
23
24
25
25
26
26
27
28
31

yang tertangkap di perairan Desa Selayar
21 Rantai makanan di perairan Desa Selayar berdasarkan hasil
analisis feeding guilds ikan hasil tangkapan
22 Ilustrasi struktur trofik level (TL) hasil tangkapan di lokasi penelitian

31
32
33

DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta lokasi penelitian
2 Statistik produksi sumberdaya ikan di perairan Desa Selayar,
Kabupaten Maluku Tenggara tahun 2011
3 Hasil tangkapan di lokasi penelitian di perairan Desa Selayar,
Kabupaten Maluku Tenggara
4 Peralatan yang digunakan pada saat penelitian.
5 Perhitungan Indeks Bagian Terbesar
6 Hasil analisis regresi hubungan panjang dan berat ikan hasil tangkapan

39
39
40
41
42
43

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perairan Maluku Tenggara kaya akan sumberdaya hayati khususnya ikan
(ikan pelagis, demersal dan udang). Perairan ini cukup baik, karena dijaga oleh
masyarakat di daerah tersebut, sehingga ikan–ikan yang tinggal maupun yang
mencari makan akan sangat mudah mendapatkan makanan dan ikan- ikannya pun
dapat hidup dengan tenang (Jeujanan 2008). Sumberdaya ikan tetap lestari karena
upaya pengelolaan yang bertanggungjawab harus ditegakkan dengan cara
menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan.
Alat-alat penangkapan harus dikembangkan sedemikian rupa agar semakin
selektif dan aman terhadap lingkungan hidup, sehingga dapat mempertahankan
keanekaragaman jenis dan populasi ikan. Upaya untuk mempertahankan
keanekaragaman jenis di dalam suatu ekosistem dan ikan yang dimanfaatkan oleh
manusia, merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ekosistem secara
keseluruhan.
Penangkapan ikan memberikan dampak langsung dan tidak langsung
terhadap ekosistem perairan. Dampak ini diidentifikasi pada skala waktu dan
tingkat yang berbeda pada populasi, komunitas dan ekosistem. Ekosistem laut saat
ini telah mengalami penurunan kondisi alaminya, baik keragaman spesies maupun
biomassanya (Stergiou et al. 2007). Tingkatan trofik menggambarkan tahapan
transfer material atau energi dari setiap tingkat atau kelompok ke tingkat
berikutnya, yang dimulai dengan produsen primer, konsumen primer (herbivora),
sekunder, tersier, dan predator puncak. Tingkat trofik (trophic level) merupakan
urutan tingkat pemanfaatan pakan atau material dan energi seperti yang
tergambarkan oleh rantai makanan (food chain).
Kegiatan penangkapan ikan sangat potensial mempengaruhi ekosistem.
Perubahan struktur komunitas sumberdaya ikan dan struktur tingkat trofik
merupakan indikator dampak penangkapan yang saat ini sering digunakan.
Pendekatan tingkat trofik dapat digunakan untuk mengevaluasi kesehatan dan
kondisi ekosistem, sehingga merupakan mata rantai awal yang penting
dipertimbangkan untuk menjaga keberlanjutan sumberdaya perikanan.
Penangkapan yang dilakukan nelayan cukup intensif. Nelayan di perairan Maluku
Tenggara umumnya menangkap ikan menggunakan jaring insang hanyut (gillnet),
bagan, dan pancing yang dioperasikan di perairan ini. Suatu upaya pengelolaan
yang baik, berbasis pada informasi biologi, ekologi, populasi dan aspek lain yang
berkaitan dengan pelestarian sumberdaya ikan sangat diperlukan untuk
mengetahui keberlanjutan sumberdaya ikan. Kegiatan tersebut memerlukan
berbagai informasi yang berkaitan dengan ikan seperti pertumbuhan, reproduksi,
kebiasaan makanan serta kondisi habitat dimana ikan tersebut ditemukan.
Beberapa penelitian mengenai dampak penggunaan alat tangkap terhadap
keseimbangan tingkat trofik disuatu daerah penangkapan ikan telah banyak
dilakukan antara lain oleh Stergiou et al. (2007). Hasil penelitian-penelitian
tersebut menunjukan bahwa terdapat hubungan antara jenis alat tangkap yang
digunakan terhadap hasil tangkapan pada tingkat trofik terjadi. Bila hal ini terus
berlangsung maka berpotensi merusak keseimbangan ekologi pada rantai
makanan. Hasil penelitian Aprilia (2011) dan Ristiani (2012), menunjukkan

2
banyaknya hasil tangkapan ikan yang tertangkap pada tingkat trofik kedua
menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem dan penurunan ukuran hasil
tangkapan pada komunitas ikan. Namun hingga saat ini belum ada informasi
tentang studi dampak penangkapan terhadap ekosistem khususnya aspek ekologi
pada rantai makanan di perairan Maluku Tenggara. Berdasarkan uraian tersebut,
maka penelitian ini penting untuk dilakukan dalam kerangka mewujudkan
pengelolaan perikanan yang berkelanjutan (Gambar 1.1).
Perumusan Masalah
Potensi sumberdaya perikanan dan kelautan di perairan Kabupaten Maluku
Tenggara memiliki nilai ekonomi yang besar tetapi pengelolaannya belum
dilakukan secara berkelanjutan. Besarnya potensi yang dimiliki seharusnya dapat
dikelola dan dimanfaatkan oleh nelayan setempat, namun kenyataan yang ada di
Kabupaten Maluku Tenggara belum dilakukan secara optimal. Belum optimalnya
pemanfaatan tersebut disebabkan karena minimnya informasi tentang sumberdaya
ikan, sehingga kegiatan penangkapan berdampak pada struktur ikan target dan
kerusakan habitat. Struktur sumberdaya ikan dan hubungannya dengan kegiatan
penangkapan diperlukan suatu indikator keberlanjutan. Indikator yang digunakan
adalah tingkat trofik dan hasil tangkapan, sehingga informasi perubahan tingkat
trofik dalam rantai makanan pada ekosistem di perairan diharapkan menjadi suatu
indikator yang penting bagi keberlanjutan kegiatan penangkapan pada daerah
penangkapan ikan, khususnya di perairan Maluku Tenggara.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis struktur komunitas dan tingkat trofik hasil tangkapan berdasarkan
alat tangkap.
2. Menganalisis dampak penangkapan terhadap keseimbangan ekosistem pada
perairan Maluku Tenggara.

Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan informasi ilmiah untuk mengevaluasi dampak penangkapan ikan
terhadap ekosistem khususnya struktur dan tingkat trofik hasil tangkapan.
2. Sebagai informasi kepada nelayan, pemerintah atau instansi terkait di
Kabupaten Maluku Tenggara tentang pemanfaatan sumberdaya ikan yang
berkelanjutan.
Hipotesis
1. Setiap alat tangkap memiliki potensi dampak yang berbeda terhadap
keberlanjutan sumberdaya ikan yakni pada parameter struktur dan fungsional
hasil tangkapan.
2. Indikator keberlanjutan penangkapan dapat ditentukan dengan menggunakan
parameter ukuran dan tingkat trofik hasil tangkapan.

3
Kerangka Pemikiran Pelaksanaan Penelitian
Ekosistem

Sumberdaya
perikanan

Ekosistem laut

Produsen primer

………………………………………………………………………….

Latar belakang

Kegiatan
penangkapan ikan

Habitat terumbu
karang

Habitat bukan
terumbu karang

Kegiatan penangkapan berdampak pada
struktur ikan target dan kerusakan habitat
…………………………………………………………………………..

Permasalahan

Indikator tingkat trofik dan
hasil tangkapan
…………………………………………………………………………..

 Analisis jumlah individu
 Analisis TKG
 Analisis jenis ikan
 Analisis feeding
 Analisis ukuran ikan
guilds
……
Analisis biomassa
…………………………………………………………………………..

Input

Proses

Struktur hasil
Fungsional ekologis
tangkapan
hasil tangkapan
........................................................................................................................Output

Pemanfaatan sumberdaya
perikanan berkelanjutan
Gambar 1.1 Kerangka pemikiran penelitian

4

2 TINJAUAN PUSTAKA
Pendekatan Ekosistem untuk Pengelolaan Perikanan
Pendekatan ekosistem adalah suatu pendekatan yang mengacu pada aplikasi
dari berbagai metode ilmiah yang berfokus pada tingkat tatanan kehidupan yang
melibatkan struktur, proses, fungsi dan interaksi antar organisme dengan
lingkungannya (Aryani 2010). Yulianto (2010) menambahkan faktor-faktor yang
perlu dipertimbangkan dalam implementasi ekosistem yaitu kelestarian ekosistem,
kesejahteraan masyarakat dan kemampuan untuk mencapai tujuan. Menurut FAO
(2003) terdapat sebelas prinsip pelaksanaan pendekatan ekosistem untuk
pengelolaan perikanan, yaitu sebagai berikut:
1) Menghindari overfishing;
2) Memperhatikan reversibilitas dan membangun kembali ekosistem yang telah
rusak akibat penangkapan yang berlebihan;
3) Meminimalkan dampak penangkapan. Operasi penangkapan ikan harus
berhasil meminimalkan dampaknya terhadap struktur, produktivitas, fungsi
dan keragaman ekosistem;
4) Memperhatikan interaksi antar spesies;
5) Menjamin kompatibilitas;
6) Pengelolaan ekosistem harus mempertimbangkan daya dukung;
7) Meningkatkan keadilan dan kesejahteraan manusia;
8) Mengalokasikan hak pengguna;
9) Mempromosikan integrasi sektoral;
10) Memperluas partisipasi stakeholder (pemangku kepentingan) ;
11) Menjaga integrasi ekosistem;
FAO (2005) juga menyebutkan dalam dokumen tentang implementasi
pendekatan ekosistem pengelolaan perikanan mengenai beberapa opsi yang dapat
dilakukan dalam mengimplementasikan pendekatan ekosistem. Opsi-opsi yang
dapat dilakukan yaitu sebagai berikut:
1) Pengaturan secara teknis dapat dilakukan pada pengaturan alat tangkap yang
digunakan oleh nelayan. Pengaturan secara teknis ini dapat dilakukan dengan:
(a) Pengaturan jumlah alat tangkap dan ukuran mata jaring;
(b) Pengurangan ikan hasil tangkapan sampingan (by-catch);
(c) Penyesuaian metode dan operasi penangkapan untuk mengurangi dampak
negatif terhadap ekosistem dan spesies yang dilindungi;
(d) Mengedepankan pendekatan pencegahan atau kehati-hatian (precautionary
approach);
2) Pengaturan secara spasial dan temporal merupakan pengaturan daerah
penangkapan ikan. Pengaturan secara spasial ini dapat diimplementasikan
dalam bentuk pengembangan kawasan konservasi laut. Pengaturan secara
temporal merupakan pengaturan pelarangan penangkapan pada waktu tertentu.
3) Pengaturan input dan output, penangkapan dapat dilakukan dengan
pengendalian kapasitas penangkapan dan usaha penangkapan nelayan.
Pengaturan output dapat dilakukan dengan pengendalian hasil dan jenis
tangkapan. Salah satu tujuan pengaturan ini adalah untuk menurunkan
kematian akibat penangkapan (fishing mortality).

5
4) Manipulasi ekosistem dapat dilakukan dengan mencegah degradasi habitat,
merehabilitasi habitat, pengembangan habitat buatan dan penebaran benih
(restocking) ikan.

Alat Penangkap Ikan
Alat Tangkap Jaring Insang (Gillnet)
Jaring insang (gillnet) yang umum berlaku di Indonesia adalah satu jenis
alat penangkapan ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi panjang.
Mata jaring dari bagian jaring utama ukurannya sama, jumlah mata jaring ke arah
panjang atau horizontal (mesh length) jauh lebih banyak daripada jumlah mata
jaring ke arah dalam atau vertikal (mesh depth). Bagian atasnya dilengkapi dengan
beberapa pelampung (floats) dan di bagian bawah dilengkapi dengan beberapa
pemberat (sinkers) sehingga dengan adanya dua gaya yang berlawanan
memungkinkan jaring insang dapat dioperasikan (dipasang) di daerah
penangkapan dalam keadaan tegak (Martasuganda 2002).
Menurut Martasuganda (2002) klasifikasi jaring insang dibagi menjadi dua
yaitu berdasarkan kontruksi dan metode pengoperasian. Berdasarkan kontruksinya
jaring insang (gillnet) dikelompokkan menjadi dua yaitu berdasarkan jumlah
lembar jaring utama dan cara pemasangan tali ris. Berdasarkan jumlah lembar
jaring utama, jaring insang (gillnet) dibagi tiga yaitu: jaring insang satu lembar,
jaring insang dua lembar dan jaring insang tiga lembar. Pengelompokkan
berdasarkan kontruksi cara pemasangan tali ris jaring insang dibagi ke dalam
empat jenis yaitu:
1). Pemasangan jaring utama bagian atas dengan tali ris atas dan jaring utama
bagian bawah dengan tali ris bawah disambungkan secara langsung.
2). Jaring utama bagian atas disambungkan secara langsung dengan tali ris atas
dan bagian jaring utama bagian bawah disambungkan melalui tali
penggantung (hanging twine) dengan tali ris bawah.
3). Pemasangan tali utama bagian atas dengan tali ris atas disambungkan melalui
tali penggantung dan bagian bawah dari jaring utama disambungkan secara
langsung dengan tali ris bawah.
4). Jaring utama bagian atas dengan tali ris atas dan bagian jaring utama bagian
bawah tali ris bawah disambungkan melalui tali penggantung.
Menurut Subani dan Barus (1989) secara umum pemasangan jaring insang
(gillnet) adalah dipasang melintang terhadap arah arus dengan tujuan menghadang
arah ikan dan diharapkan ikan-ikan tersebut menabrak jaring serta terjerat (gilled)
di sekitar insang pada mata jaring atau terpuntal (entangled) pada tubuh jaring.
Alat Tangkap Bagan
Bagan merupakan salah satu alat tangkap yang digunakan oleh para nelayan
diseluruh perairan Indonesia. Alat tangkap ini menggunakan alat bantu cahaya
untuk menarik perhatian ikan agar mendekati alat tangkap atau masuk ke areal
penangkapan atau catchable area. Bagan sebagai salah satu alat tangkap yang
menggunakan cahaya dan banyak digunakan oleh para nelayan diwilayah pesisir,
karena mempunyai beberapa keunggulan-keunggulan. Keunggulan tersebut antara
lain:

6
1). Secara teknis mudah dilakukan.
2). Investasinya terjangkau oleh masyarakat.
3). Merupakan perikanan rakyat yang telah digunakan oleh masyarakat di
wilayah pesisir dan sekitar pulau-pulau kecil secara turun temurun.
4). Tangkapannya selalu ada walaupun terkadang jumlahnya sedikit.
5). Menyerap banyak tenaga kerja.
Namun demikian terdapat pula kelemahan-kelemahan antara lain:
1). Selektivitasnya rendah sehingga dinilai kurang ramah terhadap lingkungan.
2). Membutuhkan kayu dalam jumlah banyak sebagai bahan dalam pembuatan
bagan perahu khususnya menguras sumber daya hutan di darat.
3). Kadang beroperasi di daerah pelayaran, sehingga dapat mengganggu dan
membahayakan aktivitas pelayaran di laut.
Bagan yang menggunakan cahaya sebagai alat bantu berkembang terus dan
dapat diklasifikasikan mulai dari bagan tancap (fixed bagan), bagan apung
(floated bagan), yang dapat dibagi ke dalam dua kelompok yaitu: bagan rakit dan
bagan perahu. Menurut klasifikasi Statistik Perikanan Indonesia (2010), bagan
termasuk kategori jaring angkat. Jenis-jenis hasil tangkapan pada bagan yaitu:
Teri (Stolephorus), Tenggiri (Scomberomorus commerson), Layang (Decapterus
ruselli), Kembung, Selar, Tembang (Sardinella sp), Cakalang (Katsuwonus
pelamis), Terbang (Cypsilurus poecilopterus), Tongkol (Auxis thazard) dan lainlain (Sudirman dan Nessa 2011).
Bagan di perairan terdiri dari rangkaian bambu yang dipasang secara
membujur dan melintang. Bambu merupakan komponen utama dari bangunan
bagan. Bahan tersebut mudah diperoleh nelayan dan harganya pun tergolong
murah. Jumlah bambu yang digunakan bergantung pada kedalaman perairan
bagan tersebut beroperasi. Komponen lain yang digunakan adalah jaring angkat
yang terbuat dari bahan-bahan waring. Waring dipasang pada bagian tengah bagan
yang berfungsi untuk menangkap ikan yang masuk ke catchable area (Sudirman
dan Nessa 2011).
Salah satu masalah yang timbul dalam pemanfaatan alat tangkap bagan
adalah penggunaan waring dengan ukuran mata jaring (mesh size) yang sangat
kecil yaitu (0,5 cm), sehingga alat tangkap ini menangkap ikan dalam berbagai
jenis dan ukuran. Proses penangkapan pada bagan sangat sederhana. Ketika
malam mulai gelap, jaring mulai diturunkan. Seiring dengan penurunan jaring,
lampu penarik perhatian ikan mulai dinyalakan. Selang waktu dua sampai tiga
jam, jaring ditarik dengan menggunakan roller. Waktu yang dibutuhkan untuk
penarikan hanya 10 menit, selanjutnya jaring kembali diturunkan untuk menunggu
operasi selanjutnya (Sudirman dan Nessa 2011).
Alat Tangkap Pancing
Pancing adalah salah satu alat tangkap yang terdiri dari dua komponen
utama, yaitu tali (line) dan mata pancing (hook). Tali pancing dapat dibuat dari
bahan benang katun, nilon, polyethyline dan plastik (senar). Mata pancing dibuat
dari kawat baja, kuningan atau bahan lain yang tahan karat. Jumlah mata pancing
yang terdapat pada setiap perangkat (satuan) pancing itu dapat tunggal maupun
ganda (dua sampai tiga buah) bahkan banyak sekali (ratusan sampai ribuan)
tergantung dari jenis pancingnya. Ukuran mata pancingnya bervariasi, disesuaikan
dengan besar kecilnya ikan yang akan ditangkap (dipancing) (Subani dan Barus
1989).

7
Pancing memilki komponen-komponen lain seperti gandar atau tangkai
(pole, rode), pemberat (sinker), pelampung (float), kili-kili (swivel) adalah alat
penyambung tali pancing dengan tali pancing berikutnya agar tidak mudah terbelit
bila pancing dimakan ikan (Subani dan Barus 1989).
Umpan yang digunakan pada alat tangkap pancing yaitu umpan mati, umpan
hidup dan umpan tiruan. Umpan tiruan merupakan umpan palsu yang dapat
menarik perhatian ikan. Ikan yang tertangkap pada pancing biasanya terkait
dibagian mulutnya. Hal ini terjadi karena ikan terangsang dan tertarik pada
umpan, kemudian berusaha menyambarnya yang pada akhirnya terkait (Subani
dan Barus 1989).
Pengoperasian pancing dapat dilabuh (pancing ladung, rawai biasa dan
rawai cucut), ditarik dibelakang perahu/kapal yang sedang dalam keadaan berjalan
(trolling) baik menelusuri lapisan permukaan air, lapisan tengah (pancing cumicumi) maupun didasar perairan (pancing garit) dan dihanyutkan (rawai tuna, tuna
longline). Penangkapan dengan pancing dapat dilakukan baik pada siang maupun
malam hari dan dapat digunakan sepanjang tahun tanpa mengenal musim (Subani
dan Barus 1989).

Hubungan Panjang dan Berat Ikan
Panjang ikan dapat diukur dengan menggunakan sistem metrik (Effendie
1979). Ada tiga macam pengukuran yaitu:
1) Panjang total atau panjang mutlak ialah panjang ikan yang diukur mulai dari
ujung terdepan bagian kepala sampai ujung terakhir bagian ekornya;
2) Panjang cagak atau fork length, ialah panjang ikan yang diukur dari ujung
terdepan sampai ujung bagian luar lekukan ekor;
3) Panjang standar atau panjang baku, ialah panjang ikan yang diukur mulai dari
ujung terdepan dari kepala sampai ujung terakhir dari tulang punggungnya.
Ujung tersebut letaknya sebelum pangkal jari-jari sirip ekor.
Menurut Effendie (1979) alat pengukur panjang ikan yang baik digunakan
dilapangan adalah alat pengukur yang terbuat dari kayu. Bentuk yang perlu
diperhatikan dari alat ini adalah bagian depannya, yaitu tempat menempel dari
bagian depan ikan harus bertepatan dengan angka nol. Alat penimbangan
diusahakan yang praktis dan tidak mudah rusak tetapi ketelitiannya cukup tinggi.
Hasil studi hubungan panjang dan berat ikan memungkinkan nilai panjang
ikan berubah ke harga berat ikan atau sebaliknya. Berat ikan dapat dianggap
sebagai suatu fungsi dari panjangnya dan hubungan panjang-berat ini hampir
mengikuti hukum kubik yang dinyatakan dengan persamaan: W = a L3 (W adalah
berat ikan, L adalah panjang ikan dan a adalah konstanta). Hal tersebut disertai
dengan anggapan bahwa bentuk serta berat jenis ikan itu tetap selama hidupnya
tetapi karena ikan itu tumbuh, dimana bentuk tubuh, panjang dan beratnya selalu
berubah, maka menurut Hile (1936) dalam Effendie (1979), persamaan umumnya
adalah W = a Lb (a dan b adalah konstanta). Logaritma persamaan tersebut
menjadi: log W = log a + b log L yang menunjukkan hubungan linier (Effendie
1979).

8
Tingkat Trofik

Proses makan memakan dirantai makanan seperti produsen primer,
herbivora, karnivora primer dan sebagainya disebut trofik level. Memahami
tentang tingkat trofik (terkait dengan tipe makanan) ikan adalah hal yang penting
dalam mempelajari ikan. Perilaku makan pada ikan dapat dibagi dalam tiga bagian
yaitu: herbivora, planktivora, dan karnivora. Ketiga bagian ini mewakili kelompok
utama pada ikan di perairan. Menurut Hallacher (2003) tingkat trofik dilaut di
bagi menjadi lima yaitu:
1). Tingkat Trofik 1
Tingkat pertama terdiri dari tumbuhan yang mencakup fitoplankton, rumput
laut dan beberapa jenis lamun. Tumbuhan ini adalah produsen primer yang
menangkap energi matahari menjadi bentuk yang dapat digunakan makhluk lain
ditingkat tropik lainnya.
2). Tingkat Trofik 2
Organisme pada tingkat ini memiliki keragaman yang tinggi dan memiliki
cara yang beragam dalam menggunakan sumber makanan dalam tingkat trofik
pertama, termasuk didalamnya adalah browsers, grazer, filter feeders dan deposit
feeders.
3). Tingkat Trofik 3
Trofik ini terdiri dari karnivora yang secara aktif memburu dan memakan
herbivora dari tingkat dua. Berbagai jenis hewan termasuk didalamnya namun
jenis ikan berdiri sendiri. Ikan adalah jenis dengan tingkat keragaman tinggi,
meskipun beberapa termasuk tingkat dua sebagai grazers, mayoritas jenis ikan
termasuk dalam tingkat tiga keatas. Beberapa filter feeders termasuk dalam trofik
ini apabila zooplankton telah memakan fitoplankton, banyak filter feeders ukuran
besar mendapatkan nutrisi mereka dari zooplankton, termasuk di dalamnya yang
melakukan aktifitas makan dalam skala besar. Dengan cara ini mereka
meniadakan hilangnya energi pada saat makanan meningkat ke tingkat trofik
berikutnya. Jaring makanan adalah hal yang rumit, dan ini hanyalah satu contoh
yang menunjukan bahwa mengelompokan hewan yang memiliki siklus yang
berbeda dapat menimbulkan masalah. Filter feeders dapat termasuk tingkat trofik
dua dan tiga.
4). Tingkat Trofik 4
Hewan yang termasuk dalam tingkat ini pada umumnya berburu dengan
gerakan cepat dan sering karena mereka harus menangkap banyak mangsa agar
dapat memenuhi tingkat energi yang di butuhkan. Tingkat ini merupakan tingkat
karnivora berikutnya dan dalam memburu dan memakan karnivora dan herbivora
tingkat yang lebih rendah.
5). Tingkat Trofik 5
Ekosistem terumbu karang biasanya ditempati oleh ikan hiu, walaupun ikan
yang saling memangsa membentuk rantai makanan yang amat panjang, namun
ujung piramida makanan terdapat predator sejati.

9
Kebiasaan makan dapat dibedakan “food habits” yaitu makanan yang biasa
dimakan ikan dan “feeding habits” yaitu cara makan ikan, yang pertama
mencakup makanan dan jumlah makanan yang dimakan sedangkan yang kedua
mencakup waktu, tempat dan cara makanan tersebut diperoleh suatu jenis ikan.
Makanan mempunyai fungsi yang penting dalam kehidupan. Organisme
dapat hidup, tumbuh dan berkembangbiak karena adanya energi yang berasal dari
makanannya. Studi makanan alami suatu organisme dapat dijadikan suatu acuan
yang penting bagi pengelolaan sumberdaya. Kebiasaan makanan dari suatu
organisme dapat disesuaikan dengan persediaan makanan yang berbeda dalam
perairan hubungan dengan musim yang berlaku. Perbedaan kebiasaan makan dari
suatu organisme yang sama dapat dipengaruhi oleh habitatnya dan waktu
(Effendie 1979). Lebih lanjut dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan
kebiasaan makanan atau “food habits” adalah jenis kuantitas dan kualitas
makanan yang dimakan oleh organisme. Cara makan atau “feeding habits” adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan waktu, tempat, dan cara makanan itu
didapatkan.
Makanan ikan diklasifikasikan dalam tiga kelompok yakni (a) makanan
pokok yaitu makanan yang frekuensi kejadian dan volumenya cukup besar, (b)
makanan tambahan yaitu makanan yang frekuensi kejadian besar dan volumenya
kecil, (c) makanan yang sifatnya insidentil yaitu makanan yang frekuensi kejadian
dan volumenya kecil. Kegiatan atau aktivitas makan ikan tidak terlepas dari
berbagai faktor, baik kebiasaan dan cara makan maupun faktor-faktor lingkungan.
Faktor lingkungan perairan ikut memegang peranan dalam mempengaruhi
kesukaan ikan untuk makan. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah suhu dan
salinitas perairan serta kondisi pasang surut, dimana ikan menyeleksi suatu suhu
tertentu karena suhu mempengaruhi aktivitas pergerakannya dan menyimpulkan
bahwa perubahan suhu memungkinkan bagi ikan sebagai perangsang saraf,
sebagai suatu pengubah pada proses-proses metabolik dan sebagai pengubah pada
pergerakaan tubuh.
Tingkat Kematangan Gonad Ikan
Kematangan gonad ikan pada umumnya adalah tahapan pada saat
perkembangan gonad sebelum memijah. Sebagian energi dipakai untuk
perkembangan gonad selama proses reproduksi. Berat ikan akan mencapai
maksimum saat ikan memijah kemudian akan menurun dengan cepat selama
proses pemijahan berlangsung sampai selesai. Menurut Effendie (1997),
pertambahan berat gonad ikan betina pada saat stadium matang gonad dapat
mencapai 10 sampai 25 % dari berat tubuh, dan pada ikan jantan 5 sampai 10 %.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa semakin bertambahnya tingkat kematangan
gonad, telur yang ada dalam gonad akan semakin besar dan kematangan gonad
ikan dicirikan dengan perkembangan diameter rata-rata telur dan pola distribusi
ukuran telurnya.
Effendie (1997), menyatakan bahwa ikan mempunyai bentuk dan ukuran
yang berbeda antara satu dengan lainnya, hal tersebut terjadi pada gonad ikan
yang berhubungan dengan tahapan proses reproduksi. Perkembangan gonad
sangat erat kaitannya dengan proses metabolisme, dimana pada saat gonad
semakin matang proses metabolisme sebagian besar akan tertuju kepada
perkembangan gonad tersebut. Penentuan kematangan gonad sangat diperlukan

10
untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan melakukan reproduksi atau
tidak, untuk dihubungkan dengan pertumbuhan ikan serta faktor-faktor
lingkungan yang mempengaruhinya.
Kematangan gonad menggunakan tanda utama untuk membedakannya
berdasarkan berat gonad (Effendi 1997). Secara alamiah hal ini berhubungan
dengan ukuran dan berat tubuh ikan keseluruhannya atau tanpa berat gonad.
Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua cara, yang pertama cara
histologi dilakukan dilaboratorium dan yang kedua dengan cara pengamatan
morfologi. Cara histologi perkembangan gonad dilakukan dengan cara anatomi,
sedangkan pada morfologi ialah dilihat bentuk, ukuran, panjang dan berat, warna,
dan perkembangan isi gonad. Perkembangan gonad ikan betina lebih banyak
diperhatikan karena perkembangan diameter telur pada ikan betina lebih mudah
dilihat daripada sperma yang terdapat didalam testis ikan jantan.

3 METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perairan Kabupaten Maluku Tenggara selama
enam bulan yakni mulai dari bulan Januari sampai Juni 2013. Analisis sampel
dilakukan di Laboratorium Dasar Politeknik Perikanan Negeri Tual. Survei
lapangan dilakukan di wilayah penangkapan ikan yaitu Desa Selayar, lokasi
penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penangkapan ikan adalah tiga jenis alat tangkap
yaitu gillnet, bagan dan pancing. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat
bedah, botol sampel, kertas label, mikroskop binokuler, cawan petri, pipet tetes,
gelas objek dan peralatan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu:
kamera digital, timbangan digital (ketelitian 0,001), ember, box, mistar pengukur
panjang ikan, spidol permanen dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah bahan
pengawet (formalin 10 %) dan aquades.
Metode Pengambilan Data
Penelitian ini menggunakan metode experimental fishing, yaitu berupa
operasi penangkapan ikan menggunakan alat tangkap jaring insang (gillnet),
bagan dan pancing. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder. Data primer berupa hasil tangkapan ikan yang diperoleh dari
hasil pengamatan langsung (pengukuran morfologi dan pengukuran hasil
tangkapan), hasil wawancara dengan nelayan, hasil pengisian kuesioner oleh
responden. Data sekunder diperoleh dari dinas dan instansi terkait serta literatur
yang relevan. Metode dan teknik pengumpulan data disajikan pada Tabel 3.1.

11
Tabel 3.1 Jenis data dan metode pengumpulannya
No

Jenis Data

1

Hasil tangkapan
Nelayan

2

Panjang dan
berat ikan

3

Isi perut ikan

4

Keadaan umum
daerah
penelitian

Metode
Pengumpulan
Experimental
fishing dan
wawancara
Pengukuran
Jumlah,
gravimetrik,
volumetrik
dan frekuensi
kejadian
Pengumpulan
dari instansi

Alat dan Bahan
Alat tangkap set gillnet,
kuesioner, alat tulis,
kamera
Papan ukur dan
timbangan digital
Alat bedah, mikroskop
binokuler, cawan petri,
pipet tetes, gelas objek,
formalin 10 % dan
aquades
Alat tulis

Keterangan
Data
primer
Data
primer
Data
primer

Data
sekunder

Metode yang digunakan untuk memperoleh data pada penelitian ini yaitu:
1) Wawancara (kuesioner) yang dilakukan mengacu pada kuesioner yang telah
dibuat agar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan saat wawancara sesuai
dengan tujuan yang dilakukan. Wawancara dilakukan dengan nelayan yang
melakukan kegiatan operasional penangkapan ikan. Kuesioner yang digunakan
berisi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan identitas responden,
alat tangkap yang digunakan responden, operasi penangkapan ikan, hasil
tangkapan, dan lokasi penangkapan.
2) Pengumpulan data sekunder diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Maluku Tenggara, instansi terkait dan literatur yang relevan.
3) Pengambilan contoh ikan menggunakan alat tangkap jaring insang, bagan dan
pancing oleh nelayan setempat. Ikan contoh yang diperoleh dari nelayan
pengumpul diawetkan menggunakan formalin 10 %.
4) Kebiasaan makan (feeding habits) dan tingkat trofik ikan target utama
digunakan metode indeks bagian terbesar (IP) menurut Natarajan dan Jhingran
(1961). Secara teknis sampel ikan yang telah diawetkan dengan formalin
dibedah menggunakan gunting mulai dari anus sampai bagian atas perut secara
horisontal menuju ke bagian belakang operculum dan menuju dasar perut. Otot
dibuka sampai bagian dalam ikan terlihat dan jenis kelamin dapat ditentukan
dengan melihat morfologi tingkat kematangan gonad, Effendie (1979).
Lambung dipisahkan dari organ lain kemudian diukur panjang dan beratnya,
bagian ujung dari lambung diikat agar makanan yang ada di dalamnya tidak
keluar, kemudian lambung diawetkan dengan formalin 10% untuk perhitungan
analisis makanan ikan di laboratorium. Saluran percernaan dibersihkan dari
formalin kemudian isi lambung dipisahkan dan diukur volume dan beratnya. Isi
lambung diencerkan dengan aquades sebanyak 3 sampai 5 tetes. Analisis
makanan meliputi jenis dan jumlah makanan dilakukan dengan mengambil
sebagian makanan dari lambung yang diencerkan dan diamati menggunakan

12
mikroskop dengan pembesaran 5x1 dan menggunakan metode sensus sebanyak
tiga kali ulangan.

Metode Analisis Data
Analisis kuesioner
Analisis kuesioner dilakukan secara deskriptif, yaitu dengan
mendeskripsikan unit penangkapan ikan. Unit penangkapan ikan yang dianalisis
yaitu alat tangkap dan nelayan.
Indeks keragaman Shannon-Wiener
Keragaman dihitung berdasarkan indeks keragaman untuk menggambarkan
komunitas secara matematis dan mempermudah analisis komunitas ikan. Indeks
diversitas (keragaman) Shannon-Wiener dihitung dengan menggunakan
persamaan modifikasi dari Krebs (1989) dalam Taurusman (2011).

H’= ∑

H’= ∑

1(

1(

) log 2 ( )

) log 2 ( )

Keterangan: H’: indeks diversitas Shannon-Wiener, bi: biomassa hasil tangkapan
spesies ke-i, B: biomassa total individu ikan yang ditemukan (i=1 sampai S), S:
jumlah total spesies ikan yang tertangkap.
Analisis Panjang dan Berat Ikan
Panjang dan berat ikan hasil tangkapan utama setiap alat tangkap diukur,
kemudian dianalisis hubungannya menggunakan rumus umum (Effendie 1997)
sebagai berikut:
=

Keterangan: W = Berat, L = Panjang, a = Intersep (perpotongan kurva hubungan
panjang-berat dengan sumbu y), b = Penduga pola pertumbuhan panjang-berat.
Jika dilinierkan melalui transformasi logaritma, maka diperoleh persamaan
sebagai berikut: Ln W = Ln a + b Ln L. Parameter a dan b, digunakan analisis
regresi dengan ln W sebagai y dan Ln L sebagai x, maka didapatkan persamaan
regresi: y = a + bx.
Analisis Tingkat Kematangan Gonad
Tingkat kematangan gonad diamati secara morfologi berdasarkan bentuk,
warna, ukuran, bobot gonad, serta perkembangan isi gonad. Penentuan tingkat
kematangan gonad mengacu kepada tingkat kematangan gonad ikan (Effendie
1997) dapat dilihat pada Tabel 3.2.

13
Tabel 3.2 Penentuan tingkat kematangan gonad secara morfologi
TKG
I

II

III

IV

V

Betina
Ovari seperti benang, panjangnya
sampai ke depan rongga tubuh, serta
permukaannya licin
Ukuran ovari lebih besar. Warna ovari
kekuning-kuningan, dan telur belum
terlihat jelas
Ovari berwarna kuning dan secara
morfologi telur mulai terlihat

Ovari makin besar, telur berwarna
kuning, mudah dipisahkan. Butir
minyak tidak tampak, mengisi 1/2-2/3
rongga perut
Ovari berkerut, dinding tebal, butir
telur sisa terdapat didekat pelepasan

Jantan
Testes seperti benang,warna
jernih, dan ujungnya terlihat
di rongga tubuh
Ukuran testes lebih besar
pewarnaan seperti susu
Permukaan testes tampak
bergerigi, warna makin
putih dan ukuran makin
besar
Dalam keadaan diawet
mudah putus, testes semakin
pejal
Testes bagian belakang
kempis dan dibagian dekat
pelepasan masih berisi

Analisis Isi Lambung Ikan
Analisis isi lambung untuk mengetahui persentase konsumsi makanan ikan
menurut Spatura dan Gophen (1982) dalam Sulistiono (2004) yang dievaluasi
dengan rumus:
SCW
00
ISC (%) =

Keterangan: ISC = Indeks isi lambung (%), SCW = berat isi lambung (gram),
BW = berat total ikan (gram).
Penentuan kebiasaan makanan menggunakan Indeks Bagian Terbesar
(Natarajan dan Jhingran 1961 dalam Effendie 1979) yaitu:
Ii = ∑(

)

x100

Keterangan: Vi: persentase volume satu macam makanan, Oi: persentase frekuensi
kejadian satu macam makanan, Ii: indeks bagian terbesar, Σ(Vi x Oi): jumlah Vi x
Oi dari semua macam makanan.
Analisis Tingkat Trofik
Analisis tingkat trofik atau jenjang rantai makanan digunakan untuk melihat
dampak penangkapan terhadap komunitas ikan di perairan. Estimasi tingkat trofik
untuk setiap famili berdasarkan komposisi makanan, dimana tingkat trofik setiap
spesies digunakan untuk menghitung rata-rata tingkt trofik setiap famili. Rata-rata
tingkat trofik hasil tangkapan pada setiap alat tangkap dihitung dengan rumus
sebagai berikut (Mc Clanahan and Mangi 2004).
=∑

1

x Tr fik


14
Keterangan: Ti: Tingkat trofik makanan ke-i, Pi: Fraksi makanan ke-i, TL: Ratarata tingkat trofik.
Hasil penelitian ini selanjutnya dibandingkan dengan metadata fishbase
(Froese dan Pauly 2013) dan pengelompokan menurut Stergiou et al. (2007).
Pengelompokan tingkat trofik menurut (Stergiou et al. 2007) adalah sebagai
berikut:
2,1 ≤ TL2 ≤ 2,9 = Omnivora yang cenderung pemakan tumbuhan.
2,9 < TL3 ≤ 3,7 = Omnivora yang cenderung pemakan hewan (zooplankton).
3,7 < TL4 ≤ 4,0 = Karnivora yang menyukai decapoda dan ikan.
4,0 < TL5 ≤ 4,5 = Karnivora yang cenderung pemakan ikan dan cephalopoda.

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Keadaan Umum Perikanan Tangkap
Salah satu sarana penting dalam memanfaatkan sumber daya ikan di laut
adalah unit penangkapan berupa kapal, alat tangkap, dan nelayan. Armada
penangkapan yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan di Maluku
Tenggara terdiri dari perahu tanpa motor, perahu/kapal motor tempel dan kapal
motor. Banyaknya perahu/kapal motor penangkapan ikan yang beroperasi di
daerah Maluku Tenggara menurut jenisnya (Tahun 2007-2011) dapat dilihat pada
Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Perkembangan armada penangkapan ikan di Kabupaten Maluku
Tenggara
Tahun

Jumlah Armada
Perahu Tanpa Motor

Motor Tempel

2007
5.284
894
2008
4.032
704
2009
3.792
727
2010
10.020
9.102
2011
12.601
1.034
Sumber: DKP Kabupaten Maluku Tenggara (2011)

Kapal Motor
88
51
119
130
126

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat terlihat bahwa jumlah kapal atau perahu yang
digunakan oleh nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara masih di dominasi oleh
perahu tanpa motor yaitu 5.284 pada tahun 2007 dan mengalami peningkatan
12.601 pada tahun 2011. Perahu tanpa motor adalah perahu yang bahan utamanya
terbuat dari kayu dan tidak menggunakan mesin sebagai penggerak, disusul motor
tempel dan kapal motor. Motor tempel yaitu kapal atau perahu penangkap ikan
yang terbuat dari kayu atau fiber serta menggunakan mesin sebagai tenaga
penggerak.
Alat penangkapan ikan yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan di
Maluku Tenggara terdiri dari pukat cincin, pancing, bubu, sero, jaring insang,
purse seine dan bagan. Secara umum alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di

15
Maluku Tenggara bersifat tradisional dan masih berskala kecil. Data nelayan
tangkap per Kecamatan di Kabupaten Maluku Tenggara dapat dilihat pada Tabel
4.2.
Tabel 4.2 Data Jumlah dan Persentase Nelayan
Tahun

Nelayan (orang)

2007
2008
2009

6.758
5.797
6.265

2010

5.168

2011

5.181

Sumber: BPS Kabupaten Maluku Tenggara (2012)
Jumlah nelayan tangkap mengalami perubahan, pada tahun 2007 merupakan
jumlah nelayan tertinggi yaitu 6.758 dan terendah pada tahun 2011 yaitu 5.181.
Penurunan jumlah nelayan disebabkan karena sebagian alat tangkap yang di
gunakan masih bersifat tradisional, yang mengakibatkan pendapatan nelayan
sangat sedikit, sehingga banyak nelayan yang beralih profesi dari nelayan ke
profesi yang lain, seperti tukang ojeg.

Unit Penangkapan Ikan pada Perairan Desa Selayar
Ekosistem perairan Maluku Tenggara jika dari pesisir pantai terlihat adanya
dominansi jenis-jenis terumbu karang yang tumbuh begitu padat dan sedikitnya
tumbuhan air lainn