Pengaruh inflasi, kecukupan modal dan kredit bermasalah terhadap intermediasi bank perkreditan rakyat

PENGARUH INFLASI, KECUKUPAN MODAL
DAN KREDIT BERMASALAH TERHADAP INTERMEDIASI
BANK PERKREDITAN RAKYAT

ADHENG DWIJANARKO

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ABSTRAK
ADHENG DWIJANARKO. Pengaruh Inflasi, Kecukupan Modal dan Kredit
Bermasalah terhadap Intermediasi Bank Perkreditan Rakyat. Dibimbing oleh
BUDI PURWANTO.
BPR adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha terutama ditujukan
untuk melayani usaha-usaha kecil dan masyarakat di daerah pedesaan. BPR hanya
mampu menyalurkan kredit 3% sampai 4% dalam skala nasional pada sektor
UMKM. Krisis global tahun 2008 berdampak pada kondisi perekonomian. Bank
Indonesia telah menerapkan tiga kebijakan.Pertama, kebijakan moneter dalam

mengatasi peningkatan inflasi. Kedua, kebijakan dalam sektor perbankan untuk
mengantisipasi keketatan likuiditas bank. Ketiga, kebijakan dalam sektor
perbankan untuk mengantisipasi gagal bayar para pelaku bisnis. Tujuan penelitian
ini ialah menganalisis pengaruh inflasi, capital adequacy ratio dan non
performing loan terhadap loan to deposit ratio. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang dilakukan, bahwa hasil penelitian pengaruh inflasi, rasio
kecukupan modal tidak berperngaruh meskipun hasil signifikan karena pelaku
usaha mengambil kredit dengan jangka pendek dan tidak memperhitungkan
tingkat kesehatan bank dan kredit macet berpengaruh signifikan terhadap
intermediasi likuiditas BPR secara nasional.
Kata kunci: CAR , inflasi, LDR,Likuiditas, NPL

ABSTRACT
ADHENG DWIJANARKO. The influence of inflation, capital adequacy and
credit Problem of BankPerkreditan RakyatIntermediation. Superviced by BUDI
PURWANTO.
BPR is the Bank that carries out business activities primarily intended to
serve small businesses and communities in rural areas. BPR was only able to
transmit credit 3% to 4% in the national scale in the sector of SMALL MEDIUM
ENTERPRISES. The global crisis of 2008 had an impact on the conditions of the

economy. Bank Indonesia has implemented three policies. First, monetary policy
in coping with increases in inflation. Second, the policy in the banking sector to
anticipate the tightness of liquidity of the bank. Third, the policy in the banking
sector to anticipate the business defaulted. The purpose of this study was to
analyze the effect of inflation, that based on the results of research, the influence
inflation and capital adequacy ratios have no effect even though the results are
significant because the businessmen take credit with short term and does not take
into account the level of health of the banks and the bad credit intermediation
significantly to affect the liquidity of the BPR nationally.
Keywords : CAR,inflation, LDR, Liquidity, NPL

PENGARUH INFLASI, KECUKUPAN MODAL
DAN KREDIT BERMASALAH TERHADAP INTERMEDIASI
BANK PERKREDITAN RAKYAT

ADHENG DWIJANARKO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi

pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ialah intermediasi likuiditas BPR, dengan berjudul
Pengaruh Inflasi, Kecukupan Modal dan Kredit Bermasalah terhadap Intermediasi
Bank Perkreditan Rakyat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Budi Purwanto, ME. selaku
pembimbing, yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada para staf sekretariat Tata Usaha, serta Komisi
Akademik Departemen Manajemen. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah Alm. Hariyanto, ibu Tutik Dwiyani, kakak Jayeng Haryantika serta

seluruh keluarga, sahabat, teman sebimbingan dan sedepartemen atas segala doa
dan kasih sayangnya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari penulisan skripsi
ini, mengingat keterbatasan yang ditemukan dalam penelitian. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun penulis sangat penulis harapkan. Semoga karya
ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014

Adheng Dwijanarko

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi


DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

3


Manfaat Penelitian

3

Ruang Lingkup Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA

3

Likuiditas

3

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi LDR

4


Penelitian Terdahulu

6

METODE

6

Kerangka Pemikiran Penelitian

6

Hipotesis Penelitian

9

Definisi Operasional Variabel Penelitian

9


Jenis dan Sumber Data

9

Metode Pengumpulan Data

9

Metode Pengolahan dan Analisis Data

10

PEMBAHASANPENELITIAN

11

Analisis Deskriptif

11


Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

14

Persamaan dan Pembahasan Regresi Linier Berganda

16

Interpretasi Hasil

17

Implikasi Manajerial

18

SIMPULAN DAN SARAN

19


Simpulan

19

Saran

19

DAFTAR PUSTAKA

19

LAMPIRAN

22

RIWAYAT HIDUP

29


DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Perkembangan Baki Debet Kredit UMKM Menurut Kelompok Bank
Data Pertumbuhan LDR BPR
Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan NPL
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Data Inflasi, Kredit dan Tabungan di akhir tahun
Hasil Uji Autokorelitas
Hasil Uji Multikolinieritas
Hasil Uji F
Hasil Uji t

1
2
5
9
12
14
15
16
16

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7

Pengaruh Inflasi terhadap LDR
Pengaruh CAR terhadap LDR
Pengaruh NPL terhadap LDR
Kerangka Pemikiran Penelitian
Pertumbuhan Kredit dan Tabungan BPR
Hasil Uji Normalitas
Hasil Uji Heteroskedastisitas

7
7
7
8
12
14
15

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Data Inflasi CAR NPL dan LDR
Data CAR, modal inti, ATMR dan Total kredit
Data NPL, kredit bermasalah dan Total kredit
Data Penelitian Terdahulu

22
24
26
28

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Landasan Hukum Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah UU No.7/1992
tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No.10/1998. Dalam UU
tersebut secara tegas disebutkan bahwa BPR adalah Bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan usaha
BPR terutama ditujukan untuk melayani usaha-usaha kecil dan masyarakat di
daerah pedesaan. Bentuk hukum BPR dapat berupa Perseroan Terbatas,
Perusahaan Daerah, atau Koperasi. Adapun fungsi BPR adalah sebagai berikut : 1.
Memberi pelayanan perbankan kepada masyarakat yang sulit atau tidak memiliki
akses ke bank umum; 2. Membantu pemerintah mendidik masyarakat dalam
memahami pola nasional agarakselarasi pembangunan di sektor pedesaan dapat
lebih dipercepat; 3. Menciptakan pemerataan kesempatan berusaha terutama bagi
masyarakat pedesaan; 4. Mendidik dan mempercepat pemahaman masyarakat
terhadap pemanfaatan lembaga keuangan formal sehingga terhindar dari jeratan
rentenir. Kegiatan usaha BPR secara umum menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu dan memberikan kredit. Namun, menurut
Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992, BPR tidak diperkenankan
menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran dan
melakukan kegiatan usaha dalam bentuk valuta asing.
Peran BPR dalam penyaluran kredit Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) skala nasional tidak mendominasi dibanding bank lain. Bank Indonesia
(2013), data perkembangan baki debet kredit UMKM menurut kelompok Bank
sebagai berikut :
Tabel 1. Perkembangan Baki Debet Kredit UMKM Menurut Kelompok Bank
Bank
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Persero
34.84
37.18 35.77 34.87 43.98 46.47
Swasta Devisa
40.47
37.23 37.81 38.09 37.25 35.40
Swasta Non Devisa
3.56
3.89
4.30
4.91
4.21
4.46
BPD
13.27
14.04 13.16 13.01
8.16
7.32
Bank Campuran
1.29
1.68
2.59
2.81
1.58
1.34
Bank Asing
2.56
2.13
2.74
2.91
0.13
0.10
BPR-BPRS
4,.01
3.85
3.63
3.40
4.68
4.90
Sumber : Bank Indonesia (2013) , diolah

Tabel 1 menggambarkan kredit UMKM didominasi oleh Bank Persero dan
Bank Swasta Nasional Devisa bukan BPR. BPR hanya mampu menyalurkan
kredit 3% sampai 4% dalam skala nasional. BPR sebagai lembaga keuangan Bank
dengan target kinerja khusus sektor mikro menjadi sangat kurang. Sebagai
lembaga intermediasi diperlukan bank dengan kinerja keuangan yang sehat,

2
sehingga proses intermediasi dapat berjalan dengan lancar. Apalagi BPR didesain
dan bekerja pada sektor mikro yang berperan penting menjaga stabilitas ekonomi
Indonesia.
Tabel 2. Data Pertumbuhan Loan to Deposit Ratio (LDR) BPR
Tahun
Pertumbuhan LDR
2007-2008
2.51
2008-2009
-2.93
2009-2010
-0.59
2010-2011
-0.48
2011-2012
0.09
2012-2013
5.74
Sumber : Bank Indonesia (2014) , diolah

Pertumbuhan LDR BPR pada akhir tahun tersebut cenderung mengalami
penurunan dari tahun 2007-2013. Pertumbuhan LDR disaat ekonomi stabil malah
terjadi penurunan. Pertumbuhan LDR mengalami peningkatan terjadi pada saat
terjadi gejolak ekonomi di tahun 2008 dan 2013.
Krisis global tahun 2008 berdampak pada kondisi perekonomian dalam
negeri di Indonesia. Menurut publikasi Sekretariat Negara Republik Indonesia
(2009), Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter yang mempunyai
independensi dari pemerintah mempunyai kewajiban menjaga stabilitas moneter
serta mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang dapat meminimalisir dampak dari
krisis global. Bank Indonesia telah menerapkan beberapa kebijakan, yakni:
Pertama, kebijakan moneter dalam mengatasi peningkatan inflasi. Kedua,
kebijakan dalam sektor perbankan untuk mengantisipasi keketatan likuiditas bank.
Ketiga, kebijakan dalam sektor perbankan untuk mengantisipasi gagal bayar para
pelaku bisnis. Berhubungan dengan Loan to Deposit Ratio BPR. Maka penelitian
“Pengaruh Inflasi, Kecukupan Modal dan Kredit Bermasalah terhadap
Intermediasi Bank Perkreditan Rakyat” dilaksanakan.

Perumusan Masalah Penelitian
Risiko keseimbangan LDR diantaranya (Rusyamsi dalam Nasiruddin,
2005) : (1) Risiko kecukupan modal (2) Risiko kredit (3) Risiko suku bunga.
Berdasarkan pada latar belakang yang dipaparkan, kebijakan sektor moneter
adanya gejolak inflasi berhubungan dengan risiko suku bunga, kebijakan sektor
perbankan dalam rasio kecukupan modal berhubungan dengan risiko kecukupan
modal dan kebijakan sektor pembayaran dalam mengantisipasi kredit bermasalah
berhubungan dengan risiko kredit. Apalagi terjadi research gap dan fenomena gap
yang tersaji pada penelitian terdahulu, maka pertanyaan penelitian yang diajukan
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
a)
Apa pengaruh yang terdapat pada faktor inflasi terhadap LDR?
b)
Apa pengaruh yang terdapat pada faktor capital adequacy ratio(CAR)
terhadap LDR?

3
c)

Apa pengaruh yang terdapat pada faktor non performing loan (NPL)
terhadap LDR?

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi LDR sebagai berikut :
a)
Mengetahui pengaruh faktor inflasi terhadap LDR
b)
Mengetahui pengaruh faktor CAR terhadap LDR
c)
Mengetahui pengaruh faktor NPL terhadap LDR

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah mengetahui efisiensi dan
efektivitas kebijakan Bank Indonesia terhadap likuiditas pada BPR sehingga dapat
menjadi dasar pengambilan kebijakan selanjutnya dalam menghadapi dampak
krisis global dalam melindungi sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
sebagai fundamental perekonomian Indonesia.

Ruang Lingkup Penelitian

a)
b)
c)

Dalam menentukan hasil yang dituju maka perlu pembatasan dalam hal :
LDR pada BPR sebagai variabel dependen dan yang menjadi variabel
independen dalam penelitian ini adalah inflasi, CAR, dan NPL.
Untuk periode yang digunakan penelitian dimulai Januari 2008 sampai
Agustus 2013 secara bulanan.
Unit analisis yang digunakan adalah BPR.

TINJAUAN PUSTAKA
Likuiditas
Likuiditas ini penilaian didasarkan atas kemampuan bank dalam
membayar utang-utangnya terutama simpanan tabungan, giro dan deposito pada
saat ditagih dan dapat memenuhi semua permohonan kredit yang layak disetujui
(Martono dalam Lestari dan Sugiharto, 2007).
Intermediasi
Intermediasi adalah merupakan fungsi utama bank sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang No 10 Tahun 1998; Bank merupakan badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup masyarakat (Saryadi, 2013).

4
Salah satu ukuran untuk melihat fungsi intermediasi perbankan adalah LDR.
Alasan LDR digunakan sebagai ukuran intermediasi karena LDR mengukur
efektivitas perbankan dalam penyaluran kredit melalui dana yang berhasil
dihimpun dari masyarakat. LDR melihat seberapa total kredit terhadap total dana
pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit (Riyadi, 2006).
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI Nomor 12/ 11 /DPNP
tanggal 31 Maret 2010). Rumus LDR sebagai berikut:
..................................(1)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi LDR
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (2013), batas bawah LDR 78% dan
batas atas 92%. Resiko keseimbangan antara penyaluran kredit dan dana dari
pihak ketiga (LDR) diantaranya (Rusyamsi dalam Nasiruddin, 2005) : (1) Risiko
kecukupan modal (2) Risiko kredit (3) Risiko suku bunga.
Inflasi
Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga barang
dan jasa secara umum dan terus menerus selama waktu tertentu. Hal ini
merupakan sebuah proses kenaikan harga umum barang–barang secara terus
menerus. Ini tidak berarti bahwa harga–harga berbagai macam barang itu naik
dengan persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidak
bersamaan, yang terpenting terdapat kenaikan harga barang umum secara terus
menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja
(meskipun dengan persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi
(Samuelson & Nordhaus dalam Nandadipa, 2010).
Inflasi menurut Derajatnya : (Atdmaja, 1999)
a. Inflasi ringan di bawah 10% (single digit)
b. Inflasi sedang 10% - 30%.
c. Inflasi tinggi 30% - 100%.
d. Hyperinflasion di atas 100%.
Rumus inflasi IHK :
.........(2)
Menurut Haryati (2007), tekanan inflasi yang cukup kuat sehingga
mendorong Bank Sentral melakukan kebijakan moneter melalui peningkatan suku
bunga, tingginya suku bunga SBI akan memberikan pilihan bagi perbankan
untukmenempatkan dananya dalam secondary reserve, selain itu bank akan
mengalami perlambatan dalam menghimpun dana masyarakat sehingga dana yang
dialokasikan ke dalam kredit menjadi berkurang. Sehingga inflasi berpengaruh
mengurangi nilai LDR.

5
Capital Adequacy Ratio (CAR)
Bank Indonesia menetapkan CAR yaitu kewajiban penyediaan modal
minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi
tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Berdasarkan
ketentuan Bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank yang
sehat harus memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%. Hal ini didasarkan kepada
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai standar tingkat kesehatan
bank untuk permodalan.
Capital Adequacy Ratio ini merupakan perbandingan antara modal yang
dimiliki Bank dengan ATMR :
.....................(3)
Menurut Saryadi (2013), semakin tinggi CAR maka semakin besar pula
sumber daya finansial yang dapat digunakan untuk keperluan pengembangan
usaha dan mengantisipasi potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran
kredit. Maka Bank yang memiliki CAR yang tinggi, penyaluran kreditnya juga
banyak sehingga, apabila CAR meningkat maka akan meningkatkan LDR.
Non Performing Loan (NPL)
Pengertian NPL adalah keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup
membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah
diperjanjikannya. NPL/kredit bermasalah menurut ketentuan Bank Indonesia
merupakan kredit yang digolongkan ke dalam kolektibilitas Kurang Lancar (KL),
Diragukan (D), dan Macet (M) (Fitria dan Sari, 2012).
Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio NPL dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 3. Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Rasio NPL
Rasio
Predikat
Sehat
NPL ≤ 5%
Tidak Sehat
NPL > 5%
Sumber : Bank Indonesia 2013

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI Nomor 12/ 11 /DPNP
tanggal 31 Maret 2010). Rasio NPL dapat diformulasikan sebagai berikut :
.........................(4)
Penggunaan variabel NPL mencerminkan risiko kredit. Semakin tinggi
tingkat NPL maka semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak
bank. Akibat tingginya NPL perbankan akan lebih selektif dalam menyalurkan
kredit (Fitria dan Sari, 2012). Oleh karena itu kredit bermasalah berpengaruh
memperlambat penyaluran kredit dan mengurangi nilai LDR.

6
Penelitian Terdahulu
Tabel lengkap penelitian terdahulu terdapat di lampiran 4. Penjelasan hasil
penelitian terdahulu sebagai berikut :
Penelitian terdahulu mengenai inflasi telah ditelaah sebelumnya diteliti oleh
Hasanudin dan Prihatiningsih (2010) dan Nandadipa (2010). Pada penelitian
Hasanudin dan Prihatiningsih (2010) dengan sampel Bank Perkreditan Rakyat di
Jawa Tengah dalam penelitiannya menyatakan bahwa inflasi berpengaruh positif
dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan kredit Bank Perkreditan Rakyat,
sedangkan pada Nandadipa (2010) menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap LDR Bank Umum. Terjadi beda hasil penelitian
yang tidak konsisten antara penelitian yang dilakukan oleh Hasanudin dan
Prihatiningsih (2010) dengan Nandadipa (2010).
Pengaruh antara Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap LDR juga telah
ditelaah sebelumnya yang diteliti oleh Nandadipa (2010) dan Nasiruddin (2005).
Pada penelitian Nandadipa (2010) dengan sampel Bank Umum, mengenai
pengaruh CAR terhadap LDR menunjukkan bahwa CAR memiliki pengaruh
negatif dan signifikan terhadap LDR, namun pada penelitian Nasiruddin (2005)
CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap LDR BPR di wilayah
Semarang. Terjadi hasil penelitian yang tidak konsisten antara penelitian yang
dilakukan oleh Nandadipa (2010) dan Nasiruddin (2005).
Non Performing Loan (NPL) yang diteliti oleh Hasanudin dan
Prihatiningsih (2010) dengan Nandadipa (2010) dan Nasiruddin (2005) juga
mengalami beda hasil, pada penelitian Hasanudin dan Prihatiningsih (2010)
dengan sampel Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Tengah, NPL berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit BPR, sedangkan pada
penelitian Nandadipa (2010) pada Bank umum dan Nasiruddin (2005) dengan
sampel Bank BPR di wilayah kerja Bank Indonesia Semarang menemukan NPL
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LDR.

METODE
Kerangka Pemikiran Penelitian
Risiko keseimbangan LDR diantaranya (Rusyamsi dalam Nasiruddin,
2005) : (1) Risiko kecukupan modal (2) Risiko kredit (3) Risiko suku bunga.
Berdasarkan tiga kebijakan Bank Indonesia pada saat krisis global tahun 2008
maka kebijakan sektor moneter adanya gejolak inflasi berhubungan dengan risiko
suku bunga, kebijakan sektor perbankan dalam rasio kecukupan modal
berhubungan dengan risiko kecukupan modal dan kebijakan sektor pembayaran
dalam mengantisipasi kredit bermasalah berhubungan dengan risiko kredit.
Menurut Haryati (2007), tekanan inflasi menyebabkan bank akan
mengalami perlambatandalam menghimpun dana masyarakat sehinggadana yang
dialokasikan ke dalam kredit menjadiberkurang. Karena inflasi mengakibatkan
suku bunga kredit maupun deposito naik. Kenaikan suku bunga tersebut akan

7
menyebabkan kredit menurun dan DPK naik, meskipun kenaikan mengalami
perlambatan.

Suku Bunga Kredit

Kredit
LDR

Inflasi
Suku Bunga Deposito

DPK

Gambar1. Pengaruh Inflasi terhadap LDR
Menurut Saryadi (2013), apabila CAR meningkat maka akan meningkatkan
LDR,dan penggunaan variabel NPL mencerminkan risiko kredit. Semakin tinggi
tingkat NPL maka semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak
bank.
CAR

NPL

LDR

MODAL

KREDT MACET

KREDIT

ATMR

TOTAL KREDIT

DPK #

Gambar2. Pengaruh CAR terhadap LDR
Akibat tingginya NPL perbankan akan lebih selektif dalam menyalurkan
kredit (Fitria dan Sari, 2012). Oleh karena itu kredit bermasalah berpengaruh
memperlambat penyaluran kredit dan mengurangi nilai LDR.
NPL

LDR

KREDIT MACET

KREDIT

TOTAL KREDIT

DPK #

Gambar 3. Pengaruh NPL terhadap LDR
Penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda dalam melihat
pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependennya. Sekaligus
menganalisis korelasi variabel independen dan dependen untuk menganalisis
Rumus regresi dalam Ghozali (2007) :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ε ..............................(5)
Keterangan:
Y = Variabel Dependen
a = konstanta
b= koefisien regresi

8
X= Variabel Independen
ε= Eror
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini didistribusikan dalam rumus regresi
linier berganda sebagai berikut :
Y = a - b1X1 + b2X2- b3X3 + ε..............................(6)
Keterangan:
Y = LDR
a = konstanta
b1 = koefisien regresi inflasi
b2 = koefisien regresi CAR
b3 = koefisien regresi NPL
X1 =inflasi
X2 = CAR
X3 = NPL
ε = Eror
Kerangka pemikiran dalam bentuk bagan sebagai berikut :
BPR sebagai lembaga intermediasi kinerja penyaluran kredit kurang
dalam skala nasional dalam menyokong peran UMKM

UMKM tangguh menghadapi krisis global

Tiga kebijakan BI pada saat krisis global tahun 2008

Moneter

Perbankan

Inflasi

CAR

(-)

(+)

Sistem
Pembayaran
NPL

(-)

Intermediasi BPR
(Loan to Deposit Ratio)
Gambar 4. Kerangka Pemikiran

9
Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut :
H1 : Adanya pengaruh negatif dan signifikan variabel inflasi terhadap LDR
H2 : Adanya pengaruh positif dan signifikan variabel CAR terhadap LDR
H3 : Adanya pengaruh negatif dan signifikanvariabel NPL terhadap LDR
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Tabel 4.Definisi Operasional Variabel Penelitian
No
Variabel
Indikator Variabel
Inflasi
Indeks Harga Konsumen (IHK) yang diterbitkan oleh
1.
(X1)
BI pada tahun 2008-2013.
CAR (X2) Persentase
permodalan
yang
menunjukkan
2.
kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk
keperluan pengembangan usaha serta menampung
kemungkinan risiko kerugian yang diakibatkan dalam
operasional bank dari laporan keuangan yang
dipublikasikan BI dari tahun 2008-2013.
NPL (X3) Persentase kredit macet dari laporan keuangan yang
3.
dipublikasikan BI dari tahun 2008-2013.
LDR (Y)
Persentase menunjukkan kemampuan bank didalam
4.
menyediakan dana kepada debiturnya dengan modal
yang dimiliki oleh bank maupun dana yang
dikumpulkan dari masyarakat dari laporan keuangan
yang dipublikasikan BI dari tahun 2008-2013.

Skala
Rasio
Rasio

Rasio
Rasio

Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan ialah data sekunder. data populasi dengan skala
nasional dan time series.Data yang digunakan yakni data Bank Indonesia, dan
diperoleh dari publikasi laporan bulanan yakni Statistik Perbankan Indonesia
Bank Umum dan BPR, pada kinerja BPR tahun 2008-2013, yang dicantumkan
pada situs resmi Bank Indonesia.

Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data penelitian ini dengan obsevasi “statistik
perbankan Indonesia” dari situs resmi Bank Indonesia pada 2008-2013.

10
Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan MS excel
dan SPSS 16.
Uji Asumsi Klasik
Model analisis linear berganda dapat dikatakan sebagai model yang baik
jika model tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi
klasik statistik yang meliputi uji normalitas, multikolineritas, autokorelasi, dan
heteroskedastisitas.
a Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui residual yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Teknik Kolmogorov-Smirnov merupakan salah
satu cara untuk mengetahui data yang diambil terdistribusi normal atau tidak.
Kurva nilai residual terstandarisasi dikatakan menyebar dengan normal apabila
nilai Kolmogorov-Smirnov Z ≤ Z table atau nilai asymp.sig.(2-tailed) > α pada
tabel uji Kolmogorov-Smirnov (Suliyanto, 2005).
b Uji Autokorelasi
Uji autorelasi dilakukan untuk menguji apakah suatu model regresi linier
ada korelasi antara periode pengamatan satu dengan periode pengamatan
lainnya (Ghozali, 2007). Metode pengujian yang sering dilakukan adalah
Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut :
-Jika DW kurang dari dL atau lebih dari (4-dL) berarti terdapat autokorelasi.
-Jika DW terletak antara dU dan (4-dU) berarti tidak ada autokorelasi.
c Multikolinearitas
Uji multikolineritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel
independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam
satu model. Tujuan uji multikolinearitas untuk menghindari kebiasan dalam
proses pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh pada uji parsial masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen. Uji multikolinearitas
dapat dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor) tidak lebih dari 10 dan
nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1. Semakin tinggi VIF maka semakin
rendah Tolerance, model pun dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas
(Nugroho, 2005).
d Heteroskedastisitas
Menurut Nugroho (2005), heteroskedastisitas menguji
terjadinya
perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan
lainnya, atau gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan
Studentized Delete Residual nilai tersebut. Cara memprediksi ada tidaknya
heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot
model tersebut. Analisis gambar Scatterplot yang menyatakan model regresi
linear berganda tidak terdapat heteroskedastisitas jika :
1) Titik-titik data menyebar di atas dan bawah atau di sekitar angka 0.
2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
3) Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola.

11
Uji F dan Uji t
Uji F atau uji global dimaksudkan untuk melihat kemampuan menyeluruh
dari variabel bebas (X1, X2, …., Xn) dapat atau mampu menjelaskan tingkah laku
atau keragaman variabel terikat (Y). Uji F ini juga dimaksudkan untuk
mengetahui apakah semua variabel bebas memiliki koefisien regresi sama dengan
nol. Melihat nyata uji F dengan memperhatikan nilai nyata F hitung lebih kecil
dari alpha (α) yang ditetapkan. Uji F digunakan untuk melihat pengaruh secara
simultan variabel X terhadap variabel Y. Hipotesis diterima jika alpha (α) > F
hitung, dengan nilai alpha 0,05.
Uji t bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing
variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen. Pada
regresi berganda, mungkin variabel X1, X2, …., Xn secara bersama-sama
berpengaruh nyata. Namun demikian, belum tentu secara individu atau parsial
seluruh variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap variabel terikatnya (Y).
Melihat nyata uji t dengan memperhatikan nilai nyata t hitung lebih kecil dari
alpha (α) yang ditetapkan (Suharyadi dan Purwanto, 2009). Uji t digunakan untuk
melihat pengaruh secara parsial variabel X1, X2 dan X3 terhadap variabel Y.
Hipotesis diterima jika alpha (α) > t hitung, dengan nilai alpha 0,05.
Persamaan Regresi Linier Berganda
Persamaan regresi linear berganda digunakan untuk melihat pengaruh
inflasi, CAR, dan NPL terhadap LDR melalui bentuk persamaan seperti berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 .......................(7)
Keterangan:
Y = LDR
a = konstanta
b1 = koefisien regresi inflasi
b2 = koefisien regresi CAR
b3 = koefisien regresi NPL
X1 = inflasi
X2 = CAR
X3 = NPL

PEMBAHASAN PENELITIAN
Analisis Deskriftif
Inflasi
Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat dianalisis hubungan inflasi dan
LDR dengan menganalisis perlambatan dan percepatan DPK dan penyaluran
kredit dampak dari inflasi sebagai berikut :

12
Tabel 5. Data Inflasi, Kredit dan Tabungan di Akhir Tahun
Tahun
Inflasi
Kredit
Tabungan
6.40 %
12.149
3.301
2004
17.11 %
14.654
3.757
2005
6.60 %
16.948
4.581
2006
6.59 %
20.540
6.018
2007
11.06 %
25.472
7.135
2008
2.78 %
28.001
8.272
2009
6.96 %
33.844
9.857
2010
3.79 %
41.100
12.035
2011
4.30 %
49.818
14.468
2012
8.79 %
58.677
15.573
2013
Sumber : Bank Indonesia (2013). Data diolah
Keterangan : Kredit dan Tabungan dalam Miliar

Sumber : Bank Indonesia (2013), diolah

Gambar 5. Analisis Pengaruh Inflasi terhadap Pertumbuhan Kredit dan DPK BPR
Hasil pengolahan analisis data pengaruh inflasi, kredit dan Dana Pihak
Ketiga (DPK) BPR ini mengambil tahun yang lebih panjang mulai tahun 2004
untuk melihat pola pergerakan pertumbuhan kredit dan tabungan saat terjadi
gejolak inflasi. Jumlah tabungan dan deposito pergerakannya mempengaruhi
jumlah DPK. Hasil tersebut menunjukan bahwa respon tabungan BPR lebih cepat
dan nilai perlambatan maupun pertumbuhan tabungan dan deposito lebih besar
dibanding dengan kredit BPR. Meskipun pengaruh inflasi terhadap kredit dan
tabungan menyebabkan penurunan namun nilai tabungan selalu mengalami nilai
lebih signifikan dibanding kredit. Saat inflasi meningkat, nilai tabungan menurun
satu tahun lebih dulu dan deposito dua tahun lebih dulu sehingga nilai DPK juga
turun sehingga LDR juga meningkat, saat inflasi kembali pada kondisi normal
tabungan dan deposito juga mulai pada nilai peningkatan dan kredit masih pada
penurunan maka LDR juga mengalami penurunan. Saat kondisi normal atau
inflasi turun pertumbuhan tabungan dan deposito juga selalu lebih besar dibanding
kredit, sehingga LDR juga turun nilainya. DPK BPR pada saat mengalami

13
penurunan dan kenaikan kinerja selalu lebih signifikan dibanding kredit dan
tabungan mengalami penurunan satu tahun serta deposito dua tahun sebelum
terjadi inflasi, sehingga terjadi time lag pada studi kasus BPR tersebut.
Studi data tersebut mengindikasikan hasil berbeda dengan teori Haryati
(2007) bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap LDR. Inflasi berpengaruh
positif terhadap LDR BPR
CAR/Rasio Kecukupan Modal
Menurut data Bank Indonesia Januari 2008 sampai Agustus 2013 terdapat di
lampiran 2. Analisis data CAR dan modal inti BPR diolah untuk mendapatkan
nilai ATMR. Hasil yang diperoleh bahwa 68 data terdapat 41 data nilai lebih besar
ATMR daripada modal inti dan 24 data nilai lebih besar modal inti daripada
ATMR serta 2 data dengan nilai sama. Padahal nilai penyaluran selalu meningkat.
Sehingga pada BPR secara nasional meskipun penyaluran kredit meningkat tapi
juga menimbulkan risiko. NPL sebagai salah satu pengukuran risiko kinerja kredit
BPR juga menunjukan bahwa dari 68 data NPL dibawah 5% hanya 3 data,
sehingga memang kinerja BPR belum maksimal.
Studi data tersebut mengindikasikan hasil berbeda dengan teori Saryadi
(2013), bahwa CAR berpengaruh positif terhadap LDR. CAR pada BPR
berpengaruh negatif terhadap LDR BPR.
NPL/Kredit Bermasalah
Menurut data Bank Indonesia Januari 2008 sampai Agustus 2013 terdapat di
lampiran 3. Analisis data NPL terdapat kredit non lancar dan total kredit, dari 68
data 39 kredit non lancar mengalami penurunan nilai dan 42 total kredit
mengalami kenaikan kinerja. Data tersebut menandakan bahwa sesuai dengan
teori Fitria dan Sari tahun 2012, korelasi NPL terhadap LDR negatif. Hal tersebut
terjadi karena penggunaan variabel NPL mencerminkan risiko kredit. Semakin
tinggi tingkat NPL maka semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh
pihak bank. Akibatnya perbankan akan lebih selektif dalam menyalurkan kredit.
Studi data menunjukkan bahwa di variabel NPL hasil penelitian sesuai teori
bahwa NPL berpengaruh negatif pada LDR.

Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Metode analisis linear berganda dapat dikatakan sebagai model yang baik
jika model tersebut memenuhi uji asumsi klasik statistik. Uji asumsi klasik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, autokorelasi,
multikolinieritas dan heteroskedatisitas. Uji autokorelasi dibutuhkan karena
karena data menggunakan data time series.
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui residual yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas data penelitian dapat
dilihat dari Gambar 6.

14

Gambar 6. Hasil Uji Normalitas
Pada Gambar 6 dapat terlihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis
diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Berdasarkan
Gambar 6 dapat disimpulkan bahwa data penelitian ini terdistribusi normal atau
model memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan
periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi dinamakan ada problem
autokorelasi.
Tabel 6. Hasil Uji Autokorelasi
Model
R
R Square

1

.500

.250

Adjusted
R
Square
.214

Std. Error of the
Estimate
.0178225

DurbinWatson
.457

a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2
b. Dependent Variable: Y

Hasil uji autokorelasi pada tabel 6 dapat terlihat bahwa nilai DurbinWatson kurang dari dL, dimana nilai dL = 1,4853 dan du = 1,7335 pada n = 68,
yang seharusnya du < dw < 4-du sehingga data terdapat autokorelasi dan model
diduga tidak efisien. Karena diduga terdapat korelasi kesalahan t dan t-1.
3. Uji Multikolinieritas
Uji ini bertujuan untuk meguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi antar variabel independen. Multikolonieritas dapat dilihat dari (1) nilai

15
tolerance dan lawannya (2)variance inflation factor (VIF). Nilai yang umum
dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance >
0.10 atau sama dengan VIF < 10.
Tabel 7. Hasil Uji Multikolinineritas
Model
Collineerity Statistics
Tolerance
VIF
1 (Constant)
X1
.774
X2
.604
X3
.532

1.291
1.656
1.879

Hasil uji mulrikolinieritas pada tabel 7 terlihat bahwa baik variable
inflasi, CAR dan NPL memiliki nilai tolerance yang lebih tinggi dari 0.10 serta
nilai VIF yang lebih kecil dari 10, sehingga tidak terjadi multikolonieritas pada
model regresi tersebut.
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas.

Gambar 7. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Hasil uji heteroskedastisitas pada Gambar 8terlihat bahwa titik-titik
menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah sumbu Y,
hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model
regresi.

16

Uji F dan Uji t
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabelindependen berpengaruh secara simultan terhadap satu variabel dependen
atau terikat.
Tabel 8. Hasil Uji F
Model
1
Regression
Residual
Total

Sum of
Squares
.007
.020
.027

Df
3
64
67

Mean
Square
.002
.000

F
7.098

Sig.
.000

a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2
b Dependent Variable: Y

Berdasarakan tabel 8 di atas terlihat bahwa variabel-variabel independen
seperti inflasi, CAR, dan NPL, secara simultan berpengaruh terhadap LDR,
dimana nilai signifikansi 0,000 signifikan pada 0,05.
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen berpengaruh secara parsial terhadap satu variabel dependen atau
terikat.

Tabel 9. Hasil Uji t

Model
1
(Constant)
X1
X2
X3

Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
.946
.035
.209
.095
.270
-.364
.093
-.543
-.685
.224
-.453

T
26.757
2.197
-3.897
-3.052

Sig.
.000
.032
.000
.003

a. Dependent Variable: Y

Berdasarkan Tabel 9 di atas terlihat bahwa variabel-variabel independen
seperti inflasi, CAR, dan NPL, secara parsialberpengaruh terhadap LDR.Inflasi
yang digambarkan sebagai X1 menunjukan nilai signifikansi 0,032 signifikan pada
0,05. CAR yang digambarkan sebagai X2 menunjukan nilai signifikansi 0,000
signifikan pada 0,05. NPL yang digambarkan sebagai X3 menunjukan nilai
signifikansi 0,003 signifikan pada 0,05.

Persamaan Regresi Linier Berganda
Nilai koefisien regresi linier berganda dapat dilihat pada Tabel 9. Maka
diperoleh persamaan sebagai berikut :

17
Y = 0.946 + 0.209X1 – 0.364X2 – 0.685X3 ...........................(8)
Keterangan :
Y = LDR dalam persen
X1 = inflasi dalam persen
X2 = CAR dalam persen
X3 = NPL dalam persen

Interpretasi Hasil
Berdasarkan persamaan regresi linier berganda pada uji asumsi klasik data
terdapat autokorelasi dan model diduga tidak efisien, karena diduga terdapat
korelasi kesalahan t dan t-1. Menurut Nadia et all (2007), autokorelasi pada model
regresi linier akan mengakibatkan penduga koefisien regresi masih linier dan
masih tidak bias, ragam penduga koefisien regresi memiliki ragam lebih besar dari
model yang tidak memiliki model regresi yang tidak memiliki autokorelasi
sehingga model regresi yang memiliki autokorelasi bukan penduga terbaik
dihasilkan. Interpretasi hasil dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Nilai konstanta yang diperoleh sebesar 0.946 mengandung makna bahwa jika
semua variabel bebas memiliki nilai 0 (nol) maka variabel terikat LDR adalah
sebesar 0.946. Padahal batas bawah LDR 78% dan batas atas LDR 92%,
sehingga kinerja likuiditas intermediasi BPR seluruh Indonesia jauh di bawah
standar Bank Indonesia.
2. Nilai koefisien dari variabel inflasi (X1) adalah 0.209 menunjukan bahwa
setiap kenaikan variabel inflasi (X1) satu satuan maka LDR (Y) akan naik
sebesar 0.209 dengan asumsi bahwa variabel bebas lain dari model regresi
adalah tetap.Hasil regresi tersebut pengaruh inflasi terhadap LDR tidak sesuai
teori dan secara korelasi mendukung mendukung penelitian Hasanudin dan
Prihatiningsih (2010) namun secara regresi penelitian ini sigfikan. Kasus
tersebut sesuai dengan teori Dornbus & Fischer dalam Nandadipa (2010).
Meningkatnya inflasi makanilai uang akan “menurun” dan hal tersebut
menyebabkan masyarakat juga merasa tidak diuntungkan dengan menyimpan
uang di bank dengan harapan bunga ditengah inflasi yang tinggi, sehingga
mereka enggan untuk menabung, yang menyebabkan dana yang dihimpun bank
akan menjadi lebih kecil. Dana tabungan yang berkurang menyebabkan dana
murah untuk kredit berkurang sehingga kredit pada tahun berikutnya setelah
inflasi menurun. Pada BPR inflasi tidak berpengaruh terhadap LDR BPR
dijelaskan pada penelitian Hasanudin dan Prihatiningsih (2010). Hasilnya
signifikan karena sesungguhnya inflasi mempengaruhi tabungan pada BPR
berdampak kinerja kredit pasca satu tahun inflasi. Konsumen kredit BPR
adalah UMKM dan masyarakat desa yang menggunakan kredit dalam jangka
pendek tidak memperhitungkan dampak jangka panjang karena pertimbangan
UMKM yaitu gampang mendapatkan dana meskipun bunga tinggi. Maka
inflasi tidak berpengaruh secara langsung tapi berpengaruh signifikan terhadap
tabungan BPR selanjutnya berdampak terhadap kinerja kredit pasca inflasi.
3. Nilai koefisien dari variabel CAR (X2) adalah 0.364 dan bertanda negatif
menunjukan bahwa setiap kenaikan variabel CAR (X2) satu satuan maka LDR
(Y) akan turun sebesar 0.364 dengan asumsi bahwa variabel bebas lain dari

18
model regresi adalah tetap. Hasil penelitian tidak sesuai teori Saryadi (2013)
namunmendukung penelitian Nandadipa (2010). LDR yang tinggi menandakan
bank banyak meminjamkan. Saat sebuah bank melakukan ekspansi kredit,
perlu diperhatikan bahwa kredit tersebut memiliki risiko. Semakin besar kredit
yang diberikan, risiko kredit yang dihadapi semakin besar pula, nilai ATMR
juga akan mengalami kenaikan, maka nilai CAR bank akan turun (kecil).
4. Nilai koefisien dari variabel NPL (X3) adalah 0.685 dan bertanda negatif
menunjukan bahwa setiap kenaikan variabel NPL (X3) satu satuan maka LDR
(Y) akan turun sebesar 0.685 dengan asumsi bahwa variabel bebas lain dari
model regresi adalah tetap. Hasil penelitian pada pengaruh NPL terhadap LDR
sesuai dengan teori Fitria dan Sari (2012) serta mendukung penelitian
Nandadipa (2010) dan Nasiruddin (2005) karena jelas NPL merupakan risiko
dalam kinerja kredit sehingga mempengaruhi LDR termasuk pada BPR.

IMPLIKASI MANAJERIAL
Hasil penelitian terdapat dua variable independen yang tidak sesuai
korelasinya dengan toeri karena kesiapan BPR dalam menghadapi inflasi dan
kinerja yang kurang sehingga variabel CAR korelasinya menjadi negatif tidak
sesuai dengan teori, maka terdapat tiga implikasi manajerial dalam meningkatkan
LDR sebagai berikut :
1. Peningkatan Kualitas SDM dalam Meningkatkan Kinerja BPR
Pemerintah dan Bank Indonesia dalam harus menetapkan visi misi dan
tujuan yang jelas dalam peningkatan UMKM wilayah perusahaan berdiri,
sehingga banyak intelektual tertarik bekerja di BPR. Pengorganisasian dalam
pengelolaan BPR juga harus diatur dengan jelas dalam rekruitmen karyawan,
sehingga pelaksanaan bisnis berjalan sesuai target pemerintah dalam
peningkatan kesejahteraan UMKM. BPR yang tidak memenuhi target dalam
jangka waktu yang ditetapkan pemerintah maka harus ada solusi agar laju
peningkatan kesejahteraan tetap berjalan. Solusi tersebut bisa berupa
penggabungan dengan BPR lain atau penutupan karena tidak produktif.
2. Kebijakan Dukungan permodalan BPR
Kesiapan pemerintah saat terjadi keketatan likuiditas untuk emnyiapkan
modal terhadap BPR agar kinerja tetap berjalan sesuai target meskipun
dibawah tekanan krisis dan pengaruh global ekonomi. Sebagai contoh dana
KUR yang disalurkan lewat Bank Umum juga diberikan akses terhadap BPR
agar kekurangan modal dan sumber dana murah dalam penyaluran kredit BPR
tetap berjalan sesuai target dan meningkatkan kinerja.
3. Pengawasan
Kinerja BPR sistem pengawasan harus diperketat. BPR yang tidak sesuai
target kinerja harus segera ditindak lanjuti. Kinerja BPR yang kurang dari
target diberhentikan atau dilakukan merger agar target tetap tercapai.

19

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil analisis regresi, variabel inflasi berpengaruh signifikan positif terhadap
likuiditas intermediasi kredit BPR. Hasil tersebut tidak sesuai dengan teori.
Meskipun hasil signifikan namun inflasi tidak berpengaruh terhadap LDR BPR
karena BPR pasar kreditnya adalah UMKM yang meminjam kredit dalam
jangka pendek.
2. Hasil analisis regresi, variabel kecukupan modal berpengaruh signifikan
negatif terhadap likuiditas intermediasi kredit BPR secara nasional.Namun
hasil tersebut juga tidak sesuai teori karena keadaan konsumen BPR dalam
mengambil kredit tidak memperhitungkan dan menimbang tingkat kesehatan
bank. Konsumen kredit BPR adalah UMKM. Pelaku usaha mengambil kredit
dengan jangka pendek dan tidak memperhitungkan tingkat kesehatan bank.
Sehingga faktor kecukupan modal minimum bank tidak berpengaruh terhadap
LDR.
3. Variabel risiko kredit macet berpengaruh signifikan negatif terhadap likuiditas
intermediasi kredit BPR secara nasional, karena semakin tinggi tingkat NPL
maka semakin besar juga risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank.
Akibatnya akan lebih selektif dalam menyalurkan kredit.

Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, saran yang dapat penulis
berikan adalah :
1. Peningkatan kualitas SDM dalam pengelolaan BPR.
2. Dukungan permodalan BPR dalam menghadapi persaingan.
3. Sistem pengawasan kinerja BPR.

DAFTAR PUSTAKA
Atmadja, Adwin S. 1999. Inflasi di Indonesia : Sumber-Sumber Penyebab dan
Pengendaliannya.Jurnal
Akuntansi
dan
Keuangan
Mei
1999.
[Internet][diunduh 2014Mei 15]; Vol. 1, No. 1 : 54-67. Tersedia pada :
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/aku/article/view/15656
Bank Indonesia, 2014. Indeks Harga Konsumen (IHK). Jakarta (ID) : BI.
Bank Indonesia, 2014. Kinerja Utama BPR Konvensional. Jakarta (ID) : BI.
Bank Indonesia. 2001. Peraturan Bank Indonesia : Tentang Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. Jakarta (ID) : BI

20
Bank Indonesia, 2013. Statistik Perbankan Indonesia. Jakarta (ID) : BI
Bank Indonesia. 2010. Surat Edaran Bank IndonesiaNomor 12/ 11 /DPNP : Kredit
Perbankan. Jakarta (ID) : BI.
Bank Indonesia. 1998. UU No. 10 tahun 1998, tentang perubahan terhadap UU
No. 7 tahun 1992. Jakarta (ID) : BI.
Fitria N, Sari RL. 2012. Analisis Kebijakan Pemberian Kredit dan Pengaruh Non
Performing Loan terhadap Loan To Deposit Ratio pada Pt. Bank Rakyat
Indonesia (Persero), Tbk Cabang Rantau, Aceh Tamiang. (Periode 20072011). Jurnal Ekonomi dan Keuangan Desember 2012. [Internet][diunduh
2014
April
11];
Vol.1,
No.1.
Tersedia
pada
:
e.googleusercontent.com/search?q=cache:PHxALvgV0AIJ:jurnal.usu.a
c.id/index.php/edk/article/download/644/453+&cd=1&hl=en&ct=clnk&
gl=id
Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang (ID) : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Haryati, Sri. 2007. Pertumbuhan Kredit Perbankan Di Indonesia : Intermediasi
Dan Pengaruh Variabel Makro Ekonomi. Jurnal Keuangan dan Perbankan
Mei 2009. [diunduh][2014 mei 15];Vol. 13, No.2 hal. 299 – 310.Tersedia
pada :http://ebookspdfs.org/download/makro-perbankan
Kementerian Koperasi dan UKM. 2013. Kontribusi UMKM dalam Perekonomian.
Jakarta (ID) : Depkop.
Maharani, Ika Lestari dan Sugiharto, Toto. 2007. Kinerja Bank Devisa dan Bank
Non Devisa dan Faktor-Faktor yang Memengaruhinya.Proceeding PESAT
(Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil). [Internet][Auditorium
Kampus Gunadharma 21-22 Agustus 2007]. Vol. 2 No. 2 Hal. 26 –
34[diunduh 2014 Juni 30];. Tersedia pada : http://jurnalsainunand.com/FilesJurnal/6033667264.Nadia%20Utika%2026-34.pdf.
Mohamad Hasanudin dan Prihatiningsih. 2010. Analisis Pengaruh Dana Pihak
Ketiga, Tingkat Suku Bunga Kredit, Non Performance Loan (Npl), dan
Tingkat Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit Bank Perkreditan Rakyat (Bpr)
di Jawa Tengah. Jurnal Teknis April 2010. [Internet][diunduh 2014 Maret
2014}; Vol. 5 No.1 : 25 – 31. Tersedia pada : http://webcache.
googleusercontent.com/search?q=cache:2suYCGN81tIJ:www.polines.ac
.id/teknis/upload/jurnal/jurnal_teknis_1336472002.pdf+&cd=1&hl=en
&ct=clnk&gl=id
Nadia Utika Putri, Maiyastri, Hazmira Yozza. 2009. Permasalahan Autokorelasi
pada Analisis Regresi Linier Sederhana. )[Internet][AJurnal Matematika
UNAND Agustus 2009]. Vol.2. A195-201 [diunduh 2014 Mei 15];.
Tersedia
pada
:
http://publication.gunadarma.ac.id/
browse?type=author&value =Sugiharto%2C+Toto
Nandadipa, Seandy. 2010. Analisis Pengaruh Car, Npl, Inflasi, Pertumbuhan
Dpk, dan Exchange Rate Terhadap Ldr. [Skripsi]. Semarang (ID) :
Universitas Diponegoro.
Nasiruddin. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loan To Deposit Ratio
(LDR) di BPR Wilayah Kerja Kantor Bank Indonesia Semarang.
[Tesis].Semarang (ID) : Universitas Diponegoro.
Nugroho, B. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan
SPSS. Yogyakarta (ID) : Andi

21
Saryadi, 2013. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Penyaluran Kredit
Perbankan (Studi pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa). Jurnal
Administrasi Bisnis Maret 2013. [Internet][diunduh 2014 mei 15].
Volume
2,
Nomor
1.
Tersedia
pada
:
http://webcache.googleusercontent .com/search?q=cache:u16jYLbe3J4J
:ejournal.undip.ac.id/index.php/janis/article/download/5349/4804+&cd
=1&hl=en&ct=clnk&gl=id
Sekretariat Negara Republik Indonesia, 2009. Perekonomian Indonesia Tahun
2008 Tengah Krisis Keuangan Global. Jakarta (ID) : Setneg.
Suharyadi dan S.K. Purwanto. 2009. Statistik untuk Ekonomi dan Keuangan
Modern. Jakarta (ID) : Salemba Empat
Suliyanto. 2005. Analisis Data dalam Aplikasi Pemasaran. Bogor (ID) : Ghalia
Indonesia.
Riyadi, S. 2006. Banking Assets and Liability Management. Volume 3. Jakarta
(ID) : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

22

LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Inflasi CAR NPL dan LDR (dalam Persen(%))
No
X1 (Inflasi)
X2 (CAR)
X3 (NPL)
1
0.0736
0.2545
0.0814
2
0.074
0.2508
0.081
3
0.0817
0.2465
0.0807
4
0.0896
0.2375
0.0781
5
0.1038
0.2318
0.0762
6
0.1103
0.2267
0.0735
7
0.119
0.224
0.0717
8
0.1185
0.2232
0.0704
9
0.1214
0.2198
0.0697
10
0.1177
0.2243
0.0968
11
0.1168
0.2263
0.0995
12
0.1106
0.2333
0.0988
13
0.0917
0.2413
0.103
14
0.086
0.2354
0.1032
15
0.0792
0.251
0.075
16
0.0731
0.2435
0.076
17
0.0604
0.2397
0.0754
18
0.0365
0.2388
0.0748
19
0.0271
0.2387
0.0757
20
0.0275
0.226
0.075
21
0.0283
0.2316
0.0757
22
0.0257
0.2369
0.0763
23
0.0241
0.2377
0.0752
24
0.0278
0.2417
0.069
25
0.0372
0.2605
0.0724
26
0.0381
0.2536
0.0721
27
0.0343
0.245
0.0703
28
0.0391
0.236
0.0703
29
0.0416
0.2372
0.0678
30
0.0505
0.2363
0.0653
31
0.0622
0.2342
0.0664
32
0.0644
0.2326
0.0664
33
0.058
0.2333
0.0678
34
0.0567
0.2989
0.0679
35
0.0633
0.302
0.0678
36
0.0696
0.3001
0.0612
37
0.0702
0.3295
0.0645
38
0.0684
0.3247
0.0652
39
0.0665
0.317
0.0641
40
0.0616
0.3026
0.0644
41
0.0598
0.2994
0.0629
42
0.0554
0.2954
0.0622
43
0.0461
0.2872
0.0617

Y (LDR)
0.7724
0.7794
0.7815
0.7966
0.8111
0.8255
0.8255
0.8433
0.8522
0.8477
0.8479
0.8258
0.8165
0.8219
0.8091
0.8084
0.8304
0.8309
0.8294
0.8405
0.8313
0.8194
0.8176
0.7961
0.7864
0.7917
0.7979
0.8077
0.8149
0.8204
0.8239
0.8395
0.8179
0.8206
0.8086
0.7902
0.7847
0.7939
0.8
0.811
0.8157
0.8269
0.8316

23
44
No
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68

0.0479
X1 (Inflasi)
0.0461
0.0442
0.0415
0.0379
0.0365
0.0356
0.0397
0.045
0.0445
0.0453
0.0456
0.0458
0.0431
0.0461
0.0432
0.043
0.0457
0.0531
0.059
0.0557
0.0547
0.059
0.0861
0.0879

Sumber : Bank Indonesia (2013)

0.2861
X2 (CAR)
0.2869
0.2858
0.2869
0.2868
0.3162
0.3077
0.2974
0.2841
0.2813
0.2791
0.2751
0.2747
0.2751
0.2761
0.2751
0.2755
0.3077
0.3015
0.2939
0.2796
0.2763
0.2673
0.2679
0.2711

0.0609
X3 (NPL)
0.0609
0.0599
0.0591
0.0522
0.0556
0.0557
0.0556
0.0559
0.0543
0.0527
0.0528
0.0544
0.0535
0.0539
0.0533
0.0475
0.0513
0.0517
0.0525
0.0521
0.051
0.0498
0.0497
0.0522

0.8426
Y (LDR)
0.8181
0.8159
0.8067
0.7854
0.7835
0.7947
0.8133
0.8221
0.8271
0.8362
0.8443
0.8363
0.8259
0.8185
0.8111
0.7863
0.7884
0.8024
0.8143
0.8251
0.8355
0.8456
0.8544
0.8437

24

Lampiran 2. Data CAR, modal inti, ATMR dan Total Kredit
CAR
modal Inti
Risiko/ATMR
0,2545
5909
232,1807
0,2508
5844
233,0144
0,2465
5877
238,4178
0,2375
5757
242,4000
0,2318
5519
238,0932
0,2267
5130
226,2903
0,2240
5273
235,4018
0,2232
4861
217,7867
0,2198
4943
224,8863
0,2243
5018
223,7182
0,2263
5112
225,8948
0,2333
5841
250,3643
0,2413
5062
209,7804
0,2354
5094
216,3976
0,2510
5251
209,2032
0,2435
4951
203,3265
0,2397
5122
213,6838
0,2388
5202
217,8392
0,2387
5263
220,4860
0,2260
5061
223,9381
0,2316
5238
226,1658
0,2369
5439
229,5905
0,2377
5

Dokumen yang terkait

Pengaruh Rasio kredit Bermasalah Dan Rasio kecukupan Modal Terhadap Jumlah penyaluran kredit (Survei perusahaan Bank Umum BUMN Yang Terdaftar di BEI Tahun 2005-2013

2 30 72

Pengaruh Tingkat Likuiditas Dan Kredit Bermasalah Terhadap Tingkat Kecukupan Modal Pada PT. Bank Negara Indonesia, Tbk (Periode Tahun 2003-2011)

0 2 1

Pengaruh Kecukupan Modal, Kredit Bermasalah, Rasio Likuiditas dan Efesiemsi Operasional Terhadap Profitabilitas pada Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

14 186 68

Analisis Pengaruh Rasio Kecukupan Modal Dan Rasio Kredit Bermasalah Terhadap profitabilitas Perbankan Di Bursa Efek Indonesia

2 18 97

PENGARUH JUMLAH KREDIT BERMASALAH TERHADAP PROFITABILITAS PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI KOTA BANDUNG.

1 23 29

PENGARUH KREDIT BERMASALAH TERHADAP PROFITABILITAS PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT KONVENSIONAL DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012.

24 87 35

UPAYA HUKUM PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH PADA PT.BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) BUNGA TANJUNG BATUSANGKAR.

0 0 9

Pengaruh Kredit Bermasalah, Tingkat Kecukupan Modal, Tingkat Likuiditas, dan Efisiensi Operasional Perusahaan Terhadap Rentabilitas.

0 0 2

PENDAHULUAN Latar Belakang - Pengaruh Pengendalian Intern Perkreditan Terhadap Kredit Bermasalah Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) TBK, Cabang Teluk Betung

0 0 22

2.1.1. Pengertian Kredit - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Inflasi dan Tingkat Suku Bunga terhadap Kredit Bermasalah (NPL) pada Bank Perkreditan Rakyat Secara Nasional

0 0 19