Skabies Dengan Infeksi Sekunder

Laporan Kasus
SKABIES DENGAN INFEKSI SEKUNDER
dr. Riana Miranda Sinaga, SpKK
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN 2013
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI DAFTAR ISI ............................................................................................................................. i PENDAHULUAN ....................................................................................................................1 LAPORAN KASUS ..................................................................................................................2 DISKUSI ...................................................................................................................................4 DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................8
Universitas Sumatera Utara

SKABIES DENGAN INFEKSI SEKUNDER
PENDAHULUAN
Skabies adalah suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi parasit Sarcoptes scabiei var. hominis.1-4 Diperkirakan lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia terinfeksi dengan tungau skabies.1-2 Dapat menyerang semua kelompok umur, ras dan kelas sosial, sehingga terjadi penyebaran yang sangat luas. Perkembangan penyakit ini dipengaruhi beberapa faktor antara lain higiene yang buruk, keadaan sosial ekonomi yang rendah, kepadatan penghuni yang tinggi, kurangnya pengetahuan, dan kesalahan dalam diagnosis serta penatalaksanaan skabies.1-6
Skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung yaitu terjadi penularan secara seksual, akan tetapi penyakit ini juga dapat menular melalui kontak badan langsung yang tidak berkaitan dengan aktifitas seksual sama sekali. Hal ini terbukti pada keadaan dimana orang hidup dalam lingkungan yang sangat padat seperti di asrama, penjara maupun di sekolah-sekolah.1,2,5-8
Gejala klinis utama berupa pruritus yang terutama dirasakan pasien pada malam hari, disebabkan karena aktivitas tungau meningkat pada suhu kulit yang lembab dan hangat. Rasa gatal timbul sekitar 1 bulan setelah infestasi primer serta adanya infestasi kedua sebagai manifestasi respons imun terhadap tungau maupun sekret yang dihasilkan dari terowongan di bawah kulit. Lesi khas skabies adalah papul yang gatal sepanjang terowongan yang berisi tungau. Lesi pada umumnya simetrik dengan daerah predileksi yaitu pada sela jari tangan, fleksor siku dan lutut, pergelangan tangan, areola mammae, umbilikus, penis, aksila, abdomen bagian bawah dan bokong.1,2,4
Lesi patognomonik dari skabies adalah terowongan yang hampir tidak terlihat oleh mata, berupa lesi yang agak meninggi, lurus atau berkelok-kelok dan berwarna keabu-abuan. Pada ujung terowongan didapatkan vesikel atau pustul terutama pada bayi dan anak-anak. Terowongan sering ditemukan pada sela jari, pergelangan tangan bagian volar, siku dan penis. Pada penderita yang datang berobat sering dijumpai lesi yang sudah mengalami ekskoriasi, eksematisasi dan infeksi sekunder akibat garukan, hal ini seringkali mengaburkan gambaran klinis.1,2,4
Untuk mendiagnosis skabies dapat ditegakkan jika ditemukan riwayat gatal terutama pada malam hari, yang kemungkinan juga dapat ditemukan pada anggota keluarga yang lain,
Universitas Sumatera Utara

dan terdapatnya lesi polimorf terutama pada tempat predileksi. Namun diagnosis skabies dapat lebih dipastikan jika ditemukannya tungau pada pemeriksaan kerokan kulit dibawah mikroskop. Namun seringkali tungau tersebut sulit ditemukan.4,6
Pengobatan skabies dapat dilakukan dengan pemberian antiskabies, antipruritus, antibiotik untuk infeksi sekunder.2,4 Pemberian antiskabies dioleskan pada seluruh permukaan tubuh kecuali muka dan kepala pada orang dewasa sedangkan pada anak-anak dapat diberikan pengobatan pada seluruh tubuh termasuk muka dan kepala, setelah 8-14 jam kemudian dapat dibersihkan. Apabila belum sembuh pengobatan dapat diulangi seminggu kemudian.1,3,4

Mengingat masa inkubasi yang lama semua orang yang berkontak dengan penderita perlu diobati, meskipun tidak ada gejala baik anggota keluarga maupun mitra seks.2,4,7,8
Sebagai tambahan, untuk mencegah reinfeksi dan oleh karena tungau dapat hidup di lingkungan bebas sekitar 3 hari,1,2,4,6 benda-benda tertentu yang dapat menjadi perantara penularan seperti pakaian, peralatan tidur, peralatan mandi harus direndam /dicuci dengan air panas serta dikeringkan dengan udara panas.1,2,7
LAPORAN KASUS
Seorang anak laki-laki, berusia 5 tahun, datang berobat ke RS.H.Adam Malik Medan pada tanggal 17 Januari 2011 dengan keluhan timbulnya bintil-bintil merah disertai rasa yang sangat gatal pada kedua tangan, paha, daerah sekitar pusat, kemaluan dan bokong sejak 6 bulan yang lalu. Awalnya berupa bintil-bintil kecil yang timbul di sela-sela jari tangan kanan dan kiri, yang semakin lama semakin meluas sampai ke telapak tangan dan diikuti dengan timbulnya bintil-bintil pada paha, daerah sekitar pusat, kemaluan dan bokong pasien. Pasien mengeluhkan rasa yang sangat gatal, terutama pada malam hari sehingga pasien tidak bisa tidur. Sejak 1 bulan terakhir ini, sebagian bintil-bintil menjadi berisi nanah terutama pada tangan dan paha. Pasien sebelumnya sudah pernah berobat ke puskesmas, tetapi tidak sembuh. Orang tua pasien mengatakan bahwa kemungkinan awalnya pasien memperoleh penyakit dari anak-anak tetangga yang mengalami hal yang sama dan akhirnya satu keluarga juga mengalami penyakit yang sama.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum baik, status gizi cukup, suhu tubuh, pernafasan dan denyut nadi dalam batas normal. Berat badan 14 kg.
Universitas Sumatera Utara

Pada pemeriksaan dermatologis dijumpai adanya papul-papul eritem, pustul-pustul dan erosi pada regio palmar dan dorsum manus dekstra et sinistra. Papul-papul eritem, pustulpustul, krusta, erosi dan ekskoriasi pada regio femoralis dekstra et sinistra. Papul-papul eritem pada regio periumbulikal dan genitalia. Papul-papul eritem, erosi, ekskoriasi pada regio gluteus dekstra et sinistra.
Pasien ini didiagnosis banding dengan skabies dengan infeksi sekunder, insect bite dengan infeksi sekunder dan prurigo hebra dengan infeksi sekunder dengan diagnosis kerja skabies dengan infeksi sekunder.
Karena pada pasien dijumpai adanya infeksi sekunder, maka kepada pasien diberikan pengobatan untuk mengobati infeksi sekunder terlebih dahulu. Kepada pasien diberikan pengobatan berupa antibiotik oral yaitu amoksisilin 3 x 125 mg, antihistamin oral berupa loratadin 1 x 5 mg dan gentamisin sulfat krim untuk lesi pustul. Kepada pasien dan keluarga pasien juga diberikan edukasi, seperti menjemur kasur pada saat terik matahari, menyiram pakaian, sprei dan handuk dengan air panas serta menganjurkan agar keluarga serta temanteman pasien juga berobat.
Lima hari kemudian, pasien datang kembali untuk kontrol. Infeksi sekunder sudah membaik, tetapi pasien masih mengeluhkan rasa gatal terutama pada malam hari. Pada pemeriksaan dermatologis masih dijumpai adanya papul-papul eritem dan erosi pada regio palmar dan dorsum manus dekstra et sinistra, regio gluteus dekstra et sinistra. Papul-papul eritem pada regio femoralis dekstra et sinistra, regio periumbilikal dan genitalia.
Karena sudah tidak dijumpai lagi infeksi sekunder, maka pada pasien ini sudah dapat diberikan pengobatan antiskabies, berupa permethrin 5% yang dioleskan ke seluruh tubuh selama ± 8 jam dan antihistamin oral berupa loratadin 1x5 mg tetap diberikan. Pemberian antibiotik oral dan krim dihentikan.
Satu minggu kemudian pasien datang kembali. Pada pemeriksaan dermatologis tidak dijumpai lagi papul-papul eritem dan erosi pada regio palmar dan dorsum manus dekstra et sinistra, regio gluteus dekstra et sinistra. Tidak dijumpai lagi papul-papul eritem pada regio femoralis dekstra et sinistra, regio periumbilikal dan genitalia.
Prognosis quo ad vitam ad bonam, quo ad functionam ad bonam, quo ad sanationam dubia.
Universitas Sumatera Utara

DISKUSI
Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis.
Pada anamnesis didapatkan bahwa pasien mengalami bintil-bintil merah, disertai rasa yang sangat gatal pada kedua tangan, paha, daerah kemaluan dan bokong sejak 6 bulan yang lalu. Awalnya berupa bintil-bintil kecil di sela-sela jari tangan kanan dan kiri, yang semakin lama semakin meluas sampai ke telapak tangan dan diikuti dengan timbulnya bintil-bintil pada paha, daerah sekitar perut, kemaluan dan bokong pasien. Pasien mengeluhkan rasa yang sangat gatal, terutama bila malam hari sehingga pasien tidak bisa tidur. Sejak 1 bulan terakhir ini, sebagian bintil-bintil menjadi berisi nanah terutama pada tangan dan paha. Pasien sebelumnya sudah pernah berobat ke puskesmas, tetapi tidak sembuh. Orang tua pasien mengatakan bahwa kemungkinan awalnya pasien memperoleh penyakit dari anak-anak tetangga yang mengalami hal yang sama dan akhirnya satu keluarga juga terkena penyakit yang sama. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa suatu diagnosis skabies dapat dikatakan adekuat jika ditemukan riwayat gatal terutama pada malam hari, yang kemungkinan juga dapat ditemukan pada anggota keluarga yang lain, dan terdapatnya lesi polimorf terutama pada tempat predileksi.4,6
Pada pemeriksaan klinis dijumpai adanya papul-papul eritem, pustul-pustul dan erosi pada regio palmar dan dorsum manus dekstra et sinistra. Papul-papul eritem, pustul-pustul, krusta, erosi dan ekskoriasi pada regio femoralis dekstra et sinistra. Papul-papul eritem regio periumbilikal dan genitalia. Papul-papul eritem, erosi, ekskoriasi pada regio gluteus dekstra et sinistra. Gambaran ini sesuai dengan gejala klinis skabies dengan infeksi sekunder yaitu berupa papul disepanjang terowongan yang berisi tungau, serta berupa vesikel dan pustul yang menunjukkan ujung dari terowongan yang biasanya ditemukan pada bayi dan anakanak, serta dijumpai lesi yang sering mengaburkan gambaran klinis berupa ekskoriasi, eksematisasi dan infeksi sekunder akibat garukan. Lesi pada umumnya simetrik dengan daerah predileksi yaitu pada sela jari tangan, fleksor siku dan lutut, pergelangan tangan, areola mammae, umbilikus, penis, aksila, abdomen bagian bawah dan bokong.1,2,4

Pasien didiagnosis banding dengan skabies dengan infeksi sekunder, insect bite dengan infeksi sekunder dan prurigo hebra dengan infeksi sekunder. Diagnosis banding dengan insect bite dapat disingkirkan karena pada insect bite biasanya lesi hanya berupa papul dan mudah menghilang serta biasanya dijumpai pada ekstremitas. Diagnosis banding prurigo hebra dapat disingkirkan karena pada prurigo hebra lesi berupa papul-papul milier
Universitas Sumatera Utara

berbentuk kubah dan sangat gatal, lebih mudah diraba daripada dilihat, terutama di daerah ekstremitas bagian ekstensor. 3,9
Penatalaksanaan pada kasus ini karena pada pasien dijumpai adanya infeksi sekunder, sehingga kepada pasien diberikan pengobatan untuk mengobati infeksi sekunder terlebih dahulu, yaitu berupa antibiotik oral yaitu amoksisilin 3x125 mg, gentamisin sulfat krim untuk lesi yang berupa pustul dan loratadin 1x5 mg untuk mengurangi rasa gatal. Setelah infeksi sekunder tidak dijumpai lagi, baru kemudian kepada pasien diberikan pengobatan antiskabies berupa permethrin 5% yang dioleskan ke seluruh tubuh selama ± 8 jam. Permethrin 5% mempunyai aktivitas insektisida yang kuat, bekerja dengan cara menganggu aliran masuk natrium kedalam membran sel tungau sehingga menyebabkan paralisis neurologis dan keratin tungau.1,2-4,10
Edukasi terhadap pasien maupun keluarganya merupakan suatu komponen penting dalam penatalaksanaan skabies. Edukasi tersebut antara lain berupa menjemur kasur pada saat terik matahari, menyiram pakaian, sprei dan handuk dengan air panas serta menganjurkan agar keluarga dan teman-teman juga ikut berobat. Dimana pada kepustakaan penularan penyakit dapat terjadi secara kontak langsung dari satu orang ke orang lain sehingga pengobatan skabies harus dilakukan juga pada seluruh anggota keluarga yang tertular, orang-orang serumah, dan pasangan seksual. Selain itu tungau dapat pula mengkontaminasi benda-benda tertentu yang dapat menjadi perantara penularan seperti pakaian, peralatan tidur, dan peralatan mandi oleh karena itu harus direndam/dicuci dengan air panas serta dikeringkan dengan udara panas.1,2,4,5,7,8

Pasien datang :

Universitas Sumatera Utara

Kontrol I ( 5 hari setelah pengobatan) :
Universitas Sumatera Utara

Kontrol II ( 1 minggu pengobatan setelah kontrol I) :
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA 1. Stone PS, Goldfarb NJ,Bacelien ER. Skabies, other Mites, and Pediculosis. Dalam :
Wolff K,Goldsmith LA, Katz SI,Gilchrest BA,Paller AS,Leffell DC, editor. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-7.New York :McGraw-Hill; 2008 : 2029-2031. 2. May A. Skabies. The Health Care of Homeless Persons; 2001: 113- 6. Di Unduh dari : http://www.bhchp.org/BHCHP%20Manual/pdf_files/Part1_PDF/Skabies.pdf 3. Cordoro KM. Dermatologic Manifestations of Skabies ; 2009. Di unduh dari : http://www.emedicine.medscape.com/article/1132465-html 4. Soedarto M. Skabies. Dalam : Daili SF, Makes WIB, Zubier F, Judanarso J, editor. Infeksi Menular Seksual. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; 2005: 179-85 5. Waskito F.Skabies and the problem. Dalam : symposium on Dermatology and Venereology in Daily practice. Surabaya; 2008 : 8-16. 6. Flinders DC, De Schweinitz P. Pediculosis and Skabies. American Family Physician. Utah; 2004:69(2): 342-48 7. Skabies. Dalam : Murtiastutik D. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual. Bab 23. Airlangga University Press. Surabaya; 2008 : 202-9 8. Pengobatan Spesifik Infeksi Menular Seksual pedoman Penatalaksanaan Infeksi Menular Seksual. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta;2004: 67-68 9. Wiryadi BE. Prurigo. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FK UI. Jakarta; 2006 : 272-75 10. Feldman SR, Phelps KC, Verzino KC. Handbook of Dermatologic Drug Therapy. 2005: 166
Universitas Sumatera Utara