Hubungan Personal Hygiene Santri dengan Kejadian Penyakit Kulit Infeksi Skabies dan Tinjauan Sanitasi Lingkungan Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru Tahun 2011

(1)

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE SANTRI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KULIT INFEKSI SKABIES

DAN TINJAUAN SANITASI LINGKUNGAN PESANTREN DAREL HIKMAH KOTA

PEKANBARU TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh:

FRENKI NIM. 091000205

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE SANTRI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KULIT INFEKSI SKABIES

DAN TINJAUAN SANITASI LINGKUNGAN PESANTREN DAREL HIKMAH KOTA

PEKANBARU TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

FRENKI NIM. 091000205

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE SANTRI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KULIT INFEKSI SKABIES DAN TINJAUAN SANITASI

LINGKUNGAN PESANTREN DAREL HIKMAH KOTA PEKANBARU TAHUN 2011

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh: FRENKI

NIM. 091000205

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 23 November 2011

Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Ir. Evi Naria, M.Kes dr.Devi Nuraini Santi,M.Kes NIP. 19680320 199303 2 001 NIP. 1970219 199802 2 001

Penguji II Penguji III

DR.dr.Wirsal Hasan,MPH DR.Dra.Irnawati Marsaulina,MS NIP. 19491119 198701 1 001 NIP. 196550 199403 2 002 Medan, November 2011

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dr.Drs.Surya Utama,M.S NIP. 19610831 198903 1 001


(4)

ABSTRAK

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop. Penyakit scabies disebut kutu badan.Skabies mudah menyebar baik secara kontak langsung dengan penderita maupun secara tidak langsung melalui pakaian, sprei, handuk, bantal ataupun kasur.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan personal hygiene santri ( kebersihan pakaian, kulit, tangan dan kuku, genitalia, handuk, tempat tidur dan sprei) dengan kejadian skabies dan tinjauan sanitasi lingkungan pesantren Darel Hikmah kota Pekanbaru tahun 2011.

Jenis penelitian ini adalah survai analitik dengan desain case control. Populasi penelitian adalah kasus yaitu santri yang menderita scabies sebanyak 36 orang dan control adalah santri yang tidak menderita scabies sebanyak 36 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebersihan pakaian (p=0,025), kebersihan kulit (p=0,000), kebersihan tangan dan kuku (p=0,029), kebersihan genitalia (p=0,000), kebersihan handuk (p=0,034), kebersihan tempat tidur dan sprei (p=0,000) dengan kejadian scabies.Keadaan fisik lingkungan asrama santri meliputi kelembaban, ventilasi, pencahayaan,100% memenuhi syarat dan kepadatan hunian ruang tidur 80.0% padat dan 20.0% tidak padat.Sanitasi dasar meliputi air bersih, sarana pembuangan limbah, jamban dan sarana pembuangan sampah termasuk kategori tidak sehat.

Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan bagi pondok pesantren dapat memberikan informasi lebih lanjut tentang kejadian scabies melalui penyuluhan dan pelatihan kepada tenaga kesehatan di pondok pesantren Darel Hikmah kota Pekanbaru dan bagi santri agar perlu meningkatkan kebersihan diri dan menjaga kebersihan lingkungan agar terhindar dari penyakit menular scabies.


(5)

ABSTRACT

Scabies is a skin disease caused by Sarcoptes scabiei, a mite belongs to the class of Arachnida. This mite is very small and can only be seen through a microscope. Scabies is also called body lice. Scabies spreads easily either through a direct contact with the patient (sufferer) or indirect contact through clothing, bed linen, towels, pillows or mattresses.

The purpose of this analytical survey study with case-control design was to analyze the relationship between personal hygiene of santri (cleanliness of clothing, skin, hands and nails, genitalia, towels, bed and bed linen) and the incident of scabies based on a review of environmental sanitation in the Pesantren Darel Hikmah, the city of Pekanbaru in 2011.

The populations of this study were 36 santris suffering from scabies and the control group comprised 36 santris who were not suffering from scabies.

The result of this study showed that there was a significant relationship between cleanliness of clothing (p = 0.025), skin (p = 0.000), hands and nails (p = 0.029), genitalia (p = 0.000), towels (p = 0.034), bed and bed linen (p = 0.000) and the incident of scabies. The physical environment of the dormitory for the santris including humidity, ventilation, and lighting has met the standard requirement (100%), the bedrooms was 80% densely occupied and 20% less densely occupied. The sanitation including clean/drinking water, waste disposal facility, latrines and garbage disposal facility belongs to the unhealthy category.

The management of the Pondok Pesantren is suggested to provide further information about the incident of scabies through extension and training to the health workers working in the Pesantren Darel Hikmah, the city of Pekanbaru, and the santris need to improve their self-hygiene and to maintain the cleanliness of their environment in order to be avoided from the infectious disease of scabies.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Frenki

Tempat/Tanggal Lahir : Benai / 15 Januari 1987

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat Rumah : Komp.Villa Taman Raya Raudha Blok E/19 Kel. Delima Kec. Tampan kota Pekanbaru

RIWAYAT PENDIDIKAN :

1. SD Negeri 014 INHU : Tahun 1993-1999

2. SMP Negeri 1 Benai : Tahun 1999-2002 3. SMU Negeri 1 Benai : Tahun 2002-2005 4. Universitas Abdurrab Jurusan Keperawatan Pekanbaru : Tahun 2005-2008 5. Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) USU : Tahun 2009-2011


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Hubungan Personal Hygiene Santri dengan Kejadian Penyakit Kulit Infeksi Skabies dan Tinjauan Sanitasi Lingkungan Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru Tahun 2011”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagi pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr . dr. Syahril Pasaribu, DTMH, MSc (CTM), Sp.A(K).

Selanjutnya kepada Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Ir. Evi Naria, M.Kes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagi pembimbing I (satu) penyusunan skripsi ini.

Terimakasih penulis ucapkan kepada dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku pembimbing II (dua) yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu dan pikiran serta dengan penuh kesabaran membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.


(8)

Terimakasih penulis ucapkan kepada Pimpinan Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru yang telah memberi izin penelitian dan masukan untuk penyempurnaan penulisan skripsi ini.

Terimakasih tak terhingga kepada kedua orangtua, abang dan teman-teman seperjuangan yang telah memberi motivasi serta dukungan doa dan kasih sayang kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan dan menyelesaikan skripsi ini.

Selanjutnya terimakasih kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu penulis dan masih bersedia untuk dapat berkonsultasi dalam penyusunan sekripsi ini dan semua pihak yang telah membantu proses penyusunan skripsi ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sehinggga membutuhkan banyak masukan dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dalam memperkaya materi skripsi ini. Namun demikian, penulis berharap semoga skrisi ini dapat menjadi sumbangan berguna bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Medan, November 2011


(9)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Personal Hygiene ... 8

2.1.2 Kebutuhan Personal Hygiene ... 11

2.1.3 Kebersihan Diri ... 11

2.2 Penyakit Kulit Infeksi ... 12

2.2.1 Pengertian Skabies ... 12

2.2.2 Etiologi ... 13

2.2.3 Patogenesis... 14

2.2.4 Cara Penularan ... 15

2.2.5 Gejala Klinis ... 16

2.2.6 Klasifikasi Skabies ... 17

2.2.7 Pengobatan Skabies ... 19

2.2.8 Prognosis ... 19

2.3 Lingkungan ... 20

2.4 Hygiene Dan Saniatasi Lingkungan... 20

2.5 Kondisi Fisik Rumah ... 24

2.5.1. Ventilasi ... 24

2.5.2. Kelembaban ... 25

2.5.3. Pencahayaan ... 25

2.5.4. Kepadatan Penghuni ... 26


(10)

2.7. Kerangka Konsep ... 28

2.8. Hipotesis Penelitian ... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 30

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

3.2.1. Tempat Penelitian... 30

3.2.2. Waktu Penelitian ... 30

3.3. Populasi dan Sampel ... 30

3.3.1. Populasi ... 30

3.3.2 Sampel ... 31

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 31

3.4.1. Data Primer ... 31

3.4.2. Data Sekunder ... 31

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 31

3.5.1. Variabel Independen ... 31

3.5.2. Definisi Dependen ... 32

3.6. Aspek Pengukuran ... 34

3.7. Metode Analisa Data... 39

3.7.1 Analisa Univariat ... 39

3.7.2 Analisa Bivariat... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Pesantren ... 40

4.1.1. Lokasi ... 40

4.1.2. Sarana dan Prasarana ... 40

4.2 Analisis Univariat ... 41

4.3.Analisis Bivariat ... 56

4.4.Gambaran Kondisi Fisik Asrama santri ... 56

4.5 Gambaran Sanitasi Dasar Pesantren ... 61

BAB V PEMBAHASAN 5.1.Gambaran Karakterisitik Responden ... 63

5.2.Hubungan Kebersihan Kulit dengan Kejadian Skabies ... 64

5.3.Hubungan Kebersihan Tangan dan Kuku dengan kejadian Skabies... 65

5.4 Hubungan Kebersihan Genitalia dengan kejadian Skabies ... 66

5.5. Hubungan Kebersihan Pakaian dengan Kejadian Skabies ... 67

5.6. Hubungan Kebersihan Handuk dengan Kejadian Skabies ... 68

5.7. Hubungan Kebersihan Tempat tidur dan sprei dengan Kejadian Skabies ... 69


(11)

5.8. Gambaran Sanitasi Asrama Pesantren ... 70

5.8.1. Kelembaban ... 70

5.8.2. Ventilasi ... 70

5.8.3. Pencahayaan... 71

5.8.4. Kepadatan Penghuni ... 72

5.9. Gambaran Sanitasi Dasar Pesantren ... 73

5.9.1. Sarana Air Bersih ... 73

5.9.2. Jamban ... 75

5.9.3. Sarana Pembuangan Air Limbah ... 76

5.9.4. Sarana Pembuangan Sampah ... 77

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 78

6.2. Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN Kuesioner

Lembar Observasi Master Data

Output Hasil Penelitian

Surat Balasan Peneltian dari Pesantren Darel Hikmah kota Pekanbaru Surat Permohonan izin Penelitian


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden pada pesantren Darel Hikmah kota

Pekanbaru ... 41 Tabel 4.2 Distribusi Kebersihan Kulit Responden pada Pesantren Darel Hikmah

kota Pekanbaru ... 42 Tabel 4.3 Distribusi Kebersihan Tangan dan Kuku Responden pada pesantren

Darel Hikmah kota Pekanbaru ... 44 Tabel 4.4 Distribusi Kebersihan Genitalia Responden pada pesantren Darel

Hikmah kota Pekanbaru ... 46 Tabel 4.5 Distribusi Kebersihan Pakaian responden pada pesantren Darel

Hikmah Kota Pekanbaru ... 48 Tabel 4.6 Distribusi Kebersihan Handuk responden berdasarkan pada pesantren

Darel Hikmah kota Pekanbaru ... 50 Tabel 4.7 Distribusi Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei responden berdasarkan

Kasus dan Kontrol pada pesantren Darel Hikmah kota Pekanbaru ... 52 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Personal Hygiene santri pada pesantren Darel

Hikmah kota Pekanbaru ... 54 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Personal Hygiene Santri pada Pesantren Darel

Hikmah kota Pekanbaru ... 56 Tabel 4.10 Distribusi Bangunan Fisik Ruangan tidur Berdasarkan Kelembaban

pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru ... 59

Tabel 4.11 Distribusi Bangunan Fisik Ruangan tidur Berdasarkan Ventilasi pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru ... 60

Tabel 4.12 Distribusi Bangunan Fisik Ruangan tidur Berdasarkan Pencahayaan pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru ... 60


(13)

Tabel 4.13 Distribusi Bangunan Fisik Ruangan tidur Berdasarkan Kepadatan Hunian Ruang Tidur pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru . 61

Tabel 4.14 Hasil Observasi Sanitasi Dasar pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru tahun 2011………..62


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sarcoptes Scabiei ... 13 Gambar 2. Ruam pada Skabies ... 17


(15)

ABSTRAK

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop. Penyakit scabies disebut kutu badan.Skabies mudah menyebar baik secara kontak langsung dengan penderita maupun secara tidak langsung melalui pakaian, sprei, handuk, bantal ataupun kasur.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan personal hygiene santri ( kebersihan pakaian, kulit, tangan dan kuku, genitalia, handuk, tempat tidur dan sprei) dengan kejadian skabies dan tinjauan sanitasi lingkungan pesantren Darel Hikmah kota Pekanbaru tahun 2011.

Jenis penelitian ini adalah survai analitik dengan desain case control. Populasi penelitian adalah kasus yaitu santri yang menderita scabies sebanyak 36 orang dan control adalah santri yang tidak menderita scabies sebanyak 36 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebersihan pakaian (p=0,025), kebersihan kulit (p=0,000), kebersihan tangan dan kuku (p=0,029), kebersihan genitalia (p=0,000), kebersihan handuk (p=0,034), kebersihan tempat tidur dan sprei (p=0,000) dengan kejadian scabies.Keadaan fisik lingkungan asrama santri meliputi kelembaban, ventilasi, pencahayaan,100% memenuhi syarat dan kepadatan hunian ruang tidur 80.0% padat dan 20.0% tidak padat.Sanitasi dasar meliputi air bersih, sarana pembuangan limbah, jamban dan sarana pembuangan sampah termasuk kategori tidak sehat.

Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan bagi pondok pesantren dapat memberikan informasi lebih lanjut tentang kejadian scabies melalui penyuluhan dan pelatihan kepada tenaga kesehatan di pondok pesantren Darel Hikmah kota Pekanbaru dan bagi santri agar perlu meningkatkan kebersihan diri dan menjaga kebersihan lingkungan agar terhindar dari penyakit menular scabies.


(16)

ABSTRACT

Scabies is a skin disease caused by Sarcoptes scabiei, a mite belongs to the class of Arachnida. This mite is very small and can only be seen through a microscope. Scabies is also called body lice. Scabies spreads easily either through a direct contact with the patient (sufferer) or indirect contact through clothing, bed linen, towels, pillows or mattresses.

The purpose of this analytical survey study with case-control design was to analyze the relationship between personal hygiene of santri (cleanliness of clothing, skin, hands and nails, genitalia, towels, bed and bed linen) and the incident of scabies based on a review of environmental sanitation in the Pesantren Darel Hikmah, the city of Pekanbaru in 2011.

The populations of this study were 36 santris suffering from scabies and the control group comprised 36 santris who were not suffering from scabies.

The result of this study showed that there was a significant relationship between cleanliness of clothing (p = 0.025), skin (p = 0.000), hands and nails (p = 0.029), genitalia (p = 0.000), towels (p = 0.034), bed and bed linen (p = 0.000) and the incident of scabies. The physical environment of the dormitory for the santris including humidity, ventilation, and lighting has met the standard requirement (100%), the bedrooms was 80% densely occupied and 20% less densely occupied. The sanitation including clean/drinking water, waste disposal facility, latrines and garbage disposal facility belongs to the unhealthy category.

The management of the Pondok Pesantren is suggested to provide further information about the incident of scabies through extension and training to the health workers working in the Pesantren Darel Hikmah, the city of Pekanbaru, and the santris need to improve their self-hygiene and to maintain the cleanliness of their environment in order to be avoided from the infectious disease of scabies.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesehatan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat,bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan lingkungan yang sehat.Upaya perbaikan dalam bidang kesehatan masyarakat salah satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.Program pemberantasan penyakit menular bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit, menurunkan angka kesakitan dan angka kematian sehingga tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat (Depkes, 2004)

Paradigma sehat menjadi orientasi baru dalam pembangunan kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Perumusan visi Indonesia sehat 2010,melalui empat strategi pembangunan kesehatan merupakan wujud dari perubahan paradigma yang kita anut.Paradigma sehat adalah upaya pembangunan kesehatan berorientasi kepada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan penduduk sehat dan bukan hanya penyembuhan pada orang sakit.Kebijaksanaan pembangunan akan lebih ditekankan pada upaya promotif dan preventif dengan meningkatkan, memelihara, melindungi orang sehat agar menjadi lebih sehat dan produktif serta tidak jatuh sakit, sedangkan yang sakit dapat pula segera disembuhkan agar menjadi sehat (Depkes RI, 2004).


(18)

Menurut H.L.Blum (1974), dalam buku Soekidjo (2003) menjelaskan bahwa derajat kesehatan di pengaruhi oleh beberapa factor yaitu lingkungan, prilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Faktor lingkungan dan prilaku adalah merupakan factor yang mempunyai pengaruh paling besar yang merugikan kesehatan masyarakat, baik masyarakat di pedesaan maupun perkotaan yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat di bidang kesehatan dan ekonomi.

Keadaan perumahan atau pemukiman adalah salah satu faktor menentukan keadaan hygiene dan sanitasi lingkungan, tempat – tempat dimana hygiene dan sanitasi lingkungan diperbaiki, mortality dan morbidity menurun dan wabah berkurang dengan sendirinya, seperti yang dikemukakan WHO bahwa perumahan yang tidak cukup dan terlalu sempit mengakibatkan pula tingginya kejadian penyakit dalam masyarakat. Karena rumah terlalu sempit makan perpindahan (penularan) bibit penyakit dari manusia yang satu kemanusia yang lain akan lebih mudah terjadi (Entjang, 2000).


(19)

Pesantren atau Pondok Pesantren adalah sekolah Islam berasrama (Islamic boarding school) dan pendidikan umum yang persentase ajarannya lebih banyak ilmu-ilmu pendidikan agama Islam daripada ilmu umum. Para pelajar pesantren disebut sebaga disediakan oleh pesantren. Selama tinggal berpisah dengan orang tua maka santri akan tinggal bersama-sama dengan teman-teman dalam satu asrama, kehidupan berkelompok yang akan dijalani dengan berbagai macam karakteristik para santri dan dalam kehidupan berkelompok masalah yang dihadapi adalah pemeliharaan kebersihan, yaitu kebersihan kulit, kebersihan tangan dan kuku, kebersihan genitalia, kebersihan lingkungan dan kebersihan pakaian (Badri, 2008).

Perilaku hidup bersih dan sehat terutama kebersihan perseorangan di pondok pesantren pada umumnya kurang mendapatkan perhatian dari santri (Depkes, 2007). Faktanya, sebagian pesantren tumbuh dalam lingkungan yang kumuh, tempat mandi dan WC yang kotor, lingkungan yang lembab, dan sanitasi buruk (Badri, 2008). Ditambah lagi dengan perilaku tidak sehat, seperti menggantung pakaian di kamar, tidak membolehkan pakaian santri wanita dijemur di bawah terik matahari, dan saling bertukar pakai benda pribadi, seperti sisir dan handuk (Depkes, 2007)

Tinggal bersama dengan sekelompok orang seperti di pesantren memang berisiko mudah tertular berbagai penyakit kulit, penularan terjadi bila kebersihan pribadi dan lingkungan tidak terjaga dengan baik. Hal inilah umumnya menjadi penyebab timbulnya penyakit skabies. Faktor yang mempengaruhi penularan penyakit skabies adalah , kebersihan perseorangan yang buruk, , perilaku yang tidak mendukung kesehatan, hunian yang padat, tinggal satu kamar, ditambah kebiasaan saling bertukar


(20)

pakaian, handuk, dan perlengkapan pribadi meningkatkan risiko penularan (Badri, 2008).

Kejadian penyakit skabies disebuah pondok pesantren di jakarta mencapai 78,70%, dikabupaten Pasuruan kejadian penyakit skabies sebesar 66,70% (Depkes, 2000). Kejadian penyakit skabies tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kejadian penyakit skabies di negara berkembang yang hanya 6-27% atau prevalensi penyakit skabies di Indonesia sebesar 4,60-12,95% saja (Notobroto, 2005).

Data yang diperoleh dari Poliklinik Pesantren Darel Hikmah tiap tahunnya angka kejadian penyakit scabies pada santri tetap terjadi dari tahun ke tahun (Ponpes, 2010). Terdapat kejadian penyakit scabies 86 kasus pada tahun 2008, dan 98 kasus pada tahun 2009, serta 115 kasus pada tahun 2010 dari 474 santri.

1.2.Perumusan Masalah

Angka kejadian penyakit scabies yang meningkat dari tahun ketahun serta prilaku hidup bersih dan sehat terutama kebersihan perorangan dan sanitasi yang kurang bagus yang menyebabkan angka kesakitan maka perumusan masalah yang dapat dikembangkan adalah bagaimana hubungan personal hygiene santri terhadap kejadian penyakit kulit infeksi scabies pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru tahun 2011.


(21)

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan personal hygiene santri dengan kejadian penyakit kulit infeksi scabies dan tinjauan sanitasi lingkungan Pondok Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru Tahun 2011.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Hubungan kebersihan kulit santri dengan kejadian penyakit kulit infeksi skabies

b. Untuk mengetahui Hubungan kebersihan tangan dan kuku santri dengan kejadian penyakit kulit infeksi skabies

c. Untuk mengetahui Hubungan kebersihan genitalia santri dengan kejadian penyakit kulit infeksi skabies

d. Untuk mengetahui Hubungan kebersihan pakaian santri dengan kejadian penyakit kulit infeksi scabies

e. Untuk megetahui Hubungan kebersihan handuk santri dengan kejadian penyakit kulit infeksi scabies

f. Untuk mengetahui Hubungan kebersihan tempat tidur dan sprei santri dengan kejadian penyakit kulit infeksi scabies

g. Untuk mengetahui hubungan personal hygiene santri dengan kejadian penyakit kulit infeksi skabies

h. Untuk mengetahui kelembaban asrama santri i. Untuk mengetahui ventilasi asrama santri j. Untuk mengetahui pencahayaan asrama santri


(22)

k. Untuk mengetahui kepadatan hunian asrama santri l. Untuk mengetahui sanitasi dasar pesantren


(23)

1.4. Manfaat Penelitian a.Bagi Peneliti

Dapat memberikan suatu masukan yang berkaitan dengan penyakit kulit infeksi seperti scabies dan meningkatkan pengetahuan terhadap pola pencegahan penyakit kulit infeksi

b.Bagi Santri

Dapat menjadi masukan terhadap perbaikan kebiasaan hidup yang merugikan bagi kesehatan sehingga dapat menjaga kesehatan diri khususna yang berkaitan dengan penyakit kulit infeksi seperti scabies.


(24)

BAB II

TINAJUAN PUSTAKA

2.1. Personal Hygiene

Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu: personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto & Wartonah, 2003).

Pemeliharaan kebersihan diri berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri sesorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan memiliki kebersihan diri baik apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, tangan dan kuku,dan kebersihan genitalia (Badri, 2008).

Banyak manfaat yang dapat di petik dengan merawat kebersihan diri, memperbaiki kebersihan diri, mencegah penyakit, meningkatkan kepercayaan diri dan menciptakan keindahan (Wartonah, 2003).

Menurut Perry (2005), personal hygiene adalah suatu tindakan unutk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.


(25)

Usaha kesehatan pribadi adalah : daya upaya dari seorang demi seorang untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya sendiri ( Entjang, 2000)

Usaha – usaha itu adalah : a.Kebersihan Kulit

Kebersihan individu yang buruk atau bermasalah akan mengakibatkan berbagai dampak baik fisik maupun psikososial. Dampak fisik yang sering dialami seseorang tidak terjaga dengan baik adalah gangguan integritas kulit (Wartonah, 2003)

Kulit yang pertama kali menerima rangsangan seperti rangsangan sentuhan, rasa sakit, maupun pengaruh buruk dari luar. Kulit berfungsi untuk melindungi permukaan tubuh, memelihara suhu tubuh dan mengeluarkan kotoran-kotoran tertentu. Kulit juga penting bagi produksi vitamin D oleh tubuh yang berasal dari sinar ultraviolet. Mengingat pentingnya kulit sebagai pelindung organ-organ tubuh didalammnya, maka kulit perlu dijaga kesehatannya. Penyakit kulit dapat disebabkan oleh jamur, virus, kuman, parasit hewani dan lain-lain. Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit adalah Skabies ( DJuanda, 2000).

Sabun dan air adalah hal yang penting untuk mempertahankan kebersihan kulit. Mandi yang baik adalah : 1). Satu sampai dua kali sehari, khususnya di daerah tropis. 2). Bagi yang terlibat dalam kegiatan olah raga atau pekerjaan lain yang mengeluarkan banyak keringat dianjurkan untuk segera mandi setelah selesai kegiatan tersebut. 3). Gunakan sabun yang lembut. Germicidal atau sabun antiseptik tidak dianjurkan untuk mandi sehari-hari. 4). Bersihkan anus dan genitalia dengan baik karena pada kondisi tidak bersih, sekresi normal dari anus dan genitalia akan


(26)

menyebabkan iritasi dan infeksi. 5). Bersihkan badan dengan air setelah memakai sabun dan handuk yang tidak sama dengan orang lain (Webhealthcenter, 2006). b.Kebersihan tangan dan kuku

Indonesia adalah negara yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan tangan untuk makan, mempersiapkan makanan, bekerja dan lain sebagainya. Bagi penderita skabies akan sangat mudah penyebaran penyakit ke wilayah tubuh yang lain. Oleh karena itu, butuh perhatian ekstra untuk kebersihan tangan dan kuku sebelum dan sesudah beraktivitas. 1). Cuci tangan sebelum dan sesudah makan, setelah ke kamar mandi dengan menggunakan sabun. Menyabuni dan mencuci harus meliputi area antara jari tangan, kuku dan punggung tangan.2). Handuk yang digunakan untuk mengeringkan tangan sebaiknya dicuci dan diganti setiap hari. 3). Jangan menggaruk atau menyentuh bagian tubuh seperti telinga, hidung, dan lain-lain saat menyiapkan makanan. 4). Pelihara kuku agar tetap pendek, jangan memotong kuku terlalu pendek sehingga mengenai pinch kulit (Webhealthcenter, 2006).

c. Kebersihan Genitalia

Karena minimnya pengetahuan tentang kebersihan genitalia, banyak kaum remaja putri maupun putra mengalami infeksi di alat reproduksinya akibat garukan, apalagi seorang anak tersebut sudah mengalami skabies diarea terterntu maka garukan di area genitalia akan sangat mudah terserang penyakit kulit skabies, karena area genitalia merupakan tempat yang lembab dan kurang sinar matahari. Salah satu contoh pendidikan kesehatan di dalam keluarga, misalnya bagaimana orang tua mengajarkan anak cebok secara benar. Seperti penjelasan, bila ia hendak cebok harus dibasuh dengan air bersih. Caranya menyiram dari depan ke belakang bukan belakang


(27)

ke depan. Apabila salah, pada alat genital anak perempuan akan lebih mudah terkena infeksi. Penyebabnya karena kuman dari belakang (dubur) akan masuk ke dalam alat genital. Jadi hal tersebut, harus diberikan ilmunya sejak dini. Kebersihan genital lain, selain cebok, yang harus diperhatikan yaitu pemakaian celana dalam. Apabila ia mengenakan celana pun, pastikan celananya dalam keadaan kering. Bila alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan jamur. Oleh karena itu seringlah menganti celana dalam (Safitri, 2008).

2.1.1. Kebutuhan Personal Hygiene

Dalam kehidupan sehari- hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dalam dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh individu dan kebiasaan. Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang di perhatikan. Hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut di biarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum ( Tarwoto & Wartonah, 2003).

2.1.2. Kebersihan diri

Kebersihan diri merupakan factor penting dalam usaha pemeliharaan kesehatan, agar kita selalu dapat hidup sehat. Menjaga kebersihan diri berarti juga menjaga kesehatan umum. Cara menjaga kebersihan diri dapat dilakukan sebagai berikut :

a) Mandi setiap hari minimal 2 kali sehari secara teratur dengan menggunakan sabun, muka harus bersih, telinga juga harus dibersihkan serta bagian genitalia.


(28)

b) Tangan harus dicuci sebelum menyiapkan makanan dan minuman, sebelum makan, sesudah buang air besar atau buang air kecil.

c) Kuku digunting pendek dan bersih, agar tak melukai kulit atau menjadi sumber infeksi.

d) Pakaian perlu diganti sehabis mandi dengan pakaian yang habis dicuci bersih dengan sabun/ detergen, dijemur di bawah sinar matahari dan di setrika (Wolf, 2000)

2.2 Penyakit Kulit Infeksi

Penyakit kulit infeksi adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh karena parasit,contoh penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit yaitu Skabies, Pedikulosis, Creeping Eruption (Arif, M, dkk, 2000)

2.2.1 Pengertian Skabies

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop atau bersifat mikroskopis. Penyakit skabies sering disebut kutu badan. Penyakit ini juga mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Skabies mudah menyebar baik secara langsung atau melalui sentuhan langsung dengan penderita maupun secara tak langsung melalui baju, seprai, handuk, bantal, air, atau sisir yang pernah dipergunakan penderita dan belum dibersihkan dan masih terdapat tungau sarcoptesnya. Skabies menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit seperti disela-sela jari, siku, selangkangan. Skabies identik dengan penyakit anak pondok pesantren, penyebabnya adalah kondisi kebersihan yang kurang terajaga, sanitasi yang buruk,


(29)

kurang gizi dan kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung. Penyakit kulit scabies menular dengan cepat pada suatu komunitas yang tinggal bersama sehingga dalam pengobatannya harus dilakukan secara serentak dan menyeluruh pada semua orang dan lingkungan pada komunitas yang terserang skabies, karena apabila dilakukan pengobatan secara individual maka akan mudah tertular kembali penyakit skabies (Yosefw, 2007).

2.2.2 Etiologi

Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih, kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330 – 450 mikron x 250 – 350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.


(30)

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut, setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2 -3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50 . Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2 -3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8 – 12 hari (Handoko, 2001).

2.2.3 Patogenesis.

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau (Handoko,2001)

2.2.4 Cara Penularan.

Penyakit skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tak langsung. Yang paling sering adalah kontak langsung yang saling bersentuhan atau


(31)

dapat pula melalui alat-alat seperti tempat tidur, handuk, dan pakaian. Bahkan penyakit ini dapat pula ditularkan melalui hubungan seksual antara penderita dengan orang yang sehat. Di Amerika Serikat dilaporkan, bahwa skabies dapat ditularkan melalui hubungan seksual meskipun bukan merupakan akibat utama (Brown, 1999).

Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersama-sama disatu tempat yang relative sempit. Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah penyediaan air bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang masih sering kita jumpai, akan menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada (Benneth, 1997).

Penularan skabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas asrama dan pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh masyarakat luas. Di Jerman terjadi peningkatan insidensi, sebagai akibat kontak langsung maupun tak langsung seperti tidur bersama. Faktor lainnya fasilitas umum yang dipakai secara bersama-sama di lingkungan padat penduduk (Meyer, 2000). 2.2.5 Gejala Klinis Skabies

a. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.


(32)

b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, serta kehidupan di pondok pesantren, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).

c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang bewarna putih keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang satu cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mame (wanita), umbilicus, bokong, genetalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

d. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

e. Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah, iritasi dan rasa gatal pada kulit yang umumnya muncul disela-sela jari, siku, selangkangan dan lipatan paha, dan muncul gelembung berair pada kulit (Mawali,2000).


(33)

Gambar 2. Ruam Pada Skabies

2.2.6 Klasifikasi Skabies

Adapun bentuk-bentuk khusus skabies yang sering terjadi pada manusia

adalah sebagai berikut :(a). Skabies pada orang bersih yang merupakan skabies pada orang dengan tingkat kebersihannya cukup, bisa salah didiagnosis karena kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur. (b). Skabies pada bayi dan anak lesi skabies yang mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di muka. (c). Skabies yang ditularkan oleh hewan dapat menyerang manusia yang pekerjaannya berhubungan erat dengan hewan tersebut. Misalnya peternak dan gembala. Gejalanya ringan, rasa


(34)

gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama terdapat pada tempat-tempat kontak, dan akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih-bersih.(d). Skabies Nodular terjadi akibat reaksi hipersensitivitas. Tempat yang sering dikenai adalah genitalia pria, lipatan paha, dan aksila. Lesi ini dapat menetap beberapa minggu hingga beberapa bulan, bahkan hingga satu tahun walaupun telah mendapat pengobatan anti skabies. (e).Skabies Inkognito, obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda scabies, sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya, pengobatan dengan steroid topikal yang lama dapat pula menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penurunan respons imun selular. (f). Skabies terbaring di tempat tidur merupakan penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas. (g). Skabies krustosa ( Norwegian Scabies), lesinya berupa gambaran eritodermi, yang disertai skuama generalisata, eritema, dan distrofi kuku. Krusta terdapat banyak sekali, dimana krusta ini melindungi sarcoptes scabiei di bawahnya. Bentuk ini mudah menular karena populasi sarcoptes scabiei sangat tinggi dan gatal tidak menonjol. Bentuk ini sering salah didiagnosis, malahan kadang diagnosisnya baru dapat ditegakkan setelah penderita menularkan penyakitnya ke orang banyak. Sering terdapat pada orang tua dan orang yang menderita retardasi mental (Down’s syndrome), sensasi kulit yang rendah (lepra, syringomelia dan tabes dorsalis), penderita penyakit sistemik yang berat (leukemia dan diabetes), dan penderita imunosupresif (Emier, 2007).

2.2.7 Pengobatan Skabies


(35)

air yang telah dilarutkan bubuk DDT (Diclhoro Diphenyl Trichloroetan). Pengobatan lain adalah dengan mengolesi salep yang mempunyai daya miticid baik dari zat kimia organic maupun non organic pada bagian kulit yang terasa gatal dan kemerahan dan didiamkan selama 10 jam. Alternatif lain adalah mandi dengan sabun sulfur/belerang karena kandungan pada sulfur bersifat antiseptik dan antiparasit, tetapi pemakaian sabun sulfur tidak boleh berlebihan karena membuat kulit menjadi kering. Pengobatan skabies harus dilakukan secara serentak pada daerah yang terserang skabies agar tidak tertular kembali penyakit skabies (Sadana, 2007).

2.2. 8 Prognosis.

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat di berantas dan memberikan prognosis yang baik (Harahap, 2000 ).

2.3 Lingkungan

Kebersihan lingkungan adalah kebersihan

berbagai sarana umum. Kebersihan tempat tinggal dilakukan dengan cara membersihkan lingkungan dimulai dari menjaga kebersihan halaman dan selokan, dan membersihkan jalan di depan asrama dari sampah (Ponpes, 2008).

Penularan penyakit skabies terjadi bila kebersihan pribadi dan kebersihan lingkungan tidak terjaga dengan baik. Faktanya, sebagian pesantren tumbuh dalam lingkungan yang kumuh, tempat mandi dan WC yang kotor, lingkungan yang lembab, dan sanitasi buruk (Badri, 2008). Ditambah lagi dengan perilaku tidak sehat, seperti


(36)

menggantung pakaian di kamar, tidak dibawah terik matahari, dan saling bertukar pakai benda pribadi, seperti sisir dan handuk (Depkes, 2007)

2.4Hygiene dan Sanitasi Lingkungan

Hygiene dan sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik, biologi,social, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana lingkungan yang berguna di tingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan. Usaha dalam hygiene dan sanitasi lingkungan di Indonesia terutama meliputi :

a. Menyediakan air rumah tangga yang baik, cukup kualitas maupun kwantitasnya.

b. Mengatur pembuangan kotoran, sampah dan air limbah

c. Mendirikan rumah sehat, menambah jumlah rumah agar rumah-rumah tersebut menjadi pusat kesenangan rumah-rumah tangga yang sehat.

d. Pembasmian binatang-binatang penyebar penyakit seperti : lalat, nyamuk (Entjang, 2000)

Istilah Hygiene dan sanitasi mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengusahakan cara hidup sehat sehingga terhindar dari penyakit, tetapi dalam penerapannya mempunyai arti yang sedikit berbeda. Usaha sanitasi lebih menitik beratkan pada factor lingkungan hidup manusia, sementara hygiene lebih menitik beratkan pada usaha-usaha kebersihan perorangan (Kusnoputranto, 1986).

Sanitasi dasar lingkungan merupakan hal yang harus diperhatikan. Oleh karena itu untuk mencapai kemampuan hidup sehat di masyarkat, maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :


(37)

a.Penyediaan air Bersih

Air merupkakan suatu sarana untuk menigkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit (Slamet, 1996). Untuk itu penyediaan air bersih harus memenuhi persyaratan seperti :

a. Syarat Fisik : Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau.

b. Syarat Bakteriologis : Air merupakan keperluan yang sehat yang harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri patogen.

c. Syarat Kimia : Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia didalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia (Notoatmodjo, 2003).

Air sangat erat hubungannya dengan kehidupan dan merupakan salah satu bahan pokok yang mutlak dibutuhkan oleh manusia sepanjang masa. Sumber air yang banyak dipergunakan oleh ,masyarakat adalah air permukaan (air sungai, danau, rawa, dan sebagainya). Apabila tidak diperhatikan, maka air dari sumber tersebut diatas dapat mengganggu kesehatan manusia. Untuk mencegah timbulnya penyakit yang dapat ditularkan melalui air, maka air yang dipergunakan terutama untuk air minum harus memenuhi syarat-syarat kesehatan. (Depkes RI, 1993).


(38)

b.Jamban

Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpukan kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu, dan tidak menjadi penyebab atau penyebar penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman ( Dirjen P2M & PL, 1998).

Pembuangan tinja yang tidak saniter akan menyebabkan terjadinya berbagai penyakit seperti diare, cholera, dysentri, ascariasis, dan sebagainya.kotoran manusia merupakan buangan padat, selain menimbulkan bau, mengotori lingkungan juga merupakan media penularan penyakit pada masyarakat. Perjalanan agen penyebab penyakit melalui cara transmisi seperti dari tangan, maupun dari peralatan yang terkontaminasi ataupun melalui mata rantai lainnya. Dimana memungkinkan tinja atau kotoran yang mengandung agent penyebab infeksi masuk melalui saluran pernafasan.

c.Pengelolaan Sampah

Sampah ialah suatu bahan/ benda yang terjadi karena berhubungan dengan aktfitas manusia yang tidak terpakai lagi, tidak disenangi dan dibuang dengan cara-cara saniter kecuali bungan yang berasal dari tubuh manusia (Kusnoputranto, 2000)

Mengingat efek dari sampah terhadap kesehatan maka pengelolaan sampah harus memenuhi criteria sebagai berikut :

1. Tersedia tempat sampah yang dilengkapi dengan penutup

2. Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, tahan karat, permukaan bagian dalam rata dan dilengkapi dengan penutup


(39)

4. Jumlah dan volume sampah disesuaikan dengan sampah yang dihasilkan sertiap kegiatan. Tempat sampah harus disediakan minimal 1 buah untuk setiap radius 10 meter, dan tiap jarak 20 meter pada ruang terbuka dan tunggu

5. Tersedianya tempat pembuangan sampah semetara yang mudah dikosongkan, tidak terbuat dari beton permanen, terletak dilokasi yang terjangkau kendaraan pengangkut sampah dan harus dikosongkan sekurang-kurangnya 3 x 24 jam.

d.Pengelolaan Air Limbah

Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industry dan pada umumya mengandung bahan atau zat yang membahayakan. Sesuai dengan zat yang terkandung didalam air limbah, maka limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain limbah sebagai media penyebaran penyakit (Notoadmodjo, 2003).

Saluran pembuangan air limbah yang tidak mengalir lancar, dengan bentuk SPAL tidak tertutup dibanyak tempat, sehingga air limbah menggenang ditempat terbuka. Keadaan ini berpotensi sebagai tempat berkembang biak vector dan bernilai negative dari aspek estetika (Soejadi, 2003).

2.5Kondisi Fisik Rumah 2.5.1. Ventilasi

Ventilasi adalah sarana untuk memelihara kondisi atmosfer yang menyenangkan dan menyehatkan bagi manusia. Suatu ruangan yang terlalu padat penghuninya dapat memberikan dampak yang buruk terhadap kesehatan pada penghuni tersebut, untuk itu pengaturan sirkulasi udara sangat diperlukan (Chandra, 2007).


(40)

Lubang penghawaan pada bangunan harus dapat menjamin pergantian udara didalam kamar/ruang dengan baik. Luas lubang penghawaan yang dipersyaratkan minimal 20% dari luas lantai (Soejadi,2003).

2.5.2 Kelembaban

Kelembaban sangat berperan penting dalam pertumbuhan kuman penyakit.Kelembaban yang tinggi dapat menjadi tempat yang disukai oleh kuman untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Keadaan yang lembab dapat mendukung terjadinya penularan penyakit (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.829 tentang persyaratan kesehatan rumah dari aspek kelembaban udara ruang, dpersyaratkan ruangan mempunyai tingkat kelembaban udara yang diperbolehakan antara 40-70%.

Tingkat kelembaban yang tidak memenuhi syarat ditambah dengan prilaku tidak sehat, misalnya dengan penempatan yang tidak tepat pada berbagai barang dan baju, handuk, sarung yang tidak tertata rapi, serta kepadatan hunian ruangan ikur berperan dalam penularan penyakit berbasis lingkungan seperti scabies (memudahkan tungau Sarcoptes Scabiei berpindah dari reservoir ke barang sekitarnya hingga mencapai pejamu baru (Soedjadi, 2003).

2.5.3. Pencahayaan

Salah satu syarat rumah sehat adalah tersedianya cahaya yang cukup, karena suatu rumah yang tidak mempunyai cahaya selain dapat menimbulkan perasaan kurang nyaman, juga dapat menimbulkan penyakit (Prabu, 2009).

Menurut Sukini (1989), sinar matahari berperan secara langsung dalam mematikan bakteri dan mikroorganisme lain yang terdapat dilingkungan rumah,


(41)

khususnya sinar matahari pagi yang dapat menghambat perkembangbiakan bakteri patogen. Dengan demikian sinar matahari sangat diperlukan didalam ruangan rumah terutama ruangan tidur.

Pencahayaan alami dan / atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan (Kepmenkes RI,1999).

2.5.4. Kepadatan Penghuni

Kepadatan hunian sangat berpengaruh terhadap jumlah bakteri penyebab penyakit menular.Selain itu kepadatan hunian dapat mempengaruhi kualitas udara didalam rumah. Dimana semakin banyak jumlah penghuni maka akan semakin cepat udara dalam rumah mengalami pencemaran oleh karena CO2 dalam rumah akan cepat meningkat dan akan menurunkan kadar O2 yang diudara (Sukini, 1989).

Tingkat kepadatan penghuni di ponpes cenderung padat namun dalam batas toleransi persyaratan.Kepadatan hunian merupakan syarat mutlak untuk kesehatan rumah pemondokan termasuk ponpes, karena dengan kepadatan hunian yang tinggi terutama pada kamar tidur memudahkan penularan berbagai penyakit secara kontak dari satu santri kepada santri lainnya (Soejadi, 2003).

Menurut Kepmenkes RI (1999), kepadatan dapat dilihat dari :

Kepadatan hunian runag tidur : Luas ruangan tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan lebih dari dua orang dalam satu ruangan tidur, kecuali anak dibawah usia 5 tahun.


(42)

2.6. Pesantren

Pesantren adalah tempat mengaji, belajar`agama islam. Suatu lembaga pendidikan islam dikatakan pesantren apabila terdiri dari unsure-unsur Kyai/Syekh/Ustadz yang mendidik serta mengajar, ada santri yang belajar, ada mesjid/ musalla dan ada pondok/asrama tempat para santri bertempat tinggal. Asrama adalah rumah pemondokan yang ditempati oleh santri-santri, pegawai dan sebagainya yang digunakan sebagai tempat untuk berlindung, beristirahat, dan sebagai tempat bergaul antar sesama teman (Dariansyah, 2006)


(43)

2.7. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Personal Hygiene Santri 1. Kebersihan Kulit 2. Kebersihan Tangan

dan Kuku. 3. Kebersihan Genitalia. 4. Kebersihan Pakaian 5. Kebersihan Handuk

6. Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei

Kejadian Penyakit Kulit Infeksi Skabies

Sanitasi Lingkungan Pesantren

1. Kelembaban 2. Ventilasi 3. Pencahayaan 4. Kepadatan Hunian

Ruangan Tidur 5. Sarana Air Bersih 6. Sarana Pembuangan Limbah 7. Sarana Pembuangan Kotoran 8. Sarana Pembuangan Sampah Kepemenkes RI/Non.829/Men kes/SK/VII/1999


(44)

2.8. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian sebagai berikut :

1. Ada hubungan kebersihan kulit dengan kejadian penyakit kulit infeksi scabies pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru

2. Ada hubungan Kebersihan tangan dan kuku dengan kejadian penyakit kulit infeksi scabies pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru

3. Ada hubungan kebersihan genitalia dengan kejadian penyakit kulit infeksi scabies pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru

4. Ada Hubungan Kebersihan Pakaian dengan kejadian penyakit kulit infeksi pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru

5. Ada hubungan Kebersihan handuk dengan kejadian penyakit kulit infeksi scabies pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru

6. Ada hubungan kebersihan tempat tidur dan sprei dengan kejadian penyakit kulit infeksi scabies pada Pesantren Darel Hikmah kota Pekanbaru


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian dilakukan adalah jenis survey analitik dengan desain Case control study yaitu untuk mengetahui hubungan personal hygiene santri dengan kejadian penyakit kulit infeksi scabies dan tinjauan sanitasi lingkungan Pesantren Darel Hikmah kota Pekanbaru.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada Pondok Pesantren Darel Hikmah kota Pekanbaru 3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Mei-Juli 2011

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

a. Kasus adalah semua santri yang menderita skabies Kelas II dan III Tsanawiyah berdasarkan diagnosis rekam medik periode januari – Mei 2011 b. Kontrol adalah semua santri yang tidak menderita skabies Kelas II dan III

tsanawiyah dan tidak satu asrama dengan penderita skabies. 3.3.2 Sampel

a. Kasus adalah santri yang menderita penyakit scabies berdasarkan rekam medis yang didiagnosa oleh dokter periode januari – mei 2011, besar sampel dalam penelitian ini yaitu 36 orang.


(46)

b. Kontrol adalah santri yang berada dalam pesantren namun tidak menderita penyakit scabies dalam penelitian ini diambil sesuai dengan jumlah kasus yaitu 36 orang, kemudian dilakukan matching (umur, kelas,dan jenis kelamin)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer berupa personal hygiene santri dan sanitasi lingkungan pesantren dari peninjauan langsung pada objek penelitian yaitu kelapangan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner dan observasi.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder di dapat dari hasil penelusuran dokumen dan laporan data poliklinik dari pesantren yang terkait dengan kejadian penyakit kulit infeksi scabies.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah personal hygiene dan sanitasi lingkungan pesantren yang dilihat dari kebersihan kulit,kebersihan tangan dan kuku, kebersihan genitalia, kebersihan pakaian, handuk, tempat tidur dan sprei, penyediaan air bersih, sarana pembuangan limbah, sarana pembuangan kotoran, pengelolaan sampah, ventilasi, kelembaban, pencahayaan dan kepadatan hunian kamar.

3.5.2 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian penyakit kulit infeksi scabies


(47)

3.5.3 Definisi Operasional

1. Personal hygiene adalah kebersihan pribadi seorang individu yang sangat berpengaruh terhadap kesehatannya.

2. Kebersihan kulit adalah usaha individu untuk menjaga kebersihan kulit dengan cara mandi menggunakan sabun agar terhindar dari penyakit kulit

3. Kebersihan tangan dan kuku adalah prilaku individu dalam menjaga kebersihan tangan dan kuku seperti cuci tangan sebelum dan sesudah makan, sesudah kekamar mandi, serta memotong kuku agar tetap pendek.

4. Kebersihan genitalia adalah prilaku santri dalam mejaga kebersihan genetalia dengan cara membersihkan dan mengganti celana dalam

5. Kebersihan pakaian adalah prilaku santri dalam mengganti pakaian serta mencuci pakaian

6. Kebersihan handuk adalah prilaku santri berdasarkan frekuensi mencuci handuk dan menjemurnya.

7. Kebersihan tempat tidur dan sprei adalah prilaku santri berdasarkan frekuensi menjemur kasur dan bantal, mengganti sprei dan sarung bantal.

8. Kelembaban adalah keadaan lembab dalam ruangan yang berkisar 40%-70% diukur dengan alat Hygrometer.

9. Ventilasi adalah luas penghawaan atau ventilasi yang permanen minimal 10% dari luas lantai.

10. Pencahayaan adalah keadaan penerangan dalam ruangan baik bersumber alami maupun buatan yaitu cukup dan tidak silau sehingga dapat digunakan untuk membaca dengan normal.


(48)

11. Kepadatan hunian ruangan tidur adalah luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan lebih dari 2 orang (Permenkes No.829/Menkes/SK/II/1999).

12. Penyediaan air bersih merupakan suatu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi syarat fisik, biologi, dan kimia

13. Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk menampung kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu.

14. Sampah merupakan suatu bahan/ benda yang terjadi karena berhubungan dengan aktivitas manusia yang tidak terpakai lagi.

15. Air limbah merupakan adalah sisa air yang dibuang berasal dari rumah tangga dan industri.

16. Kejadian penyakit kulit infeksi scabies adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit sarcoptes scabiei, timbul dengan gejala gatal terutama malam hari berdasarkan rekam medis periodic januari – mei 2011 dan pernah mendapat obat scabies.


(49)

3.6 Aspek pengukuran 1. Kebersihan Kulit

Pengukuran variabel Kebersihan kulit didasarkan pada skala ukur ordinal dari 6 pertanyaan dengan total skor 12, alternatife jawaban “Ya” diberi skor 2 (dua), dan tidak diberi skor 0 (nol), kemudian dikategorikan berdsarkan jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut :

a) Baik, Jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 % atau ≥ 9

b) Sedang, jika skor yang diperoleh responden 45 – 74 % atau 5 – 8 c) Buruk, jika skor yang diperoleh responden < 45 % atau < 5 2. Kebersihan Tangan dan Kuku

Pengukuran variabel Kebersihan tangan dan kuku didasarkan pada skala ukur ordinal dari 6 pertanyaan dengan total skor 12, alternatife jawaban “Ya” diberi skor 2 (dua), dan tidak diberi skor 0 (nol), kemudian dikategorikan berdsarkan jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut :

a) Baik, Jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 % atau ≥ 9

b) Sedang, jika skor yang diperoleh responden 45 – 74 % atau 5 – 8 c) Buruk, jika skor yang diperoleh responden < 45 % atau < 5 3. Kebersihan Genitalia

Pengukuran variabel Kebersihan genitalia didasarkan pada skala ukur ordinal dari 6 pertanyaan dengan total skor 12, alternatife jawaban “Ya” diberi skor 2 (dua), dan tidak diberi skor 0 (nol), kemudian dikategorikan berdsarkan jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut :


(50)

b) Sedang, jika skor yang diperoleh responden 45 – 74 % atau 5 – 8 c) Buruk, jika skor yang diperoleh responden < 45 % atau < 5 4. Kebersihan Pakaian

Pengukuran variabel Kebersihan Pakaian didasarkan pada skala ukur ordinal dari 6 pertanyaan dengan total skor 12, alternatife jawaban “Ya” diberi skor 2 (dua), dan tidak diberi skor 0 (nol), kemudian dikategorikan berdsarkan jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut :

a) Baik, Jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 % atau ≥ 9

b) Sedang, jika skor yang diperoleh responden 45 – 74 % atau 5 – 8 c) Buruk, jika skor yang diperoleh responden < 45 % atau < 5 5. Kebersihan Handuk

Pengukuran variabel Kebersihan handuk didasarkan pada skala ukur ordinal dari 6 pertanyaan dengan total skor 12, alternatife jawaban “Ya” diberi skor 2 (dua), dan tidak diberi skor 0 (nol), kemudian dikategorikan berdsarkan jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut :

a) Baik, Jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 % atau ≥ 9

b) Sedang, jika skor yang diperoleh responden 45 – 74 % atau 5 – 8 c) Buruk, jika skor yang diperoleh responden < 45 % atau < 5 6. Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei

Pengukuran variabel Kebersihan tempat tidur dan sprei didasarkan pada skala ukur ordinal dari 6 pertanyaan dengan total skor 12, alternatife jawaban “Ya” diberi skor 2 (dua), dan tidak diberi skor 0 (nol), kemudian dikategorikan berdsarkan jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut :


(51)

a) Baik, Jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 % atau ≥ 9

b) Sedang, jika skor yang diperoleh responden 45 – 74 % atau 5 – 8 c) Buruk, jika skor yang diperoleh responden < 45 % atau < 5 7. Kelembaban

Cara pengukuran dengan menggunakan alat yaitu hygrometer. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal yang dibagi dalam 2 kategori yaitu :

1. Tidak memenuhi syarat apabila < 40% atau > 70% 2. Memenuhi syarat apabila 40% - 70%

8. Ventilasi

Adapun pengukuran ventilasi dengan menggunakan meteran. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal dibagi dalam 2 kategori yaitu:

1. Tidak memenuhi syarat apabila < 10% dari luas lantai 2. Memenuhi syarat apabila ≥ 10% dari luas lantai

9. Pencahayaan

Adapun pengukuran pencahayaan adalah dengan melakukan observasi di dalam asrama. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal dibagi dalam 2 kategori yaitu:

1. Cukup, sehingga dapat dipergunakan untuk membaca dengan normal


(52)

10. Kepadatan hunian ruang tidur

Cara pengukuran dengan menggunakan meteran (observasi) dan dibandingkan dengan SK Menteri Kesehatan No.829/1999. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal dibagi dalam 2 kategori yaitu:

1. Padat < 4 meter persegi/penghuni

2. Tidak padat ≥ 4 meter persegi / penghuni

11. Penilaian sanitasi dasar lingkungan pesantren dengan mempergunakan Kepmenkes RI Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan, yang terdiri dari 2 (dua) kriteria yaitu “sehat” apabila skor ≥ 334 dan “tidak sehat” apabila skor < 334

Adapun komponen yang dinilai pada lembar observasi dihitung berdasarkan nilai x bobot dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Sarana air bersih yaitu ada,milik sendiri, tidak berbau,tidak berwarna, tidak berasa dengan skor 100

2. Jamban yaitu : ada,leher angsa, septic tank dengan skor 100

3. Sarana pembuangan air limbah yaitu ada, dialirkan keselokan tertutup (saluran kota) untuk diolah lebih lanjut dengan skor 100


(53)

12. Kejadian Penyakit Kulit Infeksi Skabies

Kejadian scabies adalah santri yang menderita penyakit scabies di Pondok Pesantren Darel Hikmah selama 3 bulan terakhir yang tinggal di asrama berdasarkan rekam medis poliklinik pesantren dan pernah mendapat obat skabies.Didasarkan pada skala ukur ordinal dari 2 pertanyaan, alternatife jawaban ‘Ya’ diberi skor 2 (dua), dan tidak diberi skor 0 (nol) kemudian dikategorikan sebagai berikut :

a) Menderita b) Tidak menderita


(54)

3.7 Metode Analisa Data 3.7.1. Analisa Univariat

Analisa data dengan mendistribusikan variabel personal hygiene dan tinjauan sanitasi lingkungan pesantren yang disajikan dalam bentuk tabel dan distribusi frekuensi.

3.7.2 Analisa Bivariat

Variabel penelitian dan kejadian penyakit kulit infeksi skabies akan dianalisa dengan menggunakan uji chi-square atau Excat fisher pada taraf kepercayaan 95% sehingga diketahui hubungan antar variable penelitian.


(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru 4.1.1. Lokasi

Pesantren Darel Hikmah terletak dijalan raya HR.Subrantas/ jalan Manyar Sakti km 12 Kelurahan Simpang baru Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Lokasi Pesantren Darel Hikmah ditengah kota Pekanbaru yang relatif ramai dan berdekatan dengan UNRI (Universitas Riau) ± 300 meter dan UIN Suska (Universitas Islam Negeri) kurang lebih 500 meter.

Pesantren Darel Hikmah berdiri tahun 1987 dengan pendirinya adalah Bapak H.Abdullah, Dr. H. Satria Efendi M.Zein, (Dosen Pasca Sarjana UIN Sahid Jakarta).Luas seluruh bangunan 35. 325 m2.

4.1.2. Sarana dan Prasarana

No Fasilitas Jumlah Luas

1 Ruang Kelas Belajar 26 8 x 8

2 Ruang Komputer 1 8 x 8

3 Ruang Perpustakaan 1 5 x 6

4 Laboratorium IPA 1 8 x 8

5 Ruang Kepala Madrasah 1 3,5 x 3,5

6 Ruang Waka kurikulum 1 3,5 x 3,5

7 Ruang Wakakesiswaan 1 3,5 x 3,5

8 Ruang Guru 2 8 x 8

9 Ruang TU 1 3,5 X 3,5

10 Kamar Mandi WC guru 1 5 x 6

11 Kamar mandi WC Siswa 15 1,5 x 1

12 Ruang Ibadah Masjid 1 20 x 30

13 Asrama Putra 2 15 x 40

14 Asrama Putri 3 15 x 40

15 Ruang Tamu 1 2 x 3

16 Gedung Serbaguna 1 15 x 30

17 Klinik Kesehatan 1 8 x 8

18 Ruang Sanggar Seni 1 4 x 6

19 Kantin dan Rumah makan 2 8 x 8


(56)

4.2 Analisis Univariat

4.2.1. Analisis Univariat Karakteristik Responden

Adapun gambaran karakteristik responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru

No Distribusi Karakteristik

Responden

Jumlah (Orang)

Persentase (%) 1. Umur

12 – 13 tahun 40 55.6

14 -16 tahun 32 44.4

Total 72 100.0

2. Jenis Kelamin

Laki - laki 56 77.8

Perempuan 16 22.2

Total 72 100.0

3. Pendidikan

Kelas 2 MTs 40 55.6

Kelas 3 MTs 32 44.4

Total 72 100.0

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan umur pada siswa Madrasah Tsanawiyah Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru tahun 2011 terbanyak pada umur 12-13 tahun yaitu 40 responden (55.6%). Sedangkan jumlah responden menurut jenis Kelamin terbanyak laki-laki yaitu sebanyak 56 responden (77.8%) dan menurut tingkat pendidikan terbanyak pada kelas 2 MTs yaitu sebanyak 40 orang (55.6%)


(57)

4.2.2 Personal Hygiene Santri 4.2.2.1. Kebersihan Kulit

Adapun gambaran kebersihan kulit respoden pada peneltian ini dapat dilihat pada tabel 4.2. dibawah ini.

Tabel 4.2. Distribusi Kebersihan Kulit Responden pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru

No Kebersihan Kulit Kontrol Kasus

1. Mandi 2x sehari Jumlah % Jumlah %

a. Ya 36 100 27 75.0

b. Tidak 0 0 9 25.0

Total 36 100 36 100

2. Mandi menggunakan sabun

a. Ya 36 100 36 100

b. Tidak 0 0 0 0

Total 36 100 36 100

3. Menggosok badan saat mandi

a. Ya 36 100 34 94.4

b. Tidak 0 0 2 5.6

Total 36 100 36 100

4. Menggunakan sabun sendiri

a. Ya 32 88.9 26 72.2

b. Tidak 4 11.1 10 27.8

Total 36 100 36 100

5. Mandi setelah olahraga

a. Ya 31 86.1 18 50.0

b. Tidak 5 13.9 18 50.0

Total 36 100 36 100

6. Teman pernah memakai sabun

a. Ya 21 58.3 26 72.2

b. Tidak 15 41.7 10 27.8


(58)

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa responden pada kelompok kasus mandi 2 kali sehari sebanyak 27 orang (75.0%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 36 orang (100%). Untuk mandi menggunakan sabun pada kelompok kasus sebanyak 36 orang (100%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 36 orang (100%). Untuk menggosok badan saat mandi pada kelompok kasus sebanyak 34 orang (94.4%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 36 orang (100%). Untuk responden yang menggunakan sabun sendiri pada kelompok kasus sebanyak 26 orang (72.2%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 32 orang (88.9%). Untuk responden yang mandi setelah olahraga pada kelompok kasus sebanyak 18 orang ( 50.0%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 31 orang (86.1%).Untuk teman apakah pernah memakai sabun pada kelompok kasus sebanyak 26 orang (72.2%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 21 orang (58.3%). Dilihat dari variabel kebersihan kulit dapat diketahui bahwa kelompok kontrol memiliki kebersihan kulit yang lebih baik dari pada kelompok kasus.


(59)

4.2.2.2. Kebersihan Tangan dan Kuku

Adapun gambaran kebersihan tangan dan kuku responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.3. dibawah ini.

Tabel 4.3 Distribusi Kebersihan Tangan dan Kuku Responden pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru

No Kebersihan Tangan

Kuku

Kontrol Kasus

1. Mencuci tangan

setelah membersihkan tempat tidur

Jumlah % Jumlah %

a. Ya 34 94.4 35 97.2

b. Tidak 2 5.6 1 5.8

Total 36 100 36 100

2. Mencuci tangan

setelah membersihkan kamar mandi

a a. Ya 36 100 35 97.2

b. Tidak 0 0 1 5.8

Total 36 100 36 100

3. Memotong Kuku

sekali seminggu

a. Ya 20 55.6 9 25.0

b. Tidak 16 44.4 27 75.0

Total 36 100 36 100

4. Mencuci tangan

sesudah BAB/BAK pakai sabun

a. Ya 22 61.1 13 36.1

b. Tidak 14 38.9 23 63.9

Total 36 100 36 100

5. Mencuci tangan

setelah menggaruk badan

a. Ya 5 13.9 9 25.0

b. Tidak 31 86.1 27 75.0

Total 36 100 36 100

6. Menyikat kuku pakai

sabun

a. Ya 21 58.3 13 36.1

b. Tidak 15 41.7 23 63.9


(60)

Berdasarkan tabel 4.3 diatas terlihat bahwa pada kelompok kasus yang mencuci tangan setelah membersihkan tempat tidur sebanyak 35 orang (97.2%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 34 orang ( 94.4%). Untuk responden yang mencuci tangan setelah membersihkan kamar mandi pada kelompok kasus sebanyak 35 orang (97.2%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 36 orang (100%). Untuk responden yang memotong kuku sekali seminggu pada kelompok kasus sebanyak 27 orang (75.0%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 20 orang (55.6%). Untuk responden yang mencuci tangan sesudah BAB/BAK pakai sabun pada kelompok kasus sebanyak 23 orang (63.9%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 14 orang (38.9%).Untuk responden yang mencuci tangan setelah menggaruk badan pada kelompok kasus sebanyak 27 orang (75.0%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 31 orang (86.1%). Untuk responden yang menyikat kuku pakai sabun pada kelompok kasus tidak sebanyak 23 orang (63.9%) sedangkan pada kelompok control tidak sebanyak 15 orang (41.7%). Dilihat dari variabel kebersihan tangan dan kuku dapat diketahui bahwa kelompok kontrol memiliki kebersihan tangan dan kuku yang lebih baik dari pada kelompok kasus.


(61)

4.2.2.3. Kebersihan Genitalia

Adapun gambaran kebersihan genitalia responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut ini.

Tabel 4.4 Distribusi Kebersihan Genitalia Responden pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru

No Kebersihan Genitalia Kontrol Kasus 1. Mengganti pakaian

dalam sesudah mandi

Jumlah % Jumlah %

a.Ya 30 83.3 19 52.8

b.Tidak 6 16.7 17 47.2

Total 36 100 36 100

2. Mencuci pakaian dalam

a.Ya 35 97.2 32 88.9

b.Tidak 1 2.8 4 11.1

Total 36 100 36 100

3. Membersihkan alat genital

a.Ya 36 100 32 94.4

b.Tidak 0 0 4 5.6

Total 36 100 36 100

4. Menjemur pakaian dalam dibawah terik matahari

a.Ya 16 44.4 11 30.6

b.Tidak 20 55.6 25 69.4

Total 36 100 36 100

5. Membersihakn alat genital sesudah BAB/BAK

a. Ya 35 97.2 32 88.9

b. Tidak 1 2.8 4 11.1

Total 36 100 36 100

6. Merendam pakain dalam disatukan sesama teman

a. Ya 1 2.8 3 8.3

b. Tidak 35 97.2 33 91.7


(62)

Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa responden yang mengganti pakaian dalam sesudah mandi pada kelompok kasus sebanyak 19 orang (52.8%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 30 orang (83.3%). Untuk responden yang mencuci pakaian dalam pada kelompok kasus sebanyak 32 orang (88.9%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 35 orang (97.2%). Untuk responden yang membersihkan alat genitalia pada kelompok kasus sebanyak 32 orang (94.4%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 36 orang (100%). Untuk responden apakah menjemur pakaian dalam dibawah terik matahari pada kelompok kasus tidak sebanyak 25 orang (69.4%) sedangkan pada kelompok control tidak sebanyak 20 orang (55.6%). Untuk responden yang membersihkan alat genital sesudah BAB/BAK pada kelompok kasus sebanyak 32 orang (88.9%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 35 orang (97.2%). Untuk responden yang merendam pakaian dalam disatukan sesama teman pada kelompok kasus tidak sebanyak 33 orang (91.7%) sedangkan pada kelompok control tidak sebanyak 35 orang (97.2%). Dilihat dari variabel kebersihan genetalia dapat diketahui bahwa kelompok kontrol memiliki kebersihan genitalia yang lebih baik dari pada kelompok kasus.


(63)

4.2.2.4. Kebersihan Pakaian

Adapun gambaran kebersihan pakaian responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.5. berikut ini.

Tabel 4.5 Distribusi Kebersihan Pakaian Responden pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru Tahun 2011

No Kebersihan Pakaian Kontrol Kasus 1. Mengganti pakaian 2x

sehari

Jumlah % Jumlah %

a. Ya 28 77.8 21 58.3

b. Tidak 8 22.2 15 41.7

Total 36 100 36 100

2. Bertukar pakaian sesama teman

a. Ya 14 38.9 28 77.8

b. Tidak 22 61.1 8 22.2

Total 36 100 36 100

3. Mencuci pakaian menggunakan detergen

a. Ya 35 97.2 33 91.7

b. Tidak 1 2.8 3 8.3

Total 36 100 36 100

4. Menyetrika baju

a. Ya 35 97.2 28 77.8

b. Tidak 1 2.8 8 22.2

Total 36 100 36 100

5. Merendam pakaian disatukan sesama teman

a. Ya 3 8.3 27 75.0

b. Tidak 33 91.7 9 25.0

Total 36 100 36 100

6. Menjemur pakaian dibawah terik matahari

a. Ya 32 88.9 8 22.2

b. Tidak 4 11.1 28 77.8


(64)

Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa responden yang mengganti pakaian 2 kali sehari pada kelompok kasus sebanyak 21 orang (58.3%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 28 orang (77.8%). Untuk responden yang bertukar pakaian sesama teman pada kelompok kasus sebanyak 28 orang (77.8%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 14 orang (38.9%). Untuk responden yang mencuci pakaian menggunakan detergen pada kelompok kasus sebanyak 33 orang (91.7%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 35 orang (97.2%). Untuk responden yang menyetrika baju pada kelompok kasus sebanyak 28 orang (77.8%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 35 orang (97.2%). Untuk responden apakah merendam pakaian disatukan sesama teman pada kelompok kasus sebanyak 27 orang (75.0%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 3 orang (8.3 %). Untuk responden apakah menjemur pakaian dibawah terikmatahri pada kelompok kasus tidak sebanyak 28 orang (77.8%) sedangkan pada kelompok control tidak sebanyak 4 orang (11.1%). Dilihat dari variabel kebersihan pakaian dapat diketahui bahwa kelompok kontrol memiliki kebersihan pakaian yang lebih baik dari pada kelompok kasus.


(65)

4.2.2.5. Kebersihan Handuk

Adapun gambaran kebersihan handuk responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.6. dibawah ini.

Tabel 4.6 Distribusi Kebersihan Handuk Responden pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru

No Kebersihan Handuk Kontrol Kasus 1. Menggunakan Handuk

sendiri

Jumlah % Jumlah %

a. Ya 30 83.3 14 38.9

b. Tidak 6 16.7 22 61.1

Total 36 100 36 100

2. Menjemur handuk setelah mandi

a. Ya 30 83.3 16 55.6

b. Tidak 6 16.7 20 44.4

Total 36 100 36 100

3. Mencuci handuk

disatukan sesama teman

a. Ya 5 13.9 12 33.3

b. Tidak 31 86.1 24 66.7

Total 36 100 36 100

4. Menggunakan handuk bergantian sesama teman

a. Ya 9 25.0 29 80.6

b. Tidak 27 75.0 7 19.4

Total 36 100 36 100

5. Menjemur handuk dibawah terik matahari

a. Ya 24 66.7 19 52.8

b. Tidak 12 33.3 17 47.2

Total 36 100 36 100

6. Menggunakan handuk yang kering

a. Ya 25 69.4 20 55.6

b. Tidak 11 30.6 16 44.4


(66)

Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa responden yang menggunakan handuk sendiri pada kelompok kasus sebanyak 14 orang (38.9%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 30 orang (83.3%). Untuk responden yang menjemur handuk setelah mandi pada kelompok kasus sebanyak 16 orang (55.6%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 30 orang (83.3%). Untuk responden yang mencuci handuk disatukan sesama teman pada kelompok kasus tidak sebanyak 24 orang (66.7%) sedangkan pada kelompok control tidak sebanyak 31 orang (86.1%). Untuk responden yang menggunakan handuk bergantian sesama teman pada kelompok kasus sebanyak 29 orang (80.6%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 9 orang (25.0%). Untuk responden yang menjemur handuk dibawah terik matahari pada kelompok kasus sebanyak 19 orang (52.8%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 24 orang (66.7%). Untuk responden menggunakan handuk yang kering pada kelompok kasus sebanyak 20 orang (55.6%) sedangkan pada kelompok control sebanyak 25 orang (69.4%). Dilihat dari variabel kebersihan handuk dapat diketahui bahwa kelompok kontrol memiliki kebersihan handuk yang lebih baik dari pada kelompok kasus.


(67)

4.2.2.6. Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei

Adapun gambaran kebersihan tempat tidur dan sprei responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.7. dibawah ini.

Tabel 4.7 Distribusi Kebersihan Tempat tidur dan Sprei Responden pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru

No Kebersihan Tempat tidur dan sprei

Kontrol Kasus

1. Sprei digunakan

untuk tidur bersama sama

Jumlah % Jumlah %

a.Ya 18 50.0 22 61.1

b.Tidak 18 50.0 14 38.9

Total 36 100 36 100

2. Tidur ditempat tidur sendiri

a.Ya 30 83.3 25 69.4

b.Tidak 6 16.7 11 30.6

Total 36 100 36 100

3. Teman pernah tidur ditempat sendiri

a.Ya 21 58.3 32 88.9

b.Tidak 15 41.7 4 11.1

Total 36 100 36 100

4. Menjemur kasur

sekali seminggu

a.Ya 28 77.8 8 22.2

b.Tidak 8 22.2 28 78.8

Total 36 100 36 100

5. Mengganti sprei

sekali seminggu

a.Ya 33 91.7 6 16.7

b.Tidak 3 8.3 30 83.3

Total 36 100 36 100

6. Mencuci sprei

disatukan sama teman

a. Ya 8 22.2 26 72.2

b. Tidak 28 77.8 10 27.8


(1)

Ya Count 5 12 17 % within KH3 29.4% 70.6% 100.0% % within JLH8 13.9% 33.3% 23.6%

% of Total 6.9% 16.7% 23.6%

Total Count 36 36 72

% within KH3 50.0% 50.0% 100.0% % within JLH8 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

4.

Menggunakan handuk bergantian sesama teman

KH4 * JLH8 Crosstabulation JLH8

Total Kontrol Kasus

KH4 Tidak Count 27 7 34

% within KH4 79.4% 20.6% 100.0% % within JLH8 75.0% 19.4% 47.2%

% of Total 37.5% 9.7% 47.2%

Ya Count 9 29 38

% within KH4 23.7% 76.3% 100.0% % within JLH8 25.0% 80.6% 52.8%

% of Total 12.5% 40.3% 52.8%

Total Count 36 36 72

% within KH4 50.0% 50.0% 100.0% % within JLH8 100.0% 100.0% 100.0%


(2)

5.

Menjemur handuk dibawah terik matahari

KH5 * JLH8 Crosstabulation JLH8

Total Kontrol Kasus

KH5 Tidak Count 12 17 29

% within KH5 41.4% 58.6% 100.0% % within JLH8 33.3% 47.2% 40.3%

% of Total 16.7% 23.6% 40.3%

Ya Count 24 19 43

% within KH5 55.8% 44.2% 100.0% % within JLH8 66.7% 52.8% 59.7%

% of Total 33.3% 26.4% 59.7%

Total Count 36 36 72

% within KH5 50.0% 50.0% 100.0% % within JLH8 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

6.

Menggunakan handuk yang kering

KH6 * JLH8 Crosstabulation JLH8

Total Kontrol Kasus

KH6 Tidak Count 11 16 27

% within KH6 40.7% 59.3% 100.0% % within JLH8 30.6% 44.4% 37.5%

% of Total 15.3% 22.2% 37.5%

Ya Count 25 20 45

% within KH6 55.6% 44.4% 100.0% % within JLH8 69.4% 55.6% 62.5%


(3)

Total Count 36 36 72 % within KH6 50.0% 50.0% 100.0% % within JLH8 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

1.

Sprei digunakan untuk tidur bersama-sama

KTTS1 * JLH8 Crosstabulation JLH8

Total Kontrol Kasus

KTTS1 Tidak Count 18 14 32

% within KTTS1 56.3% 43.8% 100.0% % within JLH8 50.0% 38.9% 44.4%

% of Total 25.0% 19.4% 44.4%

Ya Count 18 22 40

% within KTTS1 45.0% 55.0% 100.0% % within JLH8 50.0% 61.1% 55.6%

% of Total 25.0% 30.6% 55.6%

Total Count 36 36 72

% within KTTS1 50.0% 50.0% 100.0% % within JLH8 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

2.

Tidur ditempat tidur sendiri

KTTS2 * JLH8 Crosstabulation JLH8

Total Kontrol Kasus

KTTS2 Tidak Count 6 11 17

% within KTTS2 35.3% 64.7% 100.0% % within JLH8 16.7% 30.6% 23.6%


(4)

Ya Count 30 25 55 % within KTTS2 54.5% 45.5% 100.0% % within JLH8 83.3% 69.4% 76.4%

% of Total 41.7% 34.7% 76.4%

Total Count 36 36 72

% within KTTS2 50.0% 50.0% 100.0% % within JLH8 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

3.

Teman pernah tidur ditempat tidur anda sendiri

KTTS3 * JLH8 Crosstabulation JLH8

Total Kontrol Kasus

KTTS3 Tidak Count 15 4 19

% within KTTS3 78.9% 21.1% 100.0% % within JLH8 41.7% 11.1% 26.4%

% of Total 20.8% 5.6% 26.4%

Ya Count 21 32 53

% within KTTS3 39.6% 60.4% 100.0% % within JLH8 58.3% 88.9% 73.6%

% of Total 29.2% 44.4% 73.6%

Total Count 36 36 72

% within KTTS3 50.0% 50.0% 100.0% % within JLH8 100.0% 100.0% 100.0%


(5)

4.

Menjemur kasur sekali seminggu

KTTS4 * JLH8 Crosstabulation JLH8

Total Kontrol Kasus

KTTS4 Tidak Count 8 28 36

% within KTTS4 22.2% 77.8% 100.0% % within JLH8 22.2% 77.8% 50.0%

% of Total 11.1% 38.9% 50.0%

Ya Count 28 8 36

% within KTTS4 77.8% 22.2% 100.0% % within JLH8 77.8% 22.2% 50.0%

% of Total 38.9% 11.1% 50.0%

Total Count 36 36 72

% within KTTS4 50.0% 50.0% 100.0% % within JLH8 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

5.

Mengganti sprei sekali seminggu

KTTS5 * JLH8 Crosstabulation JLH8

Total Kontrol Kasus

KTTS5 Tidak Count 3 30 33

% within KTTS5 9.1% 90.9% 100.0% % within JLH8 8.3% 83.3% 45.8%

% of Total 4.2% 41.7% 45.8%

Ya Count 33 6 39

% within KTTS5 84.6% 15.4% 100.0% % within JLH8 91.7% 16.7% 54.2%


(6)

Total Count 36 36 72 % within KTTS5 50.0% 50.0% 100.0% % within JLH8 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

6.

Mencuci sprei disatukan sesama teman

KTTS6 * JLH8 Crosstabulation JLH8

Total Kontrol Kasus

KTTS6 Tidak Count 28 10 38

% within KTTS6 73.7% 26.3% 100.0% % within JLH8 77.8% 27.8% 52.8%

% of Total 38.9% 13.9% 52.8%

Ya Count 8 26 34

% within KTTS6 23.5% 76.5% 100.0% % within JLH8 22.2% 72.2% 47.2%

% of Total 11.1% 36.1% 47.2%

Total Count 36 36 72

% within KTTS6 50.0% 50.0% 100.0% % within JLH8 100.0% 100.0% 100.0%


Dokumen yang terkait

Hubungan Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan Keluhan Penyakit Kulit di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2012

13 120 135

Pengaruh Sanitasi Lingkungan dan Personal Hygiene terhadap Kejadian Penyakit Skabies pada Warga Binaan Pemasyarakatan yang Berobat Ke Klinik di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan

10 99 155

Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe

6 48 123

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN AS-SALAM Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Skabies Di Pondok Pesantren As-Salam Surakarta 2013.

0 1 14

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN AS-SALAM Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Skabies Di Pondok Pesantren As-Salam Surakarta 2013.

0 2 15

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KELUHAN PENYAKIT KULIT DI KELURAHAN DENAI KECAMATAN MEDAN DENAI KOTA MEDAN ipi51451

0 0 8

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSONAL HYGIENE, DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN GEJALA PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN DARUL MUKLISIN KOTA KENDARI 2017

1 1 8

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KELUHAN PENYAKIT KULIT DI KELURAHAN DENAI KECAMATAN MEDAN DENAI KOTA MEDAN TAHUN 2012

0 1 34

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI PUTRA PONDOK PESANTREN AL-LUQMANIYYAH YOGYAKARTA SKRIPSI

0 0 14

HUBUNGAN ANTARA PERSONAL HYGIENE SANTRI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN AL-HASANI KOMYOS SUDARSO - Repository UM Pontianak

0 0 15