FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESIAPAN WANITA PREMENOPAUSE DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE DI KELURAHAN PATANGPULUHAN KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh TRI SABATINI
20120320171
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
(2)
i
KARYA TULIS ILMIAH
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESIAPAN WANITA PREMENOPAUSE DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE DI
KELURAHAN PATANGPULUHAN KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh TRI SABATINI
20120320171
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
(3)
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DEN WANITA PREMENOPAUS
KELURAHAN PATANGPULUHAN KECAMATAN WIROBRAJAN
Telah diseminarkan dan disetujui pada tanggal Dosen Pembimbing
Yusi Riwayatul Afsah, S. Kep., Ns., MNS., CWCS
NIK: 19861203201510173165
Kaprodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Sri Sumaryani, M.Kep., Ns., Sp. Mat., HNC
ii
HALAMAN PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESIAPAN PREMENOPAUSEDALAM MENGHADAPI MENOPAUSE DI KELURAHAN PATANGPULUHAN KECAMATAN WIROBRAJAN
KOTA YOGYAKARTA Disusun Oleh : TRI SABATINI
20120320171
Telah diseminarkan dan disetujui pada tanggal 22 Juni 2016 Dosen Pembimbing
Riwayatul Afsah, S. Kep., Ns., MNS., CWCS
19861203201510173165
Dosen Penguji
Dewi Puspita, S. Kp. M. Sc
NIDN:0004117701
Mengetahui
Kaprodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Sri Sumaryani, M.Kep., Ns., Sp. Mat., HNC NIK: 197703132000104173046
GAN KESIAPAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE DI KELURAHAN PATANGPULUHAN KECAMATAN WIROBRAJAN
Juni 2016 Dosen Penguji
Dewi Puspita, S. Kp. M. Sc
DN:0004117701
(4)
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillah rasa syukur kupanjatkan kepada Allah SWT atas karunia yang Engkau berikan dan tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau jadikan mudah,
apabila Engkau menghendaki menjadi mudah.
Kupersembahkan hasil ini kepada Orang tuaku H. M. Bambang S. dan Hj. Sholikha, terimakasih atas doa yang selalu kalian panjatkan agar anakmu ini
dapat menyelesaikan kuliah dengan baik.Nasehat serta saran yang selalu diberikan ketika Tri dalam keadaan buntu. Ayah dan Mamah yang tak hentinya
mengingatkan solat serta berdoa dikala sulit. Terimakasih.
Untuk Abang-abang kece, Abdul Gampang dan Abdul Gundara yang selalu mendukung dan menghiburku. Tri ucapkan terimakasih
Teman seperjuangan Mas Haris, Mba Rahma, Mba Sekar, Mas Latansa, anak PSIK 2012 serta anak-anak “cimcim squad” terimakasih karena telah membantu dan mendukung dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini
(5)
iv MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sunguh-sungguh (urusan) yang
lain. Dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap (QS. Al-Insyirah: 5-8)
“So my dream isn’t to become the “best”, it’s to be someone who I’m not ashamed to be.”
– Shinee Key-
"Zero is where everything starts! Nothing would ever be born if we didn't depart from there!"
(6)
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama : Tri Sabatini NIM : 20120320171 Program Studi : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 22 Juni 2016
Yang membuat pernyataan,
(7)
vi
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini. Sholawat dan salam tak lupa penulis curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Ucapan terima kasih ingin penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, khususnya kepada:
1. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An.,M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Sri Sumaryani, S.Kep.,Ns., M.Kep., Sp.Mat., HNC selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Yusi Riwayatul Afsah, S.Kep.,Ns.,MNS.,CWCS selaku dosen pembimbing yang telah membimbing Saya hingga menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Dewi Puspita, S.Kp.M.Sc selaku dosen penguji yang telah menguji Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Keluarga besar H. Moh Bambang S. yang selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis sadar masih banyak kekurangan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan bimbingan, kritik dan saran demi kemajuan bersama. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Peneliti
(8)
vii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...i
LEMBAR PENGESAHAN ... ...ii
HALAMAN PERSEMBAHAN...iii
MOTTO HIDUP... ...iv
PERYATAAN KEASLIAN TULISAN...v
KATA PENGANTAR... ...vi
DAFTAR ISI ...vii
DAFTAR SINGKATAN...ix
DAFTAR TABEL...x
INTISARI...xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Perumusan Masalah... 5
C. Tujuan Penelitian... 5
D. Manfaat Penelitian... 6
E. Penelitian Terkait... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori...9
1. Menopause... 9
a. Definsi...9
b. Fase Klimakterik... 10
c. Fisiologi Menopause... 11
d. Tanda dan Gejala Menopause... 13
2. Kesiapan... 14
a. Definisi... 14
b. Kesiapan Menghadapi Menopause... 15
c. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kesiapan Wanita Menghadapi Menopause...19
B. Kerangka Teori...25
C. Kerangka Konsep... 25
D. Hipotesis... 26
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian...27
B. Tempat dan Waktu Penelitian... 27
C. Populasi dan Sampel Penelitian... 27
D. Variabel Penelitian... 28
(9)
viii
F. Instrumen Penelitian... 31
G. Alur Ijin Penelitian... 32
H. Cara Pengumpulan Data... 33
I. Uji Validitas dan Realibilitas... 35
J. Pengelolahan dan Metode Analisis Data... 38
K. Etika Penelitian... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 42
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 42
2. Karakteristik Responden... 43
3. Gambaran Tingkat Pegetahuan Responden... 44
4. Gambaran Tingkat Aktivitas Responden... 44
5. Gambaran Tingkat Dukungan Keluarga Responden... 45
6. Gambaran Tingkat Kesiapan Responden... 45
7. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Keisapan... 46
8. Hubungan Tingkat Aktivitas dengan Kesiapan... 46
9. Hubungan Tingkat Dukungan Keluarga dengan Kesiapan... 47
10.Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kesiapan... 48
B. Pembahasan... 48
C. Kekuatan Penelitian... 73
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan... 74
B. Saran... 75 DAFTAR PUSTAKA
(10)
ix
DAFTAR SINGKATAN WHO : World Health Organization DIY : Daerah Istimewa Yogyakarta FSH : Folicle Stimulating Hormone PNS : Pegawai Negeri Sipil
LH : Luteinizing Hormone
AHA : American Heart Association
BAPPEDA : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah PKK : Pembinaan Kesejahteraan Keluarga
(11)
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner ...32
Tabel 3.2 Interpretasi nilai r Validitas ...36
Tabel 3.3 Interpretasi nilai r Reliabel ...37
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ...43
Tabel 4.2 Karakteristik Tingkat Pengetahuan ...44
Tabel 4.3 Karakteristik Tingkat Aktivitas ...44
Tabel 4.4 Karakteristik Tingkat Dukungan Keluarga ...45
Tabel 4.5 Karakteristik Tingkat Kesiapan...45
Tabel 4.6 Distribusi Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Kesiapan Menopause... 46
Tabel 4.7 Distribusi Hubungan Tingat Aktivitas dan Kesiapan Menopause... 46
Tabel 4.8 Distribusi Hubungan Tingkat Dukungan Keluarga dan Kesiapan Menopause... 47
Tabel 4.9 Distribusi Hubungan Tingkat Pendidikan dan Kesiapan Menopause... 48
(12)
(13)
Intisari
Anggapan yang salah atau ketidaksiapan terhadap menopause akan dapat menimbulkan beberapa masalah psikis, seperti halnya kecemasan dan depresi yang akan berlanjut sampai terjadinya gangguan jiwa. Kesiapan menghadapi menopause harus dilakukan oleh wanita premenopause baik secara mental, fisik dan spiritual.Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan menopause, yaitu pendidikan, pengetahuan, aktivitas dan dukungan keluarga.
Desain penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif non-eksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional untuk mengetahui adanya hubungan antara pendidikan dengan kesiapan menopause, pengetahuan dengan kesiapan menopause, dukungan keluarga dengan kesiapan menopause serta aktivitas dengan kesiapan menopause. Penelitian ini menggunakan sampel (Total sampling) yaitu wanita yang berumur 40-44 tahun di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta sebanyak 47 responden.Instrument penelitian menggunakan angket, analisis yang digunakan adalah analisa Bivariat menggunakan Uji Fisher dan Spearman rank.
Hasil analisa bivariat menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kesiapan menopause dengan nilai p=0,039 (<0,05), tingkat aktivitas dengan kesiapan menopause dengan nilai p=0,005(<0,05), tingkat dukungan keluarga dengan kesiapan menopause dengan nilai p=0,035 (<0,05)dan tingkat pendidikan dengan kesiapan menopause dengan nilai p=0,000(<0,05).
Dari keempat faktor dalam penelitian ini semua memiliki hubungan yang signifikan dengan kesiapan.Oleh karena itu, penting bagi wanita premenopause untuk menambah wawasan serta dukungan keluarga agar kedepannya lebih siap dalam menghadapi menopause.
Kata Kunci : Aktivitas, Dukungan Keluarga, Kesiapan Menopause, Pendidikan, Pengetahuan, Wanita premenopause.
(14)
Abstract
Incorrect assumptions or unpreparedness of menopause can lead to some psychological problems, such as anxiety and depression that would continue until the occurrence of mental disorders. Readiness to face menopause should be done by a premenopausal women mentally, physically and spiritually. There are several factors that can affect the readiness of menopause,those are education, knowledge, activities and family support.
This research design is descriptive quantitative non-experimental with cross sectional study design to investigate the relationship between education and readiness of menopause, knowledge and readiness of menopause, family support and readiness of menopause and activities and readiness of menopause. This research uses total sampling with women aged 40-44 years in Patangpuluhan Village Wirobrajan Subdistrict Yogyakarta City, with 47 respondents in this research. The research instrument uses two questionnaires. The data analys is bivariat analysis using Fisher test and Spearman rank. The results of bivariate analysis show a significant relationship between the level of knowledge with the readiness of menopause with pvalue = 0.039 (<0.05), level of activity with the readiness of menopause with p value = 0.005(<0.05), level of family support with readiness of menopause with p value = 0.035(<0.05) and education level with the readiness of menopause with p value = 0.000(<0.05).
Four factors in this study have significant relationship with readiness of menopause. Therefore, it is important for premenopausal women to improve their knowledge and family support in order to have better preparation for future menopause. Keywords: Activities, Education, Family Support, Knowledge, Menopause, Menopause readiness, Premenopousal women
(15)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakan
Menjadi tua merupakan hal yang menakutkan bagi manusia, terutama kaum wanita.Hal-hal yang biasanya dikhawatirkan adalah menjadi tidak lagi cantik, tidak lagi bugar dan tidak lagi produktif. Padahal masa tua merupakan masa yang mau tidak mau harus dijalani seorang wanita dalam kehidupannya. Masa lanjut usia pada wanita identik dengan fase klimakterik, yaitu masa peralihan antara masa reproduksi menuju masa yang tidak reproduktif (Rebecca, 2007). Masa menopause biasanya terjadi pada usia 45-52 tahun (Smeltzer, 2008).
Allah sebenarnya telah menegaskan bahwa wanita akan menemui fase klimaterik dalam QS An Nur ayat: 60 yang berbunyi“Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Berdasarkan data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO) (2010), populasi wanita yang mengalami menopause di dunia mencapai 894 juta orang dan diperkirakan pada tahun 2030 mendatang jumlah perempuan di dunia yang memasuki masa menopause akan mencapai 1,2 miliar orang, artinya sebanyak 1,2 miliar perempuan akan
(16)
memasuki usia lebih 50 tahun, dan angka itu merupakan tiga kali lipat dari angka sensus tahun 1990 jumlah perempuan menopause.
Hampir wanita diseluruh dunia mengalami sindrom premenopause, 70-80% wanita Eropa, 60% Amerika, 57% Malasyia, 18% Cina dan 10% Jepang (Proverawati, 2010). Asia tersendiri menurut WHO (2010) wanita yang mengalami klimakterium akan bertambah jumlahnya menjadi 373 juta jiwa pada tahun 2025. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2005) menyatakan diperkirakan pada tahun 2020 jumlah penduduk akan mencapai 262,6 juta jiwa dengan jumlah wanita hidup dalam umur menopause sekitar 30,3 juta jiwa atau sekitar 11,5% dari total penduduk, dengan umur rata-rata 49 tahun. Menurut Badan Pusat Statistika (BPS) pada tahun 2025 diperkirakan akan menjadi 60 juta wanita menopause. Pada Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sendiri tahun 2012 wanita menopause sudah mencapai 3,9 ribu jiwa (10,73%) dari jumlah penduduk DIY (Profil DIY, 2013).
Fase klimakterik mempunyai empat fase yaitu premenopause, perimenopause, menopause dan pascamenopause yang dapat menimbulkan berbagai keluhan yang dirasakan, bisa berupa psikologis dan psikis. Gejala psikologis yang dialami adalah mudah tersinggung, cemas dan depresi. Gejala fisik sendiri berupa hot flushes, sulit untuk tidur dan kelelahan, keluhan-keluhan tersebut disebabkan oleh perubahan hormon estrogen yang berkurang dalam tubuh wanita. Banyak wanita tidak menyadari bahwa perubahan yang menandakan menopause terjadi pada usia diakhir 30
(17)
tahun-an ketika ovulasi lebih jartahun-ang terjadi, kadar estrogen menurun, dtahun-an kadar Folicle Stimulating Hormone (FSH) meningkat dalam upaya menstimulasi pembentukan estrogen. Perubahan hormon tersebut menyebabkan wanita tertentu mendapati ketidakteraturan haid, nyeri tekan pada payudara, dan perubahan suasana hati jauh sebelum menopause terjadi (premenopause) (Smeltzer, 2008).
Pada fase menopause diperlukan persiapan dan pengetahuan yang memadai untuk menghadapinya. Pemahaman wanita tentang menopause diharapkan wanita dapat melakukan upaya pencegahan sedini mungkin untuk siap memasuki umur menopause tanpa harus mengalami keluhan yang berat (Admin, 2005). Penelitian yang terkait dengan kesiapan menopause pernah dilakukan oleh Ismiyati (2010) dengan hasil semakin tinggi tingkat pengetahuan dalam tingkat pendidikan akan lebih siap dalam menghadapi menopause. Selain itu Wulandari dkk., (2009) dengan mengatakan bahwa ada hubungan antara dukungan sosial suami pada istri dalam menghadapi menopause.
Anggapan yang salah atau ketidaksiapan terhadap menopause akan dapat menimbulkan beberapa masalah psikis, seperti halnya kecemasan dan depresi yang akan berlanjut sampai terjadinya gangguan jiwa. Persiapan yang dilakukan jauh-jauh hari dapat menurunkan resiko gangguan fisik maupun psikis dan perubahan yang terjadi akan diterima dengan lebih baik serta kualitas hidup akan tercapai (Kasdu, 2004).
(18)
Kesiapan seorang wanita menghadapi masa klimakterik akan sangat membantu seorang wanita menjalani masa ini dengan lebih baik. Kesiapan itu sendiri terdapat dari dalam diri wanita tersebut (intrinsik) seperti status hormonal dan kesiapan dari luar (ekstrinsik). Beberapa cara seperti mengkonsumsi makanan bergizi, menghindari stress, menghentikan merokok dan minum alkohol, olahraga secara teratur, berkonsultasi dengan dokter merupakan contoh dari kesiapan ekstrinsik. Selain itu semua yang terpenting dalam kesiapan menghadapi masa klimakterik juga salah satunya dari nutrisi, pada saat klimakterik, kadar estrogen menurun yang akan membuat hilangnya kalsium dari tubuh. Peningkatan asupan kalsium dan olahraga teratur dapat mencegah terjadinya osteoporosis. Fraktur akibat osteoporosis terjadi pada 50% diatas usia 50 tahun (Smart, 2010).
Peneliti telah melakukan studi pendahuluan pada di Kelurahan Patang Puluhan, Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta, pada bulan Februari didapatkan hasil bahwa dari 5 wanita yang diwawancarai terdapat 2 wanita yang sudah menopause. Dua wanita yang telah menopause berumur 60 dan 55 tahun, mereka menyatakan jika mereka sudah memasuki masa menopause di umur 50 tahun dan sudah mengalami gejala seperti haid tidak teratur, namun mereka tidak mengetahui jika ada gejala seperti hot flushes atau terasa panas, sehingga mereka tidak melakukan persiapan apapun seperti mengatur asupan makanannya sehingga salah satu dari sekarang mengeluh linu-linu pada persendiannya. Dua wanita selanjutnya adalah wanita berusia 41 tahun yang belum mengalami menopause dan 2 wanita
(19)
tersebut mengetahui apa itu menopause, namun kedua wanita tersebut tidak pernah berkonsultasi dengan dokter ketika mereka merasa gejala menstruasi yang tidak lagi teratur karena mereka anggap normal, namun salah satu wanita tersebut mengaku khawatir karena baru memiliki 1 orang anak. Kemudian, satu orang selanjutnya wanita berusia 42 tahun dengan pekerjaan seorang pegawai negeri sipil (PNS) dan lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) mengaku belum mengetahui apapun tentang menopause, keluarganya juga tidak sanggup untuk menjelaskan dan tidak membawanya berkonsultasi dengan dokter sehingga wanita tersebut tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menghadapi masa menopausenya.
Berdasarkan latar belakang di atas dalam menghadapi menopause sangat penting karena dapat mempengaruhi kualitas hidupnya, peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kesiapan dalam menghadapi menopause, diantaranya faktor pengetahuan, pendidikan, aktivitas/pekerjaan serta dukungan keluarga.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan faktor pendidikan, pengetahuan, pekerjaan/aktifitas dan dukungan keluarga dengan kesiapan wanita premenopause dalam menghadapi fase menopause?”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kesiapan wanita premenopause dalam menghadapi menopause
(20)
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan faktor pengetahuan dengan kesiapan wanita premenopouse dalam menghadapi menopouse.
b. Mengetahui hubungan faktor pendidikan dengan kesiapan wanita premenopouse dalam menghadapi menopouse.
c. Mengetahui hubungan faktor dukungan keluarga dengan kesiapan wanita premenopouse dalam menghadapi menopouse.
d. Mengetahui hubungan faktor aktifitas dengan kesiapan wanita premenopouse dalam menghadapi menopouse.
D. Manfaat Penelitian 1. Institusi Pendidikan
Menambah pengetahuan dan informasi khususnya faktor-faktor yang berhubungan dengan kesiapan menopause pada wanita premenopause. 2. Institusi Kesehatan
Sebagai bahan masukan dan informasi selaku pihak yang mempunyai kewenangan dalam masalah kesehatan, khususnya wanita premenopause dalam menghadapi menopause.
3. Peneliti Selanjutnya
Menjadi bahan pembelajaran dalam melaksanakan penelitian untuk dikembangkan dan sebagai bahan bacaan dan referensi bagi peneliti lain di masa yang akan datang.
(21)
E. Penelitian Terkait
1. Penelitian yang terkait dengan kesiapan menopause pernah dilakukan oleh Ismiyati pada tahun 2010 dengan hasil semakin tinggi tingkat pengetahuan dalam tingkat pendidikan akan lebih siap dalam menghadapi menopause. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Perumahan Sewon Asri Yogyakarta dapat disimpulkan tingkat pengetahuan wanita tentang menopause sebagian besar dikategorikan tinggi yaitu sebanyak 18 orang (64,29 %) dari jumlah responden dengan kesiapan ibu dalam menghadapi menopause sebagian besar dikategorikan siap yaitu sebanyak 26 orang (92,86 %) dan terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang menopause dengan kesiapan menghadapi menopause pada wanita premenopause. Perbedaan dari penelitian ini adalah pada variabelnya, jika Ismiyati menggunakan 1 variabel bebas 1 variabel terikat sedangkan peneliti menggunakan 4 variabel bebas dan 1 variable terikat. Persamaan penelitian ini hanya pada analisis data yang sama menggunakan bivariat.
2. Penelitian Rahwuni dkk., (2014) Hubungan antara dukungan sosial teman sebaya terhadap tingkat kecemasan pada wanita menopause hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial teman sebaya terhadap tingkat kecemasan pada wanita menopause dengan p value 0,000 < 0,05. Seorang wanita akan mengalami ketidakstabilan emosi seiring dengan perubahan pada tubuh akibat menopause. Banyak wanita yang mengeluh setelah menopause dan
(22)
menjadi seorang pencemas. Kecemasan pada wanita menopause umumnya bersifat relatif, artinya ada orang yang cemas dan dapat tenang kembali setelah mendapatkan dukungan sosial dari orang sekitarnya, namun ada beberapa yang terus menerus mengalami kecemasan (Northrup, 2006). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mendapatkan dukungan sosial teman sebaya yang tinggi memiliki tingkat kecemasan sedang yaitu sebanyak 44 responden (77,2%). Perbedaan dari penelitian ini adalah pada variabelnya, jika Rahwuni dkk menggunakan 1 variabel bebas 1 variabel terikat maka sedangkan peneliti menggunakan 4 variabel bebas dan 1 variable terikat. Persamaan penelitian ini hanya pada analisis data yang sama menggunakan bivariat.
(23)
9 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori
1. Menopause a. Definisi
Menurut Potter dan Perry (2005) perubahan fisiologis mayor pada manusia terjadi antara usia 40-65 tahun dan perubahan itu adalah masa menopause yang dialami oleh wanita. Menopause menandakan berakhirnya kesuburan dan berakhirnya menstruasi (Gilly, 2009).
Kata “menopause” berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu “Men” yang berrati bulan dan “Pause, Pausa, Paudo” yang berarti periode atau berhenti, sehingga menopause dapat diartikan sebagai berhentinya menstruasi. Menurut Spencer dan Brown (2006) menopause adalah fase alami dalam kehidupan setiap wanita yang menandai berakhirnya masa subur, dimana kadar estrogen dan progesteron turun dengan dramatis karena ovarium berhenti merespon FSH dan LH yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis yang ada di otak.
Menopause adalah periode menstruasi spontan yang terakhir pada seorang wanita dan merupakan diagnosa yang ditegakkan setelah amenore atau berhenti haid secara berurutan selama 12 bulan (Glasier, 2005). Berhentinya haid dapat di dahului oleh siklus haid yang lebih
(24)
panjang, dengan pendarahan yang berkurang (Winkjosastro, 2005). Hal ini biasanya terjadi antara usia 45-52 tahun (Smeltzer, 2008). b. Fase Klimakterik
Menopause sendiri termasuk dalam salah satu fase yang terjadi pada fase klimakterik.Klimakterik dimulai saat fertilitas sudah berkurang pesat dan berlanjut sampai ovarium berhenti mengeluarkan esterogen (Coad & Dunstall, 2007). Meskipun patofisiologi menopause tidak jelas, defisiensi estrogen secara tradisional dianggap bagian terpenting pada menopause. Perubahan fungsi endokrin tidak terjadi secara mendadak pada wanita yang mengalami menopause spontan (alamiah). Transisi menopause terdiri dari 3 fase yaitu: (1) Premenopause, (2) Perimenopause dan (3) Pascamenopause (Rebbeca, 2007; Spencer, 2006; Widad dkk, 2007).
Fase pertama yaitu premenopause dimana terjadi ketika pada usia 40 tahunan, premenopause seringkali mempunyai dua pengertian yaitu satu atau dua tahun segera sebelum menopause atau pada semua periode reproduktif sebelum menopause. WHO merekomendasikan bahwa terminologi digunakan secara konsisten selanjutnya untuk pedoman seluruh periode reproduktif sampai periode haid terakhir. Definisi premenopause, sebagai permulaan transisi klimakterik, yang dimulai saat 2-5 tahun sebelum menopause (Proverawati, 2010). Sebelum seorang wanita mengalami menopause, ia akan mengalami fase premenopause, dimana pada fase ini muncul berbagai keluhan
(25)
(Space &Brown, 2010). Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, dengan pendarahan haid yang memanjang dan jumlah darah haid yang relatif banyak yang kadang-kadang disertai nyeri haid/dismenorea (Sarwono, 2007).
Kedua, Fase perimenopause lanjutan dari fase premenopause dimana gejala menandakan menopause sudah mulai terjadi. Pada fase perimenopause terjadi permulaan kemunduran fungsi ovarium yang akan berlanjut sampai berhentinya menstruasi, dan pada fase ini 96% wanita menstruasinya menjadi tidak teratur. Perimenopause merupakan hal yang terjadi individual. Tidak ada dua orang wanita yang mempunyai pengalaman atau waktu perimenopause yang sama. Jika wanita mengalami setahun penuh tanpa menstruasi pada usia 45-52 menandai akhir dari fase perimenopause yang juga disebut fase menopause (Rebbeca, 2007; Spencer, 2006; Widad dkk, 2007).
Fase pasca menopause adalah masa setelah menopause sampai senium yang dimulai setelah 12 bulan amenorea. Kadar Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) sangat tinggi (>35 mIU/ml) dan kadar estrodiol yang rendah mengakibatkan endometrium menjadi atropi sehingga haid tidak mungkin terjadi lagi, dan fase ini juga dimana gejala yang terjadi pada fase menopause telah menghilang (Rebbeca, 2007; Spencer, 2006; Widad dkk, 2007).
(26)
c. Fisiologi Menopause
Menopause terjadi akibat burning out (matinya) ovarium.Sepanjang kehidupan seksual seorang wanita, sekitar 400 folikel primordial tubuh menjadi matang dan berovulasi, setelahnya ribuan ovum akan mengalami degenarasi (Guyton dkk, 2007). Pada usia sekitar 45 tahun, hanya tinggal beberapa folikel primodial yang akan dirangsang oleh FSH dan LH. Selanjutnya produksi estrogen dari ovarium berkurang sewaktu folikel primodial mencapai nol (Guyton dkk, 2007). Semakin tua, maka ovarium tidak dapat merespon FSH dan LH sebagaimana seharusnya, akibatnya estrogen dan progesteron yang diproduksi juga semakin berkurang.
Menopause itu sendiri terjadi akibat kedua ovarium tidak lagi dapat menghasilkan hormon estrogen dan progesteron dalam jumlah yang cukup untuk bisa mempertahankan siklus menstruasi (Rebecca, 2007). Artinya pada saat menopause kadar estrogen dan progesteron pada ovarium mengalami penurunan yang dramatis, yang membuat ovarium tidak dapat merespon FSH dan LH yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis di otak. Sebenarnya otak terus menghasilkan FSH dan LH, namun ovarium yang sudah degenarasi tetap tidak mampu dan kadar FSH yang berlebihan dalam tubuh merupakan ciri menopause terjadi. Kadar FSH yang tinggi dapat digunakan sebagai tes darah untuk mengetahui terjadinya menopause (Rebecca, 2007). Menopause juga dapat terjadi bukan karena penuaan ovarium
(27)
melainkan akibat pengangkatan ovarium yang juga berefek pada pemberhentian fase menstruasi, namun ini bukan menopause secara fisiologis atau yang disebut menopause atrificial (Smeltzer, 2008; Prajogo & Nadine, 2009).
d. Tanda dan Gejala Menopause
Menopause mulai secara bertahap dan biasanya dikenali melalui perubahan dalam menstruasi. Perubahan yang terjadi biasanya diketahui dengan berhentinya siklus menstruasi. Selain itu menopause juga sering disertai gejala yang bervariasi, mulai dari gejala fisik, jiwa hingga perasaan yang berubah-ubah serta gangguan lainnya (Lestari, 2010).
Pada masa menopause terjadi penurunan kapasitas reproduksi dari seorang wanita, yaitu ovarium yang menjadi tidak responsif lagi terhadap gonadotropin, sehingga menyebabkan perubahan pada sistem hormonal. Sejumlah perubahan hormonal memberikan dampak pada perubahan fisik dan perubahan psikis pada wanita. Perubahan fisik yang terjadi disebabkan penurunan fungsi dari ovarium, sebagian lagi disebabkan karena proses penuaan. Beberapa perubahan fisik yang dialami masa menopause adalah menstruasi yang tidak lancar dan tidak teratur, keringat yang berlebihan, darah haid yang keluar lebih banyak atau sangat sedikit dan perubahan bentuk tubuh.Perubahan bentuk tubuh bisa dilihat pada payudara yang kian mengecil akibat atrofi pada kelenjar payudara. Puting susu juga mengecil dan
(28)
pigmentasi semakin berkurang. Gejolak panas atau hot flashes biasanya timbul ketika darah haid mulai berkurang dan itu berlangsung sampai haid berhenti. Munculnya hot flusesh biasanya diawali pada daerah dada, leher atau wajah dan menjalar ke beberapa daerah tubuh yang lain (Gilly, 2009; Proverawati, 2010; Smeltzer, 2008).
Pada gejala psikis, menurut Purwoastuti (2008) ditandai dengan ingatan menurun yang erat kaitannya dengan penurunan fungsi pada usia menopause. Setelah itu kecemasan juga muncul diakibatkan oleh adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Mudah tersinggung dan marah hal ini juga berhubungan dengan pengaruh berubahnya hormon dalam tubuh. Depresi, ini bisa diakibatkan karena wanita merasa kehilangan kemampuan bereproduksi atau memiliki anak dan kehilangan daya tarik. Wanita juga tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai wanita serta ia harus menghadapi masa tuanya.
B. Kesiapan 1. Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi kesiapan adalah suatu keadaan bersiap-siap untuk mempersiapkan sesuatu. Sedangkan dalam Ismiyati (2010), kesiapan (readiness) adalah tingkat perkembangan dari kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan dalam mempraktikkan sesuatu. Selain itu dapat juga
(29)
diartikan sebagai keadaan siap siaga untuk mereaksikan atau menanggapi sesuatu. Kesiapan disini diartikan sebagai suatu keadaan wanita untuk mempersiapkan dirinya dalam menghadapi menopause, baik secara fisik maupun mental atau psikologisnya (Chaplin, 2005). 2. Kesiapan Menghadapi Menopause
Wanita menopause akan mengalami penurunan berbagai fungsi tubuh, sehingga akan berdampak pada ketidaknyamanan dalam menjalani kehidupannya. Untuk itu, penting bagi seorang wanita selalu berpikir positif bahwa kondisi tersebut merupakan sesuatu yang sifatnya alami, seperti halnya keluhan yang muncul pada fase kehidupannya yang lain. Tentunya sikap yang positif ini bisa muncul jika di imbangi oleh informasi atau pengetahuan yang cukup, sehingga wanita lebih siap baik siap secara fisik, mental, dan spiritual. Perlu diketahui, kehidupan yang dijalani pada masa sebelumnya memiliki pengaruh yang kuat pada masa yang akan datang (Kasdu, 2002).
Menopause merupakan proses alamiah yang terjadi pada semua perempuan, namun efek sampingnya banyak mempengaruhi keharmonisan rumah tangga dan kehidupannya apabila tidak siap menghadapinya. Masa perubahan ini akan dapat dilalui dengan baik, tanpa gangguan yang berarti, jika wanita tersebut mampu menyesuaikan diri dengan kondisi baru yang muncul. Faktor penentu apakah wanita tersebut siap dengan datangnya masa menopause ini ada di tangan wanita itu sendiri. Di sini faktor pengetahuan mengenai
(30)
menopause sangat berpengaruh dalam menghadapi masa tersebut (Maspaitela, 2007; Kasdu, 2002).
Menurut ahli gizi Melani (2007), sebaiknya mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang. Pemenuhan gizi yang memadai akan sangat membantu dalam menghambat berbagai dampak negatif menopause terhadap kinerja otak, mencegah kulit kering, serta berbagai penyakit lainnya. Gizi seimbang adalah memenuhi kebutuhan gizi per hari dengan asupan zat-zat gizi seimbang yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.Kebutuhan kalori dan zat gizi setiap orang berbeda-beda, yaitu tergantung berat badan, tinggi badan, umur, dan aktivitas. Kebutuhan gizi orang dewasa dengan berat normal adalah sekitar 2.000 - 2.200 kkal/per hari. Dengan pemenuhan gizi secara seimbang ini diharapkan seseorang tidak kelebihan atau kekurangan berat badan dan juga terjangkit suatu penyakit.
Mengkonsumsi gizi seimbang, akan mencegah terjadinya suatu penyakit. Namun, tidak ada salahnya untuk mengantisipasi kebutuhan makanan yang diperlukan pada masa menopause atau berhentinya hormon estrogen dalam tubuh. Terutama jika memiliki resiko terkena gangguan tubuh tertentu yang mungkin akan terjadi dimasa yang akan datang. Misalnya, asupan kalsium dapat diperoleh dari susu, keju, yogurt, ikan teri, sereal, kacang-kacangan dan hasil olahannya (tahu dan tempe). Jenis kacang-kacangan mengandung isoflavon yang
(31)
fungsinya mirip estrogen. Asupan zat gizi tidak hanya cukup, tetapi jenisnya juga harus diperhatikan (Melani, 2007).
Makanan berlemak berlebih memiliki efek yang tidak baik. Batasi mengkonsumsi makanan yang berlemak, sebaiknya hanya menggunakan lemak dengan asam lemak tak jenuh (Melani, 2007). WHO menganjurkan bahwa konsumsi lemak untuk orang dewasa minimum 20% dari energi total (sekitar 60 gram/hari) dan rekomendasi asupan lemak jenuh menurut American Heart Association (AHA) adalah <10% dari konsumsi energi total (Lichtenstein dkk, 2006). Asam lemak jenuh (Saturated Fatty Acid/SFA) adalah asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap pada atom karbon. Ini berarti asam lemak jenuh tidak peka terhadap oksidasi dan pembentukan radikal bebas seperti halnya asam lemak tidak jenuh. Secara umum makanan yang berasal dari hewani (daging berlemak, keju, mentega dan krim susu) selain mengandung asam lemak jenuh juga mengandung kolesterol (Muller H dkk, 2003). Menurut Almatsier (2001) asam lemak tak jenuh merupakan jenis asam lemak yang mempunyai 1 (satu) ikatan rangkap pada rantai atom karbon yang kebanyakan ditemukan dalam minyak zaitun, minyak kedelai, minyak kacang tanah, minyak biji kapas, dan kanola. Tambahkan juga vitamin dalam menu sehari-hari yaitu vitamin A, B, C, D, dan E sebagai antioksidan (Melani, 2007).
(32)
Gaya hidup rileks dan menghindari tekanan yang dapat membebani pikiran perlu dibiasakan. Hal ini penting untuk menghindari mengatasi dampak psikologis akibat menopause.Wanita yang memasuki masa menopause, tidak jarang merasa dirinya sudah tidak sempurna lagi sebagai seorang wanita. Kondisi ini sering menimbulkan tekanan psikologis. Jika tekanan ini tidak dapat diatasi akan berkembang menjadi stres yang berdampak buruk pada kehidupan sosial seorang wanita. Selain itu, stres atau keadaan tegang akan merangsang otak yang dapat mengganggu keseimbangan hormon yang akhirnya berdampak pada kesehatan tubuh. Oleh karena itu, biasakan sejak dini untuk hidup lebih rileks dan mengatasi setiap masalah dengan cepat dan jalan terbaik (Melani, 2007).
Menghindari merokok dan minum-minuman beralkohol yang dapat merusak kesehatan seseorang. Bukan hanya itu, merokok juga dapat merusak kecantikan seseorang. Asap nikotin dapat membuat kulit wajah kering dan kusam. Berhenti merokok akan mengurangi gejala-gejala pada saat premenopause. Olahraga juga sangat penting selain dapat menguatkan tulang, juga dapat mencegah penyakit jantung, diabetes, jenis kanker tertentu dan juga dapat menghilangkan stress. Olahraga yang bisa dilakukan seperti jalan kaki, jogging, bersepeda, berenang, naik turun tangga, dan sebagainya. Dilakukan paling sedikit tiga kali dalam seminggu, minimal 30 menit sekali latihan. Dengan tetap berusaha hidup aktif akan menekan gejala
(33)
insomnia, memperlambat osteoporosis, penyakit jantung, serta mencegah hot flushes (Melani, 2007).
Hal yang juga perlu dipertikan adalah berkonsultasi dengan dokter. Meskipun masa menopause merupakan peristiwa normal yang akan terjadi pada setiap wanita, tetapi tidak ada salahnya sebelum memasuki masa tersebut, mempersiapkan diri dengan mencari informasi yang benar. Hal ini tentu saja bisa diperoleh dengan buku bacaan yang mudah diperoleh. Namun, tidak ada salahnya jika berkonsultasi dengan dokter. Apalagi jika ada masalah kesehatan atau mempunyai gaya hidup yang memungkinkan munculnya masalah pada masa menopause. Menopause dapat berjalan dengan lancar dengan adanya kemauan diri memandang hidup yang akan datang sebagai sebuah harapan yang membahagiakan, sehingga peristiwa yang dialami selalu dipandang dari segi yang baik. Hal tersebut dapat berlangsung bila ada dukungan dari orang sekitar, khususnya suami. Peran yang positif akan menumbuhkan perasaan bahwa kehadirannya masih sangat dibutuhkan oleh keluarga (Melani, 2007).
3. Faktor yang Berhubungan dengan Kesiapan Wanita Menghadapi Menopause
1) Pendidikan
Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010), menyatakan bahwa tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor predisposisi untuk terbentuknya perilaku hidup sehat.Pendidikan bertujuan untuk mengisi otak dengan berbagai
(34)
macam pengetahuan, apabila tingkat pendidikan baik maka tingkat pengetahuan juga baik. Pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu, mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan (Desi, 2007).
Selain itu, pendidikan sebagai faktor kesiapan menopause karena pendidikan menuntut manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi, misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Dengan demikian dapat diartikan bahwa semakain tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah untuk menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang diperkenalkan (Nursalam, 2008). 2) Pengetahuan
Pengetahuan juga merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang, karena perilaku yang didasari oleh pengetahuan yang cukup, maka kesiapan wanita akan semakin dalam menghadapi menopause dibandingkan wanita yang memiliki pengetahuan yang kurang. Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari berbagai macam sumber,
(35)
misalnya media masa, media cetak, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya (Dewi dan Wawan, 2010). Wanita dengan pemahaman tentang menopause yang baik diharapkan dapat melakukan upaya pencegahan sedini mungkin untuk menghadapi menopause tanpa harus mengalami keluhan yang berat (Admin, 2005).
Pengetahuan merupakan faktor penting dalam menentukan tindakan seseorang yang berasal dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan kegiatan. Pengetahuan tentang suatu objek juga dapat diperoleh dari pengalaman guru, orang tua, teman, buku dan lain lain (Notoadmodjo, 2012).
3) Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan menopause, salah satunya adalah dukungan dari suami. Pada wanita dengan menopause akan terjadi atrofi vagina yang mengakibatkan kehilangan elastisitas (Anwar, 2008). Sepertiga wanita yang sudah menopause mengalami disfungsi seksual dan tidak tertarik lagi dalam aktifitas seksual. Rasa takut kehilangan suami dan anak atau ditinggalkan sendiri juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan keinginan seks menurun dan sulit untuk dirangsang (Kusumawardhani, 2006). Seorang suami yang peka,
(36)
akan menyadari bahwa istrinya tidak selincah dulu sehingga suami harus berinisiatif membantu istri menyelesaikan tugas rumah tangga. Anak-anak hendaknya membuat upaya tulus untuk memahami alasan naik turunnya emosi ibu. Mereka perlu menyadari kebutuhan ibu mereka untuk mendapatkan waktu pribadi. Apabila menopause bisa dihadapi dengan baik, maka kualitas hidup dalam menjalani menopause akan lebih baik dan akan tercipta kehidupan keluarga yang harmonis (Melani, 2007). Menurut Bobak, Lowdermilk dan Jensen (2005), keberhasilan penyesuaian diri dalam menghadapi suatu kecemasan dapat dipengaruhi adanya sistem pendukung dari seseorang. Sistem pendukung utama bagi seorang wanita menopause adalah suami. Suami merupakan pendukung utama dalam memberikan motivasi dan semangat bagi wanita yang akan mengalami menopause. Sistem pendukung yang lainnya adalah dukungan sosial yang diberikan dari teman sebaya dalam mengurangi kecemasan.
Menurut Spencer bahwa dukungan yang diberikan oleh suami sebagai orang terdekat dengan istri seperti dukungan emosional, instrumental, informasi dan penilaian dapat mengurangi rasa cemas yang dihadapi istri saat memasuki menopause (Kodriati, 2004). Dukungan yang diberikan pasangan hidup tersebut dapat membuat individu merasa
(37)
berharga karena masih ada seseorang yang mencintai dan memperhatikan. Hubungan pasangan suami istri yang harmonis akan memberikan ketenangan dan mengurangi beban yang dirasakan karena pada saat istri menghadapi tekanan dan kesulitan hidup maka istri membutuhkan suami untuk berbagi, mendengarkan atau memberikan solusi yang relevan (Ogden, 2004). Selain itu, status pernikahan juga berpengaruh terhadap dukungan sosial karena status pernikahan memberikan keuntungan terhadap kesehatan seseorang. Hal ini ditegaskan oleh Ogden dalam Wulandari dkk (2009) bahwa pernikahan diidentifikasi sebagai sumber dukungan sosial yang efektif. Jadi status pernikahan mempunyai kontribusi dalam pemberian dukungan sosial.
4) Aktivitas
Pekerjaan yang dijalani oleh seorang wanita premenopause dapat memberi kesempatan wanita untuk bersosialisasi dan menyerap informasi kesehatan. Selain pekerjaan menurut Nina (2007) secara fisiologis, olahraga dapat meningkatkan kapasitas aerobik, kekuatan, fleksibilitas, dan keseimbangan.Secara psikologis, olahraga dapat meningkatkan mood, mengurangi resiko pikun, dan mencegah depresi. Secara sosial, olahraga dapat mengurangi ketergantungan pada orang lain, mendapat banyak teman dan meningkatkan produktivitas.
(38)
Dimana salah satu keuntungan dari olahraga adalah mendapat banyak teman, sama halnya dengan bekerja yaitu memberikan kesempatan wanita untuk bersosialisasi dan menyerap informasi kesehatan.
Aktivitas fisik yang cukup dapat mengurangi keluhan-keluhan yang terjadi pada wanita menopause (WHO, 2007). Salah satuya adalah yoga, yoga dipercaya dapat menyeimbangkan perubahan hormonal, mengurangi keluhan fisik dan psikis, memperkuat tulang dan mencegah kerapuhan tulang, mencegah penyakit jantung, serta meningkatkan daya tahan tubuh (Francina, 2003). Sesuai dengan pendapat ahli gizi Melani (2007), yaitu wanita yang tetap berusaha hidup aktif akan menekan gangguan-gangguan menjelang menopause seperti insomnia, memperlambat osteoporosis, penyakit jantung, serta mencegah hot flushes.
(39)
Faktor yang berhubungan dengan kesiapan menopause: Pendidikan Pengetahuan Dukungan Keluarga Aktivitas
C. Kerangka Teori
Sumber: Lestari (2010), Melani (2007), Purwoastuti (2008), Rebbeca (2007), Spencer (2006), Widad dkk (2007).
D. Kerangka konsep
Kesiapan Menopause 1) Fisik
2) Psikologis 3) Spiritual Fase Klimakterik :
1. Pramenopause 2. Premenopause 3. Menopause 4. Postmenopaus
e
Kesiapan Menghadapi Menopause :
1. Spiritual 2. Psikologi 3. Fisik
Faktor yang Mempengaruhi
Kesiapan Menopause : 1. Dukungan
Keluarga 2. Pengetahuan 3. Pendidikan 4. Aktivitas
Gejala Menopause :
1. Fisik 2. Psikologi
(40)
E. Hipotesis Penelitian 1. Pendidikan
Ha: Ada hubungan antara pendidikan dengan kesiapan menopause .
2. Pengetahuan
Ha: Ada hubungan antara pengetahuan dengan kesiapan menopause.
3. Aktivitas
Ha: Ada hubungan antara aktivitas dengan kesiapan menopause. 4. Dukungan Keluarga
Ha: Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kesiapan menopause.
(41)
27 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimental yang bersifat deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional. Menurut
waktunya, merupakan penelitian cross sectional karena baik variabel
independen maupun variabel dependen dinilai hanya satu kali saja dengan menggunakan kuesioner.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Patang Puluhan dari bulan Mei-Juni 2016.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah wanita premenopause
dengan usia 40-44 tahun dan memiliki suami yang tinggal di Kelurahan Patang Puluhan, Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarata. Untuk populasinya sendiri terdapat 47 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel pada penelitian ini diambil dengan teknik total sampling. Peneliti menggunakan semua wanita yang telah berusia
(42)
diantara 40-44 tahun di Kelurahan Patang Puluhan, Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta yaitu 47 orang.
Kriteria inklusi:
a. Wanita berusia 40-44 tahun memiliki suami (tinggal bersama/masih
berhubungan) .
b. Wanita berusia 40-44 tahun yang belum mendapat menopause.
c. Bersedia menjadi responden.
d. Mampu membaca dan menulis.
Kriteria ekslusi:
a. Responden yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.
b. Wanita dengan penyakit reproduksi atau keluhan reproduksi.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Tingkat pendidikan, pengetahuan, dukungan keluarga, aktifitas fisik/pekerjaan.
2. Variabel Terikat
Kesiapan wanita dalam menghadapi menopause.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional dari penelitian ini adalah :
1) Kesiapan menghadapi menopause adalah suatu keadaan wanita
dapat menghadapi menopause secara baik, baik secara fisik, psikologis, dan spiritual. Pengumpulan data menggunakan
(43)
pernyataan sejumlah 15 (jumlah item pernyataan dalam kuesioner), jika skor individual ≥ 50% kuesioner dapat diartikan favorable, dikarenakan untuk memperoleh skor sebesar itu
seorang responden harus memberikan jawaban favorable pada
setengah atau lebih jumlah pernyataan. Jika skornya <50%
kuesioner maka responden tersebut diartikan tidak favorable
(Azwar, 2009). Item favorable yaitu item yang memihak pada
objek ukur atau yang mengindikasikan tingginya atribut yang
diukur. Sedangkan item tidak favorable yaitu item yang tidak
memihak pada objek ukur atau yang mengindikasikan rendahnya atribut yang diukur (Azwar, 2008). Skala data yang digunakan adalah skala ordinal dengan kriteria penilaian :
Siap : jawaban benar >50% pernyataan.
Tidak Siap : jawaban benar ≤50% pernyataan
2) Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir wanita yang akan
menopause. Pendidikan ini diklasifikasikan menjadi SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Diukur dengan skala nominal.
3) Pengetahuan adalah pengetahuan wanita tentang menopause.
Terdapat 7 pernyataan dan diukur dengan skala ordinal
Tinggi apabila mempunyai pengetahuan tentang kesiapan menopause (olahraga, gizi seimbang, menghindari stres) dengan prosentase jawaban benar >k 50% pernyataan.
(44)
Rendah apabila tidak mempunyai pengetahuan tentang kesiapan menopause dengan prosentase jawaban benar ≤50% pernyataan.
4) Dukungan keluarga adalah dukungan yang diberikan oleh
anggota keluarga seperti suami, anak dan keluarga terdekat lainnya. Terdapat 4 pernyataan dan diukur dengan skala ordinal.
Dukungan rendah apabila suami/ anak/ keluarga terdekat tidak memberikan dukungan seperti halnya tidak membantu mencarikan informasi atau berdikusi tentang menopause serta membantu istri yang akan menopause dengan prosentase jawaban benar >50% pernyataan.
Dukungan tinggi apabila suami/ anak/ keluarga terdekat memberikan perhatian, mencarikan informasi serta membantu istri yang akan menopause dengan prosentase jawaban benar ≤50% pernyataan.
5) Aktifitas adalah kegiatan yang dilakukan oleh wanita yang akan
mengalami menopause diluar rumah. Terdapat 3 pernyataan dan diukur dengan skala ordinal.
Aktifitas rendah apabila wanita tersebut tidak melakukan kegiatan diluar rumah dengan prosentase jawaban benar >50% pernyataan.
Aktifitas tinggi apabila wanita tersebut tetap aktif melakukan kegiatan diluar rumah dengan prosentase jawaban benar ≤50% pernyataan.
(45)
F. Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan jenis pertanyaan tertutup dimana responden hanya memilih alternatif jawaban yang telah disediakan sesuai dengan petunjuk dengan tujuan supaya lebih msudah mengarahkan jawaban responden (Notoatmodjo, 2010). Terdapat tiga kuesioner dalam penelitian ini yaitu kuesioner demografi, kuesioner kesiapan menopause dan kuesioner faktor-faktor kesiapan menghadapi menopause.
Pertama adalah kuesioner demografi, dimana kuesioner tersebut berisi data-data personal responden, status pernikahan, agama, pendidikan, status menopasue, penyakit kronis dan usia.
Kuesioner kedua peneliti menggunakan kuesioner kesiapan menghadapi menopause milik Ismiyati (2010) dengan validitas dari 20 pernyataan gugur 5 menjadi 15 pernyataan dalam kuesioner tersebut terdiri dari pernyataan kesiapan fisik, kesiapan psikologi dan kesiapan spiritual. Kuesioner kesiapan menghadapi menopause untuk pernyataan positif, jika jawaban “Ya” diberi skor 1 dan untuk jawaban “Tidak” diberi skor 0.Sedangkan untuk pernyataan negatif, jika jawaban “Ya” diberi skor 0 dan untuk jawaban “Tidak” diberi skor 1. Nilai tertinggi adalah 100% dari 15 pernyataan. Dinyatakan tinggi jika responden berhasil menjawab > 50% dari jumlah pernyataan.
(46)
Kuesioner ketiga adalah kuesioner faktor-faktor kesiapan menghadapi menopause yang merupakan milik Siskhairun (2006). Dari 17 pernyataan setelah divalidasi gugur 3 pernytaan menjadi 14 perrnyataan. Kuesioner faktor-faktor kesiapan menopause untuk pernyataan positif, jika jawaban benar diberi skor 1 dan untuk jawaban salah diberi skor 0. Untuk faktor pendidikan sudah tercantum pada kuesioner demografi.
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Pernyataan Kuesioner
No Variabel Indikator Butir Peryataan Jumlah
1 Kesiapan
menghadapi menopause
Total
1. Kesiapan Fisik 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 7
2. Kesiapan
psikologis 8,9, 10, 11, 12, 5
3. Kesiapan
Spiritual 13, 14, 15, 3
15
2 Faktor-faktor yang
mempengaruhi Kesiapan menopause Total
1. Pengetahuan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 7
2. Aktivitas 8, 9, 10 3
3. Dukungan
Keluarga 11, 12, 13, 14 4
14 G. Alur Ijin Penelitian.
1. Peneliti meminta surat izin studi pendahuluan pada Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah.
2. Peneliti meminta izin kepada pihak Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (BAPPEDA) DIY.
3. Peneliti mendapatkan persetujuan dari pihak BAPPEDA untuk
melakukan penelitian di tempat yang dituju.
(47)
5. Peneliti meminta ijin pada pihak Kelurahan Patang Puluhan untuk melakukan penelitian.
6. Peneliti menjelaskan prosedur penelitian pada pihak Kelurahan Patang
Puluhan.
7. Peneliti melakukan seminar proposal.
8. Peneliti mendapatkan persetujuan tentang proposalnya.
9. Melakukan uji etik penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
10. Peneliti melakukan validitas, reliabilitas dan penelitian ditempat yang
sudah ditentukan dan disetujui pehiak kampus dan badan penelitian.
H. Cara Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya (Marzuki, 2005). Adapun langkah-langkanya sebagai berikut :
1. Peneliti menyiapkan dua asisten dengan melakukan briefing terlebih
dahulu.
2. Asisten berlatar belakang mahasiswa bebas.
3. Asisten bertugas membantu membagikan dan mengawasi jalannnya
pengisian kuesioner.
(48)
5. Peneliti beserta dua asisten datang pada tempat yang dilakukan atau dipilih sebagai tempat penelitian yang bertempat di Kelurahan Patang Puluhan.
6. Peneliti mengumpulkan responden di satu tempat dengan bantuan atau
koordinasi dengan pihak keluarahan dengan mengikuti kegiatan rutin kelurahan setempat yaitu acara Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) tingkat RT. PKK adalah gerakan yang tumbuh dari bawah dengan wanita sebagai motor/penggeraknya untuk membangun keluarga sejahtera sebagai unit atau kelompok terkecil dalam masyarakat.
7. Bagi ibu-ibu yang tidak mengikuti kegiatan PKK, peneliti melakukan
pendekatan dengan cara dor to dor.
8. Peneliti memperkenalkan diri kepada responden.
9. Peneliti menyampaikan tujuan dan proses dari penelitian ini.
10. Peneliti memilih respoden berdasarkan umur, status menopause, status
pernikahan serta riwayat penyakit reproduksi.
11. Peneliti menjelaskan kontrak waktu dan meminta ijin kepada
responden.
12. Peneliti membagikan kuesioner pada responden dengan bantuan
asisten dimana kuesioner sudan diberikan nomor.
13. Peneliti memberikan waktu 30 menit bagi responden untuk mengisi
kuesioner tersebut.
(49)
15. Peneliti mengoreksi kembali ada atau tidak kuesioner yang belum terisi dengan lengkap, jika ada peneliti meminta responden untuk mengisi dengan lengkap.
16. Peneliti berterima kasih dan berpamitan pada responden.
17. Peneliti melakukan pengolahan data.
I. Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum kuesioner ini digunakan dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen.
1. Uji Validitas
Uji coba yang dilakukan pada responden paling sedikit 20 orang yang mempunyai kriteria sebagi responden (Notoatmodjo, 2010). Peneliti melakukan uji validitas di Desa Nulis Kecamatan Tamantirto Kasihan dengan jumlah responden 30 orang pada bulan Februari dengan alasan karakteristik responden hampir sama dengan karakteristik responden penelitian. Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data (Nursalam, 2007). Penelitian ini
menggunakan uji validitas dengan rumus Pearson Product Moment,
setelah itu diuji dengan menggunakan uji t dan setelah itu dilihat penafsiran dari korelasinya (Hidayat, 2007).
Rumus Pearson Product Moment:
} ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 22 X n Y Y
X n Y X XY n rxy
(50)
Keterangan :
Rxy = Koefisien korelasi
ΣXi = Jumlah skor item
Σyi = Jumlah skor total item
n = Jumlah responden
Tabel 3.2 Interpretasi Nilai r Validitas Menurut Arikunto
Nilai r Interpretasi
0,81-1,00 Sangat tinggi
1,61-0,80 Tinggi
0,41-0,60 Cukup
0,21-0,40 Rendah
0,00-0,20 Sangat rendah
Sumber: Rahmiendah (2013)
Nilai Signifikasi yang diambil adalah p=0,05, maka valid jika r
≥0,05 dengan r tabel >0,361. Berdasarkan uji korelasi Pearson
Product Moment yang dilakukan di Dusun Nulis Tamantirto Kasihan Bantul dari 20 pernyataan kuesioner kesiapan terdapat 5 pernyataan yang tidak valid. Peneliti memilih tidak mencantumkan 5 pernyataan tersebut karena bisa diwakilkan dengan pernyataan yang lainya yang valid.
Dari 17 pernyataan kuesioner faktor-faktor setelah divalidasi terdapat 3 pernyataan yang tidak valid dan peneliti menghilangkan pernyataan yag tidak valid tersebut dengan alasan pernyataan tersebut tidak begitu penting. Sehingga, terdapat 15 pernyataan kuesioner kesiapan dan 14 pernyataan kuesioner faktor-faktor yang mempengarui kesiapan menopause.
(51)
2. Uji Realibilitas
Reliabilitas instrumen adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Uji reliabilitas instrumen penelitian ini menggunakan reliability analysis
dengan teknik Alpha Cronbach menggunakan SPSS dimana Alpha
Cronbach memiliki rumus sebagai berikut:
r11 =
22 1 1 t b k k Keterangan :
r11 = Koefisien reliabilitas instrumen yang dicari
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
= Jumlah variansi skor butir soal ke-i
i = 1, 2, 3, 4, …n
2 t
= Variansi total
Tabel 3.3 Interpretasi Nilai r Reliabelitas Menurut Arikunto
Nilai r Interpretasi
0,81-1,00 Sangat tinggi
1,61-0,80 Tinggi
0,41-0,60 Cukup
0,21-0,40 Rendah
0,00-0,20 Sangat rendah
Sumber: Rahmiendah (2013)
Penentuan instrumen yang digunakan dalam penelitian jika nilai Cronbach’s Alpha ≥ konstanta (0,6) maka artinya pertanyaan tersebut reliabel, sedangkan jika nilai Cronbach’s Alpha ≤ konstanta (0,6) maka artinya pernyataan tersebut tidak reliabel (Riyanto, 2011).
2b
(52)
Kuesioner pada penelitian ini untuk kuesioner kesiapan menopause memiliki reliabel 0,754 dimana itu lebih dari 0,6 sehinggan kuesioner kesiapan menopasue dikatakan reliabel. Kuesioner faktor-faktor kesiapan menopause memiliki nilai r=0,720 dimana itu juga lebih dari 0,6 sehingga kuesioner faktor-faktor kesiapan dianggap reliabel.
J. Pengolahan dan Metode Analisa Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan salah satu bagian dari rangkaian kegiatan penelitian setelah kegiatan pengumpulan (Notoatmodjo, 2010). Pengolahan data dalam penelitian ini meliputi :
a. Editing yaitu memastikan data atau kuesioner telah dikumpulkan kembali dan sudah benar serta lengkap dari responden.
b. Coding data yaitu kegiatan pemberian kode pada jawaban atau data yang telah terkumpul sehingga dapat memudahkan dalam entry data. Untuk kedua kuesioner jika dijawab benar maka akan diberikan kode 1 sedangkan jika salah maka diberi kode 0. Pendidikan diberi kode dengan 1 untuk SD, 2 untuk SMP, 3 untuk SMA, 4 untuk Diploma dan 5 untuk Perguruan Tinggi. Jumlah jawaban benar faktor pengetahuan > 50% maka diberi kode tinggi, ≤50% maka diberi kode rendah, begitu juga dengan faktor yang lainnya.
c. Entry data yaitu memasukan data yang telah diedit dengan menggunakan fasilitas komputer.
(53)
d. Scoring adalah pemberian skor pada setiap item kuesioner tentang kesiapan menopause dan faktor-faktor kesiapan menopause.
e. Processing, pengelohan data dengan memasukkandata dari kuesioner ke paket program komputer, seperti paket program SPSS for windows release.
2. Analisa Data
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah :
a. Analisa Univariat
Teknik analisa yang dilakukan untuk menampilkan data dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentase berupa tabel masing-masing variabel penelitian yaitu, variabel bebas terdiri dari dukungan keluarga, pengetahuan, pendidikan, dan aktivitas fisik, sedangkan variabel terikat yaitu kesiapan.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yang meliputi variabel bebas dan terikat, meliputi; kesiapan dengan pengetahuan, kesiapan dengan pendidikan, kesiapan dengan agama, kesiapan dengan budaya, kesiapan dengan dukungan keluarga, dan kesiapan dengan aktivitas atau pekerjaan.
(54)
Uji yang direncanakan di proposal sebelumnya
adalah Chi-Square, namun ketika dilakukan uji tersebut
dengan SPSS hasilnya tidak memenuhi syarat, expected
count <5, sehingga uji statistik yang digunakan adalah uji
statistik nonparametrik dengan menggunakan Fisher
dengan tingkat kepercayaan 95%. Kemaknaan hasil perhitungan statistik menggunakan batas kemaknaan 0,05 sehingga bila p<0,05 maka hasil perhitungan statistik bermakna/signifikan dan jika niai p>0,05 maka hasil perhitungan statistik tidak bermakna/tidak signifikan.
Untuk pengolahan variabel pendidikan dengan kesiapan menopause peneliti menggunakan rumus Spearman rank.
K. Etik Penelitian
Etika dalam keperawatan merupakan hal yang sangat penting karena berhubungan dengan manusia secara langsung. Penelitian ini sudah memiliki ijin etik dari komite etik FKIK UMY dengan nomor 148/EP-FKIK-UMY/IV/2016. Etik penelitian ini meliputi:
1. Informed Consent
Lembaran diberikan pada responden yang memenuhi kriteria inklusi yang di dalamnya berisi persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian. Selain itu di dalam lembar ini juga disertai judul
(55)
penelitian, tujuan penelitian dan jika responden menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden.
2. Hak Kerahasiaan (right to privacy)
Responden memiliki hak untuk merahasiakan informasi atau data yang telah diberikan responden. Hak kerahasiaan meliputi tanpa
nama (anonymity) serta kerahasiaan informasi ataupun masalah
(56)
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta. Patangpuluhan sendiri secara geografis terletak sekitar 3 km di sebelah barat daya pusat kota Yogyakarta.
Kelurahan patang puluhan terdiri dari 3 RW yang dihuni 7524 Jiwa dimana kelurahan ini didominasi kaum perempuan sebanyak 3852 jiwa. Dengan jumlah wanita usia 40-44 tahun berjumlah 157 orang dengan status cerai hidup 40 orang, cerai meninggal 23 orang dan belum menikah 11 orang. Warga Kelurahan Patangpuluhan memiliki beragam kegiatan seperti arisan RT, PKK RT yang memiliki jadwal masing-masing tiap RT serta Posyandu yang rutin dilaksanakan rutin setiap bulannya.
Batas-batas wilayah Patangpuluhan untuk utara berbatasan dengan Kelurahan Wirobrjan, timur dengan Kelurahan Gedongkiwo Kecamatan Mantrijeron Yogyakarta, sedangkan sebelah selatan dan juga barat dengan Desa Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.
(57)
2. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah wanita yang diklasifikasikan berdasarkan usia dan pendidikan terakhir. Terdapat 47 responden yang ikut serta dalam penelitian ini. Responden dalam penelitian ini merupakan warga KelurahanPatangpuluhan yang berusia 40-44 tahun dan belum mengalami menopause. Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Keluarahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta.
No Karakteristik F Presentase (%)
1 Usia
40 16 34 41 6 12,8 42 7 14,9 43 6 12,8 44 12 25,5
Total 47 100
2 Pendidikan Terakhir
Lulus SD 5 10,6 Lulus SMP 10 21,3 Lulus SMA 19 40,4 Lulus Diploma 5 10,6 Lulus Perguruan Tinggi 8 17
Total 47 100
Sumber: Data Primer 2016
Tabel 4.1 menunjukan karakteristik responden berdasarkan usia terbanyak adalah usia 40 tahun dengan jumlah 16 orang (34%), usia 44 tahun dengan jumlah sebanyak 12 orang (25,5%), dan diikuti usia paling sedikit adalah usia 41 tahun dan 42 tahun yang masing-masing sebanyak 6 orang (12,8%). Responden dengan pendidikan terakhir paling banyak adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) yakni
(1)
keluarga rendah kesiapan menopause juga rendah yang masing-masing 3 orang (6,4%). Data tersebut diuji dengan menggunakan Fisher exact dan diapatkan nilai p= 0,035dimana p<0,05 menunjukan adanya hubungan antara tingkat dukugan keluarga responden dengan kesiapan responden dalam menghadapi menopause Tabel 4.9 Distribusi Hubungan Pendidikan Terakhir dengan Kesiapan Menopause pada Ibu Premenopause di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2016
Sumber Data Primer (2016)
Tabel 4.9 menjelaskan distribusi hubungan pendidikan terakhir dengan kesiapan menopause, dengan p=0,000 dan r=0,0508. Nilai Pvalue < 0,05 menunjukan adanya hubungan sehingga nilai p= 0,000 disini berarti menunjukan adanya hubungan antara pendidian terakhir dengan kesiapan menopause yang signifikan. Nilai r=0,508 menunjukan jika kekuatan korelasi sedang dan arah korelasi positif Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh menurut usia dan status menopause. Responden pada penelitian ini adalah wanita dengan usia diatas 40tahun. Menurut pendapat Rambulangi (2006) bahwa umur seorang perempuan memasuki masa premenopause adalah antara 40-49 tahun. Dimana pada saat seorang perempuan memasuki usia pertengahan empat puluhan, fungsi ovarium akan mulai menurun. Sehingga menyebabkan kadar hormon dalam tubuh
tidak seimbang, yang akhirnya menyebabkan berbagai gangguan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Suheimi (2006) dalam Sari (2011) menyebutkan bahwa masa premenopause wanita akan mengalami berbagai macam keluhan seperti keluhan fisik dan psikologi.
Hasil data yang diperoleh berdasarkan tingkat pendidikan terakhir responden terbanyak adalah SMA sebanyak 19 orang (40,4%). Sebagian besar responden pada penelitian ini yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi adalah berpendidikan SMA. Disini dapat terlihat bahwa tingkat pendidikan dapat berpengaruh pada tingkat pengetahuan seseorang. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010), bahwa pendidikan sangat berhubungan dengan pengetahuan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin mudah menerima serta mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya.
Hubungan Tingkat Pengetahuan
Responden dengan Kesiapan
Menopause di Keluarahan
Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2016
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden yang tinggi dan kesiapan wanita premenopause dalam menghadapi menopause yang tinggi juga sebanyak 40 orang (85,1%). Data tersebut dianalisis dengan rumus korelasi uji fisher exact tests diperoleh hasil p=0,039 dengan tingkat kemaknaan α=0,05 (5%) sehingga ρ value < α (0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat dikataan Ha diterima yang berarti ada hubungan antara tingkat pengetahuan responden dengan kesiapan menopause di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rahman pada (2014), dengan judul “Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Menopause dengan Kesiapan Menghadapi Menopause Variabel Koefesien Korelasi (r) P Value
Tingkat Pendidikan
Akhir 0,508 0,000
Keisapan wanita Premenopause dalam
Menghadapi
(2)
di Desa Molosipat Kecamatan Popayato Barat Kabupaten Pohuewato” menunjukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang menopause dengan kesiapan menghadapi menopause di Desa Molosipat, Kec. Popayato Barat, Kab. Pohuwato. Seluruh populasi di ambil sebagai sampel (Total sampling) yaitu ibu-ibu yang berumur 40-50 tahun di Desa Molosipat Kecamatan Popayato Barat Kabupaten Pohuwato sebanyak 58 responden. Adanya hubungan antara kedua variabel dibuktikan dari hasil perhitungan uji korelasi Chi square dengan tingkat kepercayaan 95 %, atau derajat kemaknaan 0,05 dimana p<0,05 (p=0,000 lebih kecil dari 0,05) artinya Ho di tolak dan Ha di terima, sehingga dapat di simpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang menopause dengan kesiapan menghadapi menopause di Desa Molosipat, Kec. Popayato Barat, Kab. Pohuwato.
Terdapat 1 responden dengan kesiapan tinggi namun tingkat pengetahuan rendah pada penelitian ini. Hal tersebut bisa terjadi karena menurut Fransiska (2012), faktor lain yang berpengaruh dengan kesiapan seseorang dalam menghadapi masa menopause yaitu kondisi sosial ekonomi. Kondisi sosial ekonomi seseorang secara tidak langsung akan berpengaruh pada kesiapan ibu
premenopause dalam menghadapi masa
menopause. Menurut peneliti keadaan ekonomi yang baik memungkinkan wanita lebih mudah mendapat sarana dan fasilitas penunjang, seperti majalah, koran, buku kesehatan, dan lain sebagainya untuk memperoleh informasi dan pengetahuan tentang menopause.
Teori tersebut juga bisa menjelaskan dari hasil penelitian yang menyebutkan terdapat responden dengan tingkat pengetahuan tinggi namun kesiapan rendah. Bahwasanya kesiapan tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan saja, Umur seseorang juga berpengaruh terhadap kesiapan ibu premenopause
dalam menghadapi menopause. Umur seseorang berkaitan dengan bertambahnya pengalaman, dimana pengalaman tersebut akan meningkatkan pengetahuan dan kematangan seseorang dalam menghadapi masalah yang terjadi dalam kehidupan, dalam penelitian ini meskipun umur responden hampir sama akan tetapi pengalaman dan pengetahuan tiap individu berbeda. Semakin bertambahnya umur seseorang, pengalamannya akan bertambah sehingga akan lebih siap dalam menghadapi menopause (Notoatmodjo, 2010).
Hubungan Tingkat Aktivitas Responden dengan Kesiapan Menopause di Keluarahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2016
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat aktivitas responden yang tinggi dan kesiapan wanita premenopause dalam menghadapi menopause yang juga tinggi sebanyak 37 orang (78,2%). Data tersebut du analisis dengan rumus korelasi uji fisher exact test diperoleh hasil p=0,005 dengan tingkat kemaknaan α=0,05 (5%) sehingga p value < α (0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan jika Ha diterima yang berarti ada hubungan antara tingkat aktivitas responden dengan kesiapan responden dalam mengahdapi menopause.
Hal ini dibuktikan dalam penelitian Rasyid, dkk, (2014) didapatkan bersikap baik dalam menghadapi menopause sebanyak 35 responden(59,3%). Sikap yang baik sangat berpengaruh pada setiap individu. Faktor pekerjaan juga mempengaruhi prilaku setiap individu, dimana wanita yang bekerja pada umumnya mempunyai cara berfikir yang tidak sempit, merasa lebih aman dan mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan kemampuannya. Menurut Azwar (dalam Nurdono, 2013) dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecenderungan
(3)
potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respons. Menurut asumsi peneliti sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu objek. Sikap positif dari ibu yang akan menghadapi menopause mampu mengalihkan perasaan yang tidak menyenangkan ke hal-hal positif pula dengan cara melakukan aktivitas yang berguna.
Penelitian ini juga terdapat hasil dimana aktivitas rendah namun memiliki kesiapan tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian Prabandani (2009), dimana tingkat aktivitas tidak begitu berpengaruh dengan kesiapan, dimana responden yang tidak bekerja juga memiliki pendidikan formal yang memadai. Sehingga, tanpa melakukan aktivitas bekerja namun mereka sudah dibekali dengan pendidikan formal yang memadai untuk menghadapi menopause. Hasil lain dari penelitian ini juga, terdapat responden dengan aktivitas tinggi namun kesiapan rendah. Penelitian milik Aprilia dan Puspitasari (2007), mendapatkan hasil yang sama, dimana responden yang bekerja dalam penelitian tersebut sebanyak 51 orang, 25 (51,0%) memiliki kecemasan ringan dalam menghadapi menopause, 12 (24,5%) memiliki kecemasan sedang dala menghadapi menopause, 12 (24,55) memiliki kecemasan berat dalam menghadapi menopause. Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah atau pencaharian (Notoatmodjo, 2005). Dalam pengertian tersebut terdapat suatu unsur keharusan sehingga ada kemungkinan kecemasan tersebut berasal dari pekerjaan itu sendiri atau tuntutan dari pencapaian ekonomi dimana ekonomi juga mempengaruhi kesiapan menopause seperti yang sudah dijelaskan diatas, sehingga kecemasan itu tersendiri merupakan tanda dimana ketidak siapan dalam bentuk psikologis. Menurut Darmojo dan Hadi (2006) seorang wanita
yang mempunyai aktivitas sosial di luar rumah akan lebih banyak mendapat informasi baik misalnya dari teman bekerja atau teman dalam aktivitas sosial. Sehingga peneliti menyimpulkan jika faktor aktvitas merupakan faktor yang berhubungan dengan kesiapan menopause, namun faktor lain lebih dapat mempengaruhi kesiapan menopause seperti halnya faktor pendidikan dan pengetahuan
Hubungan Tingkat Dukungan Keluarga Responden dengan Kesiapan Responden dalam Menghadapi Menopause di Keluarahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2016
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tigkat dukungan keluarga responden yang tinggi dan kesiapan wanita premenopause dalam menghadapi menopause yang juga tinggi sebanyak 37 orang (78,2%). Data tersebut di analisis dengan rumus korelasi uji fisher exact test diperoleh hasil ρ=0,035 dengan tingkat kemaknaan α=0,05 (5%) sehingga ρ value < α (0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan jika Ha diterima yang berarti ada hubungan antara tingkat dukungan keluarga responden dengan kesiapan responden dalam mengahdapi menopause.
Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian Kaheksi, dkk, (2013), yang berjudul “Hubungan antara Penerimaan Diri dan Dukungan Suami dengan Kecemasan Wanita dalam Menghadapi Menopause di Kecamatan Jebres, Surakarta”. Didapatkan nilai signifikan dari uji Wald untuk hubungan antara dukungan suami dengan kecemasan wanita dalam menghaapi menopause adalah 0,033 < 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel bebas (dukungan suami) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tergantung (kecemasan wanita dalam menghadapi menopause). Penelitian ini menggunakan 50 sampel dengan teknik
(4)
purposive quota incindetal sampling dengan kriteria responden berusia 45-55 tahun sudah menikah dan memiliki suami.
Pada penelitian ini juga ditemukan tingkat dukungan keluarga tinggi namun kesiapan rendah. Selain dukungan keluarga juga jumlah anak mempengaruhi karena semakin banyak anak dimungkinkan ibu kurang memiliki waktu untuk mempersiapkan masa depannya (Prabandani, 2009). Dalam penelitian ini juga didapatkan hasil responden dengan tingkat dukungan keluarga rendah namun memiliki kesiapan terhadap menopause tinggi, hal ini dapat dikatakan jika ada faktor lain selain dukungan keluarga yang dibutuhkan untuk meningkatkan kesiapan menopause. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2008) bahwa adanya pengaruh yang besar antara dukungan sosial yang diberikan kelompok teman sebaya dibandingkan dari suami. Dukungan sosial yang positif dapat mempengaruhi kesejahteraan individu dan meningkatkan keyakinan dari individu itu sendiri bahwa dirinya mampu untuk menjalani masa menopause dengan baik. Sehingga penulis berasumsi tidak hanya dukungan suami yang dibutuhkan melainkan dukungan sosial atau teman sebaya juga sangat diperlukan bagi wanita
premenopause dalam menghadapi
menopause.
Hubungan Tingkat Pendidikan Akhir Responden dengan Kesiapan Responden dalam Menghadapi Menopause di Keluarahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2016
Berdasarkan data yang didapat dan diolah dengan Spearman dapat diketahui bahwa tigkat pendidikan akhir responden dengan kesiapan wanita premenopause dalam menghadapi menopause memiliki hubungan, dengan nilai Significancy 0,000 yang menunjukan bahwa korelasi antara tingkat akhir pendidikan dengan kesiapan wanita premenopause dalam menghadapi
menopause bermakna. Nilai korelasi
Spearman r=0,508 menunjukan bahwa
arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi sedang.
Hal ini sejalan dengan penelitian dari Estiani dan Dhuhana (2015), dengan judul “Hubungan Pendidikan Dan Pengetahuan Wanita Pramenopause terhadap Sikap Menghadapi Menopause di Desa Sekar Jaya Kabupaten Ogan Komering Ulu”. Penelitian ini menggunakan 97 responden usia 40-45 tahun, dengan teknik pengambilan sampel
accidental sampling. Selanjutnya
instrumen yang digunakan adalah kuesioner pengetahuan, pendidikan dan sikap menghadapi menopause menggunakan skala likert dengan mode analisis. Data dilakukan uji statistic dengan menggunakan analisa univariat dan bivariat dengan chi-square dengan tingkat kemaknaaan 95% (α = 0,05). Didapatkan bahwa dari 66 responden yang berpendidikan tinggi terdapat 53 orang (80,3%) yang bersikap positif dan 13 orang (19,7%) yang bersikap negatif. Sedangkan dari 31 responden yang berpendidikan rendah terdapat 18 orang (58,1%) yang bersikap positif dan 13 orang (41,9%) yang bersikap negatif. Dari hasil analisa statistik Chi-square oleh p
value 0,03 ≤ 0,05 sehingga ada hubungan
bermakna pendidikan wanita pramenopause terhadap sikap menghadapi masa menopause.
Responden penelitian memiliki tingkat pendidikan yang berbeda, terdapat responden dengan tingkat pendidikan rendah seperti SD dan SMP. Data penelitian menunjukan jika terdapat responden dengan tingkat pendidikan rendah namun memiliki kesiapan tinggi. Hal ini didukung dengan pernyataan Soekarno dalam (Anggarini, 2010), yang menyatakan bahwa pengetahuan ibu tentang menopause tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal, tetapi informasi bisa juga didapatkan melalui media massa atau elektronik dan tenaga kesehatan.
(5)
Informasi dari sumber selain pendidikan formal juga sangat berpengaruh dalam kesiapan wanita ketika menghadapi masa menopause.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kesiapan Wanita Premenopause dalam Menghadapi Menopause di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta tahun 2016, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kesiapan wanita premenopause dalam mengahadapi menopause, yang ditunjukan dengan nilai signifikansi p= 0,039.
2. Terdapat hubungan antara tingkat aktivitas dengan kesiapan wanita
premenopause dalam
mengahadapi menopause, yang ditunjukan dengan nilai signifikansi p= 0,005.
3. Terdapat hubungan antara tingkat dukungan keluarga dengan kesiapan wanita premenopause dalam mengahadapi menopause, yang ditunjukan dengan nilai signifikansi p= 0,035.
4. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan kesiapan wanita premenopause dalam mengahadapi menopause, yang ditunjukan dengan nilai signifikansi p = 0,000
Saran
1. Bagi Wanita Premenopause Diharapkan penelitian ini mampu menambah wawasan tentang menopause agar kedepannya lebih siap dalam menghadapi menopause.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian tentang kesiapan menopause dengan cara kualitatif pada wanita premenopause sehingga
mendapatkan data lebih aktual karena menanyakan langsung pada responden.
Daftar Pustaka
1. Admin. (2005). Terjadi Pergeseran Umur Menopause.
2. Anggraini, P.D. (2006). Wanita dalammenghadapi menopause di Wilayah RW 03Desa Bantarsoka
Purwokerto. Diakses tanggal 05
Juni 2015 dari
http://digilib.ump.ac.id.
3. Aprillian, N.I. & Puspitasari, N. (2007). Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan pada Wanita
Perimenopause. The Indonesian
Journal of Public Health, Vol. 4, No. 1, Juli 2007: 35-42. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Airlangga. Surabaya.
4. Dhuhana, C., & Estiani, M. (2015).
Hubungan Pendidikan dan
Pengetahuan Wanita
Pramenopause terhadap Sikap Menghadapi Menopause di Desa
Sekar Jaya
Kabupaten Ogan Komering Ulu. Jurnal Keperawatan Sriwijaya. Volume 2 - Nomor 2, Juli 2015. Palembang.
5. Fitri, N. (2008). Hubungan antara dukungansuami terhadap tingkat kecemasan
perempuan menopause. Karya Tulis
Ilmiah Program Studi Ilmu Keperawatan. Universitas Riau. Riau.
6. Kaheksi, dkk. (2013). Hubungan antara Penerimaan Diri dan
Dukunagn seami dengan
Kecemasan Wanita dalam
Menghadapi Menopause. Jurnal
(6)
Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta
7. Kasdu. (2004). Kiat sehat &
bahagia di usia
menopause. Puspaswara. Jakarta:
Gramedia.
8. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
9. Prabandani& Desi. (2009). Hubungan Dukungan Suami dengan
Tingkat Kecemasan Ibu
Menghadapi Menopause di
Perumahan Griya Cipta Laras
Wonogiri. Karya Tulis Ilmiah.
Fakultas Kedokteran. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
10. Rahman, Siti S., (2014). Hubungan
Pengetahuan Ibu Tentang
Menopause dengan Kesiapan
Menghadapi Menopause Di Desa Molosipat Kecamatan Popayato
Barat Kabupaten Pohuewato. Karya
Tulis Ilmiah Strata Satu. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo. Diakses Tanggal 1 Juni 2016 kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIKK/ article/download/10469/10348. 11. Rebecca & Pam, B. (2002). Simple
Guides Menopause. Jakarta: