TA : Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Kulit Pada Kucing Menggunakan Metode Certainty Factor.

(1)

TUGAS AKHIR

Nama : David Palguna NIM : 09.41010.0158 Program : S1 (Strata Satu) Jurusan : Sistem Informasi

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA


(2)

ix DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Pembatasan Masalah ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

1.6 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Sistem Pakar ... 6

2.2 Kecerdasan Buatan ... 9

2.3 Certainty Factor ... 10

2.4 Pengertian Kulit pada Kucing ... 13

2.5 Penyakit Kulit ... 14

2.6 Aplikasi Web ... 18


(3)

x

Halaman

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 21

3.1 Analisis Permasalahan ... 21

3.2 Perancangan Sistem Pakar ... 22

3.2.1 Desain arsitektur... 22

3.2.2 Pengumpulan data ... 26

3.2.3 Perhitungan certainty factor dengan nilai dari pakar ... 34

3.3 Perancangan Aplikasi Sistem Pakar ... 36

3.3.1 System flow ... 36

3.3.2 Data flow diagram ... 44

3.3.3 Permodelan database ... 50

3.3.4 Struktur tabel ... 51

3.3.5 Desain interface ... 56

3.3.6 Desain uji coba ... 69

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ... 80

4.1 Kebutuhan Sistem ... 81

4.2 Implementasi Sistem ... 82

4.3 Uji Coba Sistem ... 104

4.3.1 Uji coba sistem menggunakan white box testing ... 104

4.3.2 Uji coba sistem menggunakan black box testing ... 116

4.4 Evaluasi Sistem ... 131

4.4.1 Detail perhitungan certainty factor... 131

4.4.2 Tingkat akurasi aplikasi ... 134


(4)

xi

Halaman

BAB V PENUTUP ... 137

5.1 Kesimpulan ... 137

5.2 Saran ... 137


(5)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Nilai evidence tingkat keyakinan pakar ... 11

Tabel 3.1 Data jenis penyakit kulit ... 27

Tabel 3.2 Data jenis gejala penyakit kulit ... 27

Tabel 3.3 Hubungan gejala dengan penyakit kulit ... 29

Tabel 3.4 Nilai evidence ... 30

Tabel 3.5 Nilai CF rule penyakit kulit ... 31

Tabel 3.6 Nilai CF rule gejala penyakit kulit ... 32

Tabel 3.7 Tabel User ... 52

Tabel 3.8 Tabel Pemilik ... 52

Tabel 3.9 Tabel Kucing. ... 53

Tabel 3.10 Tabel Penyakit. ... 53

Tabel 3.11 Tabel Gejala. ... 53

Tabel 3.12 Tabel Pertanyaan. ... 54

Tabel 3.13 Tabel Rule Penyakit. ... 54

Tabel 3.14 Tabel Rule Gejala... 55

Tabel 3.15 Tabel Diagnosis ... 55

Tabel 3.16 Tabel Detail Diagnosis. ... 55

Tabel 3.17 Tabel Guess ... 56

Tabel 3.18 Tabel Detail Guess ... 56

Tabel 3.19 Desain uji coba class anynomous... 69

Tabel 3.20 Desain uji coba class pengguna ... 70


(6)

xiii

Halaman

Tabel 3.22 Desain uji coba class CF rule gejala ... 72

Tabel 3.23 Desain uji coba class CF rule penyakit ... 73

Tabel 3.24 Desain uji coba class rumus. ... 74

Tabel 3.25 Desain uji coba fitur maintain data pengguna. ... 75

Tabel 3.26 Desain uji coba fitur maintain data pemilik dan kucing. ... 76

Tabel 3.27 Desain uji coba fitur maintain nilai CF rule penyakit. ... 76

Tabel 3.28 Desain uji coba fitur maintain nilai CF rule gejala. ... 77

Tabel 3.29 Desain uji coba fitur diagnosis ... 78

Tabel 3.30 Desain uji coba fitur melihat histori konsultasi. ... 78

Tabel 4.1 Hasil tes class anynomous... 104

Tabel 4.2 Hasil tes class pengguna. ... 105

Tabel 4.3 Hasil tes class pemilik dan kucing ... 106

Tabel 4.4 Hasil tes class CF rule gejala ... 107

Tabel 4.5 Hasil tes class CF rule penyakit ... 109

Tabel 4.6 Hasil tes class rumus ... 110

Tabel 4.7 Hasil tes jalur perhitungan prosentase ... 115

Tabel 4.8 Hasil tes fitur untuk maintain data pengguna... 116

Tabel 4.9 Hasil tes fitur untuk maintain data pemilik dan kucing ... 119

Tabel 4.10 Hasil tes fitur maintain nilai CF rule penyakit. ... 122

Tabel 4.11 Hasil tes fitur maintain nilai CF rule gejala ... 124

Tabel 4.12 Hasil tes fitur diagnosis ... 126

Tabel 4.13 Hasil tes fitur melihat histori konsultasi ... 128


(7)

xiv

Halaman Tabel 4.15 Rekapitulasi data uji coba diagnosis ... 134


(8)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Blok diagram sistem pakar penyakit kulit pada kucing ... 23

Gambar 3.2 Flowchart sistem pakar penyakit kulit pada kucing. ... 25

Gambar 3.3 System flow mengelola pengguna ... 37

Gambar 3.4 System flow mengelola data pemilik dan kucing ... 38

Gambar 3.5 System flow maintain data nilai CF rule ... 39

Gambar 3.6 System flow registrasi pemilik dan kucing ... 40

Gambar 3.7 System flow diagnosis ... 42

Gambar 3.8 System flow membuat laporan histori konsultasi ... 43

Gambar 3.9 Diagram berjenjang ... 44

Gambar 3.10 Context diagram ... 45

Gambar 3.11 DFD level 0. ... 46

Gambar 3.12 DFD level 1 maintain data ... 47

Gambar 3.13 DFD level 1 diagnosis ... 48

Gambar 3.14 DFD level 2 diagnosis ... 49

Gambar 3.15 DFD level 1 membuat laporan. ... 50

Gambar 3.16 Conceptual Data Model. ... 50

Gambar 3.17 Physical Data Model ... 51

Gambar 3.18 Desain interface login... 57

Gambar 3.19 Desain interface halaman menu admin ... 58

Gambar 3.20 Desain interface maintain pemilik dan kucing bagi admin. ... 59

Gambar 3.21 Desain interface maintain pemilik dan kucing bagi user. ... 59


(9)

xvi

Halaman

Gambar 3.23 Desain interface halaman maintain CF rule penyakit. ... 61

Gambar 3.24 Desain interface halaman maintain CF rule gejala... 62

Gambar 3.25 Desain interface halaman histori konsultasi bagi admin. ... 62

Gambar 3.26 Desain interface halaman histori konsultasi bagi user. ... 63

Gambar 3.27 Desain interface halaman menu user. ... 64

Gambar 3.28 Desain interface halaman registrasi pemilik ... 65

Gambar 3.29 Desain interface halaman pertanyaan konsultasi bagi admin.... 66

Gambar 3.30 Desain interface halaman pertanyaan konsultasi bagi user. ... 66

Gambar 3.31 Desain interface halaman pertanyaan konsultasi bagi guess. .... 67

Gambar 3.32 Desain interface halaman hasil diagnosis... 67

Gambar 3.33 Desain interface halaman cetak hasil diagnosis. ... 68

Gambar 3.34 Desain interface halaman lihat lokasi klinik. ... 68

Gambar 4.1 Diagram alur implementasi sistem ... 80

Gambar 4.2 Halaman login ... 82

Gambar 4.3 Pesan error dalam kesalahan melakukan login ... 83

Gambar 4.4 Menu utama pengguna admin ... 84

Gambar 4.5 Menu utama pengguna user... 84

Gambar 4.6 Halaman maintain data pengguna ... 85

Gambar 4.7 Fungsi menambahkan data pengguna ... 86

Gambar 4.8 Fungsi mengubah data pengguna ... 87

Gambar 4.9 Halaman maintain data pemilik dan kucing ... 88

Gambar 4.10 Fungsi menambahkan data pemilik ... 89


(10)

xvii

Halaman

Gambar 4.12 Tampilan subgrid kucing ... 90

Gambar 4.13 Fungsi menambahkan data kucing ... 91

Gambar 4.14 Fungsi mengubah data kucing ... 92

Gambar 4.15 Halaman maintain nilai CF rule penyakit ... 93

Gambar 4.16 Fungsi menampilkan nilai CF rule penyakit ... 93

Gambar 4.17 Fungsi mengubah nilai CF rule penyakit ... 94

Gambar 4.18 Halaman maintain nilai CF rule gejala ... 94

Gambar 4.19 Fungsi menampilkan nilai CF rule gejala ... 95

Gambar 4.20 Fungsi mengubah nilai CF rule gejala ... 95

Gambar 4.21 Halaman konsultasi penyakit kulit ... 96

Gambar 4.22 Halaman konsultasi memilih pemilik dan kucing ... 97

Gambar 4.23 Halaman konsultasi menjawab pertanyaan ... 97

Gambar 4.24 Halaman konsultasi menjawab pertanyaan berikutnya ... 98

Gambar 4.25 Halaman konsultasi menjawab pertanyaan terakhir ... 98

Gambar 4.26 Menampilkan pesan error jawaban belum terisi ... 99

Gambar 4.27 Fungsi menampilkan hasil diagnosis ... 100

Gambar 4.28 Fungsi mencetak hasil diagnosis ... 100

Gambar 4.29 Halaman histori konsultasi ... 101

Gambar 4.30 Fungsi memilih data pemilik dan kucing ... 101

Gambar 4.31 Fungsi menampilkan histori konsultasi ... 102

Gambar 4.32 Fungsi menampilkan detail histori konsultasi ... 102

Gambar 4.33 Fungsi mencetak detail histori konsultasi ... 103


(11)

xviii

Halaman

Gambar 4.35 Flowchart proses perhitungan prosentase penyakit ... 113

Gambar 4.36 Flowgraph proses perhitungan prosentase penyakit ... 113

Gambar 4.37 Hasil uji coba menampilkan data pengguna ... 117

Gambar 4.38 Hasil uji coba menambahkan data pengguna ... 118

Gambar 4.39 Hasil uji coba mengubah data pengguna ... 118

Gambar 4.40 Hasil uji coba menampilkan data pemilik dan kucing ... 120

Gambar 4.41 Hasil uji coba menambahkan data pemilik dan kucing ... 120

Gambar 4.42 Hasil uji coba mengubah data pemilik dan kucing ... 121

Gambar 4.43 Hasil uji coba menampilkan sub menu pilihan penyakit... 122

Gambar 4.44 Hasil uji coba menampilkan nilai CF rule penyakit ... 123

Gambar 4.45 Hasil uji coba mengubah nilai CF rule penyakit ... 123

Gambar 4.46 Hasil uji coba menampilkan sub menu pilihan gejala ... 124

Gambar 4.47 Hasil uji coba menampilkan nilai CF rule gejala ... 125

Gambar 4.48 Hasil uji coba mengubah nilai CF rule gejala ... 125

Gambar 4.49 Hasil uji coba menampilkan sub menu konsultasi ... 127

Gambar 4.50 Hasil uji coba menampilkan hasil analisa ... 127

Gambar 4.51 Hasil uji coba mencetak hasil analisa ... 128

Gambar 4.52 Hasil uji coba menampilkan sub menu histori konsultasi ... 129

Gambar 4.53 Hasil uji coba menampilkan histori konsultasi ... 130

Gambar 4.54 Hasil uji coba menampilkan detail histori konsultasi... 130


(12)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Detail diagnosis pada klinik hewan Moii Pet Care ... 140 Lampiran 2 Biodata penulis ... 143


(13)

vi ABSTRAK

Penyakit kulit merupakan jenis penyakit yang sering menginfeksi hewan peliharaan terutama kucing. Kucing yang terinfeksi penyakit kulit pada awalnya dapat terlihat baik-baik saja. Berdasarkan wawancara dengan dokter hewan spesialis anjing dan kucing, apabila penyakit kulit tidak diberikan penanganan dengan cepat dan tepat maka akan dapat menyebabkan kematian pada kucing. Sebagian besar dokter hewan spesialis anjing dan kucing membuka praktek hanya di kota-kota besar, sehingga tidak jarang para pemilik kucing yang terlambat memberikan penanganan terhadap penyakit kulit yang diderita oleh kucing peliharaannya.

Berdasarkan permasalahan diatas, perlu dibuat sebuah sistem pakar yang dapat membantu klinik hewan dan pemilik kucing dalam mendiagnosis penyakit kulit pada kucing karena selama ini belum terdapat aplikasi untuk menangani hal tersebut. Sistem pakar certainty factor ini akan melacak setiap gejala yang dialami oleh kucing dan sistem akan mencocokkannya dengan aturan yang ada. Selanjutnya sistem akan menghasilkan hasil diagnosis penyakit kulit pada kucing.

Hasil uji coba dari aplikasi sistem pakar menunjukkan bahwa sistem mampu mengidentifikasi jenis penyakit kulit dengan ketepatan sebesar 91,6%. Hasil tersebut diperoleh dari pemeriksaan 12 kucing yang menderita penyakit kulit pada klinik hewan Moii Pet Care. Sistem juga dapat memberikan saran pengobatan berdasarkan jenis penyakit kulit yang diderita kepada klinik hewan dan pemilik kucing.


(14)

1 1.1Latar Belakang Masalah

Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh kucing yang membatasi tubuh dengan dunia luar, selain itu kondisi kulit merupakan refleksi kesehatan kucing secara umum serta dapat merupakan indikator terhadap adanya penyakit dalam tubuh kucing tersebut. Penyakit kulit merupakan jenis penyakit yang sering menginfeksi kucing, terkadang kucing yang terkena penyakit kulit tampak baik-baik saja dan tidak merasa terganggu sehingga pemilik kucing tidak terlalu menghiraukan. Namun bila hal tersebut dibiarkan secara terus-menerus, maka akan berakibat fatal bahkan dapat menyebabkan kematian. Pemilik kucing terkadang baru menyadari saat kucing peliharaannya sudah mengalami perubahan yang signifikan seperti kebotakan, kulit kemerahan bahkan terdapat luka, berbau dan lain sebagainya. Apabila penyakit kulit sudah menginfeksi melebihi 40% area tubuh kucing maka kucing tersebut berpotensi mengalami infeksi sekunder yang dapat menyebabkan kematian. Scabies merupakan salah satu penyakit kulit yang dapat menyebabkan kematian pada kucing. Penyakit scabies menimbulkan rasa gatal yang teramat sangat, gatal yang dirasakan oleh kucing dapat memicu hilangnya nafsu makan. Apabila kucing sudah terinfeksi scabies dalam tingkatan parah akan mengalami penurunan daya tahan tubuh dan akan mati. Menurut drh. Naumi D.R.P selain menular kepada kucing lain, penyakit kulit scabies juga dapat menular kepada manusia. Walaupun tidak menyebabkan kematian pada manusia, penyakit scabies dapat menimbulkan rasa gatal yang cukup mengganggu.


(15)

Dengan demikian penyakit kulit pada kucing merupakan jenis penyakit yang harus ditangani dengan benar, cepat dan tepat oleh pemiliknya secara dini. Fakta inilah yang menjadi alasan pemilihan penyakit kulit pada kucing sebagai permasalahan yang diangkat dalam tugas akhir ini agar dapat melakukan tindakan yang cepat dalam penanganan penyakit kulit pada kucing.

Pengobatan terhadap penyakit kulit memang dapat dilakukan, oleh karena itu pemilik kucing harus mengetahui gejala awal penyakit kulit yang terjadi pada kucing peliharaannya. Dengan demikian pemilik kucing dapat mengetahui jenis penyakit yang diderita dan dapat memberikan langkah pengobatan. Dokter hewan spesialis anjing dan kucing di Indonesia mayoritas membuka praktek di kota-kota besar saja. Sehingga tidak jarang para pemilik kucing yang terlambat memberikan penanganan pada penyakit kulit sejak gejala awal terjadi.

Sistem pakar mencoba mencari solusi yang memuaskan sebagaimana yang dilakukan oleh seorang pakar, seperti memberikan penjelasan terhadap langkah yang diambil dan memberikan alasan atas saran atau kesimpulan yang ditemukannya. Keberadaan dokter hewan spesialis anjing dan kucing jarang ditemukan di beberapa daerah dan adanya perkembangan dibidang teknologi, maka dibuat sistem pakar yang dapat diajak berkonsultasi layaknya seorang dokter hewan spesialis anjing dan kucing. Dengan adanya sistem pakar ini diharapkan dapat menghasilkan informasi mengenai penyakit kulit pada kucing, cara mendiagnosa penyakit kulit pada kucing, serta cara penanganan penyakit kulit pada kucing yang harus dilakukan untuk membantu kinerja serta ketepatan diagnosis oleh seorang pakar.


(16)

1.2 Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dari tugas akhir ini sebagai berikut:

1. Bagaimana melakukan identifikasi terhadap penyakit kulit pada kucing ? 2. Bagaimana merancang perangkat lunak dengan sistem pakar certainty factor

untuk identifikasi penyakit kulit pada kucing ?

3. Bagaimana membangun perangkat lunak untuk mengidentifikasi penyakit kulit pada kucing serta memberikan saran pengobatan ?

1.3Pembatasan masalah

Batasan-batasan dari sistem yang dibahas dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi masalah penyakit kulit pada kucing yang disebabkan oleh parasit, jamur, bakteri, virus, pengaruh nutrisi dan lingkungan.

2. Penyakit kulit yang diketahui dari hasil diagnosis secara pasti dibatasi dengan melihat gejala-gejala yang ditanyakan.

1.4Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan dari pembuatan dari aplikasi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk melakukan identifikasi secara menyeluruh terhadap penyakit kulit pada kucing dan memperoleh informasi yang dibutuhkan.

2. Untuk merancang perangkat lunak menggunakan sistem pakar certainty factor dalam mengidentifikasi penyakit kulit pada kucing agar sistem pakar ini dapat digunakan sebagai alat bantu untuk mendiagnosis penyakit kulit pada kucing,


(17)

khususnya bagi klinik hewan (pet shop atau pet care) dan pemilik kucing secara langsung.

3. Untuk membangun perangkat lunak dalam mengidentifikasi penyakit kulit pada kucing serta memberikan saran pengobatannya.

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari pembuatan sistem pakar untuk mendiagnosis penyakit kulit pada kucing adalah:

1. Bagi mahasiswa

Dapat meningkatkan wawasan mahasiswa mengenai sistem pakar serta teori sistem pakar certainty factor, dapat memberikan suatu ide untuk mengimplementasikan sistem pakar terhadap permasalahan yang lain, serta dapat menambah kemampuan dan keyakinan mahasiswa akan teori yang diperoleh dari perkuliahan.

2. Bagi pihak terkait

Dapat mengenali penyakit kulit pada kucing dan dapat mengetahui cara pengobatan yang sesuai dalam penanganan penyakit kulit pada kucing. Dalam tugas akhir ini pihak yang terkait adalah klinik hewan dan pemilik kucing.

1.6Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam penyusunan laporan ini dibedakan dengan pembagian bab sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan, manfaat dari pembuatan


(18)

sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing, dan sistematika penulisan laporan Tugas Akhir.

Bab II : Landasan Teori

Bab ini menjelaskan tentang teori yang berkaitan dengan sistem pakar, penyakit kulit pada kucing, dan jenis-jenis penyakit kulit pada kucing. Dalam hal ini, teori yang digunakan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini adalah teori tentang sistem pakar certainty factor gabungan.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan tentang perancangan sistem yang meliputi perancangan diagram alir yang menunjukkan alur jalan dari sistem, desain arsitektur yang menunjukkan hubungan antar elemen. Dalam bab ini juga dilengkapi dengan struktur tabel, desain interface sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing, serta rancangan pengujian dan evaluasi aplikasi terhadap fungsi aplikasi dan pengguna (end user) aplikasi.

Bab IV : Implementasi dan Evaluasi

Bab ini menjelaskan tentang evaluasi dari sistem yang telah dibuat dan proses implementasi dari sistem yang telah melalui tahap evaluasi sebelumnya.

Bab V : Penutup

Bab ini menjelaskan tentang penutup yang berisi kesimpulan setelah program aplikasi sistem pakar selesai dibuat dan saran untuk proses pengembangan selanjutnya.


(19)

6

Landasan teori merupakan panduan untuk menemukan solusi pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Pada bab ini akan dikemukakan landasan teori yang terkait dengan permasalahan untuk mendukung perancangan sistem. Adapun landasan teori yang digunakan sebagai berikut:

2.1 Sistem Pakar

2.1.1 Pengertian sistem pakar

Menurut Jusak (2007:1) sistem pakar dapat didefinisikan sebagai sebuah program komputer yang mencoba meniru atau mensimulasikan pengetahuan (knowledge) dan ketrampilan (skill) dari seorang pakar pada area tertentu. Selanjutnya sistem ini akan mencoba memecahkan suatu permasalahan sesuai dengan kepakarannya.

Sistem pakar dibuat dibuat pada wilayah pengetahuan tertentu untuk suatu kepakaran tertentu yang mendekati kemampuan manusia di satu bidang. Sistem pakar mencoba mencari solusi yang memuaskan sebagaimana yang dilakukan seorang pakar (Kusrini, 2006:12).

Adapun beberapa definisi sistem pakar dari beberapa ahli yang dikutip oleh Kusumadewi (2003), antara lain:

1. Menurut Giarratano dan Riley: Sistem pakar adalah suatu sistem komputer yang bisa menyamai atau meniru kemampuan seorang pakar.


(20)

2. Menurut Durkin: Sistem pakar adalah suatu program komputer yang dirancang untuk memodelkan kemampuan penyelesaian masalah yang dilakukan oleh seorang pakar.

3. Menurut Ignizio: Sistem pakar adalah suatu model dan prosedur berkaitan, dalam suatu domain tertentu, yang mana tingkat keahliannya dapat dibandingkan dengan seorang pakar.

2.1.2 Struktur sistem pakar

Menurut Jusak (2007:6) secara umum struktur sebuah sistem pakar terdiri atas tiga komponen utama, yaitu; knowledge base, working memory dan inference engine.

1. Knowledge base (basis pengetahuan) adalah bagian dari sebuah sistem pakar yang mengandung/menyimpan pengetahuan (domain knowledge). Knowledge base yang dikandung oleh sebuah sistem pakar berbeda antara satu dengan yang lain tergantung pada bidang kepakaran dari sistem yang dibangun. Misalnya, medical expert system akan memiliki basis pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan medis. Knowledge base direpresentasikan dalam berbagai macam bentuk, salah satunya adalah dalam bentuk sistem berbasis aturan (ruled-based system).

2. Working memory mengandung/menyimpan fakta-fakta yang ditemukan selama proses konsultasi dengan sistem pakar. Selama proses konsultasi, user memasukkan fakta-fakta yang dibutuhkan. Kemudian sistem akan mencari padanan tentang fakta tersebut dengan informasi yang ada dalam knowledge base untuk menghasilkan fakta baru. Sistem akan memasukkan fakta baru ini ke dalam working memory. Jadi working memory akan menyimpan informasi


(21)

tentang fakta-fakta yang dimasukkan oleh user ataupun fakta baru hasil kesimpulan dari sistem.

3. Inference engine bertugas mencari padanan antara fakta yang ada di dalam working memory dengan fakta-fakta tentang domain knowledge tertentu yang ada di dalam knowledge base, selanjutnya inference engine akan menarik/mengambil kesimpulan dari problem yang diajukan kepada sistem.

2.1.3 Ciri-ciri sistem pakar

Menurut Kusrini (2006:14) sistem pakar memiliki beberapa ciri-ciri sebagai berikut :

1. Terbatas pada bidang yang spesifik.

2. Dapat memberikan penalaran untuk data-data yang tidak lengkap atau tidak pasti.

3. Dapat mengemukakan rangkaian alasan yang diberikannya dengan cara yang dapat dipahami.

4. Berdasarkan pada rules atau aturan tertentu. 5. Dirancang untuk dikembangkan secara bertahap. 6. Output bersifat nasihat atau anjuran.

7. Output tergantung dari dialog dengan user. 8. Knowledge base dan inference engine terpisah.

2.1.4 Keuntungan dan kelemahan sistem pakar

Menurut Pradika (2012:12) terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh dengan mengembangkan sistem pakar, antara lain:

1. Membuat seorang awam dapat bekerja seperti layaknya seorang pakar. 2. Dapat bekerja dengan informasi yang tidak lengkap atau tidak pasti.


(22)

3. Meningkatkan output dan produktivitas. 4. Meningkatkan kualitas.

5. Menyediakan nasihat atau solusi yang konsisten dan dapat mengurangi tingkat kesalahan.

6. Membuat peralatan yang kompleks dan mudah dioperasionalkan karena sistem pakar dapat melatih pekerja yang tidak berpengalaman.

7. Sistem tidak dapat lelah atau bosan.

8. Memungkinkan pemindahan pengetahuan ke lokasi yang jauh serta memperluas jangkauan seorang pakar, dan dapat diperoleh atau dipakai dimana saja.

Selain memiliki keuntungan, sistem pakar juga memiliki beberapa kelemahan di dalam penerapannya, antara lain :

1. Daya kerja dan produktivitas manusia menjadi berkurang karena semuanya dilakukan secara otomatis oleh sistem.

2. Pengembangan perangkat lunak sistem pakar lebih sulit dibandingkan dengan perangkat lunak konvensional.

3. Biaya pembuatan mahal, karena seorang pakar membutuhkan pembuat aplikasi untuk membuat sistem pakar yang diinginkan.

2.2 Kecerdasan Buatan

Menurut Sutojo, dkk (2010:1) Kecerdasan Buatan atau yang lebih dikenal dengan Artificial Intelligence (AI) merujuk pada mesin yang mampu berpikir, menimbang tindakan yang akan diambil dan mampu mengambil keputusan seperti yang dilakukan oleh manusia. AI dikembangkan pertama kali pada tahun 1960-an ketika John McCarthy dari Massachusetts Institute of


(23)

Technology (MIT) menciptakan bahasa pemrograman LISP. Kemudian berkembang dengam dibuatnya program komputer yang “berpikir” seperti permainan catur dan pembuktian perhitungan matematis secara komputasi. Pada tahun 1964, Joseph Weizenbaurn juga dari MIT membuat ELIZA, sebuah program yang menggambarkan konsultasi seorang psikiater dengan pasiennya. Pada Era 70-an perkembangan AI menghasilkan beberapa terobosan dan satu diantaranya yang paling populer adalah Expert System (ES). Salah satu ES yang pertama kali dibuat oleh MYCIN-nya Universitas Stamford yang membatu para ahli medis untuk mendiagnosis dan menganalisis sakit yang diderita oleh para pasien.

2.3 Certainty Factor

2.3.1 Definisi certainty factor

Menurut Sutojo, dkk (2010:194) awal mula Teori certainty factor (CF) diusulkan oleh Shortlife dan Buchanan pada 1975 untuk mengakomodasi ketidakpastian pemikiran seorang pakar. Seorang pakar/ahli dalam hal ini biasanya dokter sering kali menganalisis informasi yang ada dengan ungkapan seperti “mungkin”, “kemungkinan besar”, “hampir pasti”. Untuk mengakomodasi hal ini kita menggunakan certainty factor guna menggambarkan tingkat keyakinan pakar terhadap masalah yang sedang dihadapi.

Ada dua cara dalam mendapatkan certainty factor (CF) dari sebuah rule, yaitu :

1. Metode “Net Belief” yang diusulkan oleh E.H. Shortlife dan B.G. Buchanan CF (Rule) = MB(H,E) – MD(H,E)


(24)

MB(H,E) =

{

[ |

[ P (H) = 1, lainnya

MD(H,E) =

{

[ |

[ P (H) = 0, lainnya

Dimana :

CF(Rule) = Faktor Kepastian

MB(H,E) = Measure of Belief (ukuran kepercayaan) terhadap hipotesis H, jika diberikan evidence E (antara 0 dan 1)

MD(H,E) = Measure of Disbelief (ukuran ketidakpercayaan) terhadap evidence H, jika diberikan evidence E (antara 0 dan 1)

P(H) = Probabilitas kebenaran hipotesis H

P(H|E) = Probabilitas bahwa H benar karena fakta E 2. Dengan cara mewawancarai seorang pakar/ahli

Nilai CF (Rule) didapat dari interpretasi “term” dari pakar, yang dirubah menjadi nilai CF tertentu. Sebagai contoh dapat dilihat pada Tabel 2.1, yakni uncertain term dari seorang pakar dikonversi menjadi sebuah nilai CF.

Tabel 2.1 Nilai evidence tingkat keyakinan pakar

Sumber : Buku Kecerdasan Buatan (Sutojo, dkk. 2010:195-196)

Uncertain Term CF

Definitely Not (Pasti Tidak) -1.0

Almost Certainly Not (Hampir Pasti Tidak) -0.8

Probably Not (Kemungkinan Besar Tidak) -0.6

Maybe Not (Mungkin Tidak) -0.4

Unknown (Tidak Tahu) -0.2 to 0.2

Maybe (Mungkin) 0.4

Probably (Kemungkinan Besar) 0.6

Almost Certainly (Hampir Pasti) 0.8


(25)

2.3.2 Perhitungan certainty factor gabungan

Secara umum, rule dipresentasikan dalam bentuk sebagai berikut (Sutojo, dkk. 2010:196).

IF E1 AND E2 ... AND En THEN H (CF Rule) Atau

IF E1 AND E2 ... OR En THEN H (CF Rule) Dimana :

E1 ... E2 : Fakta – fakta (Evidence) yang ada H : Hipotesis atau konklusi yang dihasilkan

CF Rule : Tingkat keyakinan terjadinya hipotesis H akibat adanya fakta – fakta

E1 ... En

1. Rule dengan evidence E tunggal dan Hipotesis H Tunggal (Certainty Factor Sequensial)

IF E THEN H (CF Rule) CF (H,E) = CF(E) X CF(Rule)

2. Rule dengan evidence E ganda dan Hipotesis H Tunggal (Certainty Factor Paralel)

IF E1 AND E2 ... AND En THEN H (CF Rule) CF (H,E) = min[CF(E1), CF(E2), ...., CF(En)] x CF(Rule) IF E1 OR E2 ... OR En THEN H (CF Rule)

CF (H,E) = max[CF(E1), CF(E2), ...., CF(En)] x CF(Rule)

3. Kombinasi dua buah rule dengan evidence berbeda (E1 dan E2), tetapi hipotesis sama


(26)

{

IF E1 THEN H Rule 1 CF(H, E1) = CF1 = C(E1) x CF(Rule1) IF E2 THEN H Rule 2 CF(H, E2) = CF2 = C(E2) x CF(Rule2)

CF1 + CF2 (1-CF1) jika CF1 > 0 dan CF2 > 0 CF(CF1,CF2) (CF1 + CF2) / 1-(min[|CF1|,|CF2|]) jika CF1 < 0 atau CF2 < 0

CF1 + CF2 (1+CF1) jika CF1 < 0 dan CF2 < 0

Kelebihan dan kekurangan dari metode certainty factor Kelebihan metode certainty factor adalah :

1. Metode ini cocok dipakai dalam sistem pakar yang mengandung ketidak pastian.

2. Dalam sekali proses perhitungan hanya dapat mengolah 2 data saja sehingga keakuratan data tetap terjaga.

Sedangkan kekurangan metode certainty factor adalah :

1. Pemodelan ketidakpastian proses perhitungan yang menggunakan perhitungan metode certainty factor biasanya masih diperdebatkan.

2. Untuk data lebih dari 2 buah, harus dilakukan beberapa kali pengolahan data.

2.4 Pengertian Kulit pada Kucing

Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh hewan yang membatasi tubuh dengan dunia luar, selain itu kondisi kulit merupakan refleksi kesehatan hewan secara umum serta dapat menjadi sebuah indikator terhadap adanya penyakit dalam tubuh hewan. Kulit juga merupakan organ yang aktif terlibat dalam proses reaksi kekebalan tubuh. Berbagai zat yang terkandung dalam lapisan emulsi tersebut antara lain sel langerhan pada epidermis, dendrosit, keratinosit, limfosit T, sel mast, endotel kapiler darah, sitokin E, komplemen dan imunoglobin yang memiliki efek antimicrobial (Kusumawati, 2011:1).


(27)

2.5 Penyakit Kulit

2.5.1 Pengertian penyakit kulit

Penyakit kulit adalah suatu keadaan dimana terdapat gangguan terhadap bentuk dan fungsi kulit sehingga berada dalam keadaan yang tidak normal. Penyakit kulit pada kucing dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : parasit, jamur, bakteri, virus, pengaruh nutrisi hingga faktor lingkungan yang kurang baik (Kusumawati, 2011:34). Beberapa penyakit kulit pada kucing juga dapat menular kepada manusia, antara lain : seperti scabies, infestasi cheyletiella dan dermatophytosis.

2.5.2 Jenis penyakit kulit

Berikut ini merupakan jenis-jenis penyakit kulit yang dapat dialami oleh kucing :

1. Defisiensi Zinc

Defisiensi zinc hampir selalu disebabkan oleh rendahnya kandungan zinc dalam makanan yang dikonsumsi oleh kucing. Kekurangan zinc dapat mengganggu fase penyembuhan dan perbaikan luka, selain itu juga berdampak pada keindahan kulit. Selain faktor rendahnya kadar nutrisi pada makanan, kucing yang hamil dan menyusui juga rentan terhadap penyakit ini. Gejala yang nampak pada kucing yang mengalami defisiensi zinc adalah pengerasan (crusta) periorbital, kekurusan dan pododermatitis (Dhamojono, 2001:57).

2. Defisiensi Asam Lemak

Defisiensi asam lemak dapat terjadi karena kehilangan bahan ini pada saat penyimpanan atau karena tengik/bau. Dapat juga terjadi pada makanan yang


(28)

sebenarnya sudah cukup kandungannya tetapi hanya sedikit kandungan antioxidannya seperti vitamin E. Kucing yang menderita defisiensi asam lemak biasanya juga akan mengalami intestial malabsorbsion, penyakit pankreas, dan penyakit heparkronis. Gejala defisiensi asam lemak yang terlihat pada kulit adalah abnormalitas seperti keratinisasi dan hipergranulosis (Dhamojono, 2001:58).

3. Defisiensi Protein

Defisiensi protein dapat terjadi karena kucing mengkonsumsi makanan yang kadar proteinnya rendah. Tetapi kucing yang diberi makanan khusus tidak akan mengalami penyakit ini, karena banyak pet food komersial yang kandungan proteinnya sudah cukup tinggi. Kucing yang mengalami defisiensi protein akan menunjukkan gejala keratinisasi, hiperpigmentasi, bila ada lesi biasanya simetris dan terjadi di kepala, punggung, toraks, abdomen, dan kaki (Dhamojono, 2001:60).

4. Defisiensi Vitamin A

Defisiensi vitamin A dapat terjadi karena kucing mengkonsumsi makanan yang kadar vitamin A rendah. Vitamin A berfungsi mempertahankan kesehatan kulit serta selsel epitel pada kucing. Kucing yang mengalami defisiensi vitamin A akan menunjukkan gejala keratinisasi serta gangguan pada kelenjar sebaseus meliputi sekresi serta hambatan pada salurannya (Dhamojono, 2001:61).

5. Flea

Flea atau pinjal merupakan ektoparasit yang sering terdapat pada kucing atau sering juga disebut kutu kucing. Penyebab kucing terjangkit flea adalah


(29)

karena penularan dari kucing lain dan lingkungan kandang yang kotor. Kucing yang terserang oleh parasit ini akan menunjukkan gejala sering melakukan garukan pada tubuh dikarenakan gatal yang ditimbulkan oleh gigitan kutu. Biasanya terdapat bekas gigitan dan terlihatnya parasit ini pada area yang digaruk (Dhamojono, 2001:63).

6. Scabies

Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan tungau (sejenis kutu) scabies/sarcoptes. Penyakit ini sering menyerang anjing, kucing, kelinci dan dapat juga menular ke manusia. Scabiesis pada kucing lebih sering disebabkan notoedres cati. Tungau ini berukuran sangat kecil (0.2-0.4 mm), hanya bisa dilihat dengan mikroskop atau kaca pembesar. Seluruh siklus hidup tungau ini berada di tubuh induk semangnya. Tungau betina menggali dan melubangi kulit kemudian bertelur beberapa kali sambil terus menggali saluran-saluran dalam kulit induk semangnya. Lubang-lubang dalam kulit yang digali seekor tungau betina dapat mencapai panjang beberapa centimeter (Dhamojono, 2001:65).

7. Impetigo

Impetigo pada kucing disebabkan oleh jilatan induk yang membersihkan anaknya. Bakteri yang terlibat Pasteurella multocida dan β-hemolytic streptococci. Lesinya berupa pustula superfisial kecil yang jarang sekali melibatkan folikel bulu dan idak menimbulkan rasa nyeri atau gatal. Pustula yang ditimbulkan mudah pecah dan meninggalkan lesi berupa epidermal collarette atau krusta berwarna kecoklatan. Biasanya penyakit ini menyerang bagian leher, kepala dan tengkuk (Dhamojono, 2001:67).


(30)

8. Superficial Folliculitis

Superficial Folliculitis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Staph intermedius, tetapi juga dapat disebabkan oleh penularan spesies lain dari Staphylococcus. Bakteri yang masuk melalui trauma lokal atau infeksi akibat kontaminasi bulu/kulit yang kotor, seborea, infestasi parasit, hormonal, iritasi lokal atau alergi. Walaupun begitu, hanya tiga macam etiologi utama dari penyakit ini yaitu : staphylococci, dermatophytes dan demodex. Penyakit ini terlihat dari gejala adanya lesi berupa kebotakan, terbentuknya sisik, dan kerak di daerah kepala dan leher yang menyerupai lesi dermatophytosis (Dhamojono, 2001:68).

9. Deep Pyoderma

Deep pyoderma merupakan infeksi kulit yang serius karena menyerang bagian kulit yang lebih dalam dari folikel bulu, yaitu dermis dan subkutan. Infeksinya dapat menimbulkan jejas luka (cicatrix). Faktor predisposisi untuk penyakit ini adalah gangguan kekebalan tubuh, lesi kulit dan folikel yang hebat, trauma gigitan atau garukan dan sebagainya), pengobatan dengan antibiotika yang salah dan pemberian kortikosteroid (Soedarto,2003:45). 10. Folliculitis

Folliculitis adalah infeksi folikel yang merusak dinding folikel bulu dan menimbulkan furunkulosis dan selulitis. Hal ini biasanya disebabkan oleh bakteri Staph intermedius, tetapi dapat pula disebabkan oleh Proteus sp., Pseudomonas sp., dan E. Coli. Penyakit ini biasanya ditandai oleh gejala adanya papula dan pustula pada folikel rambut dan terjadi di bagian wajah,


(31)

kepala dan punggung sebagai akibat sekunder dari gigitan kutu (Soedarto,2003:46).

11. Dermatophytosis

Dermatophytosis adalah infeksi kulit yang pada umumnya disebabkan oleh salah satu dari tiga spesies Dermatophytes yaitu Microsporum, Trichophyton, Epidermophyton. Walaupun organisme ini bersifat keratinofilik serta sering disertai alopesia, namun sebagian besar tidak menimbulkan pruritus. Jamur kulit yang sering menyerang anjing dan kucing antara lain adalah Microsporum canis, Microsporum gypseum dan Trychophyton mentagrophytes. Penyakit ini cukup berbahaya karena bersifat zoonosis (Soedarto,2003:48).

12. Luka Bakar

Lesi akibat panas baik superfisial ataupun di dalam (deep), sering disertai komplikasi infeksi bakteri dan sepsis. Penyebab utama adalah air panas, sentuhan dengan benda panas dan api. Kondisinya dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu sebagian dan menyeluruh. Bila gejala klinis yang ada melebihi 30% bagian tubuh, maka pada umumnya akan timbul menifestasi sistemik. Terjadi septikemia, syok, gagal ginjal, anemia dan kesulitan respirasi (Kusumawati, 2011:54).

2.6 Aplikasi Web

Pada awalnya aplikasi web dibangun dengan hanya menggunakan bahasa yang disebut HTML (HyperText Markup Langauge). Pada perkembangan berikutnya, sejumlah skrip dan objek dikembangkan untuk memperluas kemampuan HTML seperti PHP dan ASP pada script dan Apllet pada objek.


(32)

Aplikasi Web dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu aplikasi web statis dan dinamis (Firdaus, 2007:8).

Web statis dibentuk dengan menggunakan HTML. Kekurangan aplikasi seperti ini terletak pada keharusan untuk memelihara program secara terus menerus untuk mengikuti setiap perkembangan yang terjadi. Kelemahan ini diatasi oleh model aplikasi web dinamis. Pada aplikasi web dinamis, perubahan informasi dalam halaman web dilakukan tanpa perubahan program tetapi melalui perubahan data. Sebagai implementasi, aplikasi web dapat dikoneksikan ke basis data sehingga perubahan. informasi dapat dilakukan oleh operator dan tidak menjadi tanggung jawab dari webmaster.

Arsitektur aplikasi web meliputi client, web server, middleware dan basis data. Client berinteraksi dengan web server. Secara internal, web server berkomunikasi dengan middleware dan middleware yang berkomunikasi dengan basis data. Contoh middleware adalah PHP dan ASP. Pada mekanisme aplikasi web dinamis, terjadi tambahan proses yaitu server menerjemahkan kode PHP menjadi kode HTML. Kode PHP yang diterjemahkan oleh mesin PHP yang akan diterima oleh client.

2.7 Testing dan Implementasi Sistem 2.7.1 White Box Testing

White box testing terkadang disebut juga glass box testing atau clear box testing, adalah suatu metode desain test case yang menggunakan struktur kendali dari desain prosedural (Romeo, 2003:34).

Metode desain test case dari white box testing digunakan agar dapat menjamin :


(33)

1. Semua jalur yang independen / terpisah dapat dites setidaknya sekali test. 2. Semua logika keputusan dapat di tes dengan jalur yang salah atau jalur yang

benar.

3. Semua loop dapat dites terhadap batasannya dan ikatan operasional. 4. Semua struktur internal data dapat dites untuk memastikan validitasnya.

Desain uji coba white box testing pada sistem pakar ini digunakan untuk menguji setiap fungsi yang terdapat pada class-class yang ada. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui kesesuaian keluaran dari sistem pakar dengan keluaran yang dihasilkan logika dan asumsi pada desain sistem pakar.

2.7.2 Black Box Testing

Black box testing sering juga disebut sebagai behavioral testing, atau functional testing adalah sebuah metode testing yang dilakukan tanpa pengetahuan detil struktur internal dari sistem atau komponen yang dites. Black box testing berfokus pada kebutuhan fungsional pada software, berdasarkan pada spesifikasi kebutuhan dari software (Romeo, 2003:52).

Dengan adanya black box testing, perekayasa software dapat menggunakan sekumpulan kondisi masukan yang dapat secara penuh memeriksa kebutuhan fungsional pada suatu program. Desain uji coba black box testing pada sistem pakar ini digunakan untuk mengontrol dan memberikan gambaran fungsional dari sistem pakar yang dibuat. Pengujian sistem ini dengan melakukan uji coba pada tiap fitur-fitur utama yang ada pada sistem pakar.


(34)

21

Pada bab ini berisi tentang analisis dan perancangan sistem yang dibuat, yaitu mulai dari analisis permasalahan, perancangan sistem pakar, perancangan aplikasi sistem pakar, struktur tabel, desain interface dan desain uji coba.

3.1 Analisis Permasalahan

Penyakit kulit adalah salah satu jenis penyakit yang sering menyerang hewan kucing, karena kulit merupakan bagian tubuh yang melakukan kontak dengan lingkungan sekitar. Penyakit kulit dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : parasit, jamur, bakteri, virus, pengaruh nutrisi dan kondisi lingkungan. Pemelihara kucing sering terlambat dalam memberikan penanganan terhadap penyakit kulit pada kucing peliharaan, hal tersebut dikarenakan kucing yang mengalami penyakit kulit dapat terlihat normal dan para pemelihara kucing terkadang menganggap gejala awal adalah hal yang biasa terjadi pada kucing. Penyakit kulit memang dapat disembuhkan dengan memberikan penanganan secara benar, cepat dan tepat. Namun mayoritas dokter hewan spesialis anjing dan kucing di Indonesia membuka praktek di kota-kota besar saja. Hal tersebut sering menjadi kendala bagi para pemelihara kucing untuk melakukan konsultasi dan memberikan penanganan terhadap penyakit kulit.

Pada kenyataan yang ada belum tersedia sebuah sistem yang dapat menerapkan kemampuan/pengetahuan dari seorang dokter hewan spesialis anjing dan kucing dalam melakukan diagnosis penyakit kulit. Sehingga dengan adanya sistem pakar untuk mendiagnosis penyakit kulit pada kucing dapat memudahkan


(35)

petugas klinik maupun pemilik kucing dalam melakukan diagnosis penyakit kulit pada kucing, karena sistem pakar dirancang untuk menerapkan kemampuan dan pengetahuan dari seorang dokter hewan spesialis anjing dan kucing. Dalam melakukan diagnosis penyakit kulit, dokter sering kali dihadapkan oleh ketidakpastian dalam menganalisis sebuah informasi. Oleh karena itu penerapan metode certainy factor cocok untuk diterapkan dalam sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing, karena metode ini dapat mengakomodasi ketidakpastian menjadi sebuah nilai yang menggambarkan tingkat keyakinan seorang pakar (dokter hewan).

Sistem pakar yang akan dibangun merupakan sebuah aplikasi sistem pakar berbasis web, hal ini dikarenakan keberadaan dokter hewan spesialis anjing dan kucing masih jarang ditemukan pada beberapa kota. Oleh karena itu dengan mengembangkan aplikasi berbasis web dapat membantu petugas klinik (pet shop atau pet care) dan pemilik kucing secara langsung dalam melakukan diagnosis penyakit kulit pada kucing dimana saja seperti halnya sedang berkonsultasi dengan seorang dokter spesialis anjing dan kucing

3.2 Perancangan Sistem Pakar

Dalam melakukan perancangan sistem pakar ada beberapa tahap yang harus dilakukan, agar aplikasi yang dibuat dapat berfungsi sesuai dengan yang diharapkan.

3.2.1 Desain arsitektur

Desain arsitektur dapat dilihat pada Gambar 3.1 yang menggambarkan hubungan antara elemen-elemen utama dari sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing yang akan dibuat.


(36)

Gambar 3.1 Blok diagram sistem pakar penyakit kulit pada kucing

Penjelasan dari desain arsitektur untuk sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing adalah sebagai berikut:

1. User

User dalam sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing ini merupakan orang yang berperan dalam memasukkan jawaban dari pertanyaan konsultasi berupa fakta-fakta gejala yang terjadi pada kucing. Nilai dari jawaban tersebut nantinya akan diolah untuk mendapatkan suatu kesimpulan.

2. Konversi Nilai

Proses konversi nilai merupakan proses dalam melakukan konversi jawaban pertanyaan konsultasi dari user menjadi sebuah nilai tertentu yang nantinya akan diolah dalam proses inferensi.

3. Knowledge Base

Knowledge base berisi kumpulan dari fakta-fakta mengenai situasi, kondisi atau permasalahan yang ada; dan aturan-aturan yang digunakan sebagai acuan dalam menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah yang ada. Dalam sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing ini, fakta dan aturan

User

Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Kulit pada Kucing

Konversi Nilai

Knowledge Base

Output Jenis Penyakit Kulit dan Saran Pengobatan Inference


(37)

yang ada telah di desain berupa data gejala penyakit kulit, data penyakit kulit, dan data saran pengobatan terhadap penyakit kulit.

4. Inference Engine

Mesin Inferensi adalah sebuah program untuk memandu proses penalaran terhadap suatu kondisi berdasarkan pada basis pengetahuan yang ada, memanipulasi dan mengarahkan rule, model, dan fakta yang disimpan dalam knowledge base untuk mencapai solusi atau kesimpulan. Dalam sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing ini dapat dilihat dalam perhitungan certainty factor.

Proses dalam mesin inferensi ini dimulai dengan inputan jawaban pertanyaan gejala-gejala yang dialami kucing. Setelah semua pertanyaan dijawab, maka jawaban tersebut akan dikonversi dari sebuah “uncertain term” menjadi sebuah nilai CF. Nilai hasil konversi nantinya akan dikalikan dengan nilai CF rule gejala. Setelah mendapatkan hasil perkalian nilai CF gejala, maka akan dilakukan verifikasi apakah nilai tersebut harus dikombinasi untuk menghasilkan sebuah nilai atau tidak.

Setelah semua hasil perhitungan nilai CF gejala didapatkan, maka proses selanjutnya melakukan perkalian dengan nilai CF rule dari setiap penyakit kulit. Nilai CF penyakit pertama diperoleh dari perhitungan nilai CF berdasarkan CF rule penyakit pertama. Proses perhitungan nilai CF dari penyakit diawali dengan mencari nilai CF dari gejala pertama dan gejala kedua, setelah itu kedua nilai CF tersebut akan dikombinasikan. Hasil dari nilai CF kombinasi pertama nantinya akan dikombinasikan dengan nilai CF rule dari gejala berikutnya. Proses perhitungan nilai CF kombinasi akan diulang sampai dengan gejala terakhir dari


(38)

penyakit pertama. Setelah perhitungan nilai CF dari penyakit pertama selesai, maka proses perhitungan akan dilanjutkan sampai dengan penyakit terakhir. Apabila nilai semua penyakit ditemukan, maka proses perhitungan telah selesai dan akan menampilkan nilai CF dari semua penyakit kulit beserta saran pengobatan yang harus dilakukan. Gambar 3.2 dibawah ini merupakan flowchart dari mesin inferensi sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing.

Gambar 3.2 Flowchart sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing

Mulai

Hitung Nilai CF Berdasarkan CF Rule Gejala

Semua gejala terhitung?

Jawaban Pertanyaan

Konsultasi

Hitung Kombinasi Nilai CF

Hitung Nilai CF Berdasarkan CF Rule Penyakit

Hitung Kombinasi Nilai CF Tingkat Keyakinan Penyakit

Semua penyakit terhitung?

Nilai CF Penyakit Kulit

Selesai Ya Tidak

Ya Tidak


(39)

5. Output

Output merupakan hasil kesimpulan dari sistem yang menunjukkan jawaban dari gejala atau fakta mengenai penyakit kulit yang telah di input-kan. Output yang dihasilkan sistem pakar ini merupakan hasil diagnosis penyakit kulit pada kucing beserta saran pengobatan yang harus dilakukan.

3.2.2 Pengumpulan data

Untuk pengumpulan data yang diperlukan dalam menyelesaikan tugas akhir ini, ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain:

a) Pengamatan atau Observasi

Langkah pengamatan atau observasi ini dilakukan untuk mengamati dan mempelajari kondisi kegiatan dalam identifikasi penyakit kulit kucing pada dokter hewan spesialis anjing dan kucing secara langsung, sehingga mudah mengumpulkan data-data yang diperlukan guna mendukung perumusan masalah dalam Tugas Akhir ini. Informasi yang diperoleh adalah bagaimana cara melihat gejala penyakit kulit; permasalahan yang ditemui selama proses penentuan penyakit kulit; serta penggolongan penyakit kulit yang mencakup gejala yang terjadi pada kepala, tubuh dan kaki kucing.

Setelah melakukan tahap pengamatan dan observasi, pada kenyataannya belum ada suatu sistem yang mampu mengidentifikasi dan memberikan saran pengobatan terhadap penyakit kulit pada kucing. Oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem yang memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk mendiagnosis penyakit kulit pada kucing seperti halnya seorang dokter hewan spesialis anjing dan kucing.


(40)

b) Studi Literatur

Dalam pembuatan aplikasi ini meliputi beberapa tahap yang harus dilaksanakan. Langkah berikutnya setelah wawancara adalah melakukan studi literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang ada dan hal-hal yang dijadikan acuan untuk penyelesaian masalah. Beberapa teori yang berhubungan dengan penyakit kulit pada kucing, penggunaan perhitungan certainty factor dalam sistem pakar dan beberapa teori penunjang lainnya akan digunakan sebagai referensi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dari studi literatur yang dilakukan, peneliti mendapatkan jenis dan gejala dari penyakit kulit yang dapat menginfeksi kucing. Pada tabel berikut 3.1 berikut ini merupakan data jenis dari penyakit kulit pada kucing.

Tabel 3.1 Data jenis penyakit kulit

KODE NAMA PENYAKIT KULIT

PK001 Defisiensi Zinc

PK002 Defisiensi Asam Lemak

PK003 Defisiensi Protein

PK004 Defisiensi Vitamin A

PK005 Flea

PK006 Scabies

PK007 Impetigo

PK008 Superficial Folliculitis

PK009 Deep Pyoderma

PK010 Folliculitis

PK011 Canine Dermatophytosis

PK012 Feline Dermatophytosis

PK013 Luka Bakar

Sedangkan pada tabel 3.2 berikut ini berisi tentang semua gejala penyakit kulit pada kucing.

Tabel 3.2 Data jenis gejala penyakit kulit

KODE NAMA GEJALA

G001 Keratinisasi pada kepala G002 Penyisikan kulit pada kepala


(41)

KODE NAMA GEJALA G003 Hiperpigmentasi pada kepala G004 Gatal pada kepala

G005 Alopesia pada kepala

G006 Alopesia terbatas disertai erytema G007 Pengerakan kulit pada kepala G008 Penebalan dan pengerutan kulit G009 Lesi pada mata

G010 Pengerasan periorbital G011 Pengerasan kulit pada wajah G012 Pengerasan kulit pada telinga G013 Bulu pada telinga patah G014 Pustula pada kepala G015 Pustula pada wajah G016 Pustula pada dagu G017 Erytema pada telinga G018 Ketombe pada kepala G019 Adanya kutu pada kepala G020 Keratinisasi pada badan G021 Penyisikan kulit pada badan G022 Hiperpigmentasi pada badan G023 Gatal pada badan

G024 Alopesia pada badan G025 Pustula pada punggung G026 Luka bekas garukan G027 Luka bekas gigitan G028 Kekurusan

G029 Pengerakan kulit pada badan G030 Bulu pada badan patah G031 Hipergranulosis

G032 Pustula dan papula pada badan G033 Ketombe pada badan

G034 Adanya kutu pada badan G035 Pododermatitis

G036 Bulu pada kaki patah

G037 Alopesia terbatas disertai erytema G038 Pengerasan kulit pada kaki

G039 Keratinisasi pada area lain G040 Penyisikan kulit pada area lain G041 Hiperpigmentasi pada area lain G042 Alopesia pada area lain

G043 Pustula pada leher G044 Pustula pada tengkuk G045 Luka bakar

G046 Ketombe pada area lain


(42)

Dari data jenis dan gejala penyakit yang diketahui diatas, dapat dilihat hubungan dari kedua data tersebut dengan melihat Tabel 3.3 berikut yang merupakan gambaran dari hubungan antara jenis penyakit dengan gejala dari penyakit kulit.

Tabel 3.3 Hubungan gejala dengan penyakit kulit Defisiensi Zinc Defisiensi Asam Lemak Defisiensi Protein Defisiensi

Vitamin A Flea Scabies Impetigo Superficial Folliculitis Deep Pyoderma Folliculitis Canine Dermatophytosis Feline Dermatophytosis Luka Bakar Area Kepala

keratinisasi pada kepala hiperpigmentasi pada kepala

gatal pada kepala

alopesia pada kepala

alopesia terbatas disertai erytema

pengerakan kulit pada kepala

penebalan dan pengerutan kulit pengerasan periorbital

pengerasan kulit pada wajah

pengerasan kulit pada telinga

bulu pada telinga patah

pustula pada kepala

pustula pada wajah

pustula pada dagu

erytema pada telinga

ketombe pada kepala

adanya kutu pada kepala

penyisikan kulit pada kepala lesi pada mata

Area Badan

keratinisasi pada badan hiperpigmentasi pada badan

gatal pada badan

alopesia pada badan

pustula pada pungung

luka bekas garukan

luka bekas gigitan

kekurusan

pengerakan kulit pada badan

hipergranulosis

pustula dan papula pada badan

ketombe pada badan

adanya kutu pada badan

penyisikan kulit

bulu pada badan patah

Area Kaki

pododermatitis

bulu pada kaki patah

alopesia terbatas disertai erytema

pengerasan kulit pada kaki

Area Lain

keratinisasi pada area lain hiperpigmentasi pada area lain

alopesia pada area lain

pustula pada leher

pustula pada tengkuk

luka bakar

ketombe pada area lain

pustula dan papula pada area lain

penyisikan kulit pada area lain Gejala Penyakit


(43)

c) Wawancara

Pengumpulan data yang dijadikan bahan pembuatan sistem ini dilakukan dengan wawancara kepada dokter hewan spesialis anjing dan kucing, yang dalam penelitian ini dijadikan sebagai studi kasus pembuatan tugas akhir ini. Dalam tahap wawancara ini, peneliti menggali informasi mengenai segala gejala penyakit kulit pada kucing, jenis penyakit kulit pada kucing, serta cara kebutuhan nilai CF maintain yang merupakan tingkat keyakinan dari dokter hewan mengenai jenis peyakit dan gejala penyakit kulit pada kucing.

Setelah dilakukan wawancara, maka diperoleh informasi mengenai kebutuhan cara mendiagnosis dan informasi mengenai nilai CF rule dari jenis penyakit dan gejala penyakit kulit pada kucing. Pada Tabel 3.4 berikut ini merupakan tabel yang berisi uncertain term dari pakar beserta nilai yang akan digunakan dalam sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing yang diperoleh dari Drh. Naumi D.R.P.

Tabel 3.4 Nilai evidence

Uncertain Term Nilai CF Evidence

Tidak Ada -0,9

Kemungkinan Kecil -0,3

Kemungkinan Besar 0,6

Ada 0,9

Sumber : Drh. Naumi D.R.P.

Pada Tabel 3.5 berikut ini berisi nilai CF rule dari penyakit kulit, yaitu nilai yang menunjukkan tingkat keyakinan seorang pakar terhadap besarnya kontribusi dari gejala terhadap suatu penyakit kulit.


(44)

Tabel 3.5 Nilai CF rule penyakit kulit

No. Penyakit Kulit Jenis Gejala CF Rule

1 Defisiensi Zinc

(PK001)

lesi pada mata (G009) 0,80

pengerasan periorbital (G010) 0,90

kekurusan (G028) 0,40

pododermatitis (G035) 0,75

2

Defisiensi Asam Lemak

(PK002)

keratinisasi pada kepala (G001) 0,60 keratinisasi pada badan (G020) 0,80 bulu patah pada badan (G030) 0,45

hipergranulosis (G031) 0,90

keratinisasi pada area lain (G039) 0,15

3 Defisiensi Protein

(PK003)

keratinisasi pada kepala (G001) 0,65 hiperpigmentasi pada kepala (G003) 0,75 keratinisasi pada badan (G020) 0,70 hiperpigmentasi pada badan (G022) 0,80 keratinisasi pada area lain (G039) 0,15 hiperpigmentasi pada area lain (G041) 0,20

4 Defisiensi Vitamin A

(PK004)

keratinisasi pada kepala (G001) 0,85 keratinisasi pada badan (G020) 0,75 keratinisasi pada area lain (G039) 0,15

5 Flea

(PK005)

gatal pada kepala (G004) 0,60

adanya kutu pada kepala (G019) 0,90

gatal pada badan (G023) 0,80

adanya kutu pada badan (G034) 0,90

6 Scabies

(PK006)

gatal pada kepala (G004) 0,80

penebalan dan pengerutan kulit (G008) 0,75 bulu pada telinga patah (G013) 0,85 ketombe pada kepala (G018) 0,60 ketombe pada badan (G033) 0,65

7 Impetigo

(PK007)

pustula pada kepala (G014) 0,70 pustula pada leher (G043) 0,80 pustula pada tengkuk (G044) 0,80

8

Superficial Folliculitis (PK008)

penyisikan kulit pada kepala (G002) 0,70 alopesia pada kepala (G005) 0,80 pengerakan kulit pada kepala (G007) 0,80 penyisikan kulit pada badan (G021) 0,50 penyisikan kulit pada area lain (G040) 0,20 alopesia pada area lain (G042) 0,20 ketombe pada area lain (G046) 0,20

9 Deep Pyoderma

(PK009)

gatal pada badan (G023) 0,60

luka bekas garukan (G026) 0,80 luka bekas gigitan (G027) 0,50


(45)

No. Penyakit Kulit Jenis Gejala CF Rule

10 Folliculitis

(PK010)

pustula pada wajah (G015) 0,70

pustula pada dagu (G016) 0,30

pustula pada punggung (G025) 0,75

11

Canine

Dermatophytosis (PK011)

alopesia pada kepala (G005) 0,60 pengerakan kulit pada kepala (G007) 0,50 bulu pada telinga patah (G013) 0,75 alopesia pada badan (G024) 0,70 pengerakan kulit pada badan (G029) 0,75 bulu pada badan patah (G030) 0,75 pustula dan papula pada badan (G032) 0,80 bulu pada kaki patah (G036) 0,60 pustula dan papula di area lain (G047) 0,25

12

Feline

Dermatophytosis (PK012)

alopesia disertai erytema (G006) 0,80 pengerasan kulit pada wajah (G011) 0,80 pengerasan kulit pada telinga (G012) 0,80 bulu pada telinga patah (G013) 0,60 erytema pada telinga (G017) 0,65 bulu pada badan patah (G030) 0,45 bulu pada kaki patah (G036) 0,60 alopesia disertai erytema (G037) 0,65 pengerasan kulit pada kaki (G038) 0,75

13 Luka Bakar (PK013) luka bakar (G045) 0,90

Sumber : Drh. Naumi D.R.P

Pada Tabel 3.6 berikut ini berisi nilai CF rule dari gejala yang diperoleh dari hasil wawancara dengan drh. Naumi D.R.P.

Tabel 3.6 Nilai CF rule gejala penyakit kulit

No. Gejala Pertanyaan CF Rule

1 Keratinisasi pada kepala P001 0,98

P002 0,98

2 Penyisikan kulit pada kepala P003 1,00

3 Hiperpigmentasi pada kepala P004 1,00

4 Gatal pada kepala P005 1,00

5 Alopesia pada kepala P006 1,00

6 Alopesia terbatas disertai erytema P007 1,00

7 Pengerakan kulit pada kepala P008 1,00

8 Penebalan dan pengerutan kulit P009 1,00


(46)

No. Gejala Pertanyaan CF Rule

10 Pengerasan periorbital P011 1,00

11 Pengerasan kulit pada wajah P012 1,00

12 Pengerasan kulit pada telinga P013 1,00

13 Bulu pada telinga patah P014 1,00

14 Pustula pada kepala P015 1,00

15 Pustula pada wajah P016 1,00

16 Pustula pada dagu P017 1,00

17 Erytema pada telinga P018 1,00

18 Ketombe pada kepala P019 0,96

19 Adanya kutu pada kepala P020 0,98

20 Keratinisasi pada badan P021 0,98

P022 0,98

21 Penyisikan kulit pada badan P023 1,00

22 Hiperpigmentasi pada badan P024 1,00

23 Gatal pada badan P025 1,00

24 Alopesia pada badan P026 1,00

25 Pustula pada punggung P027 1,00

26 Luka bekas garukan P028 1,00

27 Luka bekas gigitan P029 1,00

28 Kekurusan P030 1,00

29 Pengerakan kulit pada badan P031 1,00

30 Bulu pada badan patah P032 1,00

31 Hipergranulosis P033 1,00

32 Pustula dan papula pada badan P034 0,98

33 Ketombe pada badan P035 0,96

34 Adanya kutu pada badan P036 0,98

35 Pododermatitis P037 1,00

36 Bulu pada kaki patah P038 1,00

37 Alopesia terbatas disertai erytema P039 1,00

38 Pengerasan kulit pada kaki P040 1,00

39 Keratinisasi pada area lain P041 0,98

P042 0,98

40 Penyisikan kulit pada area lain P043 1,00

41 Hiperpigmentasi pada area lain P044 1,00

42 Alopesia pada area lain P045 1,00

43 Pustula pada leher P046 1,00

44 Pustula pada tengkuk P047 1,00

45 Luka bakar P048 1,00

46 Ketombe pada area lain P049 0,96

47 Pustula dan papula pada area lain P050 0,98


(47)

3.2.3 Perhitungan certainty factor dengan nilai dari pakar

Perhitungan nilai certainty factor dengan nilai yang diberikan oleh pakar akan menghasilkan suatu informasi yang lebih tepat daripada melakukan spekulasi dengan cara penentuan nilai certainty factor menggunakan rumus. Sebagai contoh perhitungan certainty factor dari nilai yang diberikan oleh seorang pakar akan sedikit dijelaskan dengan menggunakan contoh permasalahan berikut :

Data gejala pada tiap jenis penyakit kulit pada kucing. 1. Penyakit Kulit Defisiensi Zinc

Gejala Nilai CF

Pengerasan periorbital 0,90

Lesi pada mata 0,80

Kekurusan 0,40

Pododermatitis 0,75

2. Penyakit Kulit Deep Pyoderma

Gejala Nilai CF

Gatal pada badan (G023) 0,60

Luka bekas garukan (G026) 0,80

Luka bekas gigitan (G027) 0,50

3. Penyakit Kulit Flea

Gejala Nilai CF

Gatal pada kepala 0,60

Adanya kutu pada kepala 0,90

Gatal pada badan 0,80

Adanya kutu pada badan 0,90

Berdasarkan beberapa sampel atau data diatas, sistem pakar akan mengolah data tersebut sehingga akan menghasilkan sebuah kesimpulan. Data akan dihitung berdasarkan jenis penyakit kulit kulit. Perhitungan certainty factor akan menggunakan rumus kombinasi rule yang terdapat pada certainty factor di bab II (rumus no.3).


(48)

Penjelasan berikut ini merupakan gambaran dari proses diagnosis, pemilihan jawaban pertanyaan mengenai gejala akan mempengaruhi hasil diagnosis.

No. Konsultasi Tidak Ada

Kemungkinan Kecil

Kemungkinan

Besar Ada

1 Pertanyaan 1 √

2 Pertanyaan 2 √

3 Pertanyaan 3 √

... ... ...

50 Pertanyaan 50 √

Dari data konsultasi yang dijawab oleh pengguna, maka akan dilakukan perhitungan untuk mengetahui prosentase jenis penyakit kulit :

1. Penyakit Kulit Defisiensi Zinc

CF(CF1, CF2) = (0,48 + -0,27) / (1 - 0,27) = 0,29 (CF Kombinasi 1) 0,29 + 0,36 * (1 - 0,29) = 0,54 (CF Kombinasi 1, CF3) 0,54 + 0,45 * (1 - 0,54) = 0,75 (CF Kombinasi 2, CF4)

► 0,75 * 100 % = 75 % 2. Penyakit Kulit Deep Pyoderma

CF(CF1, CF2) = 0,36 + 0,72 * (1 - 0,36) = 0,82 (CF Kombinasi 1) 0,82 + 0,45 * (1 - 0,82) = 0,90 (CF Kombinasi 1, CF3)

► 0,90 * 100 % = 90 % 3. Penyakit Kulit Flea

CF(CF1, CF2) = (0,54 + -0,26) / (1 - 0,26) = 0,37 (CF Kombinasi 1) 0,37 + 0,72 * (1 - 0,37) = 0,82 (CF Kombinasi 1, CF3) 0,82 + 0,53 * (1 - 0,82) = 0,92 (CF Kombinasi 2, CF4)


(49)

3.3 Perancangan Aplikasi Sistem Pakar 3.3.1 System Flow

System flow merupakan suatu gambaran aliran kerja yang menggambarkan alur kerja dari sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing dengan menggunakan simbol-simbol tertentu. Dengan adanya system flow ini penganalisa dapat menginformasikan jalannya suatu sistem dan dapat memahami sistematika aplikasi sistem pakar ini dengan mudah. Dalam system flow aplikasi sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing terdapat tiga pengguna aplikasi yaitu pengguna dengan hak akses sebagai admin dan user, serta pemilik kucing secara langsung (guess). Berikut ini akan dijelaskan system flow yang terdapat pada aplikasi sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing.

a) System flow maintain data pengguna

System flow maintain data pengguna ini menggambarkan tentang proses pengelolaan data pengguna aplikasi yang dilakukan oleh pengguna yang memiliki hak akses sebagai admin. Proses ini diawali dengan masuk ke dalam aplikasi, setelah melakukan login, pengguna dengan hak akses sebagai admin dapat memasukkan data pengguna baru dan mengubah data pengguna yang sudah terdaftar. Untuk mendaftarkan pengguna baru, admin harus mengisikan username, password dan hak akses yang akan diberikan. Setelah data pengguna selesai dimasukkan admin dapat menyimpan data pengguna aplikasi ke dalam tabel user. System flow proses maintain data pengguna dapat dilihat pada Gambar 3.3 berikut ini.


(50)

Gambar 3.3 System flow maintain data pengguna

b) System flow maintain data pemilik dan kucing

System flow maintain data pemilik dan kucing menggambarkan tentang pengelolaan data pemilik dan kucing yang dilakukan oleh pengguna yang memliki hak akses sebagai admin dan user. Proses pengelolaan data pemilik dan kucing dilakukan ketika pengguna telah melakukan proses login. Aplikasi akan menampilkan data pemilik dan kucing yang tersimpan, apabila pemilik kucing belum terdaftar maka pengguna dapat memasukkan data pemilik dan kucing.

System Flow Maintain Data Pengguna

Admin Sistem

P

h

ase

username dan password valid?

Validasi username dan password

Ya

Selesai

MU1 Tidak

Registrasi Pengguna

T. User Mulai

MU1

Username dan password

MU2 MU2

Data pengguna baru?

Update Pengguna

Data Pengguna

Simpan data Pengguna Data

Pengguna


(51)

Selain itu pengguna juga dapat menambahkan data kucing baru apabila pemilik kucing yang terdaftar memiliki kucing lebih dari satu. Proses maintain data pemilik dan kucing dapat dilihat pada Gambar 3.4 berikut ini.

Gambar 3.4 System flow maintain data pemilik dan kucing

c) System flow maintain data nilai CF rule

System flow maintain data nilai CF rule menggambarkan tentang pengelolaan data nilai CF rule yang merupakan nilai dari pengetahuan seorang pakar yang dilakukan oleh pengguna yang memiliki hak akses sebagai admin. Proses maintain data nilai CF rule dapat dilihat pada Gambar 3.5 berikut ini.

System Flow Maintain Data Pemilik dan Kucing

Admin Sistem

P

h

ase

Mulai

T. Pemilik T. Kucing

username dan password valid? Validasi username dan

password

Ya

T. User

MPK1 Tidak MPK1

Username dan password

Update Data?

Selesai

Ya

Data pemilik

Simpan perubahan Tampilkan data

pemilik

Data Pemilik

Tambahkan Kucing? Tidak

Data Kucimg

Simpan Data Kucing Ya Tidak

MPK3


(52)

Gambar 3.5 System flow maintain data nilai CF rule

d) System flow registrasi pemilik dan kucing

System flow registrasi pemilik dan kucing menggambarkan tentang proses pendaftaran pemilik dan kucing yang dilakukan oleh pengguna yang memliki hak akses sebagai admin dan user. Proses registrasi ini dilakukan sebelum pemilik dan kucing melakukan konsultasi kepada petugas klinik. System flow untuk registrasi pemilik dan kucing dapat dilihat pada Gambar 3.6 berikut ini.

System Flow Maintain CF Rule

Admin Sistem

P

h

ase

Mulai

T. Rule Gejala

T. Rule Penyakit

user dan password valid?

Validasi user dan password

Ya

Memilih data gejala dan penyakit

T. User

Selesai

MC1 Tidak

Data yang dipilih Menampilkan data

yang dipilih

CF Rule

Simpan data CF Rule

T. Rule Gejala

T. Rule Penyakit MC1

Username dan password


(53)

Gambar 3.6 System flow registrasi pemilik dan kucing

e) System flow diagnosis penyakit

System flow untuk diagnosis menggambarkan proses yang terjadi dalam diagnosis penyakit kulit. Proses ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu diagnosis yang dilakukan di klinik yang dilakukan oleh admin maupun user dan diagnosis yang dilakukan secara langung oleh pemilik kucing. Untuk diagnosis yang dilakukan oleh petugas klinik diawali dengan proses login oleh pengguna yang memiliki hak akses sebagai admin maupun user. Setelah melakukan login, pengguna memilih data pemilik dan kucing yang akan diperiksa. Setelah itu pengguna menjawab pertanyaan yang diberikan oleh sistem sesuai dengan fakta yang terjadi pada kucing yang diperiksa. Setelah semua pengisian jawaban pertanyaan selesai

System Flow Registrasi Pemilik dan Kucing

Pengguna Sistem

P

h

ase

Mulai

T. Pemilik

T. Kucing Simpan Data

username dan password valid? Validasi username dan

password

T. User

R1 Tidak R1

Username dan password

Registrasi

Data pemilik dan data kucing


(54)

dilakukan, pengguna dapat menekan tombol analisa dan kemudian sistem akan melakukan perhitungan nilai berdasarkan jawaban dari pengguna berdasarkan dengan nilai-nilai CF rule dari gejala dan penyakit, kemudian sistem akan menampilkan kesimpulan mengenai penyakit kulit yang diderita oleh kucing dan menampilkan saran pengobatan yang harus dilakukan.

Sedangkan umtuk proses diagnosis yang dilakukan secara langsung oleh pemilik kucing bertujuan agar pemilik kucing dapat mengetahui penyakit kulit yang diderita oleh kucing sebelum melakukan konsultasi ke klinik atau dokter hewan. Proses diagnosis yang dilakukan oleh pemilik kucing hampir sama dengan diagnosis yang dilakukan oleh admin dan user, hanya saja pemilik kucing tidak perlu melakukan login ke dalam aplikasi untuk melakukan diagnosis. System flow untuk diagnosis penyakit kulit pada kucing dapat dilihat pada Gambar 3.7 berikut ini.


(55)

Gambar 3.7 System flow diagnosis

System Flow Diagnosis Penyakit Kulit

Pengguna Sistem P h ase Mulai T. Penyakit T. Gejala Melakukan Diagnosis Penyakit Menampilkan Hasil Diagnosis Hasil Diagnosis Jawaban Pertanyaan Konsultasi T. Pemilik

Simpan Hasil Diagnosis

T. Diagnosis T. Detail Diagnosis

Membuat Laporan Hasil Diagnosis Penyakit Kulit dan Saran Pengobatan

T. Penyakit

Laporan Hasil Diagnosis dan Saran Pengobatan

T. Kucing Menampilkan Pertanyaan Konsultasi Pertanyaan Konsultasi username dan password valid? Validasi username dan

password Ya T. User Selesai D1 Tidak D1 T. Pertanyaan

T. Rule Gejala

T. Rule Penyakit Username dan

password

Memilih data pemilik dan kucing


(56)

f) System flow membuat laporan histori konsultasi

System flow membuat laporan histori konsultasi menggambarkan tentang proses membuat laporan dari hasil konsultasi yang telah dilakukan. Laporan histori konsultasi yang akan dibuat berdasarkan data konsultasi yang telah dipilih oleh pengguna admin dan user. Proses membuat laporan histori konsultasi dapat dilihat pada Gambar 3.8 berikut ini.

Gambar 3.8 System flow membuat laporan histori konsultasi

System Flow Membuat Laporan Histori Konsultasi

Admin Sistem

P

h

ase

T. Diagnosis

T. Detail Diagnosis

username dan password valid?

Validasi username dan password

Ya

Memilih data konsultasi

T. User

Selesai

D1 Tidak

Cetak laporan histori konsultasi

Histori Konsultasi

Laporan Histori Konsultasi Menampilkan data konsultasi yang dipilih

Mulai D1

Username dan password


(57)

3.3.2 Data Flow Diagram

A. Diagram berjenjang

Diagram berjenjang untuk sistem yang akan dibangun dapat dilihat pada Gambar 3.9 dibawah ini.

Gambar 3.9 Diagram berjenjang

B. Context diagram

Pada context diagram sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing ini terdapat tiga buah entitas eksternal, yaitu admin, user dan guess. Pada sistem ini, pengguna user memberikan input kepada sistem berupa data kucing dan pemilik, dan data jawaban berupa fakta-fakta dari gejala yang terjadi pada kucing. Selain itu user akan mendapatkan output dari sistem berupa laporan hasil diagnosis, dan data pemilik dan kucing untuk melakukan update data. Untuk pengguna admin memberikan input berupa data user, data pertanyaan, data gejala, data penyakit. Sedangkan guess memberikan masukan berupa data jawaban berupa fakta-fakta dari gejala yang terjadi pada kucing Kemudian output yang didapatkan dari sistem adalah hasil diagnosis dan laporan histori konsultasi.

Sistem Pakar Diagnosis Penyakit

Kulit Pada Kucing 0 Maintain Data 1 Diagnosis 2 Membuat Laporan 3 Maintain Data Pengguna 1.1 Maintain Data Pemilik 1.3 Laporan Diagnosis 3.1 Laporan Histori Konsultasi 3.2 Maintain Data Kucing 1.4 Maintain Data Nilai CF rule

1.5

Registrasi Pemilik dan Kucing


(58)

Gambar 3.10 adalah gambar context diagram diagnosis penyakit kulit pada kucing.

Gambar 3.10 Context diagram

C. DFD level 0

Sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing ini mempunyai 3 subsistem, yaitu maintain data, diagnosis dan membuat laporan. Subsistem maintain data memiliki fungsi untuk maintain data pemilik dan kucing yang akan melakukan diagnosis pada sistem. Subsistem diagnosis memiliki fungsi untuk menyediakan suatu form pertanyaan yang harus dijawab oleh pengguna yang sebelumnya telah di input-kan ke dalam sistem oleh admin, output dari proses ini akan menghasilkan data hasil diagnosis dan data detail diagnosis. Subsistem membuat laporan berfungsi untuk mengolah hasil diagnosis yang telah dihasilkan

Data Kucing Dipilih Data Pemilik Dipilih

Hasil Diagnosis Pertanyaan Jawaban Pertanyaan

Data Nama Kucing Data Nama Pem ilik

Laporan Histori Konsultasi

Laporan Histori Konsultasi Data CF Rule Penyakit Data CF Rule Gejala

Data CF Rule Gejala Data CF Rule Penyakit

Data User

Histori Konsultasi Dipilih Data User Laporan Diagnosis

Data Kucing Data Pemilik Pertanyaan Konsultasi

Jawaban Konsultasi

Data Pemilik

Data Kucing

0

Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Kulit Pada Kucing

+

user

admin guess


(59)

menjadi suatu laporan, output dari subsistem ini menghasilkan dua output, yaitu laporan hasil diagnosis dan laporan histori konsultasi. Dalam sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing ini terdapat 12 buah tabel. DFD level 0 ini dapat dilihat pada Gambar 3.11 berikut ini.

Gambar 3.11 DFD level 0

[Data Kucing Dipilih] [Data Pem ilik Dip ilih]

Histori Konsultas i Dipilih

Data Detail Dibaca Data Detail Disimpan

Data Diagnosis Dibaca Data Diagnosis Disim pan [Jawaban Pertanyaan]

[Hasil Diagnosis] [Pertanyaan]

[Data Nam a Pem ilik] [Data Nam a Kucing]

[Laporan Histori Konsultasi] Data Kucing Dilih at

Data Pertanyaan Dibaca Data Gejala Dibaca Data Penyakit Dibaca

Data Pemilik Dibaca Data Kucing Dibaca

Data Diagnosis Dibaca Data Detail Dibaca

Data Detail Disimpan Data Diagnosis Disim pan Data Pemilik Dilihat

CF Rule Gejala Dibaca CF Rule Penyakit Dibaca

CF Rule Gejala Dilihat

CF Rule Gejala Disimpan CF Rule Gejala Dirubah CF Rule Penyakit Dilihat

CF Rule Penyakit Dirubah CF Rule Penyakit Disim pan Data Pemilik Dirubah Data Pemilik DIsimpan Data Kucing Dirubah

Data Kucing Disimpan

Data User Dibaca

Data User Disim pan

[Laporan Histori Konsultasi] [Data CF Rule Pe nyakit]

[Data CF Rule Gejala]

[Data CF Rule Gejala] [Data CF Rule Pe nyakit]

[Data User]

[Histori Konsultasi Dipilih] [Data User]

[Laporan Diagnosis]

[Data Kucing] [Data Pem ilik] [Pertanyaan Konsultasi]

[Jawaban Konsultasi] [Data Pem ilik]

[Data Kucing] user user user user user user user admin admin admin admin admin admin admin admin 1 Maintain Data + 2 Diagnosis + 3 Membuat Laporan +

1 Tabel User 2 Tabel Kucing

3 Tabel Pemilik 7 Tabel Rule

Penyakit 8 Tabel Rule

Gejala 4 Tabel Penyakit

5 Tabel Gejala 6 Tabel Pertanyaan

9 Tabel Diagnosis 10 Tabel Detail Diagnosis user user guess guess guess guess guess 11 Tabel Guess 12 Tabel Detail Guess user user


(1)

134

Dari perhitungan berdasarkan data-data nilai yang berada di dalam tabel 4.14 diperoleh nilai CF akhir yang menunjukkan tingkat keyakinan dari penyakit kulit Flea adalah sebesar 92%.

4.4.2 Tingkat akurasi aplikasi

Keakuratan dari informasi yang dihasilkan suatu sistem sangat diharapkan dan ini tentu tidak terlepas dari dari data-data yang diproses oleh sistem serta metode yang diterapkan pada sistem tersebut. Sehingga data yang dihasilkan sistem dapat diketahui akurasinya serta dapat menghindari terjadinya kesalahan informasi yang dihasilkan sistem.

Tabel 4.15 berikut ini merupakan tabel yang berisi rekapitulasi dari hasil diagnosis yang telah diuji cobakan pada 12 kucing yang mengalami gangguan penyakit kulit yang melakukan konsultasi pada klinik hewan Moii Pet care untuk menunjukkan ketepatan aplikasi.

Tabel 4.15 Rekapitulasi data uji coba diagnosis

No. Nama Pemilik Nama

Kucing

Diagnosis

Dokter Diagnosis Sistem Hasil

1 Catharina E. Mimi Deep Pyoderma Deep Pyoderma (90%) Tepat

2 Marina Ichi Scabies Scabies (95%) Tepat

3 Novella M. Pippo Flea Flea (96%) Tepat

4 Anjelir D.L. Blusky Defisiensi Zinc Defisiensi Zinc (72%) Tepat

5 Eka Dahlia N. Cimo Flea Flea (75%) Tepat

6 Dhanesvara G. Boni Scabies Scabies (72%) Tepat

7 Indri W. Inu Defisiensi Zinc Defisiensi Zinc (92%) Tepat

8 Prayoga Rio Luka Bakar Luka Bakar (81%) Tepat

9 Renita A. Motty Defisiensi Asam

Lemak

Defisiensi Vitamin A (80%) Defisiensi Asam Lemak (71%)

Kurang Tepat


(2)

No. Nama Pemilik Nama Kucing

Diagnosis

Dokter Diagnosis Sistem Hasil

11 Widya Miko Superficial

Folliculitis Superficial Folliculitis (72%) Tepat

12 Fatwa Ihya A. Mochi Flea Flea(89%) Tepat

Pada diagnosis nomor 9 aplikasi memberikan hasil diagnosis yang berbeda dengan hasil diagnosis dokter. Prosentase hasil diagnosis aplikasi menempatkan hasil diagnosis dokter pada tingkat terbesar kedua. Walaupun terdapat perbedaan hasil diagnosis dari aplikasi dengan diagnosis dokter, hasil diagnosis aplikasi tetap menunjukkan hasil diagnosis yang dilakukan oleh dokter. Dimana perbedaan dua nilai hasil diagnosis menggunakan aplikasi hanya berbeda Dari tabel rekapitulasi diatas, dapat diketahui tingkat akurasi sistem pakar untuk mendiagnosis penyakit kulit pada kucing dengan menggunakan perhitungan berikut ini.

Akurasi Sistem = (Jumlah data tepat / Jumlah seluruh data) * 100% = (11 / 12) * 100%

= 0,916 * 100% = 91,6%

Dari perhitungan akurasi diatas, dapat diketahui nilai alurasi sistem pakar diagnosis untuk mendiagnosis penyakit kulit pada kucing adalah sebesar 91,6%. 4.4.3 Pemanfaatan aplikasi

Manfaat yang diberikan aplikasi sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing antara lain dapat memudahkan petugas klinik dan pemilik kucing dalam melakukan diagnosis penyakit kulit, serta dapat memberikan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh petugas klinik seperti dapat mengetahui hasil diagnosis penyakit kulit dengan tepat dan dapat melihat histori konsultasi dari


(3)

136

kucing yang diperiksa. Bagi pemilik kucing dapat melakukan diagnosis dan melihat alamat lokasi dokter hewan atau klinik sebagai rujukan untuk membeli obat dan memberikan penanganan lebih lanjut terhadap gangguan penyakit kulit dalam tingkatan parah.

Dalam saran pengobatan yang dihasilkan oleh sistem pakar, pemilihan cara pengobatan dan penentuan jenis dan dan dosis obat tetap memerlukan bantuan dari dokter hewan. Hal tersebut dikarenakan tindakan pengobatan dan pemberian obat pada kucing harus disesuaikan dengan kondisi penyakit yang dialami oleh kucing.


(4)

137 5.1Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil implementasi dan evaluasi pada bab sebelumnya adalah sebagai berikut :

1. Sistem pakar ini dapat mengidentifikasi penyakit kulit berdasarkan gejala-gejala yang tampak pada kucing menggunakan metode certainty factor. 2. Sistem pakar untuk diagnosis penyakit kulit pada kucing telah berhasil

diimplementasikan dengan menggunakan metode certainty factor pada 12 kucing yang mengalami gejala penyakit kulit di klinik Moii Pet Care, dimana 11 kucing mendapatkan hasil yang sesuai dengan diagnosis dokter hewan. Dengan demikian sistem ini memiliki ketepatan diagnosis sebesar 91,6%, sehingga sistem pakar ini dapat dioperasikan oleh pihak klinik dan pemilik kucing sebagai alat bantu dalam mendiagnosis penyakit kulit pada kucing. 3. Sistem pakar untuk diagnosis penyakit kulit ini juga dapat memberikan suatu

saran pengobatan berdasarkan jenis penyakit kulit yang dialami oleh kucing.

5.2Saran

Dalam pengembangan aplikasi sistem pakar untuk mendiagnosis penyakit kulit pada kucing, terdapat beberapa saran yang membangun bagi penulis untuk mengembangkan aplikasi selanjutnya. Beberapa saran antara lain:

1. Sistem pakar ini dapat dikembangkan dengan menerapkan rule gejala dan penyakit yang dinamis, sehingga dapat menambahkan rule baru apabila terdapat penambahan jenis gejala dan penyakit kulit.


(5)

138

2. Sistem ini dapat dikembangkan dengan menambahkan solusi pengobatan dalam bentuk terapi yang telah diberikan, sehingga langkah tersebut dapat membantu proses dokumentasi dalam penanganan penyakit kulit.


(6)

139

DAFTAR PUSTAKA

Dharmojono. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Veteriner. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Firdaus. 2007. 7 Jam Belajar Interaktif PHP & MySQL dengan Dreamweaver. Palembang: Maxikom.

Jusak. 2007. Buku Pengantar Kuliah Sistem Pakar. Surabaya: Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Teknik Komputer (STIKOM Surabaya). Kusrini. 2006. Sistem Pakar : Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: ANDI OFFSET. Kusumadewi, S. 2003. Artificial Intelligence : Teknik dan Aplikasinya.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kusumawati, D. 2011. Buku Ajar Penyakit Kulit Anjing dan Kucing. Surabaya: AUP.

Pradika, A. 2012. Sistem Pakar untuk Mendiagnosis Gangguan Jiwa Skizofrenia Menggunakan Metode Fuzzy Expert System. Surabaya: Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Teknik Komputer (STIKOM Surabaya). Romeo. 2003. Buku Materi STIKOM Surabaya : Testing dan Implementasi

Sistem. Surabaya: Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Teknik Komputer (STIKOM Surabaya).

Soedarto. 2003. Zoonosis Kedokteran. Surabaya: Airlangga University Press. Sutojo, T., Mulyanto, E., Suhartono, V. 2010. Kecerdasan Buatan. Yogyakarta: