LKP : Proses Pengolahan Editing Berita (Pasca-Produksi) di LPP TVRI D.I. Yogyakarta.

(1)

i

PROSES PENGOLAHAN EDITING BERITA

(PASCA-PRODUKSI) DI LPP TVRI D.I. YOGYAKARTA

Oleh

Nama

: Yohana Dwi Astuti

NIM

: 09.51016.0017

Program Studi

: DIV Komputer Multimedia

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA &

TEKNIK KOMPUTER

SURABAYA

2012

STIKOM


(2)

iv

Media informasi saat ini sudah sangat beragam. Mulai dari media cetak hingga media yang bersifat visual. Televisi merupakan salah satu media informasi visual yang digemari masyarakat umum. Televisi yang baik itu bersifat menghibur tapi juga mengedukasi. Salah satu tayangan yang bersifat edukasi dan menginformasi yaitu program acara berita.

TVRI merupakan pencetus dunia pertelevisian. Karena TVRI merupakan televisi pertama yang ada di Indonesia. TVRI secara umum bersifat mengedukasi. Program-program yang ditampilkan banyak berisi informasi yang penting, begitu juga program acara berita yang ditayangkan.

Program acara berita bisa berhasil berkat dukungan seluruh kru dan wartawan yang terkait. Proses pra-produksi, produksi, dan pasca-produksi merupakan serangkaian proses yang berkesinambungan. Namun proses yang paling menentukan hasil akhir dari sebuah tayangan berita adalah proses pasca-produsi.

Kata kunci : Berita Televisi, TVRI, Pasca-Produksi

STIKOM


(3)

vii

COVER ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Batasan Masalah ... 4

1.4. Tujuan ... 4

1.5. Manfaat ... 5

1.6. Pelaksanaan ... 5

1.7. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1. Pengertian Komunikasi Massa ... 8

2.2. Televisi Sebagai Salah Satu Media Massa ... 9

2.3. Program Acara Televisi ... 11

2.4. Berita (News) ... 14

2.4.1. Jenis-Jenis Berita ... 17

STIKOM


(4)

viii

2.4.4. Membuat Berita Dan Menciptakan Berita ... 22

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA ... 24

3.1. Metodologi ... 24

3.1.1. Teknik Pengumpulan Data ... 24

1. Observasi ... 24

2. Studi Pustaka ... 25

3. Dokumentasi ... 25

3.1.2. Analisa Data ... 25

3.2. Metode Perancangan ... 26

3.3. Proses Pembuatan Berita ... 26

3.3.1. Pra-Produksi ... 27

3.3.2. Produksi ... 28

1. Peliputan ... 28

3.3.3. Pasca-Produksi ... 28

1. Membuat Naskah ... 28

2. Dubbing ... 29

3. Editing Berita ... 29

4. Playlist ... 29

5. Produksi Penyiaran Berita ... 29

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 30

4.1. Profil LPP TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta ... 30

4.2. Gedung LPP TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta ... 30

STIKOM


(5)

ix

4.5. Visi Misi LPP TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta ... 36

4.5.1. Visi ... 36

4.5.2. Misi ... 36

4.6. Tujuan Penyiaran TVRI ... 37

4.7. Tujuan dan Sasaran ... 37

4.8. Tugas TVRI Sebagai Publik ... 37

4.9. Struktural LPP TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta ... 38

4.10. Pola Siaran LPP TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta ... 39

4.11. Program Acara LPP TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta ... 40

4.11.1. Berita Jogja ... 40

4.11.2. Yogyawarta ... 42

4.11.3. Yogya Weekend ... 43

4.11.4. Dunia Anak ... 44

4.11.5. Angkringan ... 45

4.12. Ruangan LPP TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta ... 47

4.12.1. News Room ... 48

4.12.2. Studio ... 49

4.12.3. Control Room and Master Contor Room ... 50

4.12.4. Editing Room ... 52

4.12.5. Dubbing Room ... 53

4.12.6. Camera Store ... 53

STIKOM


(6)

x

5.2. Capture Video ... 55

5.3. Pembuatan Naskah ... 56

5.4. Dubbing ... 58

5.5. Editing Berita ... 59

5.6. Pembuatan Grafis Berita ... 61

5.7. Playlist ... 62

5.8. Siaran Berita ... 63

5.9. Dokumentasi ... 66

BAB VI PENUTUP ... 67

6.1. Kesimpulan ... 67

6.2. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN ... 70

STIKOM


(7)

xi

Gambar 3.1 Bagan Tahapan Proses Pembuatan Berita ... 26

Gambar 4.1 Foto Gedung TVRI Jogja ... 30

Gambar 4.2 Logo TVRI ... 35

Gambar 4.3 Logo TVRI Jogja ... 35

Gambar 4.4 Berita Jogja di Studio 3 (News Centre) ... 41

Gambar 4.5 Yogyawarta di Studio 3 (News Centre) ... 43

Gambar 4.6 Jogja Weekend di Studio 3 (News Centre) ... 44

Gambar 4.7 Dunia Anak di Studio 1... 45

Gambar 4.8 Angkringan di Studio 1 ... 46

Gambar 4.9 Ruangan Berita ... 48

Gambar 4.10 Studio 3 (News Centre) ... 49

Gambar 4.11 Ruangan Kontrol... 50

Gambar 4.12 Ruangan Editing Berita ... 52

Gambar 4.13 Ruang Dubbing ... 53

Gambar 5.1 Reporter Melakukan Wawancara dengan Narasumber ... 54

Gambar 5.2 Pengambilan Gambar Berita Oleh Juru Kamera ... 55

Gambar 5.3 Proses Capture Video... 55

Gambar 5.4 Proses Dubbing Berita ... 58

Gambar 5.5 Software Sony Sound Forge 8.0 Untuk Dubbing Berita ... 59

Gambar 5.6 Proses Editing Berita ... 60

Gambar 5.7 Grafis Berita ... 61

Gambar 5.8 Proses Penyusunan Playlist ... 62

STIKOM


(8)

xii

Gambar 5.11 Kameramen Mengambil Gambar Presenter ... 64 Gambar 5.12 PD Mengontrol Jalannya Siaran Berita... 65 Gambar 5.13 Operator Mengatur Grafis yang Ditampilkan ... 65

STIKOM


(9)

xiii

Tabel 4.1 Struktur organisasi TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta ... 38 Tabel 4.2 Tabel Pola Siaran TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta ... 40 Tabel 5.1 Pembuatan Naskah Oleh Reporter TVRI ... 57

STIKOM


(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Televisi dapat didefinisikan sebagai media massa yang menampilkan sebuah tayangan yang berupa gambar dan suara dari jarak jauh. Media massa dianggap sebagai media perluasan manusia dan bahwa media yang berbeda-beda mewakili pesan yang berbeda-beda pula. Media telah menyatu dalam kehidupan manusia secara lebih cepat daripada sebelumnya, juga memperpendek jarak diantara bang-sa. Pengaruh media dengan adanya kemajuan teknologi menjadi sangat dahsyat bagi umat manusia.

Media televisi telah berkembang seiring berjalannya waktu. Berkaitan dengan sejarah perkembangan televisi di Indonesia, Morissan (2004:3) mengungkapkan:

“Sejak pemerintah Indonesia membuka Televisi Republik Indonesia (TVRI) pada tanggal 24 Agustus 1962 maka selama 27 tahun penonton televisi di Indonesia hanya dapat menonton satu saluran televisi. Pada tahun 1989 pemerintah memberikan ijin operasi kepada kelompok Bimantara untuk membuka stasiun televisi TPI yang merupakan televisi pertama di Indonesia, disusul kemudian dengan RCTI, SCTV, Indosiar, dan ANTV. Sejak tahun 2000 muncul secara serentak lima televisi swasta baru yaitu Metro TV, Trans TV, TV-7, Lativi dan Global TV serta beberapa stasiun televisi daerah antara lain Jawa TV, Bali TV, dan Riau TV”

Disaat stasiun televisi swasta mulai berkembang dengan pesatnya dan bersaing satu sama lain, stasiun televisi pemerintah pertama TVRI masih dapat bersaing dengan stasiun televisi swasta lainnya. Ini membukikan bahwa TVRI

STIKOM


(11)

masih diminati masyarakat luas. TVRI Nasional mempunyai konsep edukasi, memberikan pelayanan informasi, pelayanan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat. Sehingga seiring berjalannya waktu, semakin banyak di bangun stasiun televisi TVRI di beberapa daerah lain guna mengembangkan potensi masing-masing daerah yang ada.

TVRI Stasiun D.I Yogyakarta merupakan TVRI stasiun daerah pertama kali yang berdiri di tanah air, yakni tahun 1965. Pertama berdiri di Yogyakarta berlokasi di Jalan Hayam Wuruk, tepatnya saat TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta dipimpin oleh Kepala Stasiun yang pertama yakni IR. Dewabrata. Konon, untuk mendirikan Menara Pemancar, dibangun dari bahan bambu. Selanjutnya, di tahun 1970 menara pemancar TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta menempati lokasi baru di Jalan Magelang Km. 4,5 Yogyakarta, seluas 4 hektar, sampai dengan gedung TVRI saat ini. Dengan mengusung konsep penyiaran yang sama, TVRI Yogyakarta masih bisa eksis dan diminati rakyat Yogyakarta, Jawa Tengah dan sekitarnya sampai dengan sekarang.

Pada tanggal 10 Maret 2010 hingga sekarang, TVRI Stasiun D.I Yogyakarta mulai siaran dari pukul 15.00-21.00 WIB dengan menyajikan program-program siaran lokal daerah saja. Program-program siaran daerah ini banyak sekali mulai dari program kebudayaan anak, acara talkshow, program angkringan atau acara lawakan khas Jawa Tengah, hingga program berita yang meliputi daerah Yogyakarta dan sekitarnya.

STIKOM


(12)

Stasiun televisi biasanya menyajikan program berita sebagai bagian dari acara berkalanya, yang disiarkan pada hari dan waktu tertentu. Acara berita bisa berlangsung selama beberapa detik hingga beberapa jam dengan menyajikan perkembangan terbaru peristiwa lokal/regional atapun internasional (Wikipedia, 2012). Program berita yang disiarkan oleh TVRI Stasiun D.I Yogyakarta ini terdiri dari tiga bahasa yang berbeda, yaitu dalam Bahasa Jawa dalam program Yogyawarta, Bahasa Inggris dalam program Jogja Destination, dan Bahasa Indonesia dalam program Berita Jogja. Meskipun disajikan dalam bahasa dan durasi yang berbeda-beda, namun ketiga program ini mempunyai bobot berita yang sama pentingnya.

Layak atau tidaknya tayangan suatu program berita tidak dapat dipisahkan dari bagaimana proses pengemasan berita itu sendiri, mulai dari proses pra-produksi, pra-produksi, hingga pasca-produksinya. Semua proses memang menentukan bagaimana tayangan berita itu nantinya, namun pada umumnya proses pasca-produksilah yang sangat menentukan hasil akhirnya. Pasca-produksi atau yang biasa kita sebut dengan proses editing sangat penting dalam sebuah tayangan berita. Banyak hal yang harus di perhatikan dalam proses ini, misalnya pengeditan video, pemberian efek khusus, pengoreksian warna, hingga memberikan instrumen musik yang pas sehingga dapat membawa penonton ke suasana yang diinginkan, dan menyesuaikan VO (Voice Over) atau suara seseorang yang menjelaskan kronologi peristiwa yang terjadi dengan potongan gambar dalam naskah yang sudah diatur berurutan (Wikipedia, Pasca produksi, 2012).

STIKOM


(13)

Dengan segala penjabaran yang telah diuraikan diatas maka dibuatlah sebuah laporan yang akan menjadi bagian dari hasil kerja praktik yang telah dilakukan dan berjudul “Proses Pengolahan Editing Berita (Pasca-Produksi) di LPP TVRI Stasiun D.I Yogyakarta”. Diharapkan dengan laporan ini mampu menjadi media informasi pembelajaran bagi masyarakat umum tentang penyiaran sebuah berita di TVRI Stasiun D.I Yogyakarta.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalahnya yaitu bagaimana proses pengolahan editing berita (pasca-produksi) di TVRI Yogyakarta?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah yang akan disampaikan penulis hanya dalam lingkup pasca produksi berita di LPP TVRI Yogyakarta. Beberapa hal yang akan dibahas adalah menulis naskah berita, pengisian suara berita, editing gambar berita, produksi program berita di lapangan hingga program berita di tayangkan di televisi.

1.4 Tujuan

Tujuan dari Kerja Praktik ini adalah agar dapat memberikan wawasan baru kepada penulis mengenai hal-hal dalam proses produksi program berita televisi.

STIKOM


(14)

1.5 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari hasil Kerja Praktik ini adalah: 1. Bagi Penulis

a. Untuk mengimplementasikan ilmu yang sudah diperoleh selama belajar di program Studi DIV Komputer Multimedia STIKOM Surabaya.

b. Untuk menjadi sarana tolak ukur antara ilmu yang diperoleh dari program Studi DIV Komputer Multimedia STIKOM dalam dunia pekerjaan.

c. Untuk menjadi sarana mahasiswa belajar bertanggung jawab terhadap penyelesaian tugas yang diberikan.

2. Bagi Perusahaan

a. Hasil kerja penulis dapat dimuat di pemberitaan LPP TVRI Yogyakarta. 3. Bagi Masyarakat

a. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat umum mengenai proses pemberitaan yang dilaksanakan oleh LPP TVRI Yogyakarta.

1.6 Pelaksanaan

Kerja Praktik ini dilakukan di LPP TVRI Yogyakarta yang terletak di Jalan Magelang km. 4,5 Yogyakarta, selama 30 hari terhitung sejak tanggal 01 Juli 2012 s.d 31 Juli 2012. Kerja Praktrek dilakukan setiap hari Senin s.d Sabtu pada setiap minggunya. Sejak pukul 10.00 WIB s.d 18.00 WIB.

STIKOM


(15)

1.7Sistematika Penulisan

Laporan kerja praktik ini terbagi dari berbagai bab dimana masing-masing bab terdiri dari berbagai sub-sub bab yang bertujuan dapat menjelaskan pokok-pokok bahasan dalam penyusunan laporan ini. Adapun sistematika penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat, pelaksanaan, dan sistematika pembahasan. BAB II: LANDASAN TEORI

Dalam bab ini II membahas macam-macam teori dasar proses produksi berita TV yang meliputi rapat redaksi, editor naskah berita, editor gambar, produksi program berita.

BAB III: METODE PERANCANGAN

Pada Bab III ini akan di jelaskan tentang metode penelitian yang sesuai yang akan digunakan selama pelaksanaan Kerja Praktik dan digunakan untuk mendukung metode perancangan karya

BAB IV: GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Pada Bab IV ini akan dijabarkan tentang gambaran umum perusahaan yang meliputi profil perusahaan, riwayat singkat, visi, misi, susunan struktur organisasi, fasilitas-fasilitas yang disediakan dan juga berbagai program berita televisi yang telah ditayangkan secara berkala.

STIKOM


(16)

BAB V: IMPLEMENTASI KARYA

Bab V ini berisi tentang penjabaran mengenai deskripsi pekerjaan yang dikerjakan selama pelaksanaan kerja praktik. Menjelaskan beberapa sistematika pengolahan berita, dimana nantinya sitematika ini dapat digunakan dalam proses pembuatan berita.

BAB VI: PENUTUP

Pada Bab VI ini dikemukakan mengenai kesimpulan dan saran dari kerja praktik yang telah di selesaikan untuk kemajuan penulis dan kemajuan perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka berisi tentang daftar referensi yang digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan Kerja Praktik, bisa berupa buku, koran, majalah, e-book dan lain-lain.

STIKOM


(17)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi massa sering dipahami sebagai “komunikasi Berhadapan dengan Massa” atau ”Komunikasi berhadapan dengan orang banyak”. Dalam disiplin komunikasi, komunikasi massa selalu dimengerti sebagai “Komunikasi Melalui Media Massa” atau komunikasi dengan menggunakan media massa”, jika kita menyebut media massa, biasanya ditunjuk adalah surat kabar, majalah, dan tabliod, yang dikelompokkan ke dalam media cetak atau radio, dan televisi yang disebut media elektronik

Komunikasi massa diadopsi dari bahasa Inggris mass communication yang berarti berkomunikasi dengan media massa atau mass mediated. Komunikastor tidak bertatapan langsung dengan khalayak. Little John mendefinisikan media massa sebagai “suatu proses dengan mana organisasi-organisasi media memproduksi dan mentransmisikan pesan-pesan kepada publik yang besar, melalui proses dimana pesan-pesan itu dicari, digunakan, dimengerti, dan dipengaruhi oleh audience”. Ini artinya, proses produksi dan transmisi pesan dalam komunikasi massa sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan kepentingan audiens (Mursito, 2006: 3).

STIKOM


(18)

2.2 Televisi Sebagai Salah Satu Media Massa

Secara umum, televisi bisa dikatakan sebagai media yang paling luas dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Hal ini dibuktikan oleh data dari pendidikan jurnalisme TV, Universitas Indonesia tahun 2004 yang menyebutkan jumlah televisi yang beredar di Indonesia saat itu mencapai angka 30 Juta. Jumlah tersebut diperkirakan terus mengalami peningkatan signifikan dari tahun ke tahun. Bukti itu kemudian diperkuat oleh data Nielsen Media Research, yang pada tahun 2004 menyebutkan; penetrasi media televisi di Indonesia mencapai 90,7%, sedangkan radio 39%, suratkabar 29,8%, majalah 22,4%, internet 8,8%, dan orang menonton bioskop sebesar 15%. Singkatnya, televisi sudah menjadi bagian dari sebagian besar kehidupan masyarakat Indonesia. Perkembangan keberadaannya telah jauh melampaui media lain (Effendy, 1997: 148).

Televisi begitu digemari masyarakat Indonesia, hal ini karena sebagai media audio visual, televisi tidak membebani banyak syarat bagi audience-nya. Setiap orang dari berbagai tingkat usia, pendidikan, status sosial dan ekonomi dapat menikmatinya tanpa perlu keahlian khusus. Tidak seperti media cetak yang mengharuskan konsumennya untuk dapat membaca. Ditambah pula, budaya lisan yang akrab dengan bangsa Indonesia cenderung lebih dekat dengan budaya audio visual ketimbang budaya membaca. Sehingga praktis, masyarakat Indonesia lebih memilih media audio visual daripada menggunakan media cetak atau suara. Televisi dapat menyajikan pesan/objek yang sebenarnya termasuk hasil dramatisir secara audio visual dan unsur gerak (live) dalam waktu bersamaan (broadcast). Pesan yang dihasilkan televisi dapat menyerupai benda/objek yang sebenarnya. Sehingga efek yang diakibatkan media ini sungguh memeras

STIKOM


(19)

perhatian kebanyakan indera kita. Semakin banyak indera yang dilibatkan dalam suatu proses komunikasi, mengakibatkan komunikasi menjadi semakin efektif. Bahkan kini, televisi sudah menjadi bagian dari kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Hal ini karena kegiatan menonton televisi bukanlah aktivitas soliter, sendiri dan terpisah dari aktivitas lainnya. Sebaliknya, menonton televisi merupakan aktivitas sosial yang jalin-menjalin dengan tanggung jawab dan tugas-tugas rutin pengelolaan rumah tangga sehari-hari (Kris, 2002). Sehingga seseorang tetap dapat melakukan kegiatan sehari-hari sambil tetap menikmati tayangan televisi. Seperti digambarkan oleh Don De Lillo, dalam bukunya berjudul White Noise (1985) “Untuk sebagian besar orang, hanya ada dua tempat terpenting di dunia, yaitu tempat mereka hidup dan tempat televisi diletakkan“ (Garin, 1995).

Dilihat dari sisi masyarakat, naiknya pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan, dan daya beli masyarakat Indonesia mengakibatkan media komunikasi elektronik ini nampak semakin terjangkau. Kini memiliki televisi sama halnya dengan memiliki setrika atau lemari. Televisi bukan merupakan barang mewah lagi. Hal ini didukung oleh produsen-produsen televisi yang tidak henti-hentinya melakukan ekspasi pasar secara besar-besaran. Televisi dibuat dengan berbagai tipe, ukuran, dan harga yang bermacam-macam. Ia dapat dengan mudah diperoleh di toko-toko elektronik dekat rumah kita.

Salah satu unsur penting lain yang tidak dapat dilepaskan dari meningkatknya penggunaan teknologi penyalur informasi dengar pandang ini dalam masyarakat Indonesia adalah keberadaan stasiun televisi sebagai penyedia jasa komunikasinya. Hal ini karena, tanpa stasiun televisi, televisi tidak lebih dari

STIKOM


(20)

sekedar barang rongsokan. Keduanya saling melengkapi. Acara televisi yang menarik akan secara otomatis membuat orang ingin menonton televisi. Ini artinya, kebutuhan informasi masyarakat melalui televisi pada dasarnya ada pada jenis program acara yang disajikan oleh stasiun stasiun televisi yang mengudara. Program acara televisi pertama yang dibuat di Indonesia adalap pada saat stasiun televisi pertama di Indonesia, Televisi Republik Indonesia (TVRI) mengudara pada 24 Agustus 1962 yaitu pembukaan pesta olahraga se-Asia (ASEAN GAMES) ke IV yang berlangsung di Senayan.

Pada tahun 1989, muncullah stasiun televisi baru yakni Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Berbeda dengan TVRI yang dikelola oleh pemerintah dan menjadi televisi publik, RCTI muncul sebagai stasiun televisi pertama yang bersifat komersial dan dikelola oleh swasta. Pada era selanjutnya mulai muncul banyak televisi seperti Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Andalas Televisi (ANTeve). Hingga kini terdapat setidaknya 9 stasiun televisi swasta nasional dan beberapa televisi lokal yang berada di daerah-daerah. Bahkan, Indonesia memilki banyak stasiun televisi swasta nasional lebih banyak daripada negara maju seperti Amerika & Inggris. Hal ini membuat arus informasi yang ada di lingkungan nasional jutru bukan didominasi Negara namun justru didominasi oleh pihak swasta.

2.3 Program Acara Televisi

Kemunculan sejumlah stasiun televisi tersebut menandai era komunikasi audio visual di Indonesia sudah dimulai. Dalam kurun waktu 10 tahun ini, jam siar televisi yang dulu terbatas, kini hampir semua stasiun televisi mengudara

STIKOM


(21)

selama 24 jam nonstop. Otomatis, selama itu, begitu banyak acara televisi telah diproduksi. Mulai dari berita, drama, kuis, talkshow, reality show, dan sebagainya. Semakin hari, format acara televisi semakin bervariasi.

Format acara televisi adalah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreativitas dan desain yang akan terbagi dalam berbagai cerita utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut. Format acara televisi ini yang menjadi dasar pembuatan suatu program (Naratama, 2006: 63)

Jenis program acara televisi dapat dibedakan berdasarkan format teknis atau berdasarkan isi. Format teknis merupakan format-format umum yang menjadi acuan terhadap bentuk program televisi. Berdasarkan isi, program televisi berbentuk berita dapat dibedakan antara lain berupa program hiburan, drama, olahraga, dan agama. Adanya program acara televisi disebabkan karena adanya stasiun televisi. Berbagai macam program acara mereka tawarkan demi menarik perhatian pemirsanya.

Program acara televisi itu banyak sekali ragam dan jenisnya. Mulai dari talk show, kuis interaktif, musik, film, sinetron, dokumenter, kajian agama, kompetisi olah raga, kesehatan, rubrik kecantikan, tata boga dan lain sebagainya. Kesemuanya disiarkan dengan format struktur tertentu dan saling melengkapi. Setiap stasiun televisi berlomba-lomba menampilkan penayangan yang paling maksimal guna memperoleh perhatian pemirsanya sehingga dapat menduduki rating tertinggi. Karena memang, di dunia pertelevisian rating bagaikan malaikat pencabut nyawa yang siap sewaktu-waktu menjadi diktator dan penguasa terhadap keberlangsungan sebuah acara televisi.

STIKOM


(22)

Setiap stasiun televisi memiliki strategi tersendiri dalam mengatur jam tayang acara yang dimilikinya sesuai dengan waktu kebutuhan pemirsa pada umumnya. Pengaturan penayangan program televisi di sebuah stasiun televisi biasanya diatur oleh bagian pemrograman siaran atau bagian perencanaan siaran. Pada umumnya, pihak perencanaan siaran mengatur jadwal penayangan satu program televisi berdasarkan perkiraan kecendrungan menonton peminat program tersebut. Misalnya, pengaturan jadwal tayang siaran berita di pagi hari disesuaikan dengan kecenderungan peminat penonton siaran berita karena masyarakat biasanya membutuhkan berita/informasi terbaru di pagi hari sebelum beraktifitas atau berangkat bekerja. Tak lepas dari perhatian stasiun televisi dalam mengatur jam tayang yang sesuai dengan waktu kebutuhan pemirsanya, genre, etika dan tingkatan usia pun juga wajib di perhatikan menyangkut bahwa televisi merupakan media penyiaran yang sangat berperan dan bisa dikatakan paling mudah pengaruhnya terhadap terciptanya proses persepsi dan opini masyarakat umum.

Terlepas dari betapa penting peran televisi bagi kesejahteraan bangsa Indonesia adalah bahwa kesemua acara televisi tersebut berfungsi untuk membentuk mental dan moral bangsa Indonesia menjadi lebih baik dari sebelumnya untuk menghadapi era globalisasi yang semakin maju dan bersaing ketat. Program acara televisi pun di bagi menjadi dua, yaitu program acara berita dan program acara non berita. Tidak semua acara non berita selalu bersifat menghibur, begitu juga sebaliknya.

STIKOM


(23)

2.4 Berita (news)

Menurut Prof. Mitchel V. Charnley, berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang penting atau menarik minat, atau kedua duanya, bagi sejumlah besar orang. Menurut Paul D. Maessenner, news adalah sebuah informasi yg baru tentang suatu peristiwa yang penting dan menarik perhatian serta minat pendengar dan menurut Curtis Beckmann, berita adalah laporan atas opini atau peristiwa yang penting bagi sejumlah besar khalayak. Berita yang besar adalah liputan opini atau peristiwa yang sangat dibutuhkan pula bagi khalayak. Dari ketiga pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa berita adalah laporan atau informasi terbaru mengenai fakta atau opini yang menarik perhatian khalayak umum. Dengan demikian produksi berita memiliki arti suatu proses memberdayakan sumber-sumber yang tersedia dengan cara meningkatkan nilai kegunaan atau faedah untuk menghasilkan laporan atau informasi terbaru mengenai fakta atau opini yang menarik perhatian khalayak umum.

Berita dapat diperoleh dari internet, satelit televisi , koran, radio, melalui telepon orang-orang penting (polisi, pemadam kebakaran, dll), pengamat berita, radio, masukan dari pekerja di stasiun televisi tersebut (Ted White, 2002: 139-144). Berita-berita yang diangkat bisa menyangkut berbagai macam hal, seperti berita internasional, politik, ekonomi, sosial budaya, hukum, pertahanan, keamanan, dan sebagainya. Nilai berita sangat tergantung pada beberapa pertimbangan sebagai berikut:

1. Timeliness

Timeliness berarti waktu yang tepat. Memilih berita harus sesuai dengan waktu yang dibutuhkan masyarakat / pemirsa. Jadi, jangan sampai terlambat.

STIKOM


(24)

2. Proximity

Proximity berarti kedekatan. Kedekatan di sini maknanya bervariasi, seperti kedekatan lokasi, ras, profesi, kepercayaan, kebudayaan maupun kepentingan lainnya. Kedekatan menjadi daya tarik berita.

3. Prominence

Prominence artinya orang yang terkemuka. Semakin seseorang terkenal, semakin bernilai berita mengenainya.

4. Consequence

Consequence berarti segala tindakan atau kebijakan, peraturan, perundang-undangan, yang dapat berakibat merugikan atau menyenangkan orang banyak. Jadi sebuah kebijakan akan menjadi bahan berita yang tidak hanya berhenti sampai disajikannya berita lahirnya kebijakan tesebut, tetapi masih akan berkembang lebih lanjut.

5. Conflict

Conflict (konflik) memiliki nilai berita yang sangat tinggi karena konflik adalah bagian dalam kehidupan. Di sisi lain, berita sangat berhubungan dengan peristiwa kehidupan.

6. Development

Development (pembangunan) merupakan materi berita yang cukup menarik apabila reporter yang bersangkutan mampu mengulasnya dengan baik. Tentu saja menyangkut berita keberhasilan dan kegagalan pembangunan.

7. Disaster Crimes

Disaster (bencana) dan Crimes (kriminal) adalah dua peristiwa berita yang pasti akan mendapatkan tempat bagi para pemirsa atau penonton. Berita semacam ini

STIKOM


(25)

jika disiarkan melalui media televise bahkan akan berpengaruh lebih kuat dibandingkan melalui media cetak.

8. Weather

Weather (cuaca) dapat berubah dari menit ke menit sehingga membtuhukan perhatian extra bagi masyarakat yang akan berkegiatan di luar. Jadi, berita tentang cuaca mendapat perhatian khusus bagi masyarakat.

9. Sport

Semakin berprestasi seseorang dalam dunia olahraga akan semakin kaya pula orang tersebut. Misalnya pebasket Michael Jordan, petenis Roger Federer, pesepakbola David Beckham. Mereka adalah oranng kaya dari hasil prestasi olahraganya. Karena itu olahraga menjadi bagian yang sangat menarik dalam pemberitaan.

10. Human Interest

Kisah-kisah yang dapat membangkitkan emosi manusia seperti lucu, dramatis, aneh, dan ironis merupakan peristiwa menarik dari segi human interest. Karena itu, human interest adalah berita yang dapat menyentuh perasaan, pendapat, dan pikiran manusia.

Menurut Morissan dalam bukunya berjudul Jurnalistik Televisi Mutakhir, selain mempertimbangkan news value, televisi memiliki standar prioritas dalam memilih berita, antara lain: berita lokal, berita nasional, berita internasional

2.4.1 Jenis-Jenis Berita

Dalam bukuyang berjudul Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik (Effendy, 2006: 83)menyebutkan bahwa beberapa jenis berita yang ada yaitu:

STIKOM


(26)

1. Warta Berita (Straight Newscast)

Yaitu jenis berita yang merupakan laporan tercepat mengenai suatu peristiwa yang terjadi di masyarakat.

2. Pandangan Mata (One The Spot Telecast)

Jenis berita ini merupakan salah satu kekuatan sekaligus daya tarik televisi dalam dalam menyaingi pemberitaan media cetak dewasa ini. Laporan pandangan mata (LPM) disebut juga sebagai siaran langsung dari tempat terjadinya peristiwa (on the spot reporting).

3. Wawancara Udara (Interview on The Air)

Pemberitaan semacam ini adalah wawancara yang dilakukan antara pewawancara (interviewer) dengan terwawancara (interviewee).

4. Komentar (Comentary)

Adalah uraian yang bersifat analisis dengan titik tolak suatu fakta yang telah disiarkan sebelumnya pada program straight newscast. Karena sifatnya analisis, komentar kadang dinamakan analisis dan orang yang menyampaikan disebut comentator dan analyst.

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan, ternyata, sebuah berita televisi pun tidak jauh berbeda dengan berita di media cetak. Dalam Warta Berita (Straight Newscast), sebuah informasi yang di beritakan merupakan berita tercepat mengenai suatu peristiwa, sehingga dalam penyampaiannya pun harus singkat, tetapi juga harus jelas. Di dalam Pandangan Mata (One The Spot Telecast) sebuah berita di tayangkan secara lebih mendalam, dan kandungan informasinya pun lebih lengkap.

STIKOM


(27)

Dalam Wawancara Udara (Interview on The Air) ada proses tanya jawab antara reporter dengan nara sumber. Dalam wawancara ini, diperlukan persiapan yang matang, agar proses wawancara di atas tidak berlangsung secara kaku. Dalam Komentar (Comentary), berita yang disajikan bersifat analisis, berita dalam bentuk komentar ini, merupakan sebuah kesimpulan dari berita-berita yang bersifat straight newscast.

2.4.2 Nilai dan Kualitas Berita

Tidak semua kejadian bisa dijadikan berita, suatu kejadian, baru bisa dijadikan berita bila kejadian atau peristiwa di atas memiliki nilai berita. Menurut Mencher dalam bukuBaksin, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik (Baksin, 2006: 50) membagi nilai berita menjadi tujuh bagian yaitu:

1. Timeless

Timeless: Event that are immediate recent Artinya, kesegaran waktu. Peristiwa yang baru-baru ini terjadi atau actual.

2. Impact

Impact: Event that are likely to effect many people Artinya, suatu kejadian yang dapat memberikan dampak terhadap orang banyak.

3. Prominence

Prominance: Event involving well-known people or Institutions. Artinya suatu kejadian yang mengandung nilai keanggunan bagi seorang maupun lembaga.

STIKOM


(28)

4. Proximity

Proximity: Events geographically or emotionally close to the reader, viewer or listener. Artinya suatu peristiwa yang ada kedekatannya dengan seseorang baik secara geografis maupun emosional.

5. Conflict

Conflict: Events that’s reflect clashes between people or intitusions. Artinya suatu peristiwa atau kejadian yang mengandung pertentangan antara seseorang, masyarakat atau lembaga.

6. The unsual

The unsual: Events that deviate sharply from the expected and the experience of every day life. Artinya suatu kejadian atau peristiwa yang tidak biasanya terjadi dan merupakan pengecualian dari pengalaman sehari-hari.

7. The Currency

The Currency: Events and situasions that are being talked about. Artinya hal-hal yang sedang menjadi bahan pembicaraan orang banyak.

Sedangkan untuk mengukur kualitas berita (the qualities of news) menurut Charnly, dalam buku Baksin, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik (Baksin, 2006: 51) adalah sebagai berikut:

1. Accurate

Accurrate: All information is verifed before is used Artinya sebelum berita itu disebar luaskan harus di cek dahulu kelipatannya.

STIKOM


(29)

2. Properly attribute

Properly attribute: The reporter identifies his or her source of information.

Artinya semua saksi atau narasumber harus punya kapabilitas untuk memberikan kesaksian atau informasi tentang yang diberitakan.

3. Balanced and Fair

Balanced and Fair: All sides in a controversy are given. Artinya bahwa semua narasumber harus digali informasinya secara seimbang.

4. Objective

Objective: The news writer does not inject his or her Artinya penulis beritaq harus objektif sesuai dengan informasi yang didapat dari realitas, fakta dan narasumber.

5. Brief and focused

Brief and focused: The news story gets to the point quickly. Artinya materi berita disusun secara ringkas, padat dan langsung sehingga mudah dipahami. 6. Well written

Well written: Stories are clear, direct, interesting. Artinya kisah berita jelas, langsung dan menarik.

Dari beberapa point di atas, jelas sekali bahwa suatu berita haruslah memiliki kualitas. Berita adalah kejadian yang bersifat nyata atau berupa fakta, oleh karena itu, kualias sebuah berita bisa diukur melalui ketepatan isi dari berita di atas.

STIKOM


(30)

2.4.3 Persiapan meliput berita

Muda dalam buku yang ditulisnya Jurnalistik televisi, menjadi reporter profesional (Muda, 2003: 100-102) menjelaskan berbagai persiapan yang dilakukan sebelum meliput berita yaitu:

Kewajiban seorang reporter adalah harus mendapatkan data terinci yang cukup agar dapat menuliskan laporannya secara padat, singkat, dan akurat. Apabila terjadi kekurangan data, maka seorang reporter haruslah punya inisiatif untuk memperoleh informasi di atas. Jangan hanya menggantungkan pada satu sumber informasi saja. Informasi dapat diperoleh melalui laporan tv lain, radio, humas dan lain-lain, tetapi jangan hanya dari satu sumber.

Beberapa perlengkapan penting seperti buku catatan, komputer notebook

(jika punya) dan tape recorder kecil harus selalu bersama kemanapun seorang reporter bertugas. Setiap wawancara yang dilakukan reporter selain merekam melalui kamera sebagai bahan soundbite, juga perlu direkam melalui audio tape rekorder kecil.

Reporter dalam tim liputan berita juga berperan sebagai produser atau pimpinan produksi, karena itu ia adalah orang yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan liputan. Keberhasilan berita bukan hanya bergantung pada bobot materi berita, tetapi juga adanya persiapan peralatan dan juru kameranya. Maka darai itu reporter harus membekali dirinya dengan materi yang diliput, ia juga harus mengecek kesiapan juru kamera berikut peralatannya. Reporter juga harus memberitahu juru kamera tentang materi apa yang akan diliput dan siapa saja yang rencananya akan diwawancarai. Juru kamera tidak boleh pasif, tetapi harus

STIKOM


(31)

punya ide dan gagasan terhadap materi yang sedang diliputnya. Ini merupakan

team work.

Dari pemaparan di atas, dapat di simpulkan bahwa sebelum reporter melakukan reportase di lapangan bersama tim nya, ia harus mempersiapkan semua hal-hal yang dibutuhkan selama proses reportase berlangsung. Persiapan yang matang bisa membuat kegiatan reportase berjalan dengan lancar.

2.4.4 Membuat berita dan menciptakan berita

Dalam proses penyajian sebuah berita terdapat perbedaan antara membuat berita dan menciptakan berita. Baksin dalam buku yang ditulisnya Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik (Baksin, 2006: 139) menjelaskan perbedaan di atas yaitu:

1. Membuat berita:

Adalah reportase di lapangan tentang hal-hal yang sudah ditentukan terlebih dahulu, seperti undangan, presss conference atau liputan terencana lainnya yang tematis. Istilah lain reportase model ini adalah liputan yang sudah direncanakan.

2. Menciptakan berita:

Adalah reportase di lapangan tentang hal-hal yang tak terduga atau belum direncanakan lebih dulu, seperti kecelakaan lalu lintas, bencana alam, dan kejadian tak terduga lainnya.

STIKOM


(32)

Dari penjelasan di atas, bisa dikatakan bahwa, ada dua cara dalam memproduksi sebuah berita, yaitu dengan cara membuat berita, dan dengan cara menciptakan berita. Dalam proses membuat berita, bahan beritanya sudah ditentukan terlebih dahulu, sedangkan dalam proses menciptakan berita, bahan berita yang digunakan adalah kejadian yang sifatnya mendadak dan tidak ditentukan terlebih dahulu.

STIKOM


(33)

16

BAB III

METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA

Pada bab 3 ini, menjelaskan tentang metode yang digunakan dan proses perancangan karya dalam proses pengolahan editing berita (pasca produksi) di LPP TVRI D.I. Yogyakarta.

3.1 Metodologi

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam pembuatan laporan ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang deskriptif yang berisi tentang data-data pengamatan dimana terdapat catatan lapangan dan dokumentasi berupa foto-foto. Dimana dengan penggunaan kualikatif ini perlu adanya penekanan pentingnya kedekatan dengan narasumber dan situasi penelitian, agar peneliti memperoleh pemahaman jelas tentang realitas dan kondisi kehidupan nyata di tempat pelaksanaan Kerja Praktik.

3.1.1 Teknik Pengumpulan Data

Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam perancangan karya ini adalah:

1. Observasi

Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan data serta berbagai hal yang dibutuhkan dalam proses penelitian.

STIKOM


(34)

2. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan metode pencarian dan pengumpulan data dengan cara mencari referensi, literatur atau bahan-bahan teori yang diperlukan dari berbagai sumber wacana yang berkaitan dengan perancangan karya.

Studi pustaka dalam perancangan karya ini yaitu dengan cara pengumpulan data melalui internet, mencari buku-buku yang membahas penyiaran televisi, serta buku-buku tentang Jurnalistik.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang bersifat fakta dan data yang tersimpan dalam bentuk surat-surat, catatan harian, laporan, foto, dan sebagainya (www.menulisproposal.blogspot.com). Sehingga dengan metode dokumentasi dinilai otentik dan bisa digunakan menjadi barang bukti yang jika diperlukan untuk membuktikan keaslian proses Kerja Praktik yang dilakukan. Dokumentasi dalam karya ini yaitu dengan mengabadikan lokasi gedung TVRI, studio berita, peralatan dan perlengkapan yang ada didalamnya, serta berbagai moment yang di lalui, misalnya saat sedang liputan.

3.1.2 Analisa Data

Proses analisa data dimulai dari mencari data-data melalui sumber-sumber terutama hasil observasi dan dokumentasi kemudian didukung dengan menggunakan studi kepustakaan. Sumber dari internet juga digunakan hanya un-tuk menambah referensi data dan pengambilan data mengenai perusahaan.

STIKOM


(35)

Kemudian, data-data tersebut dipelajari kembali dan dikelompokkan agar dapat ditarik sebuah kesimpulan. Jika terdapat data yang belum dimasukkan, maka dil-akukan ulang pengumpulan data, pengelompokan dan penarikan kesimpulan hingga seluruh data lengkap dan tepat.

3.2 Metode Perancangan

Dibalik satu program berita yang sudah tayang di televisi tentu ada sebuah rangkaian proses yang panjang didalamnya. Proses pengerjaannya dapat digam-barkan dalam bentuk bagan pada gambar 3.1 ini.

Gambar 3.1 Bagan Tahapan Proses Pembuatan Berita

3.3 Proses Pembuatan Berita

Proses produksi pembuatan berita harus dilakukan sesuai dengan SOP (Standard Operating Procedure) dimana produksi mempunyai konten audio visual lainnya seperti film dan televisi. Sejumlah tahapan yang umum dalam

STIKOM


(36)

industri audio visual untuk menghasilkan audio dan visual yang sesuai standard, tahapan itu meliputi Pra-Produksi, Produksi, dan Pasca-Produksi. Untuk membuat sebuah tayangan sesuai standard, maka idealnya tahapan-tahapan ini harus dilakukan secara berurutan (www.jurnalturisku.blogspot.com).

3.3.1 Pra Produksi

Sebelum sampai di layar kaca di rumah, perjalanan sebuah program berita relatif rumit, panjang dan melibatkan banyak orang. Melihat kemungkinan terjadinya penyimpangan informasi yang sangat tinggi, karena prosesnya yang panjang, pemantauan di setiap tahapan menjadi sangat penting. Cek dan ricek adalah hal wajib bagi penanggung jawab program. Proses penyajian berita ini bisa berbeda dari stasiun televisi satu dengan lainnya. Namun secara ringkas proses pertama dalam perjalanan pembuatan berita adalah ide peliputan.

Ide peliputan muncul dalam sebuah rapat tim produksi. Rapat yang terdiri dari produser program serta koordinator liputan. Rapat ini berkenaan dengan berita apa yang akan ditayangkan esok hari, liputan apa yang harus dicari serta rencana narasumber yang akan dihubungi untuk keperluan berita. Selain berita terkonsep yang telah dirapatkan namun tidak menutup kemungkinan berita dadakan dari peristiwa tidak terduga seperti kecelakaan dan bencana alam dan juga bisa ditayangkan.

STIKOM


(37)

3.3.2 Produksi

Segala sesuatu yang dilakukan wartawan di lapangan merupakan proses dari pembuatan berita. Proses produksi pembuatan berita dilakukan dengan cara:

1. Peliputan

Peliputan dilakukan dilapangan dengan mengacu pada ide yang telah disepakati oleh tim produksi kemudian dikerjakan oleh reporter dan cameramen. Perkembangan di lapangan akan terus dipantau, untuk memastikan ketersediaan materi saat siaran.

3.3.3 Pasca Produksi

Segala sesuatu yang dilakukan di dalam ruangan setelah tahap peliputan merupakan proses pasca-produksi berita. Pada tahapan pasca produksi ini perlu dilakukan beberapa hal, yaitu:

1. Membuat Naskah

Proses pembuatan naskah berita dilakukan oleh reporter dan akan dikoreksi kembali oleh produser sebelum akhirnya di cetak, karena naskah ini akan digunakan sebagai acuan untuk proses selanjutnya. Beberapa berita yang telah sampai ditangan produser yang kemudian dipilih dan dimasukkan kedalam Run down, selanjutnya akan mengalami proses editing naskah yang dilakukan pula oleh produser. Mengingat tidak semua naskah berita yang dibuat oleh reporter maupun kontributor yang masuk tersebut, lengkap, runtut dan memenuhi standard pembuatan naskah berita televisi. Prinsip utama ketika menulis naskah untuk televisi adalah bahasa yang sederhana (Morissan, 2008: 156).

STIKOM


(38)

2. Dubbing

Dubbing atau yang biasa kita sebut dengan merekam suara baru bisa dilakukan jika naskah telah selesai dan turun cetak. Pada bagian ini pihak redaksi yang telah mencetak akan menyerahkan hasil naskah untuk di dubbing, guna pengisian suara untuk isi berita, sehingga presenter tidak perlu membaca ulang isi berita.

3. Editing Berita

Proses editing berita mengacu pada naskah yang di ada dan durasi mengacu pada hasil dubbing yang telah dilakukan. File-file hasil produksi di lapangan di pilah-pilah dan di susun sesuai dengan naskah dan hasil perekaman suara yang dilakukan. Hal ini dilakukan agar tayangan berita menjadi selaras antara visual dan audio.

4. Playlist

Berita-berita yang telah mengalami proses editing dan menjadi satu berita yang utuh dan selaras, kemudian dikumpulkan sesuai tanggal dan disusun

berdasarkan rundown berita yang di bawa editor. Hal ini dilakukan agar

petugas playback tidak salah dalam menampilkan berita yang di bacakan

presenter.

5. Produksi Penyiaran Berita

Setelah materi berita telah siap, maka kegiatan inti selanjutnya adalah proses

produksi tayangan berita secara on air sesusai jadwal jam tayangnya.

Kegiatan ini melibatkan seluruh crew yang ada di studio, control room

maupun master control room.

STIKOM


(39)

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Profil LPP TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta

Nama Instansi : LPP TVRI Stasiun Yogyakarta

Alamat : Jl. Magelang Km 4,5, Yogyakarta 55284 Telepon : 0274 – 514402, 514403

Fax : 0274 – 514909, 551000, 550542 Berdiri : 17 Agustus 1965

Jangkauan Siaran : 3142 km2=100% Kekuatan Transmisi : 20.000 watt

Jangkauan penduduk : 3.107.919 jiwa=100%

4.2 Gedung LPP TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta

Gedung LPP TVRI Stasiun D.I.Yogyakarta dibangun sejak tahun 1965 dan masih berdiri kokoh hingga saat ini. Gedung TVRI Jogja seperti pada gambar 4.1 di bawah ini.

Gambar 4.1 Foto Gedung TVRI Jogja

STIKOM


(40)

4.3 Sejarah Singkat LPP TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta

TVRI Stasiun D.I Yogyakarta merupakan TVRI stasiun daerah pertama kali yang berdiri di tanah air, yakni tahun 1965. Pertama berdiri di Yogyakarta berlokasi di Jalan Hayam Wuruk, tepatnya saat TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta dipimpin oleh Kepala Stasiun yang pertama yakni IR. Dewabrata. Konon, untuk mendirikan Menara Pemancar, dibangun dari bahan bambu. Selanjutnya, di tahun 1970 menara pemancar TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta menempati lokasi baru di Jalan Magelang Km. 4,5 Yogyakarta, seluas 4 hektar, sampai dengan saat ini.

Siaran perdana TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta pada tanggal 17 Agustus 1965 adalah menyiarkan acara pidato peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI ke-20 oleh Wakil Gubernur D.I. Yogyakarta, Sri Paduka Paku Alam VIII.

Pada awalnya TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta mengudara tiga kali dalam satu minggu yang masing-masing berdurasi dua jam. Pada saat itu jangkauan siaran masih terbatas pada area yang dapat dijangkau pemancar VHF berkekuatan 10 KWatt, begitu pula format siarannya masih hitam putih. Namun pada tahun 1973, TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta telah mulai melakukan siaran setiap hari. Siaran produksi lokal TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta tiap harinya mencapai 2,5 hingga 3 jam, setelah dikumulasikan dengan penyiaran terpadu dari TVRI Pusat Jakarta.

Karena faktor topografis berupa pegunungan di daerah Gunung Kidul maupun di Kulonprogo, sebelum tahun 2009 terdapat beberapa daerah yang belum dapat menerima siaran TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta, Untuk memberikan

STIKOM


(41)

layanan yang optimal, maka pada awal November 2008 dibangun tower pemancar di daerah Bukit Pathuk, Gunung Kidul guna memperluas jangkauan siarannya.

Proses pembangunan dan instalasi peralatan cukup memakan banyak waktu, baru September 2009 pemancar mulai beroperasi. Beroperasinya 22 UHF dari bukit Patuk Gunung Kidul menjadi cover area siaran TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta menjangkau 90% wilayah DIY, Solo, Sragen, Blora, Temanggung, Wonosobo dan Purworejo. Sebagian wilayah DIY yang tidak bisa menerima siaran 22 UHF dikarenakan karakteristik dari peralatan pemancar BTsa buatan Spanyol ini. Daerah yang kurang baik tangkapannya ada di wilayah Bantul bagian selatan.

Mengingat faktor keberadaan peralatan baru yang sudah dilengkapi dengan TVRO dan penurunan kualitas peralatan pemancar lama yang ada di Jalan Magelang, maka pada 10 Maret 2010 ditetapkan bahwa Saluran 8 VHF hanya mendampingi program siaran lokal (sekitar jam 15.00 – 21.00) dan selebihnya hanya dipancarkan 22 UHF dari bukit Patuk Gunung Kidul.

Sejak didirikan TVRI Stasiun D.I Yogyakarta sampai dengan saat ini telah dilakukan beberapa kali pergantian jabatan Kepala Stasiun yaitu sebagai berikut : NAMA PERIODE

1. Ir. Dewabrata 1965 – 1971 2. R.M. Soenarto 1971 – 1975 3. Drs. Darjoto 1975 – 1983 4. M. Djaslan, B.A 1983 – 1985 5. Drs. Ishadi SK, M.Sc 1985 – 1988 6. Drs. Semyon Sinulingga 1988 – 1990

STIKOM


(42)

7. Drs. Suryanto 1990 – Juli 1995 8. Drs. Bakaroni A.S. Agustus – Desember 1995 9. Sunjoto Suwarto Januari 1995 – 1998 10. Drs. Pudjatmo 1998 – 2000 11. Drs. Sutrimo MM, M.Si 2000 12. Drs. Sudarto HS 2000 – 2003 13. Drs. Bambang Winarso M.Sc 2003 – 2007 14. Drs. Tribowo Kriswinarso 2007 – 2009 15. Drs. Tri Wiyono Somahardja, MM 2009 – 2010 16. Made Ayu Dwie Mahenny, SH, M.Si 2010 – sekarang

4.4 Arti Logo TVRI

Setiap logo pasti mempunyai arti masing-masing, maka arti dan makna yang terdapat pada logo LPP TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta adalah:

1. MAKNA

Secara simbolis, bentuk logo ini menggambarkan “layanan publik yang sosialtive, komunikatif, elegan dan dinamis” dalam upaya mewujudkan visi dan misi TVRI sebagai TV Publik yaitu media yang memiliki fungsi kontrol dan perekat sosial untuk memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.

Bentuk lengkung yang berawal pada huruf T dan berakhir pada huruf I dari huruf TVRI membentuk huruf ”P” yang mengandung 5 (lima) makna layanan informasi dan komunikasi menyeluruh, yaitu :

STIKOM


(43)

1. P sebagai huruf awal dari kata PUBLIK yang berarti “memberikan layanan informasi dan komunikasi kepada masyarakat dengan jangkauan nasional dalam upaya ikut mencerdaskan kehidupan bangsa”

2. P sebagai huruf awal dari kata PERUBAHAN yang berarti ” membawa perubahan ke arah yang lebih sempurna ”

3. P sebagai huruf awal dari kata PERINTIS yang berarti ” merupakan perintis atau cikal bakal pertelevisian Indonesia ”

4. P sebagai huruf awal dari kata PEMERSATU yang berarti ” merupakan lembaga penyiaran publik yang mempersatukan bangsa Indonesia yang tersebar di Bumi Nusantara yang sangat luas dan terdiri atas ribuan pulau”

5. P sebagai huruf awal dari kata PILIHAN yang berarti ” menjadi pilihan alternatif tontonan masyarakat Indonesia dari berbagai segmen dan lapisan masyarakat”

Bentuk elips dengan ekor yang runcing dan dinamis melambangkan komet yang bergerak cepat dan terarah serta bermakna gerakan perubahan yang cepat dan terencana menuju televisi publik yang lebih sempurna. Bentuk tipografi TVRI memberi makna elegan dan dinamis, siap mengantisipasi perubahan dan perkembangan jaman serta tuntutan masyarakat.Warna BIRU mempunyai makna elegan, jernih, cerdas, arif, informatif dan komunikatif. Perubahan warna jingga ke warna merah melambangkan sinar atau cahaya yang membawa pencerahan untuk ikut bersama mencerdaskan kehidupan bangsa serta mempunyai makna : Semangat dan dinamika perubahan menuju ke arah yang lebih sempurna. Gambar logo TVRI seperti gambar 4.2 di bawah ini.

STIKOM


(44)

Gambar 4.2 Logo TVRI

Khusus untuk TVRI Stasiun D.I Yogyakarta, dibawah logo tersebut dicantumkan identitas lokal, yakni kata Jogja seperti yang tercantum dalam tulisan Jogja Never Ending Asia, yang berupa tulisan tangan Sri Sultan Hamengkubuwono X. Hal ini mengandung makna sebagai penghormatan terhadap Kraton Yogyakarta sebagai pusat budaya dan cikal bakal pengembangan wilayah DIY serta untuk turut mempromosikan ikon wisata DIY baik di kancah regional, nasional dan internasional. Hal lain lagi, bahwa dengan pencantuman tulisan Jogja ini, diharapkan TVRI Jogja mampu menjalankan visi dan misinya selaku TV Publik yang mempunyai kepedulian dan keberpihakan terhadap publik DIY. Gambar logo TVRI Yogyakarta seperti pada gambar 4.3.

Gambar 4.3 Logo TVRI Jogja

STIKOM


(45)

4.5 Visi Misi LPP TVRI Stasiun Yogyakarta

Visi dan Misi dari LPP TVRI Yogyakarta sebagai berikut:

1. VISI

Terwujudnya TVRI D.I Yogyakarta sebagai media Televisi Publik yang independen, profesional, terpercaya dan pilihan masyarakat DIY, dalam keberagaman usaha dan program yang ditujukan untuk melayani kepentingan masyarakat dalam upaya memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan masyarakat, dan melestarikan nilai budaya yang berkembang di DIY dalam rangka memperkuat kesatuan nasional melalui jejaring TVRI Nasional.

2. MISI

a. Mengembangkan TVRI Stasiun D.I Yogyakarta menjadi media perekat sosial sekaligus media kontrol sosial yang dinamis.

b. Mengembangkan TVRI Stasiun D.I Yogyakarta menjadi pusat layanan informasi yang utama serta menyajikan hiburan yang sehat dengan mengoptimalkan potensi daerah dan kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di DIY.

c. Memberdayakan TVRI Stasiun D.I Yogyakarta menjadi pusat pembelajaran demokratisasi dan transparansi informasi dalam rangka mewujudkan masyarakat madani.

d. Memberdayakan TVRI Stasiun D.I Yogyakarta sebagai Televisi Publik yang bertumpu pada keseimbangan informasi dengan tetap memperhatikan komunitas terabaikan.

e. Memberdayakan TVRI Stasiun D.I Yogyakarta menjadi media untuk membangun citra positif DIY sebagai pusat budaya, pendidikan dan pariwisata

STIKOM


(46)

ditingkat nasional, regional maupun di dunia internasional melalui jejaring TVRI Nasional.

4.6 Tujuan Penyiaran TVRI

Memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertaqwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia. (Pasal 3 UU No.32/Th.2002, tentang Penyiaran)

4.7 Tujuan dan Sasaran

a. Terciptanya program yang menarik.

b. Terjalinnya kerjasama yang saling menguntungkan.

c. Meningkatnya kualitas SDM khususnya pada penguasaan teknologi informasi. d. TVRI menjadi pusat sarana pembelajaran sekolah dan luar sekolah.

e. Meningkatnya sistem dan prosedur pada TVRI. f. Meningkatnya kemampuan Stasiun Penyiaran Daerah.

g. Terciptanya pemancar yang berkualitas dan berteknologi tinggi. h. Meningkatnya jangkauan siaran.

4.8 Tugas TVRI Sebagai TV Publik

Memberikan pelayanan informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran televisi yang menjangkau

STIKOM


(47)

seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Pasal 4 PP. No.13 Th.2005)

4.9 Struktural LPP TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta

Sesuai aturan direksi LPP TVRI NO.155/PRT/DIREKSI-TVRI/2006, maka struktur kelembagaan TVRI Stasiun D.I.Yogyakarta tergolong dalam TVRI Tipe A, maka dapat dilihat pda tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Struktur organisasi TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta

STIKOM


(48)

4.10 Pola Siaran LPP TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta

Sejak awal dioperasikannya TVRI Stasiun D.I Yogyakarta, pola siaran yang mengacu pada pola siaran TVRI Nasional , disebut pola acara terpadu. Hal ini dikarenakan TVRI dibawah salah satu manajemen penyiaran, sehingga stasiun TVRI daerah harus mengikuti pola acara terpadu dari Pusat.

Acara yang diproduksi TVRI Stasiun D.I.Y disebut pola acara harian. Pola acara harian disusun berdasarkan pola acara tahunan dari TVRI Pusat Jakarta. Setelah diterima oleh TVRI Stasiun D.I.Y pola acara tersebut disebut pola acara tahunan. Hal ini berarti pola acara tahunan TVRI Stasiun D.I.Y merupakan hasil kombinasi antara pola acara Pusat dengan daerah. Karena sistematis ini wajib, maka siaran relay dari Pusat pasti selalu ada. Disamping itu apabila terjadi kekosongan produksi siaran, stasiun TVRI daerah bisa langsung merelay dari TVRI Nasional.

Sejak 1 Juni 2009 TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta mempunyai plotting waktu sekitar 6 jam. Waktu ini diberikan oleh TVRI Nasional untuk lebih memberikan porsi yang memadai bagi stasiun daerah. Dengan memulai waktu siaran secara lokal dari pukul 15.00 wib dan diakhiri pada pukul 21.00 wib dalam kondisi normal. Akan tetapi kalau ada hal – hal diluar ketentuan, maka siarannya bisa ditambah, seperti ada liputan khusus, even – even atau gelar budaya (wayang kulit) dll. Diluar jam tersebut maka siarannya mengikuti acara dari TVRI Nasional (relay). Daftar siaran TVRI Yogyakarta seperti pada tabel 4.2 berikut:

STIKOM


(49)

4.2 Tabel Pola Siaran TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta

4.11 Program Acara LPP TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta

Minimnya slot waktu yang diberikan TVRI Pusat menjadikan jumlah acara yang diproduksi TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta pada tahun 2010 ini menyusut. Acara-acara tersebut ada yang diproduksi secara harian, mingguan, dua mingguan, bulanan bahkan ada yang diproduksi hanya di minggu kelima. Adapun acara-acara tersebut adalah sebagai berikut:

1.BERITA JOGJA

SIARAN : Setiap hari, 17.00 – 18.00 WIB KARAKTERISTIK : Siaran Langsung

FORMAT PROGRAM : News FORMAT PRODUKSI : Studio

STIKOM


(50)

DURASI : 60 menit SASARAN PEMIRSA : Umum FREKUENSI PROGRAM : Umum

Deskripsi Acara

1. Latar Belakang:

Peristiwa atau kejadian-kejadian aktual di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya terjadi setiap hari, baik yang bersifat hard news, soft news atau ceremonial perlu diinformasikan secara cepat, tepat dan akurat sehingga publik dapat menerima akses berita yang terjadi di daerahnya.

2. Tujuan:

Memberikan informasi aktual dan faktual seputar kejadian di DIY dan sekitarnya. 3. Komponen Elemen Program: 2 Penyiar berita, Dekorasi & Property

4. Lay Out Program / Tata Urutan Program: Tune, Penyiar membuka berita, Ringkasan berita, Isi berita DIY, Dialog Warga, Penyiar menutup berita & Kerabat kerja. Gambar suasana penyiaran program berita seperti pada gambar 4.4.

Gambar 4.4 Berita Jogja di Studio 3 (News Centre)

STIKOM


(51)

2. YOGYAWARTA

SIARAN : Setiap hari ; 15.00 – 15.30 WIB KARAKTERISTIK : Siaran Langsung

FORMAT PROGRAM : News FORMAT PRODUKSI : Studio DURASI : 30 menit SASARAN PEMIRSA : Umum FREKUENSI PROGRAM : Harian

Deskripsi Acara

1. Latar Belakang:

Yogyakarta sebagai pusat budaya Jawa memiliki karakteristik plurarisme yakni tetap melestarikan budaya lokal dan menerima masuknya budaya lain. Peristiwa aktual, faktual pendidikan, sosial budaya dan lain-lain senantiasa mewarnai sentral budaya jawa tersebut. Dengan penyampaian informasi yang cepat, tepat dan berimbang yang disampaikan dengan bahasa tutur jawa krarma madya diharapkan dapat mengkomunikasikan peristiwa tersebut pada khalayak.

2. Tujuan:

Memberikan informasi aktual dan faktual seputar kejadian atau peristiwa yang terjadi DIY dan sekitarnya melalui media tutur Bahasa Jawa.

3. Komponen Elemen Program: Seorang Penyiar berita, Dekorasi & Property 4. Lay Out Program / Tata Urutan Program: Tune, Penyiar membuka berita, Ringkasan berita, Isi berita DIY, Penyiar menutup berita & Kerabat kerja. Gambar suasana penyiaran program berita seperti pada gambar 4.5.

STIKOM


(52)

Gambar 4.5 Yogyawarta di Studio 3 (News Centre)

3. JOGJA WEEKEND

SIARAN : Sabtu 17.30 – 18.00 WIB KARAKTERISTIK : Siaran Langsung

FORMAT PROGRAM : News FORMAT PRODUKSI : Studio DURASI : 30 menit SASARAN PEMIRSA : Umum FREKUENSI PROGRAM : Harian

Deskripsi Acara

1. Latar Belakang:

Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata kaya akan tontonan seni budaya dan adat istiadat yang menarik untuk diketahui wisatawan mancanegara maupun wisatawan domistik. Informasi seputar peristiwa atau kejadian kegiatan tersebut perlu diinformasikan dalam tutur bahasa inggris sebagai media komunikasi. 2. Tujuan:

Memberikan informasi liputan berita dalam bahasa Inggris.

STIKOM


(53)

3. Komponen Elemen Program: Seorang Penyiar Berita, Dekorasi & Property 4. Lay Out Program / Tata Urutan Program: Tune, Penyiar membuka berita, Ringkasan berita, Isi berita, Penyiar menutup berita & Kerabat Kerja. Gambar suasana penyiaran program berita seperti pada gambar 4.6.

Gambar 4.6 Jogja Weekend di Studio 3 (News Centre)

4. DUNIA ANAK

SIARAN : Jum’at, 15.30 – 16.00 WIB KARAKTERISTIK : Siaran Tunda

FORMAT PROGRAM : Variety Show FORMAT PRODUKSI : Studio

DURASI : 30 menit SASARAN PEMIRSA : Anak – anak

FREKUENSI PROGRAM : Mingguan (sebulan tiga kali)

Deskripsi Acara

1. Latar Belakang:

Dunia anak adalah bermain. Dengan bermain tumbuh kembang anak akan tercermin. Keceriaan anak-anak dengan bermain, bernyanyi dan menari

STIKOM


(54)

merupakan bekal bagi pendidikan dasar anak dalam mengenali dunianya. Kepolosan, kegembiraan dan keberanian anak-anak untuk tampil dan mengekpresikan diri inilah merupakan perwujudan tumbuh kembang anak.

2. Tujuan:

a. Mengetahui gambaran tentang dunia anak dalam mengekspresikan dirinya dalam berrmain.

b. Melihat potensi anak-anak dalam masa tumbuh kembang. c. Mengungkap kreasi anak dalam berbagai kegiatan bermain.

3. Komponen Elemen Program: Pembawa Acara, Grup Pengisi, dekorasi & Property, Alat peraga (bila diperlukan)

4. Lay Out Program / Tata Urutan Program: Tune, Pembawa Acara membuka, MC menbuka acara, Kelompok bermain, Pembawa Acara mengantar acara, Kreasi anak, Pembawa Acara menutup acara, Kerabat kerja. Gambar suasana penyiaran program berita seperti pada gambar 4.7 ini.

Gambar 4.7 Dunia Anak di Studio 1

5. ANGKRINGAN

SIARAN : Minggu, 18.00 – 18.30 WIB KARAKTERISTIK : Siaran Tunda

FORMAT PROGRAM : Panggung Komedi

STIKOM


(55)

FORMAT PRODUKSI : Studio DURASI : 30 menit SASARAN PEMIRSA : Umum FREKUENSI PROGRAM : Mingguan

Deskripsi Acara

1. Latar Belakang:

Angkring adalah rumbung untuk menjajakan dagangan. Dalam perkembangannya tempat menjajakan dagangan tersebut menjadi tempat mangkal pembeli ngpobrol dengan santai membahas berbagai persoalan hidup. Melalui gaya sajian guyon parikena Obrolan Angkring ini diharapkan mampu mengkomunikasikan berbagai persoalan secara satire.

2. Tujuan:

a. Menyampaikan kritik, saran, sindiran, cercaan dengan gaya guyon parikena.

b. Memberikan hiburan bagi masyarakat.

3. Komponen Elemen Program: Pemain tetap, Bintang tamu (bila diperlukan), Angkringan, Penonton

4. Lay Out Program / Tata Urutan Program: Tune, Adegan komedi, Kerabat Kerja & Produksi. Gambar suasana penyiaran program berita seperti pada gambar 4.8 ini.

STIKOM


(56)

Gambar 4.8 Angkringan di Studio 1

Dari beberapa program acara yang telah disebutkan secara detail diatas, masih banyak lagi program-program acara yang ditayangkan oleh TVRI Yogyakarta, antara lain: Berani Bicara, Dialog Publik, Agropolitan, Tunas Desa, Daerah Membangun, Pelangi Desa, Klinik Olahraga, Potret Olahraga, Dari Jogja Untuk Indonesia, Dialog DPRD, Bangsal Kepatihan, Sentuhan Qalbu, Siraman Rohani, Psikologi, Ruang Keluarga (Tata Graha), Halo Dokter, Teatronik, Aquartet, Journey, Anak Jenius Indonesia, Kiprah Kampus, Cangkriman, Bahana Lokananta, Bahana Musik Indonesia, Keroncong, Idola Jogja, Katalog, Pentas Seni Jogja, Pangkur Jengleng, Karang Tumaritis, Goro-Goro, Ketoprak, Pesona Nusantara, Plengkung Gading, Konser Jawa, Taman Gabusan, Calendar Of Event, dan masih banyak lagi yang lainnya.

4.12 Ruangan LPP TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta

Secara keseluruhan kantor LPP TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta mempunyai berbagai macam divisi dimana tiap divisi mempunyai wilayah dan studio beserta isinya masing-masing secara terpisah. Selain fasilitas yang ada di tiap divisi,

STIKOM


(57)

TVRI Yogyakarta juga dilengkapi dengan macam-macam fasilitas pendukung lainnya. Salah satu divisi yang ada di LPP TVRI Yogyakarta ini adalah divisi berita. Dimana didalamnya terdapat satu ruang studio, satu ruang editing, satu ruang dubbing, dan satu ruang kontrol. Di ruangan yang terpisah terdapat ruang kantor dan ruang redaksi, lalu ruang penyimpanan kamera.

4.12.1. News Room

Gambar 4.9 Ruangan Berita

Gambar 4.9 merupakan ruang berita studio 3. Disinilah tempat inti dimana berita diproses. Diruangan inilah produser membuat kebijakan terhadap berita yang akan ditayangkan di programnya nanti. Ruang bagi produser berkumpul dan bekerja mengumpulkan berita dari para reporter atau kontributor, mengedit naskah berita serta menentukan berita mana yang akan dimasukkan dalam rundown.

Di dalam newsroom terdapat beberapa komputer yang terhubung dengan internet untuk menerima naskah berita yang dikirim melalui email dari kontributor yang berada di luar wilayah Yogyakarta. Selain itu komputer lainnya digunakan

STIKOM


(58)

untuk melakukan penelitian yang biasanya digunakan untuk bahan program TV dialog. Beberapa televisi yang berada di newsroom digunakan sebagai monitor berita yang disiarkan TVRI Nasional serta stasiun televisi lain.

4.12.2. Studio

Gambar 4.10 Studio 3 (News Centre)

Gambar 4.10 merupakan Ruangan studio 3 (news centre). merupakan element penting dalam penayangan program berita, program dialog secara live maupun taping di TVRI Yogyakarta. Karena disinilah proses pengambilan gambar yang dilakukan oleh kamera person terhadap talent (dalam hal ini presenter dan narasumber) dilakukan. Studio terletak di dalam news room. Di dalam studio terdapat satu stage dengan Blue Screen di belakangnya.

Di dalam studio juga terdapat beberapa lampu yang digunakan untuk

lighting yang pengaturannya terdapat di studio dan di control room. Lighting

sendiri mempunyai beberapa jenis, yaitu Key Light, Fill Light, Back Light. Di dalam studio juga terdapat 1 buah tv monitor terletak persis didepan stage, fungsinya adalah untuk memudahkan presenter maupun narasumber untuk melihat

preview acara di dalam studio. Terdapat pula speaker yang berfungsi untuk

STIKOM


(59)

menampilkan audio dalam TV monitor dan juga tempat untuk pemasangan kabel-kabel audio.

Terdapat 3 buah kamera di dalam studio. Saat program acara berita seperti Yogyawarta, Jogja Destination, dan Berita Jogja ketiga kamera ini digunakan untuk mengambil gambar presenter ketika membacakan berita. Tiga angle yang di pakai yaitu Medium Close Up, Long Short, dan Full Short. Namun jika terdapat satu narasumber yang didatangkan ke studio, maka 2 kamera digunakan untuk

Close Up presenter dan narasumber dan satu kamera lagi digunakan untuk mengambil keduanya.

4.12.3. Control Room and Master Control Room

Gambar 4.11 Ruangan Kontrol

Gambar 4.11 merupakan gambar ruang kontrol. Control room merupakan sebuah ruangan yang terletak di sebelah studio, control room berfungsi sebagai pusat kendali pengoperasian alat-alat. Disinilah PD berwenang memimpin semua operator alat untuk menjalankan apa yang diinginkannya demi terciptanya sebuah program acara yang bermutu dan sesuai yang diinginkan.

STIKOM


(60)

Antara Control room dengan Studio diberi sekat berupa kaca transparan yang berfungsi memudahkan PD mengontrol dan melihat kegiatan yang berlangsung di studio. Di dalam ruangan ini terdapat 2 buah komputer yang berfungsi sebagai play-outer server 1 dan seperangkat pengoperasi Character Generator (CG).

Di depan masing-masing komputer tersebut terdapat monitor yang menampilkan gambar hasil pengambilan ketiga kamera maupun yang berasal dari play out yang nantinya akan ditayangkan kepada pemirsa, sedangkan monitor lainnya terhubung dengan CG yang menampilkan karakter berupa teks maupun logo untuk menjelaskan peristiwa yang terjadi pada video.

Selain ke-3 monitor yang telah dijelaskan diatas, beberapa peralatan lain yang ada di ruang control room adalah switcher yang di jalankan oleh PD untuk menentukan gambar mana yang akan dipasang baik dari server, kamera 1, kamera 2 maupun kamera 3. Selain itu ada pula audio mixer dan audio player yang dijalankan oleh audioman.

Program Director sebagai pemimpin memberikan instruksi kepada seluruh personil baik yang ada di dalam control room, studio, serta memberi aba-aba pada

master control room.

Master control room merupakan ruang kendali yang letaknya satu ruangan dengan news room. Di dalam ruangan ini terdapat beberapa monitor yang menampilkan gambar dari studio, server 1, VTR, maupun siaran TVRI pusat. Fungsinya adalah untuk memantau jalannya siaran on air di dalam studio juga mengatur durasi waktu. Selain itu terdapat tiga buah komputer, berfungsi sebagai

playouter server 2 yang memutar bumper in-out semua program sebelum dan

STIKOM


(61)

setelah commercial break, dan promo, kemudian satu komputer untuk menampilkan logo, dan juga satu monitor untuk menampilkan newsticker.

Ruangan ini memiliki fungsi yang sangat vital yaitu mengganti gambar yang berasal dari control room dengan commercial break atau men-switch program TVRI pusat dengan program TVRI Yogyakarta dan sebaliknya. Operator master control room melakukan koordinasi dengan Program Director melalui bell-pack.

4.12.4. Editing Room

Gambar 4.12 Ruangan Editing Berita

Gambar 4.12 merupakan gambar ruangan editing. Editing room merupakan tempat dimana para editor bekerja untuk mengedit dan mengubah video yang didapat dari kameramen maupun kontributor. Di TVRI Yogyakarta, ada satu ruangan editing yang dioperasikan oleh beberapa orang editor. Kegiatan edit video tentu juga dipengaruhi oleh naskah yang dibuat oleh produser.

STIKOM


(62)

4.12.5. Dubbing Room

Gambar 4.13 Ruang Dubbing

Gambar 4.13 merupakan ruang dubbing. Dubbing room atau ruang untuk pengisian suara berita berada di sebelah ruang editing berita. Terdapat satu ruang Dubbing di ruang berita di TVRI. Ruangan Dubbing mempunyai dinding kedap suara yang berguna untuk menyaring suara dari luar sehingga rekaman suara yang dihasilkan tidak noise.

4.12.6. Camera Store

Camera store dan kantor, semua terletak di lantai 1 berfungsi sebagai tempat mendokumentasikan berbagai video dan program Metro TV Jawa Timur yang direkam dalam bentuk kaset maupun DVD. Selain itu ruangan ini juga berfungsi sebagai ruang penyimpanan dan sirkulasi kamera yang digunakan untuk liputan.

STIKOM


(63)

BAB V

IMPLEMENTASI KARYA

Karya yang dihasilkan merupakan hasil dari metodologi penelitian yang telah dilakukan. Penelitian dan hasil yang dilaporkan harus disesuaikan dengan judul. Sehingga terjadi sebuah sinkronisasi antara judul, metodologi penelitian, dan implementasi karyanya. Judul yang di angkat dalam karya ini adalah proses editing dan pasca-produksi dalam pembuatan sebuah berita. Pembahasan yang dilakukan hanya sekilas mengenai proses produksi dan dilanjutkan dengan proses editing (pasca-produksi) berita.

5.1 Liputan

Liputan dilakukan dilapangan jika reporter telah menerima perintah dari redaksi dan produser. Sebelum melakukan peliputan, reporter harus mengetahui maksud dan tujuan di adakannya liputan berita tersebut. Reporter juga telah menyiapkan pertanyaan guna menggali banyak informasi dengan narasumber. Suasana liputan dapat dilihat pada gambar 5.1.

Gambar 5.1 Reporter Melakukan Wawancara dengan Narasumber

STIKOM


(64)

Dalam melakukan peliputan di lapangan, reporter di temani oleh juru kamera yang bertugas untuk mengambil gambar. Tugas dari juru kamera/kameramen ini adalah membidik setiap momen yang di rasa penting untuk di siarkan. Sehingga terjadi sinkronisasi antara gambar visual, audio dan informasi yang ada dalam sebuah berita. Gambar suasana wartawan dalam pengambilan berita dapat dilihat seperti gambar 5.2.

Gambar 5.2 Pengambilan Gambar Berita Oleh Juru Kamera

5.2 Capture Video

Gambar 5.3 Proses Capture Video

Gambar 5.3 merupakan Proses capture video. Proses ini selalu dilakukan oleh kameramen setelah melakukan sebuah liputan. Seluruh gambar yang telah di

STIKOM


(65)

shoot oleh kameramen di capture menggunakan software bernama Pinnacle Studio Plus 9.0 dan di simpan dalam sebuah file yang telah di pisahkan menurut nama kameramen masing-masing dan di beri judul sesuai dengan liputan apa yang telah diliput. Hal ini dilakukan agar mempermudah editor untuk mencari file-file video hasil rekaman yang di miliki oleh masing-masing kameramen.

5.3 Pembuatan Naskah

Jika setelah melakukan sebuah liputan seorang kameramen melakukan pengcapturean video, maka tugas selanjutnya dari seorang reporter adalah membuat naskah. Naskah berisi segala informasi yang telah di dapat selama liputan berlangsung. Informasi-informasi ini ditata dan di susun oleh reporter sehingga membentuk sebuah narasi. Narasi di gunakan untuk mempermudah audiens dalam menangkap informasi yang disampaikan dalam sebuah berita.

Narasi dalam naskah yang di buat oleh reporter merupakan ujung tombak dari terbentuknya sebuah tayangan berita yang utuh. Dalam naskah berita tersebut, narasi berita di bacakan oleh dubber yang berfungsi untuk pengisian suara dalam berita (Voice Over). Selain digunakan untuk dubbing, naskah juga berisi tentang keinginan dari reporter untuk memvisualkan gambar apa yang cocok ditayangkan dalam narasi tersebut. Sehingga berkesinambungan antara gambar visual yang dilihat dan suara yang didengar.

Sebelum turun cetak dalam bentuk kertas, naskah yang dibuat oleh reporter dikirim dahulu ke pihak redaksi/produser. Hal ini dilakukan untuk merevisi ulang apa yang telah ditulis oleh reporter dan menilai layak atau tidaknya berita ini

STIKOM


(66)

ditayangkan. Pembuatan naskah reporter dapat dilihat seperti pada tabel 5.1 berikut:

Tabel 5.1. Pembuatan Naskah Oleh Reporter TVRI

TELEEVISI REPUBLIK INDONESIA

OKE REDAKSI

STASIUN DAERAH ISTIMENA YOGYAKARTA

ACARA : BERITA JOGJA POKOK : PEMUSNAHAN MIRAS

TANGGAL : 20 JULI 2012 KODE : TRI H/AGUNG H

VIDEO AUDIO

PENYIAR ...

VTR START . . .

VIS:suasana muspida memecah botol

S.I. CHARGENT: SLEMAN

PEMUSNAHAN MIRAS

VIS:pemusnahan miras

TIDAK KURANG SEPULUH RIBU BOTOL MINUMAN KERAS BERBAGAI MERK DAN OPLOSAN DIMUSNAHKAN DI HALAMAN MAPOLRES SLEMAN KAMIS SORE ///

=============ATMOS UP============== 10 RIBU TIGA RATUS DUA BOTOL MINUMAN KERAS BERBAGAI MEREK DAN OPLOSAN YANG DIMUSNAHKAN DI MAPOLRES SLEMAN

MENURUT KEPALA KEPOLISIAN RESORT

SLEMAN AJUN KOMISARIS BESAR HERI

SUTRISMAN MERUPAKAN BARANG BUKTI

HASIL RAZIA SELAMA TIGA BULAN

TERAKHIR///

===============ATMOS UP================

POLRES SLEMAN AKAN LEBIH

MENGINTENSIFKAN RAZIA SELAMA BULAN

RAMADHAN // DAN MENGHIMBAU

STIKOM


(67)

VIS:pemusnahan miras

MASYARAKAT YANG MENGETAHUI ADANYA PENJUALAN MAUPUN PEREDARAN MINUMAN KERAS SEGERA MELAPOR / KEPOLISIAN BERJANJI SEGERA MELAKUKAN RAZIA /// DIHIMBAU JUGA, ORMAS TIDAK MELAKUKAN SWEEPING / APALAGI JIKA DITEMUI UNSUR

PIDANA TIDAK SEGAN-SEGAN AKAN

DITINDAK SESUAI K-U-H-P///

/// TRI HARTANTO DAN AGUNG HANGGARA MELAPORKAN

5.4 Dubbing

Gambar 5.4 Proses Dubbing Berita

Gambar 5.4 merupakanProses dubbing atau merekam suara dilakukan jika hasil naskah berita telah di setujui produser dan di cetak. Seorang dubber harus mempunyai suara yang jelas, tegas, dan lugas serta mengerti dengan benar tanda-tanda dan simbol yang ada dalam naskah untuk menghindari kesalahan pembacaan. Selain artikulasi vokal yang jelas, seorang dubber juga harus

STIKOM


(68)

memberikan efek intonasi suara yang tepat agar audiens dapat terbawa suasana dan informasi yang diberikan dapat tersampaikan dengan benar.

Untuk proses dubbing di TVRI Yogyakarta menggunakan software yang bernama Sony Sound Forge 8.0. Pihak TVRI menggunakan software ini karena dinilai cukup praktis dan sesuai dengan kebutuhan bidang berita. Cara pemakaian yang mudah sangat membantu untuk kelancaran dalam proses dubbing berita.

Gambar 5.5 Software Sony Sound Forge 8.0 Untuk Dubbing Berita

Setelah proses dubbing dilakukan, maka dubber harus menyimpan file hasil dubbing di folder-folder tertentu dan diberi judul sesuai naskah. Gambar 4.9 merupakan gambar aplikasi yang digunakan untuk dubbing naskah. Hal ini dimaksudkan agar mempermudah editor untuk mencari hasil dubbing yang digunakan untuk mengedit berita.

5.5 Editing Berita

Editor bertugas untuk mengedit berita. Naskah yang telah digunakan untuk dubbing diberi tanda bahwa telah selesai di dubbing lalu diberikan kepada editor

STIKOM


(1)

Gambar 5.10 Presenter Bersiap di Depan Kamera

Di dalam studio kameramen juga harus sudah stand by di tempatnya masing-masing. Gambar 5.11 merupakan gambar kameramenyang sedang bertugas. Dalam satu studio berita terdapat tiga kamera yang masing-masing digunakan untuk mengambil angle yang berbeda-beda. Tiga angle tersebut adalah angle close up (sebatas pundak), medium short (sebatas pinggang), long short (sebatas kaki). Namun jika terdapat dialog atau dua orang atau lebih, maka pengambilan angle di ubah menjadi medium short untuk presenter, medium short untuk narasumber, dan long short untuk keduanya.

Gambar 5.11 Kameramen Mengambil Gambar Presenter

STIKOM


(2)

Selain berisi presenter dan kameramen, saat siaran berlangsung terdapat pula seorang FD (Floor Director). Di lapangan, FD adalah orang yang berkuasa karena Tugas FD adalah mengatur apa yang terjadi di lapangan atau didalam studio. Namun FD tidak bergerak sendiri, FD juga masih harus berkoordinasi dengan PD (Program Director).

Gambar 5.12 merupakan gambar seorang PD yang sedang mengatur jalannya siaran berita melalui monitor. PD atau program director tidak berada langsung di lapangan, namun PD mengontrol segala pergerakan yang terjadi dari ruang kontrol yang berada tepat di sebelah ruang studio. Tugas PD juga mengatur dan mengkoordinir tampilan dalam siaran, durasi waktu yang dibutuhkan, dan grafis-grafis yang harus di tampilkan lainnya. Gambar 5.13 merupakan gambar pengaturan grafis di siaran berita.

Gambar 5.12 PD Mengontrol Jalannya Siaran Berita

Gambar 5.13 Operator Mengatur Grafis yang Ditampilkan

STIKOM


(3)

5.9 Dokumentasi

Terdapat dua macam proses dokumentasi yang dilakukan di TVRI Yogyakarta. Yang pertama adalah mendokumentasikan keseluruhan siaran berita yang sudah tayang dan yang kedua adalah mendokumentasikan masing-masing berita hasil edit yang sudah tayang.

Dokumentasi yang pertama dilakukan dengan merekam siaran berita secara utuh. Ketiga berita yang sedang tayang harus di dokumentasikan mulai dari awal hingga akhir. Proses dokumentasi ini dilakukan untuk laporan tahunan yang nantinya akan dikumpulkan dalam bentuk kepingan CD. Selain pendokumentasian dalam bentuk CD ada pula dokumentasi naskah yang dibukukan.

Dokumentasi yang kedua dilakukan dengan mengumpulkan dan mengklasifikasikan berita dalam kategori masing-masing. Dokumentasi berita ini berfungsi untuk mempermudah pencarian berita yang sudah pernah ditayangkan oleh pihak TVRI Yogyakarta.

STIKOM


(4)

BAB VI

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari berbagai deskripsi pekerjaan yang telah di uraikan didalam laporan ini, maka dapat di simpulkan sebagai berikut:

1. LPP TVRI Yogyakarta sangat membantu para peserta kerja praktik dalam belajar untuk bekerja di dunia industri berita dengan adanya simulasi produksi berita.

2. LPP TVRI Yogyakarta memandang peserta kerja praktik sebagai seorang profesional yang bisa diberi tanggung jawab untuk mengoperasikan alat-alat dan melaksanakan proses produksi.

3. Banyak pelajaran yang diambil selama pelaksanaan kerja praktik, mulai dari ilmu broadcast, jurnalistik, hingga manajemen administrasi perusahaan media.

5.2 Saran

Berikut ini adalah saran yang diberikan penulis kepada perusahaan setelah melakukan kerja praktik di LPP TVRI Yogyakarta:

1. Perlu adanya variasi dan inovasi dalam tampilan grafik tayangan berita sehingga tayangan berita lebih menarik minat penontonnya.

STIKOM


(5)

2. Perekrutan karyawan baru yang muda dan yang memiliki ide-ide segar sehingga diharapkan dapat membawa TVRI menjadi stasiun televisi yang diminati kawula muda.

3. Hendaknya setiap minggu ada monitoring dan diskusi antar mahasiswa yang melaksanakan kerja praktik dan pembimbing lapangan, sehingga dapat saling bertukar pengetahuan dan pengalaman, serta evaluasi kinerja mahasiswa kerja praktik.

STIKOM


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Baksin, Askurifai. 2006. Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

BM, Mursito. 2006. Memahami Institusi Media (Sebuah Pengantar). Lindu Pustaka dan SPIKOM Surakarta: Surakarta

Budiman, Kris. 2002. Di depan kotak ajaib: Menonton Televisi Sebagai Praktik Konsumsi, Yogyakarta: Galang Press.

Effendy, Onong Uchjana. 1997. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Marshall, Jill., and Werndly, Angela. 2002. The language of Television. Routledge : New York.

Morissan. 2004. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Bogor : Ghalia Indonesia.

Muda, Deddy Iskandar. 2003. Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sumber Internet:

http://anangwiharyanto.wordpress.com diakses tanggal: 21 April 2012 http://id.wikipedia.org/wiki/Berita_televisi diakses tanggal: 07 Juni 2012 http://id.wikipedia.org/wiki/Pasca-produksi diakses tanggal: 19 Mei 2012

STIKOM