Rencana Lansekap Pesisir Kotamadya Padang, Propinsi Sumatera Barat

セ@



"
セ@

F

セM

.
セ⦅Gj^\@

- セ@

セ@

Lセ⦅N@

Pasir


セ@

sa!

111111111

Pnsir Kerikil dan Bungk"'l.han B:ltu Amle:;i!
Pasir lannuan-T'asir Icmpungan
Lcmpung-I.cmpunt pasiran-Pilsir lcmpungan
l・イョーオャQセ@

lam.unn·L,.,mm kml'ungan

llalUlI1l Vulknnik

PETA TEKSTUR TANAH
Sumlx'r: Bndnn Pcrcncanaan Pcmbangunon Daerah

PL'nwrinlah KOlnmadya Tingkatll Pi'lliang

Digambar ulang olch: Bcria Lcimona

Gambar 35. Peta Tekstur Tanah Kotamadya Padang

'-"
00

RENCANA LANSEKAP PESISIR
KOTAMADYA PADANG,
PROPINSI SUMATERA BARAT

Oleh
BERIA LEIMONA
A 29.1248

JURUSAN BUD1 DAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997


RINGKASAN
BERIA LEIMONA.

Rencana Lansekap Pesisir Kotamadya Padang, Propinsi

Sumatera Barat (di bawah bimbingan SIT1 NURISYAH dan INDUNG SITTI
FATIMAH).
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki daerah pesisir yang luas
dan garis pesisir yang panjang, dengan sumber daya alam pesisir yang potensial dan
bernilai tinggi. Kawasan pesisir ini merupakan ruang yang banyak diminati untuk
melakukan berbagai aktivitas, seperti dalam usaha mencari keuntungan ekonomi,
membangun struktur buatan dan pemukiman, menikmati keindahan pantai dan laut,
berekreasi, dan sebagainya. Di lain pihak, kondisi lansekap pesisir sebagai areal I lan.sekap transisi yang sangat peka, dengan mudah dapat mengakibatkan kerusakan
sumber daya biofisik pesisir dan timbulnya bahaya lansekap. Dampak negatif tersebut
timbul apabila pengembangan kawasan pesisir hanya mementingkan kebutuhan dan
saja, tanpa ada usaha untuk melestarikan dan
keuntungan manusia (m~zhroposenfris)
mengelola kawasan tersebut.
Studi perencanaan lansekap pesisir ini dilaksanakan di kawasan pesisir Kotamadya Padang, Propinsi Sumatera Barat. Tapak memiliki kekayaan sumber daya alam
biofisik dan budaya yang potensial, serta rawan terhadap bahaya lansekap. Studi ini

bertujuan untuk merencanakan lansekap kawasan pesisir secara terpadu dan holistik,
sehingga dapat mengurangi bahaya dan kerawanan lansekap di kawasan pesisir, serta
menciptakan kawasan pesisir yang mempunyai daya dukung optimal bagi aktivitas
masyarakat di kawasan tersebut.
Proses studi meliputi pengumpulan data, analisis, sintesis, dan perencanaan
lansekap, dengan pendekatan analisis bahaya lansekap yang dikemukakan oleh Fabos

(1979).

Dinyatakan bahwa bahaya lansekap adalah semua kejadian pada suatu

lansekap, yang menimbulkan kemgian bagi manusia maupun sumber daya alam.
Sedangkan kerawanan lansekap pesisir adalah potensi I kemudahan suatu lansekap
mengalami bahaya iansekap dan pada proses perencanaan lansekap pesisir, kerawanan
lansekap mempakan hasil pengelompokan bahaya lansekap pesisir.
Data yang dikumpulkan bempa keadaan umum, kondisi dan permasalahan
perairan dan terestrial kawasan pesisir Kotamadya Padang.

Analisis data yang


dilakukan menghasilkan berbagai peta bahaya lansekap pesisir. Sintesis perencanaan
lansekap menghasilkan peta kerawanan lansekap pesisir, yang mempakan overlay dari
berbagai peta bahaya lansekap. Sedangkan, hasil akhir studi disajikan dalam bentuk
Peta Zonasi Lansekap Kawasan Pesisir, yang terbatas pada batas deliniasi rata-rata
sejauh 1 km dari garis pantai.
Hasil survai menyatakan bahwa sebagian besar kawasan pesisir Kodya Padang
berupa lahan yang telah dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai aktivitas
perekonomian dan bersifat antroposentris, akibat eksploitasi manusia. Tata guna
lahan dan kecendemngan pertumbuhan kota tersebut berpotensi menimbulkan
kemsakan sumber daya pesisir ini.
Kondisi perairan di pesisir, temtama muara sungai dengan pembukaan dan
pemanfaatan lahan sepanjang aliran sungai, rentan terhadap kontaminasi dan
pencemaran perairan.

Kondisi tersebut selanjutnya dapat menimbulkan kemsakan

pada ekosistem pesisir. Pada areal-areal pesisir tertentu mempunyai tingkat abrasi
yang tinggi akibat ams yang menyusur pantai dan musnahnya vegetasi alami di
sepanjang pesisir. Selain itu, pesisir dengan tingkat pengembangan tinggi, rawan
terhadap bahaya banjir pasang sumt karena pengembangan yang tidak memperhatikan

sempadan pantai dan batas pasang-sumt.
Hasil analisis bahaya lansekap perairan menunjukkan bahwa sebagian besar
wilayah pesisir, terutama wilayah dengan tingkat perkembangan tinggi, rawan terhadap

bahaya Iansekap. Usaha pencegahan bahaya lansekap abrasi perlu dilakukan melalui
revegetasi alami maupun struktur buatan, dan untuk menghindari banjir pasang surut
dilakukan penataan ruang sesuai dengan kondisi alami pasang surut. Sedangkan untuk
menurunkan tingkat pencemaran yang tinggi disarankan pengelolaan limbah,
pengadaan areal penyangga sebagai penetral limbah serta pengakumulasian kawasan
pengembangan densitas padat.
Wilayah terestrial pesisir bempa areal datar dan kawasan perbukitan. Ditinjau
dari kemiringan lahan, jenis dan struktur tanah, serta jenis geologi pernbentuknya,
terdapat ancaman erosi tanah serta gerakan tanah di kawasan terestrial pesisir tersebut.
Analisis bahaya lansekap terestrial menunjukkan bahwa bahaya lansekap erosi
permukaan tanah terjadi di seluruh kawasan perbukitan di Kodya Padang. Sedangkan,
bahaya lansekap gerakan tanah terjadi pada kawasan perbukitan di muka pesisir
dengan kemiringan lahan >45 % dan jenis geologi batuan vulkanik (QTt). Konservasi
dan preservasi kawasan dengan bahaya lansekap terestrial perlu dilakukan untuk
menghindari bahaya lansekap yang lebih lanjut. Penggunaan teknologi, yaitu konstruksi struktur buatan dapat dilakukan untuk pengembangan densitas rendah di kawasan
perbukitan dengan tingkat bahaya lansekap rendah.

Pertampalan (overlay) analisis bahaya lansekap perairan menghasilkan tingkat
kerawanan lansekap perairan dengan tingkat kerawanan sedang sarnpai tinggi terdapat
di kawasan pesisir dengan densitas pengembangan tinggi dan tingkat kerawanan
rendah terdapat pada pesisir dengan densitas pengembangan rendah. Melalui proses
yang serupa didapat tingkat kerawanan lansekap terestrial dengan tingkat kerawanan
sedang sampai tinggi pada kawasan perbukitan, serta tingkat kerawanan rendah pada
pesisir di muka areal datar.
Kerawanan lansekap total merupakan hasil overlay kerawanan lansekap
perairan dan terestrial tersebut di atas. Jika dihitung dari batas rata-rata 1 km dari

garis pantai, dengan total wilayah seluas 5.912,5 ha, rnaka areal dengan tingkat
kerawanan lansekap total pesisir tinggi adalah sebesar 25,62% dari luas tapak yang
direncanakan, 57,46% dengan tingkat kerawanan sedang dan 16,91% areal dengan
tingkat kerawanan rendah. Oleh karena itu, pertimbangan pemanfaatan lahan perlu
disesuaikan dengan tingkat kerawanan yang ada karena telah terlihat indikator
tejadinya penurunan daya dukung pesisir. Zona penyangga yang disesuaikan dengan
tingkat kerawanan dan tata guna lahan, diperlukan di kawasan pesisir ini untuk
rnernpertahankan kelestarian dan keutuhan pesisir Kotamadya Padang.

セ@




"
セ@

F

セM

.
セ⦅Gj^\@

- セ@

セ@

Lセ⦅N@

Pasir


セ@

sa!

111111111

Pnsir Kerikil dan Bungk"'l.han B:ltu Amle:;i!
Pasir lannuan-T'asir Icmpungan
Lcmpung-I.cmpunt pasiran-Pilsir lcmpungan
l・イョーオャQセ@

lam.unn·L,.,mm kml'ungan

llalUlI1l Vulknnik

PETA TEKSTUR TANAH
Sumlx'r: Bndnn Pcrcncanaan Pcmbangunon Daerah

PL'nwrinlah KOlnmadya Tingkatll Pi'lliang

Digambar ulang olch: Bcria Lcimona

Gambar 35. Peta Tekstur Tanah Kotamadya Padang

'-"
00

RENCANA LANSEKAP PESISIR
KOTAMADYA PADANG,
PROPINSI SUMATERA BARAT

Oleh
BERIA LEIMONA
A 29.1248

JURUSAN BUD1 DAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997


RINGKASAN
BERIA LEIMONA.

Rencana Lansekap Pesisir Kotamadya Padang, Propinsi

Sumatera Barat (di bawah bimbingan SIT1 NURISYAH dan INDUNG SITTI
FATIMAH).
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki daerah pesisir yang luas
dan garis pesisir yang panjang, dengan sumber daya alam pesisir yang potensial dan
bernilai tinggi. Kawasan pesisir ini merupakan ruang yang banyak diminati untuk
melakukan berbagai aktivitas, seperti dalam usaha mencari keuntungan ekonomi,
membangun struktur buatan dan pemukiman, menikmati keindahan pantai dan laut,
berekreasi, dan sebagainya. Di lain pihak, kondisi lansekap pesisir sebagai areal I lan.sekap transisi yang sangat peka, dengan mudah dapat mengakibatkan kerusakan
sumber daya biofisik pesisir dan timbulnya bahaya lansekap. Dampak negatif tersebut
timbul apabila pengembangan kawasan pesisir hanya mementingkan kebutuhan dan
saja, tanpa ada usaha untuk melestarikan dan
keuntungan manusia (m~zhroposenfris)
mengelola kawasan tersebut.
Studi perencanaan lansekap pesisir ini dilaksanakan di kawasan pesisir Kotamadya Padang, Propinsi Sumatera Barat. Tapak memiliki kekayaan sumber daya alam
biofisik dan budaya yang potensial, serta rawan terhadap bahaya lansekap. Studi ini
bertujuan untuk merencanakan lansekap kawasan pesisir secara terpadu dan holistik,
sehingga dapat mengurangi bahaya dan kerawanan lansekap di kawasan pesisir, serta
menciptakan kawasan pesisir yang mempunyai daya dukung optimal bagi aktivitas
masyarakat di kawasan tersebut.
Proses studi meliputi pengumpulan data, analisis, sintesis, dan perencanaan
lansekap, dengan pendekatan analisis bahaya lansekap yang dikemukakan oleh Fabos

(1979).

Dinyatakan bahwa bahaya lansekap adalah semua kejadian pada suatu

lansekap, yang menimbulkan kemgian bagi manusia maupun sumber daya alam.
Sedangkan kerawanan lansekap pesisir adalah potensi I kemudahan suatu lansekap
mengalami bahaya iansekap dan pada proses perencanaan lansekap pesisir, kerawanan
lansekap mempakan hasil pengelompokan bahaya lansekap pesisir.
Data yang dikumpulkan bempa keadaan umum, kondisi dan permasalahan
perairan dan terestrial kawasan pesisir Kotamadya Padang.

Analisis data yang

dilakukan menghasilkan berbagai peta bahaya lansekap pesisir. Sintesis perencanaan
lansekap menghasilkan peta kerawanan lansekap pesisir, yang mempakan overlay dari
berbagai peta bahaya lansekap. Sedangkan, hasil akhir studi disajikan dalam bentuk
Peta Zonasi Lansekap Kawasan Pesisir, yang terbatas pada batas deliniasi rata-rata
sejauh 1 km dari garis pantai.
Hasil survai menyatakan bahwa sebagian besar kawasan pesisir Kodya Padang
berupa lahan yang telah dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai aktivitas
perekonomian dan bersifat antroposentris, akibat eksploitasi manusia. Tata guna
lahan dan kecendemngan pertumbuhan kota tersebut berpotensi menimbulkan
kemsakan sumber daya pesisir ini.
Kondisi perairan di pesisir, temtama muara sungai dengan pembukaan dan
pemanfaatan lahan sepanjang aliran sungai, rentan terhadap kontaminasi dan
pencemaran perairan.

Kondisi tersebut selanjutnya dapat menimbulkan kemsakan

pada ekosistem pesisir. Pada areal-areal pesisir tertentu mempunyai tingkat abrasi
yang tinggi akibat ams yang menyusur pantai dan musnahnya vegetasi alami di
sepanjang pesisir. Selain itu, pesisir dengan tingkat pengembangan tinggi, rawan
terhadap bahaya banjir pasang sumt karena pengembangan yang tidak memperhatikan
sempadan pantai dan batas pasang-sumt.
Hasil analisis bahaya lansekap perairan menunjukkan bahwa sebagian besar
wilayah pesisir, terutama wilayah dengan tingkat perkembangan tinggi, rawan terhadap

bahaya Iansekap. Usaha pencegahan bahaya lansekap abrasi perlu dilakukan melalui
revegetasi alami maupun struktur buatan, dan untuk menghindari banjir pasang surut
dilakukan penataan ruang sesuai dengan kondisi alami pasang surut. Sedangkan untuk
menurunkan tingkat pencemaran yang tinggi disarankan pengelolaan limbah,
pengadaan areal penyangga sebagai penetral limbah serta pengakumulasian kawasan
pengembangan densitas padat.
Wilayah terestrial pesisir bempa areal datar dan kawasan perbukitan. Ditinjau
dari kemiringan lahan, jenis dan struktur tanah, serta jenis geologi pernbentuknya,
terdapat ancaman erosi tanah serta gerakan tanah di kawasan terestrial pesisir tersebut.
Analisis bahaya lansekap terestrial menunjukkan bahwa bahaya lansekap erosi
permukaan tanah terjadi di seluruh kawasan perbukitan di Kodya Padang. Sedangkan,
bahaya lansekap gerakan tanah terjadi pada kawasan perbukitan di muka pesisir
dengan kemiringan lahan >45 % dan jenis geologi batuan vulkanik (QTt). Konservasi
dan preservasi kawasan dengan bahaya lansekap terestrial perlu dilakukan untuk
menghindari bahaya lansekap yang lebih lanjut. Penggunaan teknologi, yaitu konstruksi struktur buatan dapat dilakukan untuk pengembangan densitas rendah di kawasan
perbukitan dengan tingkat bahaya lansekap rendah.
Pertampalan (overlay) analisis bahaya lansekap perairan menghasilkan tingkat
kerawanan lansekap perairan dengan tingkat kerawanan sedang sarnpai tinggi terdapat
di kawasan pesisir dengan densitas pengembangan tinggi dan tingkat kerawanan
rendah terdapat pada pesisir dengan densitas pengembangan rendah. Melalui proses
yang serupa didapat tingkat kerawanan lansekap terestrial dengan tingkat kerawanan
sedang sampai tinggi pada kawasan perbukitan, serta tingkat kerawanan rendah pada
pesisir di muka areal datar.
Kerawanan lansekap total merupakan hasil overlay kerawanan lansekap
perairan dan terestrial tersebut di atas. Jika dihitung dari batas rata-rata 1 km dari

garis pantai, dengan total wilayah seluas 5.912,5 ha, rnaka areal dengan tingkat
kerawanan lansekap total pesisir tinggi adalah sebesar 25,62% dari luas tapak yang
direncanakan, 57,46% dengan tingkat kerawanan sedang dan 16,91% areal dengan
tingkat kerawanan rendah. Oleh karena itu, pertimbangan pemanfaatan lahan perlu
disesuaikan dengan tingkat kerawanan yang ada karena telah terlihat indikator
tejadinya penurunan daya dukung pesisir. Zona penyangga yang disesuaikan dengan
tingkat kerawanan dan tata guna lahan, diperlukan di kawasan pesisir ini untuk
rnernpertahankan kelestarian dan keutuhan pesisir Kotamadya Padang.