Berita Resmi Statistik No. 0601Th. XVI, 2 Januari 2013 3
h. Selama periode Maret 2012
–
September 2012, harga eceran beberapa komoditas bahan pokok lain seperti tepung terigu, cabe rawit, cabe merah, dan telur ayam ras mengalami penurunan,
yaitu masing-masing turun sebesar 0,03 persen, 18,29 persen, 12,35 persen, dan 1,25 persen.
2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Pulau Pada September 2012
Tabel 2 menunjukkan persentase penduduk miskin menurut pulau pada September 2012. Dari tabel tersebut tampak bahwa persentase penduduk miskin terbesar masih berada di Pulau Maluku dan Papua,
yaitu sebesar 24,14 persen, sementara persentase penduduk miskin terendah berada di Pulau Kalimantan, yaitu sebesar 6,48 persen.
Tabel 2 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Pulau, September 2012
Pulau Jumlah Penduduk Miskin 000 orang
Persentase Penduduk Miskin Kota Desa
Kota+Desa Kota
Desa Kota+Desa
1 2 3
4 5
6 7
Sumatera 2 049,64
4 127,54 6 177,18
9,93 12,88
11,72 Jawa
7 119,22 8 703,35
15 822,57 8,67
15,05 11,31
Bali dan Nusa Tenggara 626,02
1 363,55 1 989,57
11,75 16,55
14,66 Kalimantan
254,60 678,33 932,93 4,17 8,18 6,48 Sulawesi
337,09 1 708,50 2
045,59 5,59 14,36 11,41 Maluku dan Papua
121,20 1 505,60
1 626,80 6,11
31,67 24,14
Indonesia 10 507,77
18 086,87 28 594,64
8,60 14,70
11,66
Sumber: Diolah dari data Susenas September 2012.
Dari sisi jumlah, sebagian besar penduduk miskin masih berada di Pulau Jawa 15,82 juta orang; sementara jumlah penduduk miskin terendah berada di Pulau Kalimantan 0,93 juta orang.
3. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Tahun 2004
–
September 2012
Jumlah dan persentase penduduk miskin menurun dari tahun 2004 ke 2005. Namun, pada tahun 2006 jumlah penduduk miskin mengalami kenaikan karena harga barang-barang kebutuhan pokok saat itu
naik tinggi yang digambarkan oleh inflasi umum sebesar 17,95 persen. Namun mulai tahun 2007 sampai 2012 jumlah maupun persentase penduduk miskin terus mengalami penurunan.
Perkembangan tingkat kemiskinan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2012 ditunjukkan oleh gambar berikut:
Berita Resmi Statistik No. 0601Th. XVI, 2 Januari 2013 4
Gambar 1 Perkembangan Kemiskinan di Indonesia, 2004
–
2012
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas
4. Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2012
–
September 2012
Garis Kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untuk mengelompokkan penduduk menjadi miskin atau tidak miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per
kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Tabel 3 menyajikan perkembangan garis kemiskinan pada Maret 2012 dan September 2012.
Tabel 3 Garis Kemiskinan dan Perubahannya Menurut Daerah,
Maret 2012
–
September 2012
DaerahTahun Garis Kemiskinan RpKapitaBln
Makanan Bukan Makanan Total
1 2 3
4
Perkotaan
Maret 2012 187 194
80 213 267 408
September 2012 194 207
83 175 277 382
Perubahan Mar’12 ―Sep’12
3,75 3,69
3,73
Perdesaan
Maret 2012 177 521
51 705 229 226
September 2012 185 967
54 474 240 441
Perubahan Mar’12 ―Sep’12
4,76 5,36
4,89
Perkotaan+Perdesaan
Maret 2012 182 796
65 910 248 707
September 2012 190 758
68 762 259 520
Perubahan Mar’12 ―Sep’12
4,36 4,33
4,35 Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas Maret 2012 dan September 2012
Berita Resmi Statistik No. 0601Th. XVI, 2 Januari 2013 5
Selama periode Maret 2012–September 2012, Garis Kemiskinan naik sebesar 4,35 persen, yaitu dari Rp248,707,- per kapita per bulan pada Maret 2012 menjadi Rp259,520,- per kapita per bulan pada
September 2012. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan GK, yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan GKM dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan GKBM, terlihat bahwa peranan
komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Besarnya sumbangan GKM terhadap GK pada September 2012
sama dengan Maret 2012, yaitu sebesar 73,50 persen. Pada September 2012, komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada Garis
Kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan pada umumnya sama, seperti beras yang memberi sumbangan sebesar 26,92 persen di perkotaan dan 33,38 persen di perdesaan. Rokok kretek filter
memberikan sumbangan terbesar ke dua kepada Garis Kemiskinan 8,67 persen di perkotaan dan 8,23 persen di perdesaan. Komoditi lainnya adalah telur ayam ras 3,51 persen di perkotaan dan 2,61 persen
di perdesaan, gula pasir 2,77 persen di perkotaan dan 3,86 di perdesaan, dan seterusnya. Sementara itu tercatat beberapa komoditi lain memberi pengaruh berbeda terhadap garis kemiskinan di perkotaan dan di
perdesaan seperti misalnya daging ayam ras dan cabe merah yang hanya memberi pengaruh besar terhadap GK di perkotaan, serta kopi dan tongkoltunacakalang yang hanya memberi pengaruh besar
terhadap GK di perdesaan. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Daftar Komoditi yang Memberi Pengaruh Besar pada
Kenaikan Garis Kemiskinan, September 2012
Komoditi Kota Komoditi Desa
1 2 3
4
Makanan Beras 26,92
Beras 33,38
Rokok kretek filter 8,67
Rokok kretek filter 8,23
Telur ayam ras 3,51
Gula pasir 3,86
Daging ayam ras 3,12
Telur ayam ras 2,61
Gula pasir 2,77
Mie instan 2,30
Tempe 2,44 Tempe
1,96 Tahu 2,15
Tahu 1,60
Mie instan 1,59
Bawang merah 1,51
Bawang merah 1,32
Kopi 1,50
Cabe merah 1,26
Tongkoltunacakalang 1,35
Bukan Makanan Perumahan 8,70
Perumahan 5,78
Pendidikan 2,71
Pakaian jadi anak-anak 1,76
Bensin 1,91
Listrik 1,55
Angkutan 1,86
Pakaian jadi perempuan dewasa 1,46
Pakaian jadi anak-anak 1,79
Bensin 1,43
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas September 2012
Lima komoditi bukan makanan pemberi sumbangan terbesar untuk Garis Kemiskinan di perkotaan dan perdesaan agak berbeda. Tercatat di perkotaan adalah perumahan, pendidikan, bensin, angkutan, dan
pakaian jadi anak-anak, sementara di perdesaan adalah perumahan, pakaian jadi anak-anak, listrik, pakaian jadi perempuan dewasa, dan bensin.
Berita Resmi Statistik No. 0601Th. XVI, 2 Januari 2013 6
5. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan