51 hasil yang konservatif. Berikut adalah table yang menyajikan harga-harga
batas untuk tahanan friksi dan tahanan ujung.
Tabel 2.8 Tabel Perhitungan Schmertmann
Type of Soil Unified scs
Description N
q
c
R
f
Side Friction tsf
End bearing tsf
Clean sand above and below all dencities
CW, GP, GM SW, SP, SM
3.5 0.6
0.019 Ñ 3.2 N
Clay-silt-sand mixes ; very silty sand, silts
and mares GC
SC ML
CL 2.0
2.0 0.04 Ñ
1.6 N
Plastics Clays CH, OH
1.0 5.0
0.05 N 0.7 N
Soft Limestones Limerock
very shelly sand 4.0
0.25 0.01 N
3.6 N
Untuk Ñ kurang dari 5, digunakan nol Untuk N lebih dari 60, digunakan 60
Reduksi disarankan untuk lempung kaku dan pasir kelempungan Diasumsikan
bahwa unconfined strength = q
u
dalam tsf = 16
q
c
bila q
u
, atau bila data uji kekuatan lain tersedia, gunakan nilai N lapangannya. q
c
= bearing capacity dari 10 cm
2
static cone dalam tsf R
f
= rasio dari side friction terhadap bearing capacity Ñ = N rata -rata – nilai dlm tiap lapis tanah
2.5.3.2. Daya Dukung Ijin Tiang Group P
all
Group
Dalam pelaksanaan jarang dijumpai pondasi yang hanya terdiri dan satu tiang saja, tetapi terdiri dan kelompok tiang.
52 Teori membuktikan dalam daya dukung kelompok tiang geser tidak sama dengan
daya dukung tiang secara individu dikalikan jumlah tiang dalam kelompok, melainkan akan lebih kecil karena adanya faktor efisiensi
10
.
tunggal tiang
dukung daya
P Eff
P :
: ,
tan :
: :
: dim
1 1
90 1
tiang 1
all group
all
= ⎥⎦
⎤ ⎢⎣
⎡ −
+ −
− =
tiang antar
jarak s
tiang diameter
d derajat
dalam s
d arc
tiang jumlah
n baris
jumlah m
ana n
m n
m m
n Eff
ϕ ϕ
Jarak antar tiang s biasanya diambil : - ujung tiang tidak mencapai tanah keras maka jarak tiang minimum
≥2d atau 2x diagonal tampang tiang
- ujung tiang mencapai tanah keras, maka jarak tiang min ≥d tiang + 30 cm atau
panjang diagonal tiang + 30 cm Semakin besar jarak tiang, maka tahanan momen akan bertambah, namun luas poer
juga akan bertambah. Sehingga harus dicari jarak tiang yang seefisien mungkin
13
.
2.5.3.3. Pmax Yang Terjadi Pada Tiang Akibat Pembebanan
vertikal beban
jumlah :
Pv pancang
tiang 1
diterima yang
max beban
: P
: Dimana
x n
max X
My y
n max
Y Mx
n Pv
P
max 2
x 2
Y max
Σ Σ
± Σ
± Σ
=
tiang kelompok
berat pusat
ke tiang
terjauh jarak
max ordinat
: Y
tiang kelompok
berat pusat
ke tiang
terjauh jarak
max absis
: X
Y arah
momen :
My X
arah momen
: Mx
pancang tiang
banyaknya :
n
max max
53
eff Y
X
P an
dibandingk SAP
output hasil
dari dapat
di P
tiang ordinat
ordinat X
arah jarak
kuadrat jumlah
x tiang
absis absis
Y arah
jarak kuadrat
jumlah y
y arah
baris satu
dalam tiang
banyak N
x arah
baris satu
dalam tiang
banyak N
, 2000
: :
: :
max 2
2
− Σ
− Σ
2.5.3.4. Kontrol Settlement
Dalam kelompok tiang pancang pile group ujung atas tiang-tiang tersebut dihubungkan satu dengan yang lainnya dengan poer yang kaku sehingga merupakan satu
kesatuan yang kokoh. Dengan poer ini diharapkan bila kelompok tiang pancang tersebut dibebani secara merata akan terjadi penurunan yang merata pula.
Penurunan kelompok tiang pancang yang dipancang sampai lapisan tanah keras akan kecil sehingga tidak mempengaruhi bangunan di atasnya. Kecuali bila di bawah lapisan keras
tersebut terdapat lapisan lempung, maka penurunan kelompok tiang pancang tersebut perlu diperhitungkan.
Pada perhitungan penurunan kelompok tiang pancang dengan tahanan ujung diperhitungkan merata pada bidang yang melalui ujung bawah tiang. Kernudian tegangan mi
disebarkan merata ke lapisan tanah sebelah bawah dengan sudut penyebaran 300. Untuk kelompok tiang pancang yang daya dukungnya didasarkan atas geseran antara
tiang dengan tanah friction pile perlu diadakan perhitungan settlement. Tegangan pada tanah akibat berat bangunan dan muatannya dapat diperhitungkan merata pada kedalaman 23
Lp panjang tiang pancang dan disebarkan dengan sudut penyebaran 300.
54 Gambar dibawah ini menunjukkan mekanisme penurunan pada tiang pancang.
Keterangan: Lp
= kedalaman tiang pancang B
= lebar poer •
Kemudian dihitung settlement untuk tiap - tiap dengan cara sebagai berikut: Dihitung Po dan P potongan masing - masing lapisan, dimana:
Po = tegangan tanah semula sebelum ada bangunan ∆P = penambahan tegangan setelah ada bangunan
Misalnya untuk lapisan 1 di titik I adalah:
2 2
1
kgcm h
2 1
- h
h Po
γ +
γ =
BL W
q =
Dimana : B = lebar kelompok tiang
L = panjang kelompok tiang 30
tan h
2 1
L 30
tan h
2 1
B q
L B
P +
+ =
∆ Tegangan tanah setelah bangunan selesai P1 = Po +
∆P
Gambar 2.10 Penurunan Tiang Pancang
55 Dengan menggunakan Po dan P1 dihitung penurunan
h ∆ untuk masing-masing
lapisan. Untuk dapat menghitung h ∆ harus ada grafik penurunan terhadap beban
dan percobaan konsolidasi untuk tiap-tiap lapisan tanah di bawah pondasi tersebut. Jadi settelement untuk lapisan 1 dapat dihitung dengan rumus
13
: H
h h
S ∆
= dimana
: S = settlement
h ∆ = penurunan
h = tebal contoh tanah untuk percobaan konsolidasi H = tebal lapisan yang ditinjau
Menurut Buisman “index compressibility ” dan pasir dapat ditentukan dengan
rumus:
Po 1.5P
C =
dimana P = nilai conus dan percobaan sondir kgcm
2
Po = tekanan vertikal path dalam yang bersangkutan Settlement:
Po P
log C
H S
1
=
dimana : S
= settlement H
= tebal lapisan yang ditinjau P
1
= tekanan vertikal efektif setelah bangunan selesai Pc
= tekanan vertikal efektif sebelum ada bangunan C
= index of compressibility
56
2.5.3.5. Kontrol Gaya Horisontal