Tinggi Dam Tinggi Jagaan Free Board

Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang HILALUDIN L2A 001 078 44 JOKO SANTOSO L2A 001 086 Tin ggi e mbu ng Me rcu e mbu ng Ti ngg i jag aan T inggi jagaan M ercu em bung

2.3. P ERENCANAAN TUBUH DAM

Beberapa istilah penting mengenai tubuh dam :

2.3.1. Tinggi Dam

Tinggi dam adalah perbedaan antara elevasi permukaan pondasi dan elevasi mercu dam. Apabila pada dam dasar dinding kedap air atau zona kedap air, maka yang dianggap permukaan pondasi adalah garis perpotongan antara bidang vertikal yang melalui hulu mercu dam dengan permukaan pondasi alas dam tersebut Tinggi maksimal untuk dam adalah 20 m Sosrodarsono Takeda, 1978. Gambar 2-7 Tinggi Dam

2.3.2. Tinggi Jagaan Free Board

Tinggi jagaan adalah perbedaan antara elevasi permukaan maksimum rencana air dalam waduk dan elevasi mercu dam. Elevasi permukaan air maksimum rencana biasanya merupakan elevasi banjir rencana waduk. Gambar 2-8 Tinggi Jagaan pada Mercu Dam Tinggi jagaan dimaksudkan untuk menghindari terjadinya peristiwa pelimpasan air melewati puncak bendungan sebagai akibat diantaranya dari a. Debit banjir yang masuk waduk. b. Gelombang akibat angin. c. Pengaruh pelongsoran tebing-tebing di sekeliling dam. d. Gempa. Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang HILALUDIN L2A 001 078 45 JOKO SANTOSO L2A 001 086 e. Penurunan tubuh bendungan. f. Kesalahan di dalam pengoperasian pintu. Tinggi jagaan adalah jarak vertikal antara puncak bendungan dengan permukaan air reservoir. Tinggi jagaan normal diperoleh sebagai perbedaan antara elevasi puncak bendungan dengan elevasi tinggi muka air normal di dam. Tinggi jagaan minimum diperoleh sebagai perbedaan antara elevasi puncak bendungan dengan elevasi tinggi muka air maksimum di reservoir yang disebabkan oleh debit banjir rencana saat pelimpah bekerja normal. Tinggi tambahan adalah sebagai perbedaan antara tinggi jagaan normal dengan tinggi jagaan minimum. Tinggi jagaan diperoleh dari persamaan sebagai berikut ini. Kriteria I : i a e w f h h h atau h h H            2 ............................................................ 2.44 Sosrodarsono Takeda, 1978 Kriteria II : i a e w f h h h h H     2 .............................................................................. 2.45 Sosrodarsono Takeda, 1978 dengan : H f = tinggi jagaan m h w = tinggi ombak akibat tiupan angin m h e = tinggi ombak akibat gempa m h a = perkiraan tambahan tinggi akibat penurunan tubuh bendungan m h i = tinggi tambahan m Tambahan tinggi akibat gelombang Hw dihitung berdasarkan pada kecepatan angin, jarak seret gelombang fecth dan sudut lereng hulu dari bendungan. Apabila didasarkan pada tinggi dam yang direncanakan, maka standar tinggi jagaan dam urugan adalah sebagai berikut : Perencanaan Dam dan Spillway Yang Dilengkapi PLTMH di Kampus Tembalang HILALUDIN L2A 001 078 46 JOKO SANTOSO L2A 001 086 Tabel 2.19 Tinggi Jagaan Lebih rendah dari 50 m H f  2 m Dengan tinggi antara 50-100 m H f  3 m Lebih tinggi dari 100 m H f  3,5 m Sosrodarsono Takeda, 1978

2.3.3. Kemiringan Lereng Slope Gradient