HUBUNGAN ANTARA PERAN TENAGA KESEHATAN SEBAGAI HEALTH EDUCATOR DENGAN TINDAKAN IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN CIPTOMULYO MALANG
HUBUNGAN ANTARA PERAN TENAGA KESEHATAN
SEBAGAI
HEALTH EDUCATOR
DENGAN TINDAKAN
IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI
KELURAHAN CIPTOMULYO MALANG
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Keperawatan (S.Kep) Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang
Oleh:
NININ ERNIAWATI
201110420311124
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
(2)
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
HUBUNGAN ANTARA PERAN TENAGA KESEHATAN
SEBAGAI
HEALTH EDUCATOR
DENGAN TINDAKAN
IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI
KELURAHAN CIPTOMULYO MALANG
SKRIPSI
Disusun Oleh : NININ ERNIAWATI
NIM. 201110420311124
Skripsi ini Telah Disetujui Untuk diujikan Pada Tanggal Juli 2015
Pembimbing II,
Ririn Harini, S.Kep, Ns, M.Kep NIP.UMM.11205010420 Pembimbing I,
Nur Lailatul Masruroh, S.Kp, Ns, MNS NIP.UMM.11205010421
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang
Nurul Aini, S.Kep.Ns.M.Kep NIP.UMM.11205010419
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN ANTARA PERAN TENAGA KESEHATAN
SEBAGAI
HEALTH EDUCATOR
DENGAN TINDAKAN
IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI
KELURAHAN CIPTOMULYO MALANG
SKRIPSI
Disusun oleh : NININ ERNIAWATI NIM. 201110420311124Diujikan
Pada Tanggal 06 Agustus 2015
Penguji I Penguji II
Nur Lailatul Masruroh, S.Kep, Ns, MNS Ririn Harini, S.Kep, Ns,M.Kep NIP.UMM. 112.0501.0421 NIP.UMM. 112.0501.0420
Penguji III Penguji IV
Nurul Aini, S.Kep, Ns, M.Kep Aini Alifatin, S.Kp, M.Kep NIP.UMM. 112.0501.0419 NIP.UMM. 112.9311.0305
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang
Yoyok Bekti Prasetyo, M.Kep, Sp.Kom NIP.UMM. 112.0309.0405
(4)
v
Terimakasih untuk orang tua ku tercinta. Bapak (Sudirman), Mak (Hadijah), Bapak Ia (Alwi), Mak ia (Sawariyah). Semoga Allah SWT. membalas semua kebaikan dan kasih sayang mu dan memberi petunjuk kepada kita semua, “Tunjukilah kami jalan yang lurus (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat
kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
(5)
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : NININ ERNIAWATI NIM : 201110420311124
Program Studi : Ilmu Keperawatan FIKES UMM
Judul Skripsi : HUBUNGAN ANTARA PERAN TENAGA KESEHATAN SEBAGAI HEALTH EDUCATOR DENGAN TINDAKAN IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN CIPTOMULYO MALANG
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Malang, 28 Juli 2015 Yang Membuat Pernyataan
Ninin Erniawati
NIM. 201110420311124
(6)
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan antara Peran Tenaga Kesehatan sebagai Health Educator dengan Tindakan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Ciptomulyo Malang”
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada program studi ilmu keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang.
Berdasarkan dengan ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada:
1. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, S.Kep.,M.Kep., Sp.Kom selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Ibu Nurul Aini, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. 3. Ibu Nur Lailatul Masruroh, S.Kp, Ns, MNS selaku pembimbing I yang telah
membimbing sabar dan bijaksana memberikan bimbingan dan masukan yang sangat bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Ririn Harini, S.Kep, Ns, M.Kep selaku pembimbing II yang telah memberikan ilmu dan menginspirasi penulis dalam menyelesaikan sripsi ini. 5. Ibu Nurul Aini, S.Kep.Ns.M.Kep dan Ibu Aini Alifatin, S.Kp,M.Kep sebagai
penguji I dan II yang telah memberikan masukan dan saran-saran untuk melengkapi tugas akhir ini.
(7)
vii
6. Bapak Chairul Huda, S.Kep., Ns sebagai Wali Dosen PSIK kelas C angkatan 2011, yang memberikan dukungan untuk mengerjakan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan ilmunya.
8. Teman-teman PSIK C 2011 dan semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu-persatu yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT memudahkan setiap langkah-langkah kita menuju kebaikan dan selalu menganugerahkan kasihsayang-Nya untuk kita semua. Akhir kata penulis mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bidang keperawatan. Amin.
Malang, Juli 2015
(8)
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Lembar Persetujuan ... ii
Lembar Pengesahan ... iii
Lembar Pernyataan Keaslian ... iv
Lembar Persembahan ... v
Kata Pengantar ... vi
Abstrak ... viii
Abstract ... ix
Daftar Isi ... x
Daftar Tabel ... xiii
Daftar Gambar ... xiv
Daftar Lampiran ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 7
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.3.1 Tujuan Umum ... 7
1.3.2 Tujuan Khusus ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
1.4.1 Bagi Peneliti ... 8
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan ... 8
1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya ... 8
1.4.4 Bagi Tenaga Kesehatan ... 8
1.5 Batasan Penelitian ... 9
1.6 Keaslian Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1 Konsep ASI Eksklusif ... 11
2.1.1 Definisi ASI Eksklusif ... 11
2.1.2 Komponen ASI ... 11
2.1.3 Manfaat Pemberian ASI ... 14
2.1.4 Pengelompokan ASI ... 16
2.1.5 ASI dalam Berbagai Aspek ... 17
2.1.6 Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif ... 21
2.1.7 Teknik Memerah ASI dengan Benar ... 24
2.1.8 Upaya Memperbanyak ASI ... 25
2.1.9 Tanda Bayi Cukup ASI ... 26
2.1.10 Cara Merawat Payudara ... 26
2.1.11 Posisi dalam Menyusui ... 27
2.1.12 Program Laktasi ... 28
2.2 Konsep Perilaku ... 30
2.2.1 Definisi Perilaku ... 30
2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku ... 31
2.2.3 Bentuk Perubahan Perilaku ... 32
(9)
xi
2.2.5 Adopsi Perilaku ... 34
2.2.6 Perilaku Kesehatan ... 34
2.2.7 Ranah (Domain) Perilaku ... 36
2.2.7.1 Pengetahuan (knowledge) ... 36
2.2.7.2 Sikap (attitude) ... 37
2.2.7.3 Tindakan atau Praktik (practice) ... 39
2.2.8 Strategi Perubahan Perilaku ... 39
2.2.9 Proses Perubahan Perilaku ... 40
2.2.10 Perilaku Ibu dalam Pemberian ASI ... 41
2.3 Konsep Pendidikan Kesehatan ... 41
2.3.1 Definisi Pendidikan Kesehatan ... 41
2.3.2 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan ... 42
2.3.3 Visi dan Misi Pendidikan Kesehatan ... 44
2.3.4 Strategi Pendidikan Kesehatan ... 45
2.3.5 Pendidikan Kesehatan Pada Ibu Menyusui ... 46
2.3.7 Hubungan Peran Tenaga Kesehatan sebagai Health Educator dengan Perilaku Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif ... 46
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 49
3.1 Kerangka Konsep ... 49
3.2 Hipotesis Penelitian ... 50
BAB IV METODE PENELITIAN ... 51
4.1 Desain Penelitian ... 51
4.2 Populasi, Sampel dan sampling ... 53
4.2.1 Populasi ... 53
4.2.2 Sampel ... 53
4.2.3 Teknik Sampling ... 54
4.3 Variabel Penelitian ... 54
4.3.1 Variabel Independen ... 54
4.3.2 Variabel Dependen ... 55
4.4 Definisi Operasional ... 55
4.5 Tempat Penelitian... 57
4.6 Waktu Penelitian ... 57
4.7 Instrumen Penelitian ... 57
4.7.1 Uji Validitas ... 60
4.7.2 Uji Reliabilitas ... 61
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ... 62
4.8.1 Tahap Persiapan ... 62
4.8.2 Tahap Pelaksanaan ... 62
4.8.3 Tahap Pengumpulan Data ... 63
4.8.4 Tahap Pengelolaan Data ... 63
4.9 Analisa Data ... 63
4.9.1 Univariat ... 64
4.9.2 Bivariat ... 64
4.10 Etika Penelitian ... 65
4.10.1 Lembar Persetujuan (Informed Consent) ... 65
(10)
xii
4.10.3 Kerahasiaan (Confidentiality) ... 66
BAB V HASIL PENELITIAN ... 67
5.1 Karakteristik Responden ... 67
5.2 Peran Tenaga Kesehatan sebagai Health Educator ... 68
5.3 Tindakan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif ... 68
5.4 Hubungan antara Peran Tenaga Kesehatan sebagai Health Educator dengan Tindakan Ibu dalam Pemberian ASI Ekaklusif ... 69
BAB VIPEMBAHASAN ... 70
6.1 Identifikasi Peran Tenaga Kesehatan sebagai Health Educator ... 70
6.2 Identifikasi Tindakan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif ... 72
6.3 Hubungan antara Peran Tenaga Kesehatan sebagai Health Educator dengan Tindakan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif ... 74
6.4 Keterbatasan Penelitian ... 76
6.4.1 Proses Penelitian ... 76
6.4.2 Tidak Mengkaji Lebih Lanjut Karakteristik Umum Tenaga Kesehatan . 76 6.5 Implikasi Keperawatan ... 76
BAB VII PENUTUP ... 78
7.1 Kesimpulan ... 78
7.2 Saran ... 78
7.2.1 Bagi Ibu Menyusui ... 78
7.2.2 Bagi Puskesmas Ciptomulyo ... 79
7.2.3 Bagi Keperawatan ... 79
7.2.4 Bagi Institusi ... 79
7.2.5 Bagi Peneliti Berikutnya ... 79
(11)
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Definisi Operasional ... 56 Tabel 2 Kisi-Kisi Kuisioner Peran Tenaga Kesehatan sebagai Health Educator dan
Tindakan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif ... 59 Tabel 3 Distribusi Frekuansi Karakteristik Responden di Kelurahan Ciptomulyo,
Malang Juni 2015... 67 Tabel 4 Peran Tenaga Kesehatan Sebagai Health Educator di Kelurahan Ciptomulyo,
Malang Juni 2015... 68 Tabel 5 Tindakan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Ciptomulyo,
Malang Juni 2015... 69 Tabel 6 Hubungan antara Peran Tenaga Kesehatan sebagai Health Educator dengan
Tindakan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan
Ciptomulyo, Malang Juni 2015 ... 69
(12)
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Konsep ... 49 Gambar 2 Desain Penelitian ... 51 Gambar 3 Kerangka Penelitian ... 52
(13)
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Studi Pendahuluan dan Penelitian ... 83
Lampiran 2 Surat Tugas Pembimbing ... 84
Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 85
Lampiran 4 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 86
Lampiran 5 Lembar Kuesioner ... 87
Lampiran 6 Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 90
Lampiran 7 Karakteristik Responden ... 94
Lampiran 8 Uji Validitas ... 96
Lampiran 9 Hasil Analisa Data ... 97
Lampiran 10 Angket Persetujuan ... 99
Lampiran 11 Lembar Konsultasi ... 100
Lampiran 12 Dokumentasi ... 102 Lampiran 13 Curriculum Vitae
(14)
80
DAFTAR PUSTAKA
Ali, H. Z. (2010). Dasar-Dasar Pendidikan Kesehatan Masyarakat dan Promosi Kesehatan. Jakarta: TIM.
Ambarwati, R., Muis, S. F., & Susantini, P. (2013). Pengaruh Konseling Laktasi Intensif Terhadap Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif. Gizi Indonesia Vol.2 No.1 .
Aprillia, Y. (2009). Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini dan ASI eksklusif. TESIS , 3.
Arief, N. (2009). Panduan Ibu Cerdas (ASI dan Tumbuh Kembang Bayi). Yogyakarta: Media Pressindo.
Astuti, I. (2013). Determinan Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Menyusui. Health Quality Vol. 4 No.1 .
Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur. (2015). Rata-rata Lamanya Bayi Usia 0-1 Tahun Diberi ASI Tanpa Makanan/Minuman Tambahan Menurut Kabupaten/Kota, 2011-2013. (online), (http://jatim.bps.go.id), diakses 21
Maret 2015
____________________________________________. Angka Kematian Bayi (AKB) Penduduk Jawa Timur Menurut Kabupaten/Kota, 2009-2013. (online), (http://jatim.bps.go.id), diakses 21 Maret 2015
Baskoro, A. (2008). ASI: Panduan Praktis Ibu Menyusui. Yogyakarta: Banyu Media. Chayatin, W. I. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas 1. Jakarta: Salemba Medika.
Firmansyah, N., & Mahmudah. (2012). Pengaruh Karakteristik (Pendidikan, Pekerjaan), Pengetahuan dan Sikap Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Tuban. Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Volume 1 Nomor 1 , 67. Hidayat, AA. (2008). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika
Indriyani, D., & Asmuji. (2014). Buku Ajar Keperawatan Maternitas: Upaya Promotif dan Preventif dalam Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Kadir, N. A. (2014). Menelusuri Akar Masalah Rendahnya Persentase Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia. Al Hikmah VOL XV Nomor 1 , 107.
Lestari, D., Zuraida, R., & Larasati, T. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Air Susu Ibu dan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Fajar Bulan. Medical Journal of Lampung University Volume 2 No 4 , 93.
(15)
81
Merdhika, W. A., Mardji, & Devi, M. (2014). Pengaruh Penyuluhan ASI Eksklusif Terhadap Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dan Sikap Ibu Menyusui. Teknologi dan Kejuruan VOL 37 NO 1 , 66.
Mubarak, W. I. (2011). Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. Mubarak, W. I., & Chayatin, N. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas 1. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Novita, N., & Franciska, Y. (2011). Promosi Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2013). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Nuryanti, L., & Asyanti, S. (2009). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif. Dinamika sosial ekonomi Volume 5 No 2 , 195.
Proverawati, A., & Rahmawati, E. (2010). Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.
Purwanti, H. S. (2004). Konsep penerapan ASI Eksklusif. Jakarta: EGC.
Rahayu, S., & Apriningrum, N. (2014). Faktor - Faktor Yang Berhubungan Pemberian ASI Eksklusif Pada Karyawan UNSIKA. Jurnal Ilmiah Solusi Vol. 1 No.1 , 61.
Rahmawati, M. D. (2010). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Menyusui di Kelurahan Pedalangan Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. jurnal KesMaDaSka, Vol 1 No. 1 , 10.
Ramalah, S. (2005). ASI dan Menyusui. Jakarta: PT Buana Ilmu Populer.
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). (2013). Laporan Riskesdas 2013 Final. (online), (http://www.litbang.depkes.go.id), diakses 26 Januari 2013
Roesli, U. (2005). Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya. Rosita, s. (2008). ASI untuk Kecerdasan Bayi . Yogyakarta: Ayyana.
Rukiyah, A. Y., Yulianti, L., & Liana, M. (2010). Asuhan Kebidanan III:Nifas. Jakarta: Trans Info media.
Santi, M. Y. (2014). Implementasi Kebijakan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Melalui Konseling oleh Bidan Konselor. Kesehatan Masyarakat Nasional VOL 8, No.8 , 346.
Setiawan, S., & Dermawan, A. (2008). Proses Pembelajaran dalam Pendidikan Kesehatan. Jakarta: TIM.
(16)
82
Sriningsih, I. (2011). Faktor Demografi, Pengetahuan Ibu Tentang Air Susu Ibu dan Pemberian ASI Eksklusif. Jurnal Kesehatan Masyarakat , 104.
Sugiyono. (2013a). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta Sugiyono. (2013b). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
Sulistyawati, A. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: ANDI.
Supiyatun. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang ASI Eksklusif terhadap Motivasi Ibu Hamil dalam Pemberian ASI eksklusif.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan. (2015). (online), (http://hukumonline.com), Di akses 3 Mei 2015
Wadud, M. A. (2013). Hubungan Umur Ibu dan Paritas dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Berusia 0-6 Bulan di Puskesmas Pembina Palembang.
Wadud, M. A. (2013). Hubungan Umur Ibu dan Paritas dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Berusia 0-6 Bulan di Puskesmas Pembina Palembang.
Wawan, A., & M., D. (2011). Teori dan pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
Widdelfrita, & Mohanis. (2013). Peran Petugas Kesehatan dan Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Ekslusif. Jumal Kesehatan lvlasyarakat Vol. 8, No. 1 , 42.
Wulandari, S., Komariah, M., & Ermiaty. (2008). Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Pemberian ASI Eksklusif oleh Ibu-Ibu yang Bekerja sebagai Perawat di RS. AL-ISLAM Kota Bandung. Volume 10 No XIX , 86.
Yuliarti, N. (2010). Keajaiban ASI-Makanan Terbaik untuk Kesehatan, Kecerdasan, dan Kelincahan Si Kecil. Yogyakarta: ANDI.
(17)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
ASI eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain walaupun hanya air putih sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai bayi berumur dua tahun (Purwanti, 2004: 3). Menurut Baskoro (2008: 21) ASI eksklusif didefinisikan sebagai konsumsi dan asupan makanan bagi bayi, asupan makanan tersebut adalah air susu ibu tanpa suplemen jenis apapun baik itu air, juice, makanan dalam bentuk apapun kecuali vitamin, mineral, dan pengobatan. Selain itu ASI eksklusif juga didefinisikan sebagai perilaku dimana hanya memberikan air susu ibu saja kepada bayi sampai umur 6 bulan tanpa makanan dan ataupun minuman lain kecuali sirup obat.
Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menyebutkan bahwa di Indonesia proses menyusui kurang dari satu jam setelah persalinan menunjukkan peningkatan dari 29,3 % (2010) menjadi 34,5 % (2013) dan persentase pemberian ASI saja dalam 24 jam terakhir semakin menurun seiring meningkatnya umur bayi dengan persentase terendah 30,2 % pada anak umur 6 bulan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur menyebutkan bahwa di kota Malang rata-rata bayi usia 0-1 tahun yang diberi ASI tanpa makanan atau minum lain pada tahun 2013 hanya 3,77 % dan data terakhir yang diperoleh peneliti dari Dinas Kesehatan kota Malang tahun 2013 menyebutkan bahwa
(18)
2
Puskesmas Ciptomulyo memiliki angka terendah 57,2 % dalam cakupan pemberian ASI eksklusif se-kota Malang.
Beberapa alasan ibu tidak memberikan ASI kepada bayinya antara lain karena pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI eksklusif masih rendah, tatalaksana rumah sakit yang salah dan banyaknya ibu yang mempunyai pekerjaan di luar rumah (Yuliarti, 2010: 2). Menurut Siregar (2004), alasan ibu yang tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya, antara lain adalah ibu merasa produksi ASI kurang, kesulitan bayi dalam menghisap, ibu bekerja, keinginan untuk disebut modern dan pengaruh iklan/promosi pengganti ASI, selain itu bagaimana sikap serta perilaku petugas kesehatan yang pertama kali membantu ibu selama proses persalinan (Aprillia, 2009: 3). Masalah lain yang sering terjadi
adalah puting susu nyeri/lecet, payudara bengkak (engorgement), saluran susu
tersumbat (obstructive duct), mastitis atau radang pada payudara, abses payudara
dan kelainanan anatomis pada puting susu (Soetjiningsih, 2014: 105).
Berdasarkan hasil wawancara selama 2 hari yang dilakukan oleh peneliti pada
4 ibu yang melakukan antenatal care di Puskesmas Ciptomulyo hanya 1 ibu yang
menerima health education tentang ASI eksklusif sedangkan 10 ibu yang memiliki
balita ≥ 6 bulan – 2 tahun hanya 1 ibu yang memberikan ASI eksklusif dan
memiliki riwayat pernah menerima health education tentang ASI eksklusif dari
tenaga kesehatan. Menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif baik bagi ibu maupun bayinya. Bagi bayi, menyusui mempunyai peran penting untuk menunjang pertumbuhan, kesehatan, dan kelangsungan hidup bayi karena ASI kaya dengan zat gizi dan antibodi. Bagi ibu, menyusui dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas karena proses menyusui akan merangsang kontraksi
(19)
3
dalam jangka panjang dapat memperpanjang jarak kelahiran karena masa
amenorhoe lebih panjang (Riskesdas, 2013: 242).
Menyadari dan memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap manfaat menyusui tidak berarti menyusui dipraktikkan seperti yang direkomendasikan. Tindakan pemberian ASI diyakini menjadi salah satu masalah mendasar dari anak kurang gizi. WHO sebagaimana dikutip oleh UNICEF, mencatat bahwa 37% dari anak-anak Indonesia bertubuh kerdil, dan Indonesia menyumbang sebagai urutan kelima terbesar dalam jumlah anak yang pertumbuhannya terhambat di seluruh dunia. Mengutip Waterlow & Schürch, Schmidt et al,
stunting atau kerdil memiliki implikasi kesehatan pada masyarakat luas karena bisa
meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas, merusak saraf dan mental perkembangan, dan menurunkan kemampuan fisik untuk bekerja (Kadir, 2014: 107).
Angka kematian bayi (AKB) menjadi isu penting dalam kebijakan pemerintah Indonesia terkait dengan salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau
Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015, menurunkan angka
kematian anak balita dua pertiga dari 68 menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup. Namun, sampai tahun 2007 angka kematian bayi di Indonesia adalah 34 per 1.000 kelahiran hidup (Santi, 2014: 346). Penyebab tingginya AKB disebabkan oleh banyak hal, salah satunya adalah dari faktor status gizi bayi. Status gizi bayi dapat ditingkatkan melalui pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif selama enam bulan sejak kelahiran bayi guna menurunkan AKB di Indonesia setiap tahunnya. Pemberian ASI secara eksklusif dapat menekan angka kematian bayi hingga 13%. Menurut hasil penelitian Khairunniyah (2004), pemberian ASI eksklusif berpengaruh pada kualitas kesehatan bayi. Semakin sedikit jumlah bayi
(20)
4
yang mendapat ASI eksklusif, maka kualitas kesehatan bayi dan anak balita akan semakin buruk (Wulandari, dkk: 2008: 86).
Menurut Departemen Kesehatan RI (2005) dampak dari permasalahan yang ada saat ini adalah Kurang Energi Protein (KEP) pada bayi. Hal ini dikarenakan rendahnya pemberian ASI eksklusif dapat memberikan peluang bagi penggunaan susu formula bayi atau Pengganti ASI (PASI) maupun penggunaan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang terlalu dini, mempunyai resiko terjadinya diare, sehingga dapat menyebabkan terjadinya KEP pada anak balita (Merdhika, dkk 2014: 66).
Mengingat begitu pentingnya ASI eksklusif bagi kesehatan bayi dan kesejahteraan manusia pada umumnya maka para ahli sedunia membuat
kesepakatan dalam Deklarasi Innocenti (1990) yang membicarakan tentang
kesehatan anak dan hubungannya dengan ASI. Deklarasi tersebut disepakati perlunya kampanye ASI melalui pekan ASI sedunia yang dilakukan setiap
minggu pertama bulan Agustus (Word Breat-Feeding Week). Tujuannya untuk
menyadarkan kembali masyarakat betapa pentingnya ASI supaya para ibu mau menyusui bayinya. WHO bersama UNICEF juga mencanangkan gerakan Rumah Sakit Sayang Bayi (RSSB) yang bertujuan untuk meningkatkan penggunaan ASI dengan sepuluh langkah terpadu menuju perubahan yang komprehensif. Salah satu perubahan yang menjadi target adalah perubahan institusional dari institusi-institusi kesehatan yang memberikan layanan kepada ibu dan anak agar mendukung pemberian ASI eksklusif (Walker, 1996 dalam Nuryanti & Asyanti, 2009: 195).
Kebijakan yang mengatur tentang pemberian ASI eksklusif beberapa diantaranya adalah Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009
(21)
5
tentang kesehatan pasal 128 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis. Kepmenkes No 450/Menkes/Sk/Vi/2004 tentang Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia menetapkan pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif bagi bayi di Indonesia sejak bayi lahir sampai dengan bayi berumur 6 (enam) bulan dan dianjurkan dilanjutkan sampai anak berusia 2 (dua) tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai dan tenaga kesehatan agar menginformasikan kepada semua ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI ekslusif dengan mengacu pada 10 langkah keberhasilan menyusui (LMKM).
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia No. 03 tahun 2010 tentang Penerapan Sepuluh Langkah
Menuju Keberhasilan Menyusui pasal 5 yaitu 1. Sarana Pelayanan Kesehatan
(SPK) mempunyai kebijakan Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI)
tertulis yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas; 2. Melakukan
pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan untuk
menerapkan kebijakan tersebut; 3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang
manfaat menyusui dan penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa
bayi lahir sampai umur 2 tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui; 4.
Membantu ibu hamil menyusui bayi nya dalam 30 menit setelah melahirkan,
yang dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat operasi caesar, bayi
disusui setelah 30 menit ibu sadar; 5. Membantu ibu bagaimana cara menyusui
yang benar dan cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas
indikasi medis; 6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI
(22)
6
ibu bersama bayi 24 jam sehari; 8. Membantu ibu menyusui semua bayi semau
ibu, tanpa pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui; 9. Tidak
memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI; 10. Mengupayakan
terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari rumah sakit/rumah bersalin/sarana pelayanan kesehatan. Upaya yang telah dilakukan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Ciptomulyo adalah penyuluhan dan konseling tentang ASI yang biasanya disampaikan setiap bulannya saat kegiatan posyandu.
Berbagai upaya telah dilakukan dalam meningkatkan pemberian ASI eksklusif. Namun pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan masih rendah. Oleh karena itu butuh peran pihak yang kompeten seperti tenaga kesehatan sebagai
health educator dalam memberikan KIE tentang ASI. Dalam mendukung
pemberian ASI eksklusif pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tahun 2012 tentang Air Susu Ibu Eksklusif. Dalam pasal 13 disebutkan untuk mencapai pemanfaatan pemberian ASI eksklusif secara optimal, tenaga kesehatan dan penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan wajib memberikan informasi dan edukasi ASI eksklusif kepada ibu dan/atau anggota keluarga dari bayi yang bersangkutan sejak pemeriksaan kehamilan sampai dengan periode pemberian ASI eksklusif selesai. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan yang dimaksud menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan pasal 11 yaitu tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan dan tenaga kesehatan
(23)
7
masyarakat. Informasi dan edukasi ASI eksklusif sebagaimana dimaksud paling sedikit mengenai keuntungan dan keunggulan pemberian ASI, gizi ibu, persiapan dan mempertahankan menyusui, akibat negatif dari pemberian makanan botol secara parsial terhadap pemberian ASI, dan kesulitan untuk mengubah keputusan untuk tidak memberikan ASI. Pemberian informasi dan edukasi ASI eksklusif sebagaimana dimaksud dapat dilakukan melalui penyuluhan, konseling dan pendampingan (Menkes, 2012).
Berdasarkan masalah diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian guna
mengetahui hubungan antara peran tenaga kesehatan sebagai health educator
dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif di kelurahan Ciptomulyo, Malang.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara peran tenaga kesehatan sebagai health educator
dengan tindakan ibu dalam pemberian ASI eksklusif.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara peran tenaga kesehatan sebagai health educator
dengan tindakan ibu dalam pemberian ASI eksklusif.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi peran tenaga kesehatan sebagai health educator dengan
pemberian ASI eksklusif.
(24)
8
3. Mengetahui hubungan antara peran tenaga kesehatan sebagai health educator
dengan tindakan ibu dalam pemberian ASI eksklusif.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Bagi peneliti penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta peneliti dapat mengaplikasikan teori yang didapat serta mencari sinergi dan kenyataan dilapangan tentang hubungan antara peran
tenaga kesehatan sebagai health educator dengan perilaku ibu dalam pemberian
ASI eksklusif.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai dokumentasi serta informasi dalam rangka pengembangan pengetahuan mahasiswa mengenai hubungan antara peran tenaga kesehatan
sebagai health educator dengan tindakan ibu dalam pemberian ASI eksklusif.
1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan dasar atau rujukan untuk melakukan penelitian selanjutnya secara berkesinambungan terhadap masalah pemberian ASI eksklusif.
1.4.4 Bagi Tenaga Kesehatan
Dapat memberikan health education kepada ibu tentang pentingnya
(25)
9
1.5 Batasan Penelitian
Peneliti membatasi masalah penelitian ini pada hubungan antara peran
tenaga kesehatan sebagai health educator dengan tindakan ibu dalam pemberian
ASI eksklusif.
1.6 Keaslian Penelitian
1. Penelitian yang dilakukan Astuti (2013) tentang “determinan pemberian
ASI eksklusif pada ibu menyusui” dengan menggunakan metode penelitian
cross sectional. Didapatkan hasil 21,3% ibu yang memberikan ASI eksklusif
ada peran dari petugas kesehatan. Hasil uji statistik diperoleh p<0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara peran petugas kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif. Dari Hasil analisis didapatkan nilai OR = 9,450 artinya ibu yang mempunyai peran petugas kesehatan berpeluang memberikan ASI eksklusif sebanyak 9,45 kali dibandingkan ibu yang tidak mempunyai peran petugas kesehatan. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah terdapat pada variabel, waktu dan tempat penelitian.
2. Penelitian yang dilakukan Ambarwati, dkk (2013) tentang “Pengaruh
konseling laktasi intensif terhadap pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif
sampai 3 bulan” dengan menggunakan penelitian quasi experiment dengan
non equivalent control group. Didapatkan adanya peningkatan pengetahuan,
perubahan sikap, dan peningkatan praktik pemberian ASI eksklusif pada kelompok perlakuan yang mendapat konseling laktasi intensif dari 2 (16,7%) menjadi 10 (83,3%) ibu. Perbedaan penelitian tersebut dengan
(26)
10
penelitian yang dilakukan peneliti adalah terdapat pada variabel, waktu dan tempat penelitian.
3. Penelitian yang dilakukan Kurniawan (2013) tentang “determinan
keberhasilan pemberian ASI eksklusif” dengan menggunakan penelitian
Cross sectional retrospective study. Didapatkan hasil bahwa responden yang
memberikan ASI eksklusif berdasarkan faktor pre/post natal, jumlah terbesar didapatkan pada kelompok yang sering mendapatkan penyuluhan
ASI (14,7 %) dan melakukan antenatal care ke dokter (21,3 %). Perbedaan
penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah terdapat pada variabel, waktu dan tempat penelitian.
(1)
tentang kesehatan pasal 128 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis. Kepmenkes No 450/Menkes/Sk/Vi/2004 tentang Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia menetapkan pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif bagi bayi di Indonesia sejak bayi lahir sampai dengan bayi berumur 6 (enam) bulan dan dianjurkan dilanjutkan sampai anak berusia 2 (dua) tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai dan tenaga kesehatan agar menginformasikan kepada semua ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI ekslusif dengan mengacu pada 10 langkah keberhasilan menyusui (LMKM).
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia No. 03 tahun 2010 tentang Penerapan Sepuluh Langkah
Menuju Keberhasilan Menyusui pasal 5 yaitu 1. Sarana Pelayanan Kesehatan
(SPK) mempunyai kebijakan Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI)
tertulis yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas; 2. Melakukan
pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan untuk
menerapkan kebijakan tersebut; 3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang
manfaat menyusui dan penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa
bayi lahir sampai umur 2 tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui; 4.
Membantu ibu hamil menyusui bayi nya dalam 30 menit setelah melahirkan,
yang dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat operasi caesar, bayi
disusui setelah 30 menit ibu sadar; 5. Membantu ibu bagaimana cara menyusui
yang benar dan cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas
indikasi medis; 6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI
(2)
ibu bersama bayi 24 jam sehari; 8. Membantu ibu menyusui semua bayi semau
ibu, tanpa pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui; 9. Tidak
memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI; 10. Mengupayakan
terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari rumah sakit/rumah bersalin/sarana pelayanan kesehatan. Upaya yang telah dilakukan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Ciptomulyo adalah penyuluhan dan konseling tentang ASI yang biasanya disampaikan setiap bulannya saat kegiatan posyandu.
Berbagai upaya telah dilakukan dalam meningkatkan pemberian ASI eksklusif. Namun pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan masih rendah. Oleh karena itu butuh peran pihak yang kompeten seperti tenaga kesehatan sebagai
health educator dalam memberikan KIE tentang ASI. Dalam mendukung
pemberian ASI eksklusif pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tahun 2012 tentang Air Susu Ibu Eksklusif. Dalam pasal 13 disebutkan untuk mencapai pemanfaatan pemberian ASI eksklusif secara optimal, tenaga kesehatan dan penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan wajib memberikan informasi dan edukasi ASI eksklusif kepada ibu dan/atau anggota keluarga dari bayi yang bersangkutan sejak pemeriksaan kehamilan sampai dengan periode pemberian ASI eksklusif selesai. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan yang dimaksud menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan pasal 11 yaitu
(3)
masyarakat. Informasi dan edukasi ASI eksklusif sebagaimana dimaksud paling sedikit mengenai keuntungan dan keunggulan pemberian ASI, gizi ibu, persiapan dan mempertahankan menyusui, akibat negatif dari pemberian makanan botol secara parsial terhadap pemberian ASI, dan kesulitan untuk mengubah keputusan untuk tidak memberikan ASI. Pemberian informasi dan edukasi ASI eksklusif sebagaimana dimaksud dapat dilakukan melalui penyuluhan, konseling dan pendampingan (Menkes, 2012).
Berdasarkan masalah diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian guna
mengetahui hubungan antara peran tenaga kesehatan sebagai health educator
dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif di kelurahan Ciptomulyo, Malang.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara peran tenaga kesehatan sebagai health educator
dengan tindakan ibu dalam pemberian ASI eksklusif.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara peran tenaga kesehatan sebagai health educator
dengan tindakan ibu dalam pemberian ASI eksklusif.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi peran tenaga kesehatan sebagai health educator dengan
pemberian ASI eksklusif.
(4)
3. Mengetahui hubungan antara peran tenaga kesehatan sebagai health educator dengan tindakan ibu dalam pemberian ASI eksklusif.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti
Bagi peneliti penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta peneliti dapat mengaplikasikan teori yang didapat serta mencari sinergi dan kenyataan dilapangan tentang hubungan antara peran
tenaga kesehatan sebagai health educator dengan perilaku ibu dalam pemberian
ASI eksklusif.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai dokumentasi serta informasi dalam rangka pengembangan pengetahuan mahasiswa mengenai hubungan antara peran tenaga kesehatan
sebagai health educator dengan tindakan ibu dalam pemberian ASI eksklusif.
1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan dasar atau rujukan untuk melakukan penelitian selanjutnya secara berkesinambungan terhadap masalah pemberian ASI eksklusif.
1.4.4 Bagi Tenaga Kesehatan
Dapat memberikan health education kepada ibu tentang pentingnya
(5)
1.5 Batasan Penelitian
Peneliti membatasi masalah penelitian ini pada hubungan antara peran
tenaga kesehatan sebagai health educator dengan tindakan ibu dalam pemberian
ASI eksklusif.
1.6 Keaslian Penelitian
1. Penelitian yang dilakukan Astuti (2013) tentang “determinan pemberian
ASI eksklusif pada ibu menyusui” dengan menggunakan metode penelitian
cross sectional. Didapatkan hasil 21,3% ibu yang memberikan ASI eksklusif
ada peran dari petugas kesehatan. Hasil uji statistik diperoleh p<0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara peran petugas kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif. Dari Hasil analisis didapatkan nilai OR = 9,450 artinya ibu yang mempunyai peran petugas kesehatan berpeluang memberikan ASI eksklusif sebanyak 9,45 kali dibandingkan ibu yang tidak mempunyai peran petugas kesehatan. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah terdapat pada variabel, waktu dan tempat penelitian.
2. Penelitian yang dilakukan Ambarwati, dkk (2013) tentang “Pengaruh
konseling laktasi intensif terhadap pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif
sampai 3 bulan” dengan menggunakan penelitian quasi experiment dengan
non equivalent control group. Didapatkan adanya peningkatan pengetahuan,
perubahan sikap, dan peningkatan praktik pemberian ASI eksklusif pada kelompok perlakuan yang mendapat konseling laktasi intensif dari 2 (16,7%) menjadi 10 (83,3%) ibu. Perbedaan penelitian tersebut dengan
(6)
penelitian yang dilakukan peneliti adalah terdapat pada variabel, waktu dan tempat penelitian.
3. Penelitian yang dilakukan Kurniawan (2013) tentang “determinan
keberhasilan pemberian ASI eksklusif” dengan menggunakan penelitian
Cross sectional retrospective study. Didapatkan hasil bahwa responden yang
memberikan ASI eksklusif berdasarkan faktor pre/post natal, jumlah terbesar didapatkan pada kelompok yang sering mendapatkan penyuluhan
ASI (14,7 %) dan melakukan antenatal care ke dokter (21,3 %). Perbedaan
penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah terdapat pada variabel, waktu dan tempat penelitian.