Pemanfaatan Kayu Medang berdasarkan Morfologi Serat, Nilai Turunan Dimensi Serat, Sudut Mikrofibril dan Sifat Fisisnya

PEMANFAATAN KAYU MEDANG BERDASARKAN
MORFOLOGI SERAT, NILAI TURUNAN DIMENSI SERAT,
SUDUT MIKROFIBRIL DAN SIFAT FISISNYA

IGNATIUS HANDOKO PRAMANA

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pemanfaatan Kayu
Medang berdasarkan Morfologi Serat, Nilai Turunan Dimensi Serat, Sudut
Mikrofibril dan Sifat Fisisnya” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014
Ignatius Handoko Pramana
NIM E24080103

ABSTRAK
IGNATIUS HANDOKO PRAMANA. Pemanfaatan Kayu Medang
berdasarkan Morfologi Serat, Nilai Turunan Dimensi Serat, Sudut Mikrofibril dan
Sifat Fisisnya. Dibimbing oleh IMAM WAHYUDI.
Dari 4000 jenis pohon penghasil kayu yang terdapat di hutan alam
Indonesia, hanya beberapa jenis saja yang umum digunakan. Salah satu jenis yang
pemanfaatannya kurang optimal adalah kayu medang khususnya dari genus
Cinnamomum. Penelitian ini bertujuan untuk mengarahkan penggunaan kayu
medang (Cinnamomum spp.) secara tepat berdasarkan hasil kajian morfologi serat,
nilai turunan dimensi serat, sudut mikrofibril (MFA), berat jenis dan kerapatan
kayunya. Bahan utama yang digunakan adalah lempengan tipis (disc) kayu yang
berasal dari bagian pangkal sebatang pohon medang asal Kalimantan Selatan.
Struktur anatomi dan sudut mikrofibril diamati melalui sediaan mikrotom,

sedangkan morfologi seratnya diukur melalui sediaan maserasi Schluze yang
dimodifikasi. Kadar air, berat jenis dan kerapatan kayu dari empulur ke kulit
diukur dengan metode Gravimetri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa serat
kayu medang masuk ke dalam Kelas Mutu III sehingga kurang cocok sebagai
bahan baku pulp dan kertas bermutu tinggi. Dari segi kekuatan, kayu medang
cocok untuk tujuan struktural Kelas Kuat II dengan rata-rata BJ kayu 0.61. Kayu
medang juga berpotensi sebagai bahan baku mebel dan furniture.
Kata kunci: morfologi serat, sudut mikrofibril, kayu medang, Cinnamomum spp.

ABSTRACT
IGNATIUS HANDOKO PRAMANA. Utilization of medang wood based
on its fiber morphology, derivative value of fiber dimension, microfibril angle and
physical properties. Supervised by IMAM WAHYUDI.
From about 4000 wood species of natural rain forests in Indonesia, only
several of them are common and widely used. Therefore, study on lesser known
wood species has to be done to determine their utilization properly. One of them is
medang (Cinnamomum spp.) wood. The main material used was wood disc from
basal area of a single tree from South Kalimantan Province. Anatomical structure
and microfibril angle (MFA) were observed through microtome specimens, while
fiber morphology and derivative value of fiber dimension were observed through

macerated specimens of Schluze modification technique. Wood moisture, density
and specific gravity were measured segmentedly from pith to the bark using
gravimetric method. Result shows that medang wood is not suitable enough for
pulp and paper manufacturing since its quality was classified into the class of III.
However, with specific gravity is 0.61 in average and the II of strength class,
medang wood is suitable for structural purposes. The wood is also potential for
meubel and furniture manufacturing.
Keywords: fiber morphology, MFA, medang wood, Cinnamomum spp.

PEMANFAATAN KAYU MEDANG BERDASARKAN
MORFOLOGI SERAT, NILAI TURUNAN DIMENSI SERAT,
SUDUT MIKROFIBRIL DAN SIFAT FISISNYA

IGNATIUS HANDOKO PRAMANA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan


DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pemanfaatan Kayu Medang berdasarkan Morfologi Serat, Nilai
Turunan Dimensi Serat, Sudut Mikrofibril dan Sifat Fisisnya
Nama

: Ignatius Handoko Pramana

NIM

: E24080103

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Imam Wahyudi MS

Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Fauzi Febrianto, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli hingga Desember 2013 ini adalah
Struktur Anatomi dan Sifat Fisis Kayu dengan judul “Pemanfaatan Kayu Medang
berdasarkan Morfologi Serat, Nilai Turunan Dimensi Serat, Sudut Mikrofibril dan
Sifat Fisisnya”. Karya tulis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Meski masih banyak kekurangan, namun penulis berharap bahwa skripsi ini
dapat bermanfaat. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS. sebagai pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, masukan, dan saran.
2. Keluarga yang telah memberikan doa, nasehat, serta dukungan dan semangat.
3. Teman-teman THH, atas semangat dan doa yang telah diberikan.

Bogor, Juni 2014
Ignatius Handoko Pramana

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2


Serat dan Nilai Turunan Dimensi Serat

2

Sifat Fisis Kayu

3

Kayu Medang

4

METODOLOGI PENELITIAN

5

Waktu dan Tempat Penelitian

5


Bahan dan Alat

5

Pelaksanaan Penelitian

5

Pembuatan contoh uji
Pengujian sifat fisis
Pengamatan struktur anatomi kayu
Pengukuran dimensi serat
Pengukuran mikrofibril angel
Pengolahan data
HASIL DAN PEMBAHASAN

5
6
6
6

6
7
7

Struktur Anatomi Kayu Medang

7

Dimensi Serat dan Nilai Turunannya

7

Sudut Mikrofibril

9

Sifat Fisis Kayu Medang

10


SIMPULAN DAN SARAN

11

Simpulan

11

Saran

11

DAFTAR PUSTAKA

12

DAFTAR LAMPIRAN

14

RIWAYAT HIDUP

27

DAFTAR TABEL
1 Rata-rata nilai dimensi serat kayu medang
2 Nilai turunan dimensi serat
3 Sifat fisis kayu medang

9
9
11

DAFTAR GAMBAR
1 Disc kayu medang
2 Pembuatan contoh uji
3 Tampilan makro dan mikroskopis kayu medang
4 Morfologi serat kayu medang
5 MFA kayu medang
6 Corak kayu medang

5
6
7
9
9
11

DAFTAR LAMPIRAN
1 Prosedur pembuatan sediaan maserasi
2 Prosedur pembuatan sediaan mikrotom
3 Nilai dimensi serat segmen 1
4 Nilai dimensi serat segmen 2
6 Nilai dimensi serat segmen 3
7 Nilai dimensi serat segmen 4
8 Nilai dimensi serat segmen 5
9 Nilai dimensi serat segmen 6
10 Nilai dimensi serat segmen 7
11 Nilai dimensi serat segmen 8
12 Nilai dimensi serat segmen 9
13 Rata-rata nilai turunan dimensi serat

14
14
15
16
17
18
20
21
22
23
25
26

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang sangat luas dengan total penduduk lebih dari
230 juta jiwa. Jumlah penduduk yang sangat banyak ini membutuhkan kayu
dalam jumlah besar untuk berbagai keperluan. Berdasarkan pustaka yang ada,
diketahui bahwa hanya beberapa jenis kayu saja seperti kelompok meranti, kapur,
keruing, jati, mangium, sengon dan lain sebagainya yang umum dan banyak
dimanfaatkan. Padahal di hutan alam Indonesia terdapat lebih dari 4000 jenis
tumbuhan yang berpotensi sebagai sumber penghasil kayu (Martawijaya et al.
2005). Dengan demikian penelitian sifat-sifat kayu dari berbagai jenis yang
selama ini belum populer perlu terus dilakukan. Bukan tak mungkin akan
ditemukan jenis-jenis kayu dengan sifat yang sama dengan kayu-kayu
konvensional yang selama ini digunakan.
Kayu dari masing-masing jenis pohon memiliki sifat, karakter dan
penampilan yang khas. Variasi sifat kayu tidak hanya bergantung pada perbedaan
jenis (genetik) dan umur, namun juga bergantung pada perbedaan tempat tumbuh
dan lokasi kayu dalam batang. Apa pun jenis kayunya dan bagaimana pun kondisi
tempat tumbuhnya, maka sifat, karakter dan penampilan kayu sangat bergantung
pada macam dan organisasi sel-sel penyusun kayu karena sifat kayu itu melekat
(inherent) pada struktur anatomi sel-sel penyusunnya (Bodig and Jayne 1982;
Bowyer et al. 2003). Oleh karena itu struktur anatomi sel-sel penyusun kayu harus
dipahami dengan benar. Dengan mengetahui struktur anatomi sel-sel
penyusunnya, maka proses pengolahan dan tujuan penggunaan kayu tersebut akan
lebih mudah untuk ditetapkan karena sifat dan karakteristiknya sudah diketahui
dengan pasti.
Salah satu jenis kayu yang pemanfaatannya masih kurang optimal padahal
ketersediaannya di hutan alam cukup berlimpah adalah medang. Di dalam dunia
perdagangan, medang merupakan istilah yang digunakan untuk sekelompok kayu
dari genus Alseodaphne spp., Dehaasia spp., Litsea spp. dan Cryptocarya spp.
Medang tergolong kayu multi fungsi karena dapat digunakan untuk berbagai
keperluan seperti meubel dan furnitur, pulp, papan komposit, bahan konstruksi,
hingga dijadikan kayu bakar (kayu energi). Untuk meningkatkan nilai guna kayu
medang khususnya jenis Cinnamomum spp., maka perlu dilakukan penelitian
tentang sifat dasar kayu tersebut. Dengan demikian, pemanfaatan kayu akan
maksimal karena telah disesuaikan dengan sifat dan karakter yang dimilikinya.
Kayu-kayu yang dimanfaatkan tidak sesuai dengan sifat yang dimiliki banyak
menimbulkan kerugian.
Tujuan Peneltian
Penelitian ini bertujuan untuk mengarahkan penggunaan kayu medang
(Cinnamomum spp.) secara tepat dan proporsional berdasarkan kajian tentang
morfologi serat, nilai turunan dimensi serat, sudut mikrofibril (microfibril
angle/MFA), serta berat jenis dan kerapatan kayunya.

2

Manfaat Penelitian
Penelitian ini menyediakan informasi tambahan yang penting dan akurat
tentang sifat-sifat dasar kayu medang khususnya dari genus Cinnamomum
sehingga pemanfaatan kayu ini akan lebih efektif dan efisien.

TINJAUAN PUSTAKA
Serat dan Nilai Turunan Dimensi Serat
Serat adalah sel-sel dominan penyusun kayu dan berfungsi sebagai penyedia
tenaga mekanis bagi batang. Pada kayu daun lebar, serat kayu tak lain adalah selsel serabut, sedangkan pada kayu konifer adalah sel-sel trakeida aksial. Serat pada
umumnya merupakan sel yang langsing (panjangnya lebih dari 10X ukuran
diameternya) dan berdinding relatif tebal dibandingkan sel lainnya, meski juga
bervariasi (Pandit dan Kurniawan 2008). Dimensi serat yang biasanya diukur
adalah panjang dan diameter serat serta diameter lumen. Tebal dinding serat
merupakan setengah dari selisih diameter serat dan diameter lumennya.
Menurut Haygreen dan Bowyer (1996), panjang serat merupakan unsur
terpenting dalam pembuatan kertas. Kayu berserat panjang diperlukan untuk
produk kertas yang tidak diputihkan seperti karton berombak dan kantong belanja.
Panjang serat mempunyai pengaruh terhadap sejumlah sifat kertas, termasuk
ketahanan sobek dan kekuatan tarik, lipat, dan jebol. Diameter serat berpengaruh
besar terhadap kekuatan pulp dan kertas dalam hal pencucian, penyaringan,
pembentukan lembaran, ikatan antarserat dan mobilitas serat dalam lembaran.
Serat dengan diameter besar dan berdinding tipis mampu memberikan ikatan
antarserat yang kuat dengan kekuatan tinggi. Perbandingan diameter lumen
dengan diameter serat yang disebut flexibility ratio akan berpengaruh terhadap
kekuatan tarik dan panjang putus dengan hubungan yang bersifat parabolis. Serat
yang berdinding tebal akan menghasilkan kertas dengan kekuatan jebol, tarik dan
ketahanan lipat yang rendah tetapi ketahanan sobeknya lebih tinggi. Kerapatan
kayu juga berhubungan langsung dengan ketebalan dinding sel. Semakin tebal
dinding sel, maka kerapatan kayu cenderung meningkat.
Kualitas pulp tidak hanya ditentukan oleh dimensi serat kayunya, tetapi juga
dipengaruhi oleh nilai turunan dimensi serat itu sendiri (Tamolang dan Wangaard
1961 dalam Nawawi 1997). Adapun turunan dimensi serat terdiri dari:
1. Runkle ratio, yaitu perbandingan antara dua kali tebal dinding serat dengan
diameter lumennya. Bilangan Runkle yang rendah, berarti memiliki dinding sel
tipis dan lumen lebar.
2. Daya tenun, yaitu perbandingan antara panjang serat dengan diameter serat.
Daya tenun sangat berpengaruh pada kekuatan sobek kertas,
3. Mulhstep ratio, yaitu perbandingan antara luas penampang dinding serat
dengan luas penampang lintang serat. Mulhstep ratio akan memberikan sifat
kekuatan ledak dan kekuatan tarik pulp yang tinggi. Sebaliknya serat yang
mempunyai dinding sel tebal dan diameter kecil cenderung akan
mempertahankan bentuknya selama pembentukan lembaran, sehingga luas

3

bidang kontak antarserat kecil yang mengakibatkan kekuatan tarik dan sobek
rendah.
4. Coefficient of rigidity, yaitu perbandingan antara tebal dinding serat dengan
diameter serat. Nilai koefisien kekakuan berbanding terbalik dengan sifat
kekuatan tarik kertas, artinya semakin tinggi koefisien kekakuan, maka
semakin rendah kekuatan tarik dari kertas yang bersangkutan, dan sebaliknya.
5. Flexibility ratio, yaitu perbandingan antara diameter lumen dengan diameter
serat. Serat dengan flexibility ratio yang tinggi berarti mempunyai tebal
dinding yang tipis dan mudah berubah bentuk. Kemampuan berubah bentuk
menyebabkan persinggungan antara permukaan serat lebih leluasa sehingga
membentuk ikatan serat yang lebih baik yang akan menghasilkan lembaran
pulp dengan kekuatan baik. Flexibility ratio mempunyai hubungan parabolis
dengan kekuatan panjang putus, tetapi berkorelasi negatif dengan koefisien
kekakuan serat.
Sudut Mikrofibril (Microfibril angle / MFA)
Sudut mikrofibril pada lapisan S2 dinding sel merupakan salah satu penentu
utama sifat fisis-mekanis pada kayu solid (Cave dan Walker 1994; Ilic 2001
dalam Tabet 2010). Sudut mikrofibril di bagian pangkal batang pohon pada
sejumlah lingkaran tahun yang dekat empulur pada umumnya lebih besar, lalu
berkurang seiring dengan bertambahnya ketinggian dan kemudian sedikit
meningkat ke arah ujung batang. Selain dikarenakan faktor jenis pohonnya, nilai
sudut mikrofibril juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti nutrisi dan air
(Donaldson 2008). Sudut mikrofibril yang rendah menyebabkan kekakuan dan
susut longitudinal kayu berkurang.
Sifat Fisis Kayu
Sifat fisis kayu adalah sifat yang berhubungan dengan respon kayu terhadap
perubahan kelembaban udara di sekitarnya. Sifat fisis terutama berat jenis (BJ)
kayu merupakan karakteristik kuantitatif yang sangat penting untuk diketahui
karena berpengaruh terhadap kekuatan kayu (Bowyer et al. 2003).
Kadar Air
Panshin dan de Zeeuw (1980) mendifinisikan kadar air sebagai banyaknya
air yang terkandung dalam kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat
kering tanurnya. Air di dalam kayu terdiri dari air bebas (free water) dan air
terikat (bounded water) dimana keduanya secara bersama-sama menentukan
jumlah air dalam kayu. Air bebas adalah air yang terdapat dalam rongga sel kayu,
sedangkan air yang terdapat di dalam dinding sel dinamakan air terikat. Kadar air
segar dalam satu pohon bervariasi tergantung tempat tumbuh dan umur pohon.
Kadar air kayu akan berubah sesuai dengan kondisi iklim dimana kayu berada
akibat dari perubahan suhu dan kelembaban udara (Bowyer et al. 2003).
Kerapatan
Kerapatan kayu merupakan perbandingan antara massa atau berat kayu
dengan volumenya pada kondisi atau kadar air yang sama yang dinyatakan dalam
kg/m³ atau g/cm³. Kerapatan kayu mencerminkan jumlah bahan penyusun dinding

4

sel, dimana bahan tersebut berkontribusi pada kekuatan kayu (Bowyer et al.
2003).
Berat Jenis
Berat jenis (BJ) adalah perbandingan antara kerapatan kayu dengan
kerapatan air pada suhu 4 0C, dimana pada suhu tersebut kerapatan air sebesar 1
g/cm3 (Bowyer et al. 2003). Kerapatan dan/atau BJ kayu bervariasi menurut jenis
pohon, antar pohon dari jenis yang sama, bahkan dalam satu batang pohon.
Variasi tersebut disebabkan oleh perbedaan jumlah zat penyusun dinding sel dan
kandungan ekstraktif. Selain itu ditentukan juga oleh umur pohon, kecepatan
tumbuh dan posisi contoh uji dalam batang pohon (Tsoumis 1991).
Kayu Medang
Menurut Martawijaya et al. (2005), nama medang berlaku untuk semua
jenis kayu dalam famili Lauraceae, kecuali genus Eusideroxylon. Jumlah genus
dan spesies dalam famili ini sangat banyak. Karena masalah taksonomi yang
begitu kompleks dan memerlukan revisi, terdapat ketidakpastian dalam hal
pemberian nama genus maupun spesies. Oleh karena itu jenis-jenis kayu dari
famili ini (kecuali Eusideroxylon) untuk sementara masih dikelompokkan menjadi
satu, yaitu medang, meskipun mungkin ada genus atau spesies yang mempunyai
sifat yang berbeda. Karena itulah terdapat beberapa nama botanis untuk medang,
seperti Alseodaphne spp.(terutama A. umbelliflora Hook.f.), Cinnamomum spp.
(terutama C. parthenoxylon Meissn.), Dehaasia spp. (terutama D. caesia Bl dan
D. cuneata Bl.), Litsea spp. (terutama L. firma Hook.f. dan L. odorifera Val.) serta
Phoebe opaca Bl.. Semuanya adalah anggota famili Lauraceae.
Pohon medang tersebar di seluruh Indonesia. Tinggi pohon dapat mencapai
35 m, panjang batang bebas cabang 10-25 m, sedangkan diameter sampai 90 cm.
Pohon medang pada umumnya berdiri tegak, batangnya silindris, kulit luar
berwarna kelabu, kelabu-coklat, coklat-merah sampai merah tua dan kadangkadang beralur dangkal atau mengelupas kecil-kecil. Pada L. firma dan L.
odorifera banir dapat mencapai tinggi 2 m, sedangkan C. parthenoxylon tidak
berbanir (Martawijaya et al.2005).
Ciri umum kayu medang yaitu warna bagian kayu terasnya bervariasi dari
kuning sampai hijau zaitun, coklat-merah muda, merah-coklat, coklat-kuning,
coklat tua, bahkan sampai coklat kehitam-hitaman tergantung kepada jenis
botanisnya. Kayu gubal umumnya putih atau kuning muda dan mempunyai batas
yang jelas dengan kayu teras. Tektur kayu agak halus atau agak kasar dan merata
dengan arah serat lurus, agak bergelombang atau berpadu. BJ kayu berkisar antara
0,40 sampai 0,86 (Martawijaya et al. 2005).
Hampir semua kayu medang berbau aromatis bila masih segar, termasuk L.
odorifera dan Cinnamomum spp.. Bau ini lambat laun menghilang, tetapi pada
beberapa jenis dapat bertahan hingga beberapa tahun atau muncul kembali jika
dibuat sayatan baru. Terdapat ciri khas lainnya dari kayu medang yaitu memiliki
noda di bagian empulur.

5

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan di Laboratorium Sifat Dasar Kayu, Bagian Teknologi
Peningkatan Mutu Kayu, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor dan di
Laboratorium Anatomi Tumbuhan, Pusat Keteknikan dan Pengolahan Hasil Hutan
Gunung Batu, Bogor mulai Juli hingga Desember 2013.
Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan adalah lempengan tipis (disc) kayu medang
(Gambar 1) yang diperoleh dari hutan sekunder di Provinsi Kalimantan Selatan.

Gambar 1 Disc kayu medang.
Bahan lainnya adalah bahan-bahan kimia untuk pembuatan preparat
mikrotom dan maserasi seperti gliserin, alkohol 10%, alkohol 30%, alkohol 50%,
alkohol 70%, alkohol 90%, alkohol absolut (96%), aquades, potasium klorat
(KClO3), asam nitrat (HNO3) 50%, safranin 2%, iodine, potasium iodida, serta
kertas saring, alumunim foil dan kertas lakmus.
Peralatan yang digunakan adalah tabung reaksi, waterbath, corong, sarung
tangan, gelas Erlenmeyer, kaca preparat, cover glass, mikroskop cahaya, cutter,
sliding microtome American Opt, kuas, kamera, oven, timbangan elektrik,
desikator, komputer dan alat tulis.
Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian terdiri dari lima tahap yaitu pembuatan contoh uji,
pengujian sifat fisis, pengamatan struktur anatomi kayu, pengukuran dimensi
serat, dan pengukuran sudut mikrofibril.
Pembuatan contoh uji
Contoh uji yang berbentuk lempengan dipotong-potong sesuai pola yang
dibuat: sebelah kiri untuk pengujian sifat fisis, sedangkan sebelah kanan untuk
morfologi serat dan MFA (Gambar 2A dan 2B). Contoh uji sifat fisis kayu (kadar

6

air, kerapatan dan BJ) berukuran 1 cm x 1 cm x 3 cm dari empulur ke arah kulit
(segmentasi) (Gambar 2C). Contoh uji morfologi serat berukuran 1 cm x 1 cm x 3
cm juga dari empulur ke arah kulit, sedangkan contoh uji MFA hanya diwakili
oleh satu sampel berukuran 1 cm x 1 cm x 3 cm yang diambil 3 cm dari empulur
(segmen no.3).

a
b
c
Gambar 2 Pembuatan contoh uji. a = disc setebal 3 cm, b = potongan persegian
dari kulit ke empulur, dan c = potongan per segmen.
Pengujian sifat fisis kayu
Pengukuran sifat fisis kayu dilakukan secara Gravimetris. Masing-masing
contoh uji ditimbang berat (berat kering udara/BKU), dan diukur volumenya
(volume kering udara/VKU) dengan prinsip Archimedes. Contoh uji kemudian
dikeringtanurkan dalam oven bersuhu (103±2) ˚ C hingga konstan lalu ditimbang
kembali (berat kering tanur/BKT). Kadar air, kerapatan dan BJ kayu (dalam
keadaan kering udara) ditetapkan dengan persamaan:
KA (%) = (BKU - BKT) / BKT x 100
Kerapatan (g/cm3) = BKU / VKU
BJ = (BKT / VKU) / kerapatan air
Pengamatan struktur anatomi kayu
Struktur anatomi kayu diamati secara makro- dan mikroskopis. Pengamatan
makroskopis yang dilakukan dengan bantuan kaca pembesar 15-20X meliputi
warna, bau, tekstur, arah serat dan kesan raba; sedangkan pengamatan
mikroskopis melalui sayatan mikrotom ketiga bidang pengamatan menggunakan
mikroskop cahaya. Ciri yang diamati mengikuti daftar IAWA sebagaimana
Wheeler (2008).
Pengukuran dimensi serat
Pengukuran dimensi serat yang meliputi panjang serat, diameter serat dan
diameter lumen dilakukan melalui sediaan maserasi Schluze yang dimodifikasi
sebagaimana Lampiran 1. Contoh uji yang digunakan juga berukuran 1 cm x 1 cm
x 3 cm dari empulur sampai ke kulit (segmentasi). Pengukuran dimensi serat
dilakukan terhadap 50 sel individu serat pada masing-masing segmen.
Pengukuran sudut mikrofibril (MFA)
Setelah lunak, sampel uji disayat pada bidang tangensialnya menggunakan
sliding microtome. Prosedur pembuatan sediaan mikrotom tertera pada Lampiran
2. MFA diukur pada 20 serat dengan cara sediaan mikrotom yang terpilih
didokumentasikan dengan camera merk SONY dengan perbesaran 45 x 10 serta 5
kali digital zoom. Setelah itu, dianalisis menggunakan software Motic Image Plus.
Hasil pengukuran selanjutnya dirata-ratakan.

7

Pengolahan Data
Semua data yang diperoleh kemudian dirata-ratakan dan dihitung nilai
standar deviasinya menggunakan Microsoft Exel 2007.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Struktur Anatomi Kayu Medang
Dari hasil penelitian diketahui bahwa kayu medang memiliki ciri
makroskopis sebagai berikut: berwarna merah kecoklatan, tidak berbau,
teksturnya agak kasar, berserat lurus dengan permukaan yang agak mengkilap.
Ciri mikroskopisnya: lingkaran tumbuh tidak jelas; sel pembuluh tersusun dalam
pola tata baur, didominasi oleh sel-sel yang bergabung radial 2-3 sel meski
dijumpai juga yang soliter, 11-14 sel/mm2, bidang perforasi sederhana, noktah
antar sel pembuluh berselang-seling, berukuran sedang dan jarang yang bertilosis;
parenkimnya paratrakeal vasisentrik dan paratrakeal sepihak; jari-jarinya
kebanyakan satu seri, homoseluler (semuanya sel baring), dengan frekuensi 5-12
per mm; seratnya memiliki dinding rata-rata 5,71 μ m, panjang rata-rata 1036,85 μ m,
tergolong berdiameter besar (rata-rata 25,43 μ m), diameter lumen rata-rata 14,00
μ m; saluran antar selnya tidak ditemukan; inklusi mineralnya berupa sel minyak
yang bergabung dengan jari-jari dan parenkim aksial. Gambar 3 memuat tampilan
makro- dan mikroskopis kayu medang.

a
b
c
d
Gambar 3 Kayu medang (Cinnamomum spp.): a. penampang lintang makroskopis
(2,5X), b. penampang lintang mikroskopis (10X) c. penampang radial
mikroskopis (10X) dan d. penampang tangensial mikroskopis (10X).
Dimensi Serat dan Nilai Turunannya
Nilai dimensi serat yang meliputi panjang, diameter, diameter lumen, dan
tebal dinding serat disajikan pada Tabel 1, sedangkan nilai turunan dimensi
seratnya yang meliputi bilangan Runkle (Runkle ratio), daya tenun (felting
power), bilangan Muhlstep (Muhlstep ratio), koefisien kekakuan (Coefficient of
rigidity), dan perbandingan fleksibilitas (flexibility ratio) disajikan pada Tabel 2.

8

Tabel 1 Rata-rata nilai dimensi serat (μ m) kayu
Panjang
Diameter
Diameter
Segmen
serat
serat
lumen

Tebal
dinding

1
906,78
24,71
14,45
2
908,78
26,64
16,12
3
945,62
24,91
13,92
4
955,62
23,58
14,65
5
1051,58
25,24
11,72
6
1103,84
23,91
11,99
7
1125,26
27,31
12,99
8
1168,68
27,17
15,72
9
1165,53
25,37
14,45
Rata-rata
1036,85
25,43
14,00
SD
108,80
1,35
1,52
Nilai*
50
Keterangan: SD = standar deviasi, * Berdasarkan Rachman dan Siagian (1976)

Tabel 2 Nilai turunan dimensi serat
Segmen
RR
FP

MR

CR

5,13
5,26
5,49
4,46
6,76
5,96
7,16
5,73
5,46
5,71
0,83
-

FR

1
1,58
37,95
64,24
0,41
0,59
2
1,42
35,09
62,37
0,40
0,60
3
2,54
38,78
66,85
0,45
0,55
4
1,33
42,22
60,77
0,38
0,62
5
3,72
43,82
75,59
0,54
0,46
6
2,58
47,97
73,04
0,50
0,50
7
3,63
42,22
74,91
0,53
0,47
8
1,83
44,72
65,95
0,43
0,57
9
1,73
47,83
67,30
0,44
0,56
Rata-rata
2,26
42,29
67,89
0,45
0,55
Standar Deviasi
0,46
4,39
5,42
0,03
0,06
Nilai*
25
25
25
25
50
Keterangan: * Berdasarkan Rachman dan Siagian (1976). RR = Runkle ratio, FP = felting power (daya
tenun), MR = Muhlstep ratio, CR = coefficient of rigidity, dan FR = flexibility ratio

Dari Tabel 1 diketahui bahwa rata-rata panjang serat, diameter serat,
diameter lumen dan tebal dinding serat kayu medang yang diteliti berturut-turut
sebesar 1036,85 µm, 25,43 µm, 14,00 µm dan 11,43 µm. Bila dibandingkan
dengan Martawijaya et al. (2005), serat kayu medang hasil penelitian ini lebih
pendek dan sedikit lebih kecil namun dindingnya lebih tebal. Panjang serat,
diameter serat, diameter lumen dan tebal dinding serat kayu medang hasil
penelitian Martawijaya et al. (2005) berturut-turut sebesar 1553 µm, 26,3 µm,
19,7 µm dan 3,3 µm. Bentuk serat kayu medang yang diteliti disajikan pada
Gambar 4.
Menurut Casey (1980), kualitas serat merupakan salah satu dasar untuk
mengetahui kemungkinan penggunaan suatu jenis kayu sebagai bahan baku pulp
dan kertas. Dari Tabel 2 diketahui bahwa nilai turunan dimensi serat kayu medang
yang diteliti secara umum tergolong buruk, karena memiliki nilai total 200. Bila
diukur dengan kelas mutu serat untuk pulp dan kertas sebagaimana Rachman dan
Siagian (1976), maka serat kayu medang tergolong serat dengan Kelas Mutu III
yang berarti kurang cocok untuk tujuan utama sebagai bahan baku pulp dan
kertas. Bila dipaksakan untuk dijadikan bahan baku pulp dan kertas maka kualitas
pulp yang dihasilkan tergolong rendah. Menurut Rachman dan Siagian (1976),
serat dengan Kelas Mutu III sulit digiling karena tebal dan kaku, sehingga

9

lembaran pulp yang dihasilkan akan memiliki kekuatan tarik dan ketahanan jebol
yang rendah.

Gambar 4 Morfologi serat kayu medang
Sudut Mikrofibril
Sudut mikrofibril (MFA) merupakan orientasi mikrofibril selulosa pada
dinding sekunder khususnya pada lapisan S2 terhadap orientasi longitudinal sel
serabut (Walker dan Butterfield 1995; Donaldson 2008; Tabet dan Aziz 2010).
Mikrofibril tak lain adalah benang-benang selulosa yang tersusun rapi dengan
ikatan β (1-4)-D-glucopyranose (Hori et al. 2003). Jordan et al. (2006)
menyatakan bahwa MFA dapat bervariasi menurut jenis, dalam pohon pada jenis
yang sama tetapi berbeda tempat tumbuh, serta antar bagian pohon. MFA juga
dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Donaldson 2008).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa MFA kayu medang yang diteliti
bervariasi 21-51.3º dengan rata-rata 31.61º (Gambar 5). Nilai ini lebih besar
dibandingkan dengan MFA menurut Donaldson (2008), namun masuk dalam
selang nilai MFA sebagaimana Barnett & Bonham (2004). Menurut Donaldson
(2008), MFA hardwood pada umumnya sekitar 20˚ , sedangkan menurut Barnett
& Bonham (2004), MFA pada angiospermae berkisar antara 5-34˚ . MFA kayu
jati cepat tumbuh umur 5 tahun sekitar 29.6˚ (Muhran 2013), kayu balik angin
17.1˚ (Sarifudin 2013), sedangkan kayu mangium umur 5-7 tahun sekitar 23.421.8˚ (Mulyawati 2013).
MFA berpengaruh terhadap sifat-sifat kayu, seperti kerapatan, kekuatan
tarik, kekakuan dan kembang susut (terutama arah longitudinal). MFA yang lebih
rendah akan mengakibatkan kayu lebih stabil sehingga lebih menguntungkan saat
diolah. MFA yang lebih rendah juga akan meningkatkan kekuatan tarik dan
kekakuan kayu. Tingginya nilai MFA yang diperoleh (31,61˚ ) terkait dengan
sampel uji yang digunakan. Besar kemungkingan sampel uji masih merupakan
kayu juvenil karena berjarak 3 cm dari empulur.

10

Gambar 5 MFA pada kayu medang
Sifat Fisis Kayu Medang
Rata-rata hasil pengukuran sifat fisis kayu medang yang diteliti meliputi
kadar air (KA), BJ dan kerapatan kayu disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan tabel
tersebut diketahui bahwa rata-rata KA kondisi kering udara, BJ kering udara, dan
kerapatan kering udara kayu medang berturut-turut sebesar 14,96%, 0,61 dan 0,70
g/cm³. KA kayu berkisar antara 13,85-16,27%, BJ kayu antara 0,54-0,69;
sedangkan kerapatan kayunya antara 0,62-0,79 g/cm³. Dengan KA sebesar
14,96% menunjukkan bahwa KA kayu medang sudah sesuai dengan kondisi
lingkungan untuk kota Bogor dan sekitarnya.
Tabel 3 Rata-rata nilai KA, BJ dan kerapatan kayu medang
Segmen
KA (%)
BJ
Kerapatan (g/cm3)
1
14,40
2
16,20
3
15,46
4
16,27
5
15,25
6
14,55
7
13,85
8
15,22
9
14,03
10
14,41
Rata-rata
14,96
SD
0,85
Keterangan: SD = standar deviasi

0,54
0,59
0,57
0,61
0,61
0,63
0,65
0,63
0,59
0,69
0,61
0,04

0,62
0,68
0,66
0,71
0,70
0,72
0,74
0,72
0,67
0,79
0,70
0,05

Dibandingkan dengan hasil penelitian Martawijaya et al. (2005), BJ kayu
yang dihasilkan relatif lebih rendah. Perbedaan ini diyakini berkaitan dengan
perbedaan jenis kayu yang diuji. Martawijaya et al. (2005) dengan kayu C.
parthenoxylon memperoleh rata-rata BJ sebesar 0,63. Dibandingkan dengan
penelitian Andianto (2009) dan Putra (2010), BJ kayu medang yang diperoleh
ternyata lebih tinggi. Menggunakan tiga jenis medang yakni C. burmanii, C.
parthenoxylon dan C. subavenium asal Sumatera Barat, Andianto (2009)
memperoleh rata-rata BJ kayu berkisar antara 0,51-0,52; sedangkan Putra (2010)
dengan jenis C. burmanii menghasilkan BJ kayu rata-rata sebesar 0,56.

11

BJ kayu dapat digunakan untuk menduga sifat kayu lainnya terutama
kekuatan (Bowyer et al. 2003). Dengan BJ kayu sebesar 0,61, maka berdasarkan
PPKI NI 5-1961, kayu medang yang diteliti masuk kedalam Kelas Kuat II.
Dengan begitu kayu ini cocok untuk tujuan penggunaan struktural kelas II.
Menurut Martawijaya et al. (2005), kayu medang dapat digunakan dalam bentuk
papan, tiang, balok, rusuk, kano dan lesung.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kayu medang memiliki corak
(Gambar 6). Berdasarkan hal tersebut, maka kayu medang juga dapat digunakan
sebagai bahan baku mebel dan furnitur. Hal ini sesuai dengan Martawijaya et al.
(2005). Apapun tujuan penggunaan yang nantinya akan dipilih, aspek ekonomi
perlu diperhatikan selain aspek teknis yang terkait dengan sifat kayu dan cara
pengolahannya.

a

b

Gambar 6 Corak kayu medang: a) penampang radial, b) penampang lintang

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan halhal sebagai berikut:
1. Berdasarkan morfologi serat, serta nilai turunan dimensi serat dan kualitas
seratnya, kayu medang tidak ditujukan sebagai bahan baku untuk pembuatan
pulp dan kertas bermutu tinggi.
2. Berdasarkan rata-rata BJ kayu dan kelas kuatnya, maka kayu medang cocok
untuk tujuan penggunaan struktural yang setara dengan Kelas Kuat II
3. Berdasarkan corak dan BJ yang dimilikinya, maka kayu medang dapat
digunakan sebagai bahan baku pembuatan mebel dan furniture.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat dua saran sebagai berikut:
1. Untuk mendukung penggunaan kayu medang secara maksimal perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut tentang sifat keawetan alami, sifat mekanis, kandungan
kimia dan sifat pengerjaannya.
2. Perlu dilakukan penelitian tentang sistem silvikultur pohon medang yang
paling tepat dalam rangka mendukung perluasan penggunaan kayu tersebut.

12

DAFTAR PUSTAKA
Barnett JR, VA Bonham. 2004. Cellulose microfibril angle in the cell wall of
wood fibres. Biology Review (79). Hlm 461-472
-------------, G Jeronimidis. 2003. Wood Quality and Its Biological Basis.
Blackwell Publishing (Australia) dan CRC Press (Canada). Hlm 8-9.
Bodig J. and BA Jayne. 1982. Mechanics of Wood and Wood Composites. Van
Nostrand Reinhold Company. New York, Toronto, London, Melbourne.
Bowyer JL, R Shmulsky, JG Haygreen. 2003. Forest Product and Wood Science:
An Introduction. Iowa State Press. Ames, Iowa.
Casey J. 1980. Pulp and Paper Chemistry and Chemical Technology. Third
Edition Vol. IA. New York: Willey and Sons Inc.
Donaldson L. 2008. Microfibril Angle: Measurement, variation and relationship.
A Review. IAWA Journal Vol. 29 (4): 345-386.
Haygreen JG dan JL Bowyer. 1996. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Sutjipto A.
Hadikusumo (Penterjemah). Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Hori R, H Suzuki, T Kamiyama. 2003. Variation of microfibril angles and
chemical composition implication for functional properties. Journal of
Material Science Letters. 22:963-966.
Jordan L, DB Hall, A Clark, RF Daniels. 2006.Variation in loblolly pine crosssectional microfibril angle with tree height and physiographic region.Wood
and Fiber Science. 38(3):390-398.
Martawijaya A, I Kartasujana, K Kadir, SA Prawira. 2005. Atlas Kayu Indonesia
Jilid I. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan,
Departemen Kehutanan.
_________________________, YI Mandang, SA Prawira, K Kadir. 2005. Atlas
Kayu Indonesia Jilid II. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan, Departemen Kehutanan.
Muhran. 2013. Kualitas Pertumbuhan dan Karakteristik Kayu Jati (Tectona
grandis L.f) Hasil Budidaya. [Skripsi]. Jurusan Teknologi Hasil Hutan
Intitut Pertanian Bogor (IPB). Bogor. Tidak diterbitkan.
Mulyawati I. 2013. Karakteristik MFA (Microfibril Angle) dan Serat pada Tiga
Umur Kayu Mangium (Acacia mangium Willd.) [Skripsi]. Jurusan
Teknologi Hasil Hutan Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor. Tidak
Diterbitkan.
Nawawi DS. 1997. Persiapan, Pemasakan dan Pengujian Pulp. Bahan Praktikum
M.A Pulp dan Kertas. Bagian I. Bogor: Jurusan Teknologi Hasil Hutan.
Fakultas Kehutanan IPB.
Pandit IKN, D Kurniawan. 2008. Struktur Kayu: Sifat Kayu sebagai Bahan Baku
dan Ciri Diagnostik Kayu Perdagangan Indonesia. Bogor: Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Panshin AJ and Carl de Zeeuw. 1980. Textbook of Wood Technology, Fourth
Edition. NewYork: McGraw-Hill Book Company.
[PKKI] Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia. PKKI N.1-5. 1961. Departemen
Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik: Bandung.Rachman AN, RM Siagian.
1976. Dimensi Serat Jenis Kayu Indonesia Bagian III. Bogor: Laporan
LPHH No. 75.

13

Rachman AN, RM Siagian. 1976. Dimensi Serat Jenis Kayu Indonesia Bagian III.
Bogor: Laporan LPHH No. 75.
Sarifudin DE. 2013. Kajian Struktur Anatomi dan Sifat Fisis Kayu Balik Angin
(Alphitonia excelsa): A Lesser Known Species from Kalimantan [Skripsi].
Jurusan Teknologi Hasil Hutan Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor.
Tidak Diterbitkan.
Tabet TA. 2010. Estimation of the Cellulose Microfibril Angle in Acacia
mangium Wood Using Small Angle X-Ray Scattering. Journal of
Agricultural Science Vol. 2 No. 4.
Tsoumis G. 1991. Science and Technology of Wood: Structure, Properties and
Utilization. New York: Van Nostrand Reinhold.
Yolanda YP. 2010. Penggunaan Kayu Cinnamomum burmanni Blume
Berdasarkan Sifat-sifat Dasarnya [Skripsi]. Jurusan Teknologi Hasil Hutan
Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor. Tidak diterbitkan.
Walker JCF, BG Butterfield. 1995. The importance of microfibril angle for
processing industries. New Zealand Forestry: 34-40.
Wheeler EA, P Baas, PE Gasson. 2008. Identifikasi Kayu: Ciri Mikroskopik
untuk Identifikasi Kayu Daun Lebar. Sulistyobudi A, Mandang YI,
Damayanti R, Rulliaty S. (Penerjemah). Bogor: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hasil Hutan. Terjemahan dari: IAWA List of Microscopic
Features For Hardwood Identification.

LAMPIRAN

14

Lampiran 1. Prosedur pembuatan sediaan maserasi
a. Contoh kayu berukuran 5 cm x 1,5 cm x 1 cm dipotong menjadi sebesar
batang korek api
b. Potongan-potongan sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
diberi sedikit KClO3 dan ditambahkan sedikit larutan HNO3 50% sampai
potongan kayu terendam dan ditutup dengan alumunium foil. KClO3 berfungsi
sebagai katalisator (mempercepat reaksi).
c. Tabung reaksi dipanaskan dalam waterbath 80⁰ C beberapa menit sampai
sampel uji berubah menjadi putih kekuning-kuningan (terjadi pemisahan
serat).
d. Tabung reaksi dikocok, lalu isinya dipindahkan ke atas kertas saring dan
dicuci beberapa kali dengan akuades sampai bebas asam.
e. Serat yang telah bebas asam dipindahkan ke tabung film, kemudian diberi
safranin 2% sebanyak 6 tetes dan didiamkan 6-8 jam.
f. Sampel dicuci hingga bebas zat warna, lalu dilakukan penghilangan air
(dehidrasi) dengan cara memberikan alkohol berturut-turut 10%, 30%, 50%,
70%, 90% dan 100% masing-masing selama 2 menit.
g. Sesudah dehidrasi, serat terpilih dipindahkan ke atas kaca preparat secara
individu, ditetesi karboksilol dan toluene, lalu ditetesi enthelan dan ditutup
dengan cover glass
h. Serat siap untuk diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya.
Lampiran 2. Prosedur pembuatan sediaan mikrotom untuk pengukuran MFA
a. Contoh uji berukuran 5 cm x 1,5 cm x 1 cm direndam dalam larutan gliserin
dan alkohol 96% dengan perbandingan 1:1 sampai lunak lalu disayat pada
bidang tangensialnya
b. Sayatan dengan ketebalan 25-30 µm lalu ditetesi larutan Schluze untuk
menghilangkan lignin selama 15 menit, lalu cuci dengan akuades. Setelah itu,
cuci dengan alkohol bertingkat ( 50, 60, 70, 80, 90, dan alkohol absolut).
c. Letakkan contoh uji ke kaca preparat, lalu tetesi dengan larutan campuran dari
iodine dan potasium iodin, lalu 50% asam nitrat, dan terakhir dengan 25%
gliserin. tutup dengan cover glass kemudian amati dengan menggunakan
mikroskop cahaya.
d. Foto sudut mikrofibril yang terlihat kemudian ukur dengan menggunakan
software Motic Image Plus.

15

Lampiran 3 Nilai dimensi serat (μ m) segmen 1
Ulangan

Panjang

Diameter

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
31
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42

928,20
1042,44
871,08
999,60
614,04
885,36
942,48
756,84
885,36
828,24
928,20
899,64
956,76
785,40
885,36
971,04
1056,72
1013,88
942,48
956,76
699,72
671,16
785,40
1128,12
871,08
899,64
813,96
842,52
856,80
928,20
1013,88
742,56
1285,20
871,08
799,68
899,64
785,40
971,04
971,04
999,60
985,32
1013,88

26,64
29,97
26,64
23,31
26,64
26,64
23,31
23,31
23,31
16,65
23,31
23,31
29,97
23,31
19,98
16,65
36,63
29,97
29,97
29,97
23,31
19,98
19,98
26,64
26,64
26,64
29,97
26,64
29,97
19,98
26,64
19,98
16,65
16,65
23,31
23,31
19,98
23,31
23,31
19,98
26,64
23,31

Diameter Lumen Tebal Dinding
19,98
13,32
19,98
16,65
19,98
19,98
16,65
16,65
16,65
13,32
13,32
16,65
16,65
16,65
9,99
9,99
23,31
23,31
13,32
16,65
13,32
9,99
9,99
13,32
9,99
16,65
16,65
19,98
13,32
13,32
13,32
13,32
6,66
9,99
16,65
13,32
9,99
9,99
13,32
9,99
16,65
13,32

3,33
8,33
3,33
3,33
3,33
3,33
3,33
3,33
3,33
1,67
5,00
3,33
6,66
3,33
5,00
3,33
6,66
3,33
8,33
6,66
5,00
5,00
5,00
6,66
8,33
5,00
6,66
3,33
8,33
3,33
6,66
3,33
5,00
3,33
3,33
5,00
5,00
6,66
5,00
5,00
5,00
5,00

16

43
44
45
46
47
48
49
50

813,96
1013,88
728,28
1042,44
813,96
1028,16
1028,16
885,36

19,98
19,98
26,64
23,31
33,30
29,97
33,30
26,64

9,99
9,99
13,32
9,99
23,31
16,65
9,99
13,32

5,00
5,00
6,66
6,66
5,00
6,66
11,66
6,66

Lampiran 4 Nilai dimensi serat (μ m) segmen 2
Ulangan

Panjang

Diameter

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
31
33

985,32
871,08
913,92
771,12
871,08
956,76
928,20
985,32
1042,44
913,92
928,20
1085,28
1142,40
856,80
799,68
956,76
628,32
999,60
1099,56
813,96
971,04
799,68
1028,16
885,36
628,32
956,76
842,52
956,76
985,32
856,80
813,96
813,96
942,48

26,64
23,31
29,97
29,97
26,64
19,98
26,64
23,31
29,97
29,97
26,64
19,98
26,64
23,31
29,97
29,97
36,63
19,98
29,97
29,97
33,30
26,64
36,63
26,64
26,64
33,30
26,64
29,97
29,97
26,64
23,31
26,64
29,97

Diameter Lumen Tebal Dinding
16,65
13,32
16,65
19,98
16,65
13,32
19,98
16,65
19,98
23,31
13,32
9,99
16,65
16,65
19,98
16,65
16,65
9,99
19,98
19,98
19,98
16,65
23,31
9,99
13,32
13,32
16,65
16,65
19,98
16,65
16,65
16,65
16,65

5,00
5,00
6,66
5,00
5,00
3,33
3,33
3,33
5,00
3,33
6,66
5,00
5,00
3,33
5,00
6,66
9,99
5,00
5,00
5,00
6,66
5,00
6,66
8,33
6,66
9,99
5,00
6,66
5,00
5,00
3,33
5,00
6,66

17

34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50

885,36
1170,96
1013,88
842,52
885,36
871,08
885,36
1013,88
899,64
913,92
785,40
971,04
799,68
828,24
1042,44
728,28
871,08

23,31
23,31
23,31
23,31
26,64
26,64
23,31
19,98
23,31
33,30
19,98
19,98
26,64
29,97
23,31
19,98
29,97

9,99
16,65
9,99
13,32
13,32
13,32
16,65
13,32
9,99
26,64
9,99
13,32
16,65
16,65
16,65
13,32
23,31

6,66
3,33
6,66
5,00
6,66
6,66
3,33
3,33
6,66
3,33
5,00
3,33
5,00
6,66
3,33
3,33
3,33

Lampiran 5 Nilai dimensi serat (μ m) segmen 3
Ulangan

Panjang

Diameter

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

771,12
828,24
999,60
899,64
942,48
799,68
871,08
1028,16
999,60
1056,72
999,60
1113,84
813,96
1085,28
942,48
1213,80
1085,28
842,52
942,48
828,24
856,80
756,84
1028,16
1056,72

23,31
23,31
19,98
26,64
23,31
19,98
19,98
23,31
26,64
29,97
26,64
23,31
26,64
33,30
33,30
29,97
29,97
23,31
29,97
19,98
26,64
23,31
23,31
29,97

Diameter Lumen Tebal Dinding
16,65
16,65
13,32
9,99
13,32
13,32
9,99
16,65
19,98
19,98
16,65
16,65
19,98
26,64
16,65
16,65
16,65
13,32
23,31
9,99
19,98
13,32
13,32
19,98

3,33
3,33
3,33
8,33
5,00
3,33
5,00
3,33
3,33
5,00
5,00
3,33
3,33
3,33
8,33
6,66
6,66
5,00
3,33
5,00
3,33
5,00
5,00
5,00

18

25
26
27
28
29
30
31
31
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50

956,76
771,12
685,44
871,08
1056,72
913,92
813,96
1228,08
942,48
1042,44
756,84
1285,20
1128,12
999,60
956,76
956,76
956,76
756,84
1170,96
942,48
771,12
842,52
928,20
856,80
699,72
1228,08

29,97
29,97
19,98
29,97
26,64
19,98
33,30
26,64
23,31
23,31
29,97
23,31
23,31
26,64
16,65
19,98
23,31
16,65
23,31
23,31
23,31
23,31
23,31
19,98
23,31
26,64

16,65
19,98
13,32
19,98
16,65
9,99
23,31
16,65
16,65
13,32
13,32
13,32
3,33
13,32
6,66
3,33
3,33
6,66
13,32
9,99
3,33
3,33
6,66
9,99
9,99
16,65

6,66
5,00
3,33
5,00
5,00
5,00
5,00
5,00
3,33
5,00
8,33
5,00
9,99
6,66
5,00
8,33
9,99
5,00
5,00
6,66
9,99
9,99
8,33
5,00
6,66
5,00

Lampiran 6 nilai dimensi serat (μ m) segmen 4
Ulangan

Panjang

Diameter

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

913,92
856,80
799,68
885,36
1056,72
1128,12
756,84
799,68
1156,68
771,12
1099,56
842,52
1056,72
971,04
714,00

26,64
29,97
23,31
16,65
29,97
29,97
29,97
26,64
16,65
33,30
19,98
16,65
26,64
29,97
19,98

Diameter Lumen Tebal Dinding
19,98
16,65
16,65
9,99
16,65
19,98
23,31
16,65
9,99
19,98
13,32
9,99
13,32
13,32
13,32

3,33
6,66
3,33
3,33
6,66
5,00
3,33
5,00
3,33
6,66
3,33
3,33
6,66
8,33
3,33

19

16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
31
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50

971,04
799,68
1185,24
913,92
899,64
828,24
1128,12
971,04
1071,00
1128,12
813,96
813,96
985,32
671,16
1056,72
1013,88
771,12
999,60
885,36
985,32
771,12
1071,00
871,08
1085,28
1085,28
1028,16
985,32
1142,40
1228,08
985,32
856,80
1142,40
885,36
999,60
942,48

19,98
23,31
29,97
29,97
19,98
19,98
16,65
23,31
23,31
19,98
19,98
23,31
26,64
29,97
23,31
23,31
19,98
23,31
29,97
26,64
16,65
23,31
19,98
19,98
19,98
16,65
19,98
16,65
26,64
23,31
23,31
26,64
23,31
26,64
26,64

13,32
13,32
23,31
16,65
13,32
13,32
9,99
16,65
13,32
9,99
9,99
13,32
16,65
16,65
16,65
16,65
13,32
16,65
16,65
19,98
9,99
16,65
9,99
13,32
6,66
9,99
13,32
6,66
19,98
9,99
13,32
19,98
16,65
16,65
16,65

3,33
5,00
3,33
6,66
3,33
3,33
3,33
3,33
5,00
5,00
5,00
5,00
5,00
6,66
3,33
3,33
3,33
3,33
6,66
3,33
3,33
3,33
5,00
3,33
6,66
3,33
3,33
5,00
3,33
6,66
5,00
3,33
3,33
5,00
5,00

Lampiran 7 Nilai dimensi serat (μ m) segmen 5
Ulangan

Panjang

Diameter

1
2
3
4
5
6

1071,00
1071,00
1056,72
942,48
856,80
1042,44

16,65
23,31
23,31
16,65
19,98
26,64

Diameter Lumen Tebal Dinding
6,66
16,65
16,65
9,99
9,99
16,65

5,00
3,33
3,33
3,33
5,00
5,00

20

7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
31
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50

1056,72
1071,00
1013,88
1099,56
1071,00
1156,68
999,60
971,04
956,76
1128,12
1228,08
1170,96
756,84
1028,16
1042,44
1370,88
1156,68
1028,16
813,96
1142,40
1042,44
1185,24
942,48
1228,08
942,48
899,64
956,76
1028,16
1028,16
1128,12
928,20
1085,28
1356,60
1185,24
1228,08
1042,44
1299,48
871,08
971,04
1056,72
1056,72
971,04
985,32
856,80

26,64
23,31
29,97
26,64
26,64
33,30
39,96
23,31
16,65
23,31
23,31
33,30
29,97
19,98
19,98
19,98
23,31
33,30
33,30
26,64
29,97
33,30
26,64
29,97
29,97
19,98
26,64
16,65
23,31
19,98
16,65
19,98
23,31
19,98
29,97
29,97
29,97
26,64
16,65
29,97
26,64
19,98
19,98
36,63

16,65
13,32
9,99
16,65
19,98
13,32
19,98
16,65
6,66
6,66
13,32
13,32
13,32
6,66
6,66
3,33
3,33
13,32
26,64
13,32
9,99
19,98
9,99
16,65
9,99
6,66
3,33
6,66
3,33
6,66
3,33
3,33
3,33
9,99
9,99
23,31
13,32
3,33
9,99
19,98
19,98
9,99
13,32
19,98

5,00
5,00
9,99
5,00
3,33
9,99
9,99
3,33
5,00
8,33
5,00
9,99
8,33
6,66
6,66
8,33
9,99
9,99
3,33
6,66
9,99
6,66
8,33
6,66
9,99
6,66
11,66
5,00
9,99
6,66
6,66
8,33
9,99
5,00
9,99
3,33
8,33
11,66
3,33
5,00
3,33
5,00
3,33
8,33

21

Lampiran 8 Nilai dimensi serat (μ m) segmen 6
Ulangan

Panjang

Diameter

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
31
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42

913,92
1185,24
1185,24
1142,40
1128,12
1428,00
1399,44
1013,88
1299,48
856,80
928,20
971,04
928,20
1142,40
1185,24
1128,12
1242,36
956,76
1342,32
942,48
1013,88
956,76
1228,08
1099,56
1242,36
1013,88
1242,36
1170,96
985,32
1170,96
1170,96
1028,16
1056,72
1113,84
1270,92
1085,28
1013,88
1299,48
1028,16
1042,44
799,68
999,60

26,64
16,65
16,65
19,98
26,64
16,65
16,65
19,98
23,31
23,31
19,98
26,64
23,31
23,31
23,31
33,30
19,98
23,31
19,98
23,31
16,65
23,31
19,98
33,30
26,64
19,98
26,64
19,98
23,31
29,97
33,30
29,97
23,31
29,97
26,64
26,64
23,31
29,97
29,97
26,64
23,31
19,98

Diameter Lumen Tebal Dinding
13,32
6,66
6,66
13,32
16,65
9,99
3,33
13,32
9,99
9,99
9,99
13,32
9,99
9,99
6,66
19,98
9,99
13,32
13,32
13,32
9,99
16,65
6,66
19,98
13,32
9,99
13,32
6,66
9,99
16,65
3,33
23,31
9,99
13,32
6,66
19,98
9,99
16,65
16,65
9,99
13,32
13,32

6,66
5,00
5,00
3,33
5,00
3,33
6,66
3,33
6,66
6,66
5,00
6,66
6,66
6,66
8,33
6,66
5,00
5,00
3,33
5,00
3,33
3,33
6,66
6,66
6,66
5,00
6,66
6,66
6,66
6,66
14,99
3,33
6,66
8,33
9,99
3,33
6,66
6,66
6,66
8,33
5,00
3,33

22

43
44
45
46
47
48
49
50

999,60
1128,12
1199,52
1028,16
1199,52
1242,36
1142,40
899,64

26,64
23,31
23,31
26,64
23,31
23,31
19,98
23,31

13,32
13,32
9,99
13,32
13,32
16,65
9,99
6,66

6,66
5,00
6,66
6,66
5,00
3,33
5,00
8,33

Lampiran 9 Nilai dimensi serat (μ m) segmen 7
Ulangan

Panjang

Diameter

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
31
33

1013,88
1013,88
1342,32
1285,20
1085,28
1185,24
1170,96
1199,52
1185,24
1056,72
1170,96
1085,28
828,24
1113,84
1071,00
1285,20
1013,88
1328,04
1085,28
1042,44
1199,52
813,96
1270,92
1342,32
1113,84
1256,64
1228,08
1071,00
842,52
942,48
1013,88
1113,84
999,60

23,31
23,31
29,97
29,97
29,97
29,97
19,98
23,31
29,97
26,64
33,30
29,97
26,64
26,64
29,97
29,97
29,97
33,30
26,64
36,63
33,30
39,96
26,64
26,64
26,64
33,30
23,31
23,31
26,64
29,97
23,31
16,65
19,98

Diameter Lumen Tebal Dinding
13,32
13,32
13,32
19,98
16,65
16,65
6,66
9,99
16,65
13,32
16,65
19,98
13,32
16,65
16,65
16,65
13,32
16,65
16,65
23,31
16,65
26,64
13,32
16,65
16,65
16,65
16,65
3,33
13,32
6,66
3,33
3,33
3,33

5,00
5,00
8,33
5,00
6,66
6,66
6,66
6,66
6,66
6,66
8,33
5,00
6,66
5,00
6,66
6,66
8,33
8,33
5,00
6,66
8,33
6,66
6,66
5,00
5,00
8,33
3,33
9,99
6,66
11,66
9,99
6,66
8,33

23

34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50

1071,00
1071,00
1285,20
1028,16
1071,00
1299,48
1128,12
1270,92
1028,16
1170,96
999,60
885,36
1170,96
1099,56
1213,80
1013,88
1685,04

23,31
29,97
26,64
26,64
26,64
26,64
26,64
33,30
23,31
19,98
26,64
23,31
26,64
29,97
26,64
23,31
26,64

6,66
9,99
6,66
6,66
9,99
6,66
6,66
3,33
3,33
3,33
16,65
16,65
16,65
23,31
16,65
16,65
13,32

8,33
9,99
9,99
9,99
8,33
9,99
9,99
14,99
9,99
8,33
5,00
3,33
5,00
3,33
5,00
3,33
6,66

Lampiran 10 Nilai dimensi serat (μ m) segmen 8
Ulangan

Panjang

Diameter

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

1028,16
1042,44
1042,44
1185,24
999,60
1370,88
1213,80
1013,88
1113,84
1285,20
1370,88
1328,04
1099,56
1085,28
1156,68
942,48
1299,48
1242,36
1028,16
1742,16
1599,36
1085,28
1156,68
1170,96

29,97
29,97
16,65
19,98
19,98
36,63
33,30
29,97
23,31
33,30
29,97
43,29
36,63
19,98
26,64
16,65
26,64
16,65
26,64
29,97
29,97
29,97
26,64
23,31

Diameter Lumen Tebal Dinding
19,98
19,98
9,99
13,32
9,99
26,64
19,98
19,98
16,65
26,64
16,65
29,97
19,98
9,99
19,98
9,99
16,65
3,33
9,99
19,98
13,32
16,65
13,32
9,99

5,00
5,00
3,33
3,33
5,00
5,00
6,66
5,00
3,33
3,33
6,66
6,66
8,33
5,00
3,33
3,33
5,00
6,66
8,33
5,00
8,33
6,66
6,66
6,66

24

25
26
27
28
29
30
31
31
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50

928,20
1028,16
1156,68
1156,68
1142,40
1099,56
985,32
1113,84
1199,52
971,04
971,04
799,68
1370,88
1185,24
1285,20
1370,88
1270,92
1385,16
1042,44
928,20
1470,84
1313,76
1056,72
1270,92
1213,80
1113,84

23,31
23,31
23,31
19,98
16,65
23,31
26,64
26,64
36,63
26,64
29,97
33,30
23,31
29,97
29,97
29,97
29,97
26,64
23,31
29,97
26,64
23,31
29,97
29,97
26,64
33,30

6,66
9,99
9,99
9,99
6,66
16,65
9,99
16,65
23,31
13,32
13,32
19,98
9,99
16,65
19,98
16,65
16,65
13,32
16,65
16,65
19,98
6,66
13,32
23,31
19,98
26,64

8,33
6,66
6,66
5,00
5,00
3,33
8,33
5,00
6,66
6,66
8,33
6,66
6,66
6,66
5,00
6,66
6,66
6,66
3,33
6,66
3,33
8,33
8,33
3,33
3,33
3,33

Lampiran 11 Nilai dimensi serat (μ m) segmen 9
Ulangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Panjang
1113,84
1199,52
1071,00
999,60
1370,88
1213,80
1313,76
1199,52
1156,68
999,60
1270,92
1028,16
1527,96
1228,08
1513,68

Diameter
23,31
23,31
23,31
23,31
26,64
23,31
26,64
23,31
36,63
19,98
36,63
26,64
19,98
23,31
33,30

Diameter Lumen
9,9