Pemetaan Perubahan Forest Canopy Density di KPH Kuningan
PEMETAAN PERUBAHAN FOREST CANOPY DENSITY
DII KPH KUNINGAN
ARDHIANTO MUHAMMAD
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemetaan Perubahan
Forest Canopy Density di KPH Kuningan adalah benar karya saya denganarahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
Ardhianto Muhammad
NIM E34080078
ABSTRAK
ARDHIANTO MUHAMMAD. Pemetaan Perubahan Forest Canopy Density di
KPH Kuningan. Dibimbing oleh LILIK BUDI PRASETYO dan AGUS
PRIYONO KARTONO.
Perubahan kualitas hutan, termasuk degradasi hutan, dapat diduga melalui
pengukuran kerapatan kanopi hutan. Kerapatan kanopi hutan (forest canopy
density=FCD) dipengaruhi oleh peubah-peubah seperti leaf area index, basal area
dan kerapatan tegakan. Analisis terhadap citra landsat tahun 1991, 2002, dan 2012
menunjukkan bahwa di wilayah KPH Kuningan terjadi perubahan kerapatan
kanopi. Pada rentang tahun 1991-2002, wilayah KPH Kuningan mengalami
penurunan FCD sebesar 206.68 ha dan 4504.18 ha wilayahnya menunjukkan
peningkatan FCD. Kemudian terjadi penurunan FCD sebesar 1826.72 ha dan
peningkatan FCD sebesar 3311.82 ha pada rentang tahun 2002-2012. Diantara
tiga peubah yang diuji, kerapatan tegakan merupakan peubah yang memiliki
hubungan paling kuat dengan FCD (R²=0.79) dan membentuk persamaan
Kerapatan Tegakan (KT) = 7.05 + 4.73FCD. Perhitungan ketepatan dari model
pendugaan kerapatan tegakan menunjukkan nilai 6.2%, yang artinya model
memiliki ketepatan yang tinggi.
Kata kunci: degradasi hutan, kerapatan kanopi hutan, kerapatan tegakan, leaf
area index, luas bidang dasar
ABSTRACT
ARDHIANTO MUHAMMAD. Forest Canopy Density Changes Mapping in KPH
Kuningan. Supervised by LILIK BUDI PRASETYO and AGUS PRIYONO
KARTONO.
Changes in the quality of the forest, including forest degradation, can be
estimated by measuring the density of the forest canopy. Forest canopy density
(FCD) is influenced by variables such as leaf area index, basal area and stand
density. The analysis of Landsat imagery acquired in 1991, 2002 and 2012
showed that FCD in KPH Kuningan area has changed. During the period of 19912002, the decreased FCD was about 206.68 ha, meanwhile 4504.18 ha area has
showed an increase. In the period of 2002-2012, the decreased FCD was 1826.72
ha and 3311.82 ha increase. Among the three variables tested, stand density has
the strongest association with FCD (R ² = 0.79) and its relation was follow
equation Kerapatan Tegakan (KT) = 7.05+4.73FCD. The error accuracy of
prediction model was 6.2%, which means that the model has high accuracy.
Keywords: basal area, forest canopy density, forest degradation, leaf area index,
stand density
PEMETAAN PERUBAHAN FOREST CANOPY DENSITY
DI KPH KUNINGAN
ARDHIANTO MUHAMMAD
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Pemetaan Perubahan Forest Canopy Density di KPH Kuningan
Nama
: Ardhianto Muhammad
NIM
: E34080078
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Lilik B. Prasetyo, MSc
Pembimbing I
Dr Ir Agus P. Kartono, MSi
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi: Pemetaan Perubahan Forest Canopy Density di KPH Kuningan
Nama
: Ardhianto Muhammad
NIM
: E34080078
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Lilik B. Prasetyo, MSc
Pembimbing I
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
1 5 JAN 2014
Dr Ir Agus P. Kartono, MSi
Pembimbing II
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September sampai
Desember 2012 ini ialah degradasi hutan, dengan judul Pemetaan Perubahan
Forest Canopy Density di KPH Kuningan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo,
MSc dan Bapak Dr Ir Agus Priyono Kartono, MSi selaku pembimbing, yang telah
banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
Bapak Flori, Karbu, Abay, Dodo dari KPH Kuningan yang telah banyak
membantu selama penulis melakukan penelitian. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, adik-adik saya, serta seluruh keluarga, atas segala
doa dan kasih sayangnya. Keluarga KSHE 45 (EDELWEIS) dan Keluarga besar
HIMAKOVA atas motivasi, dukungan, dan kebersamaan kita selama ini, serta
seluruh staf pengajar, tata usaha, laboran, mamang bibi, juga keluarga besar
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata dan Fakultas
Kehutanan IPB yang telah membantu, memberikan dukungan, serta memberikan
ilmu pengetahuan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2014
Ardhianto Muhammad
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan
1
Manfaat
1
METODE
2
Lokasi dan Waktu Penelitian
2
Alat dan Bahan
2
Jenis Data
3
Metode Pengumpulan Data
3
Pengolahan dan Analisis Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
6
Klasifikasi FCD
6
Perubahan FCD
9
Analisis Model Pendugaan
10
Leaf Area Index (LAI)
10
Luas Bidang Dasar Tegakan (LBDT)
13
Kerapatan Tegakan (KT)
13
Validasi Model Pendugaan
14
Implikasi Model Pendugaan
15
SIMPULAN DAN SARAN
15
Simpulan
15
Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
16
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
Jenis data yang diambil
Selang deteksi perubahan
Kelas FCD tahun 1991, 2002, dan 2012
Kelas perubahan FCD tahun 1991-2002 dan tahun 2002-2012
Perubahan kelas FCD tahun 1991-2002
Perubahan kelas FCD tahun 2002-2012
3
5
6
9
11
11
DAFTAR GAMBAR
1 Lokasi penelitian
2 Plot analisis vegetasi
3 Diagram alir pembuatan peta FCD
4 Thresholding untuk deteksi perubahan
5 Peta FCD tahun 1991
6 Peta FCD tahun 2002
7 Peta FCD tahun 2012
8 Grafik hubungan antara LBDT dengan FCD
9 Peta perubahan FCD tahun 1991-2002 dan tahun 2002-2012
10 Grafik hubungan antara LBDT dengan FCD
11 Grafik hubungan antara KT dengan FCD
12 Grafik hubungan antara KT di lapangan dengan KT hasil pendugaan
2
3
4
5
7
8
8
10
12
13
14
14
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Degradasi hutan adalah proses yang mengarah ke kerusakan sementara
atau permanen pada kepadatan atau struktur tutupan vegetasi atau komposisi
spesiesnya (Grainger 1993). Pemantauan perubahan hutan di daerah yang
mengalami degradasi dengan penginderaan jauh lebih menantang dari pemantauan
deforestasi. Deforestasi mudah terdeteksi terutama bila terjadi pada skala besar,
namun degradasi hutan, seperti hilangnya beberapa pohon per hektar oleh tebang
pilih, semak oleh api, atau cabang dan pohon kecil untuk kayu bakar jauh lebih
sulit untuk diamati dari jarak jauh. Aktivitas ini hanya sedikit mempengaruhi
penutupan kanopi hutan tetapi dapat mempengaruhi forest stock secara signifikan
(Defries 2007 diacu dalam Mudiyarso 2008).
Oleh karena itu, penilaian status hutan perlu dilakukan dengan pendekatan
baru yang mampu menunjukkan fenomena pertumbuhan hutan. Menurut Azizi
(2008), untuk pengelolaan hutan yang lebih baik, perubahan kerapatan harus
dipertimbangkan. Kerapatan kanopi hutan merupakan salah satu parameter yang
berguna untuk memantau kondisi hutan. Monitoring kerapatan kanopi hutan
memungkinkan melihat perubahan kondisi hutan dari waktu ke waktu termasuk
degradasi hutan.
Kerapatan kanopi hutan dapat dipengaruhi oleh karakteristik utama
fisiognomi tegakan hutan, dalam hal ini komposisi spesies/tipe hutan, penutupan
tajuk, orientasi permukaan daun, kandungan klorofil daun, jumlah tegakan, basal
area, jenis kanopi dominan (Roy 1999 diacu dalam Panta 2003). Kriteria untuk
menentukan hutan tergedradasi dapat menggunakan peubah yaitu tegakan,
indikator kanopi dan leaf area index (Sprintsin et al. 2009). Penggunaan peubahpeubah tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan peubah terbaik untuk indikator
degradasi hutan.
Tujuan
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Menduga perubahan forest canopy density (FCD) secara spasial dan temporal
2. Menduga hubungan antara FCD dengan leaf area index (LAI), luas bidang
dasar tegakan (LBDT), dan kerapatan tegakan (KT).
Manfaat
Melalui penelitian ini dapat dilihat bagaimana teknik pendugaan laju
degradasi hutan menggunakan data Citra Landsat dengan pendekatan FCD
mampu memberikan data yang akurat mengenai kondisi tegakan hutan. Selain
untuk memantau degradasi hutan, teknik ini dapat pula untuk memonitor progres
rehabilitasi hutan dan forest stock.
2
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di KPH Kuningan yang termasuk ke dalam wilayah
kerja Perhutani Unit III (Gambar 1), pada bulan September-Desember 2012.
Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Analisis Lingkungan dan Pemodelan
Spasial, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas
Kehutanan IPB.
Gambar 1 Lokasi penelitian
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kamera DSLR, lensa
fisheye untuk mendapatkan foto hemiview, GPS Garmin 62 Csx untuk menandai
koordinat lokasi sampel, perlengkapan analisis vegetasi, dan alat tulis serta
software yang digunakan meliputi ArcGIS 9.3, Erdas Imagine 9.1, FCD Mapper
v.2, Global Mapper 13, Hemiview, Garmin Base Camp. Bahan yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu Citra Landsat 5 TM tahun 1991, Landsat 7 ETM tahun
2002 dan 2012 untuk mendapatkan peta FCD, ASTER GDEM untuk membuat
peta kontur, peta batas KPH Kuningan, peta jaringan sungai dan jalan.
3
Jenis Data
Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data-data seperti tercantum
pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis data yang diambil
No
1
Aspek
Plot sampel
ground check
2
Kondisi tajuk
3
Kondisi umum
lokasi
Jenis data
a. Koordinat
Metode
a. Marking dengan GPS
b. Data vegetasi
a. Foto tajuk
b. Analisis vegetasi
a. Hemiview photograph
a. Kondisi
tegakan, kelas
umur dan kelas
perusahaan
a. Studi literatur
Sumber
a. Data
lapangan
a. Data
lapangan
a. Data KPH
Kuningan
Metode Pengumpulan Data
Pembuatan Plot Analisis Vegetasi
Data yang dikumpulkan berupa data kerapatan tegakan, luas bidang dasar
tegakan, titik GPS dan foto tajuk dengan metode Hemiview Photograph untuk
mendapatkan nilai LAI. Pengumpulan data kerapatan tegakan dan luas bidang
dasar dilakukan dengan menggunakan metode analisis vegetasi. Plot sampel
analisis vegetasi berjumlah 63 buah (44 plot untuk membangun model dan 19 plot
untuk validasi) yang ditempatkan secara purposive sampling berdasarkan kelas
kerapatan kanopi hutan dan kondisi topografi di lapangan.
Ukuran plot di lapangan dengan menggunakan citra resolusi 30 meter x 30
meter adalah dengan ukuran 50 meter x 50 meter (Huang et al. 2006).
Pengambilan data tegakan pada 5 cm ≤ D < 10 cm dan 10 cm ≤ D < 20 cm di
kuadran I. Ukuran untuk pengambilan sampel 5 cm ≤ D < 10 cm adalah 5 m x 5 m,
sedangkan ukuran untuk pengambilan sampel 10 cm ≤ D < 20 cm adalah 10 m x
10 m dari titik pusat plot. Data tegakan diameter > 20 cm diambil di semua
kuadran dengan ukuran 25 m x 25 m.
Pengambilan Foto Tajuk
Gambar 2 Plot analisis vegetasi
4
Foto tajuk diambil dengan metode hemiview photograph menggunakan
kamera DLSR berlensa fisheye, kemudian diolah dengan software Hemiview
untuk memperoleh nilai LAI. Lokasi pengambilan foto tajuk sesuai dengan lokasi
plot analisis vegetasi.
Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan informasi kondisi umum
lapangan, seperti kondisi tegakan, kelas perusahaan, kelas umur tegakan, dan
kegiatan pengelolaan KPH Kuningan.
Pengolahan dan Analisis Data
Pembuatan Peta FCD
Peta FCD diperoleh dengan mengekstraksi data citra landsat menggunakan
software FCD Mapper v.2. Metode ini dapat mengakomodasi variasi
permasalahan gangguan atmosfer citra ataupun pengaruh latar belakang vegetasi.
Metode ini dapat mengurangi efek dari bias dan menghasilkan ekstraksi
kenampakan yang lebih baik pada obyek yang spesifik dibumi. FCD model
merupakan kombinasi dari indeks vegetasi, tanah, bayangan hutan dan suhu.
Keempat parameter tersebut memiliki korelasi yang sangat kuat terhadap satu
sama lain. Dasar logika pendekatan ini berdasarkan pada hubungan timbal balik yang
tinggi dari status vegetasi dan lahan terbuka.
Gambar 3 Diagram alir pembuatan peta FCD
5
Deteksi Perubahan
Teknik deteksi perubahan ditujukan untuk membedakan perubahan FCD
yang diindikasikan oleh fluktuasi digital number (DN). Perubahan dideteksi
dengan metode thresholding histogram dimana perubahan ambang satu nilai
standar deviasi di bawah dan di atas nilai mean dipilih seperti disarankan Lunetta
dan Elvidge dan Sohl (Prasetyo 2003). Hasil analisisnya adalah image kelas
perubahan tematik yang menunjukkan informasi daerah yang tidak ada perubahan
dan yang ada perubahan.
Tabel 2 Selang deteksi perubahan
Kelas perubahan
Decrease
Unchange
Increase
Rumus
x ≤ (mean -sd)
(mean - sd) < x ≤ (mean + sd)
x > (mean + sd)
Gambar 4 Thresholding untuk deteksi perubahan
Analisis Regresi
Model regresi yang digunakan adalah model regresi sederhana karena
model ini akan lebih stabil karena menggunakan persamaan linier tanpa
melakukan modifikasi kurva. Model linier sederhana (Duan 1991);
Model yang digunakan untuk menduga LAI, LBDT dan KT adalah model
penduga yang berasal dari variabel penduga (FCD) dengan nilai R² terbesar.
Validasi Model
Model pendugaan yang memiliki koefisien determinasi terbesar dipilih
untuk kemudian dilakukan validasi. Validasi model pendugaan dilakukan untuk
mengetahui ketepatan dari model pendugaan yang dipilih. Ketepatan model
ditunjukkan dengan nilai A dimana semakin kecil persentase nilai A maka model
pendugaan semakin tepat.
A=|
̅
̅
| x 100%
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
KPH Kuningan terletak di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Luas wilayah
kerja KPH Kuningan adalah 29684.34 ha meliputi dua Kelas Perusahaan (KP)
yakni KP Jati dengan luas 15313.61 ha atau 51.59% dari total wilayah KPH
Kuningan dan KP Pinus dengan luas 14370.73 ha. Kawasan hutan KPH Kuningan
memiliki topografi yang sangat bervariasi. Berdasarkan ketinggian tanah, KPH
Kuningan terbagai atas ketinggian 25 - 100 meter diatas permukaan laut (mdpl)
seluas 69414.92 ha (58,90%), ketinggian 500 - 1.000 mdpl seluas 30538.15 ha
(25,91%) dan ketinggian lebih dari 1.000 mdpl seluas 6989.1 ha (5,93%).
Penelitian ini hanya mengambil lokasi 33.23% atau sebesar 9863.28 ha dari
luas total KPH Kuningan. Hal tersebut dilakukan karena citra satelit landsat tahun
2012 mengalami kerusakan (striping) pada sebagian besar image-nya. Oleh
karena itu, lokasi penelitian hanya mengambil lokasi yang tidak mengalami
striping agar hasil analisis yang didapat lebih akurat.
Klasifikasi FCD
Pemetaan FCD menggunakan kerapatan kanopi hutan sebagai parameter
esensial dalam mengkarakterisasi kondisi hutan. Data FCD dapat
mengindikasikan derajat degradasi hutan, serta dapat mengindikasikan intensitas
perlakukan rehabilitasi yang mungkin diperlukan (Rikimaru 2002).
Klasifikasi FCD memiliki rentang nilai 0-100% yang menunjukkan
persentase kerapatan kanopi vegetasi suatu tegakan. Hasil klasifikasi FCD pada
lokasi penelitian menunjukkan bahwa KPH Kuningan memiliki penutupan kanopi
dari yang terendah hingga yang tertinggi. Klasifikasi FCD yang dilakukan
terhadap tiga waktu berbeda yakni tahun 1991, 2002, dan 2012 menunjukkan
perbedaan FCD yang terlihat pada luas tiap kelas seperti disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3 Kelas FCD tahun 1991, 2002, dan 2012
Kelas FCD
(%)
Jml. Plot
0-9
10-19
20-29
30-39
40-49
50-59
60-69
70-79
80-89
90-99
Jumlah
20
4
4
5
8
8
7
5
1
1
63
Tahun 1991
9404.40
86.11
107.10
99.50
75.16
46.48
24.59
12.50
5.15
0.25
9861.23
Luas (ha)
Tahun 2002
4806.05
198.63
385.77
573.18
919.24
1210.40
1012.95
578.06
161.91
17.10
9863.28
Tahun 2012
2981.41
456.59
701.71
880.98
1120.40
1353.04
1280.23
806.99
257.69
24.24
9863.28
7
Data tersebut menunjukkan pada tahun 1991, kerapatan kanopi sangat
didominasi oleh kelas FCD 0-9%. Hal itu menunjukkan bahwa kondisi hutan pada
tahun tersebut masih banyak lahan terbuka atau woodlands. Selain lahan terbuka,
kondisi hutan KPH Kuningan pada tahun 1991 dapat pula masih didominasi
tegakan muda. Tahun 2002, kelas FCD 0-9% masih dominan namun luasnya jauh
berkurang dibandingkan pada tahun 1991. Kelas kerapatan yang lebih tinggi
luasannya sudah jauh bertambah daripada data FCD tahun 1991. Hal tersebut
dapat disebabkan karena pertumbuhan tegakan hutan pada rentang sebelas tahun
hingga tahun 2002. Kelas kerapatan 90-99% yang pada tahun 1991 luasnya tidak
sampai satu hektar, pada tahun 2002 luasnya menjadi 17.10 ha. Kemudian data
FCD tahun 2012 menunjukkan luasan daerah dengan kerapatan kanopi tinggi jauh
lebih luas dari data FCD tahun 1991 dan tahun 2002. Kelas kerapatan 0-9% pada
tahun 2012 menjadi hanya 3263.52 ha, sedangkan kelas kerapatan tertinggi
mencapai 24.24 ha. Peningkatan kerapatan kanopi di tahun 2012 dari tahun-tahun
sebelumnya selain karena pertumbuhan tegakan itu sendiri juga karena
pengelolaan KPH Kuningan yang mampu menjaga kondisi hutannya baik.
Gambar 5 Peta FCD tahun 1991
8
9
PERUBAHAN FCD
Hasil deteksi perubahan FCD tiap dua rentang waktu berbeda di KPH
Kuningan secara keseluruhan ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4 Kelas perubahan FCD tahun 1991-2002 dan 2002-2012
Kelas perubahan
Decrease
Unchange
Increase
Clouds
Jumlah
Tahun 1991-2002
Luas (ha)
%
206.69
2.04
3816.32
37.62
4504.18
44.40
1617.94
15.95
10145.13
100.00
Tahun 2002-2012
Luas (ha)
%
1826.72
18.00
3389.15
33.40
3311.82
32.64
1620.05
15.96
10147.74
100.00
Data yang disajikan pada Tabel 4 menunjukkan peningkatan kerapatan
kanopi menjadi kelas yang dominan daripada penurunan kerapatan kanopi. Pada
rentang tahun 1991-2002 terjadi peningkatan kerapatan kanopi yang sangat
signifikan, mencapai 44.4% dari total areanya dan hanya 2% daerahnya yang
mengalami penurunan. Peningkatan signifikan tersebut masih berlanjut pada
rentang waktu 2002-2012 yakni 32.64% walaupun terjadi penurunan yang lebih
besar dari kurun waktu sebelumnya yakni 18%.
Pertambahan luas daerah decrease pada rentang tahun 2002-2012 daripada
rentang tahun sebelumnya karena pada rentang tahun tersebut terjadi peningkatan
jumlah penduduk sebesar 175044 jiwa, jauh lebih besar daripada peningkatan
jumlah penduduk pada rentang tahun 1991-2002, yakni 105553 jiwa (Bapeda BPS
Kuningan 2012). Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka terjadi
peningkatan kebutuhan lahan dan sumberdaya hutan sehingga banyak hutan yang
dikonversi menjadi tutupan lahan lain, selain itu jumlah penduduk yang besar
meningkatkan potensi perambahan.
Kelas FCD yang mengalami perubahan paling besar dalam rentang tahun
1991-2002 adalah kelas FCD 0-9%. Perubahan yang terjadi berupa penurunan
luas sebesar 4598.35 ha dari luas pada tahun 1991. Penurunan luasan tersebut
karena berubah menjadi kelas FCD lain dan 1142.89 ha atau 25% dari luasan yang
hilang berubah menjadi kelas FCD 50-59% pada tahun 2002 seperti ditunjukkan
Tabel 5. Penurunan kelas FCD 0-9% dikarenakan pertumbuhan tegakan tersebut
menjadi kelas FCD lain dalam rentang tahun 1991-2002.
Pada rentang tahun 2002-2012 kelas FCD yang mengalami perubahan
terbesar terjadi pada kelas FCD 0-9%. Sebesar 1824,65 ha kelas FCD 0-9% pada
tahun 2002 berubah menjadi kelas FCD lain pada tahun 2012 (Tabel 6). Kelas
FCD 20-29%, 30-39%, 40-49%, dan 50-59% menjadi kelas FCD yang mengalami
peningkatan signifikan akibat penurunan kelas FCD 0-9%, yakni masing-masing
meningkat lebih dari 400 ha.
Banyak faktor yang dapat memengaruhi terjadinya perubahan FCD
tersebut. Menurut Suyatman (1998) gangguan yang biasa terjadi di KPH
Kuningan yang dapat berdampak negatif antara lain pencurian kayu, bibrikan
lahan, kebakaran hutan, penggembalaan liar, dan bencana alam. Status hutan KPH
10
Kuningan yang didominasi hutan produksi turut berpengaruh terhadap perubahan
FCD.
Faktanya kondisi hutan KPH Kuningan terus mengalami peningkatan yang
signifikan dalam dua dekade terakhir. Hal tersebut dapat terjadi karena
pertumbuhan tegakan itu sendiri dalam kurun waktu tersebut, keberhasilan
pengelolaannya serta kesadaran masyarakat yang tinggi terhadap kelestarian hutan.
Keberhasilan tersebut dicapai berkat program-program seperti penyuluhan,
pemberdayaan masyarakat desa hutan (PMDH), dan juga program pengelolaan
hutan bersama masyarakat (PHBM), serta dukungan pemerintah Kabupaten
Kuningan dengan kebijakan yang pro-konservasi seperti mendeklarasikan
Kabupaten Kuningan menjadi Kabupaten Konservasi.
Analisis Model Pendugaan
Leaf Area Index (LAI)
LAI didefinisikan sebagai nisbah antara luas daun dengan luas lahan
tegakan yang diproyeksikan tegak lurus terhadap penutupan tajuk (Nemani dan
Running 1998). Nilai LAI bervariasi dari hari ke hari sebagai akibat dari variasi
pola radiasi surya harian dan bervariasi dari musim ke musim sebagai akibat
perubahan kanopi, area tumbuh, dan guguran daun (Hadipoentyanti et al. 1994).
Terdapat dua kegunaan nilai LAI untuk kawasan hutan, pertama dapat digunakan
untuk menduga pertukaran bahang pada tipe hutan tertentu, dan kedua
menentukan hubungan antara karakteristik fisik lingkungan dengan arsitektur
tajuk hutan.
Menurut Roy (1999) karakteristik fisiognomi tegakan hutan, salah satunya
adalah orientasi permukaan daun dapat memengaruhi kerapatan kanopi. Model
pendugaan LAI = 0.49 + 0.01FCD dengan koefisien determinasi 0.74. Grafik
hubungan antara nilai FCD dengan LAI ditunjukkan pada Gambar 9.
2.000
1.800
1.600
LAI
1.400
1.200
1.000
0.800
0.600
LAI = 0.49 + 0.01FCD
R² = 0.74
0.400
0.200
0.000
0
20
40
60
80
FCD
Gambar 8 Grafik hubungan antara LAI dengan FCD
100
11
12
13
Luas Bidang Dasar Tegakan (LBDT)
Menurut Philip (1994) diacu dalam Kurniawan (2004) luas bidang dasar
(basal area) pohon adalah luas area lingkaran batang pohon yang diukur pada
ketinggian setinggi dada. Pengukuran luas bidang dasar umumnya dilakukan
diluar kulit pohon (over bark) dan dinyatakan dalam m²/ha. LBDT merupakan
jumlah dari luas bidang dasar (basal area) pohon hidup yang ada pada suatu
tegakan hutan.
Djumhaer (2003) menggunakan citra landsat dengan pendekatan NDVI
mampu menduga LBDT dengan R² = 0.82. Secara individu luas bidang dasar
mempunyai hubungan dengan volume pohon, biomassa, ukuran tajuk. Demikian
pula dengan LBDT akan mempunyai hubungan dengan volume tegakan, biomassa
tegakan, dan kerapatan tegakan (Brack 1999 diacu dalam Kurniawan 2004).
Model pendugaan LBDT = 0.31 + 0.08FCD (R² = 0.62). FCD memiliki
hubungan yang lemah untuk menduga LBDT dengan koefisien determinasi (R²)
sebesar 0.62, sehingga tidak dapat digunakan. Hasil serupa juga terjadi pada
penelitian Baynes (2007). Grafik Hubungan nilai FCD dengan nilai LBDT
ditunjukkan pada Gambar 10.
9
8
7
LBDT
6
5
4
3
LBDT = 0.31 + 0.08FCD
R² = 0.62
2
1
0
0
20
40
60
80
100
FCD
Gambar 10 Grafik hubungan antara LBDT dengan FCD
Kerapatan Tegakan (KT)
KT menunjukkan jumlah pohon yang ada dalam suatu luasan hutan
(Mason 2000). Satuan KT adalah jumlah pohon per hektar. KT merupakan fungsi
dari tiga elemen, yaitu: jumlah pohon, ukuran pohon (batang, tajuk dan akar) dan
distribusi spasial di lapangan. Pengukuran terhadap KT dapat digunakan untuk
analisis pertumbuhan pohon dan hasil hutan. Menurut Young (1982) kerapatan
tegakan adalah pernyataan kuantitatif yang menunjukkan tingkat kepadatan pohon
dalam suatu tegakan.
Estimasi KT dapat dilakukan dengan menggunakan metode remote
sensing (Wu dan Strahler 1994). Menurut Nugroho (2011) nilai FCD memiliki
hubungan yang kuat dengan kerapatan tegakan. Hasil analisis regresi
menghasilkan model pendugaan KT = 7.05 + 4.73FCD (R² = 0.79). Grafik
hubungan antara FCD dengan KT ditunjukkan pada Gambar 11.
14
700
Karapatan Tegakan
600
500
400
300
200
KT = 7.05 + 4.73FCD
R² = 0.79
100
0
0
20
40
60
80
100
FCD
Gambar 11 Grafik hubungan antara KT dengan FCD
Validasi Model Pendugaan
Model pendugaan KT dipilih untuk kemudian di validasi karena memiliki
koefisien determinasi terbesar. Validasi model pendugaan KT dilakukan untuk
mengetahui ketepatan dari model pendugaan tersebut. Perhitungan validasi model
pendugaan menunjukkan persentase nilai ketepatan yakni 6.2%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa model pendugaan KT memiliki ketepatan yang tinggi,
sehingga dapat menduga KT aktual dengan baik. Hasil regresi KT aktual dengan
KT hasil pendugaan juga menunjukkan hubungan yang kuat dengan koefisien
determinasi mencapai 0.89 seperti ditunjukkan pada Gambar 12.
500
450
400
KT aktual
350
300
250
200
150
R² = 0.89
100
50
0
0
50
100
150
200
250
300
350
400
KT pendugaan
Gambar 12 Grafik hubungan antara KT aktual dengan KT hasil pendugaan
15
Implikasi Model
Peubah KT menjadi peubah degradasi hutan di lapangan yang memiliki
hubungan kuat dengan nilai FCD. Model pendugaan KT dan peta FCD dapat
digunakan untuk menduga kerapatan tegakan di lapangan secara tidak langsung
dengan baik. Hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi pengelolaan dan
monitoring hutan di KPH Kuningan. Model tersebut dapat memberikan informasi
kondisi hutan, terutama kerapatan tegakan secara spasial dan temporal.
Model ini dapat dikembangkan lebih lanjut di hutan alam, dalam rangka
implementasi MRV (Monitoring, Reporting, Verification) pada project REDD+
(Reduction Emission from Deforestation & Forest Degradation). Kaitannya
dengan konservasi sumberdaya hutan, model tersebut juga dapat dikembangkan
untuk analisis kesesuaian habitat fauna dan flora. Dapat pula dikembangkan dalam
upaya mitigasi bencana longsor, serta monitoring dalam upaya perlindungan DAS.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Berdasarkan data FCD tahun 1991, 2002, dan 2012, analisis perubahan FCD
di KPH Kuningan menunjukkan tren peningkatan kerapatan kanopi hutan.
2. Peubah KT memiliki hubungan yang kuat dengan nilai FCD. Model
pendugaan KT = 7.05 + 4.73FCD dengan koefisien determinasi 0.79.
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunkan klasifikasi FCD
untuk daerah lain yang mengalami striping pada penelitian ini.
2. Perlu digunakan indikator degradasi hutan lain seperti kerapatan tegakan mati,
volume, biomassa dan karbon.
16
DAFTAR PUSTAKA
Azizi Z, Najafi A, Sohrabi H. 2008. Forest Canopy Density Estimating, Using
Satellite Image. The International Archives of the Photogrammetry, Remote
Sensing and Spatial Information Sciences. 37: part B8.
[Bapeda BPS] Badan Perencanaan Daerah Kab. Kuningan, Badan Pusat Statistik.
(ID) 2012. Kuningan Dalam Angka Tahun 2012.
Baynes J. 2007. Using FCD Mapper Software and Landsat Images to Assess
Forest Canopy Density in Landscapes in Asutralia and the Philippines.
Annals of Tropical Research. 29(1):9-20.
Djumhaer M. 2003. Pendugaan Leaf Area Index dan Luas Bidang Dasar Tegakan
Menggunakan Landsat 7 ETM+ (studi kasus di Kabupaten Bungo Propinsi
Jambi) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Duan N, Li KC. 1991. A bias bound for least squares linear regression. Statistica
Sinica. 127-136.
Grainger A. 1993. Rates of Deforestation in the Humid Tropics: Estimates and
Measurements. The Geographical Journal. 159(1): 33-44.
Hadipoentyanti EM, EA Hadad, Hermanto. 1994. Peran intensitas radiasi surya
dan indeks luas daun terhadap produksi maksimal tanaman. Buletin
PERHIMPI. 2:49 –52.
Huang D, Yang W, Tan B, Rautiainen M, Zhang P. 2006. The Importance of
Measurement Errors for Deriving Accurate Reference Leaf Area Index
Maps for Validation of Moderate-Resolution Satellite LAI Products. J. IEEE
Transactions On Geoscience and Remote Sensing. 44:1866-1871.
Kurniawan A. 2004. Penggunaan Teknologi Penginderaan Jauh dalam Pendugaan
Luas Bidang Dasar Tegakan dan Kerapatan Tegakan [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Mason EG. 2000. A Brief Review of the Impact of Stand Density on Variables
Affecting Radiata Pine Stand Value [internet]. [diunduh 3 Juni 2012].
Tersedia pada: www.fore.canterbury.ac.nz/cuan/spacing/density3.htm.
Mudiyarso D et al. 2008. Measuring and monitoring forest degradation for REDD.
CIFOR Infobrief. No. 16.
Nugroho S. 2011. Metode Deteksi Degradasi Hutan Menggunakan Citra Satelit
Landsat di Hutan Lahan Kering TNGHS [disertasi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Panta M. 2003. Analysis of Forest Canopy Density and Factors Affecting It Using
RS and GIS Techniques. Enschede (NL): International Institute for GeoInformation Science and Earth Observation.
Prasetyo LB, Tsuyuki S, Baba A. 2003. Application of Landsat/TM and
Multitemporal JERS-1 SAR images for Paddy Field Area Identification: A
Case Study at Cidanau Watershed. Journal Of GIS, Remote Sensing and
Dynamic Modelling. 3:66-76.
Rikimaru A, Roy PS, Miyatake S. 2002. Tropical Forest Cover Density Mapping.
Tropical Ecology. 43(1): 39-47.
Running SW, Nemani RR, Peterson DL, Band LE, Potts DE. 1989. Mapping
Regional Forest Evapotranspiration and Photosynthesis by Coupling
Satellite Data with Ecosystem Simulation. Ecology. 70: 1090-1101.
17
Sprintsin M, Karnieli A, Sprintsin S, Cohen S, Berliner P. 2009. Relationships
between stand density and canopy structure in a dryland forest as estimated
by ground-based measurements and multi-spectral spaceborne images.
Journal of Arid Enviroments. 73:955-962.
Wu Y, Strahler HA. 1994. Remote Estimation of Crown Size, Stand Density, and
Biomass on the Oregon Transect. Ecological Applications. 4:299-312.
Young RA. 1982. Introduction to Forest Science (Second Edition). New York
(US): John Wiley & Sons.
18
Lampiran 1 Validasi model pendugaan
Aktual
Density
Nilai FCD
(N/ha)
(x)
40
0
32
0
20
0
32
9
24
0
80
16
76
21
200
44
168
42
236
43
280
59
316
52
300
50
164
50
328
69
284
64
408
71
476
70
192.4444444
No. Petak
Validasi
P23
P31
P36
P54
P58
P52
P25
P02
P14
P29
P05
P10
P43
P60
P13
P19
P34
P47
Rata-rata
A =|
=|
̅
.
= 6.2%
̅
| x 100%
.
.
| x 100%
Dugaan
Density
(N/ha)
7.05
7.05
7.05
49.62
7.05
82.73
106.38
215.17
205.71
210.44
286.12
253.01
243.55
243.55
333.42
309.77
342.88
338.15
180.4833333
Simpangan
Density (N/ha)
-32.95
-24.95
-12.95
17.62
-16.95
2.73
30.38
15.17
37.71
-25.56
6.12
-62.99
-56.45
79.55
5.42
25.77
-65.12
-137.85
-11.96111111
19
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Surakarta pada tanggal 22 September 1990. Penulis
merupakan putra pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Slamet Riyanto
dan Ibu Titik Sugiyati. Pendidikan formal ditempuh di SD Negeri 1 Mandiraja
Wetan, SMP Negeri 1 Mandiraja, dan SMA Negeri 1 Bawang. Pada tahun 2008
penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI
(Undangan Seleksi Mahasiswa IPB) dan tahun 2009 penulis tercatat sebagai
mahasiswa Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas
Kehutanan IPB. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif sebagai
anggota Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
(HIMAKOVA) dan menjadi ketua Biro PSDM Himakova periode 2010-2011.
Kegiatan-kegiatan yang pernah penulis ikuti selama berada di IPB
diantaranya Eksplorasi Fauna, Flora dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) di
Cagar Alam Gunung Burangrang, Jawa Barat (2010), Praktek Pengenalan
Ekosistem Hutan (P2EH) di KPH Baturraden-KPH Cilacap (2010), Studi
Konservasi Lingkungan (Surili) di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan
Tengah (2010), RAFFLESIA di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (2011),
Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi
(2011), Perencanaan Site Plan dan Rancang Bangun KHDTK Haurbentes, Bogor
(2011), Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru, Jawa Timur (2012), Research Project Pola Adaptasi Bekantan di Habitat
Rawa Gelam Kanal PT.AGM, Kalimantan Selatan (2013). Sebagai salah satu
syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan, penulis melaksanakan
penelitian di Kabupaten Kuningan dengan judul “Pemetaan Perubahan Forest
Canopy Density di KPH Kuningan” di bawah bimbingan Prof Dr Ir Lilik Budi
Prasetyo, MSc. dan Dr Ir Agus Priyono Kartono, MSi.
10
DII KPH KUNINGAN
ARDHIANTO MUHAMMAD
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemetaan Perubahan
Forest Canopy Density di KPH Kuningan adalah benar karya saya denganarahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
Ardhianto Muhammad
NIM E34080078
ABSTRAK
ARDHIANTO MUHAMMAD. Pemetaan Perubahan Forest Canopy Density di
KPH Kuningan. Dibimbing oleh LILIK BUDI PRASETYO dan AGUS
PRIYONO KARTONO.
Perubahan kualitas hutan, termasuk degradasi hutan, dapat diduga melalui
pengukuran kerapatan kanopi hutan. Kerapatan kanopi hutan (forest canopy
density=FCD) dipengaruhi oleh peubah-peubah seperti leaf area index, basal area
dan kerapatan tegakan. Analisis terhadap citra landsat tahun 1991, 2002, dan 2012
menunjukkan bahwa di wilayah KPH Kuningan terjadi perubahan kerapatan
kanopi. Pada rentang tahun 1991-2002, wilayah KPH Kuningan mengalami
penurunan FCD sebesar 206.68 ha dan 4504.18 ha wilayahnya menunjukkan
peningkatan FCD. Kemudian terjadi penurunan FCD sebesar 1826.72 ha dan
peningkatan FCD sebesar 3311.82 ha pada rentang tahun 2002-2012. Diantara
tiga peubah yang diuji, kerapatan tegakan merupakan peubah yang memiliki
hubungan paling kuat dengan FCD (R²=0.79) dan membentuk persamaan
Kerapatan Tegakan (KT) = 7.05 + 4.73FCD. Perhitungan ketepatan dari model
pendugaan kerapatan tegakan menunjukkan nilai 6.2%, yang artinya model
memiliki ketepatan yang tinggi.
Kata kunci: degradasi hutan, kerapatan kanopi hutan, kerapatan tegakan, leaf
area index, luas bidang dasar
ABSTRACT
ARDHIANTO MUHAMMAD. Forest Canopy Density Changes Mapping in KPH
Kuningan. Supervised by LILIK BUDI PRASETYO and AGUS PRIYONO
KARTONO.
Changes in the quality of the forest, including forest degradation, can be
estimated by measuring the density of the forest canopy. Forest canopy density
(FCD) is influenced by variables such as leaf area index, basal area and stand
density. The analysis of Landsat imagery acquired in 1991, 2002 and 2012
showed that FCD in KPH Kuningan area has changed. During the period of 19912002, the decreased FCD was about 206.68 ha, meanwhile 4504.18 ha area has
showed an increase. In the period of 2002-2012, the decreased FCD was 1826.72
ha and 3311.82 ha increase. Among the three variables tested, stand density has
the strongest association with FCD (R ² = 0.79) and its relation was follow
equation Kerapatan Tegakan (KT) = 7.05+4.73FCD. The error accuracy of
prediction model was 6.2%, which means that the model has high accuracy.
Keywords: basal area, forest canopy density, forest degradation, leaf area index,
stand density
PEMETAAN PERUBAHAN FOREST CANOPY DENSITY
DI KPH KUNINGAN
ARDHIANTO MUHAMMAD
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Pemetaan Perubahan Forest Canopy Density di KPH Kuningan
Nama
: Ardhianto Muhammad
NIM
: E34080078
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Lilik B. Prasetyo, MSc
Pembimbing I
Dr Ir Agus P. Kartono, MSi
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi: Pemetaan Perubahan Forest Canopy Density di KPH Kuningan
Nama
: Ardhianto Muhammad
NIM
: E34080078
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Lilik B. Prasetyo, MSc
Pembimbing I
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
1 5 JAN 2014
Dr Ir Agus P. Kartono, MSi
Pembimbing II
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September sampai
Desember 2012 ini ialah degradasi hutan, dengan judul Pemetaan Perubahan
Forest Canopy Density di KPH Kuningan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo,
MSc dan Bapak Dr Ir Agus Priyono Kartono, MSi selaku pembimbing, yang telah
banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
Bapak Flori, Karbu, Abay, Dodo dari KPH Kuningan yang telah banyak
membantu selama penulis melakukan penelitian. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, adik-adik saya, serta seluruh keluarga, atas segala
doa dan kasih sayangnya. Keluarga KSHE 45 (EDELWEIS) dan Keluarga besar
HIMAKOVA atas motivasi, dukungan, dan kebersamaan kita selama ini, serta
seluruh staf pengajar, tata usaha, laboran, mamang bibi, juga keluarga besar
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata dan Fakultas
Kehutanan IPB yang telah membantu, memberikan dukungan, serta memberikan
ilmu pengetahuan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2014
Ardhianto Muhammad
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan
1
Manfaat
1
METODE
2
Lokasi dan Waktu Penelitian
2
Alat dan Bahan
2
Jenis Data
3
Metode Pengumpulan Data
3
Pengolahan dan Analisis Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
6
Klasifikasi FCD
6
Perubahan FCD
9
Analisis Model Pendugaan
10
Leaf Area Index (LAI)
10
Luas Bidang Dasar Tegakan (LBDT)
13
Kerapatan Tegakan (KT)
13
Validasi Model Pendugaan
14
Implikasi Model Pendugaan
15
SIMPULAN DAN SARAN
15
Simpulan
15
Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
16
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
Jenis data yang diambil
Selang deteksi perubahan
Kelas FCD tahun 1991, 2002, dan 2012
Kelas perubahan FCD tahun 1991-2002 dan tahun 2002-2012
Perubahan kelas FCD tahun 1991-2002
Perubahan kelas FCD tahun 2002-2012
3
5
6
9
11
11
DAFTAR GAMBAR
1 Lokasi penelitian
2 Plot analisis vegetasi
3 Diagram alir pembuatan peta FCD
4 Thresholding untuk deteksi perubahan
5 Peta FCD tahun 1991
6 Peta FCD tahun 2002
7 Peta FCD tahun 2012
8 Grafik hubungan antara LBDT dengan FCD
9 Peta perubahan FCD tahun 1991-2002 dan tahun 2002-2012
10 Grafik hubungan antara LBDT dengan FCD
11 Grafik hubungan antara KT dengan FCD
12 Grafik hubungan antara KT di lapangan dengan KT hasil pendugaan
2
3
4
5
7
8
8
10
12
13
14
14
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Degradasi hutan adalah proses yang mengarah ke kerusakan sementara
atau permanen pada kepadatan atau struktur tutupan vegetasi atau komposisi
spesiesnya (Grainger 1993). Pemantauan perubahan hutan di daerah yang
mengalami degradasi dengan penginderaan jauh lebih menantang dari pemantauan
deforestasi. Deforestasi mudah terdeteksi terutama bila terjadi pada skala besar,
namun degradasi hutan, seperti hilangnya beberapa pohon per hektar oleh tebang
pilih, semak oleh api, atau cabang dan pohon kecil untuk kayu bakar jauh lebih
sulit untuk diamati dari jarak jauh. Aktivitas ini hanya sedikit mempengaruhi
penutupan kanopi hutan tetapi dapat mempengaruhi forest stock secara signifikan
(Defries 2007 diacu dalam Mudiyarso 2008).
Oleh karena itu, penilaian status hutan perlu dilakukan dengan pendekatan
baru yang mampu menunjukkan fenomena pertumbuhan hutan. Menurut Azizi
(2008), untuk pengelolaan hutan yang lebih baik, perubahan kerapatan harus
dipertimbangkan. Kerapatan kanopi hutan merupakan salah satu parameter yang
berguna untuk memantau kondisi hutan. Monitoring kerapatan kanopi hutan
memungkinkan melihat perubahan kondisi hutan dari waktu ke waktu termasuk
degradasi hutan.
Kerapatan kanopi hutan dapat dipengaruhi oleh karakteristik utama
fisiognomi tegakan hutan, dalam hal ini komposisi spesies/tipe hutan, penutupan
tajuk, orientasi permukaan daun, kandungan klorofil daun, jumlah tegakan, basal
area, jenis kanopi dominan (Roy 1999 diacu dalam Panta 2003). Kriteria untuk
menentukan hutan tergedradasi dapat menggunakan peubah yaitu tegakan,
indikator kanopi dan leaf area index (Sprintsin et al. 2009). Penggunaan peubahpeubah tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan peubah terbaik untuk indikator
degradasi hutan.
Tujuan
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Menduga perubahan forest canopy density (FCD) secara spasial dan temporal
2. Menduga hubungan antara FCD dengan leaf area index (LAI), luas bidang
dasar tegakan (LBDT), dan kerapatan tegakan (KT).
Manfaat
Melalui penelitian ini dapat dilihat bagaimana teknik pendugaan laju
degradasi hutan menggunakan data Citra Landsat dengan pendekatan FCD
mampu memberikan data yang akurat mengenai kondisi tegakan hutan. Selain
untuk memantau degradasi hutan, teknik ini dapat pula untuk memonitor progres
rehabilitasi hutan dan forest stock.
2
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di KPH Kuningan yang termasuk ke dalam wilayah
kerja Perhutani Unit III (Gambar 1), pada bulan September-Desember 2012.
Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Analisis Lingkungan dan Pemodelan
Spasial, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas
Kehutanan IPB.
Gambar 1 Lokasi penelitian
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kamera DSLR, lensa
fisheye untuk mendapatkan foto hemiview, GPS Garmin 62 Csx untuk menandai
koordinat lokasi sampel, perlengkapan analisis vegetasi, dan alat tulis serta
software yang digunakan meliputi ArcGIS 9.3, Erdas Imagine 9.1, FCD Mapper
v.2, Global Mapper 13, Hemiview, Garmin Base Camp. Bahan yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu Citra Landsat 5 TM tahun 1991, Landsat 7 ETM tahun
2002 dan 2012 untuk mendapatkan peta FCD, ASTER GDEM untuk membuat
peta kontur, peta batas KPH Kuningan, peta jaringan sungai dan jalan.
3
Jenis Data
Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data-data seperti tercantum
pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis data yang diambil
No
1
Aspek
Plot sampel
ground check
2
Kondisi tajuk
3
Kondisi umum
lokasi
Jenis data
a. Koordinat
Metode
a. Marking dengan GPS
b. Data vegetasi
a. Foto tajuk
b. Analisis vegetasi
a. Hemiview photograph
a. Kondisi
tegakan, kelas
umur dan kelas
perusahaan
a. Studi literatur
Sumber
a. Data
lapangan
a. Data
lapangan
a. Data KPH
Kuningan
Metode Pengumpulan Data
Pembuatan Plot Analisis Vegetasi
Data yang dikumpulkan berupa data kerapatan tegakan, luas bidang dasar
tegakan, titik GPS dan foto tajuk dengan metode Hemiview Photograph untuk
mendapatkan nilai LAI. Pengumpulan data kerapatan tegakan dan luas bidang
dasar dilakukan dengan menggunakan metode analisis vegetasi. Plot sampel
analisis vegetasi berjumlah 63 buah (44 plot untuk membangun model dan 19 plot
untuk validasi) yang ditempatkan secara purposive sampling berdasarkan kelas
kerapatan kanopi hutan dan kondisi topografi di lapangan.
Ukuran plot di lapangan dengan menggunakan citra resolusi 30 meter x 30
meter adalah dengan ukuran 50 meter x 50 meter (Huang et al. 2006).
Pengambilan data tegakan pada 5 cm ≤ D < 10 cm dan 10 cm ≤ D < 20 cm di
kuadran I. Ukuran untuk pengambilan sampel 5 cm ≤ D < 10 cm adalah 5 m x 5 m,
sedangkan ukuran untuk pengambilan sampel 10 cm ≤ D < 20 cm adalah 10 m x
10 m dari titik pusat plot. Data tegakan diameter > 20 cm diambil di semua
kuadran dengan ukuran 25 m x 25 m.
Pengambilan Foto Tajuk
Gambar 2 Plot analisis vegetasi
4
Foto tajuk diambil dengan metode hemiview photograph menggunakan
kamera DLSR berlensa fisheye, kemudian diolah dengan software Hemiview
untuk memperoleh nilai LAI. Lokasi pengambilan foto tajuk sesuai dengan lokasi
plot analisis vegetasi.
Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan informasi kondisi umum
lapangan, seperti kondisi tegakan, kelas perusahaan, kelas umur tegakan, dan
kegiatan pengelolaan KPH Kuningan.
Pengolahan dan Analisis Data
Pembuatan Peta FCD
Peta FCD diperoleh dengan mengekstraksi data citra landsat menggunakan
software FCD Mapper v.2. Metode ini dapat mengakomodasi variasi
permasalahan gangguan atmosfer citra ataupun pengaruh latar belakang vegetasi.
Metode ini dapat mengurangi efek dari bias dan menghasilkan ekstraksi
kenampakan yang lebih baik pada obyek yang spesifik dibumi. FCD model
merupakan kombinasi dari indeks vegetasi, tanah, bayangan hutan dan suhu.
Keempat parameter tersebut memiliki korelasi yang sangat kuat terhadap satu
sama lain. Dasar logika pendekatan ini berdasarkan pada hubungan timbal balik yang
tinggi dari status vegetasi dan lahan terbuka.
Gambar 3 Diagram alir pembuatan peta FCD
5
Deteksi Perubahan
Teknik deteksi perubahan ditujukan untuk membedakan perubahan FCD
yang diindikasikan oleh fluktuasi digital number (DN). Perubahan dideteksi
dengan metode thresholding histogram dimana perubahan ambang satu nilai
standar deviasi di bawah dan di atas nilai mean dipilih seperti disarankan Lunetta
dan Elvidge dan Sohl (Prasetyo 2003). Hasil analisisnya adalah image kelas
perubahan tematik yang menunjukkan informasi daerah yang tidak ada perubahan
dan yang ada perubahan.
Tabel 2 Selang deteksi perubahan
Kelas perubahan
Decrease
Unchange
Increase
Rumus
x ≤ (mean -sd)
(mean - sd) < x ≤ (mean + sd)
x > (mean + sd)
Gambar 4 Thresholding untuk deteksi perubahan
Analisis Regresi
Model regresi yang digunakan adalah model regresi sederhana karena
model ini akan lebih stabil karena menggunakan persamaan linier tanpa
melakukan modifikasi kurva. Model linier sederhana (Duan 1991);
Model yang digunakan untuk menduga LAI, LBDT dan KT adalah model
penduga yang berasal dari variabel penduga (FCD) dengan nilai R² terbesar.
Validasi Model
Model pendugaan yang memiliki koefisien determinasi terbesar dipilih
untuk kemudian dilakukan validasi. Validasi model pendugaan dilakukan untuk
mengetahui ketepatan dari model pendugaan yang dipilih. Ketepatan model
ditunjukkan dengan nilai A dimana semakin kecil persentase nilai A maka model
pendugaan semakin tepat.
A=|
̅
̅
| x 100%
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
KPH Kuningan terletak di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Luas wilayah
kerja KPH Kuningan adalah 29684.34 ha meliputi dua Kelas Perusahaan (KP)
yakni KP Jati dengan luas 15313.61 ha atau 51.59% dari total wilayah KPH
Kuningan dan KP Pinus dengan luas 14370.73 ha. Kawasan hutan KPH Kuningan
memiliki topografi yang sangat bervariasi. Berdasarkan ketinggian tanah, KPH
Kuningan terbagai atas ketinggian 25 - 100 meter diatas permukaan laut (mdpl)
seluas 69414.92 ha (58,90%), ketinggian 500 - 1.000 mdpl seluas 30538.15 ha
(25,91%) dan ketinggian lebih dari 1.000 mdpl seluas 6989.1 ha (5,93%).
Penelitian ini hanya mengambil lokasi 33.23% atau sebesar 9863.28 ha dari
luas total KPH Kuningan. Hal tersebut dilakukan karena citra satelit landsat tahun
2012 mengalami kerusakan (striping) pada sebagian besar image-nya. Oleh
karena itu, lokasi penelitian hanya mengambil lokasi yang tidak mengalami
striping agar hasil analisis yang didapat lebih akurat.
Klasifikasi FCD
Pemetaan FCD menggunakan kerapatan kanopi hutan sebagai parameter
esensial dalam mengkarakterisasi kondisi hutan. Data FCD dapat
mengindikasikan derajat degradasi hutan, serta dapat mengindikasikan intensitas
perlakukan rehabilitasi yang mungkin diperlukan (Rikimaru 2002).
Klasifikasi FCD memiliki rentang nilai 0-100% yang menunjukkan
persentase kerapatan kanopi vegetasi suatu tegakan. Hasil klasifikasi FCD pada
lokasi penelitian menunjukkan bahwa KPH Kuningan memiliki penutupan kanopi
dari yang terendah hingga yang tertinggi. Klasifikasi FCD yang dilakukan
terhadap tiga waktu berbeda yakni tahun 1991, 2002, dan 2012 menunjukkan
perbedaan FCD yang terlihat pada luas tiap kelas seperti disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3 Kelas FCD tahun 1991, 2002, dan 2012
Kelas FCD
(%)
Jml. Plot
0-9
10-19
20-29
30-39
40-49
50-59
60-69
70-79
80-89
90-99
Jumlah
20
4
4
5
8
8
7
5
1
1
63
Tahun 1991
9404.40
86.11
107.10
99.50
75.16
46.48
24.59
12.50
5.15
0.25
9861.23
Luas (ha)
Tahun 2002
4806.05
198.63
385.77
573.18
919.24
1210.40
1012.95
578.06
161.91
17.10
9863.28
Tahun 2012
2981.41
456.59
701.71
880.98
1120.40
1353.04
1280.23
806.99
257.69
24.24
9863.28
7
Data tersebut menunjukkan pada tahun 1991, kerapatan kanopi sangat
didominasi oleh kelas FCD 0-9%. Hal itu menunjukkan bahwa kondisi hutan pada
tahun tersebut masih banyak lahan terbuka atau woodlands. Selain lahan terbuka,
kondisi hutan KPH Kuningan pada tahun 1991 dapat pula masih didominasi
tegakan muda. Tahun 2002, kelas FCD 0-9% masih dominan namun luasnya jauh
berkurang dibandingkan pada tahun 1991. Kelas kerapatan yang lebih tinggi
luasannya sudah jauh bertambah daripada data FCD tahun 1991. Hal tersebut
dapat disebabkan karena pertumbuhan tegakan hutan pada rentang sebelas tahun
hingga tahun 2002. Kelas kerapatan 90-99% yang pada tahun 1991 luasnya tidak
sampai satu hektar, pada tahun 2002 luasnya menjadi 17.10 ha. Kemudian data
FCD tahun 2012 menunjukkan luasan daerah dengan kerapatan kanopi tinggi jauh
lebih luas dari data FCD tahun 1991 dan tahun 2002. Kelas kerapatan 0-9% pada
tahun 2012 menjadi hanya 3263.52 ha, sedangkan kelas kerapatan tertinggi
mencapai 24.24 ha. Peningkatan kerapatan kanopi di tahun 2012 dari tahun-tahun
sebelumnya selain karena pertumbuhan tegakan itu sendiri juga karena
pengelolaan KPH Kuningan yang mampu menjaga kondisi hutannya baik.
Gambar 5 Peta FCD tahun 1991
8
9
PERUBAHAN FCD
Hasil deteksi perubahan FCD tiap dua rentang waktu berbeda di KPH
Kuningan secara keseluruhan ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4 Kelas perubahan FCD tahun 1991-2002 dan 2002-2012
Kelas perubahan
Decrease
Unchange
Increase
Clouds
Jumlah
Tahun 1991-2002
Luas (ha)
%
206.69
2.04
3816.32
37.62
4504.18
44.40
1617.94
15.95
10145.13
100.00
Tahun 2002-2012
Luas (ha)
%
1826.72
18.00
3389.15
33.40
3311.82
32.64
1620.05
15.96
10147.74
100.00
Data yang disajikan pada Tabel 4 menunjukkan peningkatan kerapatan
kanopi menjadi kelas yang dominan daripada penurunan kerapatan kanopi. Pada
rentang tahun 1991-2002 terjadi peningkatan kerapatan kanopi yang sangat
signifikan, mencapai 44.4% dari total areanya dan hanya 2% daerahnya yang
mengalami penurunan. Peningkatan signifikan tersebut masih berlanjut pada
rentang waktu 2002-2012 yakni 32.64% walaupun terjadi penurunan yang lebih
besar dari kurun waktu sebelumnya yakni 18%.
Pertambahan luas daerah decrease pada rentang tahun 2002-2012 daripada
rentang tahun sebelumnya karena pada rentang tahun tersebut terjadi peningkatan
jumlah penduduk sebesar 175044 jiwa, jauh lebih besar daripada peningkatan
jumlah penduduk pada rentang tahun 1991-2002, yakni 105553 jiwa (Bapeda BPS
Kuningan 2012). Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka terjadi
peningkatan kebutuhan lahan dan sumberdaya hutan sehingga banyak hutan yang
dikonversi menjadi tutupan lahan lain, selain itu jumlah penduduk yang besar
meningkatkan potensi perambahan.
Kelas FCD yang mengalami perubahan paling besar dalam rentang tahun
1991-2002 adalah kelas FCD 0-9%. Perubahan yang terjadi berupa penurunan
luas sebesar 4598.35 ha dari luas pada tahun 1991. Penurunan luasan tersebut
karena berubah menjadi kelas FCD lain dan 1142.89 ha atau 25% dari luasan yang
hilang berubah menjadi kelas FCD 50-59% pada tahun 2002 seperti ditunjukkan
Tabel 5. Penurunan kelas FCD 0-9% dikarenakan pertumbuhan tegakan tersebut
menjadi kelas FCD lain dalam rentang tahun 1991-2002.
Pada rentang tahun 2002-2012 kelas FCD yang mengalami perubahan
terbesar terjadi pada kelas FCD 0-9%. Sebesar 1824,65 ha kelas FCD 0-9% pada
tahun 2002 berubah menjadi kelas FCD lain pada tahun 2012 (Tabel 6). Kelas
FCD 20-29%, 30-39%, 40-49%, dan 50-59% menjadi kelas FCD yang mengalami
peningkatan signifikan akibat penurunan kelas FCD 0-9%, yakni masing-masing
meningkat lebih dari 400 ha.
Banyak faktor yang dapat memengaruhi terjadinya perubahan FCD
tersebut. Menurut Suyatman (1998) gangguan yang biasa terjadi di KPH
Kuningan yang dapat berdampak negatif antara lain pencurian kayu, bibrikan
lahan, kebakaran hutan, penggembalaan liar, dan bencana alam. Status hutan KPH
10
Kuningan yang didominasi hutan produksi turut berpengaruh terhadap perubahan
FCD.
Faktanya kondisi hutan KPH Kuningan terus mengalami peningkatan yang
signifikan dalam dua dekade terakhir. Hal tersebut dapat terjadi karena
pertumbuhan tegakan itu sendiri dalam kurun waktu tersebut, keberhasilan
pengelolaannya serta kesadaran masyarakat yang tinggi terhadap kelestarian hutan.
Keberhasilan tersebut dicapai berkat program-program seperti penyuluhan,
pemberdayaan masyarakat desa hutan (PMDH), dan juga program pengelolaan
hutan bersama masyarakat (PHBM), serta dukungan pemerintah Kabupaten
Kuningan dengan kebijakan yang pro-konservasi seperti mendeklarasikan
Kabupaten Kuningan menjadi Kabupaten Konservasi.
Analisis Model Pendugaan
Leaf Area Index (LAI)
LAI didefinisikan sebagai nisbah antara luas daun dengan luas lahan
tegakan yang diproyeksikan tegak lurus terhadap penutupan tajuk (Nemani dan
Running 1998). Nilai LAI bervariasi dari hari ke hari sebagai akibat dari variasi
pola radiasi surya harian dan bervariasi dari musim ke musim sebagai akibat
perubahan kanopi, area tumbuh, dan guguran daun (Hadipoentyanti et al. 1994).
Terdapat dua kegunaan nilai LAI untuk kawasan hutan, pertama dapat digunakan
untuk menduga pertukaran bahang pada tipe hutan tertentu, dan kedua
menentukan hubungan antara karakteristik fisik lingkungan dengan arsitektur
tajuk hutan.
Menurut Roy (1999) karakteristik fisiognomi tegakan hutan, salah satunya
adalah orientasi permukaan daun dapat memengaruhi kerapatan kanopi. Model
pendugaan LAI = 0.49 + 0.01FCD dengan koefisien determinasi 0.74. Grafik
hubungan antara nilai FCD dengan LAI ditunjukkan pada Gambar 9.
2.000
1.800
1.600
LAI
1.400
1.200
1.000
0.800
0.600
LAI = 0.49 + 0.01FCD
R² = 0.74
0.400
0.200
0.000
0
20
40
60
80
FCD
Gambar 8 Grafik hubungan antara LAI dengan FCD
100
11
12
13
Luas Bidang Dasar Tegakan (LBDT)
Menurut Philip (1994) diacu dalam Kurniawan (2004) luas bidang dasar
(basal area) pohon adalah luas area lingkaran batang pohon yang diukur pada
ketinggian setinggi dada. Pengukuran luas bidang dasar umumnya dilakukan
diluar kulit pohon (over bark) dan dinyatakan dalam m²/ha. LBDT merupakan
jumlah dari luas bidang dasar (basal area) pohon hidup yang ada pada suatu
tegakan hutan.
Djumhaer (2003) menggunakan citra landsat dengan pendekatan NDVI
mampu menduga LBDT dengan R² = 0.82. Secara individu luas bidang dasar
mempunyai hubungan dengan volume pohon, biomassa, ukuran tajuk. Demikian
pula dengan LBDT akan mempunyai hubungan dengan volume tegakan, biomassa
tegakan, dan kerapatan tegakan (Brack 1999 diacu dalam Kurniawan 2004).
Model pendugaan LBDT = 0.31 + 0.08FCD (R² = 0.62). FCD memiliki
hubungan yang lemah untuk menduga LBDT dengan koefisien determinasi (R²)
sebesar 0.62, sehingga tidak dapat digunakan. Hasil serupa juga terjadi pada
penelitian Baynes (2007). Grafik Hubungan nilai FCD dengan nilai LBDT
ditunjukkan pada Gambar 10.
9
8
7
LBDT
6
5
4
3
LBDT = 0.31 + 0.08FCD
R² = 0.62
2
1
0
0
20
40
60
80
100
FCD
Gambar 10 Grafik hubungan antara LBDT dengan FCD
Kerapatan Tegakan (KT)
KT menunjukkan jumlah pohon yang ada dalam suatu luasan hutan
(Mason 2000). Satuan KT adalah jumlah pohon per hektar. KT merupakan fungsi
dari tiga elemen, yaitu: jumlah pohon, ukuran pohon (batang, tajuk dan akar) dan
distribusi spasial di lapangan. Pengukuran terhadap KT dapat digunakan untuk
analisis pertumbuhan pohon dan hasil hutan. Menurut Young (1982) kerapatan
tegakan adalah pernyataan kuantitatif yang menunjukkan tingkat kepadatan pohon
dalam suatu tegakan.
Estimasi KT dapat dilakukan dengan menggunakan metode remote
sensing (Wu dan Strahler 1994). Menurut Nugroho (2011) nilai FCD memiliki
hubungan yang kuat dengan kerapatan tegakan. Hasil analisis regresi
menghasilkan model pendugaan KT = 7.05 + 4.73FCD (R² = 0.79). Grafik
hubungan antara FCD dengan KT ditunjukkan pada Gambar 11.
14
700
Karapatan Tegakan
600
500
400
300
200
KT = 7.05 + 4.73FCD
R² = 0.79
100
0
0
20
40
60
80
100
FCD
Gambar 11 Grafik hubungan antara KT dengan FCD
Validasi Model Pendugaan
Model pendugaan KT dipilih untuk kemudian di validasi karena memiliki
koefisien determinasi terbesar. Validasi model pendugaan KT dilakukan untuk
mengetahui ketepatan dari model pendugaan tersebut. Perhitungan validasi model
pendugaan menunjukkan persentase nilai ketepatan yakni 6.2%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa model pendugaan KT memiliki ketepatan yang tinggi,
sehingga dapat menduga KT aktual dengan baik. Hasil regresi KT aktual dengan
KT hasil pendugaan juga menunjukkan hubungan yang kuat dengan koefisien
determinasi mencapai 0.89 seperti ditunjukkan pada Gambar 12.
500
450
400
KT aktual
350
300
250
200
150
R² = 0.89
100
50
0
0
50
100
150
200
250
300
350
400
KT pendugaan
Gambar 12 Grafik hubungan antara KT aktual dengan KT hasil pendugaan
15
Implikasi Model
Peubah KT menjadi peubah degradasi hutan di lapangan yang memiliki
hubungan kuat dengan nilai FCD. Model pendugaan KT dan peta FCD dapat
digunakan untuk menduga kerapatan tegakan di lapangan secara tidak langsung
dengan baik. Hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi pengelolaan dan
monitoring hutan di KPH Kuningan. Model tersebut dapat memberikan informasi
kondisi hutan, terutama kerapatan tegakan secara spasial dan temporal.
Model ini dapat dikembangkan lebih lanjut di hutan alam, dalam rangka
implementasi MRV (Monitoring, Reporting, Verification) pada project REDD+
(Reduction Emission from Deforestation & Forest Degradation). Kaitannya
dengan konservasi sumberdaya hutan, model tersebut juga dapat dikembangkan
untuk analisis kesesuaian habitat fauna dan flora. Dapat pula dikembangkan dalam
upaya mitigasi bencana longsor, serta monitoring dalam upaya perlindungan DAS.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Berdasarkan data FCD tahun 1991, 2002, dan 2012, analisis perubahan FCD
di KPH Kuningan menunjukkan tren peningkatan kerapatan kanopi hutan.
2. Peubah KT memiliki hubungan yang kuat dengan nilai FCD. Model
pendugaan KT = 7.05 + 4.73FCD dengan koefisien determinasi 0.79.
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunkan klasifikasi FCD
untuk daerah lain yang mengalami striping pada penelitian ini.
2. Perlu digunakan indikator degradasi hutan lain seperti kerapatan tegakan mati,
volume, biomassa dan karbon.
16
DAFTAR PUSTAKA
Azizi Z, Najafi A, Sohrabi H. 2008. Forest Canopy Density Estimating, Using
Satellite Image. The International Archives of the Photogrammetry, Remote
Sensing and Spatial Information Sciences. 37: part B8.
[Bapeda BPS] Badan Perencanaan Daerah Kab. Kuningan, Badan Pusat Statistik.
(ID) 2012. Kuningan Dalam Angka Tahun 2012.
Baynes J. 2007. Using FCD Mapper Software and Landsat Images to Assess
Forest Canopy Density in Landscapes in Asutralia and the Philippines.
Annals of Tropical Research. 29(1):9-20.
Djumhaer M. 2003. Pendugaan Leaf Area Index dan Luas Bidang Dasar Tegakan
Menggunakan Landsat 7 ETM+ (studi kasus di Kabupaten Bungo Propinsi
Jambi) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Duan N, Li KC. 1991. A bias bound for least squares linear regression. Statistica
Sinica. 127-136.
Grainger A. 1993. Rates of Deforestation in the Humid Tropics: Estimates and
Measurements. The Geographical Journal. 159(1): 33-44.
Hadipoentyanti EM, EA Hadad, Hermanto. 1994. Peran intensitas radiasi surya
dan indeks luas daun terhadap produksi maksimal tanaman. Buletin
PERHIMPI. 2:49 –52.
Huang D, Yang W, Tan B, Rautiainen M, Zhang P. 2006. The Importance of
Measurement Errors for Deriving Accurate Reference Leaf Area Index
Maps for Validation of Moderate-Resolution Satellite LAI Products. J. IEEE
Transactions On Geoscience and Remote Sensing. 44:1866-1871.
Kurniawan A. 2004. Penggunaan Teknologi Penginderaan Jauh dalam Pendugaan
Luas Bidang Dasar Tegakan dan Kerapatan Tegakan [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Mason EG. 2000. A Brief Review of the Impact of Stand Density on Variables
Affecting Radiata Pine Stand Value [internet]. [diunduh 3 Juni 2012].
Tersedia pada: www.fore.canterbury.ac.nz/cuan/spacing/density3.htm.
Mudiyarso D et al. 2008. Measuring and monitoring forest degradation for REDD.
CIFOR Infobrief. No. 16.
Nugroho S. 2011. Metode Deteksi Degradasi Hutan Menggunakan Citra Satelit
Landsat di Hutan Lahan Kering TNGHS [disertasi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Panta M. 2003. Analysis of Forest Canopy Density and Factors Affecting It Using
RS and GIS Techniques. Enschede (NL): International Institute for GeoInformation Science and Earth Observation.
Prasetyo LB, Tsuyuki S, Baba A. 2003. Application of Landsat/TM and
Multitemporal JERS-1 SAR images for Paddy Field Area Identification: A
Case Study at Cidanau Watershed. Journal Of GIS, Remote Sensing and
Dynamic Modelling. 3:66-76.
Rikimaru A, Roy PS, Miyatake S. 2002. Tropical Forest Cover Density Mapping.
Tropical Ecology. 43(1): 39-47.
Running SW, Nemani RR, Peterson DL, Band LE, Potts DE. 1989. Mapping
Regional Forest Evapotranspiration and Photosynthesis by Coupling
Satellite Data with Ecosystem Simulation. Ecology. 70: 1090-1101.
17
Sprintsin M, Karnieli A, Sprintsin S, Cohen S, Berliner P. 2009. Relationships
between stand density and canopy structure in a dryland forest as estimated
by ground-based measurements and multi-spectral spaceborne images.
Journal of Arid Enviroments. 73:955-962.
Wu Y, Strahler HA. 1994. Remote Estimation of Crown Size, Stand Density, and
Biomass on the Oregon Transect. Ecological Applications. 4:299-312.
Young RA. 1982. Introduction to Forest Science (Second Edition). New York
(US): John Wiley & Sons.
18
Lampiran 1 Validasi model pendugaan
Aktual
Density
Nilai FCD
(N/ha)
(x)
40
0
32
0
20
0
32
9
24
0
80
16
76
21
200
44
168
42
236
43
280
59
316
52
300
50
164
50
328
69
284
64
408
71
476
70
192.4444444
No. Petak
Validasi
P23
P31
P36
P54
P58
P52
P25
P02
P14
P29
P05
P10
P43
P60
P13
P19
P34
P47
Rata-rata
A =|
=|
̅
.
= 6.2%
̅
| x 100%
.
.
| x 100%
Dugaan
Density
(N/ha)
7.05
7.05
7.05
49.62
7.05
82.73
106.38
215.17
205.71
210.44
286.12
253.01
243.55
243.55
333.42
309.77
342.88
338.15
180.4833333
Simpangan
Density (N/ha)
-32.95
-24.95
-12.95
17.62
-16.95
2.73
30.38
15.17
37.71
-25.56
6.12
-62.99
-56.45
79.55
5.42
25.77
-65.12
-137.85
-11.96111111
19
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Surakarta pada tanggal 22 September 1990. Penulis
merupakan putra pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Slamet Riyanto
dan Ibu Titik Sugiyati. Pendidikan formal ditempuh di SD Negeri 1 Mandiraja
Wetan, SMP Negeri 1 Mandiraja, dan SMA Negeri 1 Bawang. Pada tahun 2008
penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI
(Undangan Seleksi Mahasiswa IPB) dan tahun 2009 penulis tercatat sebagai
mahasiswa Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas
Kehutanan IPB. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif sebagai
anggota Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
(HIMAKOVA) dan menjadi ketua Biro PSDM Himakova periode 2010-2011.
Kegiatan-kegiatan yang pernah penulis ikuti selama berada di IPB
diantaranya Eksplorasi Fauna, Flora dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) di
Cagar Alam Gunung Burangrang, Jawa Barat (2010), Praktek Pengenalan
Ekosistem Hutan (P2EH) di KPH Baturraden-KPH Cilacap (2010), Studi
Konservasi Lingkungan (Surili) di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan
Tengah (2010), RAFFLESIA di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (2011),
Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi
(2011), Perencanaan Site Plan dan Rancang Bangun KHDTK Haurbentes, Bogor
(2011), Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru, Jawa Timur (2012), Research Project Pola Adaptasi Bekantan di Habitat
Rawa Gelam Kanal PT.AGM, Kalimantan Selatan (2013). Sebagai salah satu
syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan, penulis melaksanakan
penelitian di Kabupaten Kuningan dengan judul “Pemetaan Perubahan Forest
Canopy Density di KPH Kuningan” di bawah bimbingan Prof Dr Ir Lilik Budi
Prasetyo, MSc. dan Dr Ir Agus Priyono Kartono, MSi.
10