Pemetaan Perubahan Kerapatan Kanopi Hutan di Hutan Rakyat, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat

i

PEMETAAN PERUBAHAN KERAPATAN KANOPI HUTAN
DI HUTAN RAKYAT KABUPATEN KUNINGAN,
JAWA BARAT

NUGRAHADI RAMADHAN TOHIR

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemetaan Perubahan

Kerapatan Kanopi Hutan di Hutan Rakyat, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013

Nugrahadi Ramadhan Tohir
NIM E34080102

iv

ABSTRAK
NUGRAHADI RAMADHAN TOHIR. Pemetaan Perubahan Kerapatan Kanopi
Hutan di Hutan Rakyat, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Dibimbing oleh LILIK
BUDI PRASETYO dan AGUS PRIYONO KARTONO.
Emisi karbon dioksida dari sektor kehutanan dapat berasal dari deforestasi

dan degradasi hutan. Pengukuran deforestasi hutan lebih mudah dilakukan dari
pada degradasi hutan. Kerapatan kanopi hutan (Forest Canopy Density/FCD)
dapat menjadi variabel penduga dinamika degradasi hutan. Penelitian ini
bertujuan untuk mencari hubungan keeratan antara Forest Canopy Density (FCD)
dan parameter tegakan yang diukur di lapangan. Penelitian dilakukan di hutan
rakyat Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Analisis regresi linier sederhana
menunjukan koefisisen determinasi terbesar adalah hubungan antara FCD dengan
luas bidang dasar tegakan, sebesar 0.71. Persamaan regresi linier hubungan antara
FCD dengan LBDT adalah
persamaan ini dapat digunakan untuk
memprediksi LBDT dengan data FCD. Nilai ketepatan dari model regresi linier
ini sebesar 18.98%. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui perubahan
kerapatan kanopi di hutan rakyat Kabupaten Kuningan pada tahun 1991-2002 dan
tahun 2002-2009.
Kata kunci: degradasi, FCD, hutan, reforestasi, regresi

ABSTRACT
NUGRAHADI RAMADHAN TOHIR. Forest Canopy Density Mapping Changes
in Privat Forest Kuningan District, West Java. Supervised by LILIK BUDI
PRASETYO and AGUS PRIYONO KARTONO.

Emission of carbon dioxide from forestry sector may come from
deforestation and forest degradation. In term of measurement, deforestation was
easier conducted compare to forest degradation. Tree canopy density could be
one of variable that useful parameter for identification dynamic changes of forest
degradation. The research aimed at finding relation between Forest Canopy
Density (FCD) Mapping Model and forest structure variables such as LAI (Leaf
Area Index), basal area, and tree density based on field measurement. This
research located in privat forest, Kuningan District, West Java. The result of
regression analysis shows that the largest corelation coefficient between the basal
area value and FCD was 0.71. The linear regression equation of selected forest
density is is
, this equation can be estimated the basal area with
FCD data. Accuracy value for this regression is 18.98%. This research also aim to
determine the changes of forest canopy density at Kuningan privat forest during
1991-2002 and 2002-2009.
Keywords: degradation, FCD, forest, reforestation, regression

v

PEMETAAN PERUBAHAN KERAPATAN KANOPI HUTAN

DI HUTAN RAKYAT KABUPATEN KUNINGAN,
JAWA BARAT

NUGRAHADI RAMADHAN TOHIR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

vi

Judul Skripsi: Pemetaan Perubahan Kerapatan Kanopi Hutan di Hutan Rakyat,

Kabupaten Kuningan, Jawa Barat
Nama
: Nugrahadi Ramadhan Tohir
NIM
: £34080102

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo, MSc
Pembimbing I

セ]@

Dr Ir Agus Priyono Kartono, MSi
Pembimbing II

MS

Tanggal Lulus:


vii

Judul Skripsi : Pemetaan Perubahan Kerapatan Kanopi Hutan di Hutan Rakyat,
Kabupaten Kuningan, Jawa Barat
Nama
: Nugrahadi Ramadhan Tohir
NIM
: E34080102

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo, MSc
Pembimbing I

Dr Ir Agus Priyono Kartono, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

viii

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan berkah serta rahmat-Nya, sehingga skripsi ini dapat segera
diselesaikan. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu prasyarat untuk
mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof Dr Ir Lilik Budi
Prasetyo, MSc dan Dr Ir Agus Priyono Kartono, MSi selaku pembimbing, serta
Bapak Prof Dr Ir Fauzi Febrianto, MS dan Ibu Eva Rachmawati, SHut MSi yang
telah banyak memberi saran, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kuningan yang telah
banyak membantu dalam penelitian ini, Sodara Ardianto M. yang telah membantu
dalam pengambilan data, keluarga Nia K. yang telah bersedia memberikan tempat,
Mba Ellyn K. D., Lika A., Mardiana W. yang telah membantu penelitian ini,

Keluarga KSHE 45 (EDELWEIS), dan Keluarga besar HIMAKOVA atas
motivasi, dukungan, dan kebersamaan kita selama ini dan seluruh staf pengajar,
tata usaha, laboran, mamang bibi, serta keluarga besar Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata dan Fakultas Kehutanan IPB yang telah
membantu, memberikan dukungan, serta memberikan ilmu pengetahuan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2013

Nugrahadi Ramadhan Tohir

ix

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR


vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian


2

METODE

2

Waktu dan Lokasi

2

Alat dan Bahan

2

Prosedur Penelitian

3

Analisis Data


5

HASIL DAN PEMBAHASAN

8

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

8

Identifikasi Perubahan FCD

9

Identifikasi Keeratan Hubungan antara FCD Dengan LAI, LBDT,
dan Kerapatan Tegakan Hutan
SIMPULAN DAN SARAN

17
22

Simpulan

22

Saran

22

DAFTAR PUSTAKA

22

x

DAFTAR TABEL
1
2
3

Jenis data yang digunakan dalam penelitian
Perubahan FCD tahun 1991-2002, 2002-2009, dan 1991-2009
Luas FCD setiap kelas persen kerapatan tahun 1991, 2002, dan 2009

3
9
10

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Plot pengambilan data
Grafik Tresholding untuk identifikasi perubahan FCD
Diagram alir identifikasi perubahan FCD
Diagram alir identifikasi keeratan hubungan antara FCD dengan
LAI, LBDT, dan kerapatan tegakan hutan
Peta lokasi penelitian
Peta persentase FCD tahun 1991
Peta persentase FCD tahun 2002
Peta persentase FCD tahun 2009
Peta perubahan FCD tahun 1991-2002
Peta perubahan FCD tahun 2002-2009
Peta perubahan FCD tahun 1991-2009
Grafik uji normalitas LAI
Grafik regresi linier FCD dengan LAI
Grafik uji normalitas kerapatan tegakan
Grafik regresi linier FCD dengan kerapatan tegakan
Grafik uji normalitas kerapatan LBDT
Grafik regresi linier FCD dengan LBDT

4
5
6
7
8
11
12
13
14
15
16
17
18
19
19
20
21

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pulau Jawa hanya 7% dari total luas Indonesia, tetapi dihuni lebih dari 70%
penduduk Indonesia, yang sebagian besar masih bergantung kepada sumberdaya
alam dan lahan (BPS 2008). Salah satu adaptasi penggunaan lahan pada lahan
yang sempit adalah hutan rakyat. Hutan rakyat dibangun dengan tujuan untuk
meningkatkan produktivitas lahan dengan berbagai hasil tanaman hutan rakyat
berupa kayu-kayuan dan non kayu, membuka peluang kesempatan kerja dan
kesempatan berusaha sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat
(Dephut 2004). Hutan rakyat juga dapat menggantikan produksi kayu dari hutan
alam.
Salah satu lokasi hutan rakyat yang relatif memiliki kondisi baik terdapat di
Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Pada tahun 2002 sampai dengan 2009 di
Kabupaten Kuningan terjadi reforestasi sebesar 0.67% (Prasetyo et al. 2009).
Tahun 2002 luas hutan rakyat 15184.86 ha (Dishutbun Jabar 2003 diacu dalam
Pasaribu dan Roliadi 2006). Pada tahun 2012 terjadi peningkatan luas hutan
rakyat di Kabupaten Kuningan menjadi 16798.26 ha. Pada lima kabupaten di Jawa
Barat (Sukabumi, Tasikmalaya, Ciamis, Majalengka, dan Kuningan) pada tahun
2003 terdapat hutan rakyat seluas 94119 ha dengan volume produksi kayu
pertukangan 122318 m3. Kebutuhan kayu untuk bahan baku industri pengolahan
kayu pertukangan pada tahun tersebut 340245 m3, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara produksi kayu pertukangan dari hutan rakyat dengan
kebutuhan bahan baku, yang ditandai dengan kekurangan kayu pertukangan
sebesar 224709 m3 (Pasaribu dan Roliadi 2006). Kekurangan bahan baku tersebut
merupakan peluang untuk mengembangkan hutan rakyat. Salah satu upaya yang
harus dilakukan untuk meningkatkan produksi kayu dari hutan rakyat adalah
pemantauan hutan rakyat secara berkesinambungan dan berkala.
Saat ini pemerintah daerah mengukur luas dan potensi kayu hutan rakyat
secara langsung, hal ini tidak dapat dilakukan dengan cepat dan membutuhkan
biaya yang besar. Diperlukan metode yang lebih praktis untuk mengetahui luas
dan potensi kayu hutan rakyat. Pengindraan jarak jauh dapat menjadi metode
alternatif untuk mengukur luas dan potensi kayu di hutan rakyat. Dengan
pengindraan jarak jauh pengukuran dapat dilakukan dengan cepat, murah, dan
secara berkala. Salah satu metode pengindraan jarak jauh adalah Forest Canopy
Density (FCD) Mapping Model. Kerapatan kanopi hutan dapat menjadi parameter
yang bermanfaat dalam mengidentifikasi degradasi hutan. Kerapatan kanopi hutan
merupakan proses yang dinamis, yang dipengaruhi oleh faktor alam dan
antropogenik.
Penelitian ini menggunakan metode Forest Canopy Density (FCD) Mapping
Model. Dalam metode ini, status hutan dinilai berdasarkan kerapatan kanopi
(Rikimaru, et al. 2002). Metode ini memungkinkan untuk memonitor perubahan
kondisi hutan dari waktu ke waktu, termasuk mengidentifikasi degradasi hutan.
Menurut Azizi (2008), untuk pengelolaan hutan yang lebih baik, perubahan
kepadatan harus dipertimbangkan. Forest canopy density (FCD) merupakan salah
satu variabel yang paling berguna sebagai dasar perencanaan dan pelaksanaan
program rehabilitasi. FCD dapat digunakan sebagai indikasi penurunan kualitas

2

tegakan, walaupun kelas penutupan lahan hutan tidak berubah. Metode FCD juga
bermanfaat untuk penerapan MRV (monitoring, reporting, and verification)
dalam skema REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest
Degradation).
Pemetaan FCD di hutan rakyat penting untuk dilakukan agar dapat diketahui
potensi kayu yang terdapat di dalamnya, pada skala lanskap dengan cepat. Dari
penelitian ini juga dapat diketahui tingkat akurasi hubungan parameter tegakan
hutan yang diukur di lapang dengan nilai FCD.
Perumusan Masalah
1.
2.

Bagaimana perubahan tutupan kanopi hutan pada tahun 1991, 2002, dan
2009?
Apakah terdapat hubungan antara FCD dengan LAI, LBDT dan kerapatan
tegakan hutan dalam mengidentifikasi degradasi hutan?
Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk :

1.
2.

Mengidentifikasi perubahan tutupan kanopi hutan pada tahun 1991, tahun
2002, dan tahun 2009.
Mengidentifikasi keeratan hubungan antara FCD dengan LAI, LBDT dan
kerapatan tegakan hutan.
Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat menghasilkan metode yang berguna untuk
mengidentifikasi degradasi dan deforestasi hutan, sebagai dasar dalam MRV
REDD+ dan juga perencanaan pengelolaan hutan yang lestari dan berkelanjutan.

METODE
Waktu dan Lokasi
Lokasi penelitian adalah di Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat.
Penelitian dilakukan dari bulan Juli 2012 hingga Januari 2013. Observasi lapang
dilakukan antara bulan September hingga Desember 2012. Wilayah penelitian
merupakan areal hutan rakyat.
Alat dan Bahan
Alat - alat yang di gunakan dalam penelitian ini antara lain : Laptop
(hardware), ArcGis 9.3, ERDAS Imagine 9.1, FCD Mapper v.2, HemiView
Canopy Analysis Software v2., Global Positioning System (GPS), Pita ukur,
Haga meter, Kamera SLR dengan lensa Fisheye, Tripod, dan Peralatan untuk
analisis vegetasi hutan.

3

Perhitungan FCD dalam penelitian ini menggunakan bahan antara lain :
Citra Satelit Landsat 5 TM daerah Kabupaten Kuningan tahun 1991, 2002, dan
2009, Citra Satelit Landsat 7 ETM+ daerah Kabupaten Kuningan tahun 2012, dan
Peta Batas Administrasi Kabupaen Kuningan.
Prosedur Penelitian
Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data
primer adalah seluruh data yang diperoleh dari cek lapangan sedangkan data
sekunder adalah informasi yang berhubungan dengan penelitian seperti peta dan
kondisi umum kawasan yang diperoleh melalui inventarisasi dari sumber data
seperti dicantumkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis data yang digunakan dalam penelitian
No
Jenis data
1 Citra Satelit Landsat 5
TM tahun 1991, 2002,
dan 2009 Kabupaten
Kuningan
2 Citra Satelit Landsat 7
ETM+
tahun
2012
Kabupaten Kuningan
3 Peta batas administrasi
Kabupaten Kuningan

Sumber data
USGS
( U. S. Geological
Survey)

Teknik pengumpulan data
Mengunduh dari :
Earthexplorer.usgs.gov

USGS
( U. S. Geological
Survey)
Pemda Kabupaten
Kuningan, Jawa
barat
Observasi lapang

Mengunduh dari :
Earthexplorer.usgs.gov

4

Foto hemiview

5

Kerapatan
tegakan Observasi lapang
hutan
Luas
bidang
dasar Observasi lapang
tegakan

6

Inventarisasi dari
Dishutbun Kab. Kuningan
Metode pengamatan
langsung
Metode pengamatan
langsung
Metode pengamatan
langsung

Pengolahan data
Tahap kedua dilakukan pra pengolahan citra landsat tahun 1991, 2002, 2009,
dan 2012. Citra yang telah diproses, selanjutnya diolah dengan software FCD
mapper v.2.0 untuk mendapatkan peta kerapatan kanopi hutan.
Observasi lapang
Tahap ketiga dilakukan kerja lapang, tahap ini dilakukan untuk
membandingkan data yang diperoleh dari pengolahan citra landsat dengan kondisi
di lapangan ( ground truthing). Data yang diambil pada tahap kerja lapang
adalah : foto HemiView (Hemisperical Photograp) untuk menghitung LAI (Leaf
area index), diameter batang setinggi dada untuk menghitung LBDT (luas bidang
dasar), jumlah dan jenis pohon untuk menghitung kerapatan tegakan, dan Ground
Control Point (GCP) untuk akurasi koordinat citra.

4

Untuk mendapatkan nilai LBDT dan kerapatan tegakan dilakukan analisis
vegetasi pada petak sampel. Ukuran sampel pada penelitian ini mengacu pada
binomial probability theory dengan tingkat akurasi yang diharapkan adalah 85%
dan tingkat kesalahan yang dapat diterima adalah 10%. Menurut Fitzpatrick
(1981) diacu dalam Jensen (2005), maka jumlah sampel yang harus diambil
adalah :

dimana:
N = jumlah sampel;
p = persen akurasi yang diharapkan (85%);
q = 100- p;
Z = 1.96 pada tingkat kepercayaan 95%;
E = maksimum error yang diharapkan (10%).
Maka jumlah plot sampel adalah :

sehingga jumlah sample plot adalah 48.98 dibulatkan menjadi 49 plot
sampel.
Desain sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
stratified random sampling. Jumlah tiap strata disesuaikan dengan nilai sampel
totalnya (N). Dalam perhitungan jumlah sampel digunakan persen akurasi yang
diharapkan sebesar 85% dan minimum eror sebesar 10%. Ukuran plot di lapangan
dengan menggunakan citra resolusi antara 20-30 meter adalah dengan ukuran 50
m x 50 m (Huang et al. 2006). Di kuadran I dilakukan pengambilan data tegakan
pada diameter 5 cm ≤ D < 10 cm dengan luas petak 5 m x 5 m dan 10 cm ≤D <
20 cm dengan luas petak 10 m x 10 m dari titik pusat plot. Data tegakan diameter
≥ 20 cm diambil di semua kuadran dengan ukuran 25 m x 25 m. Plot pengambilan
data disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Plot pengambilan data.

5

Analisis data
Tahap keempat, merupakan tahap pengolahan dan analisis data. Pada tahap
ini data hasil kerja lapang diolah dan dibandingkan dengan data hasil pengolahan
citra landsat, sehingga didapatkan hasil dari penelitian ini.
Identifikasi perubahan forest canopy density
Peta persen kerapatan kanopi antara tahun 1992 dengan tahun 2002
dibandingakan untuk mendapatkan nilai ∆ FCD1, sehingga diketahui tingkat
degradasi atau regenerasi hutan antara tahun 1992 sampai 2002. Begitu pula
dengan peta persen kerapatan kanopi tahun 2002 dengan tahun 2009 dibandingkan
untuk mendapatkan nilai ∆ FCD2. Untuk mengklasifikasikan perubahan FCD
digunakan metode tresholding pada grafik distribusi normal. Grafik distribusi
normal disajikan pada Gambar 2, dan alur kerja identifikasi perubahan FCD
disajikan pada Gambar 3.

Gambar 2 Grafik tresholding untuk identifikasi perubahan FCD.

6

Gambar 3 Diagram alir alur kerja identifikasi perubahan FCD.
Idenfifikasi keeratan hubungan antara FCD dengan LAI, LBDT, dan
kerapatan tegakan.
Uji normalitas
Uji normalitas adalah uji untuk megukur apakah data yang didapat dari hasil
kerja lapang memiliki distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik
parametrik. Data diuji dengan metode Kolomogorov – Smirnov.
Model persamaan regresi linier
Dari hasil perbandingan LAI dengan FCD, kerapatan tegakan dengan FCD,
dan LBDT dengan FCD, dipilih yang memiliki nilai regresi paling besar. Dari
total 49 titik sampel yang diambil, 32 titik diantaranya digunakan untuk membuat
model. Model yang digunakana adalah model regresi linier sederhana (Walpole
1992):
, dengan
merupakan nilai prediksi LAI/ LBDT/ kerapatan
tegakan, dan x merupakan nilai FCD.

7

Validasi model persamaan regresi linier
Validasi model diperlukan untuk mengetahui seberapa besar penyimpangan
data yang dihasilkan dari model. Validasi model menggunakan 14 titik sampel
dari total 49 titik sampel. Nilai ketepatan dihitung dengan rumus :

Keterangan :

-

Alur kerja identifikasi keeratan hubungan FCD dengan parameter lapang
disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4 Diagram alir alur kerja identifikasi keeratan hubungan FCD dengan
parameter lapang.

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Kuningan terletak di ujung Timur Laut Provinsi Jawa Barat yang
berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah, dan terletak pada koordinat
108°
00 - 108°
00 Bujur Timur dan 60° 00 - 70°1 00 Lintang Selatan
dengan luas mencapai 1195.71 km2 (119.57 ha). Secara administratif, Kabupaten
Kuningan di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Brebes Provinsi Jawa
Tengah, sebelah Selatan dengan Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat dan
Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah, sebelah Barat dengan Kabupaten
Majalengka dan di sebelah Utara dengan Kabupaten Cirebon. Kabupaten
Kuningan terdiri atas 32 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 361 desa dan
15 kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Kuningan.

Gambar 5 Peta lokasi penelitian.
Kondisi topografi Kabupaten Kuningan berkisar antara 125 – 3078 mdpl.
Secara umum daerah tersebut dapat dibedakan menurut ketinggiannya, yaitu
bagian barat dan selatan merupakan wilayah dataran tinggi dan bagian timur
merupakan wilayah dataran rendah dengan ketinggian berkisar antara 25 – 100
mdpl. Kabupaten Kuningan pada umumnya terletak pada daerah dengan musim
hujan dan musim kemarau. Musim penghujan turun mulai Oktober hingga Maret
sedangkan musim kemarau mulai bulan April hingga September. Menurut

9

klasifikasi Schmidt-Fergusson, tipe iklim di kawasan ini adalah tipe A-B dengan
nilai Q = 0.0% - 33%. Dengan ketinggian >600 mdpl dan curah hujan antara 3000
– 4000 mm/tahun pada bagian barat dan selatan, sedangkan pada bagian timur dan
utara berkisar antara 2000 – 3000 mm/tahun, dengan suhu udara berkisar 18ºC –
32ºC. Berdasarkan peta jenis tanah di Kabupaten Kuningan terdiri dari jenis
andosol, aluvial, podsolik, grumosol, mediteran, latosal dan regosol.
Fungsi kawasan hutan di kabupaten Kuningan meliputi kawasan hutan
negara seluas 34354.55 ha terdiri dari Kawasan Konservasi 8699.87 ha, Hutan
Produksi (HP) 6190.51 ha, dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 19452.67
ha. Luas potensi hutan rakyat pada tahun 2005 tercatat 16798.26 ha tersebar di 32
Kecamatan dengan prediksi potensi tegakan 6719304 pohon dan prediksi potensi
kayu - kayuan 1679826 m3 (Bapeda BPS Kuningan 2012).
Identifikasi Perubahan FCD (Delta FCD)
Pengolahan citra landsat tahun 1991, 2002, dan 2009 menghasilkan peta
kerapatan kanopi (FCD) tahun 1991, 2002, dan 2009. Berdasarkan peta kerapatan
kanopi tersebut dihitung perubahan kerapatan kanopi antara tahun 1991-2002 dan
tahun 2002-2009. Dihitung dari luasannya, penurunan kerapatan kanopi
(degradasi) terjadi lebih besar dalam rentang waktu 2002-2009 yaitu sebesar
18995.49 ha, dibandingkan dengan rentang tahun 1991-2002 yang hanya seluas
11991.96 ha. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah pertambahan jumlah
penduduk. Pada tahun 1991-2002 terjadi peningkatan jumlah penduduk 105553
jiwa, dan pada tahun 2002-2009 terjadi peningkatan 175044 jiwa (Bapeda BPS
Kuningan 2012). Maka pada rentang tahun 2002-2009 kebutuhan akan lahan dan
sumberdaya hutan lebih tinggi jika dibandingkan dengan rentang tahun 19912002.
Tabel 2 Perubahan luas FCD tahun 1991-2002, 2002-2009, dan 1991-2009
no. Perubahan FCD
1
Tidak ada data
2
Tetap
3
Naik
4
Degradasi
5
Awan
Jumlah

1991- 2002 (ha)
119459.43
44184.24
19379.16
11991.96
10871.55
205886.34

2002-2009 (ha) 1991-2009 (ha)
119456.55
119456.55
41797.17
54615.42
14767.74
11657.97
18995.49
9287.01
10869.39
10869.39
191118.6
205886.34

Kelas FCD yang memiliki luas terbesar adalah kelas 0-9% dengan luas
48270.06 ha pada tahun 1991, 36909.09 ha pada tahun 2002, dan 49580.82 ha
pada tahun 2009. Data tersebut menunjukan kelas kerapatan rendah (0-9%)
mengalami penurunan antara tahun 1991-2002, sebesar 11360.97 ha, sedangkan
antara tahun 2002-2009 mengalami kenaikan sebesar 12671.73 ha. Pada rentang
tahun 1991 – 2009 terjadi degradasi seluas 9287.1 ha dan luas lahan yang
mengalami kenaikan nilai FCD 11657.97 ha. Berdasarkan data yang diperoleh
kondisi hutan rakyat di Kabupaten Kuningan pada tahun 1991 – 2002 mengalami
kenaikan nilai FCD sedangkan pada rentang tahun 2002 – 2009 kondisi hutan
rakyat mengalami penurunan atau degradasi. Berdasarkan pengamatan lapang
pada kelas 0-9% merupakan wilayah lahan terbuka, sawah, semak, dan lahan

10

terbangun. Kelas dengan nilai 10-19% merupakan hutan dengan kerapatan yang
paling rendah, sedangakan kelas dengan nilai 90-99% merupakan hutan dengan
kerapatan paling tinggi. Perubahan FCD tiap persen kelas kerapatan pada tahun
1991, 2002, dan 2009 disajikan pada Tabel 5.
Tabel 3 Luas tiap kelas klasifikasi FCD tahun 1991, 2002, dan 2009
Kelas FCD
0-9 %
10-19%
20-29%
30-39%
40-49%
50-59%
60-69%
70-79%
80-89%
90-99%
Jumlah

Tahun 1991
48270.06
2707.92
5908.05
8580.60
9199.35
6841.89
3085.56
739.98
80.82
1.26
85415.49

luas (ha)
Tahun 2002
36909.09
4239.09
6144.30
8295.48
9485.64
9972.36
8247.6
1983.42
137.43
1.08
85415.49

Tahun 2009
49580.82
2735.10
5167.08
7537.23
8718.84
7741.08
3410.01
502.65
22.23
0.45
85415.49

Proses reforestasi pada rentang tahun 1991-2002 dan juga proses degradasi
pada rentang tahun 2002-2009 dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi. Areal
penelitian ini merupakan hutan rakyat yang dimiliki perseorangan maka tegakan
atau pohon yang ditanam akan dipanen jika masyarakat membutuhkan.
Pengelolaan hutan rakyat juga masih dilakukan secara tradisional, sehingga jarak
tanam, proses pemanenan dan juga jenis pohon beragam. Saat ini masyarakat
Kabupaten Kuningan sudah sadar untuk menanami lahannnya kembali setelah
dilakukan pemanenan pohon. Hal tersebut dikarenakan permintaan kayu yang
cukup tinggi, pada lima kabupaten di Jawa Barat (Sukabumi, Tasikmalaya,
Ciamis, Majalengka, dan Kuningan) pada tahun 2003 terdapat hutan rakyat seluas
94119 ha dengan volume produksi kayu pertukangan 122318 m3. Kebutuhan kayu
untuk bahan baku industri pengolahan kayu pertukangan pada tahun tersebut
340245 m3, sehingga terjadi ketidak seimbangan antara produksi kayu
pertukangan dari hutan rakyat dengan kebutuhan bahan baku, yang ditandai
dengan kekurangan kayu pertukangan sebesar 224709 m3 (Pasaribu & Roliadi
2006). Kekurangan bahan baku tersebut merupakan peluang untuk
mengembangkan hutan rakyat. Hutan rakyat yang telah berkembang dan
dikembangkan oleh masyarakat mempunyai keunggulan dalam beberapa hal
(Suprapto 2010):
1. Hutan rakyat terbukti mampu mendukung perkonomian pedesaan dan
dapat dijadikan sebagai katup penyelamat ekonomi masyarakat pada saat
krisis sekalipun.
2. Pengembangan hutan rakyat dipengaruhi oleh kesungguhan masyarakat
untuk merehabilitasi lingkungan dan lahan pertanian miliknya.
3. Hutan rakyat merupakan solusi dari berbagai permasalahan lingkungan.

Gambar 6 Peta Persentase FCD Tahun 1991.

11

Gambar 7 Peta Persentase FCD Tahun 2002.

12

Gambar 8 Peta Persentase FCD Tahun 2009.

13

Gambar 9 Peta Perubahan FCD Tahun 1991 – 2002.

14

Gambar 10 Peta Perubahan FCD Tahun 2002 – 2009.

15

Gambar 11 Peta Perubahan FCD Tahun 1991 – 2009.

16

17

Identifikasi Keeratan Hubungan FCD dengan LAI, LBDT, dan Kerapatan
Tegakan Hutan
Parameter yang digunakan di lapangan adalah LAI, LBDT dan kerapatan
tegakan hutan. Analisis regresi antara LAI, LBDT dan kerapatan tegakan hutan
dengan FCD digunakan untuk mengidentifikasi keeratan hubungan dan dapat
membuktikan apakah FCD dapat menduga kerapatan tegakan, LBDT, dan LAI.
Keeratan hubungan ditentukan dari nilai koefisien determinasi (r2). Sebelum
dilakukan analisis regresi, parameter lapang diuji normalitas terlebih dahulu
dengan metode K-S.
Leaf Area Index
Leaf area index (LAI) didefinisikan sebagai nisbah antara luas daun dengan
luas lahan tegakan yang diproyeksikan tegak lurus terhadap penutupan kanopi
(Nemani & Running 1998 dalam Setiawan 2006). Nilai LAI memiliki satuan
desimal. Konsep LAI telah lama dikembangkan sebagai salah satu penentu hasil
maksimal suatu tanaman. Nilai LAI bervariasi dari hari ke hari sebagai akibat dari
variasi pola radiasi surya harian dan bervariasi dari musim ke musim sebagai
akibat perubahan kanopi, area tumbuh, dan guguran daun (Hadipoentyanti et al.
1994).
Pengujian normalitas menghasilkan nilai K-S 0.18 yang menunjukan data
LAI berdistribusi normal. Regresi antara nilai persentase FCD dan LAI
menghasilkan persamaan
dengan koefisien determinasi (r2)
sebesar 0.62, artinya data FCD mempengaruhi data LAI sebesar 62%, sedangkan
faktor lainnya mempengaruhi data LAI sebesar 38%. Grafik uji normalitas data
LAI disajikan pada Gambar 12. Grafik persamaan regresi antara FCD dan LAI
disajikan pada Gambar 13.

Gambar 12 Uji normalitas LAI.

18

Gambar 13 Persamaan regresi linier FCD dan LAI.
Keeratan hubungan antara FCD dengan LAI yang ditunjukkan oleh
koefisien determinasi dipengaruhi banyak faktor. Beberapa faktor diantaranya
adalah jarak antara tegakan tidak sama, dan adanya tanaman tumpang sari diantara
tegakan. Jarak antara tegakan mempengaruhi foto hemiview yang diambil di plot
contoh. Ada kemungkinan foto yang diambil memiliki nilai LAI yang lebih tinggi
atau lebih rendah. Tanaman tumpang sari menyebabkan foto hemiview yang
diambil memiliki nilai LAI yang lebih tinggi dari nilai yang sebenarnya
disebabkan daun-daun tanaman tumpangsari menutupi foto hemiview.
Kerapatan Tegakan Hutan
Kerapatan tegakan menunjukkan jumlah pohon yang ada dalam suatu luasan
hutan (Mason 2000 dalam Kurniawan 2004). Satuan kerapatan tegakan adalah
jumlah tegakan per hektar (tegakan/ha). Kerapatan tegakan merupakan fungsi dari
tiga elemen, yaitu: jumlah pohon, ukuran pohon (batang pohon, kanopi dan akar),
dan distribusi spasial di lapangan. Pengukuran terhadap kerapatan tegakan dapat
digunakan untuk analisis pertumbuhan pohon dan hasil hutan. Menurut Young
(1982) dalam Kurniawan (2004) kerapatan tegakan adalah pernyataan kuantitatif
yang menunjukkan tingkat kepadatan pohon dalam suatu tegakan. Pengujian
normalitas menghasilkan nilai K-S 0.24 yang menunjukan data kerapatan tegakan
hutan berdistribusi normal. Regresi antara FCD dengan kerapatan tegakan
menghasilkan persamaan
dengan nilai determinasi (r2) sebesar
0.65, artinya data FCD mempengaruhi data kerapatan tegakan sebesar 65%,
sedangkan faktor lainnya mempengaruhi data kerapatan tegakan sebesar 35%.
Grafik uji normalitas data kerapatan tegakan hutan disajikan pada Gambar 14.
Grafik persamaan regresi antara FCD dengan LBDT disajikan pada Gambar15.

19

Gambar 14 Uji normalitas kerapatan tegakan.

Gambar 15 Persamaan regresi linier FCD dan kerapatan tegakan.
Koefisien determinasi antara FCD dengan kerapatan tegakan dipengaruhi
banyak faktor, diantaranya adalah jarak antara tegakan yang tidak seragam, jenis
tegakan yang berbeda, dan umur tegakan yang tidak seragam. Pengelolaan hutan

20

rakyat yang masih dilakukan secara tradisional menyebabkan kondisi hutan rakyat
memiliki jarak tanam, umur tegakan dan jenis tegakan yang berbeda.
Koefisien determinasi antara band 1 citra SPOT dengan kerapatan tegakan
pada areal hutan alam dan kebun kopi sebesar 0.68 (Kurniawan 2004). Jika
dibandingkan dengan koefisien determinasi antara FCD dengan kerapatan
tegakan pada hutan rakyat sebesar 0.65, memiliki selisih yang tidak terlalu besar.
Padahal resolusi citra yang digunakan berbeda. FCD menggunakan citra Landsat
beresolusi 30 × 30 meter, sedangkan citra SPOT memiliki resolusi 20 × 20 meter.
Hal tersebut membuktikan FCD dapat menjanjikan pendugaan kerapatan tegakan
yang lebih baik dengan biaya yang lebih murah. Sehingga FCD dapat menjadi
salah satu metode dalam MRV REDD+.
Luas Bidang Dasar Tegakan
Luas Bidang Dasar Tegakan (LBDT) pohon adalah luas area lingkaran
batang pohon yang diukur pada ketinggian setinggi dada (Philip 1994 dalam
Kurniawan 2004). Pengukuran luas bidang dasar umumnya dilakukan diluar kulit
pohon (over bark). Satuan LBDT adalah meter persegi per hektar (m2/ha).
Pengujian normalitas menghasilkan nilai K-S 0.24 yang menunjukan data LBDT
berdistribusi normal. Regresi antara FCD dengan LBDT menghasilkan persamaan
, dengan nilai determinasi (r2) sebesar 0.71, artinya data FCD
mempengaruhi data LBDT sebesar 71%, sedangkan faktor lainnnya
mempengaruhi data LBDT sebesar 29%. Grafik uji normalitas data LBDT
disajikan pada Gambar 16. Grafik persamaan regresi antara FCD dengan LBDT
disajikan pada Gambar 17.

Gambar 16 Uji normalitas LBDT.

21

Gambar 17 Persamaan regresi linier FCD dan LBDT.
Koefisien determinasi antara FCD dengan LBDT dipengaruhi banyak
faktor, diantaranya adalah luas permukaan kanopi tegakan dan jenis tegakan. Luas
permukaan kanopi tegakan berbanding lurus dengan nilai LBDT. Pada areal
agroforestri karet LBDT dengan band 1, 2, dan 3 landsat 7 ETM+ memiliki
hubungan yang cukup erat, LBDT dengan band 1 memiliki nilai r2 = 0.8, dengan
band 2 memiliki nilai r2 = 0.72, dan dengan band 3 memiliki r2 = 0.8 (Djumhaer
2003). Kondisi pada areal agroforestri karet yang memiliki jarak antara tegakan
yang teratur dan seragam merupakan salah satu faktor yang membuat koefisien
determinasi cukup baik. Berbeda dengan kondisi hutan rakyat yang memiliki jarak
antara tegakan yang tidak seragam membuat nilai koeefisien determinasi yang
lebih rendah.
Validasi model
Total 49 sampel yang didapatkan tetapi ada 3 sampel yang merupakan
pencilan, sehingga hanya digunakan 46 sampel. Dari 46 sampel dibagi menjadi 2,
32 digunakan untuk membuat model dan 14 sampel digunakan untuk validasi
model. Dari hasil analisis regresi antara FCD dengan LAI, Kerapatan tegakan, dan
LBDT didapatkan hasil nilai determinasi (r2) yang terbesar yaitu antara LBDT
dengan FCD dengan nilai 0.71. Untuk persamaan regresi linier dipilih LBDT,
:(
) persamaan ini dapat digunakan untuk memprediksi
LBDT dengan menggunakan nilai FCD yang didapatkan dari hasil pengolahan
citra landsat.
Validasi model diperlukan untuk mengetahui seberapa akurat model untuk
menduga LBDT dari data FCD. Data FCD dimasukan dalam model LBDT yang
telah dibuat, kemudian nilai LBDT hasil dari model dibandingkan dengan nilai
LBDT dari data pengamatan lapang, didapatkan nilai ketepatan 18.98%. Nilai
ketepatan ini menunjukan seberapa besar kesalahan dari pendugaan model.

22

Penerapan Model
Model terbaik yang didapatkan, dapat digunakan untuk menentukan
perubahan tingkat degradasi hutan dalam program MRV (Monitoring, Reporting
& Verification) proyek REDD+. Dengan demikian perubahan emisi karbon yang
disebabkan oleh degradasi hutan dan lahan pada skala lanskap yang luas dapat
dideteksi dengan cepat. Kelebihan penggunaan FCD dalam MRV REDD+ adalah
sumber data berupa citra landsat yang bisa didapatkan dengan tanpa biaya, dan
tersedia terus menerus.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1.

2.

Proses degradasi di hutan dan lahan masyarakat lebih banyak terjadi antara
tahun 2002-2009 sebesar 18995.49 ha. Proses reforestasi di hutan dan lahan
masyarakat lebih banyak terjadi antara tahun 1991-2002 sebesar 19379.16 ha.
Koefisien determinasi regresi linier antara LAI dan FCD adalah 0.62.
Koefisien determinasi regresi linier antara kerapatan tegakan dan FCD adalah
0.65. Persamaan regresi linier yang dipilih untuk estimasi LBDT dengan FCD
adalah mengikuti persamaan,
dengan koefisien determinasi
sebesar 0.71. Nilai ketepatan dari model LBDT dengan FCD sebesar: 18.98%.
Saran

1. Perlunya kajian dari faktor sosial dan ekonomi terhadap proses degradasi dan
reforestasi yang terjadi di Kabupaten Kuningan.
2. Perlunya pemetaan kerapatan kanopi di lokasi yang memiliki struktur tegakan
yang berbeda dengan lokasi penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
Azizi Z, Najafi A, Sohrabi H. 2008. Forest canopy density estimating, using
satellite image. Beijing: The International Archives of the Photogrammetry,
Remote Sensing and Spatial Information Sciences. Vol. XXXVII, part BS.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik
Indonesia. Project supported by the Australian International Development
Assistance Program – AusAID (retrieved on November 25, 2008).
[Bapeda BPS] Badan Perencanaan Daerah Kab. Kuningan, Badan Pusat Statistik.
(ID) 2002. Kuningan Dalam Angka Tahun 2002.
[Bapeda BPS] Badan Perencanaan Daerah Kab. Kuningan, Badan Pusat Statistik.
(ID) 2009. Kuningan Dalam Angka Tahun 2009.
[Bapeda BPS] Badan Perencanaan Daerah Kab. Kuningan, Badan Pusat Statistik.
(ID) 2012. Kuningan Dalam Angka Tahun 2012.
[DEPHUT] Departemen Kehutanan. 2004. Peraturan Menteri Kehutanan No.
P.03/MENHUT-V/2004. Jakarta: Departemen Kehutanan RI.

23

[DISHUTBUN
Kab.Kuningan]
Dinas
Kehutanan
dan
Perkebunan
Kab.Kuningan.2012.
Tata
Guna
Lahan
dan
Perkebunan.
http://www.kuningankab.go.id/sumber-daya-alam/kehutanan diakses 7
Agustus 2012.
Djumhaer M. 2003. Pendugaan Leaf Area Index dan Luas Bidang Dasar Tegakan
Menggunakan Landsat 7 ETM+ (Studi Kasus di Kabupaten Bungo Provinsi
Jambi) [skripsi]. Bogor: Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor.
Hadipoentyanti EM, EA Hadad, Hermanto. 1994. Peran intensitas radiasi surya
dan indeks luas daun terhadap produksi maksimal tanaman. Buletin
PERHIMPI 2(1): 49 – 52.
Huang D, Yang W, Tan B, Rautiainen M, Zhang P, Jiannan H, Shabanov
NV,Linder S, Knyazikhin Y, Myneni RB. 2006. The Importance of
Measurement Errors for Deriving Accurate Reference Leaf Area Index
Maps for Validation of Moderate-Resolution Satellite LAI Products. J.
IEEE Transactions On Geoscience and Remote Sensing. 44:1866-1871.
Jensen JR. 2005. Introductory Digital Image Processing. Third Edition. South
California: Pearson Prentice Hall.
Kurniawan A. 2004. Penggunaan teknologi pengindraan jauh dalam pendugaan
luas bidang dasar tegakan dan kerapatan tegakan [skripsi]. Bogor:
Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian
Bogor.
Prasetyo LB, Tsuyuki S, Baba A. 2003. Application of Landsat/TM and
Multitemporal JERS-1 SAR Image for Paddy Field Area Identification : A
Case Study at Cidanau Watershed, Banten, Indonesia. Journal Of GIS,
Remote Sensing and Dynamic Modelling (3): 66-76.
Prasetyo LB, Damayanti EK, Masuda M. 2009. Precondition for the success of
managing forest resources with community (PHBM): case study in kph
Kuningan and Ciamis. final report. competitive research grant for
international publication batch III Directorate of Higher Education No.
688/SP2H/PP/DP2M/X/2009. Bogor: Bogor Agricultural University.
Unpublished.
Pasaribu RA, Roliadi H. 2006. Kajian Potensi Kayu Pertukangan Dari Hutan
Rakyat PadaBeberapa Kabupaten Di Jawa Barat. Hal 35-48. Prosiding
Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan, Bogor.
Rikimaru A, Roy PS, Miyatake S. 2002. Tropical forest cover density mapping.
Tropical Ecology 43(1): 39-47.
Setiawan R. 2006. Metode neraca energi untuk perhitungan leaf area index (LAI)
di lahan bervegetasi menggunakan data citra satelit [skripsi]. Bogor:
Departemen Geofisika Dan Meteorologi. Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor.
Suprapto E. 2010. Hutan Rakyat : Aspek Produksi, Eekologi, dan Kelembagaan.
http://www.arupa.or.id diakses 7 Agustus 2012.
Walpole RE. 1992. Introduction to Statistics 3rd edition. PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.

24

RIWAYAT HIDUP
Nugrahadi Ramadhan Tohir dilahirkan di Bandung pada tanggal 18
April 1990 sebagai putra pertama dari dua laki – laki bersaudara pasangan Bapak
Dudi Tohir dan Ibu Novi Susilorini Andayaningsih. Penulis memulai pendidikan
formal pada tahun 1995 di TK Bina Insani Bogor dan lulus pada tahun 1996.
Sekolah Dasar di SD Bina Insani Bogor masuk pada tahun 1996 dan lulus pada
tahun 2002. Tahun 2002 penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 3 Bogor dan
lulus pada tahun 2005, setelah itu melanjutkan ke SMA Negeri 5 Bogor dan lulus
pada tahun 2008. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
SMNPTN dengan program studi Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Fakultas Kehutanan pada tahun 2008.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai anggota dan pengurus
Biro Infokom serta Fotografi Konservasi Himpunan Mahasiswa Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) periode 2009-2011. Kegiatankegiatan yang pernah penulis ikuti selama berada di IPB diantaranya Eksplorasi
Fauna, Flora dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) di Cagar Alam Gunung
Burangrang, Jawa Barat (2010), Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di
Cagar Alam Kamojang-Sancang (2010), ekspedisi Studi Konservasi Lingkungan
(SURILI) di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah (2010), Eksplorasi
Fauna, Flora dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) di Taman Nasional Gunung
Halimun Salak (2011), Praktik Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan
Gunung Walat, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, dan KPH Cianjur (2011),
ekspedisi Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Kerinci
Seblat, Jambi (2011), dan Praktik Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru (2012). Sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis melaksanakan penelitian di Hutan
rakyat Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Dengan judul: Pemetaan Perubahan
Kerapatan Kanopi Hutan Di Hutan Rakyat, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Dibimbing oleh Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo MSc Dan Dr Ir Agus Priyono
Kartono MSi.