Perbaikan daya adaptasi bibit, pertumbuhan, dan kualitas tanaman lidah buaya dengan abu janjang kelapa sawit, mikoriza, dan pemupukan di tanah gambut

PERBAIKAN DAYA ADAPTASI BIBIT, PERTUMBUHAN,
DAN KUALITAS TANAMAN LIDAH BUAYA DENGAN ABU
JANJANG KELAPA SAWIT, MIKORIZA, DAN
PEMUPUKAN DI TANAH GAMBUT

IWAN SASLI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi “Perbaikan Daya Adaptasi Bibit,
Pertumbuhan, dan Kualitas Tanaman Lidah dengan Abu Janjang Kelapa Sawit,
Mikoriza, dan Pemupukan di Tanah Gambut” adalah karya saya sendiri dan belum
pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Agustus 2008

Iwan Sasli
NRP. A361030131

i

ABSTRACT
IWAN SASLI. Improvement of seedling adaptability, growth, and quality of
Aloe vera by the application of oil palm bunch ash, mycorrhiza and fertilizer
on peat soil. Under the direction of SUDIRMAN YAHYA, SUDRADJAT, YADI
SETIADI, and SUDARSONO.
The research was composed of three main experiments: (1) haracterization
of peat material that incubated by oil palm empty bunch ash (2) Plant growth of
Aloe on peat soil that incubated by oil palm bunch ash (3) Improvement of seedling
adaptability, growth, and quality of Aloe vera by the application of arbuscular
mycorrhiza and fertilizer on peat soil
The first experiment was conducted in completely randomized design with
five levels of oil palm bunch ash: 0, 50, 100, 150, and 300 g/tube. Peat material
was incubated for two months in column tubes of 10 cm in diameter. Observation

was conducted after two months on the content of N (total, %), P ( ppm), K
( me/100g), and Mg ( me/100g) of peat material on three depths of layer in column
tube of 0 - 10, 10 - 20, and > 20 cm.
The second experiment was two factor factorial of polybag experiment
arranged in completely randomized design. The first factor was four levels of oil
palm bunch ash: 50, 100, 150, 300 g/plant. The second factor was repetition time of
application of oil palm bunch ash, consisting of three levels: 4, 6, and 8 weeks after
planting. Aloe was grown for 4.5 months, and after reaching 4.5 month old , then
was measured on several growth variables: frond number, plant height, frond length,
frond thick, frond fresh weight, and plant dry weight.
The third experiment was a three factor factorial of field experiment to study
the effectiveness of mycorrhiza, inorganic and organic fertilizers ( fish/shrimp
waste) on growth, yield and quality of aloe in peat soil. The study was conducted on
peat area, North Pontianak, West Kalimantan in split-split plot in completely
randomized blocks design. The main plot was mycorrhizal application levels: none,
Mycofer, and mycorrhiza from pineapple rhizospheres. The sub plot was inorganic
fertilizer (composition of N:P:K:Mg) : without inorganic fertilizer, 5 : 4 : 7.5 : 2.5
g/plant, 10 : 8 : 15 : 5 g/plant, and 20 : 16 : 30 : 10 g/plant. Sub-sub plot was
organic fertilizer: non-fermented of fish, and shrimp wastes, fermented of fish, and
fermented of shrimp wastes.

From a series of experiment as stated above, several important conclusions
are reported as follows : 1)The oil palm bunch ash is an ameliorant material which
can increase peat soil pH and improve the availability of P, K, and Mg nutrients. 2)
The application of oil palm bunch ash at the level of above 50 g/tube did not
increase the ability of peat soil on the retention P, K, and Mg nutrients. Improving
nutrient content of P, K, and Mg as the result of application of oil palm bunch ash
was mostly located at surface layer ( 0 - 10 cm). 3). Interaction between dosage and
repetition time of oil palm bunch ash application significantly affected plant height,
frond fresh weight, and crown dry weight with optimum dosage of 92.61 g/plant and
best repetition time of application at 8 weeks after planting. 4) Inoculation of
Arbuscular mycorrhiza effectively depressed root rot disease infestation of Erwinia
chrysanthemi, increased the uptake of N, P, and Mg nutrients, and plant growth of

ii

aloe in peat soil. 5). The application of fermented organic fertilizer from fish and
shrimp wastes gave a better plant growth and yield compared to non fermented ones.
As the trigger on soil property improvement, it is recommended to evenly
broadcast application of the oil palm bunch ash at bed surface. For a better yield of
aloe crop, it is also recommended a package of technology of the application

mycorrhiza of pineapple rhizosphere at the time of planting, inorganic fertilizer with
dosage N : P : K : Mg = 10 : 8 : 15 : 5 g/plant, and fermented prawn and fish waste
organic fertilizer as top-dressed fertilizer in once a month.

Key word: Aloe, mycorrhiza, oil palm bunch ash, organic

iii

RINGKASAN
IWAN SASLI. Perbaikan Daya Adaptasi Bibit, Pertumbuhan, dan Kualitas
Tanaman Lidah Buaya dengan Abu Janjang Kelapa Sawit, Mikoriza dan
Pemupukan di Tanah Gambut. Dibimbing oleh SUDIRMAN YAHYA,
SUDRADJAT, YADI SETIADI, dan SUDARSONO.
Tanaman lidah buaya (Aloe vera) merupakan salah satu komoditas pertanian
daerah tropis yang mempunyai peluang sangat besar untuk dikembangkan di
Indonesia sebagai usaha agribisnis dengan prospek yang cukup menjanjikan. Salah
satu sentra produksi lidah buaya adalah Pontianak di lahan gambut. Budidaya lidah
buaya memerlukan .persyaratan media tumbuh dengan kandungan bahan organik
yang tinggi.
Lahan gambut merupakan areal yang menjadi pilihan dalam

pengembangan tanaman ini. Namun demikan, pemanfaatan lahan gambut sebagai
lahan budidaya pertanian memiliki sejumlah kendala yang dapat menghambat proses
produksi tanaman. Kemasaman tanah yang tinggi, ketersediaan hara makro dan
mikro yang rendah, dan jangkitan penyakit yang tinggi merupakan beberapa masalah
yang ada pada tanah gambut. Bertolak dari permasalahan tersebut, penelitian ini
bertujuan untuk mempelajari karakteristik tanah gambut setelah masa inkubasi
dengan berbagai dosis abu janjang kelapa sawit, dan untuk mempelajari upaya
perbaikan daya adaptasi bibit, pertumbuhan, hasil dan kualitas tanaman lidah buaya
dengan aplikasi mikoriza dan pupuk organik (limbah ikan/udang) di tanah gambut.
Melalui penelitian ini diharapkan diperoleh paket teknologi budidaya lidah buaya
pada lahan gambut
Penelitian tersusun dalam tiga percobaan utama, yaitu (1) Karakterisasi bahan
gambut setelah masa inkubasi dengan abu janjang kelapa sawit, (2) Pertumbuhan
tanaman lidah buaya pada tanah gambut yang diinkubasi dengan abu janjang kelapa
sawit, dan (3) Perbaikan daya adaptasi bibit, pertumbuhan,dan kualitas tanaman lidah
buaya dengan aplikasi mikoriza, pupuk anorganik dan pupuk organik pada tanah
gambut.
Percobaan I dilakukan dalam rancangan acak lengkap satu faktor, yaitu abu
janjang kelapa sawit dengan lima taraf dosis, yaitu 0, 50, 100, 150, dan 300 g/tabung.
Penelitian dilaksanakan dengan menginkubasikan bahan gambut dengan abu janjang

sawit sesuai dosis perlakuan dalam tabung paralon berdiameter 10 cm, dan
diinkubasi selama dua bulan. Pengamatan dilakukan terhadap kadar N total (%), P
(ppm), K (me/100g), dan Mg (me/100g) bahan gambut pada tiga kedalaman lapisan
berbeda, yaitu 0 – 10, 10 – 20, dan > 20 cm. Percobaan II adalah percobaan faktorial
dua faktor dilaksanakan dalam polibag dengan menggunakan rancangan acak
lengkap. Faktor pertama adalah dosis abu janjang sawit dengan empat taraf: 50, 100,
150, dan 300 g/tan. Faktor kedua adalah waktu pengulangan pemberian abu yang
terdiri dari 3 taraf; 4, 6, dan 8 minggu setelah tanam. Lidah buaya ditanam selama
4.5 bulan, dan dilakukan pengamatan terhadap peubah pertumbuhan, yaitu jumlah
pelepah, tinggi tanaman, panjang pelepah, tebal pelepah, bobot basah pelepah, dan
bobot kering tajuk. Percobaan III merupakan percobaan lapangan faktorial tiga
faktor dengan menggunakan rancangan petak-petak terpisah. Faktor pertama adalah
mikoriza sebagai petak utama dengan tiga taraf yaitu; tanpa mikoriza (m0), mikoriza
mycofer (m1), dan mikoriza asal rizosfer nenas (m2). Faktor kedua adalah pupuk

iv

anorganik sebagai anak petak, merupakan komposisi pupuk N:P:K:Mg, yang terdiri
dari 4 taraf yaitu; tanpa pupuk anorganik (a0); 5 : 4 : 7.5 : 2.5 g/tan. (a1); a2 = 10 : 8 :
15 : 5 g/tan. (a2) ; dan 20 : 16 : 30 : 10 g/tan. (a3). Faktor ketiga adalah pupuk

organik sebagai anak-anak petak, terdiri dari 4 taraf, yaitu: limbah ikan (o1); limbah
udang (o2); limbah ikan fermentasi (o3); dan limbah udang fermentasi (o4).
Dari ketiga percobaan dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai
berikut: 1) Abu janjang kelapa sawit merupakan bahan amelioran yang dapat
diberikan pada tanah gambut untuk meningkatkan pH tanah dan berfungsi sebagai
sumber hara P,K, dan Mg. 2) Pemberian abu janjang kelapa sawit pada taraf di atas
50 g/tabung tidak dapat lagi meningkatkan kemampuan tanah gambut dalam
meretensi hara
P, K, dan Mg. Peningkatan kadar hara P, K, dan Mg akibat
pemberian abu janjang kelapa sawit paling banyak terjadi pada lapisan permukaan (0
– 10 cm). 3) Interaksi antara dosis abu janjang kelapa sawit dengan waktu
pengulangan pemberian abu untuk tinggi tanaman, bobot basah pelepah, dan bobot
kering tajuk menunjukkan bahwa abu janjang kelapa sawit sebesar 92.61 g/tanaman
sebagai dosis optimum, dengan waktu pengulangan pemberian abu pada 8 MST
untuk menghasilkan bobot basah pelepah tertinggi. 4) Inokulasi mikoriza arbuskula
pada tanaman lidah buaya efektif dalam menekan serangan penyakit busuk akar
(Erwinia chrysanthemi), meningkatkan serapan hara N, P, dan Mg, dan
meningkatkan pertumbuhan tanaman lidah buaya di lahan gambut. 5) Pemberian
pupuk organik dari limbah ikan dan udang yang difermentasi memberikan hasil
rerata pertumbuhan tanaman yang lebih baik dibanding pupuk organik tanpa

fermentasi.
Disarankan bahwa pemberian abu janjang kelapa sawit sebagai trigger dalam
perbaikan sifat tanah sebaiknya dilakukan dengan menebarkan abu secara merata
pada permukaan bedengan. Untuk menghasilkan tanaman lidah buaya dengan
pertumbuhan dan hasil yang tinggi, dapat dilakukan dengan memberikan mikoriza
asal rizosfer nenas pada saat tanam, pupuk anorganik dengan dosis N : P : K : Mg =
10 : 8 : 15 : 5 g/tanaman, dan pupuk organik limbah udang fermentasi sebagai pupuk
susulan pada setiap bulannya.

Kata Kunci : abu janjang kelapa sawit, lidah buaya, mikoriza, pupuk organik, tanah
gambut

v

@ Hak Cipta Milik IPB tahun 2008
Hak Cipta dilindungi Undang undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar
IPB.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau
seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

vi

PERBAIKAN DAYA ADAPTASI BIBIT, PERTUMBUHAN,
DAN KUALITAS TANAMAN LIDAH BUAYA DENGAN ABU
JANJANG KELAPA SAWIT, MIKORIZA, DAN
PEMUPUKAN DI TANAH GAMBUT

IWAN SASLI

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Agronomi


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

Judul Disertasi

: Perbaikan Daya Adaptasi Bibit, Pertumbuhan, dan
Kualitas Tanaman Lidah Buaya dengan Abu Janjang
Kelapa Sawit, Mikoriza, dan Pemupukan di Tanah
Gambut

Nama

: Iwan Sasli

NRP

: A 361030131


Disetujui,
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, M.Sc
Ketua

Dr. Ir. Sudradjat, MS
Anggota

Dr. Ir. Yadi Setiadi, M.Sc
Anggota

Prof. Dr. Ir. Sudarsono, M.Sc
Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Agronomi

Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS
Tanggal Ujian : 27 Agustus 2008

Dekan Sekol ah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS
Tanggal Lulus: 05 September 2008

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya
sehingga disertasi ini dapat diselesaikan. Penelitian yang berjudul “ Perbaikan daya
Adaptasi Bibit, Pertumbuhan, dan Kualitas Tanaman Lidah Buaya dengan Abu
Janjang Kelapa Sawit, Mikoriza, dan Pemupukan di Tanah Gambut” ini berisikan
tiga penelitian utama yang dimulai dilaksanakan sejak persiapan pada bulan Juni
2005 sampai selesai analisis laboratorium pada juli 2007.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Yahya, M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing,
Bapak Dr. Ir. H. Sudradjat, M.S, Bapak Dr. Ir. H. Yadi Setiadi, M.Sc, dan Bapak
Prof. Dr. Ir. H. Sudarsono, M.Sc selaku anggota komisi pembimbing atas segala
perhatian dan bimbingannya selama penulis mempersiapkan dan melaksanakan
penelitian.
2. Bapak Dr. Ir. Anas D. Susila, MS selaku penguji luar komisi saat ujian prelium
dan juga penguji luar komisi pada ujian tertutup.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.gr. dan Bapak Dr. Ir. Yusdar Hilman,
MS, selaku penguji luar komisi pada ujian terbuka
4. Rektor Institut Pertanian Bogor, Pimpinan dan Staf di lingkungan Sekolah
Pascasarjana IPB, atas pendidikan dan layanan administrasi yang telah diberikan.
5. Rektor Universitas Tanjungpura atas ijin untuk mengikuti program S3
6. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura atas segala dukungan moril
maupun materil yang telah diberikan selama penulis mengikuti program S3.
7. Manajemen program Beasiswa Pascasarjana (BPPs) atas beasiswa yang diberikan
kepada penulis sehingga membantu penulis dalam melaksanakan pendidikan S3.
8. Teman-teman staf laboratorium Bioteknologi Hutan dan Lingkungan, Pusat
Bioteknologi IPB, mbak Faiq, mbak Susan, Mbak Dessy, mbak Nana, Mas Ary,
Mas Fattah, dan lain lain yang telah banyak membantu selama penulis
melaksanakan penelitian di laboratorium.
9. Pak Abi, Bu Yudhi, pak Anton, pak Topan, dan teman teman Sekolah
Pascasarjana yang telah banyak meluangkan waktu untuk berdiskusi selama
penulis studi S3 dan melaksanakan penelitian.

ix

10. Ayahnda dan Ibunda, serta keluarga yang senantiasa memberikan dukungan dan
doa agar penulis dapat menyelesaikan pendidikan S3.
11. Almarhum Kakanda M. Yusri, S.Pd yang telah memberikan dukungan moril dan
materil serta mencurahkan tenaga dengan sepenuh hati untuk turut membantu
penulis dalam melaksanakan penelitian di lapangan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian. Terimakasih, penghargaan, dan penghormatan yang
tiada ternilai untuk Kakanda.
12. Kakanda Endang Suryana, Drs. Edy Yusmin, M.Pd, Rini Juarsih, S.Pd, dan
Tatang Suryadi, SH atas segala bantuan moril dan materil selama penulis
menempuh pendidikan S3.
13. Kakanda Almarhumah Syamsiah Nawawi, Kakanda Ahmadin Nawawi, dan
Iskandar Nawawi, ST, ibu mertua Hj. Halijah, dan para keponakan atas segala
bantuan dan dukungan yang telah diberikan baik moril maupun materil kepada
penulis selama melaksanakan pendidikan S3.
14. Istri tercinta, Evi Riniyanti, SP, ananda Isvi Mega Kurnia, dan Ananda Isvi Dwi
Aprilla Luthfiani yang telah setia dan senantiasa memberikan pengorbanan yang
tiada ternilai selama penulis menempuh pendidikan S3.
15. M. Riva’i, SP., Erik Darmansyah, SP., Andrigo, SP., Hamdi, SP., Safari, SP.,
Abdul Qodir.A., dan lain-lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
telah banyak membantu penulis selama penelitian di lapangan
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan seluruhnya yang telah membantu
penulis selama melaksanakan pendidikan S3.
Segala perhatian, bantuan, dan pengorbanan bapak dan ibu serta saudara/i
sekalian mudah mudahan mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT.
Besar harapan penulis kiranya disertasi ini dapat bermanfaat dalam pengembangan
khasanah ilmu pengetahuan dan bagi semua pihak yang membutuhkannya, amin.

Bogor, Agustus 2008

Iwan Sasli
x

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pontianak pada tanggal 09 Juli 1969 sebagai anak
terakhir dari 6 bersaudara dari Ayah M. Yusuf Arief dan Ibu R.E. Sriasih.
Pendidikan Sarjana Pertanian ditempuh di Program Studi Agronomi Universitas
Tanjungpura dan pada lulus tahun 1994. Tahun 1994-1995 penulis diterima bekerja
sebagai asisten lapangan di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Lyman Agro, kemudian
tahun 1995-1996 penulis diterima bekerja sebagai Kepala Wilayah di sebuah
perusahaan Hutan Tanaman Industri PT. Finnantara Intiga (Enso Forest Development
Project, Finnlandia). Pada bulan Maret 1996 penulis diterima sebagai staf pengajar
pada Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura sampai
sekarang.
Pada tahun 1997, penulis diberikan kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan S2 di Institut Pertanian Bogor, dan lulus pada tahun 1999 dengan sponsor
Beasiswa Pascasarjana (BPPs) Dikti. Selanjutnya pada tahun 2003, penulis memiliki
kesempatan

untuk

melanjutkan

pendidikan

S3

dengan

sponsor

Beasiswa

Pascasarjana (BPPs) Dikti. Penulis selain sebagai staf pengajar, juga berminat dan
aktif dalam bidang pengembangan, pemberdayaan dan pembinaan masyarakat tani
dan kelompoknya.

xi

DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA.......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI........................................................................................................xii
DAFTAR TABEL .................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v
PENDAHULUAN ................................................................................................1
Latar Belakang .................................................................................................1
Tujuan ..............................................................................................................8
Hipotesis ..........................................................................................................8
Strategi Penelitian ............................................................................................9
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................11
Tanah Gambut .................................................................................................11
Abu janjang Kelapa sawit ...............................................................................27
Fungi Mikoriza Arbuskula ..............................................................................29
Limbah ikan dan Limbah Udang sebagai Pupuk Organik ..............................35
KARAKTERISASI BAHAN GAMBUT SETELAH MASA
INKUBASI DENGAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT
Pendahuluan ...................................................................................................41
Bahan dan Metode ........................................................................................46
Hasil dan Pembahasan ....................................................................................50
Hasil .........................................................................................................50
Pembahasan..............................................................................................63
Kesimpulan ....................................................................................................71
PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA PADA TANAH
TANAH GAMBUT YANG DIINKUBASI DENGAN ABU
JANJANG KELAPA SAWIT
Pendahuluan ...................................................................................................73
Bahan dan Metode ........................................................................................75
Hasil dan Pembahasan ....................................................................................78
Hasil .........................................................................................................78
Pembahasan..............................................................................................89
Kesimpulan ....................................................................................................95

xii

PERBAIKAN DAYA ADAPTASI BIBIT, PERTUMBUHAN, DAN
KUALITAS TANAMAN LIDAH BUAYA DENGAN APLIKASI
MIKORIZA ARBUSKULA DAN PEMUPUKAN DI TANAH GAMBUT
Pendahuluan ...................................................................................................98
Bahan dan Metode ......................................................................................103
Hasil dan Pembasan ..................................................................................... 117
Hasil .......................................................................................................117
Pembahasan............................................................................................159
Kesimpulan ..................................................................................................172
PEMBAHASAN UMUM ..................................................................................174
KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................185
Kesimpulan ................................................................................................185
Saran ..........................................................................................................,186
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................187
LAMPIRAN - LAMPIRAN

xiii

DAFTAR TABEL
No

Teks

Halaman

1.

Persentase kadar abu dan kadar bahan organik tanah gambut
berdasarkan tingkat kematangannya
..................................................26

2.

Kapasitas Tukar Kation (KTK) pada berbagai komposisi
gambut ombrogen di Indonesia ...................................................................27

3.

Hasil analisis abu janjang kelapa sawit di lokasi penelitian .....................28

4.

Jumlah N-total media gambut yang diberi abu janjang
Kelapa sawit ...............................................................................................52

5.

Jumlah P media gambut yang diberi abu janjang
Kelapa sawit ...............................................................................................55

6.

Jumlah K media gambut yang diberi abu janjang
Kelapa sawit ...............................................................................................58

7.

Jumlah Mg media gambut yang diberi abu janjang
kepala sawit .................................................................................................61

8.

Pengaruh perlakuan dosis abu janjang kelapa sawit terhadap
jumlah pelepah, lebar pelepah, tebal pelepah, dan panjang pelepah
pada 18 MST ...............................................................................................79

9.

Pengaruh perlakuan waktu pengulangan pemberian abu janjang
kelapa sawit terhadap jumlah pelepah, lebar pelepah, tebal pelepah,
dan panjang pelepah pada 18 MST .............................................................79

10.

Pengaruh abu janjang kelapa sawit terhadap tinggi tanaman,
bobot basah pelepah tunggal, dan bobot kering tajuk pada berbagai
waktu pengulangan pemberian abun .........................................................86

11

Persamaan regresi pengaruh dosis abu janjang sawit pada
berbagai waktu pengulangan pemberian abu terhadap tinggi
tanaman, bobot basah pelepah tunggal, dan bobot kering tajuk
tanaman lidah ..............................................................................................89

12. Contoh tabel hasil pengamatan infeksi akar untuk perhitungan
uji MPN.....................................................................................................111
13. Jumlah spora alami per 20 g tanah gambut asal rizosfer nenas ................117
14. Tanaman lidah buaya yang terserang penyakit busuk lunak oleh
patogen tanah Erwinia chrysanthemi ......................................................120
15. Pengaruh perlakuan mikoriza terhadap serangan penyakit
busuk lunak pada tanaman lidah buaya .....................................................121

xiv

16. Uji kontras ortogonal terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah
pelepah, lebar pelepah, tebal pelepah, dan panjang pelepah
tanaman lidah buaya, minggu ke-8 ...........................................................123
17. Uji kontras ortogonal terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah
pelepah, lebar pelepah, tebal pelepah, dan panjang pelepah
tanaman lidah buaya, minggu ke-12 .........................................................124
18. Uji kontras ortogonal terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah
pelepah, lebar pelepah, tebal pelepah, dan panjang pelepah
tanaman lidah buaya, minggu ke-16 .........................................................125
19. Uji kontras ortogonal terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah
pelepah, lebar pelepah, tebal pelepah, dan panjang pelepah
tanaman lidah buaya, minggu ke-20 .........................................................126
20. Uji kontras ortogonal terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah
pelepah, lebar pelepah, tebal pelepah, dan panjang pelepah
tanaman lidah buaya, minggu ke-24 .........................................................127
21. Uji kontras ortogonal terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah
pelepah, lebar pelepah, tebal pelepah, dan panjang pelepah
tanaman lidah buaya, minggu ke-28 .........................................................128
22. Uji kontras ortogonal terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah
pelepah, lebar pelepah, tebal pelepah, dan panjang pelepah
tanaman lidah buaya, minggu ke-32 .........................................................129
23. Uji kontras ortogonal terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah
pelepah, lebar pelepah, tebal pelepah, dan panjang pelepah
tanaman lidah buaya, minggu ke-36 .........................................................130
24. Uji kontras ortogonal terhadap peubah bobot basah, bobot
kering, dan serapan hara tajuk (N, P, K, Mg) tanaman lidah buaya
yang mendapat perlakuan mikoriza, pupuk anorganik,
dan pupuk organik......................................................................................131
25 Nilai rerata beberapa karakter morfologi pelepah tanaman
lidah buaya hasil perlakuan m2a2o4. .........................................................153
26. Perbandingan kualitas tanaman lidah buaya hasil penelitian versus
hasil budidaya standar Aloe vera Center berdasarkan karakter
morfologi pelepah ......................................................................................154
27. Perbandingan kualitas tanaman lidah buaya hasil penelitian
versus hasil budidaya standar Aloe vera Center berdasarkan
kandungan asam amino ..............................................................................155
Lampiran
1.

Hasil analisis contoh tanah dari lokasi rencana penelitian........................197

2.

Hasil uji infeksi terhadap tanaman contoh dalam MPN-test ....................199

xv

3.

Sidik ragam (F-hit) pengaruh abu janjang sawit dan waktu
pengulangan pemberian abu serta interaksi keduanya terhadap
pertumbuhan tanaman lidah buaya pada tanah gambut ............................200

4.

Sidik ragam (F-hit) pengaruh mikoriza, pupuk anorganik,
dan pupuk organik serta interaksinya pada peubah tinggi tanaman,
jumlah daun, lebar pelepah, dan tebal pelepah tanaman lidah
buaya di lahan gambut ...............................................................................201

5.

Sidik ragam (F-hit) pengaruh mikoriza, pupuk anorganik, dan
pupuk organik serta interaksinya pada peubah panjang pelepah,
bobot basah pelepah, bobot kering tajuk tanaman lidah buaya
di lahan gambut ..........................................................................................202

6.

Nilai koefisien korelas antar peubah pada perlakuan
pengaruh pemberian mikoriza, pupuk anorganik, dan pupuk
organik pada tanaman lidah buaya di tanah gambut .................................203

7.

Hasil analisis pupuk organik limbah ikan dan udang. ...............................204

xvi

DAFTAR GAMBAR
No

Teks

Halaman

1.

Bagan Alur Peneltian ............................................................................10

2.

Pengaruh mikoriza arbuskula pada ketersediaan dan
penyerapan unsur hara ..........................................................................30
Skema Percobaan Inkubasi Tanah Gambut dengan Abu
Janjang Sawit ........................................................................................48

3.
4.

Rangkaian kegiatan percobaan pemberian abu pada gambut ...............49

5.

Pengaruh pemberian abu janjang kelapa sawit pada media
gambut terhadap kadar N total pada tiga lapisan
kedalaman yang berbeda. ......................................................................50

6.

Pengaruh pemberian abu janjang kelapa sawit paa media gambut
terhadap kadar N total filtrat .................................................................51

7.

Pengaruh pemberian abu janjang kelapa sawit pada media gambut
terhadap kadar P pada tiga lapisan kedalaman yang berbeda ...............53

8.

Pengaruh pemberian abu janjang kelapa sawitpada media gambut
terhadap kadar P filtrat. .........................................................................54

9.

Pengaruh pemberian abu janjang kelapa sawit pada media gambut
terhadap kadar K pada tiga lapisan kedalaman yang berbeda ..............56

10

Pengaruh pemberian abu janjang kelapa sawit pada media gambut
terhadap kadar K filtrat .........................................................................57

11.

Pengaruh pemberian abu janjang kelapa sawit pada media gambut
terhadap kadar Mg pada tiga lapisan kedalaman yang berbeda ............59

12.

Pengaruh pemberian abu janjang kelapa sawit pada media gambut
terhadap kadar Mg filtrat. ....................................................................60

13.

Respon pH media gambut yang diinkubasi dengan abu
janjang kelapa sawit pada tiga lapisan yang berbeda dan
filtrat cuciannya. ...................................................................................62

14.

Pola distribusi P dalam kolom bahan gambut .......................................63

15.

Pola distribusi K dalam kolom bahan gambut ....................................65

16.

Pola distribusi Mg dalam kolom bahan gambut ...................................65

17.

Pola distribusi Nitrogen dalam kolom bahan gambut ..........................67

18.

Pola distribusi nilai pH dalam kolom bahan gambut .............................69

19.

Penampilan air filtrat cucian gambut yang diinkubasi
dengan abu janjang kelapa sawit............................................................70

20.

Penampilan tanaman lidah buaya akibat perlakuan dosis
abu janjang kelapa sawit ........................................................................80

xvii

21.

Penampilan tanaman lidah buaya yang mendapat perlakuan
dosis abu janjang kelapa sawit taraf a3 dan a4 pada
berbagai waktu pengulangan pemberian abu .........................................81

22.

Pengaruh dosis abu janjang kelapa sawit terhadap jumlah
pelepah tanaman lidah buaya pada waktu
pengulangan pemberian abu yang berbeda ............................................82

23.

Pengaruh dosis abu janjang kelapa sawit terhadap lebat pelepah
tanaman lidah buaya pada waktu pengulangan pemberian abu
yang berbeda. .........................................................................................83

24.

Pengaruh dosis abu janjang kelapa sawit terhadap tebal pelepah
tanaman lidah buaya pada waktu pengulangan
pemberian abu yang berbeda. ................................................................84

25.

Pengaruh dosis abu janjang kelapa sawit terhadap panjang
pelepah tanaman lidah buaya pada waktu
pengulangan pemberian abu yang berbeda .............................................85

26.

Pengaruh dosis abu janjang kelapa sawit terhadap tinggi
tanaman lidah buaya pada berbagai waktu
pengulangan pemberian abu. ..................................................................87

27. Pengaruh dosis abu janjang kelapa sawit terhadap bobot basah
pelepah tanaman lidah buaya pada berbagai
waktu pengulangan pemberian abu. .........................................................87
28. Pengaruh dosis abu janjang kelapa sawit terhadap bobot kering
tajuk tanaman lidah buaya pada berbagai
waktu pengulangan pemberian abu. . .......................................................88
29. Kurva tanggap tinggi tanaman lidah buaya akibat perlakuan
dosis abu janjang kelapa sawit pada berbagai waktu pengulangan
pemberian abu. .........................................................................................95
30. Persiapan dan pengolahan lahan ..............................................................112
31. Spora hasil ekstraksi dengan metode tuang-saring basah
dalam petri disk dari tanah gambut asal rizosfer nenas ......................118
32. Spora yang terdapat dalam inokulum alami asal tanah rizosfer
nenas Pontianak Kalimantan barat. ..........................................................119
33

Penanaman tanaman sorghum dalam ruang kultur untuk MPN-test .......119

34. Persentase tanaman lidah buaya yang terserang penyakit
busuk lunak Erwinia chrysanthemi ..........................................................121
35. Penampilan tanaman lidah buaya yang terserang penyakit busuk
lunak (Erwinia chrysanthemi) .................................................................122
36. Pengaruh perlakuan mikoriza terhadap tinggi tanaman lidah buaya
pada umur 8 - 36 MST ...........................................................................133
37. Pengaruh perlakuan pupuk anorganik terhadap tinggi tanaman
lidah buaya pada umur 8 - 36 MST........................................................134

xviii

38. Pengaruh perlakuan pupuk organik terhadap tinggi tanaman
lidah buaya pada umur 8 - 36 MST ..................................................134
39

Pengaruh perlakuan mikoriza terhadap jumlah pelepah tanaman
lidah buaya pada umur 8 - 36 MST
.............................135

40. Pengaruh perlakuan pupuk anorganik terhadap jumlah pelepah
tanaman lidah buaya pada umur 8 - 36 MST ..........................................135
41. Pengaruh perlakuan pupuk organik terhadap jumlah pelepah
tanaman lidah buaya pada umur 8 - 36 MST ..........................................136
42

Pengaruh perlakuan mikoriza terhadap lebar pelepah tanaman
lidah buaya pada umur 8 - 36 MST .......................................................136

43. Pengaruh perlakuan pupuk anorganik terhadap lebar pelepah
tanaman lidah buaya pada umur 8 - 36 MST .........................................137
44. Pengaruh perlakuan pupuk organik Respon lebar pelepah
tanaman lidah buaya pada umur 8 - 36 MST ..........................................137
45. Pegaruh perlakuan mikoriza terhadap tebal pelepah tanaman
lidah buaya pada umur 8 - 36 MST ........................................................138
46. Pengaruh perlakuan pupuk anorganik terhadap tebal pelepah
tanaman lidah buaya pada umur 8 - 36 MST .........................................138
47. Pengaruh perlakuan pupuk organik terhadap tebal pelepah
tanaman lidah buaya pada umur 8 - 36 MST .........................................139
48. Pengaruh perlakuan mikoriza terhadap panjang pelepah
tanaman lidah buaya pada umur 8 - 36 MST ..........................................139
49

Pengaruh perlakuan pupuk anorganik terhadap panjang pelepah
tanaman lidah buaya pada umur 8 - 36 MST .........................................140

50. Pengaruh perlakuan pupuk organik terhadap panjang pelepah
tanaman lidah buaya pada umur 8 - 36 MST ..........................................140
51. Respon pertumbuhan tanaman lidah buaya umur 9 bulan
terhadap perlakuan mikoriza, pupuk anorganik, dan pupuk
organik di tanah gambut...........................................................................142
52. Pengaruh taraf pupuk anorganik pada berbagai taraf mikoriza
(a) dan berbagai taraf pupuk organik (b) terhadap bobot basah pelepah .142
53. Pengaruh taraf pupuk anorganik pada berbagai kombinasi pupuk
organik dengan m0 (a), m1 (b), dan m2 (c) terhadap bobot basah
pelepah lidah buaya..................................................................................144
54. Pengaruh jenis pupuk organik pada berbagai taraf pupuk anorganik
(a) dan berbagai taraf mikoriza (b) terhadap bobot basah pelepah
lidah buaya ...............................................................................................145
55.

Pengaruh taraf pupuk anorganik pada berbagai taraf mikoriza
(a) dan berbagai taraf pupuk organik (b) terhadap lebar
pelepah lidah buaya..................................................................................146

xix

56.

Pengaruh taraf pupuk anorganik pada berbagai kombinasi pupuk
organik dengan m0 (a), m1 (b), dan m2 (c) terhadap lebar
pelepah lidah buaya ................................................................................146

57. Pengaruh jenis pupuk organik pada berbagai taraf pupuk anorganik
(a) dan berbagai taraf mikoriza (b) terhadap lebar pelepah lidah buaya ...147
58. Pengaruh taraf pupuk anorganik pada berbagai taraf mikoriza (a)
dan berbagai taraf pupuk organik (b) terhadap tebal
pelepah lidah buaya...................................................................................147
59. Pengaruh taraf pupuk anorganik pada berbagai kombinasi
pupuk organik dengan m0 (a), m1 (b), dan m2 (c) terhadap
tebal pelepah lidah buaya ..........................................................................148
60. Pengaruh jenis pupuk organik pada berbagai taraf pupuk
anorganik (a) dan berbagai taraf mikoriza (b) terhadap
tebal pelepah lidah buaya ..........................................................................149
61. Pengaruh taraf pupuk anorganik pada berbagai taraf
mikoriza (a) dan berbagai taraf pupuk organik (b)
terhadap panjang pelepah lidah buaya ......................................................149
62. Pengaruh taraf pupuk anorganik pada berbagai kombinasi
pupuk organik dengan m0 (a), m1 (b), dan m2 (c) terhadap tebal
pelepah lidah buaya...................................................................................150
63. Pengaruh jenis pupuk organik pada berbagai taraf pupuk
anorganik (a) dan berbagai taraf mikoriza (b) terhadap panjang
pelepah lidah buaya...................................................................................150
64. Perbandingan kadar asam amino pelepah lidah buaya hasil
penelitian pada perlakuan m2a0o3 dan m2a0o4 dengan hasil
budidaya standar AVC ..............................................................................156
65. Persentase akar yang terinfeksi mikoriza pada perlakuan
tanpa mikoriza, mikoriza mycofer, dan mikoriza asal rizosfer nenas .......157
66. Kolonisasi akar oleh mikoriza.(a) .............................................................158
57.

Kolonisasi akar oleh mikoriza (b) ...........................................................159
Lampiran

1.

Skema pengenceran tanah gambut dari rizosfer nenas
sebagai Sumber Propagul (Uji MPN) ......................................................197

xx

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman lidah buaya (Aloe vera) merupakan salah satu komoditas pertanian
daerah tropis yang mempunyai peluang sangat besar untuk dikembangkan di
Indonesia sebagai usaha agribisnis dengan prospek yang cukup menjanjikan. Salahsatu sentra produksi lidah buaya adalah Pontianak.

Luas potensi lahan untuk

pengembangan tanaman lidah buaya di Kabupaten Pontianak dan Kota Pontianak
mencapai 14511 ha sedangkan yang sudah diusahakan seluas 139 ha (Bappeda
Propinsi Kalimantan Barat, 2004). Sampai tahun 2004, jumlah tanaman lidah buaya
yang ditanam di kota Pontianak sudah mencapai 655250 tanaman dengan melibatkan
petani sebanyak 115 orang. Realisasi ekspor pelepah lidah buaya dari daerah sentra
produksi ini sampai tahun 2004

mencapai 3066.47 ton dengan negara tujuan

Malaysia, Hongkong, Singapura, dan sebagian dipasarkan dalam negeri (Dinas
Urusan Pangan Kota Pontianak, 2005). Sementara, nilai penjualan komoditi lidah
buaya di dunia mencapai US$ 60 milyar/tahun (BPEN, 2006).
Sehubungan dengan tingginya nilai ekonomis tanaman lidah buaya, berbagai
penelitian terhadap tanaman ini terus berkembang, baik aspek teknik budidaya bagi
peningkatan produksi dan kualitas tanaman, maupun pasca panen. Upaya-upaya
introduksi tanaman tersebut ke wilayah-wilayah lain dengan karakterisitik lahan yang
spesifik lokasi juga terus dilakukan.
Tanaman lidah buaya ini tumbuh subur terutama pada tanah-tanah yang kaya
akan bahan organik. Budidaya lidah buaya di lahan gambut Kota Pontianak Propinsi
Kalimantan Barat mampu menghasilkan produksi 8000 kg/ha/bulan, dengan bagian
pelepah yang dipanen dapat mencapai rata-rata 1.5 kg per pelepah dan panjang

2
pelepah mencapai 70 cm (Dinas Urusan Pangan Kota Pontianak, 2005). Namun
demikian, banyak faktor kendala yang harus diperhatikan dalam pengembangan lidah
buaya di lahan gambut, terutama yang berkaitan dengan tingkat kesuburan gambut
yang rendah yang berkorelasi dengan rendahnya pH, kapasitas tukar kation (KTK)
yang tinggi, kejenuhan basa rendah, dan tingkat virulensi yang tinggi di tanah
gambut.
Tanah gambut tropik mempunyai kandungan mineral yang rendah dengan
kandungan bahan organik lebih dari 90% (Andriesse, 1988). Ketersediaan unsurunsur hara N, P, K, Ca, Mg rendah. Kandungan N total tinggi tetapi tidak tersedia
bagi tanaman karena rasio C/N yang tinggi (Subagyo et al, 1996). Sebagian besar
N (98 %) berada dalam bentuk senyawa organik sehingga memerlukan proses
mineralisasi untuk dapat digunakan tanaman. P juga sebagian besar berada dalam
bentuk P-organik, sehingga sebagian besar tidak tersedia bagi tanaman.
Secara umum kejenuhan basa tanah gambut sangat rendah. Tanah gambut
juga umumnya kekurangan unsur-unsur mikro seperti Cu, Zn, dan Bo (WidjajaAdhi, 1986; Subagyo et al, 1996), sehingga sering menyebabkan gejala defisiensi
bagi tanaman pertanian di tanah gambut. Hara mikro (terutama Cu) dikhelat cukup
kuat oleh bahan organik membentuk senyawa organo-metal karena adanya group
karboksilat dan fenolat dengan kadar yang tinggi pada tanah gambut yang dapat
membentuk senyawa kompleks dengan unsur mikro (Kanapathy 1972 ; Everett,
1983).
Rendahnya tingkat kesuburan yang disertai dengan tingginya tingkat virulensi
dan kandungan asam-asam fenolat yang bersifat racun akibat degradasi lignin pada
tanah gambut dapat menyebabkan hambatan yang serius dalam budidaya tanaman

3
lidah buaya di lahan gambut. Penghambatan pertumbuhan dapat dimulai sejak
tanaman dipindahkan ke lapangan, sampai pertumbuhan lebih lanjut. Pertumbuhan
yang terhambat terkadang diikuti dengan kegagalan pertumbuhan lebih lanjut dengan
kematian bibit, baik karena rendahnya daya adaptasi terhadap keberadaan senyawasenyawa beracun pada gambut maupun oleh adanya patogen tanah seperti busuk
pelepah (Erwinia chrysanthemi) dan layu bakteri (Fusarium, sp.)
Berbagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman lidah
buaya di lahan gambut telah dilakukan, di antaranya dengan pemberian abu bakaran
gambut, abu kayu sawmil, abu janjang kelapa sawit, limbah ikan dan limbah udang,
pupuk kandang, dan lain sebagainya. Namun demikian, upaya untuk lebih
mengoptimalkan dan mengefisienkan input yang diberikan dalam budidaya tanaman
lidah buaya tersebut belum maksimal dilakukan. Di samping itu kajian secara ilmiah
bagaimana peran dari semua input yang diberikan tersebut terhadap keberhasilan
peningkatan pertumbuhan tanaman lidah buaya belum dipelajari.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan beberapa penelitian
sebelumnya, pemberian abu (baik abu gambut, abu kayu sawmil, mapun abu janjang
kelapa sawit) pada tanah gambut merupakan hal yang sangat diperlukan untuk
membudidayakan tanaman lidah buaya di tanah gambut. Tanaman lidah buaya sulit
untuk ditumbuhkan pada kondisi tanah gambut tanpa pemberian abu terlebih dahulu.
Hasil penelitian Kurnianingsih (2004) menunjukkan bahwa pemberian abu
janjang kelapa sawit dapat meningkatkan petumbuhan dan bobot basah pelepah
tanaman lidah buaya. Terjadi peningkatan tinggi tanaman sebesar

30.1 %, panjang

daun sebesar 19.7 %, lebar daun sebesar 12.2 %, tebal daun sebesar 41.4 %, jumlah
daun sebesar 21.5 %, jumlah anakan sebesar 441 %, dan bobot basah pelepah sebesar

4
91 %.

Disimpulkan dalam penelitian tersebut bahwa abu janjang kelapa sawit

berperan sebagai sumber hara kalium (K). Sedangkan respon tanaman lidah buaya
terhadap pemberian abu bakaran (kayu, paku-pakuan, dan gulma) ditunjukkan oleh
hasil penelitian Tatipata (2004), dimana peningkatan hanya terjadi pada

tinggi

tanaman (4 dan 14 minggu setelah tanam masing-masing 2.3 % dan 1.8 %) dan
panjang pelepah pada 4 minggu setelah tanam sebesar 2.7 %. Sementara, pemberian
abu bakaran tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap lebar pelepah, tebal pelepah,
jumlah pelepah, dan jumlah anakan lidah buaya. Dua penelitian tersebut
membuktikan bahwa pemberian abu janjang kelapa sawit lebih meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman lidah buaya dibanding pemberian abu bakaran yang
berasal dari kayu, paku-pakuan, dan gulma di lahan gambut.
Berdasarkan hal tersebut di atas, perlu penelitian lebih lanjut untuk
mempelajari (1) bagaimana peranan sesungguhnya dari abu janjang kelapa sawit
dalam memperbaiki sifat tanah gambut sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
dan hasil tanaman lidah buaya, dan (2) mengapa abu janjang bisa memperbaiki sifat
tanah gambut dan melalui perubahan apa abu janjang kelapa sawit tersebut bisa
memperbaiki sifat tanah gambut. Untuk itu perlu dipelajari karakteristik gambut
setelah diinkubasi dengan abu janjang kelapa sawit pada berbagai taraf dosis abu
yang menyangkut status hara tersedia dan reaksi tanahnya. Informasi ini akan akan
sangat bermanfaat sebagai dasar dalam aplikasi lebih lanjut abu janjang kelapa sawit
dalam mendukung pertumbuhan tanaman lidah buaya di tanah gambut.
Meskipun hasil penelitian sebelumnya (Kurnianingsih, 2004) menunjukkan
bahwa pemberian abu janjang kelapa sawit dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman lidah buaya di lahan gambut, namun tanaman lidah buaya tersebut tidak

5
terlepas dari hambatan lingkungan tumbuh lainnya, yakni tingkat virulensi yang
tinggi di tanah gambut. Serangan patogen akar yang disebabkan oleh bakteri Erwinia
chrysanthemi dan Fusarium sp. (busuk lunak dan busuk kering) merupakan gejala
yang umum ditemukan pada tanaman lidah buaya di lokasi rencana penelitian.
Penyakit busuk lunak tersebut menyerang tanaman lidah buaya baik pada usia
tanaman masih muda maupun pada tanaman yang sudah dewasa., dengan intensitas
serangan lebih banyak pada saat tanaman baru dipindahkan ke lapangan. Sampai saat
ini belum didapatkan metode yang praktis dan efisen dalam pengendalian penyakit
busuk lunak pada tanaman lidah buaya selain mengeradikasi atau membuangnya
secara mekanis.
Mikroorganisme antagonis dapat dimanfaatkan sebagai pengendali penyakit
busuk lunak. Mikroorganisme antagonis harus mempunyai kemampuan kompetisi
yang tinggi di rizosfir, bersifat hiperparasit, mampu menghasilkan antibiotik
(Upadhyay and Rai, 1987), dan daya adaptasi yang tinggi khususnya di gambut.
Berkaitan dengan upaya pemanfaatan sumberdaya alami yang spesifik lokasi
sebagai input dalam budidaya lidah buaya, maka mikroorganisme potensial in-situ
yang keberadaannya melimpah dan beradaptasi tinggi dapat dikembangkan dan
diaplikasikan

dalam praktek budidayanya. Salah satu mikroorganisme potensial

tersebut adalah fungi mikoriza khususnya fungi mikoriza arbuskula (FMA), yang
sudah diketahui dapat menginfeksi pada hampir 90% dari 300.000 spesies pada
tanah-tanah alami (Wegel et al. 1998) dan membantu pertumbuhan tanaman dalam
penyediaan dan peningkatan penyerapan unsur hara dalam tanah, memberikan
ketahanan tanaman terhadap patogen akar, dan ketahanan tanaman terhadap cekaman
kekeringan.

6
Menurut Whipps (2004), mikoriza dari kelompok Glomus sp., dan Gigaspora
sp., dapat berperan sebagai pengendali hayati dari serangan patogen akar seperti
Fusarium oxysporum, Fusarium solani , Fusarium sp., Cylindrocarpon destructans,
Rhizoctonia solani, Phytophthora fragaria, Aphanomyces euteiches, Cylindrocladium
spathyphylli, Helicobasidium mompa, dan Phytophthora nicotianae.
Pemanfaatan FMA dalam hubungannya dengan peningkatan serapan hara
maupun sebagai pengendali patogen tanah pada tanaman lidah buaya belum pernah
dilakukan.

Belum diketahui apakah pemberian mikoriza di tanah gambut ini

memiliki mekanisme aktivitas dan pengaruh yang sama dengan mikoriza yang
diaplikasikan pada tanah mineral, khususnya dalam peningkatan hara-hara tersedia
dan serapannya. Untuk itu diperlukan suatu penelitian dan kajian yang menyangkut
pemanfaatan mikoriza dan peranannya pada peningkatan pertumbuhan dan hasil
tanaman lidah buaya di lahan gambut.
Pemberian abu janjang kelapa sawit dan aplikasi FMA diharapkan dapat
membantu daya adaptasi tanaman terhadap lingkungan tumbuh yang kurang
menguntungkan pada tanah gambut, namun dalam jangka panjang perlu input yang
memadai sebagai sumber hara untuk mempertahankan tingkat produktivitas tanaman
lidah buaya. Bedasarkan pengamatan di lapangan, pemberian pupuk anorganik pada
tanaman lidah buaya di tanah gambut kurang memberikan sumbangan yang berarti
dibanding pemberian pupuk organik.

Input yang biasa digunakan oleh petani

sayuran dan hortikultura di lahan gambut untuk meningkatkan produktivitas tanaman
di antaranya adalah pupuk organik dari limbah ikan atau limbah udang.
Limbah ikan dan udang diketahui kaya akan nilai organiknya, baik organikN, organik-P, dan organik-K yang terkandung didalam tubuh ikan dan mempunyai

7
kelebihan kalau dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya. Seperti yang dijelaskan
oleh Ditjen Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan RI (2005),
pupuk organik yang terbuat dari bahan baku ikan memiliki kualitas sebagai pupuk
yang lebih baik dibandingkan dengan pupuk organik lain, apala