PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALIST

PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK BERBANTUAN MEDIA GRAFIS BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD GUGUS 1 MENGWI

  1

  2

  3 Ni Luh Rinayanti , I Wayan Rinda Suardika , I Nengah Suadnyana 1,2,3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha

  Singaraja, Indonesia E-mail

  Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan pendidikan matematika realistik berbantuan media grafis dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Penelitian ini tergolong eksperimen semu, dengan desain Nonequivalent Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

  V SD Gugus 1 Mengwi. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive random sampling. Sampel dari penelitian ini adalah SD No. 4 Cemagi dan SD No. 2 Cemagi. Penentuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh dari hasil pengundian, dengan hasil SD No. 2 Cemagi sebagai kelompok eksperimen dan SD No.4 cemagi sebagai kelompok kontrol. Pengumpulan data hasil belajar matematika siswa mengunakan tes uraian. Data dikumpulkan selanjutnya dianalisis dengan uji-t. Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan pendidikan matematika realistik berbantuan media grafis dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hal tersebut dilihat dari nilai rata-rata kelompok eksperimen 81,53 dan nilai rata-rata kelompok kontrol 74,79. Perbedaan yang signifikan juga terlihat pada hasil analisis data yakni, sebesar 5,15 sedangkan sebesar 2,00. Karena dapat disimpulkan bahwa pendekatan pendidikan matematika realistik berbantuan media grafis berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Gugus 1 Mengwi.

  Kata Kunci: pendekatan pendidikan matematika realistik, media grafis, hasil belajar matematika.

  Abstract The objective of this study is to determine the significant differences between students’ learning outcomes of match subject with use match education learning approach which assist by graphic media with students who use the conventional learning. This study is a quasi experiment with the design of the study is Non-Equivalent Control Group Design.The population of this study is conducted to all of the fifth grade students of SD Gugus 1 Mengwi. The sample was taken by using purposive random sampling technique.

  The samples of this study are SD No. 4 Cemagi and SD No. 2 Cemagi. To determining the experiment group and the control group is obtain from the result of raffle, and the result is SD No.2 Cemagi as the experiment group and SD No.4 Cemagi as the control group. The result data of learning match subject was collected by essay test. Data was analyzed by t-test after all of data are collected. The result showed there were significant differences in learning outcomes of students who learned match subject with using match education learning approach which assist by graphic media with students who learned with using Conventional Learning. It shown from the average of experiment group is

  

81.53 and the average of control group is 74.79. The significant differences is also can be

seen from the result of the test, t value is 5.15 on the other hand, t table is 2.00. Because t value

> t table so, it can be concluded match education learning approach which assists by

graphic media influence learning outcomes of match subject of the fifth grade students at

SD Gugus 1 Mengwi.

  

Keywords: match education learning approach, graphic media, the results of learning

match.

  PENDAHULUAN

  Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Sehingga memiliki kemampuan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan mutu pendidikan yang mampu menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas. Seperti penyempurnaan kurikulum secara berkala, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan serta memberikan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru dalam pembelajaran. Hal tersebut dilakukan agar guru dapat mengembangkan pendekatan- pendekatan pembelajaran yang mampu mengoptimalkan proses belajar siswa. Sesuai dengan paradigma pembelajaran saat ini yakni pembelajaran yang berpusat pada siswa. Menurut (Suryanto 2009:7) paradigma baru pembelajaran ditandai dengan inovasi dalam proses pembelajaran, inovasi pembelajaran berarti perubahan atau pembaharuan dalam proses pembelajaran. Guru dapat merancang pembelajaran inovatif, sehingga siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran, seperti halnya dalam pembelajaran matematika. Menurut Tarigan (2012:13) matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menuntut siswa untuk memiliki kemampuan berpikir matematis. Berpikir matematis adalah berpikir yang logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif. Sejalan dengan pendapat tersebut Japa, dkk (2011:2) juga mengemukakan bahwa pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan siswa melaksanakan kegiatan belajar matematika. Sehingga siswa memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, serta kemampuan kerjasama. Hal ini berarti bahwa proses pembelajaran matematematika lebih menekankan pada aktivitas siswa. Interaksi siswa dengan sumber belajar seperti buku-buku, teman, serta guru.

  Matematika perlu diberikan kepada siswa mulai dari sekolah dasar, untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis, kreatif, serta kemampuan kerjasama (Aisyah 2007:1-3). Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2006:417) adalah. (1)Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplisipikasi konsep secara luwes, akurat, episien, dan tepat dalam pemecahan masalah. (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika atau menggunakan model atau cara sendiri dalam membuat generalisasi atau hubungan/keterkaitan, dalam menyusun/menjelaskan gagasan dan menyatakan matematika. (3) Memecahkan masalah, yang meiputi kemampuan memahami masalah merancang model matematika, menyelesaikan model, serta menafsirkan soslusi yang diperoleh. (4) Mengkomunikasikan gagasan melalui simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, memiliki sikap atau rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta memiliki sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Dari hasil observasi di sekolah dasar Gugus 1 Mengwi masih banyak siswa yang beranggapan bahwa matematika itu sulit, membosankan, dan menakutkan, disamping itu aktivitas guru masih sangat dominan dalam proses pembelajaran. Siswa bertugas menerima imformasi yang disampaikan oleh guru, sehingga pembelajaran menjadi kurang menarik, padahal matematika merupakan pembelajaran yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

  Pembelajaran yang biasa dilaksanakan oleh guru diistilahkan dengan pembelajaran konvensional. Seperti yang dikemukakan oleh Sanjaya (2006:22) bahwa pembelajaran konvensional merupakan suatu pembelajaran yang secara umum dan biasa dilaksanakan atau diterapkan oleh guru pada masa kini. Proses pembelajaran lebih sering diarahkan pada aliran informasi dari guru kepada siswa. Pada umumnya pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang lebih terpusat pada guru. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Rusmono (2012: 66) yang mengemukakan bahwa pembelajaran yang berpusat pada guru adalah proses pembelajaran dimana guru menyampaikan imformasi secara verbal (ceramah) kepada siswa. Sementara itu siswa hanya menerima dan mengikuti proses pembelajaran dari materi yang telah disajikan atau disampaikan guru.

  Berdasarkan uraian pendapat diatas pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilaksanakan dalam proses pembelajaran selama ini, yang cendrung berpusat pada guru. Dalam proses pembelajaran guru yang menyampaikan imformasi baik secara verbal, atau melalui demonstrasi. Siswa hanya bertugas menerima dan mengikuti proses pembelajaran tersebut. Pembelajaran konvensional mempunyai beberapa kelemahan, seperti yang dikemukakan oleh Sanjaya (2009) sebagai berikut.(1) Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan materi yang dipelajari, karena tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan. (2) Pembelajaran tersebut mengasumsikan bahwa cara belajar siswa

  Kurang menekankan pada pemberian keterampilan proses (hands-on activities). (4) Siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu. (5) Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas. (6) Daya serapnya rendah dan cepat hilang karena materi yang diperoleh bersifat menghafal.

  Berdasarkan hal tersebut perlu dirancang suatu pembelajaran yang inovatif. Pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa dalam proses mencari, serta menemukan materi yang sedang dipelajari serta berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pendekatan pendidikan matematika realistik berbantuan media grafis merupakan salah satu inovasi dalam proses pembelajaran. Pendekatan pendidikan matematika realistik merupakan pendekatan pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pemikiran Hans Freudenthal dari Belanda. Menurut Dolk (dalam Aisyah, 2007: 7-3) dasar pemikiran dari pendekatan ini bahwa matematika bukanlah materi yang dapat dipindahkan dari guru kepada siswa, tetapi matematika merupakan suatu kegiatan siswa yang bermula dari pemecahan masalah. Winataputra (2007:1.38) mengemukakan bahwa untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, guru hendaknya mengajukan permasalahan yang menarik. Dan berada dalam jangkauan siswa yakni sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan yang telah siswa miliki. Menurut Wijaya (2012:21) pendidikan matematika realistik adalah pembelajaran yang menggunakan permasalahan realistik, yakni permasalahan yang dapat dibayangkan (imaginable), atau nyata dalam pikiran siswa. Permasalahan tersebut dapat berupa cerita rekaan atau karangan, dan permainan. Sejalan dengan pendapat tersebut Tarigan (2006: 4) juga mengemukakan bahwa pembelajaran matematika realistik merupakan pendekatan pembelajaran yang mengacu pada penalaran siswa yang bersifat realistik. Sehingga mengacu pada pengembangan pola pikir logis, kritis, jujur, dengan berorientasi pada penalaran matematika dalam menyelesaikan masalah. Jadi dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan pendidikan matematika realistik merupakan pendekatan dalam proses pembelajaran yang berorientasi pada permasalahan nyata, yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa atau permasalah yang dapat dibayangkan oleh siswa. Sehingga siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran serta memiliki pola pikir logis, kritis, dan jujur.

  Prinsip pendekatan pendidikan matematika realistik menurut Gravemeijer (dalam Japa, dkk 2011: 44) ada tiga yaitu. (1) Guided re-invention atau menemukan kembali secara seimbang. Siswa memiliki kesempatan untuk mencari menemukan materi yang dipelajari seperti pakar atau orang-orang yang sudah ahli. (2) Didacdical Phenomenology atau penomena digdaktik. Topik-topik matematika yang diberikan berasal dari fenomena sehari-hari (masalah kontekstual yang terjadi). Topik- topik ini dipilih berdasarkan pada pertimbangan: aplikasi dan, kontribusinya, untuk perkembangan matematika lanjut. (3)

  Self-developed model atau model dibangun

  sendiri oleh siswa. Siswa mengembangkan model sendiri dalam memecahkan permasalah-permasalahan kontekstual yang diberikan. Pertama siswa menggunakan penyelesaian informal. Setelah terjadi interaksi serta melakukan diskusi, salah satu penyelesaian atau pemecahan masalah yang digunakan siswa akan berkembang menjadi model formal. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Pribadi (2009: 31) bahwa pembelajaran harus menjadi sebuah aktivitas yang berfokus pada siswa, karena siswa merupakan subyek dari proses dan aktivitas pembelajaran. Siswa harus aktif dalam pencarian dan pengembangan pengetahuan. Guru harus mengubah perannya dari pemegang otoritas dalam pembelajaran menjadi fasilitator agar siswa mampu membangun pengetahuannya sendiri, dengan cara berinteraksi dengan berbagai sumber belajar yang ada.

  Karakteristik pendekatan pendidikan matematika realistik adalah pendekatan dalam pembelajaran yang dimulai dengan permasalahan-permasalahan nyata atau dapat dibayangkan oleh siswa. Penyajian materi saling terkait dimulai dari permasalah nyata selanjutnya mengarah kepada konsep-konsep yang lebih bersifat abstrak. Siswa memiliki kebebasan untuk mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata yang diberikan oleh guru, dan guru berperan sebagai fasilitator bagi siswa, sehingga terjalin interaksi yang interaktif dalam proses pembelajaran.

  Suwarsono (2001:5) menyatakan keunggulan dari pendekatan pendidikan patematika realistik adalah sebagai berikut. (1) Pendekatan pendidikan matematika realistik memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari (kehidupan dunia nyata) dan kegunaan matematika pada umumnya bagi manusia. (2) Pendekatan pendidikan matematika realistik memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa tidak hanya oleh mereka yang disebut pakar dalam bidang tersebut. (3) Pendekatan pendidikan matematika realistik memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal dan tidak harus sama antara siswa yang satu dengan yang lain. Setiap siswa bisa menemukan atau menggunakan cara sendiri, asalkan siswa tersebut bersungguh sungguh dalam mengerjakan soal atau masalah tersebut. Selanjutnya dengan membandingkan cara penyelesaian yang satu dengan cara penyelesaian yang lain, akan bisa diperoleh cara penyelesaian yang paling tepat, sesuai dengan proses penyelesaian soal atau masalah tersebut. (4) Pendekatan pendidikan matematika realistik memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa dalam mempelajari matematika, proses pembelajaran merupakan sesuatu yang utama dan untuk mempelajari matematika siswa harus menjalani proses itu dan berusaha untuk menemukan sendiri konsep-konsep matematika, dengan bantuan pihak lain yang dapat guru). Tanpa kemauan untuk menjalani sendiri proses tersebut, pembelajaran yang bermakna tidak akan terjadi.

  Permasalahan-permasalah kontekstual yang disampaikan akan tergambar jelas dalam pikiran siswa melalui media grafis. Menurut Daryanto (2010: 19) bahwa media grafis merupakan suatu penyajian secara visual, yang menggunakan titik-titik, garis-garis, gambar- gambar, tulisan-tulisan, atau simbol visual yang lain dengan maksud untuk menghtiarkan, menggambarkan, dan merangkum suatu ide, data, atau kejadian. Menurut Sukirman (2012: 86) yang mengemukakan bahwa media grafis merupakan media visual yang berfungi menyalurkan pesan dari sumber kepenerima pesan melalui perpaduan antara kata-kata serta gambar-gambar.

  Berdasarkan pendapat tersebut media grafis merupakan media yang disajikan secara visual berupa gambar- gambar, tulisan-tulisan, serta perpaduan dari keduanya yang berfungsi menghantarkan pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Dalam proses pembelajaran media grafis dapat menarik perhatian siswa. Menjelaskan ide, mengihtiarkan fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan jika hanya menggunakan bahasa verbal saja tanpa divisualkan. Kelebihan media grafis menurut Daryanto (2010: 19) adalah bentuknya sederhana, bahannya mudah diperoleh, dapat menyampaikan rangkuman, mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, dapat divariasikan (dipadukan) dengan media yang lainnya. Tetapi dalam pembuatan media grafis memelukan kreativitas guru, agar pesan yang ingin disampaikan melalui media ini dapat diterima dengan baik oleh siswa. Lebih lanjut Daryanto (2010: 119), mengemukakan media grafis terdiri atas enam jenis, diantaranya : ganbar, bagan, grafik, poster, kartun, dan komik. Jenis-jenis media grafis dapat disesuaikan dengan materi yang dibelajarkan.

  Berdasarkan prinsip, karakteristik, kelebihan pendekatan pendidikan matematika realistik serta peran media grafis tersebut siswa dapat memaksimalkan proses pembelajaran sehingga memperoleh hasil belajar matematika yang optimal.

  Sudjana (2010:3) mengemukakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan

  psikomotor. Sejalan dengan pendapat

  tersebut Rusmono (2012:10) juga mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan prilaku individu yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan

  psikomotor. Perubahan prilaku tersebut

  diperoleh setelah siswa melaksanakan proses pembelajaran melalui interaksinya dengan berbagai sumber belajar. Dan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.

  Dari uraian pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah hasil yang diperoleh oleh siswa setelah melaksanakan proses pembelajaran matematika dengan berbagai sumber belajar. Dan mengacu pada berubahan tingkah laku yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor kearah yang lebih baik. Selain perubahan pada sikap atau prilaku hasil belajar siswa akan tercermin secara jelas dalam hasil yang diperoleh setelah melaksanakan tes hasil belajar. Dalam penelitian ini hasil belajar yang dianalisis adalah hasil belajar pada ranah kognitif. Berikut ini adalah langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan pendidikan matematika realistik berbantuan media grafis. Langkah-langkah pembelajaran ini diadaptasi dari langkah- langkah pembelajaran pendekatan pendidikan matematika realistik dari Aisyah. (1) Kegiatan pendahuluan: guru menyiapkan peserta didik baik fisik maupun psikis sebelum mengikuti proses pembelajaran, guru melakukan absensi, guru menyampaikan apersepsi, guru menyampaikan lingkup materi yang akan di pelajari, guru menyampaikan tujuan pembelajaran. (2) Kegiatan inti sebagai berikut. Guru menyampaikan permasalahan yang kontekstual, serta menampilkan media pembelajaran berupa gambar visual agar siswa dapat permasalahan yang di sampaikan. Meberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapat, terhadap permasalahan yang disampaikan. Menggali pengetahuan siswa lebih dalam melalui latihan soal-soal kontektual baik secara berkelompok maupun individu. Siswa atau kelompok menyampaikan pendapatnya terhadap latihan yang diberikan. Siswa bersama guru memberikan konfirmasi terhadap pendapat yang disampaikan siswa baik secara individu maupun kelompok. Guru membantu siswa untuk menemukan pemecahan masalah yang lebih baik. Guru memberikan penguatan ,motivasi serta pengarahan untuk penyelesaian terbaik kepada siswa. (3) Kegiatan penutup adalah. Siswa bersama guru guru membuat rangkuman kesimpulan mengenai materi yang telah di pelajari. Guru memberikan tes secara individual. Guru memberikan umpan balik terhadap hasil pekerjaan siswa. Guru menyampaikan kegiatan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah.

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan pendidikan matematika realistik berbantuan media grafis dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

  sampling. Seperti yang dikemukakan oleh

  Kriteria sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah sampel besar, yakni sampel yang kelasnya berjumlah tiga puluh atau lebih dari tiga puluh siswa. Di SD Gugus 1 Mengwi terdapat tiga sekolah dasar yang memiliki jumlah siswa kelas V yang lebih dari tiga puluh. sekolah tersebut adalah SD No. 1 Munggu, SD No. 2 Cemagi dan SD No. 4 Cemagi. Berdasarkan keterangan dari kepala gugus inti yang menyatakan bahwa seluruh SD di Gugus 1 Mengwi telah setara, selanjutnya ketiga sekolah yang memenuhi kriteria diundi untuk menentukan sampel dalam penelitian. Dari hasil pengundian diperoleh dua kelompok kelas sebagai sampel. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ditentukan dengan cara diundi kembali, dengan hasil SD No.2 Cemagi sebagai kelompok eksperimen dan SD No.4 Cemagi sebagai kelompok kontrol.

  sampling adalah penarikan sampel secara sederhana dengan cara random (acak).

  Menurut Sugiyono (2011: 96) Sampling purposive adalah pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Dan simple random

  tahap didasarkan atas prinsip probalitas, dan selebihnya dilakukan atas prinsip sampling non probalitas .

  nonprobabilitas. Dengan kata lain, satu

  kombinasi antara teknik probabilitas dengan

  probabilitas, nonprobabilitas, atau bahkan

  Dantes (2012:47) bahwa “Sebagai suatu catatan, dalam penelitian-penelitian dimana terjadi penarikan sampel, sangat memungkinkan kombinasi penggunaan teknik sampling, baik pada sampling

  yakni teknik purposive simple random

  METODE

  sampling dan non probability sampling

  Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD gugus 1 Mengwi. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan mengkombinasikan teknik probability

  (Dantes (2012: 34) Pemberian Pra tes biasanya digunakan untuk mengukur ekuivalensi atau menyetarakan kelompok.

  perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan pendidikan matematika realistik berbantuan media grafis dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Pre test dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui kesetaraan dari kedua kelompok dalam penelitian. Seperti yang dikemukakan

  test digunakan untuk mengetahui

  hasil belajar matematika siswa dalam penelitian ini diambil dari skor post test yang diberikan pada akhir penelitian. Post

  Equivalent Control Group Design. Data

  Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, dan jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi eksperiment), karena tidak semua variabel dapat dikontrol secara ketat. Rancangan eksperimen yang digunakan adalah Non

  Data hasil belajar matematika siswa dikumpulkan dengan menggunakan tes hasil belajar. Tes hasil belajar yang digunakan adalah tes esai/uraian. Menurut Azwar (1999:108) soal bentuk esai (uraian) merupakan teknik terbaik untuk mengungkapkan kemampuan

  Berdasarkan hasil analisis nilai post tes hasil belajar matematika terdapat perbedaan nilai rata-rata yang diperoleh oleh siswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan pendidikan matematika realistik

  Jika dari hasil uji normalitas dan homogenitas varians, diketahui bahwa sampel berdistribusi normal dan homogen maka dilanjutkan dengan uji hipotesis. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah uji t

  Nilai tertinggi yang diperoleh oleh siswa pada kelompok eksperimen sebesar 93, dan nilai tertinggi siswa pada kelompok kontrol sebesar 85. Nilai terendah yang diperoleh siswa pada kelompok eksperimen 63, dan nilai terendah yang diperoleh oleh siswa pada kelompok kontrol 58.

  Deskripsi data hasil penelitian ini memaparkan nilai rata-rata, nilai tertinggi, dan nilai terendah dari data hasil belajar matematika baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Berdasarkan analisis nilai post tes hasil belajar matematika, nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih dari nilai rata-rata kelompok kontrol. Nilai rata-rata dari kelompok eksperimen 81,53 dan nilai rata- rata kelompok kontrol 74,79.

  mak, H o ditolak dan Ha diterima.

  tabel

  t

  hitung

  diterima (gagal ditolak) dan Ha ditolak, sebaliknya jika t

  o

  , maka H

  tabel

  hipotesis dalam penelitian ini, jika t hitung t

  1 +n 2 - 2. Kriteria pengujian

  5% (  =0,05) atau taraf kepercayaan 95% dengan dk = n

  separated varians dengan taraf signifikansi

  1

  menyatakan pengetahuan secara lengkap. Dalam menjawab tes esai siswa dituntut untuk menjawab secara rinci, teliti, dan berpikir sistematik. Menurut Sudjana (1989: 36) tes esai memiliki kelebihan diantaranya: 1) Dapat mengukur proses mental atau aspek kognitif lebih tinggi. 2) Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan, maupun tulisan, dengan baik dan benar. 3) dapat melatih kemampuan pola berpikir logis, analitis, dan sistemati. 4) Mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah. 5) Pembuatan soal lebih cepat serta dapat melihat proses berpikir siswa. Menurut Sudijono (1996: 302) pensekoran tes uraian umumnya berdasarkan bobot yang diberikan pada setiap butir soal tingkat kesukarannya, banyak sedikitnya pendapat serta tepat atau tidak pendapat yang dikemukakan. Dalam penelitian ini, penilaian hasil belajar menggunakan rentangan penilaian 0-4.

  homogen. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang n

  F hit < F tabel (n1 – 1, n2 - 1) maka sampel

  “Uji homogenitas dilakukan untuk membuktikan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar kedua kelompok” (Winarsunu 2010: 100). Kriteria pengujian untuk mengetahui data yang mempunyai varians yang homogen yaitu,

  tabel dengan dk = k-1 maka data berdistribusi normal. Uji homogenitas varian antar kelompok menggunakan rumus Uji-F.

  2

  hitung < x

  2

  • – 1 dan derajat kebebasan untuk penyebut n 2 – 1.

  Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan uji-t (t-test). Sebelum dilakukan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yakni uji normalitas dan uji homogenitas varians. Uji normalitas sebaran data menggunakan rumus chi signifikansi 5% adalah 11,07. Jika x

  palitomi. Berdasarkan derajat reliabilitas tes, yang dikemukakan oleh Guilfird (dalam Koyan, 2011:136) 19 butir soal tersebut dalam katagori reliabilitas sangat tinggi.

  Alpha Cronbach, karena tes essay bersifat

  Butir-butir soal yang valid kemudian diuji reliabilitas. Untuk mencari reliabilitas tes soal esai keseluruhan digunakan rumus

  dibandingkan dengan nilai yang diperoleh dari r tabel, jika r hitung > r tabel maka soal di kategorikan valid. Berdasarkan hasil analisis dari 20 soal yang diuji cobakan terdapat 19 butir soal yang valid.

  moment. Nilai yang diperoleh kemudian

  Sebelum digunakan tes hasil belajar matematika diuji cobakan untuk menentukan validitas dan reliabilitas dari instrument yang digunakan dalam penelitian. Sebuah tes dikatakan valid atau sahih jika tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Menurut Arikunto (2002 : 144) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu instumen. Untuk mengukur validitas tes digunakan rumus korelasi product ditolak

  o

  hitung ≥ t tabel

  Matematika 5,15 2,00 H

  Kelompok Penelitian t hitung t tabel Status Hasil Belajar

  Berdasarkan pernyataan dari ketua Gugus 1 Mengwi serta hasil uji kesetaraan data tes sumatif matematika siswa kelas IV semester 2 kedua sampel penelitian ini dinyatakan setara. Hal tersebut menunjukan bahwa sebelum diberikan perlakuan kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang sama. Kedua sampel yang telah terpilih diundi untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Keompok eksperimen dibelajarkan dengan pendekatan pendidikan matematika relistik sedangkan kelompok kontrol dibelajarkan dengan

  (5,15 > 2,00), maka hipotesis alternatif (Ha) diterima. Ini berarti, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan pendidikan matematika realistik berbantuan media grafis dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

  tabel

  lebih dari nilai t

  hitung

  Tabel 1. Tabel Uji Hipotesis Penelitian antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Berdasarkan tabel sebeumnnya, diperoleh nilai t hitung sebesar 5, 15 dan nilai t tabel pada tarap signifikansi 5%, dengan dk=74 sebesar 2,00. Karena nilai t

  2

  1 + n

  , maka h o ditolak dan h a diterima. Pengujian dilakukan pada taraf signifikan 5% (α = 0,05) atau taraf kepercayaan 95% dengan dk = n

  ditolak, sebaliknya jika t

  dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Perbedaan yang signifikan juga terlihat dari hasil uj-t terhadap nilai post tes hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Analisis uji-t hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan setelah melaksanakan uji prasyarat yakniuji normalitas dan uji homogenitas.

  a

  diterima (gagal ditolak) dan h

  o

  , maka h

  tabel

  < t

  hitung

  Hasil uji normalitas dan homogenitas varians yang dilakukan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, menunjukan bahwa sebaran data pada kedua kelompok berdistribusi normal dan homogen, selanjutnya data hasil belajar matematika dianalis dengan uji-t. Kriteria pengujian hipotesis adalah jika t

  < , ini berarti nilai post test hasil belajar matematika pada kolompok eksperimen serta kelompok kontrol homogen.

  Setelah data hasil belajar matematika kedua kelompok dinyatakan berdistribusi normal dilakukan uji homogenitas varian antar kelompok. Uji homogenitas varian antar kelompok menggunakan Uji-F. Berdasarkan analisis uji homogenitas varian diperoleh sebesar 1,07, nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai . Derajat kebebasan pembilang 38-1 = 37 dan derajat kebebasan penyebut 38-1 = 37 dengan taraf signifikansi 5%, maka diperoleh sebesar 1,76. Karena

  = 11,07. Karena < maka data hasil belajar matematika pada kelompok kontrol dikategorikan berdistribusi normal.

  Uji normalitas data dilakukan pada kedua kelompok yaitu pada kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan pendekatan pendidikan matematika reastik berbantuan media grafis, dan pada kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil analisis nilai post tes hasil belajar matematika pada kelompok eksperiment diperoleh = 2,84. Dengan dk = k-1 pada taraf signifikansi 5% diperoleh = 11,07. Karena < maka data hasil belajar matematika pada kelompok eksperimen dikategorikan berdistribusi normal. Sedangkan analisis nilai post tes hasil belajar matematika pada kontol diperoleh = 2,77. Dengan dk = k-1 pada taraf signifikansi 5% diperoleh

  • –2. Hasil perhitungan uji-t disajikan pada Tabel 1.
pembelajaran konvensional. Perlakuan tersebut diterapkan selama 8 kali baik pada kelas eksperimen maupun kontrol, selanjutnya kedua kelompok dikenakan pengkuran ( post test).

  Berdasarkan analisis nilai post

  test hasil belajar matematika kedua

  kelompok maka diketahui terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kedua kelompok. Nilai rata-rata siswa pada kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran pendekatan pendidikan matematika realistik berbantuan media grafis lebih tinggi dibandingkan nilai rata- rata siswa pada kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran konvensional. Nilai rata-rata pada kelompok eksperimen sebesar 81,53 sedangkan nilai rata-rata pada kelompok kontrol sebesar 74,79. Selain nilai rata-rata hasil belajar siswa, perbedaan yang signifikan dapat dilihat dari keseluruhan nilai post test hasil belajar matematika siswa yang dianalisis melalui uji hipotesis menggunakan uji-t. Sebelum dilakukan uji hipotesis mengunakan uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Dari hasil anasilis uji prasyarat diketahui bahwa sebaran data nilai post test hasil belajar matematika kedua kelompok berdistribusi normal dan homogen. Karena data pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol telah memenuhi uji prasyarat maka dilanjutkan dengan uji hipotesis menggunakan uji-t. Dari hasil analisis diperoleh = 5,15 dan = 2,00 dalam taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan = 74. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa > maka H

  a

  diterima dan H

  o ditolak.

  Sehingga terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan pendidikan matematika realistik dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

  Perbedaan hasil belajar yang ditimbul dikarenakan adanya perbedaan proses dalam pembelajaran. Pendekatan pendidikan matematika realistik merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang beorientasi pada permasalahan- permasalahan kontekstual. Permasalahan yang dekat dengan siswa atau permasalahan yang mampu dibayangkan oleh siswa. Hal tersebut dapat menumbuhkan minat belajar siswa karena materi yang dibelajari dirasakan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan bantuan media grafis sebagai media pembelajaran seperti gambar semakin menumbuhkan minat belajar siswa. Permasalahan kontektual yang disampaikan dapat dipertegas melalui media grafis seperti gambar. Karena media grafis berfungsi menyampaikan pesan atau imformasi dari pengirm ke penerima pesan, dari guru ke murid ataupun sebaliknya. Selain itu media grafis juga dapat menarik perhatian siswa dengan gambar serta warna yang menarik. Dengan menggunakan pendekatan matematika realistik berbantuan media grafis siswa dapat berperan secara aktif sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Hal tersebut juga bermuara pada hasil belajar yang diperoleh siswa, seperti yang telah diunggkapkan diatas berdasarkan hasil analisis uji-t menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar matematika antara siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan pendidikan matematika realistik dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.

  Perbedaan hasil belajar yang signifikan antara pendekatan pembelajaran matematika realistik dengan pembelajaran konvensional juga dikemukakan oleh Ari Sutariani. Rata-rata skor hasil belajar pada kelompok eksperimen = 19,57 sedangkan pada kelompok kontrol= 10,61. Derdasarkan hasil uji hipotesi terhadap hasil belajar matematika diperoleh t

  hitung

  = 6,179. Penelitian yang dilakukan oleh Wiwik Arimiarti di Desa Angseri (2012) juga mengemukakan bahwa pendekatan pendidikan matematika realstik berbantuan lembar kerja siswa berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV di Desa Angseri. Dengan hasil rata-rata kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol yakni X E = 53

  X K = 41,7. Berdasarkan teori yang melandasi, Tarigan Daitin. 2006. Pembelajaran

  “. Tersedia pada (diakses tanggal 12 Februari 2013)

  Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

  Pribadi A Beny. 2009. Model Desain Sistem

  Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat

  Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran

  Problem Based Learning. Bogor:

  Ghalia Indonesia Sanjaya .2009.”Metode Pembeajaran

  Ceramah di Kelas”.Tersedia pada (diakses tanggal

  18 Februari 2013) Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil

  Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

  Sudijono Anas. 1996. Pengantar Evaluasi

  Matematika I. Singaraja: Universitas

  Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

  Sugiyono. 2011. Metode Penelitian

  Administrasi. Bandung: Alfabeta

  Sukirman. 2012. Pengembangan Media

  Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka

  Insan Madani Suryanto. 2009. Menjelajah Pembelajaran

  Inovatif. Jawa Timur: Masmedia Buana Pustaka.

  Suwarsono.2001.”Pembelajaran Pendidikan

  Matematia Realistik

  Pendidikan Ganesha Koyan. 2011. Assesmen dalam Pendidikan. Singaraja: UNDIKSHA

  Japa I Gusti Ngurah, dkk. 2011. Pendidikan

  analisis post tes hasil belajar matematika siswa, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan pendidikan matematika realistik berbantuan media grafis dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensionaal.

  grafis berpengaruh terhadap hasil belajar

  PENUTUP

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan pendidikan matematika realistik berbantuan media grafis dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis uji hipotesis yang menggunakan uji-t dengan hasil t hitung lebih dari t

  tabel

  yaitu 5,15 > 2,00 sehingga H

  o

  ditolak dan H

  a

  diterima. Selain itu nilai rata-rata hasil belajar matematika kelompok eksperimen lebih besar daripada kelompok kontrol yaitu 81,53 > 74,79. Dengan demikian pendekatan pendidikan matematika realistik berbantuan media

  matematika siswa kelas V SD Gugus 1 Mengwi.

  Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

  Aisyah Nyimas, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matemtika SD.

  Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Deprtemen Pendidikan Nasional.

  Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur

  Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

  Azwar, Saifuddin. 1999. Tes Prestasi.

  Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006.

  Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Badan Standar

  Pendidikan Dantes. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta:CV Andi Offset Daryanto. 2010. Media Pembeljaran.

  Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan

  • . 1989. Penilaian Hasil Proses

  Pendidikan Nasional Direktorat Winarsunu. 2010. Statistik Dalam Penelitian Jenderal Pendidikan Tinggi Psikologi Dan Pendidikan.Malang: Direktorat Ketenagaan Universitas Negeri Malang

  Wijaya Ariyadi. 2012. Pendidikan

  Matematika Realistik. Yogyakarta:

  Graha Ilmu