PELAKSANAAN PENEGASAN DAN REDISTRIBUSI TANAH OBYEK LANDREFORM DI KECAMATAN KOTAAGUNG TIMUR KABUPATEN TANGGAMUS

(1)

ABSTRAK

PELAKSANAAN PENEGASAN DAN REDISTRIBUSI TANAH OBYEK LANDREFORM DI KECAMATAN KOTAAGUNG TIMUR

KABUPATEN TANGGAMUS

Oleh

SHINTA PRATIWI

Ketidakadilan dalam kepemilikan penguasaan, penggunaan hak atas tanah merupakan permasalahan yang perlu dilakukan penataan kembali demi kesejahteraan rakyat. Pemerintah membuat produk yang memuat sendi dan ketentuan pokok dasar pengenaan pertanahan, sebagai garis besar agrarian reform dikenal dengan UUPA. Sebagaimana tercantum pada Pasal 7, 10 dan 17 UUPA dengan tindaklanjutnya Undang-Undang No.56 prp Tahun 1960, aturan pelaksana peraturannya adalah PP Nomor 224 Tahun 1961. Landreform memiliki salah satu program yaitu redistribusi tanah merupakan upaya yang sesuai untuk menyelesaikan permasalahan ketidakadilan penguasaan hak atas tanah, khususnya Kabupaten Tangggamus provinsi Lampung memiliki 2 Desa di Kecamatan Kota Agung Timur yang penduduknya tidak memiliki kepastian hukum hak atas tanah. Wilayah tersebut awalnya areal HGU milik perusahan perkebunan yang digarap masyarakat sejak tahun 1960 dan dilepas menjadi tanah dikuasai Negara tahun 1988. Setelah hak penguasaan diserahkan Negara, belum ada tindakan penegasan obyek Landreform dan redistribusi Tanah Obyek Landreform sampai 2011.

Permasalahan penelitian: (1) bagaimanakah penegasan TOL di Kecamatan Kota Agung Timur, (2) bagaimanakah pelaksanaan Redistribusi TOL di Kecamatan Kota Agung Timur Kabupaten Tanggamus. Pendekatan masalah ialah normatif-empiris menggunakan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dengan study kepustakaan dan study lapangan melalui proses pemeriksaan data, klasifikasi data, dan sistematika data kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penegasan TOL diawali proses penetapan wilayah yang dilepas dari HGU menjadi status dikuasai Negara tahun 1988 karena telah digarap masyarakat, kemudian dilanjutkan dengan usulan penegasan TOL tahun 2011 sampai dikeluarkanya Keputusan BPN RI Nomor 21/Png/19/2011 tentang Penegasan Tanah Yang Dikuasai Langsung Oleh Negara Sebagai Obyek Landreform Atas Tanah Terletak Di Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung, lamanya waktu penegasan selama 23 tahun dikarenakan program koordinasi yang panjang terkait pendanaan kegiatan keseluruhannya sampai redistribusi TOL berasal dari APBD/APBN. Sedangkan pelaksanaan kegiatan redistribusi TOL, sudah berjalan baik sejak pembentukan panitia pertimbangan landreform sampai terbitnya Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Tanggamus Nomor 14/HM.Redis/BPN.18.06/2011 dan Nomor 15/HM.Redis/BPN.18.06/2011 tentang Pemberian Hak Milik Dalam Rangka Redistribusi Tanah Obyek Landreform di Desa Kampung Baru dan Tanjung Anom, namun tahap akhir pembagian sertifikat masyarakat dilakukan pada akhir Februari 2012 yang harusnya selesai pada akhir 2011, ini dikarenakan banyaknya aktivitas-aktivitas eksternal atau internal pemerintah yang menyebabkan pembagian sertifikat tidak berjalan sesuai jadual yang direncanakan.


(2)

PELAKSANAAN PENEGASAN DAN REDISTRIBUSI TANAH OBYEK LANDREFORM DI KECAMATAN KOTA AGUNG TIMUR

KABUPATEN TANGGAMUS

Oleh

SHINTA PRATIWI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara FAkultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2011


(3)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Upik Hamidah S.H., M.H

Sekretaris/ Anggota : Sri Sulastuti S.H, M.H

Penguji Utama : Dr. Muhammad Akib S.H, M.H

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.S. NIP. 196211091987031003


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kec. Tanjung Karang Barat, Bandar Lampung, Provinsi Lampung, pada tanggal 4 Juni 1990, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan

Bapak Prawoto dan Ibu Sapta Priatmiasih.

Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar pada SDN 6 Kuripan Kec. Kota Agung Kab. Tanggamus pada tahun 2002, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Kota Agung pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Kota Agung Kab. Tanggamus pada tahun 2008.

Pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Fakultas Hukum Universitas Lampung. Selain pendidikan Formal, penulis juga aktif mengikuti beberapa pelatihan, seminar dan pengabdian, seperti:

Pelatihan:

1. Latihan Gabungan Nasional (Latgabnas) UKM Pramuka Institut Pertanian Bogor 2008

2. Latihan Kepemimpinan Dasar (Ladiksar) UKM Pramuka Universitas Lampung 2008 3. Kursus Mahir Dasar (KMD) UKM Pramuka Universitas Lampung 2008

4. Pelatihan Pesantren Cendikia Muslim (PCM) UKMF FOSSI FH Universitas Lampung 2008

5. Latihan Gabungan Tingkat Penggalang, Penegak dan Pandega Se-Kwartir Cabang Kota Bandar Lampung dan Lampung Selatan di Universitas Lampung 2009 6. Orientasi Dewan Racana (ODR) UKM Pramuka Universitas Lampung 2009


(5)

7. Pelatihan Kemampuan Dasar Emotional Spiritual Pcychology UKMF Pusat Study Bantuan Hukum Fakultas Hukum Universitas Lampung 2008

Seminar dan Pengabdian:

1. Diskusi Sehari Prosedur Pelaksanaan dan Putusan Pra Peradilan Berdasarkan KUHP dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku UKMF Pusat Study Bantuan Hukum Fakultas Hukum Universitas Lampung 2008

2. Seminar Masalah-masalah Undang-undang Tindak Pidana Korupsi Dan Implikasinya Terhadap Penegakan Hukum Pidana 2010

3. Seminar Nasional Pembangunan Hukum Mewujudkan Agenda Reformasi dan Era Globalisasi 2011

4. Seminar Daerah Efektifitas Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Untuk Menuju Penegakan Hukum yang Lebih Baik 2012

5. Panitia Loka Bina Karana Adiguna (LKA) UKM Pramuka Universitas Lampung 2009, 2010, 2011, 2012

6. Panitia Bakti Pramuka Racana Unila (BPRU) UKM Pramuka Universitas Lampung 2009, 2010, 2011

7. Panitia Kemah Bakti Racana Nasonal III (Kembaranas III) UKM Pramuka Universitas Lampung 2009

Selama menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung penulis Aktif di Forum Silahturahmi dan Studi Islam (FOSSI) Fakultas HUkkum Universitas Lampung periode 2008-2010, Paduan Suara Mahasiswa (PSM) periode 2008-2009, Pusat Studi dan Bantuan Hukum (PSBH) periode 2008-2009, Himpunan Mahasiswa Hukum Administrasi Negara (HIMAHAN) periode 2011-2012, Serta Unit Kegiatan Mahasiswa Pramuka (UKM Pramuka) 2008-sekarang.


(6)

MOTTO

Dan tanah yang baik, tanaman-tanaman yang tumbuh subur dengan seizing Allah dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana, Demikianlah Kami

mengulangi tanda-tanda kebenaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur. (Al a’raaf ayat 58)

“Jangan mencari orang yang mampu membuat engkau tersenyum tapi bebuarlah agar orang lain dapat tersenyum”(Sandi Racana Putera Saburai)

Hidup hanya sekali jadikan lebih berarti, hidup hanya sesaat jadikan lebih bermanfaat (Denny Sagita)


(7)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil ‘alamien, puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, nikmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pelaksanaan Penegasan dan Redistribusi Tanah Obyek Landreform di Kecamatan Kota Agung Timur Kabupaten Tanggamus”.

Didalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi substansi maupun penulisan, terlepas dari segala curahan segala kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dapat dijadikan kontribusi untuk memperbaiki skripsi ini. Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunann skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik moril maupun materil dan dalam kesempatan ini Penulis sampaikan terima kasih kepada:

1. Ibu Upik Hamidah, S.H.,M.H. selaku Pembimbing Utama yang telah mencurahkan segenap ide dan pemikirannya untuk membimbing penulis dengan sabar dalam menyelesaikan skripsi ini

2. Ibu Sri Sulastuti, S.H.,M.H. selaku Pembimbing Kedua yang telah memberikan bimbingan yang bermanfaat terhadap penulis.

3. Bapak Dr. Muhammad Akib S.H.,M.H selaku Pembahas Utama yang telah memberi bantuan saran terhadap penulisan skripsi ini.

4. Ibu Ati Yuniati, S.H.,M.H selaku Pembahas Kedua saran perhatiannya terhadap penulisan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Heryandi, S.H.,M.S selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung, terima kasih atas perhatiannya.


(8)

6. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara Universitas Lampung, Ibu Nurmayani, S.H.,M.H, dan Ibu Upik Hamidah, S.H.,M.H, terima kasih atas bantuan dan bimbingannya dalam pelaksanaan penulisan skripsi ini.

7. Ibu Rilda Muniarti, S.H.,M.H selaku Pembimbing Akademik selama penulis menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung.

8. Segenap Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung, Bapak Hi. Sudirman Mechsan, S.H.,M.H., Ibu Eka Deviani, S.H.,M.H., Ibu Eka Marlia, S.H.,M.H., Bapak Elman Edy Patra, S.H.,M.H, Bapak F.x. Sumarja S.H.,M.H, dan yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu. Terima Kasih Telah memberikan ilmu pengetahuan, arahan dan bimbingan kepada penulis selama belajar di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

9. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung, Ibu Hera, Mas Marlan, Mas Misiyo, Mas Pendi, dan mbak Yani, mbak Dian serta lainnya, terima kasih atas bantuan dan waktunya.

10. Keluarga ku, mama, papa, Mbak Dina, Rio dan Mbah, terima kasih atas semangat dan do’anya.

11. Ibu Tri Wijayanti, S.H., Bapak Sahrul, S.H., Pak Juanda Amry, S.Sos, dan Slamet Sugianto, S.SiT selaku Pejabat Kantor Pertanahan Kabupaten Tanggamus, terima kasih atas bantuan dan do’anya atas penulisan skripsi ini. 12. Saudara-saudaraku di FOSSI, PSBH, HIMA HAN Fakultas Hukum Universitas

Lampung, maaf tidak bisa disebutkan satu persatu, sungguh keberadaan kalian semua membuatukhuwahmenjadi lebih indah.

13. Rekan-rekanku KKN Universitas Lampung tahun 2008 kelurahan Margorejo, Kota Metro, Susi, Meyzon, Selvi, dan Deni, terima kasih atas semangat yang diberikan.

14. Rekan seperjuanganku di Fakultas Hukum Universitas Lampung, Siti Hardiyani, Novi Triana Erda, Faradilla Putri, Dina Maryana, dan Ririn Hardiyani, Intan


(9)

Komala Dewi, maaf tidak bisa disebutkan satu persatu, sungguh keberadaan kalian membawa warna dalam hari-hariku.

15. Rekan-rekanku seluruh warga UKM Pramuka Racana Raden Intan-Puteri Silamaya Universitas Lampung,terima kasih atas do’a dan dukungannya.

16. Sobat-sobatku, alumni SDN 6 Kuripan Kota Agung, SLTP N 1 Kota Agung, SMAN 1 Kota Agung, Diah, Umi, Ana, Haula, Yeli, ani, Agis, Kiki, Akbar, Rusli, Zofi, maaf tidak bisa disebutkan satu persatu, keberadaan kalian telah menambah kesempurnaan hari-hariku.

Semoga tulisan ini bukan sekedar curahan fikiran yang tertoreh dalam kertas putih tak berwarna yang sebelumnya tidak berarti apa-apa dan akan berlalu begitu saja, tetapi sebagai lading amal karena dapat memberikan manfaat bagi kehidupan.

Amien Yaa Robbal ‘Alamien

Bandar Lampung, 2012

Penulis


(10)

ABSTRACT

LAND REDISTRIBUTION OF OBJECT ASSERTION AND

LANDREFORMIN THE EASTERN DISTRICT KOTAAGUNG

TANGGAMUS

An inequity in the ownership control, use of land rights is a problem that needs to be done by restructuring the welfare of the people. The Government makes a product that contains the principal provisions of the joint and land bases, as the outline of agrarian reform known as UUPA. As set out in Articles 7, 10 and 17 follow-up UUPA with 56 PRP Act of 1960, the rules are the implementing Regulation No. 224 of 1961. Land reform has one of the land redistribution program is appropriate attempt to resolve the problems of inequality of land property, particularly the province of Lampung regency Tangggamus have 2 villages in the Eastern District of the Great City of the population has no legal security of land rights. The first area of the region's HGU estate company that worked on the public since 1960 and released a state-controlled land in 1988. After the tenure left the State, there has been no confirmation of action objects and redistribution of TOL land reform until 2011.

Research issues: (1) how the assertion TOL in the Great Eastern District of the City, (2) how the implementation of the redistribution of TOL in the District Court Eastern Tanggamus City. The approach is normative-empirical problems using primary data and secondary data. The collection of the data with the literature study and field study through the examination process data, data classification, and systematic of data, then the data analyzed by qualitative descriptive.

The study concluded that the confirmation process begins TOL zoning HGU be released from state-controlled status in 1988 having worked on the community, then proceed with the proposed affirmation of TOL in 2011 to dikeluarkanya BPN Decree No. 21/Png/19/2011 on the affirmation of the Land Directly controlled by the State As Object Land reform Land Located In Tanggamus Regency Lampung Province, the length of time during the 23-year confirmation program because of the length coordinate overall activities related to the redistribution of funding from the TOL budget / budget. While the implementation of the redistribution of TOL, has been running well since the establishment of land reform to committee consideration of the issuance of the Decree of the Head of the District Land Office No. 14/HM.Redis/BPN.18.06/2011 Tanggamus and 15/HM.Redis/BPN.18.06/2011 Number of Granting Redistribution of Property Rights in the Context of Land Objects Land Reform in the village of Kampung Baru and Tanjung Anom, but the final stage of the division of community certificate at the end of February 2012 which should be completed by the end of 2011, is because the number of external activities or internal government which led to the division of the certificate is not running according to the planned schedule.


(11)

PERSEMBAHAN

Wujud Bhaktiku, teruntuk orang-orang yang selalu mendo

’akan keberhasilanku

untuk menjadi orang yang sukses.

(Papa dan Mama)

Saudara-saudaraku serahim, senyummu adalah kebahagiaanku, terima kasih selalu

memberikan dukungan dan d

o’a sehingga memotivasi penulis.

(Mbak Dina Anggraini dan Rio Jaya Saputra)

Pangeran surgaku, pasangan jiwa penyejuk hati yang kelak mendampingi hidupku

dan selalu menantiku di sungai kerinduan hingga sampainya ke muara kasih.

(Seseorang yang hingga kini masih menjadi bagian dari rahasia Allah, dan

sesungguhnya rencana Allah lebih indah dari apa yang manusia rencanakan)

Almamaterku tercinta Fakultas Hukum Universitas Lam

pung…

Viva Justicia!


(12)

(13)

Judul Skripsi

: PELAKSANAAN PENEGASAN DAN REDISTRIBUSI

TANAH OBYEK LANDREFORM DI KECAMATAN

KOTA AGUNG TIMUR KABUPATEN TANGGAMUS

Nama Mahasiswa

: SHINTA PRATIWI

No. Pokok Mahasiswa : 0812011285

Bagian

: Hukum Administrasi Negara

Fakultas

: Hukum

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Upik Hamidah, S.H., M.H

Sri Sulastuti, S.H., M.H

NIP. 196006061987032012

NIP. 196207271987032004

2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

Nurmayani S.H., M.H

NIP. 196112191988032002


(14)

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa dan sekaligus merupakan kekayaan Nasional yang tercermin dari hubungan antara Bangsa Indonesia dengan tanah yaitu hubungan yang bersifat abadi dan kekal. Tanah yang mempunyai kedudukan penting dalam kelangsungan hidup manusia pada umumnya dan secara khusus mempengaruhi kesejahteraan rakyat baik perorangan maupun bersama-sama. Indonesia yang merupakan Negara agraris telah menyatakan bahwa bangsa ini menggantungkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya pada bumi, air dan kekayaan alam. Sebagaimana tercantum dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang merupakan salah satu tujuan kemerdekaan dan pembentukan NKRI, hal ini dinyatakan bahwa “bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-sebesarnya kemakmuran rakyat.”

Ketentuan dalam Pasal 33 ayat (3) tersebut, dapat dilihat bahwa pokok-pokok kemakmuran rakyat bahwa bumi dan air dan kekayaan alam termasuk yang terkandung di dalamnya harus dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk


(16)

2

kemakmuran rakyat, sehingga Negara sebagai pemegang kekuasaan dapat mengelola sumber-sumber kekayaan alam terutama tanah demi terpenuhinya kebutuhan masyarakat.

Pentingnya tanah bagi kehidupan manusia sama sekali tidak bisa dipisahkan karena manusia hidup di atas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan cara mendayagunakan tanah.1 Berdasarkan perkembangannya, tanah sebagai sumber kekayaan alam yang paling utama memiliki permasalahan yang mengganggu pencapaian tujuan bangsa, yaitu pertambahan penduduk tidak didukung dengan persediaan tanah yang cukup, ketidakadilan dalam kepemilikan penguasaan, penggunaan dan pemilikan hak atas tanah, sehingga proses pemanfaatan pola penguasaan tanah harus memiliki ketentuan yang mampu menjadi pedoman untuk mengaturnya. Menindaklanjuti hal tersebut maka tanggal 24 September 1960 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA).

Munculnya UUPA sebagai dasar pergerakan dalam menjawab permasalahan ketidakadilan penguasaan hak atas tanah telihat jelas dalam Pasal 7 bahwa untuk tidak merugikan kepentingan umum maka pemilikan dan penguasaan tanah yang melampaui batas tidak diperkenankan. Selain itu, UUPA memiliki tujuan memperbaiki sistem pertanahan di Indonesia yang ditegaskan pula dalam penjelasan UUPA, yaitu:

1 G. Kartasapoetra dkk, Hukum Tanah, Jaminan UUPA bagi Keberhasilan Pendayagunaan Tanah.


(17)

3

a. Meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan Hukum Agraria Nasional, yang akan merupakan alat untuk membawakan kemakmuran, kebahagiaan, dan keadilan bagi negara dan rakyat, terutama rakyat tani dalam rangka masyarakat yang adil dan makmur.

b. Meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum pertanahan.

c. Meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi rakyat seluruhya.

Perubahan yang dibawa UUPA bagi bangsa Indonesia demi tujuan bersama juga memuat penjelasan resmi mengenai sifat, lingkup hak menguasai dari negara, pendayagunaan maupun pemanfaatannya. Lingkup menguasai hak dari negara ini didasarkan pada hak bangsa Indonesia atas tanah sebagaimana disampaikan dalam amanah pada Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945, hak menguasai dari Negara ini memberikan wewenang untuk: 2

(a) Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut;

(b)Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa;

(c) Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.

UUPA sebagai salah satu produk pemerintah yang memuat sendi-sendi dan ketentuan pokok ternyata hanya sebagai dasar pengenaan dalam pertanahan, mengetengahkan garis besar dari agrarian reform saja meliputi perombakan


(18)

4

struktur hukum tanah Indonesia, pembangunan hukum tanah Nasional, serta asas-asas dan ketentuan landreform. Tindaklanjut hal tersebut maka perlu dikeluarkannya peraturan perundang-undangan tahap lanjutan UUPA dalam memperbaiki sistem pertanahan di Indonesia, yaitu Undang-undang No. 56 prp Tahun 1960 tentang Penetapan Luas tanah Pertanian, mengetengahkan landreform yang bertujuan sebagai proses berkesinambungan dengan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah yang dilaksanakan dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum serta keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.

Landreform sebagai sarana untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dalam mencapai kemakmuran memiliki salah satu program yaitu Redistribusi tanah. Program ini adalah pembagian tanah pertanian sebagai Obyek Landreform dari pemerintah kepada petani gurem (petani penggarap/ petani tak bertanah/ petani bertanah tapi luasnya tak layak). Tanah obyek landreform adalah tanah yang dapat dibagikan dalam rangka pelaksanaan landreform sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian.3

Hakekatnya Redistribusi tanah adalah memberikan akses kepemilikan tanah yang memiliki tujuan umum untuk membenahi keadaan sosial ekonomi rakyat dengan cara mengadakan pembagian tanah yang adil dan merata atas sumber penghidupan berupa tanah, sehingga program redistribusi tanah digalakkan di Indonesia

3 Lihat Pasal 1 huruf b Peraturan BPN No. 3 Tahun 1991 Tentang Pengaturan Penguasaan Obyek


(19)

5

termasuk di Kabupaten Tangggamus provinsi Lampung, karena masih banyak wilayah pertanahan didaerah ini yang belum jelas kepemilikannya dan perlu di adakannya pembaharuan kepemilikan hak atas tanah. Penguasaan hak atas tanah oleh masyarakat sejak tahun 1960 sampai sekarang tanpa adanya bukti yang sah yang dikeluarkan oleh pejabat yang bersangkutan merupakan permasalahan yang utama. Salah satunya yang akan diangkat oleh peneliti ialah wilayah pertanahan di Kecamatan Kota Agung Timur yang sampai saat ini digarap masyarakat setempat. Awalnya wilayah pertanahan tersebut berstatus HGU perusahan perkebunan yang kemudian hak tersebut hilang dan berganti statusnya dikuasai negara.

Riwayat tanah ini merupakan Erfacht Verponding No. 126, 127 dan 203 oleh PT. Tanjung Jati yang bergerak di bidang perkebunan seluas 1.552,45 Ha. Kemudian Hak Erfact ini didaftarkan pada Kantor Agraria dan dikonversikan menjadi Hak Guna Usaha. Sebelum masa HGU berakhir, PT. Tanjung Jati mengajukan permohonan kepada pemerintah, namun tidak disetujui, namun diberikan kesempatan kepada Badan Hukum yang memenuhi syarat untuk melanjutkan usaha perkebunan.

Berdasarkan keputusan pemerintah tersebut, maka HGU PT. Tanjung Jati dialihkan ke PT. Tanggamus Indah. Untuk menindaklanjuti permohonan HGU PT. Tanggamus Indah, maka Bupati Kabupaten Tk. II Lampung Selatan melalui SK No: 12/ HK-LS/ I/ 1988 membentuk Panitia Penyuluhan, Invetarisasi dan sekaligus melakukan pengukuran terhadap areal perkebunan yang nyata digarap masyarakat. Hasil dari pemeriksanaan tanah oleh panitia pemeriksanaan tanah, dari luas tanah 1552,45 Ha Dari Ex PT. Tanjung Jati disimpulkan:


(20)

6

a. Seluas + 917,60 Ha disetujui untuk dimohonkan HGU oleh PT. Tanggamus Indah.

b. Seluas 19,10 Ha sebagai HGB atas nama PT. Tanggamus Marta Tirta

c. Dan seluas + 615,75 Ha yang digarap masyarakat Pekon Tanjung Anom dan Kampung Baru.

Wilayah pertanahan yang telah digarap masyarakat tersebut dijadikan wilayah redistribusi TOL dan menjadi hal yang menarik untuk dikaji berkaitan dengan penetapan dari hak erfacht menjadi hak dikuasai Negara dan proses pelaksanaan Redistribusi TOL kepada masyarakat.

Melihat fakta di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pelaksanaan Penegasan Dan Redistribusi Tanah Obyek Landreform Di Kecamatan Kota Agung Timur Kabupaten Tanggamus.

1.2Rumusan Masalah Dan Ruang lingkup

1.2.1Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimanakah penegasan tanah obyek landreform di Kecamatan Kota Agung Timur Kabupaten Tanggamus?

b. Bagaimanakah pelaksanaan Redistribusi Tanah Obyek Landreform di Kecamatan Kota Agung Timur Kabupaten Tanggamus?


(21)

7

1.2.2 Ruang Lingkup

Ruang Lingkup penelitian ini di tinjau dari wewenang, prosedur dan substansinya penegasan TOL dan pelaksanaan Redistribusi Tanah yang berkaitan dengan Hukum Administrasi Negara .

1.3Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui dan menganalisis penegasan TOL di Kecamatan Kota Agung Timur Kabupaten Tanggamus.

b. Untuk mengetahui dan menganalisis Pelaksanaan Redistribusi TOL di Kecamatan Kota Agung Timur Kabupaten Tanggamus.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoretis

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai kajian ilmu Hukum Administrasi Negara dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan di bidang agraria yang secara khusus menerangkan penegasan dan pelaksanaan redistribusi TOL.

b. Kegunaan Praktis

Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang sangat berharga bagi berbagai pihak yang terkait dalam pelaksanaan redistribusi Tanah.


(22)

8

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1Tanah Obyek Landreform 2.1.1 Pengertian Tanah

Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan pengertian mengenai tanah, adalah permukaan bumi atau lapisan bumi yang diatas sekali; keadaan bumi disuatu tempat; permukaan bumi yang diberi batas; bahan-bahan dari bumi, bumi sebagai bahan sesuatu.4 Pengertian tanah juga diatur dalam pasal 4 UUPA, yaitu:

Atas dasar hak menguasai dari negara sebagai yang dimaksud dalam pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain serta badan hukum.

Istilah tanah yang dimaksud dalam pasal diatas ialah permukaan bumi. Makna permukaan bumi sebagai bagian dari tanah yang dapat dihaki oleh setiap orang atau badan hukum.5

Hukum Agraria Nasional membagi Hak-hak atas tanah dalam 2 bentuk. Pertama, hak atas tanah yang bersifat primer merupakan hak-hak atas tanah yang dapat dimiliki atau dikuasai secara langsung oleh seseorang atau badan hukum yang

4 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Balai Pustaka Jakarta, 1992, hlm. 1133 5 Supriadi, Hukum Agraria, Cetakan pertama, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hlm.3


(23)

9

mempunyai waktu lama dan dapat dipindahtangankan kepada orang lain atau ahli warisnya. Kedua, hak-hak atas tanah yang bersifat sekunder merupakan hak-hak atas tanah yang bersifat sementara. Dikatakan sementara karena hak-hak tersebut dinikmati dalam waktu terbatas, lagi pula hak-hak itu dimiliki oleh orang lain. UUPA membagi beberapa hak atas tanah yang bersifat primer, antara lain:

a. Hak Milik atas tanah (HM); b. Hak Guna Usaha (HGU); c. Hak GunaBangunan (HGB); d. Hak Pakai (HP).

Hak-hak atas tanah yang bersifat sementara dijelaskan juga pada pasal 53 UUPA, yaitu:

a. hak gadai; b. hak usaha; c. hak menumpang;

d. hak menyewa atas tanah pertanian. 2.1.2 Pengertian Landreform

Landreform berasal dari bahasa Inggris “land” yang artikan tanah dan reform

yang artinya perubahan, perombakan. Landreform berarti perombakan terhadap struktur pertanahan, akan tetapi sebenarnya yang dimaksudkan bukan hanya perombakan terhadap struktur penguasaan pertanahan, melainkan perombakan terhadap hubungan manusia dengan manusia berkenaan dengan tanah. Istilah

Land itu sendiri mempunyai arti yang berbagai macam, sedangkan istilah reform

berarti mengubah kearah yang lebih baik, jadi landreform berkaitan dengan perubahan struktur secara institusional yang mengatur hubungan manusia dengan tanah.


(24)

10

Menurut Dorren Warrier sebagaimana yang dikutip oleh Arie Sukanti Hutagalung bahwa pada dasarnya Jika dilihat dari pengertian tersebut, landreform memerlukan program redistribusi tanah untuk keuntungan pihak yang mengerjakan tanah dan pembatasan dalam hak-hak individu atas sumber-sumber tanah. Jadi landreform lebih merupakan sebuah alat perubahan sosial dalam perkembangan ekonomi, selain merupakan manifestasi dari tujuan politik, kebebasan dan kemerdekaan suatu bangsa.6

Menurut Prof. Boedi Harsono bahwa definisi landeform terbagi atas landreform dalam arti luas dan sempit yaitu:

Landreform dalam arti luas adalah Penyelesaian persoalan-persoalan agraria sebelum terbentuknya UUPA, (Agrarian Reform) meliputi 5 program, yaitu:

a. Pembaharuan hukum agraria, melalui unifikasi hukum yang berkonsepsi nasional dan pemberian jaminan kepastian hukum;

b. Penghapusan hak-hak asing dan konsesi-konsesi kolonial atas tanah; c. Mengakhiri penghisapan feodal secara berangsur-angsur;

d. Perombakan pemilikan dan penguasaan tanah serta hubungan-hubungan hukum yang bersangkutan dengan penguasaan tanah dalam mewujudkan pemerataan kemakmuran dan keadilan;

e. Perencanaan persediaan dan peruntukan bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya serta penggunaanya secara terencana, sesuai dengan daya dukung dan kemampuannya.

Landreform dalam arti sempit hanya mencakup program butir keempat adalah serangkaian tindakan dari Agrarian Reform yang meliputi perombakan mengenai pemilikan dan penguasaan tanah serta hubungan-hubungan hukum yang bersangkutan dengan penguasaanya. Jelaslah bahwa landreform dalam arti sempit

6 Dorren Warriner, landreform in principle and practice, colorado press, oxford, 1969, hlm.xii. lihat Arie Sukanti Hutagalung, Program Redistribusi Tanah di Indonesia, Suatu Sarana ke Arah Pemecahan Masalah Penguasaaan Tanah da Kepemilikan Tanah di Indonesia, CV Rajawali, Jakarta, 1985, hlm.11


(25)

11

merupakan bagian dan landreform dalam arti luas. Landreform dalam arti sempit inilah yang kemudian dikenal dengan redistribusi tanah.

2.1.3 Tujuan Landreform

Landreform sebagai pelaksana dari berjalannya hukum agraria nasional tidak serta merta dilaksanakan tanpa dilandasi sebuah tujuan yang mendasar. Beberapa ahli mengungkapkan tujuan dari landreform, diantaranya:

Menurut Efendi Perangin, bahwa tujuan landreform yang diselenggarakan di Indonesia adalah untuk mempertinggi penghasilan dan taraf hidup para petani penggarap tanah, sebagai landasan atau prasyarat untuk menyelenggarakan pembangunan ekonomi menuju masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.7

Landreform merupakan upaya dalam melakukan perubahan pada proses pemilikan atas tanah dan pelaksanaannya berkaitan erat dengan kemauan politik suatu negara, sehingga World Bank juga memberikan pengertian mengenai landreform dalam berbagai pola penguasaan dan pemilikan tanah diberbagai masyarakat. Bahwa pada dasarnya pola ini ada karena berbagai faktor, yaitu: (1) sistem dan situasi politik; (2) struktur ekonomi; (3) sistem sosial; (4) sistem hukum; (5) situasi demografi; (6) sistem pertaniaanya; (7) basis sumber daya nasional masing-masing.

7 Efendi Perangin, Hukum Agraria Di Indonesia, Suatu Telaah Dari Sudut Pandang Praktisi Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1994, hlm. 122.


(26)

12

Menurut Russel King, bahwa tujuan diadakannya landreform adalah8

a. Untuk menyempurnakan adanya pemerataan tanah; ada dua dimensi untuk tujuan ini; pertama, adanya usaha untuk menciptakan pemerataan hak atas tanah di antara para pemilik tanah. Hal ini dapat dilakukan dengan insentif, yaitu dengan redistribusi tanah; kedua, untuk mengurangi perbedaan pendapatan.

b. Untuk meningkatkan dan memperbaiki daya guna penggunaan tanah.

Beranjak dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa landreform memiliki tujuan umum dan khusus dari program landreform, yaitu:

Tujuan umum, landreform memiliki tujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat secara adil dan makmur sesuai dengan dasar negara republik Indonesia.

Tujuan khusus, tujuan landreform terbagi menjadi 3: pertama, Tujuan Sosial Ekonomis, dapat Memperbaiki keadaan sosial ekonomi rakyat dengan memperkuat hak milik serta memberi isi dan fungsi sosial pada Hak Milik dan Memperbaiki produksi nasional khususnya sektor pertanian guna mempertinggi penghasilan dan taraf hidup rakyat. Kedua, Tujuan Sosial politis dengan cara Mengakhiri sistem tuan tanah, menghapuskan pemilikan tanah yang luas dan Mengadakan pembagian yang adil atas sumber-sumber penghidupan rakyat tani berupa tanah dengan maksud ada pembagian yang adil pula. Ketiga, Tujuan Mental Psikologis dengan Meningkatkan kegairahan kerja bagi para petani

8 Russel King, Landreform: A world Survey, West New Opress, Boulder, Colorado,1997, lihat Arie Sukanti Hutagalung, Op.Cit, hlm. 14.


(27)

13

penggarap dengan jalan memberikan kepastian hak mengenai pemilikan tanah dan Memperbaiki hubungan kerja antara pemilik dan penggarapnya.

Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa tujuan inti dari program landreform khususnya redistribusi tanah ialah menguatkan atau kejelasan hak kepemilikan suatu tanah, dalam penguasaan dan pemanfaatan tanah.

2.2 Pengertian Redistribusi Tanah Obyek Landreform

Program yang memegang peranan penting dalam mewujudkan program landreform salah satunya adalah pelaksanaan redistribusi tanah, berupa pengambilalihan tanah-tanah pertanian oleh pemerintah yang kemudian dibagikan kepada para petani yang tidak memiliki tanah. Obyek tanah redistribusi atau “tanah redis” adalah tanah pertanian yang sudah berstatus tanah negara dan telah dinyatakan secara resmi oleh pemerintah atau BPN sebagai “tanah obyek landreform”.9

Hakekatnya program redistribusi bukanlah program distribusi, karena tanah-tanah obyek landreform yang sudah berstatus tanah negara bisa berasal dari dua kemungkinan berikut:10

a. Tanah negara bebas, merupakan tanah yang berasal dari tanah bekas perkebunan swasta asing/perkebunan besar pada zaman pemerintahan Hindia Belanda yang dinasionalisasi oleh UUPA. Misalnya: bekas tanah hak erfpact (semacam tanah HGU).

9 Herman hermit, Cara Memperoleh Sertifikat Tanah, Tanah Hak Milik, Tanah Negara, Tanah Pemda, dan Tanah Balik Nama, CV Mandar Maju, Bandung, 2009, hlm. 162.


(28)

14

b. Tanah negara sebagai hasil pembebasan merupakan tanah dengan pembayaran ganti kerugian atas tanah-tanah kelebihan, tanah guntai dan tanah terlantar.

Program Redistribusi tanah obyek Landreform merupakan sasaran yang harus diwujudkan oleh pemerintah suatu negara dalam pemerataan kesejahteraan rakyat dan juga disesuaikan dengan kondisi dari negara tersebut. Adapun program redistribusi yang di Indonesia meliputi:11

a. Pembatasan luas maksimum penguasaan tanah;

b. Larangan kepemilikan tanah secara absentee atau guntai;

c. redistribusi tanah-tanah yang selebihnya dari batas maksimum, tanah-tanah yang terkena larangan absentee, tanah-tanah bekas swapraja dan tanah-tanah negara;

d. pengaturan soal pengembalian dan penebusan tanah-tanah pertanian yang digadaikan;

e. pengaturan kembali perjanjian bagi hasil tanah pertanian;

f. penetapan luas minimum kepemilikan tanah pertanian disertai larangan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang mengakibatkan pemecahan pemilikan tanah-tanah pertanian menjadi bagian-bagian yang terlampau terkecil.

11 Boedi harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaanya, Jilid 1, Hukum Tanah Nasional, Djambatan, Cetakan Kelima, Jakarta, 1994, hlm. 288


(29)

15

Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian menyatakan bahwa tanah-tanah yang akan dibagikan sebagai Obyek landreformadalah:

a. Tanah kelebihan batas maksimum, yaitu tanah yang melebihi batas ketentuan yang boleh dimiliki oleh seseorang atau satu keluarga. Luas batas maksimum ditentukan perdaerah tingkat II dengan memperhatikan faktor jumlah penduduk, luas daerah, dan sebagainya. Daerah tersebut dibagi menjadi daerah yang tidak padat dengan pemilikan maksimum 20 hektare, cukup padat maksimum 9 hektare dan sangaat padat maksimum pemilikannya 6 hektare. b. Tanah absentee, yaitu tanah pertanian yang pemiliknya bertempat tinggal di

luar kecamatan letak tanah dan kecamatan tersebut letaknya tidak berbatasan. c. Tanah bekas swapraja, yaitu tanah bekas wilayah kerajaan atau kesultanan,

yang dengan UUPA beralih menjadi tanah negara Republik Indonesia.

d. Tanah-tanah lain yang dikuasai langsung oleh negara yang ditegaskan lebih lanjut oleh Menteri Agraria.

Tindaklanjut dari bagian ke empat diatas adalah Keputusan BPN Nomor 25 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Permohonan Penegasan Tanah Negara Menjadi Obyek Pengaturan Penguasaan Tanah/ Landreform pada bagian KEDUA, meliputi:

Tanah-tanah Negara Lainnya yang akan ditegaskan menjadi obyek Pengaturan Penguasaan Tanah/ Landreform oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional meliputi: a. Tanah Negara Bebas


(30)

16

c. Tanah-tanah bekas Hak Guna Usaha yang telah berakhir waktunya dan tidak diperpanjang oleh pemegang hak atau telah dicabut/dibatalkan oleh

Pemerintah

d. Tanah-tanah Kehutanan yang telah digarap/dikerjakan oleh rakyat dan telah dilepaskan haknya oleh Instansi yang bersangkutan

e. Tanah-tanah bekas Gogolan

f. Tanah-tanah bekas Hak Adat/ Ulayat

2.3 Dasar Pengaturan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah melalui Redistribusi Tanah Obyek Landreform

Program penyelenggaraan Redistribusi TOL didasarkan pada Undang-undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Mengenai penetapan dan pelaksanaannya, berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian; Keputusan Menteri Pertanian dan Agraria No. SK. 30/ Ka/ 1962; Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1979 Tentang Pokok-Pokok Kebijaksanaan Dalam Rangka Pemberian Hak Baru Atas Tanah Asal Konversi Hak-Hak Barat; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1979 Tentang Ketentuan-Ketentuan Mengenai Permohonan dan Pemberian Hak Baru Atas Tanah Asal Konversi Hak-Hak Barat; Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1980 Mengenai Perincian Tugas Dan Tata Kerja Pelaksanaan Landreform; Keputusan Badan Pertanahan Nasional Nomor 12 Tahun 1992 Tentang Susunan dan Tugas Panitia Pemeriksaan Tanah; Peraturan Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1995 Tentang Perubahan dan Penyempurnaan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1991 Tentang Pengaturan


(31)

17

Penguasaan Tanah Obyek Landreform Secara Swadaya; Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas Tanah; Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah; Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah; Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 11 Tahun 1997 Tentang Penertiban Tanah-Tanah Obyek Redistribusi Landreform; Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1999 Tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan Pembatalan Keputusan Pemberian Hak atas Tanah Negara; Tap MPR No. IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber daya Alam, Keputusan BPN Nomor 25 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Permohonan Penegasan Tanah Negara Menjadi Obyek Pengaturan Penguasaan Tanah/ Landreform; Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah dan kegiatan Pendaftaran Tanah Tertentu.


(32)

18

BAB III Metode Penelitian

3.1 Pendekatan Masalah

Penelitian hukum ini termasuk jenis penelitian hukum normatif-empiris, yaitu yang objek kajiannya meliputi ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan serta penerapan pada peristiwa hukum.12 Hasil kajian dipaparkan secara

lengkap, rinci, jelas, dan sistematis sebagai karya ilmiah. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua macam pendekatan,yaitu Pendekatan Normatif dan Pendekatan Empiris.

a. Pendekatan Normatif

Penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari bahan-bahan pustaka yang berupa literatur dan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas, dalam hal ini adalah yang berkaitan dengan penetapan dan pelaksanaan redistribusi tanah objek landreform di kecamatan Kota Agung Timur, Kabupaten Tanggamus;

12 Abdulkhadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm.132


(33)

19

b. Pendekatan Empiris

Pendekatan Empiris yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara menggali informasi dan melakukan penelitian lapangan untuk mengetahui secara lebih jauh mengenai permasalahan yang akan dibahas. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan pejabat Kantor Pertanahan Kabupaten Tanggamus dan kepala pekon setempat untuk mendapatkan gambaran secara rinci tentang penetapan dan pelaksanaan redistribusi tanah objek landreform yang dilaksanakan agar mendapatkan informasi lapangan yang akurat.

3.2 Sumber Data

Penelitian hukum ini tergolong penelitian hukum normatif-empiris sehingga data yang diperlukan meliputi data sekunder dan data primer.

a). Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung sebagai hasil penelitian dilapangan yang berupa keterangan-keterangan atau penjelasan dari pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini melalui wawancara. Pengumpulan data primer digunakan dengan menggunakan teknik wawancara, yaitu:

1. Kepala Sub bagian Tata Usaha

2. Kasubsi Landreform dan Konsolidasi Tanah 3. Kepala Pekon Tanjung Anom dan Kampung Baru 4. Masyarakat Pekon Tanjung Anom dan Kampung Baru


(34)

20

b). Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan mempelajari peraturan perundang-undangan, buku-buku hukum dan dokumen yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Bahan Hukum Primer

Bahan-bahan yang mempunyai kekuatan hukum mengikat, misalnya peraturan perudang-udangan yang berlaku. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah: a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945;

b. Undang-Undang No. 56 Prp Tahun 1960 Tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian;

c. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria;

d. Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian;

e. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1979 Tentang Pokok-Pokok Kebijaksanaan Dalam Rangka Pemberian Hak Baru Atas Tanah Asal Konversi Hak-Hak Barat;

f. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1979 Tentang Ketentuan-Ketentuan Mengenai Permohonan dan Pemberian Hak Baru Atas Tanah Asal Konversi Hak-Hak Barat;

g. Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1980 Mengenai Perincian Tugas Dan Tata Kerja Pelaksanaan Landreform;


(35)

21

h. Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas Tanah;

i. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah; j. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 11 Tahun 1997 Tentang

Penertiban Tanah-Tanah Obyek Redistribusi Landreform;

k. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah dan kegiatan Pendaftaran Tanah Tertentu.

2. Bahan Hukum Sekunder

Selain bahan hukum primer juga diperlukan bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer,13 antara lain buku-buku

literatur ilmu hukum, karya ilmiah dari kalangan hukum dan lain-lain.

3.3 Prosedur Pengumpulan Data a. Study Kepustakaan

Study kepustakaan adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari, menelaah, studi kasus dan mencatat serta mengutip berbagai literatur, dokumen-dokumen dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan penetapan dan pelaksanaan redistribusi tanah obyek landreform.

b. Studi Lapangan

Study lapangan dilakukan pada lokasi penelitian dengan menggunakan metode

13 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 1986, hlm. 52


(36)

22

wawancara yang bersumber langsung dari pejabat Kantor Pertanahan serta masyarakat. Teknik wawancara yang dilakukan wawancara struktur kemudian dikembangkan pada saat wawancara berlangsung.

3.4 Prosedur Pengolahan Data

Hasil Penelitian data yang diperoleh atau terkumpul baik data primer maupun data sekunder maka selanjutnya diolah dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

a). Pemeriksaan data, yaitu hal ini dilakukan setelah semua data dikumpulkan. Tujuannya adalah untuk menentukan kelengkapan data yang sesuai pokok bahasan.

b). Klasifikasi data, yaitu menempatkan data menurut kelompok kelompok yang ditentukan sehingga diperoleh data yang obyektif dan sistematis sesuai dengan penelitian yang dilakukan.

c). Sistematika data, yaitu penyusunan data berdasarkan urutan data yang telah ditentukan dan sesuai dengan pokok bahasan secara sistematis.

3.5 Analisis Data

Data hasil pengolahan tersebut dianalisis secara deskriptip kualitatif yaitu menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, logis dan efektif dan kemudian dilakukan pembahasan. Berdasarkan hasil pembahasan kemudian diambil kesimpulan sebagai jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.


(37)

54

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan mengenai Pelaksanaan Penetapan dan

redistribusi TOL di Kecamatan Kota Agung Timur, dapat diambil kesimpulan bahwa:

a. Proses penegasan TOL dilakukan penetapan tanah menjadi dikuasai Negara dengan

dikeluarkannya dari HGU atas PT. Tanjung Jati karena tidak mengindahkan Pasal 10

Ayat 1 UUPA dan wilayah tersebut tidak dikelola dengan baik atau tidak diusahakan

sendiri secara aktif sebagaimana peruntukkannya. Selain itu wilayah tersebut telah

digarap oleh masyarakat setempat, sebagaimana sesuai dengan Keputusan Presiden No.

32 Tahun 1979 Pasal 4 bahwa

Tanah-tanah Hak Guna Usaha asal konversi hak Barat

yang sudah diduduki oleh rakyat dan ditinjau dari sudut tata guna tanah dan keselamatan

lingkungan hidup lebih tepat diperuntukkan untuk pemukiman atau kegiatan usaha

pertanian, akan diberikan hak baru kepada rakyat yang mendudukinya.”

Sehingga status

tanah tersebut berubah menjadi dikuasai Negara. Proses selanjutnya ialah dikeluarkannya

usulan penegasan Tanah Negara menjadi TOL oleh Kantor Pertanahan Kabupaten

Tanggamus untuk wilayah tersebut mencakup Desa Kampung Baru dan Desa Tanjung

Anom dengan Nomor Surat 328 A/400-10/IV/2011 dan 332 A/400-10/IV/2011,

dilanjutkan dengan diterbitkannya Surat Keputusan Kantor Wilayah Provinsi Lampung


(38)

55

Nomor 2089/18-400/V/2011 dengan jawaban dikeluarkannya Keputusan BPN RI Nomor

21/Png/19/2011 tentang Penegasan Tanah Yang Dikuasai Langsung Oleh Negara Sebagai

Obyek Landreform Atas Tanah Terletak Di Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung.

b. Pelaksanaan kegiatan Redistribusi TOL di Kabupaten Tanggamus diawali dengan

pembentukan Panitia Pertimbangan Landreform dengan dasar Keputusan Presiden

Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 1980 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Penyelenggaraan Landreform. Tindaklanjut ketentuan dasar tersebut dikeluarkannya

Surat Keputusan Bupati Tanggamus Nomor: B/188/1501/KPTS/BPN/2011 tanggal 8 Mei

2011 yang menghasilkan susunan Panitia Pertimbangan Landreform Kabupaten

Tanggamus mencakup pejabat-pejabat pemerintah daerah yang berwenang. Kemudian

dilanjutkan dengan tahapan kegiatan Redistribusi TOL yang sesuai ketentuan yang

ditetapkan sampai penerbitan sertifikat bulan November 2011 dengan diterbitkannya

Surat

Keputusan

Kepala

Kantor Pertanahan Kabupaten

Tanggamus Nomor

14/HM.Redis/BPN.18.06/2011 tentang Pemberian Hak Milik Dalam Rangka Redistribusi

Tanah

Obyek

Landreform

di

Desa

Kampung

Baru

dan

Nomor

15/HM.Redis/BPN.18.06/2011 tentang Pemberian Hak Milik Dalam Rangka Redistribusi

Tanah Obyek Landreform di Desa Tanjung Anom Kecamatan Kota Agung Kabupaten

Tanggamus. Namun untuk pemberian sertifikat hak milik atas tanah kepada masyarakat

baru dilaksanakan 4 bulan kemudian yaitu pada akhir Februari 2012. Hal ini dikarenakan

aktivitas eksternal dan internal pemerintahan yang menyebabkan pemberian sertifikat hak

milik tidak sesuai dengan jadual yang direncanakan


(39)

56

5.2. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan, peneliti menyarankan:

a. Proses penegasan TOL diharapkan ditindaklanjuti secara cepat setelah status hak atas

tanah jelas dikuasai Negara karena akan terkait pada kepastian hukum hak atas tanah

yang dimiliki masyarakat.

b. Pelaksanaan redistrubusi TOL yang telah berjalan dengan baik disarankan untuk

dipertahankan atau ditingkatkan untuk kegiatan-kegiatan bidang pertanahan lainnya demi

membangun kesejahteraan masyarakat


(40)

57

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Gautama, Sudarto. 1997.

Tafsiran Undang-Undang Pokok agrarian Dan

Peraturan

Pelaksanaannya.

Cetakan Kesepuluh. Bandung: Citra Adtya Bhakti

Hutagalung, Arie Sukanti. 1985.

Program Redistribusi Tanah di Indonesia, Suatu Sarana ke

Arah Pemecahan Masalah Penguasaan Tanah dan Pemilikan Tanah

. Jakarta: Rajawali

Harsono. Boedi. 2006.

Hukum Agraria Indonesia, Himpunan Peraturan-Peraturan HUkum

Tanah.

Jakarta: Djambatan

_____________. 2007. Hukum Agraria Indonesia,

Sejarah Pembentukan Undang-Undang

Pokok Agraria, Isi Dan Pelaksanaannya.

Jakarta; Djambatan

Hermit, Herman. 2009.

Cara Memperoleh Sertifikat Tanah, Tanah Hak Milik, Tanah Negara,

Tanah Pemda dan Balik Nama.

Bandung: Mandar Maju

Kartasapoetra, G. 1984.

Hukum Tanah, Jaminan UUPA bagi Keberhasilan Pendayagunaan

Tanah.

Jakarta: Rineka Cipta

Muhammad, Abdulkhadir. 2004.

Hukum dan Penelitian Hukum.

Cipta Aditya Bhakti

Perangin, Efendi. 1994. Hukum Agraria di Indonesia,

Suatu Telaah dari Sudut Pandang Praktisi

Hukum.

Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Universitas Lampung. 2007.

Format Penulisan Karya Ilmiah.

Bandar Lampung. Unila Press.

Soekanto, Soerjono. 1986.

Pengantar Penelitian Hukum

. Jakarta: Universitas Indonesia Press

Supriadi. 2007.

Hukum Agraria

. Jakarta: Sinar Grafika

Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Indonesia 1945


(41)

58

Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 Tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan

Pemberian Ganti Kerugian

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomopr 10 Tahun 2006 Tentang Badan Pertanahan

Nasional

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1979 Tentang Ketentuan-Ketentuan Mengenai

Permohonan Dan Pemberian Hak Baru Atas Tanah Asal Konversi Hak-Hak Barat

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang

Pelimpahan Kewengan Pemberian Hak Atas Tanah Dan Kegiatan Pendaftaran Tanah

tertentu

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 1980 Tentang Organisasi Dan

Tatakerja Penyelenggaraan Landreform

Keputusan Menteri Pertanian Dan Agraria No. SK. 30/Ka/ 1962

Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 25 Tahun 2002 Tentang Pedoman

Pelaksanaan Permohonan Penegasan Tanah Negara Menjadi Obyek Pengaturan

Penguasaan Tanah/ Landreform

Situs:


(42)

PELAKSANAAN PENEGASAN DAN REDISTRIBUSI TANAH OBYEK LANDREFORM

DI KECAMATAN KOTA AGUNG TIMUR

KABUPATEN TANGGAMUS

(Skripsi)

Oleh

Nama: Shinta Pratiwi

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2011


(43)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI

……….

i

I. PENDAHULUAN

………

.... 1

1.1 Latar Belakang

………

.

………

... 1

1.2 Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup

…………

..

………....

... 6

1.2.1 Rumusan Masalah

……….

... 6

1.2.2 Ruang Lingkup

…………

..

………

..

………...

... 7

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

………

... 7

1.3.1 Tujuan Penelitian

………...

.

… 7

1.3.2 Kegunaan Penelitian

………

..

………...

...

… 7

II. TINJAUAN PUSTAKA

………..

... 8

2.1 Tanah Obyek Landreform

………

..

…....…………..

... 8

2.1.1 Pengertian

Tanah ………

..

……..

... 8

2.1.2 Pengertian Landreform

……….…….…… 9

2.1.3 Tujuan Landreform

………

...

... 11

2.2 Pengertian Redistribusi Tanah Obyek Landreform (TOL) .

..

……….

. 13

2.3 Dasar Pengaturan Pelaksanaan Tanah

Melalui Redistribusi Tanah Obyek Landreform

……….… 16

III. METODE PENELITIAN

………

...

………

..

… 18

3.1 Pendekatan Masalah

……

.

………

... 18

3.2 Sumber Data

………

...

………

... 19

3.3 Prosedur Pengumpulan Data

………

...

… 21

3.4 Prosedur Pengolahan Data

………

...

………

..

. 22

3.5 Analisis Data

………

... 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus ……….

23

4.1.1 Sejarah Singkat Ka

bupaten Tanggamus ………..……….

23

4.1.2 Letak Geografis ………

25

4.1.3

Visi dan Misi Kantor Pertanahan Kabupaten Tanggamus ………...

25

4.1.4 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi

Kantor Pertanahan Kabupaten Tanggamus

………..

27

4.1.5 Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten Tangggamus ………

29

4.2 Penegasan Obyek Landreform ………...

34


(44)

4.2.2 Penegasan Tanah Obyek Landreform

di Kecamatan Kota Agung Timur ………...……….………...

36

4.3 Pelaksanaan Redistribusi Tanah Obyek Landreform

di Kecamatan Kota agung Timur Kabupaten Tanggamus ………

39

4.3

.1 Penetapan Panitia Pertimbangan Landreform ………

..

……

40

4.3.2 Penetapan Subye

k dan Obyek Landreform ………..…… 43

4.3.2.1 Obyek Landreform ……….………….. 43

4.3.2.2 Subyek Land

reform ………...….. 45

4.3.3

Kegiatan Redistribusi Tanah Obyek Landreform ………

... 48

4.3.4

Biaya ………

.53

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpula

n ………..… 54

5.2 Saran

……… 56

DAFTAR PUSTAKA


(1)

56 5.2. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan, peneliti menyarankan:

a. Proses penegasan TOL diharapkan ditindaklanjuti secara cepat setelah status hak atas tanah jelas dikuasai Negara karena akan terkait pada kepastian hukum hak atas tanah yang dimiliki masyarakat.

b. Pelaksanaan redistrubusi TOL yang telah berjalan dengan baik disarankan untuk dipertahankan atau ditingkatkan untuk kegiatan-kegiatan bidang pertanahan lainnya demi membangun kesejahteraan masyarakat


(2)

57

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Gautama, Sudarto. 1997. Tafsiran Undang-Undang Pokok agrarian Dan Peraturan Pelaksanaannya.Cetakan Kesepuluh. Bandung: Citra Adtya Bhakti

Hutagalung, Arie Sukanti. 1985. Program Redistribusi Tanah di Indonesia, Suatu Sarana ke Arah Pemecahan Masalah Penguasaan Tanah dan Pemilikan Tanah. Jakarta: Rajawali

Harsono. Boedi. 2006. Hukum Agraria Indonesia, Himpunan Peraturan-Peraturan HUkum Tanah.Jakarta: Djambatan

_____________. 2007. Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi Dan Pelaksanaannya.Jakarta; Djambatan

Hermit, Herman. 2009. Cara Memperoleh Sertifikat Tanah, Tanah Hak Milik, Tanah Negara, Tanah Pemda dan Balik Nama.Bandung: Mandar Maju

Kartasapoetra, G. 1984. Hukum Tanah, Jaminan UUPA bagi Keberhasilan Pendayagunaan Tanah.Jakarta: Rineka Cipta

Muhammad, Abdulkhadir. 2004.Hukum dan Penelitian Hukum.Cipta Aditya Bhakti

Perangin, Efendi. 1994. Hukum Agraria di Indonesia,Suatu Telaah dari Sudut Pandang Praktisi Hukum.Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Universitas Lampung. 2007.Format Penulisan Karya Ilmiah.Bandar Lampung. Unila Press. Soekanto, Soerjono. 1986.Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia Press Supriadi. 2007.Hukum Agraria. Jakarta: Sinar Grafika

Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Indonesia 1945


(3)

58 Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 Tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan

Pemberian Ganti Kerugian

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomopr 10 Tahun 2006 Tentang Badan Pertanahan Nasional

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1979 Tentang Ketentuan-Ketentuan Mengenai Permohonan Dan Pemberian Hak Baru Atas Tanah Asal Konversi Hak-Hak Barat

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Pelimpahan Kewengan Pemberian Hak Atas Tanah Dan Kegiatan Pendaftaran Tanah tertentu

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 1980 Tentang Organisasi Dan Tatakerja Penyelenggaraan Landreform

Keputusan Menteri Pertanian Dan Agraria No. SK. 30/Ka/ 1962

Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 25 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Permohonan Penegasan Tanah Negara Menjadi Obyek Pengaturan Penguasaan Tanah/ Landreform

Situs:


(4)

PELAKSANAAN PENEGASAN DAN REDISTRIBUSI TANAH OBYEK LANDREFORM DI KECAMATAN KOTA AGUNG TIMUR

KABUPATEN TANGGAMUS

(Skripsi)

Oleh

Nama: Shinta Pratiwi

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2011


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI……….i

I. PENDAHULUAN……….... 1

1.1 Latar Belakang……….………... 1

1.2 Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup…………..………... 6

1.2.1 Rumusan Masalah………... 6

1.2.2 Ruang Lingkup…………..………..………... 7

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian………... 7

1.3.1 Tujuan Penelitian………....… 7

1.3.2 Kegunaan Penelitian………..………...… 7

II. TINJAUAN PUSTAKA………... 8

2.1 Tanah Obyek Landreform………..…....…………... 8

2.1.1 PengertianTanah ………..……... 8

2.1.2 Pengertian Landreform……….…….…… 9

2.1.3 Tujuan Landreform………...…... 11

2.2 Pengertian Redistribusi Tanah Obyek Landreform (TOL) .…..……….. 13

2.3 Dasar Pengaturan Pelaksanaan Tanah Melalui Redistribusi Tanah Obyek Landreform……….… 16

III. METODE PENELITIAN………...………..… 18

3.1 Pendekatan Masalah…….………... 18

3.2 Sumber Data………...………... 19

3.3 Prosedur Pengumpulan Data………...… 21

3.4 Prosedur Pengolahan Data………...………..…. 22

3.5 Analisis Data………... 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus ……….23

4.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Tanggamus ………..……….23

4.1.2 Letak Geografis ………25

4.1.3Visi dan Misi Kantor Pertanahan Kabupaten Tanggamus ………...25

4.1.4 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Pertanahan Kabupaten Tanggamus………..27

4.1.5 Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten Tangggamus ………29

4.2 Penegasan Obyek Landreform ………...34


(6)

4.2.2 Penegasan Tanah Obyek Landreform

di Kecamatan Kota Agung Timur ………...……….………...36

4.3 Pelaksanaan Redistribusi Tanah Obyek Landreform di Kecamatan Kota agung Timur Kabupaten Tanggamus ………39

4.3.1 Penetapan Panitia Pertimbangan Landreform ………..……40

4.3.2 Penetapan Subyek dan Obyek Landreform ………..…… 43

4.3.2.1 Obyek Landreform ……….………….. 43

4.3.2.2 Subyek Landreform ………...….. 45

4.3.3Kegiatan Redistribusi Tanah Obyek Landreform ………... 48

4.3.4Biaya ……….53

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ………..… 54

5.2 Saran……… 56 DAFTAR PUSTAKA