Nn

(1)

i

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA KELAS 1 SDS PERINTIS 2 PEMATANGSAWA MELALUI METODE

SAS (STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK) (Elektronik Tugas Akhir)

Oleh YULIYANTI

-

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2010


(2)

ii

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA KELAS 1 SDS PERINTIS 2 PEMATANGSAWA MELALUI METODE

SAS (STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK)

Oleh YULIYANTI

Elektronik Tugas Akhir

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi PJJ Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2010


(3)

iii ABSTRAK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA KELAS I SDS PERINTIS 2 PEMATANGSAWA MELALUI METODE SAS

(STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK)

Oleh

YULIYANTI

Kemampuan membaca merupakan dasar dari berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa SD kelas awal. Di SDS Perintis 2 pematangsawa kemampuan membaca siswa kelas I masih tergolong rendah. Salah satu penyebabnya adalah metode pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi.

Ada beberapa macam metode membaca permulaan yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca, salah satunya adalah metode Struktural Analitik Sintetik (SAS). Metode SAS adalah suatu metode yang memandang satuan bahasa terkecil yang bermakna untuk berkomunikasi adalah kalimat, bahwa pada hakikatnya kalimat merupakan suatu struktur. Metode ini memulai pengajaran dengan menampilkan struktur kalimat secara utuh, lalu kalimat itu dianalisis dan pada akhirnya dikembalikan pada bentuk semula.

Penelitian ini terdiri atas II siklus, untuk setiap siklusnya terdiri atas 2 kali pertemuan. Satu kali pertemuan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Prosedur dalam satu siklus penelitian terdiri dari 4 tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan/tindakan, observasi, dan refleksi.


(4)

iv

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut; pertama penggunaan Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) adalah sangat tepat apabila digunakan dalam membaca permulaan di kelas I SDS Perintis 2 Pematangsawa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan aktifitas siswa dalam proses kegiatan membaca dan peningkatan kemampuan berbahasa anak (kemampuan membaca). Kedua, pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode SAS dapat meningkatkan nilai rata-rata kemampuan membaca sebesar 6,89 dan persentase ketuntasan sebesar 44%.


(5)

v

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Yuliyanti

NPM : 0713056225

Jurusan/program Studi : FKIP/PJJ S1-PGSD

Dengan ini menyatakan bahwa penilaian e-TA ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri, dan sepengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh orang, atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan penyelesaian studi pada universitas/institusi lain.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Pematangsawa, 24 juli 2010 Pembuat Pernyataan


(6)

vi

PERSETUJUAN

Judul e-TA : Menigkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I SDS Perintis 2 Pematangsawa Melalui Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) Nama Mahasiswa : Yuliyanti

Nomor Pokok Mahasiswa : 0713056225 Program Studi : PJJ S1 PGSD

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

Ketua Jurusan Pembimbing

Drs. Danial Achmad, M. Pd. Dr. Edi Suyanto, M. Pd. NIP 19550723 198303 1 002 NIP 19630713 199311 1 001


(7)

vii

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Penguji : Dr. Edi Suyanto, M. Pd. ---

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Maman Surahman, M. Pd. ---

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. NIP 19530528 198103 1 002


(8)

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Wates Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu pada tanggal 5 Juli 1982, terlahir sebagai anak ketiga dari lima bersaudara buah kasih dari pasangan Bapak Sahlan dan Ibu Rohayati.

Pendidikan yang pernah penulis tempuh adalah SD Negeri 4 Wates Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu diselesaikan pada tahun 1994, SLTP Negeri 2 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu diselesaikan pada tahun 1997, SMU Negeri 3 Pringsewu Kabupaten Pringsewu diselesaikan pada tahun 2000, D II PGSD Universitas Lampung diselesaikan pada tahun 2003.

Sejak tahun 2005 penulis bekerja pada Dinas Pendidikan di Kabupaten Tanggamus, tepatnya sebagai guru kelas di SDS Perintis 2 Pematangsawa Kabupaten Tanggamus. Pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa PJJ

S1 – PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung


(9)

ix

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT kupersembahkan karya kecilku

ini kepada:

Bapak dan Mamak yang selalu ada untukku, telah membesarkan aku,

mendidikku, dan senantiasa mendoakan serta menantikan keberhasilanku

Mas, embak dan adik-adikku: mas Imam, mbak Nurul, Mbak Sri, Mas Tono,

dek Indra, dek Agus, dek Titin yang selalu memberikan dukungan, semangat

dan doa

Keponakan-keponakanku yang lucu: Denis, Pasha, dan Ikhya

Pakle dan Bulek, serta adik-adikku Budi, Asih, Sinta, dan Naya yang selalu

memberikan dukungan dan semangat

Para pendidikku yang dengan sabar membimbing dan atas semua ilmu serta

pengetahuan yang diberikan

Seseorang yang tercipta sebagai imamku kelak


(10)

x

SANWACANA

Bismillaahirrohmaanirrohim

Alhamdulillah syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan karunia-Nya e-TA yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas 1 SDS Perintis 2 Pematangsawa Melalui Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) dapat diselesaikan dengan baik. Dapat terselesaikannya e-TA ini berarti salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana pendidikan pada program studi S1 PJJ PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dapat terpenuhi.

Penulis menyadari bahwa e-TA ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik, tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Dr. Edi Suyanto, M.Pd selaku Pembimbing atas arahan-arahan ilmiah yang sangat bermanfaat bagi substansi e-TA ini, dan Bapak Drs. Maman Surahman, M.Pd selaku Penguji. Disamping itu, tidak lupa pula ucapan terima kasih ini disampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Sudjarwo, M.S selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(11)

xi

2. Bapak Pembantu Dekan I, II, dan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs.Supriyadi, M. Pd selaku Ketua Pelaksana Program Studi PGSD PJJ Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Mujiyono, S.Pd.SD selaku Kepala Sekolah SDS Perintis 2 Pematangsawa

5. Teman-temanku angkatan 2007 kelas Tanggamus: Pak Rizwanda, Bu Asih, Bu Praptengsih, Bu Usnah, Bu Isni, Bu Hermin dan lainnya yang tidak mungkin disebutkan satu persatu (terima kasih atas kerjasama dan kekompakkannya selama ini).

6. Rekan-rekan guru SDS Perintis 2 Pematangsawa yang senantiasa memberikan motivasi, serta do’anya.

7. Teman-teman angkatan 2007 kelas Tulangbawang yang senantiasa memberi dorongan semangat dan do’anya.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa e-TA ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga e-TA yang sederhana ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Bandar Lampung, 2010 Penulis


(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Pemecahan Masalah ... 8

F. Tujuan Penelitian ... 9

G. Manfaat Penelitian ... 9

H. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ... 11

a. Keterampilan Berbahasa ... 11

b. Pengertian Membaca Permulaan dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemampuan Membaca ... 12

c. Pembelajaran Membaca Permulaan ... 15

d. Metode-metode Membaca Permulaan ... 16

e. Metode SAS ... 20

f. Penilaian ... 24

B. Kerangka Pikir ... 26

C. Hipotesis ... 27

BAB III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian ... 28

B. Sasaran Penelitian ... 28

C. Waktu Penelitian ... 28

D. Prosedur Penelitian... 29

E. Teknik Pengumpulan Data ... 32


(13)

xiii BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Latar Penelitian ... 34 B. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian ... 35 C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 44

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 49 B. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Daftar Nilai Kemampuan Membaca Semester I Siswa Kelas I SDS Perintis 2 Pematangsawa Tahun Ajaran

2009/2010 ... 4 2. Data aktifitas siswa dalam proses kegiatan membaca

dengan metode SAS (Stuktural Analitik Sintetik)

siklus I ... 39 3. Data kemampuan membaca permulaan dengan

metode SAS (Stuktural Analitik Sintetik) siklus I... 39 4. Data aktifitas siswa dalam proses kegiatan membaca

dengan metode SAS (Stuktural Analitik Sintetik)

siklus II ... 43 5. Data kemampuan membaca permulaan dengan metode

SAS (Stuktural Analitik Sintetik)siklus II ... 43 6. Data peningkatan aktifitas siswa dalam proses kegiatan

membaca dengan metode SAS (Stuktural Analitik Sintetik).... 44

7. Data kemampuan membaca permulaan dengan metode SAS... 46 8. Persentase kemampuan membaca permulaan siswa dengan

metode SAS ... 47 9. Rekapitulasi ketuntasan siswa pada kemampuan membaca


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I ... 54

2. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II ... 60

3. Tabel Daftar Nilai Kemampuan Membaca Permulaan Dengan Metode SAS siklus I ... 66

4. Feedback dari dosen pembimbing ... 68

5. Pedoman Observasi ………... 69

6. Daftar nilai kemampuan membaca siklus I ... 72

7. Daftar nilai kemampuan membaca siklus II ... 73

8. Tabel rekapitulasi penilaian kemampuan membaca tahap permulaan dengan metode SAS siklus I ... 74

9. Tabel rekapitulasi penilaian kemampuan membaca tahap permulaan dengan metode SAS siklus I ... 75


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut sumber daya manusia yang gemar belajar. Proses belajar yang efektif antara lain dilakukan melalui membaca. Membaca merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan sehari-hari karena membaca tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi berfungsi sebagai alat untuk memperluas pengetahuan bahasa seseorang. Dengan membaca, kita akan memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasan, sehingga kita lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang.

Pendidikan yang diselenggarakan di Sekolah Dasar (SD) bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar bersekolah (skolastik) seperti kemampuan dalam membaca, menulis dan menghitung yang lebih dikenal dengan istilah calistung, serta pengetahuan dan keterampilan hidup yang diperlukan sesuai dengan usia anak SD. Dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan tersebut sangat penting bagi anak untuk melanjutkan studi dan penyesuaian diri dalam kehidupannya nanti.


(17)

Melalui pembelajaran bahasa Indonesia, anak dibimbing untuk memiliki kemampuan menyimak (mendengar), berbicara, membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum masuk sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipelajari di sekolah. Membaca dan menulis merupakan pelajaran yang pertama dan utama bagi peserta didik yang baru sekolah. Membaca adalah aktivitas pencarian informasi melalui lambang-lambang tertulis.

Kemampuan membaca menjadi dasar tidak hanya bagi pelajaran bahasa Indonesia saja, akan tetapi juga bagi bidang pelajaran lain. Lerner dalam Abdurrahman (2003: 200) menyatakan bahwa ”Kemampuan membaca merupakan dasar berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Oleh karena itu, anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar.”

Tanpa memiliki kemampuan membaca sejak dini, anak akan mengalami kesulitan belajar di kemudian hari. Karena dengan membaca, siswa akan memperoleh pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan daya nalar, sosial, dan emosionalnya. Dengan demikian, sejak kelas awal SD siswa harus memiliki kemampuan membaca yang baik.

Pembelajaran membaca di SD dilaksanakan sesuai dengan pembedaan atas kelas awal/rendah dan kelas tinggi. Pembelajaran membaca di kelas-kelas awal disebut pembelajaran membaca permulaan, yakni diberikan di kelas I dan


(18)

II, sedangkan pada kelas tinggi diberikan pembelajaran membaca lanjut. Dalam http://perpustakaan.upi.edu/union/index.php/record/view/2671 dinyatakan bahwa:

Pembelajaran membaca permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Tingkatan ini sering disebut dengan tingkatan belajar membaca (learning to read). Pada tahap membaca permulaan ini penguasaan jumlah kata anak masih terbatas dan penguasaan pada abjad belum sepenuhnya dikuasai. Membaca lanjut merupakan tingkatan proses penguasaan membaca untuk memperoleh isi pesan yang terkandung dalam tulisan. Tingkatan ini disebut sebagai membaca untuk belajar (reading to learn).

Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa SD kelas awal. Pembelajaran membaca permulaan bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan dasar untuk membaca bahasa Indonesia, agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Semakin dini seorang anak membaca, semakin gemar ia membaca, dan semakin baik ia membaca. Oleh karena itu, guru di kelas awal harus benar-benar mematangkan kemampuan membaca anak dan guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasaan membaca sebagai suatu yang menyenangkan.

Dalam kenyataannya pembelajaran Bahasa Indonesia di SD pada kemampuan membaca hasilnya masih rendah, terutama di daerah-daerah terpencil. Hal ini terbukti dengan masih banyak ditemukannya anak yang belum mampu membaca pada kelas rendah. Kemampuan membaca siswa kelas I nilainya


(19)

masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). KKM merupakan acuan dan standar nilai dalam penetapan tingkat ketuntasan belajar siswa, karena seorang siswa dikatakan berhasil dalam belajar jika siswa telah mencapai tingkat ketuntasan yang ditetapkan sekolah. Adapun KKM yang ditetapkan pada mata pelajaran bahasa Indonesia SDS Perintis 2 Pematangsawa adalah 62, yakni dengan KKM tersebut siswa dinyatakan tuntas belajar apabila siswa dapat mencapai nilai 62 atau lebih. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan di kelas 1 SDS Perintis 2 Pematangsawa diketahui bahwa dari 19 siswa baru ada 3 siswa yang bisa membaca dengan lancar, 10 siswa membaca dengan mengeja, dan 6 siswa lainnya masih susah mengenali huruf-huruf yang terangkai dalam sebuah kata atau kalimat. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 1 yang ada di bawah ini.

Tabel 1. Daftar Nilai Kemampuan Membaca Semester I Siswa Kelas I SDS Perintis 2 Pematangsawa Tahun Ajaran 2009/2010

No Nama Siswa L/P Nilai Kriteria

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Agung Saputra Dikki Sanjaya Dwi Satria Feri Hamdani Hengki Pranyoto Indra Gunawan Iwan Saputra Kukuh Dwi Saputra Lilis Wulandari Miftahul Ulum Miranti Novita Rangga sumartono Riadi Rio Ramadhani Surahman Tini Tri Handoko Wagino Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki 60 50 68 65 60 58 50 55 74 58 60 52 60 55 75 75 67 60 68 Tidak tuntas Tidak tuntas Tuntas Tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak tuntas Tuntas


(20)

Berdasarkan Tabel 1 tersebut, dapat diketahui bahwa kemampuan membaca siswa kelas I SDS Perintis 2 Pematangsawa tergolong rendah, hal ini dapat dilihat dari 12 siswa (63,2%) yang nilainya kurang dari 62, yang berarti bahwa sebagian besar siswa belum tuntas belajar.

Rendahnya hasil belajar yang dicapai oleh sebagian besar siswa tersebut dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari dalam diri siswa maupun faktor dari luar diri siswa. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1991: 101) bahwa:

Faktor-faktor yang berhubungan dengan belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Faktor yang ada pada diri siswa sendiri (faktor individual), seperti faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi.

2. Faktor yang ada di luar diri siswa (faktor sosial), seperti faktor keadaan keluarga/keadaan rumah tangga/perhatian orang tua, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar (sarana belajar), lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.

Pada umumnya di daerah terpencil seperti di kecamatan Pematangsawa, usia anak kelas I masih berkisar 5,5 sampai 6 tahun. Di daerah tersebut anak belum mendapat pendidikan non formal prasekolah (TK), sehingga bekal untuk masuk SD belum ada. Guru harus benar-benar memberikan layanan keterampilan dasar menulis dan membaca. Mengajari anak cara memegang pensil yang benar, mengenal dan menghafalkan huruf (alfabetis), serta belajar membaca permulaan. Selain itu, bahasa yang digunakan anak di sekolah masih menggunakan bahasa ibu. Dengan demikian, mereka belum mampu menyerap materi dengan baik. Kurangnya dukungan belajar dari orang tua siswa. Latar belakang pendidikan orang tua siswa di daerah tersebut rendah, sehingga


(21)

pengetahuan untuk membimbing belajar anak di rumah sangatlah kurang. Mayoritas orang tua siswa bermatapencaharian sebagai petani, jadi waktu untuk membimbing belajar anak di rumah tidak ada. Anak hanya belajar ketika mereka berada di sekolah, selanjutnya di rumah mereka akan belajar jika mendapat tugas dari guru.

Berdasarkan kenyataan tersebut, peranan guru kelas I di daerah-daerah terpencil sangatlah besar, terutama dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, hendaknya guru harus memilih metode mengajar yang tepat. Demikian halnya dalam pelaksanaan pembelajaran membaca di kelas rendah. Karena metode mengajar merupakan salah satu faktor penting yang dapat mendukung keberhasilan suatu proses pembelajaran.

Keterampilan membaca tidak akan tercapai jika kemampuan membaca siswa masih rendah. Oleh karena itu, pada kelas awal di SD guru harus mematangkan kemampuan membaca siswa dengan menerapkan metode membaca permulaan dalam proses pembelajaran. Dengan menyadari rendahnya kemampuan membaca di kelas I SDS Perintis 2 Pematangsawa, berbagai strategi pembelajaran telah dilakukan oleh guru. Namun karena metode pembelajaran membaca permulaan yang digunakan guru kurang tepat, maka belum terjadi peningkatan kemampuan membaca anak.

Salah satu metode pembelajaran membaca permulaan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah metode SAS (Struktural Analitik Sintetik). SAS


(22)

merupakan gabungan dari beberapa metode membaca dan menulis permulaan. Kelebihan dari metode SAS antara lain:

1. Metode ini dapat sebagai landasan berpikir analisis.

2. Memiliki langkah-langkah (1) Struktural/menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh, (2) Analisis/menguraikan ke dalam satuan-satuan bahasa yang lebih kecil, dan (3) Sintetik/menyimpulkan kembali ke struktur semula. Dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa membuat anak mudah mengikuti prosedur dan akan dapat cepat membaca pada kesempatan berikutnya.

3. Berdasarkan landasan linguistik metode ini akan menolong anak. menguasai bacaan dengan lancar.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya kemampuan membaca siswa kelas I. 2. Keterbatasan siswa tentang pengenalan huruf-huruf.

3. Kurangnya dukungan dari orang tua siswa dalam bimbingan belajar di rumah.

4. Metode pembelajaran membaca permulaan yang digunakan guru kurang bervariasi.


(23)

C. Pembatasan Masalah

Masalah penelitian dibatasi pada metode pembelajaran membaca permulaan SAS (Stuktural Analitik Sintetik)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah diatas, maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam proposal ini adalah:

Apakah melalui metode Stuktural Analitik Sintetik (SAS) akan dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas 1 SDS Perintis 2 Pematangsawa?

E. Pemecahan Masalah

Tujuan membaca permulaan di kelas I adalah agar siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat. Kelancaran dan ketepatan anak membaca pada tahap belajar membaca permulaan dipengaruhi oleh keaktifan dan kreativitas guru yang mengajar di kelas I, hal ini terlihat dalam penggunaan metode mengajar. Dari beberapa metode membaca permulaan yang ada, metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) dipandang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran membaca permulaan.

Pembelajaran dengan metode ini mengawali pembelajarannya dengan menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Kemudian, melalui proses analitik siswa diajak untuk mengenal konsep kata. Kalimat utuh yang dijadikan tonggak dasar untuk pembelajaran membaca permulaan ini diuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa lebih kecil yang disebut kata, hingga


(24)

pada wujud satuan bahasa terkecil yang tidak bias diuraikan lagi, yakni huruf-huruf. Selanjutnya, siswa didorong untuk melakukan kerja sintesis (menyimpulkan). Satuan-satuan bahasa yang telah terurai tadi dikembalikan lagi kepada satuannya semula, yakni dari huruf-huruf menjadi suku kata, suku-suku kata menjadi kata, dan kata-kata menjadi kalimat. Dengan demikian siswa akan menemukan kembali wujud struktur semula, yakni sebuah kalimat utuh.

F. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Memperbaiki proses belajar mengajar guru di kelas dalam pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode SAS (Stuktural Analitik Sintetik).

2. Meningkatkan kemampuan membaca siswa di kelas rendah, terutama pada kelas I.

G. Manfaat PTK

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Siswa

Dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas I sehingga akan berpengaruh pula terhadap hasil belajar, guna persiapan kelas selanjutnya.


(25)

2. Sekolah

Memberikan sumbangan dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran di sekolah. Sebagai wacana bagi rekan guru dalam melaksanakan pembelajaran harus secara analisis dan fleksibel menentukan metode apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

3. Guru

Guru dapat meningkatkan kemampuan professionalnya, dan lebih memahami pembelajaran membaca permulaan dengan metode Stuktural Analitik Sintetik, serta untuk meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya selaku guru kelas I.

H. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup Penelitian Tindakan Kelas ini antara lain :

1. Ruang lingkup objek penelitian adalah kemampuan membaca permulaan siswa kelas I SDS Perintis 2 Pematangsawa.

2. Ruang lingkup subjek penelitian adalah siswa kelas I SDS Perintis 2 Pematangsawa.

3. Ruang lingkup tempat penelitian adalah SDS Perintis 2 Pematangsawa.

4. Ruang lingkup waktu penelitian adalah tahun 2010

5. Ruang lingkup ilmu adalah membaca permulaan dalam pembelajaran tematik (Bahasa Indonesia, PKn, Matematika)


(26)

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Keterampilan Berbahasa

Keterampilan berbahasa (language skill) dalam kurikulum di sekolah biasanya mencakup empat segi, yaitu:

a) Keterampilan menyimak/mendengarkan (Listening skill) b) Keterampilan berbicara (speaking skill)

c) Keterampilan membaca (reading skill) d) Keterampilan menulis (writing skill)

Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, kita biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula, pada masa kecil kita belajar menyimak/mendengarkan bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipelajari di sekolah. Dalam penggunaanya, keempat keterampilan tersebut sering berhubungan satu sama lain.


(28)

2. Pengertian Membaca Permulaan dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemampuan Membaca

Membaca adalah proses kegiatan melafalkan lambang-lambang bahasa tulis untuk memahami makna yang terkandung dalam bacaan. Adapun hakikat membaca adalah melihat tulisan dan menyuarakan atau tidak bersuara (dalam hati) serta mengerti isi tulisan. Menurut Anderson dalam Tarigan (2008: 7) bahwa:

Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding prosess), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna.

Dari pengertian-pengertian membaca tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan proses melisankan lambang-lambang yang tertulis untuk memperoleh suatu makna.

Tiga istilah sering digunakan untuk memberikan komponen dasar dari proses membaca, yakni recording, decoding, dan meaning. Menurut Syafi’ie dalam Rahim (2007: 2), bahwa:

“Proses recording dan decoding biasanya berlangsung pada kelas-kelas awal, yaitu SD kelas I, II, dan III yang dikenal dengan istilah membaca permulaan. Penekanan membaca pada tahap ini ialah proses perseptual, yaitu pengenalan korespondensi rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi bahasa. Sementara itu proses meaning lebih ditekankan di kelas-kelas tinggi SD” .

Pengajaran membaca secara umum dapat dibagi ke dalam dua tahapan, yaitu pengajaran membaca permulaan dan pengajaran membaca lanjut.


(29)

Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa SD kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki ketrampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh ketrampilan/kemampuan membaca. Adapun membaca lanjut adalah tahapan proses membaca bagi siswa kelas tinggi, yang merupakan kelanjutan dari membaca di kelas rendah. Pada tahap ini, anak dilatih dalam keterampilan pemahaman atas suatu bacaan.

Depdiknas (2007: 16) mendefinisikan membaca permulaan sebagai proses penerjemahan simbol bunyi menjadi bunyi yang bermakna. Dalam membaca permulaan diperlukan proses pengenalan huruf, suku kata, tanda baca, kata, dan kalimat. Ketepatan artikulasi dan Intonasi juga dikembangkan pada tahap membaca permulaan ini.

Tahap membaca permulaan ini umumnya terjadi pada anak usia enam tahun atau tujuh tahun bagi anak normal atau usia sembilan tahun atau sepuluh tahun pada anak tunagrahita. Pada tahap membaca permulaan anak masih perlu bantuan seperlunya selama membaca. Bantuan yang diberikan umumnya berupa konkretisasi kata yang dibaca, misalnya ketika anak membaca kata “buku” ditunjukkan wujud bukunya atau gambar buku ada di samping atau di bawah tulisan buku.


(30)

Ada beberapa faktor yang memengaruhi kemampuan membaca, baik membaca permulaan maupun membaca lanjut. Faktor-faktor yang memengaruhi membaca permulaan menurut Lamb dan Arnold dalam Rahim (2007: 16-30) meliputi:

a. Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologist, dan jenis kelamin.

b. Faktor Intelektual

Secara umum, intelegensi anak tidak sepenuhnya memengaruhi berhasil atau tidaknya anak dalam membaca permulaan. Faktor metode mengajar guru, prosedur dan kemampuan guru juga turut memengaruhi kemampuan membaca permulaan.

c. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan mencakup

1) Latar belakang dan pengalaman siswa di rumah 2) Sosial ekonomi keluarga siswa

d. Faktor Psikologis Faktor ini mencakup: 1) Motivasi

2) Minat

3) Kematangan sosio dan emosi serta penyesuaian diri

Kemampuan membaca pada usia dini banyak mempengaruhi tingkat intelegensi. Doman (1991: 94) mengemukakan beberapa alasan mengapa


(31)

anak-anak harus belajar membaca ketika usia mereka masih sangat dini, diantaranya adalah bahwa “anak-anak yang diajar membaca pada usia yang sangat dini dapat menyerap lebih banyak informasi, dan cenderung lebih mengerti daripada anak-anak yang tidak belajar membaca”. Oleh karena itu, guru di kelas rendah harus dapat membantu serta membimbing para siswa untuk mengembangkan serta meningkatkan kemampuan membaca mereka.

3. Pembelajaran Membaca Permulaan

Suparman dan Sukamto dalam Winataputra (2004: 11.1), menyatakan bahwa pembelajaran pada hakikatnya merupakan upaya yang sistemik dan sistematis dalam menata lingkungan belajar guna menumbuhkan dan mengembangkan belajar peserta didik. Pembelajaran membaca yang diberikan di kelas I dan II sepenuhnya ditekankan pada segi mekaniknya, artinya keterampilan membaca yang dilatihkan adalah jenis membaca teknis dengan tujuan untuk mendidik siswa dari tidak bisa membaca menjadi pandai membaca.

Pembelajaran membaca di kelas I dan II disebut dengan pembelajaran membaca permulaan. Pembelajaran membaca permulaan bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan dasar untuk membaca bahasa Indonesia, agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut.


(32)

Pembelajaran diarahkan untuk memperkuat kemampuan berbahasa lisan siswa.

Pelaksanaan membaca permulaan di kelas I SD dilakukan dalam dua tahap, yaitu:

a) Membaca tanpa buku. Proses pengajaran dilakukan dengan memakai alat pengajaran bukan buku. Media yang digunakan berupa kartu gambar, kartu papan panel/papan tulis, kartu kalimat, kartu kata, dan kartu huruf.

b) Membaca dengan menggunakan buku. Pengajaran berlangsung dengan kegiatan sebagai berikut:

1) Baca dengan nyaring bacaan bersama-sama. 2) Baca setiap baris secara bergantian.

3) Bila dinilai bahwa anak belum mampu mengenal huruf pergunaan kembali kartu kalimat, kartu kata, dan kartu huruf.

4) Perhatikan pelafalan huruf vokal, konsonan, dan tanda baca.

4. Metode – Metode Membaca Permulaan

T. Raka Joni dalam Abimanyu, dkk (2009: 2-5) mengartikan metode sebagai “cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu”. Metode dapat diartikan sebagai cara menyajikan kegiatan untuk mencapai tujuan. Metode mengajar merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Hudoyo, metode


(33)

mengajar adalah cara-cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.

Metode membaca merupakan suatu teori pengajaran bahasa pada salah satu kegunaan praktis yang dapat dicapai, dengan tujuan melatih para siswa agar terampil dalam membaca pemahaman. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap metode pembelajaran bahasa Indonesia antara lain: a. Persamaan dan perbedaan antara sistem bahasa pertama siswa dengan

bahasa kedua yang mereka pelajari.

b. Usia siswa pada saat mereka belajar bahasa c. Latar belakang sosial budaya siswa

d. Pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan berbahasa siswa dalam bahasa yang dipelajarinya yang sudah mereka punyai

e. Pengetahuan dan keterampilan berbahasa guru dalam bahasa yang akan dipelajarinya:

1) guru menguasai bahan ajar

2) guru mampu mengelola program-program belajar-mengajar

f. Kedudukan dan fungsi bahasa yang dipelajari siswa dalam masyarakat tempat di mana mereka berada

g. Tujuan pembelajaran yang diinginkan

h. Alokasi waktu yang tersedia untuk kegiatan pembelajaran

Metode mencakup beberapa faktor, yaitu penentuan bahan, penentuan urutan bahan, cara-cara penyajian, dan sebagainya semuanya itu


(34)

dilandaskan pada suatu sistem tertentu untuk mencapai tujuan tertentu pula. Ada kalanya seorang pengajar perlu menggunakan beberapa metode dalam menyampaikan suatu pokok bahasan tertentu.

Menurut Iing Sunarti dan Ida Nurhaida dalam Solchan T. W., dkk (2007: 8.29), ada beberapa metode pembelajaran membaca yang diperuntukkan bagi siswa permulaan, antara lain:

a. Metode abjad/alfabet

Pembelajaran dengan metode ini memulai pengajarannya dengan memperkenalkan bentuk huruf-huruf dengan pelafalannya untuk dihafalkan oleh siswa.

b. Metode Bunyi

Dalam metode ini disajikan bahan pelajaran berupa huruf-huruf. Untuk huruf konsonan dibantu bunyi pepet di depan atau di belakangnya. Contohnya:

Huruf /b/ dilafalkan [eb] atau [be] /n/ dilafalkan [en]

/p/ dilafalkan [ep] /en-a/ => [na]

/en-i/ => [ni] => dibaca => [na-ni] c. Metode Suku Kata

Dalam metode ini disajikan bahan berupa suku kata-suku kata. Suku kata– suku kata itu kemudian dirangkaikan menjadi kata dengan menggunakan tanda hubung.


(35)

Contoh: bu ba => dirangkaikan menjadi dan bu-ku ba-ra seterusnya

d. Metode Kata

Diawali dengan pengenalan sebuah kata tertentu. Kata ini kemudian diuraikan menjadi suku kata. Setelah itu suku kata-suku kata tersebut dirangkaikan lagi menjadi kata-kata.

Contoh: budi => bu – di => budi ibu => i – bu => ibu e. Metode kalimat

Metode ini disebut juga metode global, karena yang disajikan kepada siswa adalah beberapa kalimat secara global. Adapun teknik penyajiannya adalah:

1) Pertama-tama disajikan kepada siswa beberapa kalimat

2) Setelah siswa dapat membaca beberapa kalimat, diambil sebuah kalimat untuk diuraikan menjadi kata

a) Kata yang menjadi bagian kalimat tersebut diuraikan menjadi suku kata

b) Akhirnya suku kata tersebut diuraikan menjadi huruf Contoh: ani murid baru

ani murid baru a-ni mu-rid ba-ru


(36)

f. Metode SAS

Metode SAS adalah suatu metode yang memulai pengajaran dengan menampilkan struktur kalimat secara utuh , lalu klaimat itu dianalisis dan pada akhirnya dikembalikan pada bentuk semula.

Contoh:

ini kuda paman ini kuda paman i – ni ku – da pa – man

i – n – i k – u – d – a p – a – m – a – n i – ni ku – da pa – man

ini kuda paman ini kuda paman

2. Metode SAS (Struktur Analisis Sintetik)

Metode SAS diprogramkan pemerintah mulai tahun 1975, dan khusus disediakan untuk belajar membaca dan menulis permulaan di kelas awal SD. Lebih luas lagi, metode ini juga dapat dipergunakan dalam berbagai bidang pengajaran. Metode ini dilandasi oleh tiga landasan, yakni:

a. Landasan psikologis

Bahwa pengamatan pertama bersifat global (totalitas), dan bahwa anak usia sekolah memiliki sifat ingin tahu yang kuat.

b. Landasan pedagogis

1) Mengembangkan potensi dan pengalaman anak 2) Membimbing anak menemukan suatu masalah


(37)

c. Landasan linguistik

Bahwa itu ucapan bukan tulisan, unsur bahasa dalam metode ini ialah kalimat, bahwa bahasa Indonesia mempunyai struktur tersendiri.

Metode ini sejalan dengan prinsip linguistik (ilmu bahasa) yang memandang satuan bahasa terkecil yang bermakna untuk berkomunikasi adalah kalimat, bahwa pada hakikatnya kalimat merupakan suatu struktur. Oleh karena itu kepada siswa disajikan kalimat secara utuh, kemudian kalimat itu dianalisis menjadi unsur-unsur kalimat, yaitu kata, kata dianalisis menjadi suku kata, suku kata dianalisis menjadi huruf (unsur terkecil dari bahasa). Unsur terkecil berupa huruf itu, kemudian dirangkaikan kembali menjadi suku kata, suku kata dirangkai menjadi kata, dan akhirnya kata dirangkai menjadi kalimat. Dengan demikian, anak-anak akan menemukan kembali wujud struktur semula, yakni sebuah kalimat utuh. Jika dilihat prosesnya, metode ini merupakan campuran dari metode-metode membaca permulaan.

Contoh:

kuda paman mati kuda paman mati

ku – da pa – man ma – ti

k – u – d – a p – a – m – a – n m – a – t – i ku – da pa – man ma – ti

kuda paman mati kuda paman mati


(38)

Dalam

http://pbsindonesia.fkip-uninus.org/media.php?module=detailmateri&i d=97 terdapat beberapa prosedur penggunaan metode SAS, antara lain:

a. Mula, membaca permulaan dijadikan dua bagian; bagian pertama membaca permulaan tanpa buku, selanjutnya bagian pertama membaca permulaan buku.

b. Merekam bahasa anak melalui pertanyaan-pertanyaan dari pengajar sebagai kontak permulaan.

c. Menampilkan gambar sambil bercerita. Setiap kali gambar diperlihatkan, muncullah kalimat anak-anak yang sesuai dengan gambar.

d. Membaca kalimat secara structural e. Membaca permulaan dengan buku f. Membaca lanjutan

g. Membaca dalam hati

Teknik pelaksanaan metode SAS ialah keterampilan memilih kartu huruf, kartu kata, dan kartu kalimat. Sementara anak-anak mencari huruf, suku kata, kata, guru dan sebagian siswa yang lain menempelkan kata-kata yang tersusun mejadi kalimat yang berarti. Begitu seterusnya sehingga semua anak mendapat giliran untuk menyusun kalimat, dan membacanya.

Depdiknas (2007: 19) menyatakan beberapa prinsip dan langkah-langkah pembelajaran dengan metode SAS adalah sebagai berikut:

Prinsip

a. Guru memfasilitasi anak agar mendayagunakan kemampuan berbahasa menggunakan 2 proses berpikir, yaitu sintesis dan analisis

b. Sintesis: proses berpikir memadukan c. Analisis: proses berpikir mengurai

d. Anak dibiasakan memproses teks secara utuh

e. Kata/kalimat diurai menjadi suku kata, huruf, lalu dikembalikan menjadi kata & kalimat kembali

Langkah-langkah

a. Berikan anak sebuah kata

b. Anak mengeja kata itu menjadi sukukata c. Anak mengurai kata itu menjadi huruf-huruf


(39)

d. Ulangi, sampai anak menyadari hubungan antara bunyi dan suku kata/huruf

e. Dengan mengeja, anak merangkai kembali huruf tersebut menjadi sukukata/kata

f. Anak membaca utuh kata tersebut

Catatan: Proses yang sama bisa diterapkan ke dalam kalimat.

Sedangkan dalam http://utmalang.multiply.com/journal/item/2 langkah-langkah pembelajaran dengan metode SAS, meliputi:

a. Kalimat dibaca sebagai kalimat,

b. Kalimat dibaca berdasar unsur kata-katanya, c. Kalimat dibaca berdasar unsur suku katanya, d. Kalimat dibaca berdasar unsur fonem (huruf) nya, e. Kalimat dibaca berdasar unsur suku katanya, f. Kalimat dibaca berdasar unsur kata-katanya, dan g. Kalimat dibaca sebagai kalimat.

Dengan langkah pembacaan seperti itu diharapkan pembelajaran membaca permulaan melibatkan siswa secara mental dalam bentuk proses struktural-analitis-sintetis (SAS).

Tak ada satupun metode yang dianggap paling baik di antara metode-metode yang lain. Setiap metode-metode mempunyai karateristik tertentu dengan segala kelebihan serta kelemahan masing-masing. Dalam

http://pbsindonesia.fkip-uninus.org/media.php?module=detailmateri&id=97 diugkapkan kelebihan dan kekurangan dari metode SAS sebagai berikut:

Kelebihannya antara lain:

a. Metode ini dapat sebagai landasan berpikir analisis.

b. Dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa membuat anak mudah mengikuti prosedur dan akan dapat cepat membaca pada kesempatan berikutnya.

c. Berdasarkan landasan linguistik metode ini akan menolong anak menguasai bacaan dengan lancar.


(40)

Sedangkan kelemahannya adalah:

a. Metode ini dianggap kurang praktis, karena pengajar harus kreatif dan terampil serta sabar. Tuntutan semacam ini dipandang sangat sukar untuk kondisi mengajar saat ini.

b. Banyak sarana yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan metode ini untuk sekolah sekolah tertentu dirasa sukar.

c. Metode SAS hanya untuk konsumen pembelajar di perkotaan dan tidak di pedesaan

d. Oleh karena agak sukar menganjarkan para pengajar metode SAS maka di sana-sini Metode ini tidak dilaksanakan.

3. Penilaian

Pada prinsipnya penilaian pembelajaran di SD/MI dimaksudkan untuk mengetahui apakah pembelajaran yang dilaksanakan benar-benar menjadi dasar pembelajaran selanjutnya. Koufman, dkk dalam Djago Tarigan, dkk (2004: 8.7) menyatakan bahwa evaluasi atau penilaian adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan, dan pemaknaan data (informasi) untuk menentukan kualitas sesuatu yang terkandung dalam data tersebut. Sedangkan dalam http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?menu=bmp short_detail2&ID=265 pengertian evaluasi atau penilaian adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan, dan pemaknaan data (informasi) untuk menentukan nilai atau kualitas sesuatu yang terkandung di dalam data tersebut. Di dalam kegiatan itu terkandung fase pengumpulan data, pengolahan data menjadi informasi, dan menggunakan informasi itu untuk mengambil keputusan. Dalam pembelajaran, hasil evaluasi digunakan untuk menilai kesesuaian dan ketercapaian tujuan, kegunaan bahan ajar, dan keefektifan pembelajaran.


(41)

Secara operasional, penilaian pembelajaran dilakukan guru untuk mengukur dan mengevaluasi proses pembelajaran terutama kemajuan perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki mereka masing-masing. Evaluasi juga bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan alat penilaian pembelajaran bahasa untuk kelas rendah adalah:

a. Kemampuan siswa

b. Komponen pelajaran bahasa c. Hakikat belajar bahasa

Penilaian membaca berkaitan dengan pengukuran kemampuan memahami bahasa tulis, dengan kata lain pemahaman merupakan aspek terpenting dalam penilaian membaca. Kemampuan membaca siswa kelas rendah, terutama di kelas I masih sangat terbatas dalam hal kemampuan pemahaman suatu bacaan. Oleh karena itu, penilaian yang biasa dilakukan oleh guru hanya dilakukan untuk mengukur kemampuan teknis membaca saja, yakni melalui membaca bersuara/membaca nyaring.

Alat penilaian berupa tes, tes di kelas awal dimaksudkan untuk menilai kemampuan siswa mengenal, merangkaikan huruf, dan membacanya menjadi satuan bermakna, serta memahami maksudnya. Untuk itu maka tes yang dipilih dalam penelitian ini adalah membaca nyaring dan tes tertulis. Guru menyajikan wacana tulis sederhana dan siswa


(42)

membacakannya dengan bersuara, yang dinilai adalah ketepatan ucapan atau lafal dan kelancaran siswa dalam membaca. Selanjutnya, guru mendiktekan beberapa kalimat sederhana, yang dinilai adalah ketepatan tulisan dan kerapihan penulisan.

B. Kerangka Pikir

Di SD mulai dikembangkan keterampilan dan kemampuan bersekolah (skolastik) seperti kemampuan dalam membaca, menulis dan menghitung. Dari ketiga keterampilan tersebut, keterampilan membaca merupakan keterampilan penting yang harus dikuasai oleh siswa. Karena membaca tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi berfungsi sebagai alat untuk memperluas pengetahuan seseorang. Jika siswa tidak memiliki atau kemampuan membacanya rendah, siswa akan mengalami kesulitan belajar di kemudian hari.

Tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai sejak dini, keterampilan membaca tidak akan tercapai. Dengan demikian, sejak kelas awal di Sekolah Dasar siswa perlu memperoleh pembelajaran membaca dengan baik khususnya membaca permulaan.

Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa SD kelas awal. Pada tahap ini siswa belajar untuk memperoleh kemampuan


(43)

dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik.

Untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan, guru dapat memilih metode pembelajaran. Metode mengajar merupakan salah satu faktor penting yang dapat mendukung keberhasilan suatu proses pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran membaca permulaan yang dapat digunakan oleh guru adalah metode Struktur Analisis Sintesis atau yang lebih dikenal dengan metode SAS. Metode SAS mempunyai langkah-langkah dengan urutan:

1. Struktural menampilkan keseluruhan (kalimat utuh),

2. Analitik melakukan proses penguraian kalimat menjadi unsur bahasa terkecil, dan

3. Sintetik melakukan penggabungan kembali kepada bentuk struktural semula.

C. Hipotesis

Metode SAS (Stuktural Analitik Sintetik) dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas 1 SDS Perintis 2 Pematangsawa


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian dilakukan pada semester genap di kelas I SDS Perintis 2 Pematangsawa, Pekon Pesanguan, Kecamatan Pematangsawa, Kabupaten Tanggamus. Siswa kelas I berjumlah 19 siswa, 4 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki. Siswa kelas I mengalami kesulitan dalam kemampuan membaca.

B. Sasaran penelitian

Peningkatan kemampuan membaca permulaan siswa kelas I SDS Perintis 2 Pematangsawa.

C. Waktu Penelitian

Waktu penelitian selama 3 bulan, yakni Januari s.d Maret. Waktu dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada semester II/genap tahun pelajaran 2009/2010.


(45)

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri atas II siklus, untuk setiap siklusnya terdiri atas 2 kali pertemuan. Satu kali pertemuan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Prosedur dalam satu siklus penelitian terdiri dari 4 tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan/tindakan, observasi, dan refleksi. Tahapan tersebut akan berulang kembali pada siklus-siklus berikutnya.

Secara rinci, prosedur penelitian ini terdiri atas: 1. Tahap Perencanaan (Persiapan)

Meliputi:

a. Menentukan materi pokok pembelajaran.

b. Menetapkan dan mendiskusikan rancangan pembelajaran yang akan ditetapkan di kelas sebagai tindakan dalam siklus.

c. Membuat skenario pembelajaran sesuai dengan materi pokok yang akan dilakukan.

d. Penyediaan sarana pembelajaran yang mendukung terlaksananya tindakan.

e. Mempersiapkan lembar pengamatan.

f. Menetapkan jenis data yang dikumpulkan sesuai respon terhadap tindakan yang dilakukan baik data kuantitatif maupun data kualitatif.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan


(46)

Rencana siklus tindakan a. Siklus I

Pelaksanaan pembelajaran dalam siklus I adalah berupa pembelajaran tematik, dengan materi pokok membaca nyaring (Bahasa Indonesia), operasi hitung bilangan (Matematika), dan hak anak di rumah dan di sekolah (PKn). Kegiatan pelaksanaan tindakan berupa penerapan kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam skenario pembelajaran. Adapun langkah-langkah kegiatannya adalah sebagai berikut:

- Guru membaca teks pendek dengan lafal dan intonasi yang tepat. - Membaca kalimat secara kelompok dan klasikal dengan suara

nyaring.

- Guru menampilkan dan membaca teks bacaan dengan menerapkan metode SAS di papan tulis.

- Melakukan bimbingan membaca teks bacaan secara individual di depan kelas dengan menerapkan metode SAS.

- Melalui benda yang diperlihatkan guru, siswa membilang banyak benda.

- Mencari kartu bilangan yang tepat dengan banyak benda tersebut (bilangan 21 – 50).

- Menunjukkan kartu bilangan.

- Membaca lambang bilangan 21 – 50 secara klasikal. - Melakukan tes.


(47)

b. Siklus II

Tahapan yang dilalui pada siklus II masih sama dengan tahapan pada siklus I, yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pelaksanaan program tindakan II mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada siklus I, dan sesuai dengan alternatif pemecahan masalah yang sudah ditentukan. Melakukan pengamatan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

3. Observasi dan evaluasi

Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan, peristiwa yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung dengan bantuan seorang observer/guru mitra. Evaluasi terhadap keberhasilan tindakan dilakukan melalui tes verbal.

4. Refleksi

Setelah melakukan tindak pembelajaran, dilakukan refleksi bersama observer/guru mitra. Kegiatan refleksi delakukan dengan mendiskusikan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan. Hal-hal yang didiskusikan meliputi; kesesuaian antara rancangan dengan pelaksanaan pembelajaran, kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran, dan kemajuan yang telah dicapai oleh siswa.


(48)

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, digunakan teknik pengumpulan data berupa:

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk memperoleh data kualitatif tentang tingkah laku siswa dalam kelas waktu menerima pelajaran. Dalam hal ini, peneliti dibantu oleh seorang observer atau guru mitra SDS Perintis 2 Pematangsawa.

2. Tes

Data yang berkaitan dengan evaluasi pembelajaran tematik untuk meningkatkan pemahaman membaca permulaan dalam penelitian ini menggunakan instrumen tes verbal, baik tes lisan maupun tertulis.

F. Teknik analisis data

Peneliti melakukan analisis data-data yang berupa hasil tes dan hasil pengamatan langsung pada saat pelaksanaan tindakan. Data yang diambil adalah data kuantitatif dari hasil tes dan nilai tugas, serta data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Dalam analisis data diharapkan ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 75%. Adapun Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran Bahasa Indonesia di SDS Perintis 2 ada dua kriteria yaitu: tuntas apabila nilai yang diperoleh siswa adalah  62 dan tidak tuntas apabila nilai yang diperoleh


(49)

siswa adalah < 62. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar tiap siklus, akan dianalisis menggunakan rumus:

Persentase = Jumlah siswa yang tuntas belajar x 100% Jumlah seluruh siswa


(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Latar Penelitian

Guru SDS Perintis 2 Pematangsawa terdiri atas 8 orang, dengan kualifikasi akdemik 1 orang berpendidikan sarjana (S1 PGSD), 2 orang alumni D II PGSD dan 5 guru lainnya SMA/sederajat (sedang melanjutkan jenjang pendidikan). Dengan latar belakang pendidikan tersebut, masih banyak ditemukan kelemahan-kelemahan dalam proses pembelajaran seperti:

1. Belum terciptanya suasana belajar yang kondusif dalam kelas

2. Alat peraga untuk pembelajaran di kelas yang tersedia tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh guru

3. Guru sering meninggalkan kelas, siswa diberi tugas atau mencatat materi pembelajaran

Dengan kenyataan-kenyataan diatas, mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa. Begitu halnya di kelas I, guru belum menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan karakteristik siswa di kelas rendah, terutama dalam hal membaca permulaan. Guru sangat terpaku pada kurikulum dan belum mampu mengelola proses pembelajaran di kelas dengan baik.


(51)

Berdasarkan latar belakang siswa kelas I SDS Perintis 2 Pematangsawa yang masih mengalami kesulitan membaca permulaan, maka peneliti memilih metode Stuktural Analitik Sintetik (SAS) sebagai metode yang akan digunakan dalam perbaikan proses pembelajaran di kelasnya.

B. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian

Pelaksanaan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas tentang membaca permulaan di kelas I SD Perintis 2 Pematangsawa dengan metode Stuktural Analitik Sintetik (SAS) dilakukan dalam dua siklus, dan setiap siklusnya terdiri atas 2 pertemuan. Pada siklus I diterapkan membaca tanpa buku, yakni menggunakan kartu kalimat (pertemuan pertama) dan menggunakan gambar (pertemuan kedua). Dan pada siklus II membaca dengan menggunakan buku. Dalam pelaksanaan setiap siklusnya, peneliti sebagai pengajar didampingi oleh seorang supervisor.

1. Pelaksanaan Siklus I

a. Perencanaan

Siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan, dengan rancangan pembelajaran tematik dengan tema “Peristiwa Alam”. Bersama supervisor, peneliti membahas rancangan kegiatan pembelajaran pada siklus I. Pada siklus I anak akan belajar membaca tanpa buku, maka persiapan kegiatan pembelajarannya adalah:


(52)

1) Menetapkan materi pokok sebagai berikut: a) Matematika

Operasi hitung bilangan b) Bahasa Indonesia Membaca nyaring

c) Pendidikan Kewarganegaraan Hak anak di rumah dan di sekolah

2) Mempersiapkan lembar pengamatan untuk siswa

3) Mempersiapkan kartu kalimat untuk kegiatan membaca pada pertemuan pertama

4) Mempersiapkan alat peraga untuk membilang banyak benda 5) Mempersiapkan kartu bilangan 21 sampai dengan 50

6) Mempersiapkan gambar untuk kegiatan membaca pada pertemuan kedua.

b. Implementasi RPP

Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 2 Maret 2010 pukul 08.00 s/d 08.30 WIB. Dengan kegiatan sebagai berikut: Kegiatan pembelajaran diawali dengan doa bersama dan absensi siswa, selanjutnya guru memotivasi siswa dengan menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru membaca teks pendek yang terdapat pada kartu kalimat yang dipasang di papan tulis dengan lafal dan intonasi yang tepat. Selanjutnya siswa diminta membaca kalimat secara kelompok dan klasikal dengan suara nyaring. Guru


(53)

menampilkan dan membaca teks bacaan yang terdiri atas 3 – 5 kata dengan menerapkan metode SAS dengan unsur suku kata yang masih dieja. Siswa diminta membaca teks bacaan secara individual di depan kelas. Melalui benda yang diperlihatkan guru, siswa membilang banyak benda. Mencari kartu bilangan yang tepat dengan banyak benda tersebut (bilangan 21 – 50). Siswa memperhatikan bilangan yang diperlihatkan guru melalui kartu bilangan. Siswa membaca lambang bilangan 21 – 50 secara klasikal. Kemudian siswa membaca secara individual nama bilangan yang tertera di papan tulis. Selanjutnya seorang siswa ditugaskan oleh guru untuk menentukan banyak benda dan siswa lain untuk mencari kartu bilangannya. Pada kegiatan akhir pembelajaran siswa mengerjakan soal-soal dan guru memberikan tugas rumah kepada siswa.

Pertemuan ke dua siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 4 Maret 2010, pukul 08.00 s/d 08.30 WIB. Diawali dengan doa bersama, guru mengabsen kehadiran siswa dan mengumpulkan tugas/PR. Guru mengulang dan mengingatkan kembali pelajaran yang telah lalu dan memotivasi siswa dengan meminta siswa menyanyikan lagu “Satu-satu”. Guru memasang gambar di papan tulis, kemudian melakukan tanya jawab tentang isi gambar dengan siswa. Siswa memperhatikan wacana pendek yang terdiri dari 3 – 5 kata yang ditulis oleh guru di papan tulis. Guru membaca teks pendek dengan lafal dan intonasi yang tepat. Guru menulis teks bacaan yang terdiri dari 3 – 5 kata di papan


(54)

tulis, kemudian membacanya dengan menerapkan metode SAS di papan tulis. Siswa diminta membaca kalimat secara kelompok dan klasikal dengan suara nyaring. Selanjutnya beberapa orang siswa diminta membaca teks bacaan di depan kelas. Seorang siswa diminta untuk mengambil sebuah kartu bilangan, kemudian membacakan lambang bilangan yang tertera. Sementara itu, seorang siswa lagi menuliskan nama lambang bilangan di papan tulis. Guru menunjukkan beberapa kartu bilangan, kemudian meminta siswa untuk menuliskan lambang bilangan tersebut pada buku mereka masing-masing. Guru mengakhiri kegiatan dengan menyimpulkan materi yang telah disampaikan dan memberikan tes siklus I kepada siswa.

1) Hasil Observasi Pengamatan Proses dan hasil belajar

Aktifitas yang diamati dalam kegiatan ini meliputi berbagai aspek yang dinilai dalam kegiatan membaca dengan penerapan metode SAS, aspek tersebut antara lain:

a) Kesungguhan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran b) Membaca secara kelomopok

c) Membaca secara individu, meliputi: (1) analisis kalimat

(2) sintesis kalimat

d) Intonasi suara ketika membaca


(55)

Tabel 2. Data aktifitas siswa dalam proses kegiatan membaca dengan metode SAS (Stuktural Analitik Sintetik) siklus I

N o

Aspek yang dinilai

Siklus I Aktif Tidak Aktif

Jmlh sswa

% Byk

Sswa

% Byk Sswa

% 1 Kesungguhan

dalam mengikuti kegiatan

12 67 6 33 18 100

2 Membaca secara kelompok

15 83 3 17 18 100 3 Membaca secara

individu

a. analisa kalimat 10 56 8 44 18 100 b. sintesis kalimat 9 50 9 50 18 100 4 Intonasi suara

ketika membaca

14 78 4 22 18 100

Data kemampuan membaca anak diperoleh dari tes pada setiap akhir siklus. Tes akhir siklus bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan dan kemampuan siswa dalam membaca dengan penerapan metode SAS. Data kemampuan siswa pada siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Data kemampuan membaca permulaan dengan metode SAS (Stuktural Analitik Sintetik) siklus I

No Nilai Siswa Kriteria Jumlah Siswa 1

2

 62

 62

Tuntas Tidak tuntas

9 9

jumlah 18

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang mampu membaca pada siklus I mencapai 9 orang siswa.


(56)

c. Refleksi

Berdasarkan pengamatan/observasi pada siklus I, ada beberapa hal yang harus diperbaiki pada siklus selanjutnya sebagai berikut:

1) Keaktifan siswa dalam proses belajar masih perlu ditingkatkan, masih ada siswa yang diam saja ketika pembelajaran berlangsung, dan masih ada siswa yang bermain sendiri bahkan mengganggu teman.

2) Guru hendaknya memberikan bimbingan khusus kepada beberapa orang siswa yang masih belum hafal dengan huruf, dengan demikian akan memudahkan anak dalam belajar membaca


(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Penggunaan Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) adalah sangat tepat

apabila digunakan dalam membaca permulaan di kelas I SDS Perintis 2 Pematangsawa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan aktifitas siswa dalam proses kegiatan membaca dan peningkatan kemampuan berbahasa anak (kemampuan membaca).

2. Pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode SAS dapat meningkatkan nilai rata-rata kemampuan membaca sebesar 6,89 dan persentase ketuntasan belajar sebesar 44%.

B. Saran

1. Pada proses pembelajaran di kelas rendah hendaknya guru memilih dan menggunakan metode mengajar yang tepat, sehingga menarik minat belajar dan siswa dapat menerima materi pembelajaran dengan baik. Sebab kelas I merupakan penanaman konsep pertama bagi anak yang akan berpengaruh terhadap pembelajaran di kelas selanjutnya.

2. Dalam pelaksanaan membaca permulaan dengan metode SAS di kelas I proses pengajaran dilakukan dalam dua tahap, yakni membaca tanpa buku dan membaca dengan menggunakan buku.


(58)

3. Guru selaku pendidik hendaknya tanggap terhadap permasalahan-permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran di kelasnya, dan melakukan perbaikan pembelajaran.


(1)

menampilkan dan membaca teks bacaan yang terdiri atas 3 – 5 kata dengan menerapkan metode SAS dengan unsur suku kata yang masih dieja. Siswa diminta membaca teks bacaan secara individual di depan kelas. Melalui benda yang diperlihatkan guru, siswa membilang banyak benda. Mencari kartu bilangan yang tepat dengan banyak benda tersebut (bilangan 21 – 50). Siswa memperhatikan bilangan yang diperlihatkan guru melalui kartu bilangan. Siswa membaca lambang bilangan 21 – 50 secara klasikal. Kemudian siswa membaca secara individual nama bilangan yang tertera di papan tulis. Selanjutnya seorang siswa ditugaskan oleh guru untuk menentukan banyak benda dan siswa lain untuk mencari kartu bilangannya. Pada kegiatan akhir pembelajaran siswa mengerjakan soal-soal dan guru memberikan tugas rumah kepada siswa.

Pertemuan ke dua siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 4 Maret 2010, pukul 08.00 s/d 08.30 WIB. Diawali dengan doa bersama, guru mengabsen kehadiran siswa dan mengumpulkan tugas/PR. Guru mengulang dan mengingatkan kembali pelajaran yang telah lalu dan memotivasi siswa dengan meminta siswa menyanyikan lagu “Satu -satu”. Guru memasang gambar di papan tulis, kemudian melakukan tanya jawab tentang isi gambar dengan siswa. Siswa memperhatikan wacana pendek yang terdiri dari 3 – 5 kata yang ditulis oleh guru di papan tulis. Guru membaca teks pendek dengan lafal dan intonasi yang tepat. Guru menulis teks bacaan yang terdiri dari 3 – 5 kata di papan


(2)

tulis, kemudian membacanya dengan menerapkan metode SAS di papan tulis. Siswa diminta membaca kalimat secara kelompok dan klasikal dengan suara nyaring. Selanjutnya beberapa orang siswa diminta membaca teks bacaan di depan kelas. Seorang siswa diminta untuk mengambil sebuah kartu bilangan, kemudian membacakan lambang bilangan yang tertera. Sementara itu, seorang siswa lagi menuliskan nama lambang bilangan di papan tulis. Guru menunjukkan beberapa kartu bilangan, kemudian meminta siswa untuk menuliskan lambang bilangan tersebut pada buku mereka masing-masing. Guru mengakhiri kegiatan dengan menyimpulkan materi yang telah disampaikan dan memberikan tes siklus I kepada siswa.

1) Hasil Observasi Pengamatan Proses dan hasil belajar

Aktifitas yang diamati dalam kegiatan ini meliputi berbagai aspek yang dinilai dalam kegiatan membaca dengan penerapan metode SAS, aspek tersebut antara lain:

a) Kesungguhan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran b) Membaca secara kelomopok

c) Membaca secara individu, meliputi: (1) analisis kalimat

(2) sintesis kalimat

d) Intonasi suara ketika membaca


(3)

Tabel 2. Data aktifitas siswa dalam proses kegiatan membaca dengan metode SAS (Stuktural Analitik Sintetik) siklus I

N o

Aspek yang dinilai

Siklus I Aktif Tidak Aktif

Jmlh sswa

% Byk

Sswa

% Byk Sswa

% 1 Kesungguhan

dalam mengikuti kegiatan

12 67 6 33 18 100

2 Membaca secara kelompok

15 83 3 17 18 100

3 Membaca secara individu

a. analisa kalimat 10 56 8 44 18 100 b. sintesis kalimat 9 50 9 50 18 100 4 Intonasi suara

ketika membaca

14 78 4 22 18 100

Data kemampuan membaca anak diperoleh dari tes pada setiap akhir siklus. Tes akhir siklus bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan dan kemampuan siswa dalam membaca dengan penerapan metode SAS. Data kemampuan siswa pada siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Data kemampuan membaca permulaan dengan metode SAS (Stuktural Analitik Sintetik) siklus I

No Nilai Siswa Kriteria Jumlah Siswa

1 2

 62  62

Tuntas Tidak tuntas

9 9

jumlah 18

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang mampu membaca pada siklus I mencapai 9 orang siswa.


(4)

c. Refleksi

Berdasarkan pengamatan/observasi pada siklus I, ada beberapa hal yang harus diperbaiki pada siklus selanjutnya sebagai berikut:

1) Keaktifan siswa dalam proses belajar masih perlu ditingkatkan, masih ada siswa yang diam saja ketika pembelajaran berlangsung, dan masih ada siswa yang bermain sendiri bahkan mengganggu teman.

2) Guru hendaknya memberikan bimbingan khusus kepada beberapa orang siswa yang masih belum hafal dengan huruf, dengan demikian akan memudahkan anak dalam belajar membaca


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Penggunaan Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) adalah sangat tepat

apabila digunakan dalam membaca permulaan di kelas I SDS Perintis 2 Pematangsawa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan aktifitas siswa dalam proses kegiatan membaca dan peningkatan kemampuan berbahasa anak (kemampuan membaca).

2. Pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode SAS dapat meningkatkan nilai rata-rata kemampuan membaca sebesar 6,89 dan persentase ketuntasan belajar sebesar 44%.

B. Saran

1. Pada proses pembelajaran di kelas rendah hendaknya guru memilih dan menggunakan metode mengajar yang tepat, sehingga menarik minat belajar dan siswa dapat menerima materi pembelajaran dengan baik. Sebab kelas I merupakan penanaman konsep pertama bagi anak yang akan berpengaruh terhadap pembelajaran di kelas selanjutnya.

2. Dalam pelaksanaan membaca permulaan dengan metode SAS di kelas I proses pengajaran dilakukan dalam dua tahap, yakni membaca tanpa buku dan membaca dengan menggunakan buku.


(6)

3. Guru selaku pendidik hendaknya tanggap terhadap permasalahan-permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran di kelasnya, dan melakukan perbaikan pembelajaran.