2. Film Sebagai Refleksi Realitas Sosial

bisa berangkat dari alam semesta yang menghasilkan ide serta realitas yang kemudian menjadi sebuah karya yang obyektif. Dalam banyak penelitian tentang dampak film pada masyarakat, hubungan antar film dan masyarakat selalu dipahami secara linier. Artinya film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan message di baliknya, tanpa pernah berlaku sebaliknya. Film selalu merekam realitas yang tumbuh berkembang dalam masyarakat dan kemudian memproyeksikan ke dalam layar. Dalam hal ini film merupakan suatu realitas dalam masyarakat, tetapi selanjutnya terdapat sedikit perubahan oleh sutradara maupun produser sebuah film, agar film yang disajikan tampak lebih menarik bagi penonton, bahwasanya film tidak hanya sebagai refleksi masyarakat. Makna film sebagai representasi realitas masyarakat, berbeda dengan film sebagai refleksi dari realitas. Sebagai refleksi dari realitas, film sekedar ‘memindah’ realitas ke layar tanpa mengubah realitas itu. Sementara itu, sebgai representasi dari realitas, film membentuk dan ‘menghadirkan kembali’ realitas berdasarkan kode-kode, konvensi-konvensi, dan ideologi dari kebudayaannya. Film tampaknya merupakan suatu fenomena yang tidak selalu bergantung pada kehidupan masyarakat, karena dalam film ada cerita yang memang merupakan realita kehidupan masyarakat, namun ada pula yang hanya sekedar khayalan pembuat film. Sehingga pada akhirnya, pemanfaatan film dalam pendidikan perlu ditambahkan, karena film lebih bebas untuk memenuhi kebutuhan akan sajian yang berbau kekerasan, kriminalitas, bahkan pornografi sekalipun. Terlepas dari adanya iklim yang lebih bebas seperti itu, yang disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan norma sosial, film masih tidak mampu menikmati hak-hak politik dan ekspresi artisitik secara penuh. Film Romeo Juliet merupakan refleksi realitas sosial dari fanatisme suporter sepak bola di Indonesia yang berlebihan. Khususnya perseteruan antara The Jak dan Viking. Dalam film ini perseteruan keduanya benar-benar ditunjukkan, walaupun dikemas pula dengan suatu percintaan.

E. 3. Representasi

Representasi dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer adalah suatu tindakan yang mewakili atau sesuatu yang mewakili. Menurut Stuart Hall, ada dua proses representasi. Pertama, representasi mental. Yaitu konsep tentang ‘sesuatu’ yang ada di kepala kita masing-masing peta konseptual. Represenasi mental ini masih berbentuk sesuatu yang abstrak. Kedua, ‘bahasa’, yang berperan penting dalam proses konstruksi makna. Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita diterjemahkan dalam ‘bahasa’ yang lazim, supaya kita dapat menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu dengan tanda dan simbol-simbol tertentu. Farislaode, 2012. Isi atau makna dari sebuah film dapat dikatakan untuk mempresentasikan suatu realita yang terjadi, karena menurut Fiske representasi ini merujuk pada proses yang dengannya realitas disampaikan dalam komunikasi, via kata-kata, bunyi atau kombinasinya Fiske, 2004:282. Sedangkan representasi dalam film “Romeo Juliet” merupakan suatu tindakan yang memperlihatkan dan mewakili fanatisme suporter sepak bola di Indonesia yang selama ini menjurus ke aksi-aksi kekerasan, kebrutalan, anarkis, dan lain sebagainya. Pemeran dalam film Romeo Juliet menggambarkan fenomena fanatisme suporter di Indonesia. Mulai dari akting, dialog, kostum, dan perilaku. Jadi representasi adalah penggambaran terhadap suatu realitas yang kemudian dikomunikasikan atau diwakilkan dalam berbagai macam tanda baik dalam bentuk suara dan gambar. Salah satu hasil dari representasi adalah film, karena film dibangun dari berbagai macam makna dan tanda. Selain itu beberapa film mengangkat tema realita yang terjadi di sekitar kita untuk dijadikan cerita dari film tersebut.

E. 4. Fanatisme Suporter Sepak Bola

Sepak bola adalah olah raga yang populer di muka bumi ini. Hampir seluruh orang di dunia ini mengenali olahraga tersebut. Sepak bola merupakan olahraga yang terdiri dari sebelas orang pemain. Hampir disetiap negara memiliki liga sepak bola yang dinaungi oleh federasi sepak bola dunia yaitu FIFA Federation International Football Association. Keberhasilan suatu tim sepak bola tidak hanya semata-mata dikerjakan oleh sebelas pemain yang bertanding di lapangan saja. Namun masih banyak lagi yang berpengaruh dalam keberhasilan suatu tim sepak bola. Ada pemilik klub, manajer tim, pelatih, staff, dan yang paling penting adalah suporter yang setia mendukung tim kesayangannya tersebut.