HUBUHIDU Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Motivasi Hidup Pada Penderita Thalassemia Mayor Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta.

(1)

HUBU HIDU

Disusun

UNGAN AN UP PADA P

n Untuk Me

UNIVER NTARA DU PENDERIT MOEW emenuhi Seb Pro FR PROGRA FAK RSITAS M UKUNGAN TA THALA WARDI SU bagian Syar ogram Studi Oleh RENDI SA F100110 AM STUD ULTAS PS MUHAMMA 2017 N SOSIAL ASSEMIA M URAKART rat Memper Psikologi : ANTOSO 0068 I PSIKOLO SIKOLOGI ADIYAH S 7 DENGAN MAYOR D TA

roleh Gelar

OGI I

SURAKAR

MOTIVAS DI RSUD D

r Sarjana (S

RTA

SI Dr.


(2)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN MOTIVASI HIDUP PADA PENDERITA THALASSEMIA MAYOR DI RSUD

Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Diajukan Oleh : FRENDI SANTOSO

F 100 110 068

Telah disetujui untuk dipertahankan Di depan Dewan Penguji

Telah disetujui oleh Pembimbing

Dra. Partini, M.Si. Psi Surakarta, 23 Februari 2017

NIK/NIDN. 594/0614066501


(3)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN MOTIVASI HIDUP PADA PENDERITA THALASSEMIA MAYOR DI RSUD

Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Yang diajukan oleh FRENDI SANTOSO

F 100 110 068

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 2 Maret 2017

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Penguji Utama

Dra. Partini, M.Si. Psi Penguji pendamping I Dra. Zahrotul Uyun, M.Si Penguji pendamping II

Permata Ashfi Raihana, S.Psi, MA HALAMAN PENGESAHAN

Surakarta, 13 Maret 2017 Universitas Muhammadiyah Surakarta

Fakultas Psikologi Dekan,

Taufik Kasturi, S.Psi., M.Si., Ph.D. NIK/NIDN. 799/0629037401


(4)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidak benaran dalam pernyataan saya diatas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 21 Februari 2017 Yang Menyatakan

FRENDI SANTOSO F 100 110 068


(5)

1

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN MOTIVASI HIDUP PADA PENDERITA THALASSEMIA MAYOR DI RSUD Dr.

MOEWARDI SURAKARTA

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara dukungan sosial terhadap motivasi hidup pada penderita thalassemia mayor. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini yaitu ada hubungan positif antara dukungan sosial terhadap motivasi hidup penderita thalassemia mayor. Semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi pula motivasi hidup penderita thalassemia mayor. Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial maka semakin rendah pula motivasi hidup penderita thalassemia mayor. Subjek dalam penelitian ini adalah pasien penderita thalassemia mayor yang menjalani pengobatan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang berusia 5-15 tahun berjumlah 80 pasien. Teknik pengambilan sampel yang digunakan purposive non random sampling. Skala yang digunakan yaitu skala dukungan sosial dan motivasi hidup. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi product moment Pearson untuk menguji hubungan antara dukungan sosial dengan motivasi hidup pada penderita thalassemia mayor. Korelasi product moment Pearson menunjukkan koefisien sebesar rxy = 0,673 dengan p = 0,000 (p < 0,01) yang artinya ada hubungan yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan motivasi hidup pada penderita thalassemia mayor di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Jadi hipotesis penelitian diterima. Koefisien determinan (r²) sebesar 0,673 sehingga sumbangan efektif dukungan sosial terhadap motivasi hidup sebesar 45,3%. Tingkat dukungan sosial penderita thalassemia mayor tergolong tinggi dengan rerata hipotetik (RH) sebesar 65 dan rerata empirik (RE) sebesar = 79,91 yang berada pada kisaran 72,8 ≤ x< 84,4. Kemudian variabel motivasi hidup memiliki rerata hipotetik (RH) sebesar 52,5 dan rerata empirik (RE) sebesar 60,20 berkisar antara 58,8 ≤ x< 71,4 yang berarti motivasi hidup pada penderita thalassemia mayor tergolong tinggi.

Kata kunci : Dukungan sosial, Motivasi hidup, Thalassemia mayor

THE RELATION BETWEET SOCIAL SUPPORT TO THE MOTIVATION OF THALASSEMIA MAYOR IN RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Abstract

The aim of this research is for testing relation between social support to the motivation of thalassemia major. The first supposition in this research is there are a positive relation between social support to the motivation of thalassemia major. the higher of social support will make a higher motivation for thalassemia major and otherwise the low of social support will make a low motivation of thalassemia major. Subject in this research is patient of thalassemia major that undergoing medication in RSUD Dr. Moewardi Surakarta aged 5-15 years old.


(6)

2

The sampling technique used is purposive non random sampling. That based on specific characteristics. Using scale of social support and motivation of life. Data analysis technique used is Correlation product moment Pearson technique to examine the relationship between social support and motivation of life in patients with thalassemia major. Correlation product moment Pearson indicate coefficient of rxy = 0,673 with p = 0,000 (p < 0,01) that meant there are relation more significant between social support to the motivation of thalassemia major in RSUD Dr. Moewardi Surakarta. The research hypothesis is accepted. Coefficient determinant (r2) is 0,673 so contribution social support of life motivation is 45,3%. Level of social support of thalassemia major is high with the average empirical (RE) is = 79,91 and average hypothetical (RH) is 65 in the range 72,8 ≤ x< 84,4. Then variable motivation has average empirical (RE) is 60,20 and average hypothetical ( RH) is 52,5 in the range 58,8 ≤ x< 71,4 that motivation of thalassemia major is high.

Keyword: Social support, Motivation, Thalasemia major

1. PENDAHULUAN

Thalassemia merupakan salah satu penyakit kronis, seseorang yang menderita penyakit kronis pada umumnya memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang lama bahkan seumur hidup (Adriani, dkk. 2012) Thalassemia merupakan penyakit bawaan sejak lahir yang didapat dari kedua orang tuanya yang diwariskan secara autosom karena adanya kelainan hemoglobin (Hb). Dari jenis thalassemia diatas, thalassemia mayor merupakan yang paling berat, karena pasien yang menderita thalassemia mayor harus menjalani transfusi darah seumur hidup (Muscari, 2005). Adapun gejala dari thalassemia mayor menyerupai gejala anemia yang ditandai gejala lemah, letih dan lesu. Thalassemia dapat diartikan juga merupakan penyakit hemolitik yang disebabkan karena hemoglobin (Hb) tidak normal (Susilaningrum, 2013).

Ketua Yayasan Thalassemia Indonesia, Ruswadi mengatakan jumlah penderita thalassemia mayor di Indonesia yang ditandai dengan kebutuhan transfusi darah secara rutin sampai tahun 2016 sudah mencapai 7.238 penderita, jumlah tersebut tersebar diberbagai daerah di Tanah Air. Jumlah terbanyak berada di Provinsi Jawa Barat karena jumlah penderita thalassemia di daerah tersebut mencapai 42% dari seluruh penderita. Selanjutnya, di Provinsi Jawa Tengah yang tercatat kurang lebih 1.000 penderita. Ruswadi menambahkan, penyakit


(7)

3

thalassemia ditandai dengan munculnya gejala anemia, mudah lelah, lesu, dan mudah terserang penyakit. Selain itu, organ tubuh ditandai dengan pembesaran hati dan limpa. Sedangkan untuk pencegahan gejala tersebut dengan melakukan transfusi darah (republika.co.id).

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 3 November 2016 terhadap ketua Perhimpunan Orangtua Penderita Thalassemia (POPTI) Surakarta, penderita thalassemia mayor yang menjalani transfusi darah di RSUD Dr. Moewardi Surakarta berjumlah 150 pasien, rata-rata penderita berumur 2-23 tahun. Penderita thalassemia tersebut pada umumnya diharuskan menjalani pengobatan dengan transfusi darah, waktu untuk melakukan transfusi darah setiap penderita berbeda-beda, tergantung kondisi dan gejala yang dialami oleh penderita tersebut seperti penderita terlihat pucat, lemah, lesu dan kadar hemoglobin yang rendah, sehingga harus segera dilakukan transfusi darah. Apabila tidak segera ditangani/dilakukan pengobatan maka akan mengancam nyawa penderita tersebut. Rata-rata penderita yang akan melakukan transfusi darah di RSUD. Dr. Moewardi Surakarta tampak pucat, lemah, letih, warna kulit yang berubah keabu-abuan, serta kadar hemoglobin yang rendah. Ketua POPTI Surakarta menambahkan beberapa pasian yang masih sekolah terpaksa berhenti bersekolah karena merasa malu dengan kondisi kesehatan yang dialami, hingga kondisi sakit yang tidak memungkinkan untuk mengikuti proses belajar. Pasien yang menjalani transfusi secara terus-menerus sering mengakibatkan penimbunan zat besi dalam tubuh yang ditandai dengan nyeri abdomen, diare berdarah, penurunan kesadaran. Efek samping dari pengobatan tersebut tentu akan menimbulkan masalah fisik dan psikososial (Muscari, 2005). Timbulnya suatu penyakit pada proses maturasi fisik dan psikososial dapat mengganggu kualitas hidup seseorang. Masalah tumbuh kembang penderita dengan penyakit kronis tergantung cara penderita memahami diri, penyakit yang diderita, pengobatan yang diterima dan kematian. Perawatan yang lama dan sering di rumah sakit, tindakan pengobatan yang menimbulkan rasa sakit dan pikiran tentang masa depan yang tidak jelas, kondisi ini memiliki implikasi bagi kesehatannya sehubungan dengan kualitas hidupnya dan juga


(8)

4

berdampak pada menurunnya motivasi hidup pada penderita (Halgin dan Susan, 2010). Anggororini, dkk (2010) menambahkan bahwa penimbunan zat besi akibat dari transfusi darah yang berlebih maka penderita akan mengalami keterlambatan kematangan seksual, perubahan bentuk tubuh, hingga tulang tengkorak sehingga penderita akan mengalami putus asa dan kurang percaya diri.

Rendahnya rasa percaya diri adalah sumber terbesar bagi masalah kejiwaan salah satunya adalah kurangnya motivasi (Boerce, 2008). Menurut Sarwono (2000) motivasi berasal dari kata motif yang berarti rasangan, dorongan atau pembangkit tenaga bagi individu sehingga terbentuknya perilaku. Motivasi merupakan dorongan atau kekuatan yang berasal dari dalam individu maupun dari luar individu yang dapat membuat individu melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Aspek yang mempengaruhi motivasi menurut Conger dan Ready (2003) antara lain:

Memiliki sikap yang positif, yaitu mempunyai kepercayaan diri dan perencanaan yang tinggi.

Berorientasi pada tujuan, orientasi tingkah laku diarahkan pada tujuan yang hendak dicapai.

Kekuatan yang mendorong individu, yaitu timbulnya kekuatan dalam diri individu dan lingkungan yang akan mendorong individu untuk mencapai suatu tujuan.

Faktor yang mempengaruhi motivasi dibedakan menjadi 2 motivasi instrinsik dan ekstrinsik, motivasi instrinsik yaitu motivasi yang muncul dari dalam individu itu sendiri, misalnya sadar akan apa yang diinginkan, kemauan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan ektrinsik yaitu motivasi yang timbul karena adanya rangsangan dari luar individu (Uno, 2007) misalnya dalam bidang kesehatan pada pasien yang menderita penyakit kronis membutuhkan dukungan sosial dari lingkungan sekitar untuk tetap mempunyai motivasi untuk mempertahankan hidup. Dwi (2009) menambahkan yang mengemukakan bahwa dukungan sosial yang diberikan pada individu dapat meningkatkan kemampuan


(9)

5

untuk menghadapi stresor dan membuat seseorang lebih berarti sehingga dapat mengoptimalkan potensi yang ada dalam dirinya.

Penderita thalassemia yang mendapat dukungan emosional akan menerima rasa nyaman, kasih sayang dan empati dari lingkungan sehingga pada akhirnya akan memiliki sikap yang positif dalam menghadapi penyakit yakni berupa sikap yang selalu optimis, berbaik sangka terhadap cobaan, dan percaya akan masa depan yang lebih baik setelah pengobatan. Penderita thalassemia yang mendapat dukungan penghargaan akan menerima semangat dari lingkungan dan mendapat penghargaan atas ketabahan dalam menghadapi penyakitnya sehingga akan muncul pemikiran yang berorientasi pada tujuan yakni ingin sembuh dari sakit, dan ingin beraktivitas kembali. Penderita thalassemia yang mendapat dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan jaringan akan mendapat bantuan penjagaan, perhatian dari teman sekolah, nasihat dari dokter, mendapatkan kebersamaan diwaktu senggang dan terbentuknya suasana hati yang positif sehingga akan memunculkan kekuatan yang dapat merubah perilaku awal, misalnya tidak mau minum obat jadi mau minum obat, muncul keyakinan yang kuat bahwa dirinya akan sembuh dan ingin sehat, hal ini didukung hasil penelitian yang dilakukan Hasan & Elina (2013) mengungkapkan bahwa semakin baik dukungan sosial yang diterima oleh pasien maka semakin baik strategi coping yang dimunculkan oleh pasien.

Faktor yang kuat mempengaruhi dukungan sosial menurut Ganster (dalam Ningsih, 2012) antara lain: dukungan keluarga, dukungan teman pergaulan dan dukungan masyarakat atau lingkungan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Atnasari (2014) mengungkapkan hubungan dukungan sosial dengan motivasi hidup pada anda penderita thalasemia mayor yang menjalani transfusi darah menunjukkan dukungan sosial dalam menjalani transfusi darah tergolong baik dan mempunyai motivasi hidup yang baik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi, dkk (2009) mengemukakan bahwa empati dari keluarga terutama dari orang tua akan membuat pasien merasa diperhatikan, khususnya bagi anak pasien thalasemia yang membutuhkan dukungan untuk tetap mempunyai motivasi hidup.


(10)

6

Allifni (2011) menyatakan bahwa dukungan sosial terutama keluarga memberikan pengaruh signifikan terhadap motivasi untuk berobat. Selanjutnya dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Putra (2011) bahwa dukungan sosial mempengaruhi motivasi untuk sembuh pada penderita penyakit, sehingga dengan adanya dukungan sosial dapat meningkatkan motivasi seseorang. Utami, dkk (2013) mengungkapkan bahwa dukungan keluarga dapat mengurangi kecemasan pada pasien sehingga dapat meningkatkan motivasi kesembuhan pada pasien. Rahmawati dan Turniani (2006) menambahkan bahwa dukungan sosial yang diberikan oleh orang lain (petugas medis) meningkatkan motiasi untuk sembuh pada pasien yang sedang menjalani perawatan medis. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi (2009) yang mengemukakan bahwa dukungan sosial yang diberikan pada individu dapat meningkatkan kemampuan untuk menghadapi stresor dan membuat seseorang lebih berarti sehingga dapat mengoptimalkan potensi yang ada dalam dirinya.

Rendahnya motivasi hidup pada penderita thalassemia mayor akan mengakibatkan penderita susah untuk meminum obat, merasa putus harapan, tidak merasa percaya diri dan enggan melanjutkan sekolah/pendidikan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratna (2010) mengatakan bahwa dukungan sosial merupakan faktor penting yang dibutuhkan oleh seseorang ketika menghadapi masalah kesehatan, dengan kata lain bahwa untuk meningkatkan motivasi pada seseorang dibutuhkan adanya dukungan sosial.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskah “Apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan motivasi hidup pada penderita thalassemia mayor di RSUD Dr. Moewardi Surakarta?”

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan motivasi hidup pada penderita thalassemia mayor di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.


(11)

7 2. METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di bangsal Melati 2 ruang khusus thalassemia RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Populasi pada penelitian ini adalah pasien thalassemia mayor yang menjalani perawatan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang berjumlah 150 pasien. Sampel yang digunakan berjumlah 80 subjek. Pengambilan sample dengan menggunakan teknik purposive non random sampling, dimana dalam pengambilan subjek didasarkan usia 5-15 tahun, telah menjalani transfusi darah. Sampel yang digunakan berjumlah 80 subjek laki-laki dan perempuan.

Tabel 1. Distribusi karasteristik subjek menurut jenis kelamin Jenis kelamin Jumlah Prosentase % Laki-laki

Perempuan

37 43

46,2 53,8

Total 80 100

Tabel 2. Distribusi karakteristik subjek menurut umur

Umur Jumlah Prosentase %

5-10 tahun 11-15 tahun

59 21

73,7 26,3

Total 80 100

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala pengukuran psikologis. Ada dua skala yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu skala dukungan sosial disusun berdasarkan aspek Sarafino (2006) dan skala motivasi hidup yang disusun berdasarkan aspek Conger dan Ready (2003) dengan memodifikasi dari Atnasari (2014). Sebelum data digunakan untuk pengukuran, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dengan meminta 5 dosen dari Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta sebagai rater. Setelah dilakukan perhitungan aiken dari hasil uji validitas. Pada skala dukungan sosial dari 30 aitem diujikan maka diperoleh 26 aitem yang valid, sedangkan skala motivasi hidup dari 24 aitem yang diujikan diperoleh 21 aitem yang valid.

Data yang sudah teruji validitas selanjutnya digunakan oleh peneliti untuk uji reliabilitas dan uji hipotesis. Uji reliabilitas ini dengan menggunakan tryout terpakai, dimana antara data untuk uji coba dan penelitian dilakukan secara bersamaan yaitu satu kali pengambilan data namun digunakan untuk dua


(12)

8

pengujian sekaligus. Pengujian reliabilitas dengan rumus Alpha Cronbach. Dari hasil pengujian reliabilitas dukungan sosial diperoleh angka 0, 823 diketahui aitem yang gugur nomor 5 dan 26. Sedangkan hasil reliabilitas dari motivasi hidup diperoleh angka 0,849 dan diketahui angka yang gugur pada nomor 2. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 20 januari 2017 sampai dengan 30 januari 2017 dengan membagikan skala penelitian kepada 80 subjek melalui orang tua/wali. Pengisian melalui orang tua/wali dikarenakan subjek disibukan dengan perawatan/tindakan medis dan kondisi kesehatan subjek yang diharuskan banyak beristirahat. Dari total keseluruhan skala yang dibagikan terkumpul kembali dan memenuhi syarat untuk dilakukan scoring dan dianalisi. Pemberian score atau penilaian didasarkan jawaban subjek dan memperhatikan aitem yaitu favourable dan unfavourable yang bergerak dari angka 1 sampai 4.

Teknik analisis data yang digunakan dengan korelasi product moment Pearson yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan motivasi hidup pada penderita thalassemia mayor di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan analisis data dengan korelasi product moment Pearson diperoleh nilai koefisien korelasi r = 0,673 dengan p= 0,000 (p=<0,01). Sehingga dapat diketahui bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan motivasi hidup pada penderita Thalassemia di RSUD Dr. Moewardi, Surakarta, Artinya bahwa semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi motivasi hidup pada penderita Thalassemia di RSUD Dr. Moewardi, Surakarta, dan sebaliknya semakin rendah dukungan sosial maka semakin rendah pula motivasi hidup pada penderita Thalassemia di RSUD Dr. Moewardi, Surakarta. Jadi hipotesis yang peneliti ajukan diterima. Individu yang terbiasa menerima dukungan sosial, secara kesehatan mental akan lebih baik dalam menghadapi permasalahan yang ada di sekitarnya, termasuk para penderita thalassemia yang ada di RSUD Dr. Moewardi, Surakarta. Wigfield dan Eccles (2002) mengungkapkan bahwa motivasi individu dipengaruhi oleh dukungan


(13)

9

sosial. Selanjutnya ditambahkan oleh Vatankhaha dan Tanbakooei (2014) mengungkapkan bahwa dukungan sosial dari orangtua, teman sebaya, dan guru secara signifikan mempengaruhi motivasi individu. Hal ini juga didukung dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Putra (2011) bahwa dukungan sosial mempengaruhi motivasi untuk sembuh pada penderita penyakit, sehingga dengan adanya dukungan sosial dapat meningkatkan motivasi seseorang, artinya bahwa dukungan sosial mempengaruhi motivasi pasien.

Dukungan sosial pada penderita thalassemia RSUD Dr. Moewardi, Surakarta termasuk tinggi yang ditunjukkan dengan rerata empirik sebesar 79,91 yang lebih besar dari rerata hipotetik sebesar 65. Dukungan sosial yang tinggi pada penderita thalassemia RSUD Dr. Moewardi, Surakarta, karena keluarga penderita sangat menyayangi anak-anak mereka yang terkena thalassemia, sehingga sedapat mungkin keluarga memberikan dukungan agar anak punya harapan hidup yang tinggi, dan hal itu juga diperkuat oleh dukungan dari teman-teman penderita. Hal ini didukung dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi, dkk (2009) yang mengemukakan bahwa empati dari keluarga terutama dari orang tua akan membuat pasien merasa diperhatikan serta keberadaannya diakui khususnya bagi pasien thalassemia yang membutuhkan dukungan untuk tetap mempunyai motivasi hidup.

Dukungan sosial yang tinggi pada para penderita thalassemia RSUD Dr. Moewardi, Surakarta dapat mempengaruhi motivasi hidup yang tinggi pula pada penderita thalassemia mayor di RSUD Dr. Moewardi, Surakarta, yang ditunjukkan dengan rerata empirik sebesar 60,20 dimana lebih besar dari rerata hipotetik sebesar 52,5. Hal tersebut didukung oleh pendapat Ratna (2010) bahwa dukungan sosial dari dukungan orang tua dan dukungan orang sekitarnya dapat diandalkan serta dapat dipercaya dan merupakan hal yang penting bagi individu dalam mengatasi masalah khususnya masalah kesehatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa karena para penderita thalassemia di RSUD Dr. Moewardi Surakarta mendapat dukungan sosial yang tinggi maka mereka mempunyai motivasi untuk bertahan hidup yang tinggi pula. Hasil penelitian Hasan & Elina


(14)

10

(2013) mengungkapkan bahwa semakin baik dukungan sosial yang diterima oleh pasien maka semakin baik strategi coping yang dimunculkan oleh pasien.

Data pada norma skala dukungan sosial dapat diketahui bahwa dari jumlah total keseluruhan subjek berjumlah 80 subjek yang menunjukan tingkat dukungan sosial tinggi berjumlah 44 subjek, 22 subjek menunjukan tingkat dukungan sosial sangat tinggi, sedangkan 14 subjek menunjukan tingkat dukungan sosial sedang. Berikut tabel norma skala dukungan sosial.

Tabel 3. Tingkat dukungan sosial pada penderita thalassemia mayor di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Nilai Kriteria Jumlah Rerata Empirik

Percent %

26 < SR ≤ 41,6 Sangat Rendah 0 - 0%

41,6 < R ≤ 57,2 Rendah 0 - 0%

57,2 < S ≤ 72,8 Sedang 14 - 0,17%

72,8 < T ≤ 84,4 Tinggi 44 79.91 0,55%

84,4 < ST ≤ 104 Sangat Tinggi 22 - 0,27%

Pada norma skala motivasi hidup dapat diketahui dari keseluruhan jumlah subjek yang menunjukan tingkat motivasi hidup tinggi berjumlah 42 subjek, 3 subjek mempunyai tingkat motivasi sangat tinggi, 33 subjek mempunyai tingkat motivasi sedang dan 2 subjek mempunyai tingkat motivasi yang tergolong rendah. Berikut tabel norma skala motivasi hidup.

Tabel 4. Tingkat motivasi hidup pada penderita thalassemia mayor di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Skor Kriteria Jumlah Rerata Empirik

Percent %

21 < SR ≤ 33,6 Sangat Rendah 0 - 0%

33,6 < R ≤ 46,2 Rendah 2 - 0,025%

46,2 < S ≤ 58,8 Sedang 33 - 0,412%

58,8 < T ≤ 71,4 Tinggi 42 60,20 0,525%

71,4 < ST ≤ 84 Sangat Tinggi 3 - 0,037%

Variabel dukungan sosial menyumbang cukup relevan terhadap motivasi hidup dengan sumbangan efektifnya sebesar 45,3%. Sehingga dapat dilihat bahwa penting sekali para penderita thalassemia di RSUD Dr. Moewardi Surakarta untuk


(15)

11

selalu mendapatkan dukungan sosial yang tinggi, jadi motivasi untuk hidup selalu dirasakan oleh penderita thalassemia. Sumbangan efektif dukungan sosial terhadap motivasi hidup sebesar 45,3%. Hal ini berarti menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor lain sebesar 54,7% selain dukungan sosial yang mempengaruhi motivasi hidup yakni faktor instrinsik meliputi kebutuhan, minat dan harapan, sedangkan faktor ekstrinsik meliputi: imbalan dan lingkungan.

Kelemahan dalam penelitian ini adalah pengisian skala tidak langsung diisi subjek penelitian, melainkan diwakili oleh orangtua/wali atau pengasuh penderita thalassemia sehingga dikhawatirkan apa yang dirasakan oleh subjek penelitian tidak benar-benar dirasakan oleh pengisi skala, yang mana hal ini dapat menimbulkan bias penelitian.

Gagasan penelitian ilmiah ini yakni mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Atnasari (2014) mengungkapkan hubungan dukungan sosial dengan motivasi hidup pada anda penderita Thalasemia Mayor yang menjalani transfusi darah menunjukkan dukungan sosial dalam menjalani transfusi darah menyatakan baik dan mempunyai motivasi hidup yang baik. Dewi, dkk (2009) mengemukakan bahwa empati dari keluarga terutama dari orang tua akan membuat pasien merasa diperhatikan, khususnya bagi anak pasien thalasemia yang membutuhkan dukungan untuk tetap mempunyai motivasi hidup. Putra (2011) bahwa dukungan sosial mempengaruhi motivasi untuk sembuh pada penderita penyakit, sehingga dengan adanya dukungan sosial dapat meningkatkan motivasi seseorang. Utami, dkk (2013) mengungkapkan bahwa dukungan keluarga dapat mengurangi kecemasan pada pasien sehingga dapat meningkatkan motivasi kesembuhan pada pasien. Rahmawati dan Turniani (2006) menambahkan bahwa dukungan sosial yang diberikan oleh orang lain (petugas medis) meningkatkan motiasi untuk sembuh pada pasien yang sedang menjalani perawatan medis. Dwi (2009) yang mengemukakan bahwa dukungan sosial yang diberikan pada individu dapat meningkatkan kemampuan untuk menghadapi stresor dan membuat seseorang lebih berarti sehingga dapat mengoptimalkan potensi yang ada dalam dirinya.


(16)

12 4. PENUTUP

Adapun kesimpulan dan saran dari penelitian ini adalah:

Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan motivasi hidup, artinya semakin tinggi dukungan sosial individu maka semakin tinggi motivasi hidup individu, dan sebaliknya semakin rendah dukungan sosial individu maka semakin rendah pula motivasi hidup pada penderita thalassemia di RSUD Dr. Moewardi, Surakarta.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui dukungan sosial pada subjek penelitian tergolong tinggi, ditunjukan dengan angka rata-rata empirik (RE) lebih besar dari rerata hipotetik (RH) yakni 79,91 > 65

Berdasarkan hasil penelitian diketahui motivasi hidup pada subjek penelitian juga tergolong tinggi, ditunjukan dengan angka rata-rata empirik (RE) lebih besar dari rata-rata hipotetik (HO) yakni 60,20 > 52,5

Berdasar hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

Bagi rumah sakit, karena dukungan sosial yang dialami oleh penderita thalassemia termasuk tinggi, maka hal itu perlu semakin didukung dengan adanya pemberian fasilitas yang dapat semakin menunjukan adanya dukungan riil seperti fasilitas pelayanan dan tempat perawatan ditingkatkan, sehingga motivasi hidup para penderita juga bisa dipertahankan bahkan semakin ditingkatkan, sedangkan untuk tenaga medis yang melayani pasien thalassemia mayor lebih meningkatkan keramahan serta menunjukan adaya perhatian dan kasih sayang yang lebih, sehingga penderita merasa bertambah nyaman dan semangat dalam menjalani pengobatan selama di rumah sakit, dan pada akhirnya resiko kematian pada penderita thalassemia semakin kecil. Bagi orang tua, diharapkan semakin dapat mengembangkan sikap saling mendukung diantara para penderita dengan saudara-saudaranya maupun teman-teman penderita, seperti memberikan kasih sayang dan perhatian yang lebih, memberikan pujian dan hadiah kepada penderita setelah menjalani pengobatan, meluangkan waktu untuk diajak berekreasi, sehingga selalu


(17)

13

tercipta situasi yang membahagiakan bagi penderita dan pada akhirnya selalu dapat menciptakan motivasi hidup yang tinggi pula.

Bagi penderita thalassemia, diharapkan selalu mensyukuri apapun yang tejadi, semakin terbuka dengan keluarga dan teman-teman sehingga semakin tercipta situasi yang dapat mendukung yang pada akhirnya dapat menimbulkan/memunculkan gairah dan keinginan untuk bertahan hidup selama mungkin.

Bagi peneliti selanjutnya, dengan terbuktinya analisis yang penulis susun, bagi yang ingin meneliti kembali tentang motivasi hidup maka dapat memakai variabel lain yang mempengaruhi motivasi hidup sebagai variabel bebas, misalnya aktualisasi diri, kebutuhan reward/imbalan. Kemudian mengingat kelemahan penelitian adalah pengisian skala dilakukan tidak langsung yakni oleh orang tua/wali maka diharapkan peneliti selanjutnya bisa mengatasi masalah ini.

PERSANTUNAN

Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini yakni terutama kepada dosen pembimbing dan para dosen penguji. Direktur RSUD Dr. Moewardi Surakarta, Pasien thalassemia mayor, Kepala DIKLIT RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, N., Kusnandi, R., Dany, H. (2012). Faktor Risiko Masalah Psikososial Pasien Thalassemia Mayor. Jurnal indo med assoc, vol. 62 (2).

Allifni, M. (2011). Pengaruh Dukungan Sosial dan Religiusitas Terhadap Motivasi untuk Berobat Pada Penderita Kanker Serviks. Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah.

Anggororini D, Fadlyana E, Idjradinata P. (2010). Korelasi Kadar Feritin Serum dengan Kematangan Seksual pada Anak Penyandang Thalassemia Mayor. Majalah Kedokteran Indonesia. 60 (10): 463


(18)

14

Atnasari, D. (2014). Analisa Dukungan Sosial Terhadap Motivasi Hidup Pada Anak Penderita Thalasemia Mayor Yang menjalani Tranfusi Darah. Skripsi. Surakarta : STIK Aisyiyah Program Studi Ilmu Keperawatan. Boerce, George. (2008). Psikologi Sosial. Yogyakarta : Prismasophie

Conger J.A., & Ready, D.A. (2003). Why leadership development efforts fail. Slown Management Review, 44(3), 83-88

Dewi, M., Nursiswati., Ridwan. (2009). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Pasien Tbc Dalam Menjalani Pengobatan Obat Anti Tuberkulosis Di Tiga Puskesmas, Kabupaten Sumedang. Diakses 4 Oktober 2013. http://jurnal.unpad.ac.id/jkp

Dwi, A. (2009). Dukungan Sosial Yang Diterima Oleh Perempuan Yang Belum Berhasil Dalam Pengobatan Infertilitas. Artikel http://portalgaruda.org/download_article

Halgin, R., Susan, K. (2010). Psikologi Abnormal : Perspektif Klinis pada Gangguan Psikologi. Jakarta : salemba Humanika

Hasan, N., Elina, R. (2013). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Strategi Coping Pada Penderita Stroke RSUD Dr. Moewardi Surakarta. TALENTA PSIKOLOGI, 2(1) : 41-62

Muscari, M. (2005). Panduan Belajar : Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC Ningsih, E. S. (2012). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian

Diri Pada Santri Di Pondok Pesantren Modern Islam Assalam Surakarta. Skripsi. (tidak diterbitkan). Surakarta : Fakultas Psikologi UMS.

Putra, B. S. (2011). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Motivasi untuk Sembuh Pada Pengguna Napza Di Rehabilitasi Madani Mental Health Care. Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah. Rachmawati, T; Turniani, L (2006). Pengaruh Dukungan Sosial dan Pengetahuan


(19)

15

Tuberkulossis Paru yang Berobat di Puskesmas. Surabaya : peneliti PUSLITBANG Sistem dan Kebijakan Kesehatan.

Ratna, W. (2010). Sosiologi Dan Antropologi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Rihama.

Ruswadi. (2016). Jumlah Penderita Thalassemia di Indonesia terus meningkat. Artikel. http://www.republika.co.id

Sarafino, E. P. (2006). Health psychology : Biopsychological Interactions (Fifth edition). New York: John Wiley & Sons, Inc.

Sarwono, W.S (2000). Pengantar Umum Psikologi, Jakarta : PT. Bulan Bintang Susilaningrum, R., Nursalam., dan Utami, S. (2013). Asuhan Keperawatan Bayi

Dan Anak untuk Perawat dan Bidan. EDISI 2. Jakarta: Salemba Medika Taylor, Shelley E. (2012). Health Psychology. Edisi 8. New York: McGraw-Hill

Companies, Inc.

Uno, H.B. (2007). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Utami, D., Adriyani, A., Fatmawati. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Tingkat Kecemasan Kemoterapi Pada Pasien Kanker Serviks Di RSUD Dr. Moewardi. GASTER Vol. 10, No. 1. Surakarta : STIK Aisyiyah

Vatankhaha, M. & Tanbakooeib, N. (2014). The role of social support on intrinsic and extrinsic motivation among Iranian efl learners. Procedia-Social and Behavioral Sciences. 98: 1912-1918.

Wigfield, A. & Eccles, J.S. (2002). Defining Motivation and its Development. In: A Wigfield, JS Eccles (Eds.): Development of Achievement Motivation. California: Academic Press,pp.


(1)

10

(2013) mengungkapkan bahwa semakin baik dukungan sosial yang diterima oleh pasien maka semakin baik strategi coping yang dimunculkan oleh pasien.

Data pada norma skala dukungan sosial dapat diketahui bahwa dari jumlah total keseluruhan subjek berjumlah 80 subjek yang menunjukan tingkat dukungan sosial tinggi berjumlah 44 subjek, 22 subjek menunjukan tingkat dukungan sosial sangat tinggi, sedangkan 14 subjek menunjukan tingkat dukungan sosial sedang. Berikut tabel norma skala dukungan sosial.

Tabel 3. Tingkat dukungan sosial pada penderita thalassemia mayor di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Nilai Kriteria Jumlah Rerata

Empirik

Percent %

26 < SR ≤ 41,6 Sangat Rendah 0 - 0%

41,6 < R ≤ 57,2 Rendah 0 - 0%

57,2 < S ≤ 72,8 Sedang 14 - 0,17%

72,8 < T ≤ 84,4 Tinggi 44 79.91 0,55%

84,4 < ST ≤ 104 Sangat Tinggi 22 - 0,27%

Pada norma skala motivasi hidup dapat diketahui dari keseluruhan jumlah subjek yang menunjukan tingkat motivasi hidup tinggi berjumlah 42 subjek, 3 subjek mempunyai tingkat motivasi sangat tinggi, 33 subjek mempunyai tingkat motivasi sedang dan 2 subjek mempunyai tingkat motivasi yang tergolong rendah. Berikut tabel norma skala motivasi hidup.

Tabel 4. Tingkat motivasi hidup pada penderita thalassemia mayor di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Skor Kriteria Jumlah Rerata

Empirik

Percent %

21 < SR ≤ 33,6 Sangat Rendah 0 - 0%

33,6 < R ≤ 46,2 Rendah 2 - 0,025%

46,2 < S ≤ 58,8 Sedang 33 - 0,412%

58,8 < T ≤ 71,4 Tinggi 42 60,20 0,525%

71,4 < ST ≤ 84 Sangat Tinggi 3 - 0,037%

Variabel dukungan sosial menyumbang cukup relevan terhadap motivasi hidup dengan sumbangan efektifnya sebesar 45,3%. Sehingga dapat dilihat bahwa penting sekali para penderita thalassemia di RSUD Dr. Moewardi Surakarta untuk


(2)

11

selalu mendapatkan dukungan sosial yang tinggi, jadi motivasi untuk hidup selalu dirasakan oleh penderita thalassemia. Sumbangan efektif dukungan sosial terhadap motivasi hidup sebesar 45,3%. Hal ini berarti menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor lain sebesar 54,7% selain dukungan sosial yang mempengaruhi motivasi hidup yakni faktor instrinsik meliputi kebutuhan, minat dan harapan, sedangkan faktor ekstrinsik meliputi: imbalan dan lingkungan.

Kelemahan dalam penelitian ini adalah pengisian skala tidak langsung diisi subjek penelitian, melainkan diwakili oleh orangtua/wali atau pengasuh penderita thalassemia sehingga dikhawatirkan apa yang dirasakan oleh subjek penelitian tidak benar-benar dirasakan oleh pengisi skala, yang mana hal ini dapat menimbulkan bias penelitian.

Gagasan penelitian ilmiah ini yakni mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Atnasari (2014) mengungkapkan hubungan dukungan sosial dengan motivasi hidup pada anda penderita Thalasemia Mayor yang menjalani transfusi darah menunjukkan dukungan sosial dalam menjalani transfusi darah menyatakan baik dan mempunyai motivasi hidup yang baik. Dewi, dkk (2009) mengemukakan bahwa empati dari keluarga terutama dari orang tua akan membuat pasien merasa diperhatikan, khususnya bagi anak pasien thalasemia yang membutuhkan dukungan untuk tetap mempunyai motivasi hidup. Putra (2011) bahwa dukungan sosial mempengaruhi motivasi untuk sembuh pada penderita penyakit, sehingga dengan adanya dukungan sosial dapat meningkatkan motivasi seseorang. Utami, dkk (2013) mengungkapkan bahwa dukungan keluarga dapat mengurangi kecemasan pada pasien sehingga dapat meningkatkan motivasi kesembuhan pada pasien. Rahmawati dan Turniani (2006) menambahkan bahwa dukungan sosial yang diberikan oleh orang lain (petugas medis) meningkatkan motiasi untuk sembuh pada pasien yang sedang menjalani perawatan medis. Dwi (2009) yang mengemukakan bahwa dukungan sosial yang diberikan pada individu dapat meningkatkan kemampuan untuk menghadapi stresor dan membuat seseorang lebih berarti sehingga dapat mengoptimalkan potensi yang ada dalam dirinya.


(3)

12

4. PENUTUP

Adapun kesimpulan dan saran dari penelitian ini adalah:

Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan motivasi hidup, artinya semakin tinggi dukungan sosial individu maka semakin tinggi motivasi hidup individu, dan sebaliknya semakin rendah dukungan sosial individu maka semakin rendah pula motivasi hidup pada penderita thalassemia di RSUD Dr. Moewardi, Surakarta.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui dukungan sosial pada subjek penelitian tergolong tinggi, ditunjukan dengan angka rata-rata empirik (RE) lebih besar dari rerata hipotetik (RH) yakni 79,91 > 65

Berdasarkan hasil penelitian diketahui motivasi hidup pada subjek penelitian juga tergolong tinggi, ditunjukan dengan angka rata-rata empirik (RE) lebih besar dari rata-rata hipotetik (HO) yakni 60,20 > 52,5

Berdasar hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

Bagi rumah sakit, karena dukungan sosial yang dialami oleh penderita thalassemia termasuk tinggi, maka hal itu perlu semakin didukung dengan adanya pemberian fasilitas yang dapat semakin menunjukan adanya dukungan riil seperti fasilitas pelayanan dan tempat perawatan ditingkatkan, sehingga motivasi hidup para penderita juga bisa dipertahankan bahkan semakin ditingkatkan, sedangkan untuk tenaga medis yang melayani pasien thalassemia mayor lebih meningkatkan keramahan serta menunjukan adaya perhatian dan kasih sayang yang lebih, sehingga penderita merasa bertambah nyaman dan semangat dalam menjalani pengobatan selama di rumah sakit, dan pada akhirnya resiko kematian pada penderita thalassemia semakin kecil. Bagi orang tua, diharapkan semakin dapat mengembangkan sikap saling mendukung diantara para penderita dengan saudara-saudaranya maupun teman-teman penderita, seperti memberikan kasih sayang dan perhatian yang lebih, memberikan pujian dan hadiah kepada penderita setelah menjalani pengobatan, meluangkan waktu untuk diajak berekreasi, sehingga selalu


(4)

13

tercipta situasi yang membahagiakan bagi penderita dan pada akhirnya selalu dapat menciptakan motivasi hidup yang tinggi pula.

Bagi penderita thalassemia, diharapkan selalu mensyukuri apapun yang tejadi, semakin terbuka dengan keluarga dan teman-teman sehingga semakin tercipta situasi yang dapat mendukung yang pada akhirnya dapat menimbulkan/memunculkan gairah dan keinginan untuk bertahan hidup selama mungkin.

Bagi peneliti selanjutnya, dengan terbuktinya analisis yang penulis susun, bagi yang ingin meneliti kembali tentang motivasi hidup maka dapat memakai variabel lain yang mempengaruhi motivasi hidup sebagai variabel bebas, misalnya aktualisasi diri, kebutuhan reward/imbalan. Kemudian mengingat kelemahan penelitian adalah pengisian skala dilakukan tidak langsung yakni oleh orang tua/wali maka diharapkan peneliti selanjutnya bisa mengatasi masalah ini.

PERSANTUNAN

Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini yakni terutama kepada dosen pembimbing dan para dosen penguji. Direktur RSUD Dr. Moewardi Surakarta, Pasien thalassemia mayor, Kepala DIKLIT RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, N., Kusnandi, R., Dany, H. (2012). Faktor Risiko Masalah Psikososial Pasien Thalassemia Mayor. Jurnal indo med assoc, vol. 62 (2).

Allifni, M. (2011). Pengaruh Dukungan Sosial dan Religiusitas Terhadap Motivasi untuk Berobat Pada Penderita Kanker Serviks. Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah.

Anggororini D, Fadlyana E, Idjradinata P. (2010). Korelasi Kadar Feritin Serum dengan Kematangan Seksual pada Anak Penyandang Thalassemia Mayor. Majalah Kedokteran Indonesia. 60 (10): 463


(5)

14

Atnasari, D. (2014). Analisa Dukungan Sosial Terhadap Motivasi Hidup Pada Anak Penderita Thalasemia Mayor Yang menjalani Tranfusi Darah. Skripsi. Surakarta : STIK Aisyiyah Program Studi Ilmu Keperawatan. Boerce, George. (2008). Psikologi Sosial. Yogyakarta : Prismasophie

Conger J.A., & Ready, D.A. (2003). Why leadership development efforts fail. Slown Management Review, 44(3), 83-88

Dewi, M., Nursiswati., Ridwan. (2009). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Pasien Tbc Dalam Menjalani Pengobatan Obat Anti Tuberkulosis Di Tiga Puskesmas, Kabupaten Sumedang. Diakses 4 Oktober 2013. http://jurnal.unpad.ac.id/jkp

Dwi, A. (2009). Dukungan Sosial Yang Diterima Oleh Perempuan Yang Belum Berhasil Dalam Pengobatan Infertilitas. Artikel http://portalgaruda.org/download_article

Halgin, R., Susan, K. (2010). Psikologi Abnormal : Perspektif Klinis pada Gangguan Psikologi. Jakarta : salemba Humanika

Hasan, N., Elina, R. (2013). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Strategi Coping Pada Penderita Stroke RSUD Dr. Moewardi Surakarta. TALENTA PSIKOLOGI, 2(1) : 41-62

Muscari, M. (2005). Panduan Belajar : Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC Ningsih, E. S. (2012). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian

Diri Pada Santri Di Pondok Pesantren Modern Islam Assalam Surakarta. Skripsi. (tidak diterbitkan). Surakarta : Fakultas Psikologi UMS.

Putra, B. S. (2011). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Motivasi untuk Sembuh Pada Pengguna Napza Di Rehabilitasi Madani Mental Health Care. Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah. Rachmawati, T; Turniani, L (2006). Pengaruh Dukungan Sosial dan Pengetahuan


(6)

15

Tuberkulossis Paru yang Berobat di Puskesmas. Surabaya : peneliti PUSLITBANG Sistem dan Kebijakan Kesehatan.

Ratna, W. (2010). Sosiologi Dan Antropologi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Rihama.

Ruswadi. (2016). Jumlah Penderita Thalassemia di Indonesia terus meningkat. Artikel. http://www.republika.co.id

Sarafino, E. P. (2006). Health psychology : Biopsychological Interactions (Fifth edition). New York: John Wiley & Sons, Inc.

Sarwono, W.S (2000). Pengantar Umum Psikologi, Jakarta : PT. Bulan Bintang Susilaningrum, R., Nursalam., dan Utami, S. (2013). Asuhan Keperawatan Bayi

Dan Anak untuk Perawat dan Bidan. EDISI 2. Jakarta: Salemba Medika Taylor, Shelley E. (2012). Health Psychology. Edisi 8. New York: McGraw-Hill

Companies, Inc.

Uno, H.B. (2007). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Utami, D., Adriyani, A., Fatmawati. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Tingkat Kecemasan Kemoterapi Pada Pasien Kanker Serviks Di RSUD Dr. Moewardi. GASTER Vol. 10, No. 1. Surakarta : STIK Aisyiyah

Vatankhaha, M. & Tanbakooeib, N. (2014). The role of social support on intrinsic and extrinsic motivation among Iranian efl learners. Procedia-Social and Behavioral Sciences. 98: 1912-1918.

Wigfield, A. & Eccles, J.S. (2002). Defining Motivation and its Development. In: A Wigfield, JS Eccles (Eds.): Development of Achievement Motivation. California: Academic Press,pp.