Analisis konflik sumberdaya hutan untuk pemberdayaan masyarakat kearah pengelolaan hutan secara berkelanjutan
ANALISIS KONFLIK
HUTAN UNTUK
KEARAH
PENGELOLAAN HUTAN SECARA
BERKELANJ~TAN
MOH. HUZAPNI
'
.
i
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
ABSTRAK
MOH. HUZAINI, 2002, Analisis Konflik Sumberdaya Hutan Untuk
Pemberdayaan Masyarakat Kearah Pengelolaan Hutan Secara Berkelanjutan.
Dibimbing oleh AFFENDI ANWAR, ERNAK RUSTIADI dan AKHMAD FAUZI.
Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang mempunyai peran yang
cukup strategs bagi kehidupan manusia. Dengan demikian maka.pengusahaan hutan
dan hasil hutan hams diatur melalui pengusahaan hutan yang dapat menjamin
penerimaan bagi negara (sebagai sumberdaya pembangunan), hams dapat menjamin
kepentingan masyarakat yang ada di sekitar kawasan hutan (sebagai penyangga
kehidupan) dan juga hams dapat menjamin kelestarian lingkungan hidup.
Begitu strategisnya peran surnberdaya hutan tersebut,maka pengelolaan dan
pemanfaatannya seharusnya memerlukan penanganan yang tzpat, sehingga
pembmgunan kehutanan secara berkelenjutan dapat tercapai. Akan tetapi &lam
kenyataannya telah terjadi konflik yang berkepanjangan antara pihak masyarakat clan
pihak kehutanan dan telah menimbulkan berbagai bentuk eksterrralitas negatif.
Secara umum tujuan penelitian ini adaldl untuk mengetahui sejarah
perkembangan kawasan hutm dalam kaitannya dengan terjadinya konflik,
mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat yang a& di sekitar kawasan hutan
Rempek-Monggal, mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan
masyarakat serta mencoba menyelesaikan konflik yang terjadi selama ini untuk
mencapai pengelolaan hutan secara berkelanjutan.
Konfilk yang terjadi selama ini adalah disebabkan oleh adanya persepsi
mengenai tata batas kawasan hutan antara rnasyarakat dengan pihak kehutanan.
Pihak kehutanan dalam menetapkan batas kawasan hutan selalu mendasarkan pada
aspek legal formal, sedangkan pihak masyarakat mendasarkan pada aspek historis
dan kepentingannya atas sumberdaya hutan tersebut.
Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang ada di sekitar kawasan hutan
Rempek-Monggal adalah sebagai berikut : rendahnya kwalitas dan kuantitas
pendidikan, jurnlah tanggungan keluarga yang relatif tinggi, terbatasnya kesempatan
kerja Qluar sektor pertanian, tingkat kesejahteraan masyarakat yang relatif rendah
serta penguasan lahan yang sempit.
Faktor-faktor yang berpenga& terhadap tingkat pendapatan atau dengan
kata lain sumber pendapatan masyarakat yang dominan adalah luas lahan garapan,
harga jual produk tanaman pokok dan tumpangsari dan juga dari usaha sampingan
sebagai dagang.
Dengan adanya perbedaan persepsi mengenai tata batas kawasan hutan
disarankan bahwa batas hutan tetap mengacu pada batas hutan versi kehutanan ,
namun dalam pengelolaannya dan pemanfaatannya h a m mengutamakan
kepentingan masyarakat tanpa mengorbankan kepentingan pihak kehutanan. Untuk
itu redistribusi dalam arti pengelolaan harus mendapat prioritas utama dari
pemerintah.
Untuk &pat sampai pada kondisi pareto optlmal (kondisi yang sama-sama
menguntungkan),diperlukan suatu keiembagaan baru dengan mempertinggi
intensitas pertemuan, silaturrahmi atau musyawarah antar kedua belah phik,
sehingga masing-masing mengalami proses pembelajaran (learning &y doing) untuk
saling percaya mempercayai.
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
ANALISIS
KONFLIK
SUMBERDAYA
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
HUTAN
UNTUK
KEARAH PENGELOLAAN
HUTAN SECARA BERKELANJUTAN
adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah di
publikasikan.
Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyata'can secara jelas dan
dapat diperiksa kebenarannya.
MOH. HUZAINI
ANALISIS KONFLIK SUMBERDAYA HUTAN UNTUK
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KEARAH
PENGELOLAAN HUTAN SECARA
BERKELANJUTAN
Oleh
MOH. HUZAINI
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis
:
Analisis
Konflik
Sumberdaya
Hutan
Untuk
Pemberdayaan Masyarakat Kearah Pengelolaan Hutan
Secara Berkelanjutan
Narna
:
Moh. Huzaini
NRP
:
99.343
Program Studi
:
Ilmu
Perencanaan
Pembangunan
Wilayah
dan
Perdesaan.
Menyetujui,
1. Ketua Komisi Pembimbing
-
7
Prof. Dr.1r.H. Affendi Anwar. MSc.
Ketua
Dr. Ir. Akhmad Fauzi, MSc.
Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
Prof. Dr. Ir. H. Affencb Anwar, MSc.
Tanggal Lulus : 26 Maret 2002
1 7 JUN 2002
PRA KATA
Assalamu'alai kum Wr.Wb.
Puj i syukur penulis panjatkan kehadhirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan tesis yang"berjudul Analisis
Konflik Sumberdaya Hutan Untuk Pemberdayaan Masyarakat Kearah
Pengelolaan Hutan Secara Berkelanjutan dapat diselesaikan.
Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh
gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah
dan Perdesaan, Program Pascasarjana Instut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, dukungan,serta bimbingan, yaitu :
I. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Affendi Anwar, MSc selaku Ketua Komisi Pembimbing
dan sekal igus sebagai Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Perdesaan, Program Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor.
2. Bapak Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr. sebagai anggota Komisi Pembimbing.
3. Bapak Dr. Ir. Akhrnad Fauzi, MSc sebagai anggota Komisi Pembimbing.
4. Dekan Fakultas Ekonomi dan Rektor Universitas Mataram yang telah
memberikan izin dan kesempatan untuk mengikuti program Pascasarjana.
5. Kedua orang tua (H-Sahudin dan Hj.Majidah), Istriku (Rahmawati) dan kedua
anakku (Khairunnisa' Ariany Zain dan Aula Rahmatin Zain) serta saudarasaudaraku yang telah bayak memberikan dukungan do7a, perhatian, pengertian
dan dorongan moral dan material yang tidak terhingga.
6. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.
Atas bimbingan, arahan dan bantuannya kepada penulis selama ini, penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Mudahmudahan semua ini menjadi amal ibadah dan mendapat balasan yang setimpal
dari Allah SWT, Amin, Amin, Amin.
Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat b a g semua pihak.
Terima Kasih.
Bogor, Maret 2002
Penulis
DAFTAR IS1
Hal.
DAFTAR TABEL .........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ............:..........................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................
PENDAHULUAN..........................................................................................
Latar Belakang........................................................................................
Perumusan Masalah................................................................................
Tujuan dan Manfaat Penelitian...............................................................
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................
Konsep Pembangunan Berkelanjutan......................................................
Pem~nfaatmHutan dengan Konsep Pembangunzn
Berkelanjutan...........................................................................................
Sistim Nilai Budaya Masyarakat di Sekitar Kawasan Hutan..................
Menejemen Konflik.................................................................................
Mediasi....................................................................................................
Konsep Pemberdayaan Masyarakat........................................................
Kelembagaan Dalam Kaitannya dengan Kepastian Hak-hak Atas
Sumberdaya Hutan..................................................................................
Teori Permainan (Games
. . . Theory)...........................................................
Persepsi dan Partisipasi...........................................................................
KERANGKA PEMIKIRAN. TEORI DAN HIPOTETIS............................
Kebijakan Pengelolaan Hutan.................................................................
Peran Kelembagaan
dalam Pemanfaatan Sumberdaya Hutan.. ..............
..
T-eori Analisis Konflik.............................................................................
Hipotetis...................................................................................................
MOTODOLOGI PENELITIAN.......................................................................
Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................
Metode Pengumpulan Data.....................................................................
Jenis dan Sumber
data.............................................................................
..
Metode Analisis......................................................................................
GKMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN.............................................
Gambaran Umum Kabupaten Lombck Barat..........................................
Gambaran Umum Desa Rempek.............................................................
Gambaran Umum Kawasan Hutan Rempek-Monggal............................
vii
HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................
Sejarah Perkembangan Kawasan Hutan..................................................
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Rempek...........................
Analisis Kesejahteraan Masyarakat........................................................
Hak Pengusahaan Hutan dan Program Hutan Kemasyarakatan..............
Peran Institusi Lokal dalam Pemecahan Konflik....................................
Analisis Konflik Atas Sumberdaya Hutan .............................................
KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................
Kesimplan ..............................................................................................
Saran......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
DAFTAR TABEL
No.
1.
Hal.
Teks
Jenis
dan
Luas
Status
Hutan
di
Kabupaten
Lombok
Barat.................... ................................ ......... . . ... ...............................
,
2.
Beberapa Alternatif Cara dalam Pemecahan Konflik..........:.. .........
3.
Konsekwensi Pahala dari Permainan Pefiukarac (jasa)....................
4.
Jenis, Sumber dan Cara Pengumpdan Data Penelitian....................
5.
Peubah-peubah yang Digunakan Dalam Analisis Kuantifikasi
Hayashi I ..........................................................................................
6. Peubah-peubah yang terkait dengan Tingkat Pendapatan yang
digunakan Dalam Analisis Regresi Berganda... ........................ ..... ...
7.
Luas Kabupaten Lombok Barat Dirinci Menurut Kecamatan
Tahun 2001..... ......... ..................................................... ...................
8.
Penduduk Dirinci Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Q
Kabupaten Lombok Barat Tahun 2000........ .....................................
9.
Prosentase Luas Daerah, dan Kepadatan Penduduk Menurut
Kecamatan & Kabupaten Lombok Barat Tahun 2000......................
10. Luas, Jenis tanah dan Penyebarannya di Kabupaten Lombok Barat
Tahun 2000........................................................................................
11. Luas Masing-masing Kecamatan Berdasarkan Kemiringan Tanah
di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2000.........................................
12. Luas Masing-masing Kecamatan Berdasarkan Kelas Ketinggian
Wilayah di Kabupaten Lombok Barat Tahun 200 1..........................
13. Luas Masing-masing Kecamatan Berdasarkan Kelas Kepekaan
Erosi di Kabupaten L.ombok Barat Tahun 2000...............................
14. Penggunaan Tanah per Kecarnatan cb Kabupaten Lombok Barat
Tahun 2000........................................................................................
15. Luas Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya di Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2000................ ..............................................
16. Luss Desa Reinpek di ~ l n cMenurut
i
Dusun Tahun 2000.............,
I
Jurnlah Penduduk ~ e n r ( r u Jenis
t
Kelamin, Kepala Keluarga di
a
Tahun 2000.......................
Masing-masing Dusun di ~ e s Rempek
Jumlah Penduduk Dirincji Menurut Pendidlkan di Masing-masing
!
Dusun di Desa Rempek Tahun 2000.................................................
Jumlah Penduduk ~ e n J r u tMata pencaharian di Desa Rernpek
Tahun 2000..................... :...................................................................
Tata Guna Lahan ~ e n dDusun
t
di Desa Rempek Tahun 2000.....
Peristiwa-peristiwa Kunci dalarn Perkembangan Kawasan Hutan
Rempek-Monggal..............................................................................
Jumlah Responden di ' b n c i Menurut Jenjang Penhhkan di
Sekitar Kawasan Hutan Rempek-MOPggal tahun 2000....................
Jumlah Responden di Rinci Menurzlt Banyalmya Jumlah
Tanggungan di Sekitar Kawasan Hutan Rempek-Monggal tahun
2000..................................................................................................
Jumlah Responden di Rinci Menurut Umur Sekitar Kawasan
Hutan Rempek-Monggal tahun 2000................................................
Jumlah Responden Dirinci Menurut Penguasaan dan Pemilikan
Lahan di Desa Rempek Tahun 2000.................................................
Jumlah Responden Dirinci Menurut Jumlah Pendapatan yang
diterima, Kelas Pendapatan di Desa Rempek Tahun 200 1...............
Prosentase Kumulatif Rumah Tangga Masyarakat dan Prosentase
Kumulatif Penclaptan responden di Desa Rempek Tahw 200 1......
Hasil Analisis Kuantifikasi Hayash I Terhadap Variabel yang
Terkait dengan Pendapatan...............................................................
Faktor Loading, Akar Penciri dan Proporsi Ragarn Hasil Analisis
Faktor Utama Terhadap Peubah Dugaan yang Berkaitan dengan
Pendapatan........................................................................................
Ringkasan Hasil Analisis Regresi Berganda Terhadap Peubahpeubah yang terkait dengan Pendapatan...........................................
Ruang, Para Pelaku dan Kekuasaan yang Berkaitan dengan
Pengelolasrn Sun~bercbyiHutan .....................................................,
DAFTAR GAMBAR
1.
No.
Teks
Dimensi Pembangunan Berkelanjutan.............................:. .:...-..........
Unsur-unsur Pendukung Pembangunan Berkelanjutan......i.. ............
Kerangka Berfikir Tiga Dimensi........................................................
Keberlanjutan dalam arti Peningkatan Modal perkapita dan
Perubahan Kompoisi dari keempat Modal......................... ,......... ......
Ruang-ruang dan Sumber Konflik........ ......................... ....................
Upaya Mencari Penyelesaian Konflik atas dasar Common Reality..
Upaya Mencari Penyelesaian Konflik dengan Cara Mernperluas
Common Rezlity.................................................................................
Pemecahan Konflik Melalui Mediasi.................................................
Rangkaian Faktor-faktor Penentu yang Meningkatkan Produktivitas
Lahan dan Nilai Lahan.......................................................................
Diagram Alur Pentingnya Pei~yelesaianKonflik Untuk
Pemberdayaan Masyarakat ke Arah Pengelolaan HuRn Seczra
Berkelanjutan.....................................................................................
Bagan Alur Pendekatan Studi..................................... . . .. ...........
Kurve Lorenz 50 Responden di Desa Rempek tahun 2000. ....:.........
Pemegang Kekuasaan Atas Menejemen Kontlik Sumberdaya
Hutan oleh Pemerintah sebelum Desentralisasi. ................................
Menejemen Sumberdaya Hutan dalam Sistem Desentralisasi
Territorial Secara Kekolektifan..........................................................
Matriks Konsekuensi Dari Strategi yang Dimainkan........................
Hal.
DAFTAR LAMPIRAN
No .
1.
Teks
Perhitungan Desil Pendapatan Responden yang Ada Di sekitar
Kawasan Hutan Rempek-Monggal.................................................
2.
187
Perhitungan Good Sevice Ratio 50 Responden yang ada di
Sekitar Hutan Rempek-Monggal.....................................................
3.
Hal .
189
Peubah-peubah yang berhubungan Dengan Analisis Kuantifikasi
Hayashi I..........................................................................................
190
4.
Perhitungan Analisis Kuantifiiasi Hayashi 1..................................
192
5.
Perhitungan Analisis Komponen Utama clan Regresi ....................
196
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan kehutanan sebagai bagian integral dari pernbangunan
nasional pada hakekatnya dilaksanakan dalarn rangka pendayagunaan sumberdaya
hutan secara menyeluruh, terencana, rasional, optimal, bertanggung jawab dan
sesuai dengan kemampuan daya dukungnya, sehingga diharapkan mampu
memberikan kesejahteraan bagi rakyat secara berkelanjutan. Sejalan dengan itu
maka pembangunan kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat bagi
sebesar-besamya kemakmuran rakyat, dengan tetap menjaga kelestarian dan
kelangsungan fungsi hutan dan fungsi lingkungan hidup. Dengan demikian maka
pengusahaan hutan dan hasil hutan hams diatur melalui pengusahaan hutan yang
dapat menjamin penerimaan bagi negara (sebagai sumberdaya pembangunan),
hams dapat menjamin kepentingan rakyat yang tinggal dan hidup di sekitar
kawasan hutan (sebagai penyangga kehidupan), dan juga hams dapat menjamin
kelestarian lingkungan hidup (mengatur tata air, mencegah dan membatasi banjir,
erosi, dan memelihara kesuburan tanah serta mampu mempertahaikafi
keanekaragaman hayati 1 bro-dwersrty).
Begitu strategisnya peranan sumberdaya hutan bagi kehidupan manusia,
maka pengelolaan dan pemanfaatannya .memerlukan penanganan yang tepat,
sehingga pembangunan kehutanan secara berkelanjutan dapat tercapai.
Lombok Barat merupakan salah satu dari tujuh kabupaten yang ada di
's
'
Nusa Tenggara Barat memniki luas 1.672,15 ~m'; dengan jumlah penduduk
673.980 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk sebanyak 403 jiwa per krn2.
- +
Dari luas tersebut di atas, 76.421 Ha berupa tanah datar (bagian tengah) dan
sisanya berupa tanah bergelombang dan berbukit (terutama dibagan utara dan
selatan). Implikasi dari kondisi diatas, peningkatan kebutuhan akan lahan oleh
sebagian masyarakat tidak jarang dipenuhi melalui pemanfaatan lahan kawasan
hutan. Adapun luas hutan yang ada di wilayah kerja Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Lombok Barat adalah 79.431,21 Sa.
,Untuk mengetahui jenis dan luas hutan yang ada di Kabupaten Lombok
Barat dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel : 1 Jenis dan Luas Status Hutan di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2000.
Luas ( Ha)
Jenis Hutan
(%)
I
1
1
1
1
I
1
1. Hutan Lindung
1
1
1
2. Hutan Produksi Biasa
3. Hutan Produksi Terbatas
4. Hutan Taman Wisata Alam
5. Hutan
Taman Nasional
,
Gunung
Rinjani
6 . Hutan yang belum ditetapkan
Jumlah
30.583,5 1
13.802,OO
I
!
38,50
17,38
I
19.624,OO
1
1
3.043,70
/
12.360,OO
1
I1
18,OO
I1
24,7 1
I
79.431,21
I
15,56
I
0,02
I
I
I
1
I
I
100,OO
Sumber : Kantor Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Lombok Barat.
Penggunaan lahan kawasan hutan untuk kegiatan ekonomi dan
pemukiman,
yang
kecenderungannya
semakin
meningkat,
sangatlah
menghawatirkan apabila ditinjau dari perspektif kelestarian lingkungan hidup.
Mengngat dari kondisi dan luas hutan yang ada di Kabupaten Lombok Barat yang
38,5 persen adalah hutan lindung, maka dalam jangka panjang aktivitas sosial
ekonomi masyarakat di selutar kawasan hutan dapat mengurangi kuantitas dan
kualitas fungsi hutan, terutama sebagai penyedia sumber air bagi kehidupan
manusia.
Kawasan hutan produksi Rempek Monggal merupakan bagan dari blok
hutan Koko' Sidutan RTK-1 Gunung Rinjani dengan luas 16.082 Ha. Kawasan
tersebut secara administrasi berada dalam wilayah kerja Kantor Dinas Kehutanan
dan Perkebunan Kabupaten Lombok Barat, Seksi Pemangkuaa 1-l;utan Lombok
Barat V . @pH-LOBAR-V), Sub Seksi Pemangkuan Hutan Rempek (SSPHRempek). Pada kawasan inilah masyarakat secara turun temurun melakukan
kegiatan untuk menopang kehidupannya. Kegiatan tersebut antara lain : berburu,
berladang, beternak, mengadakan ritual, mencari bahan obat-obatan, kayu bakar
getah dan lain-lain.
Desa Rempek merupakan salah satu dari empat buah desa yang ada di
Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Barat yang berbatasan langsung dengan
hutan. Dari 7 dusun yang ada, ada 2 buah dusun yang berbatasan langsung dengan
kawasan hutan, yaitu Dusun Busur dan Dusun Kuripan. Tingkat pertumbuhan
penduduk Desa Rempek cukup tinggi yaitu 2,55 persen pertahun. Hal ini
disebabkan disarnping karena pertumbuhan secara alamiah, juga disebabkan oleh
adanya migran ekonomi dari luar Desa / Kabupaten. Desa Rempek termasuk
dalam tipologi desa tertinggal dan sebagian besar penduduknya hidup dari sektor
pertanian dengan- penguasaan iahan yang relatif sempit (kurang dari 0,50 Ha).
%
Kondisi ini akan berdampak pada tekanan masyarakat atas lahan hutan cukup
tinggi, dan telah rnenimbulkan masalah sosial dalam bentuk konflik baik antar
masyarakat sendiri maupun antar pemerintah. Hal lain yang juga menjadi pemicu
terjadinya konflik kepentingan di atas diduga akibat adanya perbedaan persepsi
(antara masyarakat dengan pihak Cahang Dinas Kehutan IKanwil Kehutanan)
.
.e
-
-*
d
tentang batas kawasan hutan. Sehlngga penilaian pemerintah selama ini atas status
pemanfaatan lahan kawasan hutan oleh masyarakat selalu dikatagorikan illegal,
karena selalu mendasarkan atas bukti formal serta mengesampingkan faktor
sejarah dan kepentingan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan.
Sedangkan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan, hutan bukan
saja sebagai penghasil kayu, tapi juga merupakan sumber kehidupan dan
J
lt
ketahanan pangan bagi sebagian besar penduduk. Sehingga jika penggunaannya
tidak dilakukan secara baik, maka secara tidak langsung akan mengancam
kelangsungan dari sumberdaya hutan itu sendiri.
Dengan adanya konflik kepentingan di atas yang disebabkan oleh adanya
perbedaan persepsi tentang batas hutan, maka Departeman Kehutanan dan Dinas
Kehutanan mencoba mengeliminir konflik tersebut dengan mengadakan program
Hutan Kemasyarakatan (HKm). Akan tetapi dalam implementasi di lapangan,
program tersebut tidak diterima oleh masyarakat (gagal).
Disamping program Hutan Kemasyarakatan di atas, Hak Pengusahaan
Hutan yang beroperasi di kawasan hutan Produksi Rempek Monggal juga tidak
diterima keberadaannya oleh masyarakat. Pada kawasan ini ada 3 tipologi
masyarakat (stakeholder) yang terlibat &lam pemanfaatan dan pengelolaan
sumberdaya hutan, yaitu :
. _ ..
-.
Pertarna, kelompok masyarakat yang secara tradisi sudah terlibat dan tergantung
pada hutan untuk seluruh aktivitas kehidupannya. Pada kelompok masyarakat ini,
sumberdaya hutan bukan semata dimanfaatkan hasilnya untuk tujuan ekonomi,
5
melainkan juga dikelola secara arif untuk keberlanjutan atas sumberdaya hutan itu
sendiri.
Kedua, kelompok masyarakat yang hanya memanfaatkan hasil hutan untuk
memenuhi kebutuhan hidup (karena faktor kemiskinan), dan pemupukan
pendapatan. Pola pengelolaan sumberdaya hutan oleh kelompok masyarakat ini
seringkali bersifat eksploitatif tanpa dibarcngi dengan upaya konsewasi
Ketiga, kelompok masyarakat atau orang-orang yang dekat dengan penguasa,
yang umumnya merupakan kelompok masyarakat yang kuat baik secara sosial
maupun politik (para pemegang Hak Pengusahaan Hutan). Pola pemanfaatan
sumberdaya hutan pada kelompok ini sangat bersifat eksploitatif
Dari tiga tipologi masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan dan
pemanfaatan hutan ini merupakan fenomena ketidakrnampuan pemerintah dalam
mengelola sumberdaya hutan ke arah pengelolaan hutan secara berkelanjutan
(sustainable forest development), dalam rangka pemberdayaan masyarakat
sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada disekitar kawasan
hutan.
Perumusan Masalah.
Tidak seimbangnya hak-hak dan wewenang antara pemerintah pusat
decgan daerah serta masyarakat lokal dalam mengelola dan memanfaatkan
sumberdaya hutan, telah menimbulkan kebocoran wilayah, terjadinya proses
pemiskinan masyarakat komunal lokal serta beban sosial (sociul cost) yang hams
ditanggung oleh masyarakat tersebut; sedangkan mereka tidak mendapat
konpensasi. Hal ini terlihat dari adanya kebijakan pemerintah yang menjadikan
sumberdaya hutan sebagai sumber devisa bagi pembangunan, telah menyebabkan
terjadinya eksploitasi sumberdaya hutan secara besar-besaran. Pemanfaatannya
hampir tanpa memperhatikan aspek daya dukung dan fungsi sosial ekonomi hutan.
Kehadiran para pemegang HPH yang kurang berpihak pada masyarakat, telah
mengorbankan social cup~tuldan tatanan hidup masyarakat serta hllangnya hakhak ulayat (territorial use r~glzr)atas sumberdaya hutan. Penguasaan ini telah
menimbulkan ketimpangan dalam memperoleh akses pada sumberdaya hutan,
yang selanjutnya akan mengarah kepada proses pemiskinan masyarakat yang
tinggal di sekitar kawasan hutan, dan kerawanan terhadap kelestarian hutan
semakin besar.
,-=-s-&,
Adanya ketidak jelasan atau adanya perbedaan persepsi mengenai tata
batas kawasan hutan antara masyarakat dan pemerintah (Dinas Kehutanan, Badan
Pertanahan
Nasional
BPN),
telah
memicu
terjadinya
konflik
yang
berkepanjangan.
Pemerintah (Dinas Kehutanan) beranggapan bahwa kawasan yang selama
ini dimanfaatkan oleh masyarakat merupakan kawasan hutan; dan menjadi tugas,
weweriang
dan
tanggung
jawab
pemerintah
untuk
mengelola
dan
memanfaatkawa. Sedangkan masyarakat beranggapan bahwa berdasarkan faktor
sejarah, kawasan yang selama ini mereka manfaatkan, bukan kawasan hutan
dengan alasan :
.,- -
(a) Kawasan tersebut merupakan warisan dari para pendahulu mereka
dan telah
dikelola secara turun temurun,
(b) Dalam kawasan tersebut terdapat lahan-lahan yang bersertifikat yang
dikeluarkan oleh BPN dan
A
(c). Pihak BPN bersikap pilih kasih terhadap masyarakat; dengan menerbitkan
sertifikat kepada kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat.
Implikasi dari kondisi tersebut diatas, telah mengakibatkan lahan hutan
menjadi akses terbuka (open accsess) sehingga berbagai pihak berusaha
memaksimumkan keuntungan dari sumberdaya tersebut, sedangkan tidak satupun
mau memelihara kelestariannya, sehingga pada akhirnya akan mengalami
degradasi. Hal lain yang ikut mewarnai terjadinya konflik adalah adanya
keterbatasan pemilikan lahan oleh masyarakat serta kurangnya kesempatan kerja
diluar sektor pertanian, yang berakibat pada tekanan masyarakat atas lahan hutan
(terutama oleh mereka yang tidak memiliki lahan) semakin besar.
Sumberdaya hutan merupakan sumberdaya yang bersifat renewable
resource yang dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan apabila pemanfaatannya
memperhitungkan keterbatasan kapasitas dan daya dukungnya. Untuk itu
diperlukan pengaturan dan pengorganisasian dalam pemanfaatan dan pengelolaan
sumberdaya hutan tersebut yang dapat mengakomodir keinginan pemerintah dan
masyarakat yang bersifat saling menguntungkan (win-win solution). Dengan kata
lain bagaimana mengusahakan agar supaya sumberdaya hutan tersebut dapat
menjamin penerimaan bagi daerah (sebagai sumberdaya pembangunan), dapat
menjamin kepentingan rakyat yang tinggal disekitar kawasan hutan (sebagai
penyangga kehidupan yang akan berpengaruh pada besarnya tingkat pendapatan
... I .
-.
/
dan tingkat kesejahteraan) dan juga dapat menjamin kelestarian lingkungan hidup.
Dari uraian di atas, beberapa masalah yang selanjutnya menjadi fokus
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pola kebijakan mengenai peruntukan, kepemilikan dan tata batas
kawasan hutan dalam kaitannya dengan terjadinya konflik.
-.
2. Bagaimana keadaan sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar
kawasan hutan.
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan.
4.
Mengapa masyarakat yang tinggal di sehtar kawasan hutan tidak mau
menerima program pemerintah seperti Hutan Kemasyarakatan (HKrn) dan
Hak Pengusahaan Hutan (HPH).
5. Bagaimana bentuk penyelesaian konflik untuk pemberdayaan masyarakat ke
arah pembangunan hutan secara berkelanjutan
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dari perumusan masalah di atas dapat ditentukan tujuan penelitian sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui pola kebijakan mengenai peruntukan, kepernilikan dan tata
batas kawasan hutan dalam kaitannya dengan terjadinya konflik.
2. Untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar
kawasan hutan.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor -yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan
masyarakat.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan mengapa masyarakat yang
tinggal di sekitar kawasan hutan tidak mau menerima program Hutan
Kemasyarakatan dan Hak Pengusahaan Hutan.
5. Untuk menganalisis bentuk penyelesaian konflik untuk pemberdayaan
masyarakat ke arah pembangunan hutan secara berkelanjutan.
Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini dharapkan dapat memberikan manfaat b a g semua
pihak yang terkait dengan penelitian ini; khususnya bagi pemerintah daerah dalam
penyelesaian konflik yang bersifat win-win solution kearah pengelolaan hutan
secara berkelanjutan dimasa yang akan datang. Sedangkan bagi peneliti
diharapkan dapat mengembangkadmengaplikasikan teori-teori (terutama teori
konflik) yang telah diperoleh sewaktu kuliah untuk penyelesaian masalah yang
tejadi dalam masyarakat sebagai wujud kepedulian (tanggung jawab moral)
seorang ilmuan terhadap fenomena yang terjadi dalam kehidupan dan
lingkungannya.
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Pembangunan Berkelanjutan.
Pemahaman tentang pembangunan berkelanjutan menjadi penting
disebabkan karena selama ini pemerintah kurang memperhatikan unsur
keberlanjutan (sustainable) dalam pelaksanaan pembangunan. Hal ini
telah
berakibat pada terjadinya ketimpangan dalarn memperoleh pendapatan dan
kerusakan sumberdaya alam.
Adanya keterbatasan sumberdaya alam di satu sisi dan kebutuhan manusia
yang terus meningkat disisi lain membutuhkan suatu strategi pemanfaatan
sumberdaya alam yang efisien; sehingga tidak mengorbankan hak pemenuhan
kebutuhan generasi yang akan datang (mtrugenerat~onalequity). Sehingga suatu
konsep pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat
memenuhi kebutuhan generasi saat ini, tanpa mengorbankan kepentingan generasi
yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya.
Konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable developmenr) mulai
digunakan secara urnum oleh World Commision on Environment and
Development (The Brundtland Commision Report of Our Future) pada tahun
1987. Konsep ini memungkinkan generasi sekarang untuk meningkatkan
kesejahteraannya ianpa"me@pra?gi kesempatan generasi yang akan datang untuk
meningkatkan kesejahteraannya pula (Serageldin, 1994). Lebih jauh Palunsu
(1996) mengemukakan bahwa pembangunan berkelanjutan mengandung tiga
pengertian yaitu :
-
1. Memenuhi kebutuhan iaat ini tanpa mengorbankan kebutuhan masa yang akan
datang.
2. Tidak melampaui daya dukung ekosistem (lingkungan).
3. Mengoptimalkan manfaat dari sumberdaya alam dan sumberdaya manusia
dengan menyelaraskan manusia dan pembangunan dengan sumberdaya alam.
Pearce dari Turner (1990) mengatakan bahwa pembangunan berkelanjutan
mencakup upaya memaksimumkan net benefit dari pembangunan ekonomi,
berhubungan dengan pemeliharaan jasa dan kualitas sumberdaya alam setiap
waktu. Pembangunan ekonomi tidak hanya mencakup peningkatan pendapatan
perkapita riil, tetapi juga eleman-elemen lain dalam kesejahteraan sosial.
Selanjutnya Toman, et a1 dalam Bromley (1996) melihat bahwa
penekanan keberlanjutan terletak pada dua ha1 yaitu :
(i). Perhatian pada kesejahteraan generasi yang akan datang dalam menghadapi
pertumbuhan tekanan pada lingkungan alam untuk menyediakan suatu selang
pelayanan yang bernilai (valued service),
(ii).Kapasitas sistem
ekonomi untuk mensubstitusi bentuk bentuk lain dari
wealth untuk memelihara kesejahteraan generasi yang akan datang.
Lebih jauh Serageldin (1996) mengemukakan bahwa tujuan pembangunan
berkelanjutan adalah untuk selalu memperbaiki kualitas hidup manusia atas
berbagai aspek kehldupan. Dengan demikian, maka konsep pembangunan
berkelanjutan adalah upaya mtuk mengintegrasikan tiga aspek kehidupan
(ekonomi, sosial dan ekolog) dalam satu hubungan yang sinergis. Ketiga aspek
kehidupan tersebut dapat digambarkan sebagai "a triangular framework" dan
didefinisikan sebagai keberlanjuian ekonomi, sosial dan lingkungan.
Economic :
... Sustainable growth
Effisiencv
,
Social 4
Equity
Social Cohession
Participation
Empowerment
b
.--
.!..
Ecological
Ecosistem integrity
Natural Resources
Biodiversity
Carrying Capacity
Gambar 1 : Dimensi Pembangunan Berkelanjutan.
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa dimensi pembangunan
yang
berkelanjutan meliputi aspek ekonomi yang mencakup pertumbuhan yang
berkelanjutan dan efisiensi, aspek . sosial mencakup keadilan, keterpaduan
kehidupan sosial, partisipasi dan pemberdayaan masyarakat; sedangkan aspek
ekologi mencakup keutuhan ekosistem, sumberdaya alam, daya dukung
lingkungan, keanekaragaman hayati.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dan kemajuan
pembangunan tidak hanya dapat diukur dengan satu knteria saja (ekonomi)
namun harus ada kriteria lain seperti kriteria sosial dan lingkungan. Kemudian
apabila dilihat dari unsur-unsur pendukung pembangunan berkelanjutan, maka ada
tiga tujuan yang harus diperhatikan seperti terlihat pada gambar berikut :
Economic Objective
- Growth
- Efficiency
- Evironmental Assesment
- Resourcesyaluation
- Income Distribution
- Employment
- Targetted Assistence
- Subsidies
Social Objective
- Internalization
0-
Ecological Objective
- Poverty Alevation
-Participation
Natural Resources
- Equity
-Consulation
Management
-Pluralism
Gambar 2 : Unsur - unsur Pendukung Pembangunan Berkelanjutan.
Selanjutnya menurut Anwar . (2001) untuk dapat sampai pada
.
pembangunan kehutanan secara berkelanjutan (sustainability), tidak cukup hanya
.
melihat aspek ekonomi, sosial dan lingkungan saja, namun aspek lain seperti
aspek spatial dan aspek temporal (pandangan jauh kedepan) perlu diperhatikan.
Konsep keberlanjutan ini akan terus berkembang melalui proses perkembangan
secara evolusi dengan berjalan melintas waktu yang ditentukan oleh nilai-nilai
dalam masyarakat, manusia, perubahan keadaan ekonomi, scrta perubahan dalam
realitas politik. Agar supaya pengelolaan hutan untuk memperbaiki tingkat
kesejahteraan manusia, maka memerlukan perhatian kepada semua aspek-aspek
tentang kesejahteraan manusia menurut lintas waktu dan skala spatial yang dapat
diarahkan kepada sistem atau cara pemanfaatan atau penggunaan hutan yang
berkelanjutan.
14
Interaksi ketiga aspek pendukung pembangunan berkelanjutan tersebut
(ekonomi, sosial dan lingkungan) dalam upaya pengelolaan sumberdaya hutan
yang bertujuan untuk perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat bukan hanya
dipertimbangkan secara lokal untuk skala waktu masa kini saja, tetapi juga dalam
sistem hirarlu yang lebih luas melalui lintas skala management (internasional,
nasionai, dan daerah atau regional dan temporal (tahunan, jangka menengah,
jangka panjang). Dalam kerangka tiga dimensi pembangunan berkelanjutan akan
terjadi interaksi yang kuat dan tolak angsur (trade
08antara dimensi temporal
dengan dimensi kesejahteraan yang masing-masing memiliki perbedaan
karakteristik sebagaimana yang ditunjukkan oleh gambar dibawah ini.
terjadinya proses yang berkembang secara
evolutif yang dapat mempengmhi
keberlanjutan (sustainabildyj
ngkatan kesejahteraan
yarakat secara keseluruhan
Ekonomi
Sosial
Lingkungan
Kesejahteraan
Gambar .3 : Kerangka Berfikir Tiga Dimensi tentang Keberlanjutan (Sustainability)
Pemanfaatan Hutan Dengan Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Kerusakan hutan yang selama ini terjadi dikarenakan praktik eksploitasi
hutan yang tidak berpegang pada prinsip pembangunan yang berkelanjutan
(sustainable development). Internasional Tropical Timber Organisation (ITTO)
memberikan beberapa kriteria tentang keberlanjutan (sustainabilityl yaitu : basis
sumberdaya hutan , kontinuitas hasil hutan, tingkat pengendalian lingkungan,
pengaruh sosial ekonomi dan kerangka kelembagaan.
Pengertian pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dapat
dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda. Pengertian pertarna memandang dari
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan (overal growth of the economy).
Menurut pandangan ini pembangunan berkelanjutan diartikan sebagai sustainable
macro economic growth, yaitu likuidasi suatu modal asset pembangunan, seperti
hutan, dan kemudian menanam yang diakibatkan oleh kegiatan eksploitasi
tersebut kedalam suatu investasi memberikan keuntungan (rate of return) yang
lebih besar, dapat dianggap sebagai suatu kebijakan ekonomi yang tepat. Secara
umum pandangan ini tidak dapat diterima karena (a) pemusnahan hutan akan
menyebabkan masalah sosial dan lingkungan yang sangat besar, (b) kerusakan
lingkungan yang berkaitan dengan kegiatan eksploitasi hutan telah dibuktikan
secara empiris akan merusak produktivitas sumberdaya dalam menghasilkan hasil
hutan kayu dan non kayu untuk masa yang akan datang, termasuk
,
keanekaragaman hayati. Pengertian kedua, dilihat dari sudut pandang sektor,
karenanya likuidasi suatu sektor, seperti hutan tidak dapat diterima sebagai suatu
kebijakan dalam pembangunan. Pandangan ini merupakan pandangan umum
dalam melihat sektor kehutanan. Ini sekalips menunjukkan suatu masalah dalam
eksploitasi hutan, karena banyak penelitian yang dilakukan maupun kajian-kajian
..
ilmiah menunjukkan bahwa sebahagian besar pengelolaan hutan di negara-negara
tropika tidak dapat dikatakan menerapkan prinsipprinsip kelestarian hutan.
Untuk pengelolaan hutan produksi alam Indonesia telah ditetapkan knteria
dan indikator pengelolaan hutan secara berkelanjutan melalui Surat Keputusan
Menteri Kehutanan No.252 dan 5761Xpts-IV1993 tentang Kriteria dan Indikator
Pengelolaan Hutan Produksi Alam Indonesia Secara Lestari yang mengacu pada
UU Pokok Kehutanan No.5 tahun 1967, dengan knteria yang mencakup aspek :
sumberdaya hutan, kelestarian hasil hutan, konservasi, sosial ekonomi dan
kelembagaan. Untuk lebih mengakomodir kepentingan masyarakat yang ada di
sekitar kawasan, diterbitkanlah Undang-Undang Nomor 4 1 tahun 1999 tentang
pokok-pokok kehutanan.
Keseimbangan pengelolaan dan pemanfaatan hutan membutuhkan konsep
yang mendekati operasional agar sasaran pokok pemanfaatan hutan senantiasa
mengarah kepada tenvujudnya optimalisasi fungsi ekologis serta hngsi sosial
ekonomi hutan bagi masyarakat yang berada disekitar kawasan hutan. Untuk itu
diperlukan pengakuan (recognation) tentang jenis kapital yang membentuk
kekayaan dari suatu wilayah. Dalam masalah kapital (modal) dalam kegiatan
pembangunan, Serageldin (1996) mengemukakan bahwa paling sedikit diperlukan
enlpat jerlis modal yaitu:
a. Modal manusia (human capital),
b. Modal alam (natural capital),
c. Modal buatan (man-madecapital) dan
d. Modal sosial (social 'capital), yang dapat meningkatkan ketersediaan modal
perkapita.
Penghargaan
terhadap
modal
tersebut
biasanya
dilakukan
dengan
mempertimbangkan nilai ekonomi dan finansial untuk buatan manusia (man-
made), kegiatan dalam ekonomi lingkungan untuk alam (natural), investasi dalam
pendidikan, kesehatan dan gizi masyarakat untuk manusia (human) dan
kelembagaan dan budaya sebagai fungsi sosial (sociul).
Modal alarn dan buatan manusia akan mengalami degradasi melalui
depresiasi karena pemanfaatan yang dilakukan oleh manusia untuk pemenuhan
kebutuhan hidupnya. Bertambahnya jumlah penduduk akan memperbesar
permintaan terhadap sumberdaya yang tersedia, terlebih dengan sifat keserakahan
manusia terhadap sumberdaya tersebut yang akan mempercepat penurunan
kapasitasnya.
Degradasi melalui depresiasi yang berlangsung cepat atau lambat
terhadap modal alam dan modal buatan manusia tidak dapat dihindari karena
modal tersebut terkena hukum Entropy (Anwar,1997). Oleh karena itu penurunan
kapasitas kedua modal tersebut harus dapat diimbangi dengan meningkatkan
kedua modal manusia dan modal sosial menyangkut masyarakat yang dituju agar
mampu meningkatkan kesejahteraan mereka guna mengatasi masalah kemiskinan
masyarakat yang ada disekitar kawasan hutan, sehingga modal manusia dan modal
sosial hams mengalami apresiasi.
Pengelolaan hutan dapat tercapai apabila modal manusia dan modal sosial
dapat berkembang lebih besar sehingga secara dinamik peningkatannya harus jauh
lebih tinggi jika dibandingkan dengan modal yang relatif tetap dan cenderung
berkurang (natural capital) dan modal yang cenderung terkena depresiasi (manmade capital), yang oleh Serageldin dalam Anwar(1997 diilustrasikan seperti
gambar dibawah ini.
Natural
Social
Waktu
b
Man-made
Capital
Human
Capital
Gambar 4 : Keberlanjutan dalam arti Peningkatan modal perkapita dan
perubahan Komposisi dari keempat jenis modal
Sistem Nilai Budaya Masyarakat di Sekitar Kawasan Hutan.
Masyarakat yang tinggal disekitar kawasan hutan Rempek-Monggal
Kabupaten Lombok Barat relatif homogen apabila dilihat dari segi suku bangsa,
dan interaksi sosial diantara mereka menunjukkan proses usosiatifdan disasosiatif
tertentu. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang perorang, antara kelompok kelompok
manusia, maupun antara orang-orang dengan kelompok manusia lainnya
(Sukanto, 1990).
Syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak sosial dan adanya
komunikasi. Kontak sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk, yaitu antara orang
perorang, antara orang perorang dengan kelompok manusia, dan antara suatu
kelompok manusia dengan dengsn kelompok manusia lainnya. Sedangkan sifat
kontak, dapat dibedakan menjadi kontak primer dan kontak skunder. Kontak
primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan
bertatapan muka, sedangkan kontak skunder adalah suatu hubungan yang
memerlukan perantara, baik orang ketiga maupun peralatan komunikasi.
Proses interaksi yang pokok adalah proses asosiatif dan proses disasosiatif.
Bentuk proses asosiatif adaiah kerjasama dan akomodasi, sedangkan proses
disasosiatif terdiri dari persaingan, kontroversi dan pertentangan atau konflik
(Soekanto, 1990). Penelaahan proses sosial didalam penelitian ini difokuskan
pada proses asosiatif yaitu kerjasama dan proses dis-asosiatif yaitu konflik. Yang
dimaksud dengan proses asosiatif
dalam ha1 ini adalah proses sosial yang
mengarah pada suatu proses yang integratif, sedangkan proses disasosiatif adalah
proses sosial yang mengarah pada konflik.
Menurut Anwar (2000) kebanyakan konflik mempunyai sebab-sebab
ganda, biasanya merupakan kombinasi dari masalah dalarn hubungan antara
pihak-pihak yang bertikai yang mengarah kepada konflik terbuka. Konflik dapat
dikelompokkan dan dianalisis
dengan menggunakan knteria-knteria sebagai
berikut :
1. Konflik data terjadi ketika orang kekurangan informasi yang dibutuhkan
untuk mengambil keputusan yang bijaksana, mecdapat informasi yang salah,
tidak sepakat inengenai apa saja data yang relevan, menterjernahkan infonnasi
dengan cara yang berbeda atau memakai tata cara pengkajian yang berbeda.
Beberapa konflik data mungkin tidak perlu terjadi karena ha1 ini disebabkan
karena kurangnya komunikasi diantara dua orang atau lebih yang konflik.
2. Konflik kepentingan disebabkan oleh persaingan kepentingan yang dirasakan
atau yang secara nyata memang tidak bersesuaian dengan yang diinginkan.
Terjadi ketika satu atau lebih menyakini bahwa untuk memuaskan
kebutuhannya, pihak-pihak lain hams berkorban. Konflik yang berdasarkan
kepentingan ini terjadi karena masalah yang mendasar (uang, sumberdaya
fisik, waktu), atau menyangkut masalah tata cara (sikap dalam menangani
masalahnya) atau masalah psikologis (persepsi atau rasa percaya diri,
mempertahankan keadilan, rasa hormat).
3. Konflik hubungan antar manusia terjadi karena adanya emosi-emosi negatif
yang kuat, salah persepsi atau stereotip, salah komunikasi atau tingkah laku
negatif yang berulang (repet~trfl.Masalah ini sering menghasilkan konflik
yang realistik atau mungkin tidak perlu, karena konflik ini bisa terjadi bahkan
ketika kondisi obyektif untuk terjadinya konflik seperti terbatasnya
sumberdaya manusia atau tujuan bersama yang eksklusif, tidak ada. Masalah
*
hubungan antar manusia seperti yang tersebut diatas, -ser;ingkali memicu
terjadinya pertikaian dan menjurus kepada lingkaran-spiral dari suatu konflik
destruktif yang tidak perlu.
4. Konflik nilai disebabkan oleh sistem-sistem kepercayaan yang tidak
bersesuaian, mungkin ha1 itu hanya dirasakan atau memang sesungguhnya
ada. Nilai adaiah kepercayaan yang dipakai orang untuk memberi arti pada
hidupnya, menjelaskan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang
benar dan mana yang salah, mana yang adil dan tidak adil. Perbedaan nilai
sebenarnya tidak hams menjadi penyebab terjadinya konflik. Oleh kaiena itu
manusia dapat hidup secara berdampingan dan harmonis dengan sedikit
perbedaan nilai.
'*'
5. Konflik struktural terjadi ketika ketimpangan untuk melakukan akses dan
kontrol terhadap sumberdaya. Pihak yang berkuasa dan memiliki wewenang
formal untuk menetapkan kebijakan urnum, biasanya lebih memiliki peluang
untuk menguasai akses dan melakukan kontrol sepihak terhadap pihak lain.
Disisi lain persoalan geografis dan faktor sejarah atau waktu seringkali
dijadikan alasan untuk memusatkan kekuasaan serta pengambilan keputusan
yang hanya rnenguntungkan pada satu pihak tertentu.
Gambar 5 : Ruang ruang dan Sumber Konflik (Anwar,2000)
Manajemen Konflik.
Manajemen konflik adalah suatu penanganan proses pembentukan
(kemunculan) konflik yang diarahkan untuk meningkatkan kinerja suatu
kelompok masyarakat atau organisasi. Dalarn praktiknya sering terjadi
penyimpangan atau distorsi, terminologi tentang konflik. Misalnya, seorang
pemi~npin sengaja menimbulkan situasi konflik,
dimana sikap anggota
masyarakat terbagi dua, yaitu yang sejalan dengan pemimpin dan yang tidak
sejalan dengan pemimpin/oposisi. Yang sejalan dengan pemimpin diberi insentif
w
L
.
.
-. -
dan yang oposisi disingkirkan. '~indakan'.pemiinpin seperti itu tidak dapat
dikatakan sedang menjalankan manajemen konflik, melainkan hanya sedang
menjalankan manajemen kroni. Situasi konflik dapat saja sengaja diciptakan,
narnun konflik tersebut harus
ditangani secara bijaksana agar dapat
meningkatkan kinerja kelompok, dan fenomena seperti inilan yang disebut dengan
manajemen konflik.
Menurut Anwar (2000) penanganan konflik dilakukan melalui pencairan
wilayah realitas umum dan kemudian berusaha dengan cara memperluas realitas
yang diakui secara bersama (common reulrtyl. Dua gambar dibawah ini mencoba
menjelaskan bagaimana common reality tersebut dapat diperluas untuk saling
memahami persoalan konflik yang timbul.
Gambar 6 : Mencari Upaya Penyelesaian Konflik atas Dasar Common Reality.
~ a gambar
6
diatas, kemudian dicoba untuk memperluas Common Reulrty
untuk dapat saling bertemu dari pendirian masing-masing pihak yang terkait
Gambar 7 : Upayd Mencari Penyelesaian Konflig (Confl~ctResolution) dengan
Cara Memperluas Common Reulity.
Menyadari potensi akibat buruk dari merebaknya suatu konflik yang tidak
diselesaikan dengan baik, maka dengan mudah kita dapat memahami bahwa
pengelolaan konflik yang terbaik adalah mencegah munculnya konflik itu, atau
seperti ungkapan "Daripada memadamkan kebakaran, lebih baik jangan lupa
mematikan api kompor setelah nasi masak".
Dalam kegiatan-kegiatan
pembangunan
dan
pengembangan masyarakat,
mencegah munculnya konflik dapat dilakukan dengan menjadikan lembaga,
kebijakan dan programnya lebih responsif terhadap kepentingan-kepentingan
masyarakat, bukan saja masyarakat yang terlibat Iangsung, tapi juga pihak-pihak
lainnya yang diperkirakan mempunyai kepentingan terhadap usaha-usaha
pembangunan yang akan dilaksanakan. Harapannya tentu adalah bahwa suatu
program yang sesuai dengan harapan, aspirasi, hak dan kepentingan semua pihak
(stakeholder) tentunya tidak akan menjadi sengketa. Beberapa cara yang
digunakan untuk mencegah dan memecahkan konflik seperti pada tabel berikut :
Tabel 2 : Beberapa Alternatif Cara Dalam Memecahkan Konflik-Konflik.
;
!
1
Konven
i Pasif/Sepibak: ! Yartisi
sional - -----------'
patif
1. ~ e n e l i t i a n / ~ e n1.Menghindari
~T
perenca
naan
konfli k;
kajiadsurvey .
I
2. Dengar pen-
partisi
2. Penerimaan
dapat umum
secara
patif
Itemu wicara.
pasic
2. Pemeca
3. Jajag
Pendapat.
han
3. Pengabaid
I
Koope
ratif
1.Tawar
menawar;
2.Arbitrase/
pel eraian
3. Perundi
ngan
4. Perunding
1
Konpron
tatif
1.Aksi Sosial
2.Demontrasi
3. Sabotase
4.Kekerasan.
5.Penggunaan
media masa
6. Ligitasi
bersikap
masalah
masa
secara
an
partisi
dengan
Legislatif
patif.
mediasi.
melalui
bodoh;
4. Penyele
saian
I
I
7.Aksi
penvakilan
sepihak
Mediasi
Menurut Anwar (2000) salah satu usaha-usaha penyelesaian konflik adalah
dengan cara kooperatif (kerjasama), yang mana didalamnya terdapat cam-cara
seperti bwar menawar, arbitrase (peleraian). Perundingan, dan perundingan
dengan mediasi. Dalam dunia nyata sering kita menemukan bahwa swtu konflik
sering diselesaikan dengan bantuan pihak ketiga yang dianggap mampu mewakili
kedua belah pihak yang sedang berse
HUTAN UNTUK
KEARAH
PENGELOLAAN HUTAN SECARA
BERKELANJ~TAN
MOH. HUZAPNI
'
.
i
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
ABSTRAK
MOH. HUZAINI, 2002, Analisis Konflik Sumberdaya Hutan Untuk
Pemberdayaan Masyarakat Kearah Pengelolaan Hutan Secara Berkelanjutan.
Dibimbing oleh AFFENDI ANWAR, ERNAK RUSTIADI dan AKHMAD FAUZI.
Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang mempunyai peran yang
cukup strategs bagi kehidupan manusia. Dengan demikian maka.pengusahaan hutan
dan hasil hutan hams diatur melalui pengusahaan hutan yang dapat menjamin
penerimaan bagi negara (sebagai sumberdaya pembangunan), hams dapat menjamin
kepentingan masyarakat yang ada di sekitar kawasan hutan (sebagai penyangga
kehidupan) dan juga hams dapat menjamin kelestarian lingkungan hidup.
Begitu strategisnya peran surnberdaya hutan tersebut,maka pengelolaan dan
pemanfaatannya seharusnya memerlukan penanganan yang tzpat, sehingga
pembmgunan kehutanan secara berkelenjutan dapat tercapai. Akan tetapi &lam
kenyataannya telah terjadi konflik yang berkepanjangan antara pihak masyarakat clan
pihak kehutanan dan telah menimbulkan berbagai bentuk eksterrralitas negatif.
Secara umum tujuan penelitian ini adaldl untuk mengetahui sejarah
perkembangan kawasan hutm dalam kaitannya dengan terjadinya konflik,
mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat yang a& di sekitar kawasan hutan
Rempek-Monggal, mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan
masyarakat serta mencoba menyelesaikan konflik yang terjadi selama ini untuk
mencapai pengelolaan hutan secara berkelanjutan.
Konfilk yang terjadi selama ini adalah disebabkan oleh adanya persepsi
mengenai tata batas kawasan hutan antara rnasyarakat dengan pihak kehutanan.
Pihak kehutanan dalam menetapkan batas kawasan hutan selalu mendasarkan pada
aspek legal formal, sedangkan pihak masyarakat mendasarkan pada aspek historis
dan kepentingannya atas sumberdaya hutan tersebut.
Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang ada di sekitar kawasan hutan
Rempek-Monggal adalah sebagai berikut : rendahnya kwalitas dan kuantitas
pendidikan, jurnlah tanggungan keluarga yang relatif tinggi, terbatasnya kesempatan
kerja Qluar sektor pertanian, tingkat kesejahteraan masyarakat yang relatif rendah
serta penguasan lahan yang sempit.
Faktor-faktor yang berpenga& terhadap tingkat pendapatan atau dengan
kata lain sumber pendapatan masyarakat yang dominan adalah luas lahan garapan,
harga jual produk tanaman pokok dan tumpangsari dan juga dari usaha sampingan
sebagai dagang.
Dengan adanya perbedaan persepsi mengenai tata batas kawasan hutan
disarankan bahwa batas hutan tetap mengacu pada batas hutan versi kehutanan ,
namun dalam pengelolaannya dan pemanfaatannya h a m mengutamakan
kepentingan masyarakat tanpa mengorbankan kepentingan pihak kehutanan. Untuk
itu redistribusi dalam arti pengelolaan harus mendapat prioritas utama dari
pemerintah.
Untuk &pat sampai pada kondisi pareto optlmal (kondisi yang sama-sama
menguntungkan),diperlukan suatu keiembagaan baru dengan mempertinggi
intensitas pertemuan, silaturrahmi atau musyawarah antar kedua belah phik,
sehingga masing-masing mengalami proses pembelajaran (learning &y doing) untuk
saling percaya mempercayai.
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
ANALISIS
KONFLIK
SUMBERDAYA
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
HUTAN
UNTUK
KEARAH PENGELOLAAN
HUTAN SECARA BERKELANJUTAN
adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah di
publikasikan.
Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyata'can secara jelas dan
dapat diperiksa kebenarannya.
MOH. HUZAINI
ANALISIS KONFLIK SUMBERDAYA HUTAN UNTUK
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KEARAH
PENGELOLAAN HUTAN SECARA
BERKELANJUTAN
Oleh
MOH. HUZAINI
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis
:
Analisis
Konflik
Sumberdaya
Hutan
Untuk
Pemberdayaan Masyarakat Kearah Pengelolaan Hutan
Secara Berkelanjutan
Narna
:
Moh. Huzaini
NRP
:
99.343
Program Studi
:
Ilmu
Perencanaan
Pembangunan
Wilayah
dan
Perdesaan.
Menyetujui,
1. Ketua Komisi Pembimbing
-
7
Prof. Dr.1r.H. Affendi Anwar. MSc.
Ketua
Dr. Ir. Akhmad Fauzi, MSc.
Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
Prof. Dr. Ir. H. Affencb Anwar, MSc.
Tanggal Lulus : 26 Maret 2002
1 7 JUN 2002
PRA KATA
Assalamu'alai kum Wr.Wb.
Puj i syukur penulis panjatkan kehadhirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan tesis yang"berjudul Analisis
Konflik Sumberdaya Hutan Untuk Pemberdayaan Masyarakat Kearah
Pengelolaan Hutan Secara Berkelanjutan dapat diselesaikan.
Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh
gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah
dan Perdesaan, Program Pascasarjana Instut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, dukungan,serta bimbingan, yaitu :
I. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Affendi Anwar, MSc selaku Ketua Komisi Pembimbing
dan sekal igus sebagai Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Perdesaan, Program Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor.
2. Bapak Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr. sebagai anggota Komisi Pembimbing.
3. Bapak Dr. Ir. Akhrnad Fauzi, MSc sebagai anggota Komisi Pembimbing.
4. Dekan Fakultas Ekonomi dan Rektor Universitas Mataram yang telah
memberikan izin dan kesempatan untuk mengikuti program Pascasarjana.
5. Kedua orang tua (H-Sahudin dan Hj.Majidah), Istriku (Rahmawati) dan kedua
anakku (Khairunnisa' Ariany Zain dan Aula Rahmatin Zain) serta saudarasaudaraku yang telah bayak memberikan dukungan do7a, perhatian, pengertian
dan dorongan moral dan material yang tidak terhingga.
6. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.
Atas bimbingan, arahan dan bantuannya kepada penulis selama ini, penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Mudahmudahan semua ini menjadi amal ibadah dan mendapat balasan yang setimpal
dari Allah SWT, Amin, Amin, Amin.
Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat b a g semua pihak.
Terima Kasih.
Bogor, Maret 2002
Penulis
DAFTAR IS1
Hal.
DAFTAR TABEL .........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ............:..........................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................
PENDAHULUAN..........................................................................................
Latar Belakang........................................................................................
Perumusan Masalah................................................................................
Tujuan dan Manfaat Penelitian...............................................................
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................
Konsep Pembangunan Berkelanjutan......................................................
Pem~nfaatmHutan dengan Konsep Pembangunzn
Berkelanjutan...........................................................................................
Sistim Nilai Budaya Masyarakat di Sekitar Kawasan Hutan..................
Menejemen Konflik.................................................................................
Mediasi....................................................................................................
Konsep Pemberdayaan Masyarakat........................................................
Kelembagaan Dalam Kaitannya dengan Kepastian Hak-hak Atas
Sumberdaya Hutan..................................................................................
Teori Permainan (Games
. . . Theory)...........................................................
Persepsi dan Partisipasi...........................................................................
KERANGKA PEMIKIRAN. TEORI DAN HIPOTETIS............................
Kebijakan Pengelolaan Hutan.................................................................
Peran Kelembagaan
dalam Pemanfaatan Sumberdaya Hutan.. ..............
..
T-eori Analisis Konflik.............................................................................
Hipotetis...................................................................................................
MOTODOLOGI PENELITIAN.......................................................................
Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................
Metode Pengumpulan Data.....................................................................
Jenis dan Sumber
data.............................................................................
..
Metode Analisis......................................................................................
GKMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN.............................................
Gambaran Umum Kabupaten Lombck Barat..........................................
Gambaran Umum Desa Rempek.............................................................
Gambaran Umum Kawasan Hutan Rempek-Monggal............................
vii
HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................
Sejarah Perkembangan Kawasan Hutan..................................................
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Rempek...........................
Analisis Kesejahteraan Masyarakat........................................................
Hak Pengusahaan Hutan dan Program Hutan Kemasyarakatan..............
Peran Institusi Lokal dalam Pemecahan Konflik....................................
Analisis Konflik Atas Sumberdaya Hutan .............................................
KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................
Kesimplan ..............................................................................................
Saran......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
DAFTAR TABEL
No.
1.
Hal.
Teks
Jenis
dan
Luas
Status
Hutan
di
Kabupaten
Lombok
Barat.................... ................................ ......... . . ... ...............................
,
2.
Beberapa Alternatif Cara dalam Pemecahan Konflik..........:.. .........
3.
Konsekwensi Pahala dari Permainan Pefiukarac (jasa)....................
4.
Jenis, Sumber dan Cara Pengumpdan Data Penelitian....................
5.
Peubah-peubah yang Digunakan Dalam Analisis Kuantifikasi
Hayashi I ..........................................................................................
6. Peubah-peubah yang terkait dengan Tingkat Pendapatan yang
digunakan Dalam Analisis Regresi Berganda... ........................ ..... ...
7.
Luas Kabupaten Lombok Barat Dirinci Menurut Kecamatan
Tahun 2001..... ......... ..................................................... ...................
8.
Penduduk Dirinci Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Q
Kabupaten Lombok Barat Tahun 2000........ .....................................
9.
Prosentase Luas Daerah, dan Kepadatan Penduduk Menurut
Kecamatan & Kabupaten Lombok Barat Tahun 2000......................
10. Luas, Jenis tanah dan Penyebarannya di Kabupaten Lombok Barat
Tahun 2000........................................................................................
11. Luas Masing-masing Kecamatan Berdasarkan Kemiringan Tanah
di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2000.........................................
12. Luas Masing-masing Kecamatan Berdasarkan Kelas Ketinggian
Wilayah di Kabupaten Lombok Barat Tahun 200 1..........................
13. Luas Masing-masing Kecamatan Berdasarkan Kelas Kepekaan
Erosi di Kabupaten L.ombok Barat Tahun 2000...............................
14. Penggunaan Tanah per Kecarnatan cb Kabupaten Lombok Barat
Tahun 2000........................................................................................
15. Luas Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya di Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2000................ ..............................................
16. Luss Desa Reinpek di ~ l n cMenurut
i
Dusun Tahun 2000.............,
I
Jurnlah Penduduk ~ e n r ( r u Jenis
t
Kelamin, Kepala Keluarga di
a
Tahun 2000.......................
Masing-masing Dusun di ~ e s Rempek
Jumlah Penduduk Dirincji Menurut Pendidlkan di Masing-masing
!
Dusun di Desa Rempek Tahun 2000.................................................
Jumlah Penduduk ~ e n J r u tMata pencaharian di Desa Rernpek
Tahun 2000..................... :...................................................................
Tata Guna Lahan ~ e n dDusun
t
di Desa Rempek Tahun 2000.....
Peristiwa-peristiwa Kunci dalarn Perkembangan Kawasan Hutan
Rempek-Monggal..............................................................................
Jumlah Responden di ' b n c i Menurut Jenjang Penhhkan di
Sekitar Kawasan Hutan Rempek-MOPggal tahun 2000....................
Jumlah Responden di Rinci Menurzlt Banyalmya Jumlah
Tanggungan di Sekitar Kawasan Hutan Rempek-Monggal tahun
2000..................................................................................................
Jumlah Responden di Rinci Menurut Umur Sekitar Kawasan
Hutan Rempek-Monggal tahun 2000................................................
Jumlah Responden Dirinci Menurut Penguasaan dan Pemilikan
Lahan di Desa Rempek Tahun 2000.................................................
Jumlah Responden Dirinci Menurut Jumlah Pendapatan yang
diterima, Kelas Pendapatan di Desa Rempek Tahun 200 1...............
Prosentase Kumulatif Rumah Tangga Masyarakat dan Prosentase
Kumulatif Penclaptan responden di Desa Rempek Tahw 200 1......
Hasil Analisis Kuantifikasi Hayash I Terhadap Variabel yang
Terkait dengan Pendapatan...............................................................
Faktor Loading, Akar Penciri dan Proporsi Ragarn Hasil Analisis
Faktor Utama Terhadap Peubah Dugaan yang Berkaitan dengan
Pendapatan........................................................................................
Ringkasan Hasil Analisis Regresi Berganda Terhadap Peubahpeubah yang terkait dengan Pendapatan...........................................
Ruang, Para Pelaku dan Kekuasaan yang Berkaitan dengan
Pengelolasrn Sun~bercbyiHutan .....................................................,
DAFTAR GAMBAR
1.
No.
Teks
Dimensi Pembangunan Berkelanjutan.............................:. .:...-..........
Unsur-unsur Pendukung Pembangunan Berkelanjutan......i.. ............
Kerangka Berfikir Tiga Dimensi........................................................
Keberlanjutan dalam arti Peningkatan Modal perkapita dan
Perubahan Kompoisi dari keempat Modal......................... ,......... ......
Ruang-ruang dan Sumber Konflik........ ......................... ....................
Upaya Mencari Penyelesaian Konflik atas dasar Common Reality..
Upaya Mencari Penyelesaian Konflik dengan Cara Mernperluas
Common Rezlity.................................................................................
Pemecahan Konflik Melalui Mediasi.................................................
Rangkaian Faktor-faktor Penentu yang Meningkatkan Produktivitas
Lahan dan Nilai Lahan.......................................................................
Diagram Alur Pentingnya Pei~yelesaianKonflik Untuk
Pemberdayaan Masyarakat ke Arah Pengelolaan HuRn Seczra
Berkelanjutan.....................................................................................
Bagan Alur Pendekatan Studi..................................... . . .. ...........
Kurve Lorenz 50 Responden di Desa Rempek tahun 2000. ....:.........
Pemegang Kekuasaan Atas Menejemen Kontlik Sumberdaya
Hutan oleh Pemerintah sebelum Desentralisasi. ................................
Menejemen Sumberdaya Hutan dalam Sistem Desentralisasi
Territorial Secara Kekolektifan..........................................................
Matriks Konsekuensi Dari Strategi yang Dimainkan........................
Hal.
DAFTAR LAMPIRAN
No .
1.
Teks
Perhitungan Desil Pendapatan Responden yang Ada Di sekitar
Kawasan Hutan Rempek-Monggal.................................................
2.
187
Perhitungan Good Sevice Ratio 50 Responden yang ada di
Sekitar Hutan Rempek-Monggal.....................................................
3.
Hal .
189
Peubah-peubah yang berhubungan Dengan Analisis Kuantifikasi
Hayashi I..........................................................................................
190
4.
Perhitungan Analisis Kuantifiiasi Hayashi 1..................................
192
5.
Perhitungan Analisis Komponen Utama clan Regresi ....................
196
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan kehutanan sebagai bagian integral dari pernbangunan
nasional pada hakekatnya dilaksanakan dalarn rangka pendayagunaan sumberdaya
hutan secara menyeluruh, terencana, rasional, optimal, bertanggung jawab dan
sesuai dengan kemampuan daya dukungnya, sehingga diharapkan mampu
memberikan kesejahteraan bagi rakyat secara berkelanjutan. Sejalan dengan itu
maka pembangunan kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat bagi
sebesar-besamya kemakmuran rakyat, dengan tetap menjaga kelestarian dan
kelangsungan fungsi hutan dan fungsi lingkungan hidup. Dengan demikian maka
pengusahaan hutan dan hasil hutan hams diatur melalui pengusahaan hutan yang
dapat menjamin penerimaan bagi negara (sebagai sumberdaya pembangunan),
hams dapat menjamin kepentingan rakyat yang tinggal dan hidup di sekitar
kawasan hutan (sebagai penyangga kehidupan), dan juga hams dapat menjamin
kelestarian lingkungan hidup (mengatur tata air, mencegah dan membatasi banjir,
erosi, dan memelihara kesuburan tanah serta mampu mempertahaikafi
keanekaragaman hayati 1 bro-dwersrty).
Begitu strategisnya peranan sumberdaya hutan bagi kehidupan manusia,
maka pengelolaan dan pemanfaatannya .memerlukan penanganan yang tepat,
sehingga pembangunan kehutanan secara berkelanjutan dapat tercapai.
Lombok Barat merupakan salah satu dari tujuh kabupaten yang ada di
's
'
Nusa Tenggara Barat memniki luas 1.672,15 ~m'; dengan jumlah penduduk
673.980 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk sebanyak 403 jiwa per krn2.
- +
Dari luas tersebut di atas, 76.421 Ha berupa tanah datar (bagian tengah) dan
sisanya berupa tanah bergelombang dan berbukit (terutama dibagan utara dan
selatan). Implikasi dari kondisi diatas, peningkatan kebutuhan akan lahan oleh
sebagian masyarakat tidak jarang dipenuhi melalui pemanfaatan lahan kawasan
hutan. Adapun luas hutan yang ada di wilayah kerja Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Lombok Barat adalah 79.431,21 Sa.
,Untuk mengetahui jenis dan luas hutan yang ada di Kabupaten Lombok
Barat dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel : 1 Jenis dan Luas Status Hutan di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2000.
Luas ( Ha)
Jenis Hutan
(%)
I
1
1
1
1
I
1
1. Hutan Lindung
1
1
1
2. Hutan Produksi Biasa
3. Hutan Produksi Terbatas
4. Hutan Taman Wisata Alam
5. Hutan
Taman Nasional
,
Gunung
Rinjani
6 . Hutan yang belum ditetapkan
Jumlah
30.583,5 1
13.802,OO
I
!
38,50
17,38
I
19.624,OO
1
1
3.043,70
/
12.360,OO
1
I1
18,OO
I1
24,7 1
I
79.431,21
I
15,56
I
0,02
I
I
I
1
I
I
100,OO
Sumber : Kantor Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Lombok Barat.
Penggunaan lahan kawasan hutan untuk kegiatan ekonomi dan
pemukiman,
yang
kecenderungannya
semakin
meningkat,
sangatlah
menghawatirkan apabila ditinjau dari perspektif kelestarian lingkungan hidup.
Mengngat dari kondisi dan luas hutan yang ada di Kabupaten Lombok Barat yang
38,5 persen adalah hutan lindung, maka dalam jangka panjang aktivitas sosial
ekonomi masyarakat di selutar kawasan hutan dapat mengurangi kuantitas dan
kualitas fungsi hutan, terutama sebagai penyedia sumber air bagi kehidupan
manusia.
Kawasan hutan produksi Rempek Monggal merupakan bagan dari blok
hutan Koko' Sidutan RTK-1 Gunung Rinjani dengan luas 16.082 Ha. Kawasan
tersebut secara administrasi berada dalam wilayah kerja Kantor Dinas Kehutanan
dan Perkebunan Kabupaten Lombok Barat, Seksi Pemangkuaa 1-l;utan Lombok
Barat V . @pH-LOBAR-V), Sub Seksi Pemangkuan Hutan Rempek (SSPHRempek). Pada kawasan inilah masyarakat secara turun temurun melakukan
kegiatan untuk menopang kehidupannya. Kegiatan tersebut antara lain : berburu,
berladang, beternak, mengadakan ritual, mencari bahan obat-obatan, kayu bakar
getah dan lain-lain.
Desa Rempek merupakan salah satu dari empat buah desa yang ada di
Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Barat yang berbatasan langsung dengan
hutan. Dari 7 dusun yang ada, ada 2 buah dusun yang berbatasan langsung dengan
kawasan hutan, yaitu Dusun Busur dan Dusun Kuripan. Tingkat pertumbuhan
penduduk Desa Rempek cukup tinggi yaitu 2,55 persen pertahun. Hal ini
disebabkan disarnping karena pertumbuhan secara alamiah, juga disebabkan oleh
adanya migran ekonomi dari luar Desa / Kabupaten. Desa Rempek termasuk
dalam tipologi desa tertinggal dan sebagian besar penduduknya hidup dari sektor
pertanian dengan- penguasaan iahan yang relatif sempit (kurang dari 0,50 Ha).
%
Kondisi ini akan berdampak pada tekanan masyarakat atas lahan hutan cukup
tinggi, dan telah rnenimbulkan masalah sosial dalam bentuk konflik baik antar
masyarakat sendiri maupun antar pemerintah. Hal lain yang juga menjadi pemicu
terjadinya konflik kepentingan di atas diduga akibat adanya perbedaan persepsi
(antara masyarakat dengan pihak Cahang Dinas Kehutan IKanwil Kehutanan)
.
.e
-
-*
d
tentang batas kawasan hutan. Sehlngga penilaian pemerintah selama ini atas status
pemanfaatan lahan kawasan hutan oleh masyarakat selalu dikatagorikan illegal,
karena selalu mendasarkan atas bukti formal serta mengesampingkan faktor
sejarah dan kepentingan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan.
Sedangkan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan, hutan bukan
saja sebagai penghasil kayu, tapi juga merupakan sumber kehidupan dan
J
lt
ketahanan pangan bagi sebagian besar penduduk. Sehingga jika penggunaannya
tidak dilakukan secara baik, maka secara tidak langsung akan mengancam
kelangsungan dari sumberdaya hutan itu sendiri.
Dengan adanya konflik kepentingan di atas yang disebabkan oleh adanya
perbedaan persepsi tentang batas hutan, maka Departeman Kehutanan dan Dinas
Kehutanan mencoba mengeliminir konflik tersebut dengan mengadakan program
Hutan Kemasyarakatan (HKm). Akan tetapi dalam implementasi di lapangan,
program tersebut tidak diterima oleh masyarakat (gagal).
Disamping program Hutan Kemasyarakatan di atas, Hak Pengusahaan
Hutan yang beroperasi di kawasan hutan Produksi Rempek Monggal juga tidak
diterima keberadaannya oleh masyarakat. Pada kawasan ini ada 3 tipologi
masyarakat (stakeholder) yang terlibat &lam pemanfaatan dan pengelolaan
sumberdaya hutan, yaitu :
. _ ..
-.
Pertarna, kelompok masyarakat yang secara tradisi sudah terlibat dan tergantung
pada hutan untuk seluruh aktivitas kehidupannya. Pada kelompok masyarakat ini,
sumberdaya hutan bukan semata dimanfaatkan hasilnya untuk tujuan ekonomi,
5
melainkan juga dikelola secara arif untuk keberlanjutan atas sumberdaya hutan itu
sendiri.
Kedua, kelompok masyarakat yang hanya memanfaatkan hasil hutan untuk
memenuhi kebutuhan hidup (karena faktor kemiskinan), dan pemupukan
pendapatan. Pola pengelolaan sumberdaya hutan oleh kelompok masyarakat ini
seringkali bersifat eksploitatif tanpa dibarcngi dengan upaya konsewasi
Ketiga, kelompok masyarakat atau orang-orang yang dekat dengan penguasa,
yang umumnya merupakan kelompok masyarakat yang kuat baik secara sosial
maupun politik (para pemegang Hak Pengusahaan Hutan). Pola pemanfaatan
sumberdaya hutan pada kelompok ini sangat bersifat eksploitatif
Dari tiga tipologi masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan dan
pemanfaatan hutan ini merupakan fenomena ketidakrnampuan pemerintah dalam
mengelola sumberdaya hutan ke arah pengelolaan hutan secara berkelanjutan
(sustainable forest development), dalam rangka pemberdayaan masyarakat
sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada disekitar kawasan
hutan.
Perumusan Masalah.
Tidak seimbangnya hak-hak dan wewenang antara pemerintah pusat
decgan daerah serta masyarakat lokal dalam mengelola dan memanfaatkan
sumberdaya hutan, telah menimbulkan kebocoran wilayah, terjadinya proses
pemiskinan masyarakat komunal lokal serta beban sosial (sociul cost) yang hams
ditanggung oleh masyarakat tersebut; sedangkan mereka tidak mendapat
konpensasi. Hal ini terlihat dari adanya kebijakan pemerintah yang menjadikan
sumberdaya hutan sebagai sumber devisa bagi pembangunan, telah menyebabkan
terjadinya eksploitasi sumberdaya hutan secara besar-besaran. Pemanfaatannya
hampir tanpa memperhatikan aspek daya dukung dan fungsi sosial ekonomi hutan.
Kehadiran para pemegang HPH yang kurang berpihak pada masyarakat, telah
mengorbankan social cup~tuldan tatanan hidup masyarakat serta hllangnya hakhak ulayat (territorial use r~glzr)atas sumberdaya hutan. Penguasaan ini telah
menimbulkan ketimpangan dalam memperoleh akses pada sumberdaya hutan,
yang selanjutnya akan mengarah kepada proses pemiskinan masyarakat yang
tinggal di sekitar kawasan hutan, dan kerawanan terhadap kelestarian hutan
semakin besar.
,-=-s-&,
Adanya ketidak jelasan atau adanya perbedaan persepsi mengenai tata
batas kawasan hutan antara masyarakat dan pemerintah (Dinas Kehutanan, Badan
Pertanahan
Nasional
BPN),
telah
memicu
terjadinya
konflik
yang
berkepanjangan.
Pemerintah (Dinas Kehutanan) beranggapan bahwa kawasan yang selama
ini dimanfaatkan oleh masyarakat merupakan kawasan hutan; dan menjadi tugas,
weweriang
dan
tanggung
jawab
pemerintah
untuk
mengelola
dan
memanfaatkawa. Sedangkan masyarakat beranggapan bahwa berdasarkan faktor
sejarah, kawasan yang selama ini mereka manfaatkan, bukan kawasan hutan
dengan alasan :
.,- -
(a) Kawasan tersebut merupakan warisan dari para pendahulu mereka
dan telah
dikelola secara turun temurun,
(b) Dalam kawasan tersebut terdapat lahan-lahan yang bersertifikat yang
dikeluarkan oleh BPN dan
A
(c). Pihak BPN bersikap pilih kasih terhadap masyarakat; dengan menerbitkan
sertifikat kepada kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat.
Implikasi dari kondisi tersebut diatas, telah mengakibatkan lahan hutan
menjadi akses terbuka (open accsess) sehingga berbagai pihak berusaha
memaksimumkan keuntungan dari sumberdaya tersebut, sedangkan tidak satupun
mau memelihara kelestariannya, sehingga pada akhirnya akan mengalami
degradasi. Hal lain yang ikut mewarnai terjadinya konflik adalah adanya
keterbatasan pemilikan lahan oleh masyarakat serta kurangnya kesempatan kerja
diluar sektor pertanian, yang berakibat pada tekanan masyarakat atas lahan hutan
(terutama oleh mereka yang tidak memiliki lahan) semakin besar.
Sumberdaya hutan merupakan sumberdaya yang bersifat renewable
resource yang dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan apabila pemanfaatannya
memperhitungkan keterbatasan kapasitas dan daya dukungnya. Untuk itu
diperlukan pengaturan dan pengorganisasian dalam pemanfaatan dan pengelolaan
sumberdaya hutan tersebut yang dapat mengakomodir keinginan pemerintah dan
masyarakat yang bersifat saling menguntungkan (win-win solution). Dengan kata
lain bagaimana mengusahakan agar supaya sumberdaya hutan tersebut dapat
menjamin penerimaan bagi daerah (sebagai sumberdaya pembangunan), dapat
menjamin kepentingan rakyat yang tinggal disekitar kawasan hutan (sebagai
penyangga kehidupan yang akan berpengaruh pada besarnya tingkat pendapatan
... I .
-.
/
dan tingkat kesejahteraan) dan juga dapat menjamin kelestarian lingkungan hidup.
Dari uraian di atas, beberapa masalah yang selanjutnya menjadi fokus
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pola kebijakan mengenai peruntukan, kepemilikan dan tata batas
kawasan hutan dalam kaitannya dengan terjadinya konflik.
-.
2. Bagaimana keadaan sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar
kawasan hutan.
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan.
4.
Mengapa masyarakat yang tinggal di sehtar kawasan hutan tidak mau
menerima program pemerintah seperti Hutan Kemasyarakatan (HKrn) dan
Hak Pengusahaan Hutan (HPH).
5. Bagaimana bentuk penyelesaian konflik untuk pemberdayaan masyarakat ke
arah pembangunan hutan secara berkelanjutan
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dari perumusan masalah di atas dapat ditentukan tujuan penelitian sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui pola kebijakan mengenai peruntukan, kepernilikan dan tata
batas kawasan hutan dalam kaitannya dengan terjadinya konflik.
2. Untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar
kawasan hutan.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor -yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan
masyarakat.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan mengapa masyarakat yang
tinggal di sekitar kawasan hutan tidak mau menerima program Hutan
Kemasyarakatan dan Hak Pengusahaan Hutan.
5. Untuk menganalisis bentuk penyelesaian konflik untuk pemberdayaan
masyarakat ke arah pembangunan hutan secara berkelanjutan.
Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini dharapkan dapat memberikan manfaat b a g semua
pihak yang terkait dengan penelitian ini; khususnya bagi pemerintah daerah dalam
penyelesaian konflik yang bersifat win-win solution kearah pengelolaan hutan
secara berkelanjutan dimasa yang akan datang. Sedangkan bagi peneliti
diharapkan dapat mengembangkadmengaplikasikan teori-teori (terutama teori
konflik) yang telah diperoleh sewaktu kuliah untuk penyelesaian masalah yang
tejadi dalam masyarakat sebagai wujud kepedulian (tanggung jawab moral)
seorang ilmuan terhadap fenomena yang terjadi dalam kehidupan dan
lingkungannya.
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Pembangunan Berkelanjutan.
Pemahaman tentang pembangunan berkelanjutan menjadi penting
disebabkan karena selama ini pemerintah kurang memperhatikan unsur
keberlanjutan (sustainable) dalam pelaksanaan pembangunan. Hal ini
telah
berakibat pada terjadinya ketimpangan dalarn memperoleh pendapatan dan
kerusakan sumberdaya alam.
Adanya keterbatasan sumberdaya alam di satu sisi dan kebutuhan manusia
yang terus meningkat disisi lain membutuhkan suatu strategi pemanfaatan
sumberdaya alam yang efisien; sehingga tidak mengorbankan hak pemenuhan
kebutuhan generasi yang akan datang (mtrugenerat~onalequity). Sehingga suatu
konsep pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat
memenuhi kebutuhan generasi saat ini, tanpa mengorbankan kepentingan generasi
yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya.
Konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable developmenr) mulai
digunakan secara urnum oleh World Commision on Environment and
Development (The Brundtland Commision Report of Our Future) pada tahun
1987. Konsep ini memungkinkan generasi sekarang untuk meningkatkan
kesejahteraannya ianpa"me@pra?gi kesempatan generasi yang akan datang untuk
meningkatkan kesejahteraannya pula (Serageldin, 1994). Lebih jauh Palunsu
(1996) mengemukakan bahwa pembangunan berkelanjutan mengandung tiga
pengertian yaitu :
-
1. Memenuhi kebutuhan iaat ini tanpa mengorbankan kebutuhan masa yang akan
datang.
2. Tidak melampaui daya dukung ekosistem (lingkungan).
3. Mengoptimalkan manfaat dari sumberdaya alam dan sumberdaya manusia
dengan menyelaraskan manusia dan pembangunan dengan sumberdaya alam.
Pearce dari Turner (1990) mengatakan bahwa pembangunan berkelanjutan
mencakup upaya memaksimumkan net benefit dari pembangunan ekonomi,
berhubungan dengan pemeliharaan jasa dan kualitas sumberdaya alam setiap
waktu. Pembangunan ekonomi tidak hanya mencakup peningkatan pendapatan
perkapita riil, tetapi juga eleman-elemen lain dalam kesejahteraan sosial.
Selanjutnya Toman, et a1 dalam Bromley (1996) melihat bahwa
penekanan keberlanjutan terletak pada dua ha1 yaitu :
(i). Perhatian pada kesejahteraan generasi yang akan datang dalam menghadapi
pertumbuhan tekanan pada lingkungan alam untuk menyediakan suatu selang
pelayanan yang bernilai (valued service),
(ii).Kapasitas sistem
ekonomi untuk mensubstitusi bentuk bentuk lain dari
wealth untuk memelihara kesejahteraan generasi yang akan datang.
Lebih jauh Serageldin (1996) mengemukakan bahwa tujuan pembangunan
berkelanjutan adalah untuk selalu memperbaiki kualitas hidup manusia atas
berbagai aspek kehldupan. Dengan demikian, maka konsep pembangunan
berkelanjutan adalah upaya mtuk mengintegrasikan tiga aspek kehidupan
(ekonomi, sosial dan ekolog) dalam satu hubungan yang sinergis. Ketiga aspek
kehidupan tersebut dapat digambarkan sebagai "a triangular framework" dan
didefinisikan sebagai keberlanjuian ekonomi, sosial dan lingkungan.
Economic :
... Sustainable growth
Effisiencv
,
Social 4
Equity
Social Cohession
Participation
Empowerment
b
.--
.!..
Ecological
Ecosistem integrity
Natural Resources
Biodiversity
Carrying Capacity
Gambar 1 : Dimensi Pembangunan Berkelanjutan.
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa dimensi pembangunan
yang
berkelanjutan meliputi aspek ekonomi yang mencakup pertumbuhan yang
berkelanjutan dan efisiensi, aspek . sosial mencakup keadilan, keterpaduan
kehidupan sosial, partisipasi dan pemberdayaan masyarakat; sedangkan aspek
ekologi mencakup keutuhan ekosistem, sumberdaya alam, daya dukung
lingkungan, keanekaragaman hayati.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dan kemajuan
pembangunan tidak hanya dapat diukur dengan satu knteria saja (ekonomi)
namun harus ada kriteria lain seperti kriteria sosial dan lingkungan. Kemudian
apabila dilihat dari unsur-unsur pendukung pembangunan berkelanjutan, maka ada
tiga tujuan yang harus diperhatikan seperti terlihat pada gambar berikut :
Economic Objective
- Growth
- Efficiency
- Evironmental Assesment
- Resourcesyaluation
- Income Distribution
- Employment
- Targetted Assistence
- Subsidies
Social Objective
- Internalization
0-
Ecological Objective
- Poverty Alevation
-Participation
Natural Resources
- Equity
-Consulation
Management
-Pluralism
Gambar 2 : Unsur - unsur Pendukung Pembangunan Berkelanjutan.
Selanjutnya menurut Anwar . (2001) untuk dapat sampai pada
.
pembangunan kehutanan secara berkelanjutan (sustainability), tidak cukup hanya
.
melihat aspek ekonomi, sosial dan lingkungan saja, namun aspek lain seperti
aspek spatial dan aspek temporal (pandangan jauh kedepan) perlu diperhatikan.
Konsep keberlanjutan ini akan terus berkembang melalui proses perkembangan
secara evolusi dengan berjalan melintas waktu yang ditentukan oleh nilai-nilai
dalam masyarakat, manusia, perubahan keadaan ekonomi, scrta perubahan dalam
realitas politik. Agar supaya pengelolaan hutan untuk memperbaiki tingkat
kesejahteraan manusia, maka memerlukan perhatian kepada semua aspek-aspek
tentang kesejahteraan manusia menurut lintas waktu dan skala spatial yang dapat
diarahkan kepada sistem atau cara pemanfaatan atau penggunaan hutan yang
berkelanjutan.
14
Interaksi ketiga aspek pendukung pembangunan berkelanjutan tersebut
(ekonomi, sosial dan lingkungan) dalam upaya pengelolaan sumberdaya hutan
yang bertujuan untuk perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat bukan hanya
dipertimbangkan secara lokal untuk skala waktu masa kini saja, tetapi juga dalam
sistem hirarlu yang lebih luas melalui lintas skala management (internasional,
nasionai, dan daerah atau regional dan temporal (tahunan, jangka menengah,
jangka panjang). Dalam kerangka tiga dimensi pembangunan berkelanjutan akan
terjadi interaksi yang kuat dan tolak angsur (trade
08antara dimensi temporal
dengan dimensi kesejahteraan yang masing-masing memiliki perbedaan
karakteristik sebagaimana yang ditunjukkan oleh gambar dibawah ini.
terjadinya proses yang berkembang secara
evolutif yang dapat mempengmhi
keberlanjutan (sustainabildyj
ngkatan kesejahteraan
yarakat secara keseluruhan
Ekonomi
Sosial
Lingkungan
Kesejahteraan
Gambar .3 : Kerangka Berfikir Tiga Dimensi tentang Keberlanjutan (Sustainability)
Pemanfaatan Hutan Dengan Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Kerusakan hutan yang selama ini terjadi dikarenakan praktik eksploitasi
hutan yang tidak berpegang pada prinsip pembangunan yang berkelanjutan
(sustainable development). Internasional Tropical Timber Organisation (ITTO)
memberikan beberapa kriteria tentang keberlanjutan (sustainabilityl yaitu : basis
sumberdaya hutan , kontinuitas hasil hutan, tingkat pengendalian lingkungan,
pengaruh sosial ekonomi dan kerangka kelembagaan.
Pengertian pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dapat
dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda. Pengertian pertarna memandang dari
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan (overal growth of the economy).
Menurut pandangan ini pembangunan berkelanjutan diartikan sebagai sustainable
macro economic growth, yaitu likuidasi suatu modal asset pembangunan, seperti
hutan, dan kemudian menanam yang diakibatkan oleh kegiatan eksploitasi
tersebut kedalam suatu investasi memberikan keuntungan (rate of return) yang
lebih besar, dapat dianggap sebagai suatu kebijakan ekonomi yang tepat. Secara
umum pandangan ini tidak dapat diterima karena (a) pemusnahan hutan akan
menyebabkan masalah sosial dan lingkungan yang sangat besar, (b) kerusakan
lingkungan yang berkaitan dengan kegiatan eksploitasi hutan telah dibuktikan
secara empiris akan merusak produktivitas sumberdaya dalam menghasilkan hasil
hutan kayu dan non kayu untuk masa yang akan datang, termasuk
,
keanekaragaman hayati. Pengertian kedua, dilihat dari sudut pandang sektor,
karenanya likuidasi suatu sektor, seperti hutan tidak dapat diterima sebagai suatu
kebijakan dalam pembangunan. Pandangan ini merupakan pandangan umum
dalam melihat sektor kehutanan. Ini sekalips menunjukkan suatu masalah dalam
eksploitasi hutan, karena banyak penelitian yang dilakukan maupun kajian-kajian
..
ilmiah menunjukkan bahwa sebahagian besar pengelolaan hutan di negara-negara
tropika tidak dapat dikatakan menerapkan prinsipprinsip kelestarian hutan.
Untuk pengelolaan hutan produksi alam Indonesia telah ditetapkan knteria
dan indikator pengelolaan hutan secara berkelanjutan melalui Surat Keputusan
Menteri Kehutanan No.252 dan 5761Xpts-IV1993 tentang Kriteria dan Indikator
Pengelolaan Hutan Produksi Alam Indonesia Secara Lestari yang mengacu pada
UU Pokok Kehutanan No.5 tahun 1967, dengan knteria yang mencakup aspek :
sumberdaya hutan, kelestarian hasil hutan, konservasi, sosial ekonomi dan
kelembagaan. Untuk lebih mengakomodir kepentingan masyarakat yang ada di
sekitar kawasan, diterbitkanlah Undang-Undang Nomor 4 1 tahun 1999 tentang
pokok-pokok kehutanan.
Keseimbangan pengelolaan dan pemanfaatan hutan membutuhkan konsep
yang mendekati operasional agar sasaran pokok pemanfaatan hutan senantiasa
mengarah kepada tenvujudnya optimalisasi fungsi ekologis serta hngsi sosial
ekonomi hutan bagi masyarakat yang berada disekitar kawasan hutan. Untuk itu
diperlukan pengakuan (recognation) tentang jenis kapital yang membentuk
kekayaan dari suatu wilayah. Dalam masalah kapital (modal) dalam kegiatan
pembangunan, Serageldin (1996) mengemukakan bahwa paling sedikit diperlukan
enlpat jerlis modal yaitu:
a. Modal manusia (human capital),
b. Modal alam (natural capital),
c. Modal buatan (man-madecapital) dan
d. Modal sosial (social 'capital), yang dapat meningkatkan ketersediaan modal
perkapita.
Penghargaan
terhadap
modal
tersebut
biasanya
dilakukan
dengan
mempertimbangkan nilai ekonomi dan finansial untuk buatan manusia (man-
made), kegiatan dalam ekonomi lingkungan untuk alam (natural), investasi dalam
pendidikan, kesehatan dan gizi masyarakat untuk manusia (human) dan
kelembagaan dan budaya sebagai fungsi sosial (sociul).
Modal alarn dan buatan manusia akan mengalami degradasi melalui
depresiasi karena pemanfaatan yang dilakukan oleh manusia untuk pemenuhan
kebutuhan hidupnya. Bertambahnya jumlah penduduk akan memperbesar
permintaan terhadap sumberdaya yang tersedia, terlebih dengan sifat keserakahan
manusia terhadap sumberdaya tersebut yang akan mempercepat penurunan
kapasitasnya.
Degradasi melalui depresiasi yang berlangsung cepat atau lambat
terhadap modal alam dan modal buatan manusia tidak dapat dihindari karena
modal tersebut terkena hukum Entropy (Anwar,1997). Oleh karena itu penurunan
kapasitas kedua modal tersebut harus dapat diimbangi dengan meningkatkan
kedua modal manusia dan modal sosial menyangkut masyarakat yang dituju agar
mampu meningkatkan kesejahteraan mereka guna mengatasi masalah kemiskinan
masyarakat yang ada disekitar kawasan hutan, sehingga modal manusia dan modal
sosial hams mengalami apresiasi.
Pengelolaan hutan dapat tercapai apabila modal manusia dan modal sosial
dapat berkembang lebih besar sehingga secara dinamik peningkatannya harus jauh
lebih tinggi jika dibandingkan dengan modal yang relatif tetap dan cenderung
berkurang (natural capital) dan modal yang cenderung terkena depresiasi (manmade capital), yang oleh Serageldin dalam Anwar(1997 diilustrasikan seperti
gambar dibawah ini.
Natural
Social
Waktu
b
Man-made
Capital
Human
Capital
Gambar 4 : Keberlanjutan dalam arti Peningkatan modal perkapita dan
perubahan Komposisi dari keempat jenis modal
Sistem Nilai Budaya Masyarakat di Sekitar Kawasan Hutan.
Masyarakat yang tinggal disekitar kawasan hutan Rempek-Monggal
Kabupaten Lombok Barat relatif homogen apabila dilihat dari segi suku bangsa,
dan interaksi sosial diantara mereka menunjukkan proses usosiatifdan disasosiatif
tertentu. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang perorang, antara kelompok kelompok
manusia, maupun antara orang-orang dengan kelompok manusia lainnya
(Sukanto, 1990).
Syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak sosial dan adanya
komunikasi. Kontak sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk, yaitu antara orang
perorang, antara orang perorang dengan kelompok manusia, dan antara suatu
kelompok manusia dengan dengsn kelompok manusia lainnya. Sedangkan sifat
kontak, dapat dibedakan menjadi kontak primer dan kontak skunder. Kontak
primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan
bertatapan muka, sedangkan kontak skunder adalah suatu hubungan yang
memerlukan perantara, baik orang ketiga maupun peralatan komunikasi.
Proses interaksi yang pokok adalah proses asosiatif dan proses disasosiatif.
Bentuk proses asosiatif adaiah kerjasama dan akomodasi, sedangkan proses
disasosiatif terdiri dari persaingan, kontroversi dan pertentangan atau konflik
(Soekanto, 1990). Penelaahan proses sosial didalam penelitian ini difokuskan
pada proses asosiatif yaitu kerjasama dan proses dis-asosiatif yaitu konflik. Yang
dimaksud dengan proses asosiatif
dalam ha1 ini adalah proses sosial yang
mengarah pada suatu proses yang integratif, sedangkan proses disasosiatif adalah
proses sosial yang mengarah pada konflik.
Menurut Anwar (2000) kebanyakan konflik mempunyai sebab-sebab
ganda, biasanya merupakan kombinasi dari masalah dalarn hubungan antara
pihak-pihak yang bertikai yang mengarah kepada konflik terbuka. Konflik dapat
dikelompokkan dan dianalisis
dengan menggunakan knteria-knteria sebagai
berikut :
1. Konflik data terjadi ketika orang kekurangan informasi yang dibutuhkan
untuk mengambil keputusan yang bijaksana, mecdapat informasi yang salah,
tidak sepakat inengenai apa saja data yang relevan, menterjernahkan infonnasi
dengan cara yang berbeda atau memakai tata cara pengkajian yang berbeda.
Beberapa konflik data mungkin tidak perlu terjadi karena ha1 ini disebabkan
karena kurangnya komunikasi diantara dua orang atau lebih yang konflik.
2. Konflik kepentingan disebabkan oleh persaingan kepentingan yang dirasakan
atau yang secara nyata memang tidak bersesuaian dengan yang diinginkan.
Terjadi ketika satu atau lebih menyakini bahwa untuk memuaskan
kebutuhannya, pihak-pihak lain hams berkorban. Konflik yang berdasarkan
kepentingan ini terjadi karena masalah yang mendasar (uang, sumberdaya
fisik, waktu), atau menyangkut masalah tata cara (sikap dalam menangani
masalahnya) atau masalah psikologis (persepsi atau rasa percaya diri,
mempertahankan keadilan, rasa hormat).
3. Konflik hubungan antar manusia terjadi karena adanya emosi-emosi negatif
yang kuat, salah persepsi atau stereotip, salah komunikasi atau tingkah laku
negatif yang berulang (repet~trfl.Masalah ini sering menghasilkan konflik
yang realistik atau mungkin tidak perlu, karena konflik ini bisa terjadi bahkan
ketika kondisi obyektif untuk terjadinya konflik seperti terbatasnya
sumberdaya manusia atau tujuan bersama yang eksklusif, tidak ada. Masalah
*
hubungan antar manusia seperti yang tersebut diatas, -ser;ingkali memicu
terjadinya pertikaian dan menjurus kepada lingkaran-spiral dari suatu konflik
destruktif yang tidak perlu.
4. Konflik nilai disebabkan oleh sistem-sistem kepercayaan yang tidak
bersesuaian, mungkin ha1 itu hanya dirasakan atau memang sesungguhnya
ada. Nilai adaiah kepercayaan yang dipakai orang untuk memberi arti pada
hidupnya, menjelaskan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang
benar dan mana yang salah, mana yang adil dan tidak adil. Perbedaan nilai
sebenarnya tidak hams menjadi penyebab terjadinya konflik. Oleh kaiena itu
manusia dapat hidup secara berdampingan dan harmonis dengan sedikit
perbedaan nilai.
'*'
5. Konflik struktural terjadi ketika ketimpangan untuk melakukan akses dan
kontrol terhadap sumberdaya. Pihak yang berkuasa dan memiliki wewenang
formal untuk menetapkan kebijakan urnum, biasanya lebih memiliki peluang
untuk menguasai akses dan melakukan kontrol sepihak terhadap pihak lain.
Disisi lain persoalan geografis dan faktor sejarah atau waktu seringkali
dijadikan alasan untuk memusatkan kekuasaan serta pengambilan keputusan
yang hanya rnenguntungkan pada satu pihak tertentu.
Gambar 5 : Ruang ruang dan Sumber Konflik (Anwar,2000)
Manajemen Konflik.
Manajemen konflik adalah suatu penanganan proses pembentukan
(kemunculan) konflik yang diarahkan untuk meningkatkan kinerja suatu
kelompok masyarakat atau organisasi. Dalarn praktiknya sering terjadi
penyimpangan atau distorsi, terminologi tentang konflik. Misalnya, seorang
pemi~npin sengaja menimbulkan situasi konflik,
dimana sikap anggota
masyarakat terbagi dua, yaitu yang sejalan dengan pemimpin dan yang tidak
sejalan dengan pemimpin/oposisi. Yang sejalan dengan pemimpin diberi insentif
w
L
.
.
-. -
dan yang oposisi disingkirkan. '~indakan'.pemiinpin seperti itu tidak dapat
dikatakan sedang menjalankan manajemen konflik, melainkan hanya sedang
menjalankan manajemen kroni. Situasi konflik dapat saja sengaja diciptakan,
narnun konflik tersebut harus
ditangani secara bijaksana agar dapat
meningkatkan kinerja kelompok, dan fenomena seperti inilan yang disebut dengan
manajemen konflik.
Menurut Anwar (2000) penanganan konflik dilakukan melalui pencairan
wilayah realitas umum dan kemudian berusaha dengan cara memperluas realitas
yang diakui secara bersama (common reulrtyl. Dua gambar dibawah ini mencoba
menjelaskan bagaimana common reality tersebut dapat diperluas untuk saling
memahami persoalan konflik yang timbul.
Gambar 6 : Mencari Upaya Penyelesaian Konflik atas Dasar Common Reality.
~ a gambar
6
diatas, kemudian dicoba untuk memperluas Common Reulrty
untuk dapat saling bertemu dari pendirian masing-masing pihak yang terkait
Gambar 7 : Upayd Mencari Penyelesaian Konflig (Confl~ctResolution) dengan
Cara Memperluas Common Reulity.
Menyadari potensi akibat buruk dari merebaknya suatu konflik yang tidak
diselesaikan dengan baik, maka dengan mudah kita dapat memahami bahwa
pengelolaan konflik yang terbaik adalah mencegah munculnya konflik itu, atau
seperti ungkapan "Daripada memadamkan kebakaran, lebih baik jangan lupa
mematikan api kompor setelah nasi masak".
Dalam kegiatan-kegiatan
pembangunan
dan
pengembangan masyarakat,
mencegah munculnya konflik dapat dilakukan dengan menjadikan lembaga,
kebijakan dan programnya lebih responsif terhadap kepentingan-kepentingan
masyarakat, bukan saja masyarakat yang terlibat Iangsung, tapi juga pihak-pihak
lainnya yang diperkirakan mempunyai kepentingan terhadap usaha-usaha
pembangunan yang akan dilaksanakan. Harapannya tentu adalah bahwa suatu
program yang sesuai dengan harapan, aspirasi, hak dan kepentingan semua pihak
(stakeholder) tentunya tidak akan menjadi sengketa. Beberapa cara yang
digunakan untuk mencegah dan memecahkan konflik seperti pada tabel berikut :
Tabel 2 : Beberapa Alternatif Cara Dalam Memecahkan Konflik-Konflik.
;
!
1
Konven
i Pasif/Sepibak: ! Yartisi
sional - -----------'
patif
1. ~ e n e l i t i a n / ~ e n1.Menghindari
~T
perenca
naan
konfli k;
kajiadsurvey .
I
2. Dengar pen-
partisi
2. Penerimaan
dapat umum
secara
patif
Itemu wicara.
pasic
2. Pemeca
3. Jajag
Pendapat.
han
3. Pengabaid
I
Koope
ratif
1.Tawar
menawar;
2.Arbitrase/
pel eraian
3. Perundi
ngan
4. Perunding
1
Konpron
tatif
1.Aksi Sosial
2.Demontrasi
3. Sabotase
4.Kekerasan.
5.Penggunaan
media masa
6. Ligitasi
bersikap
masalah
masa
secara
an
partisi
dengan
Legislatif
patif.
mediasi.
melalui
bodoh;
4. Penyele
saian
I
I
7.Aksi
penvakilan
sepihak
Mediasi
Menurut Anwar (2000) salah satu usaha-usaha penyelesaian konflik adalah
dengan cara kooperatif (kerjasama), yang mana didalamnya terdapat cam-cara
seperti bwar menawar, arbitrase (peleraian). Perundingan, dan perundingan
dengan mediasi. Dalam dunia nyata sering kita menemukan bahwa swtu konflik
sering diselesaikan dengan bantuan pihak ketiga yang dianggap mampu mewakili
kedua belah pihak yang sedang berse