Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio-rasio keuangan, antara lain :
f. Rasio Likuiditas Rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan aset lancar perusahaan lainnya dengan kewajiban lancarnya (Brigham dan Houston, 2011).
3. Current Ratio Rasio ini dihitung dengan membagi aset lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh apa kewajiban lancar ditutupi oleh aset yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam waktu dekat (Brigham dan Houston, 2011).
4. Cash Ratio Rasio ini mengukur likuiditas dari aktiva lancar yang pasti dapat dicairkan menjadi kas. Bilamana persediaan diperkirakan lama terjual dan piutang lama tertagih, sebaiknya menggunakan rasio kas sebagai pengukur likuiditas, bukan rasio lancar atau rasio cepat (Mardiyanto, 2009).
!" # $ % &$' ("&)"') ℎ ≡
"+ ,-. & / &0 "+ ,-. & / &0
3. Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini menunjukkan perbandingan antara utang dengan modal sendiri (Husnan dan Pudjiastuti, 2012).
4. Debt to Total Assets Ratio (DAR). Rasio ini mengukur persentase dana yang diberikan oleh kreditor. Total utang termasuk seluruh kewajiban lancar dan utang jangka panjang. Kreditor lebih menyukai rasio utang yang rendah karena makin rendah rasio utang, makin besar perlindungan terhadap kerugian kreditor jika terjadi likuidasi. Pemegang saham mungkin menginginkan lebih banyak leverage karena akan memperbesar laba yang diharapkan (Brigham dan Houston, 2011).
h. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas yaitu rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya (Riyanto, 2010).
3. Fixed Asset Turnover Ratio (FATO) Rasio penjualan terhadap aset tetap bersih. Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan pabrik dan peralatannya (Brigham dan Houston, 2011).
4. Total Asset Turnover (TATO) Kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan revenue (Riyanto, 2010).
@ A6 ℎ
i. Rasio Profitabilitas Rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan (Riyanto, 2010).
4. Margin Laba Bersih / Net Profit Margin (NPM) Rasio ini mengukur seberapa banyak keuntungan operasional bisa diperoleh dari setiap rupiah penjualan (Husnan dan Pudjiastuti, 2012).
Meningkatnya profit margin mengindikasikan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi dari aktivitas penjualannya. Semakin tinggi tingkat profitabilitas makin rendah tingkat likuiditas suatu perusahaan, yang dapat berdampak pada kegagalan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendek (Mardiyanto, 2009).
5. Return On Equity (ROE) Rasio ini mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi para pemegang saham. ROE dianggap sebagai representasi dari kekayaan pemegang saham atau nilai perusahaan (Mardiyanto, 2009).
6. Return On Asset (ROA) Mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasikan laba yang berasal dari aktivitas investasi. Laba bersih sebagai pembilang karena rumus itu mampu menjelaskan hubungannya dengan rasio penting lainnya, seperti TATO, PM dan ROE (Mardiyanto, 2009).
j. Rasio Nilai Pasar Sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba, arus kas, dan nilai buku per sahamnya (Brigham dan Houston, 2011).
2. Price Earning Ratio (PER) Rasio ini membandingkan antara harga saham (yang diperoleh dari pasar modal) dan laba per lembar saham yang diperoleh pemilik perusahaan (disajikan dalam laporan keuangan) (Husnan dan Pudjiastuti, 2012).
C D ? A 9 ℎ A
2 D = 9ℎ
Semakin tinggi rasio PER semakin mahal harga saham suatu perusahaan (relatif terhadap laba per lembarnya). Kendati disatu sisi tingginya harga saham menunjukkan tingginya nilai saham dimata investor, tetapi saham dengan rasio PER yang tinggi umumnya dihindari oleh para calon pembeli saham. Sebab, saham seperti itu cenderung menurun harganya dalam waktu dekat (Mardiyanto, 2009).