Tinjauan Pustaka KETELITIAN METODE EMPIRIS UNTUK MENGHITUNG DEBIT BANJIR RANCANGAN DI DAS BANGGA | Marcelia | JOURNAL TEKNIK SIPIL DAN INFRASTRUKTUR 2972 9086 1 PB

Marcelia, Totok Haricahyono dan Asnah Abu 23 tersebut seringkali terdapat penyimpangan nilai debit yang akan dibandingkan dengan data debit terukur atau data debit sungai sehingga perlu adanya kajian ketelitian untuk memperoleh debit banjir rancangan yang optimal .

b. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa cara untuk perkiraan debit banjir yang berdasarkan curah hujan dapat diklasifikasikan dalam 3 tiga cara sebagai berikut :  Menggunakan metode statistik  Metode penerapan statistika dalam hidrologi yaitu membuat keputusan dan menarik kesimpulan mengenai fenomena hidrologi berdasarkan sebagian data hidrologi yang dikumpulkan Soewarno, 1995.  Menggunakan rumus empiris  Berbagai metode empiris yaitu persamaan Rasional, metode Melchior, metode Weduwen, metode Haspers.  Menggunakan hidrograf  Penelitian ini menggunakan Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu HSS Nakayasu. 1 Metode Rasional Persamaan Rasional dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa curah hujan yang terjadi mempunyai intensitas seragam dan merata di seluruh daerah pengaliran selama paling sedikit sama dengan waktu konsentrasi t c Suripin, 2004. Persamaan Rasional adalah sebagai berikut : Q = 0,278.C.I.A 1 dengan : Q = Debit banjir puncak m 3 dtk C = Koefisien limpasan I = Intensitas curah hujan rata- rata selama waktu kosentrasi mmjam A = Luas daerah pengaliran sungai km 2 2 Metode Melchior Metode Melchior ini digunakan untuk memperkirakan debit banjir rancangan untuk Daerah Aliran Sungai DAS yang luasnya lebih dari 100 km 2 . Adapun prosedur perhitungannya adalah sebagai berikut Subarkah,1980 :  Lukis elips yang mengelilingi Daerah Aliran Sungai DAS dengan sumbu panjang kira- kira 1,5 kali sumbu pendek dan hitung luasnya dengan rumus : nF = 0,25 . π. L 1 . L 2 2  Mengukur luas Daerah Aliran Sungai dengan planimeter km 2  Menghitung rata-rata kemiringan dasar sungai dengan rumus : I = , . 3  Menghitung harga β 1 dengan menggunakan persamaan : nF = β . – 3960 + 1720 x β 1 4  Menaksir besarnya hujan maksimum sehari R O, m 3 dtkkm 2  Menghitung besarnya debit Q O dengan persamaan : Q O = β 1 . R O . A 5  Menghitung kecepatan aliran V dengan persamaan : V = 1,31 . Q O . I 2 0,2 . α0,52 0,2 6  Menghitung waktu tiba banjir Tc dengan persamaan : Tc = . . 7  Menentukan koefisien β 2 dari tabel hubungan Tc dan nF, sehingga koefisien reduksi β dapat dihitung dengan persamaan : β 1 =β 1+ β 2 8  Menghitung harga R T dengan persamaan : R T = .β. 9  Mengontrol nilai R O = R T ,jika nilainya tidak sama diulang mencoba nilai R O sampai akhirnya nilai tersebut sama.  Menghitung debit banjir rancangan berdasarkan kala ulang dengan menggunakan persamaan : QT = . . . . 10 dimana : QT = debit banjir rancangan m 3 dtk α = koefisien pengaliran Melchior berkisar 0,42 – 0,62 dianjurkan menggunakan 0,52 β = koefisien reduksi R = curah hujan rancangan m 3 dtk R T = hujan maksimum sehari m 3 dtkkm 2 A = luas daerah pengaliran km 2 nF = luas elips km L 1 = panjang sumbu besar elips km L 2 = panjang sumbu kecil elips km L = panjang alur sungai utama km Tc = waktu tiba banjir jam V = kecepatan aliran mdtk I = kemiringan rata-rata sungai H = beda elevasi antara titik yang dimaksud 3 Metode Weduwen Metode ini khusus digunakan untuk menghitung debit banjir dengan luas DAS 100 km 2 . 24 Adapun langkah-langkah perhitungannya adalah:  Menghitung besarnya debit banjir kala ulang dengan menggunakan rumus : Q n = α x β x qn A 11 dengan : Q n = debit banjir rencana α = koefisien limpasan β = koefisien pengurangan daerah hujan qn = curah hujan A = luas Daerah aliran sungai  Menghitung nilai koefisien limpasan : α = 1 – , 12  Menghitung nilai koefisien pengurangan daerah hujan : β = 13  Menghitung curah hujan : qn = , , 14 dengan : RT = curah hujan rencana kala ulang  Menghitung lama hujan : t = 0,25 x L x Q -0,125 x I -0,25 15 dengan : t = lama hujan L = Panjang sungai Qn = Debit banjir I = kemiringan rata-rata dasar sungai Dengan menggunakan cara coba-coba dengan memasukkan nilai t, sehingga akan diperoleh nilai debit banjir rencana. 4 Metode Haspers Prosedur perhitungannya adalah :  Menentukan besarnya koefisien pengaliran : α = , , , , 16  Menentukan koefisien reduksi : 1 = 1 + , . , x , 17  Menghitung waktu tiba banjir : Tc = 0,10 x L 0,8 x I -0,3 18  Menghitung curah hujan maksimum : Rt = , 19 Dengan nilai r dapat dihitung berdasarkan nilai Tc : r = , ; bila Tc 2 jam 20 r = ; bila 2 jam Tc 19 jam21 r = 0,707 x R 24maks T + 1 bila 19 jam Tc 30 hari 22  menghitung debit banjir rencana berdasarkan persamaan haspers : Q = α x β x Rt. A 23 dengan : Q = Debit banjir rencana dengan periode ulang T tahun, m 3 detik α = Koefisien pengaliran β = Koefisien reduksi Rt = Limpasan hujan maksimum per km 2 daerah tadah hujan dengan kala ulang, T tahun, m 2 dtkm 2 R = Curah hujan rencana dengan kala ulang T tahun, mm A = Luas daerah pengaliran sungai, km 2 i = kemiringan sungai rata – rata 5 Metode HSS Nakayasu Pada teori hidrograf satuan sintetik Nakayasu untuk analisis hidrologi dalam penelitian debit banjir rancangan didasarkan pada persamaan berikut Soemarto, 1995 :   0,3 T 0,3Tp 3,6 R A    Qp 24 dengan : Qp = debit puncak banjir m 3 detik R o = hujan satuan mm Tp = tenggang waktu time lag dari permulaan hujan sampai puncak banjir jam A = luas daerah pengaliran km 2 T 0,3 = waktu dari puncak banjir sampai 0,3 kali debit puncak banjir jam Gambar 1. Hidrograf Nakayasu METODE PENELITIAN a. Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data sekunder yang yang diperoleh dari Balai Wilayah Sungai Sulawesi III dan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Palu Poso. Adapun data yang dimaksud antara lain : 1 Data Topografi Data topografi yang diperoleh merupakan lembaran rupa bumi yang mewakili DAS Bangga lengkung naik lengkung turun Q i tr 0,8 tr tg Qp 0,32 Qp 0,3 Qp Tp T0,3 1,5 T0,3 Marcelia, Totok Haricahyono dan Asnah Abu 25 dengan skala 1 : 75.000. Dari data topografi ini dapat ditentukan batas-batas DAS Bangga dan sungai-sungai yang bersangkutan. Selanjutnya pada peta ini dapat digunakan dalam memperkirakan kemiringan rata-rata sungai, panjang sungai, dan luas DAS Bangga. 2 Data Curah Hujan Data curah hujan yang dikumpulkan di dalam penelitian ini adalah data curah hujan yang tercatat mewakili DAS Bangga yang ditinjau berasal dari stasiun penakar hujan Bangga Atas dan Bangga Bawah dengan jumlah data curah hujan 10 tahun, tercatat dari tahun 2000 sampai tahun 2010 meliputi data curah hujan harian. Data curah hujan tahun 2005 tidak digunakan dikarenakan menyesuaikan data debit sungai Bangga, dimana data debit sungai Bangga untuk tahun 2005 tidak ada dari instansi terkait dikarenakan alat pencatat muka air otomatis Automatic Water Level Recorder mengalami kerusakan. 3 Data Debit Sungai Data debit sungai Bangga diperoleh dari Balai Wilayah Sungai Sulawesi III dengan jumlah data curah hujan 10 tahun, tercatat dari tahun 2000 sampai tahun 2010. Untuk data debit sungai Bangga tahun 2005 tidak ada, dikarenakan alat pencatat muka air otomatis Automatic Water Level Recorder rusak. Data ini diperlukan untuk perhitungan debit banjir rancangan dengan menggunakan metode distribusi hidrologi yang sesuai dengan parameter statistik dalam mengolah data curah hujan. 4 Peta Tata Guna Lahan Peta tata guna lahan merupakan lembaran rupa bumi yang mewakili DAS Bangga dengan skala 1 : 75.000. Peta ini dapat menjelaskan luas penggunaan lahan dari DAS Bangga, dimana luasan dan penggunaan lahan ini dibutuhkan dalam menganalisis koefisien pengaliran pada persamaan Rasional.

b. Tahapan Penelitian dan Analisis Data