Sebaran Tahanan Jenis Survei Gaya Berat Dan Audio Magnetotelurik (AMT) Daerah Panas Bumi Pariangan, Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat

ke arah barat merupakan batuan metamorf yang terdiri dari batuan Sabak berumur pra-Tersier. Pola liniasi anomali rendah- tinggi dengan kontras densitas yang sangat jelas yang berarah baratlaut-tenggara memiliki arah yang selaras dengan struktur geologi yang ada di daerah ini. Anomali regional yang mencerminkan batuan secara regional memiliki tren yang hampir sama dengan anomali Bouguernya dimana anomali regional memiliki pola liniasi yang berarah baratlaut-tenggara yang sesuai dengan arah struktur geologi. Peta anomali sisa memperlihatkan pola sebaran yang agak berbeda dengan sebaran anomali Bouguernya. Perubahan pola sebaran yang signifikan antara anomali Bouguer sebelum dikoreksi dengan sebaran anomali setelah residual adalah di bagian tengah dan timur. Sebelumnya di bagian tengah terisi oleh nilai anomali rendah setelah dikoreksi muncul anomali tinggi berselingan dengan anomali rendah, begitu juga dengan di bagian timur yang sebelumnya terisi oleh anomali tinggi setelah dikoreksi muncul anomali rendah. Pada anomali sisa, nilai tinggi yang diperkirakan sebagai respon batuan metamorf dibagian barat terlihat makin jelas. Mata air panas Pariangan dan Sopandidih muncul pada zona anomali rendah, anomali rendah ini diperkirakan merupakan zona lemah karena adanya zona kekar yang terisi fluida. Anomali sisa rendah yang tersebar di bagian utara ditempati oleh produk Gunung Marapi berupa lahar dan jatuhan piroklastik. Gambar 4 AUDIO MAGNETOTELURIK AMT Pengukuran Audio Magneto Telurik AMT di daerah panas bumi Pariangan menggunakan alat GDP-32 dari Zonge, titik ukur AMT berjumlah 60 tiitik ukur dengan sebaran titik ukur meliputi manifestasi mata air panas Pariangan dibagian baratlaut dan mata air panas Sopandidih disebelah tenggara, sebaran titik ukur AMT dengan jarak antar titik sejauh 1000 meter dan jarak antar lintasan 2000-2500 meter. Pada Gambar 5 memeprlihatkan sebaran titik ukur yang membentuk lintasan sebanyak 7 lintasan yang berarah baratdaya- timurlaut, penentuan arah lintasan ini berdasarkan dari struktur geologi daerah Pariangan yang berarah baratlaut-tenggara. Data time series didapatkan dari pengukuran 2 komponen medan listrik. Ex dan Ey serta 3 komponen medan magnet Hx, Hy dan Hz. Data yang didapat secara umum dapat dikategorikan sebagai data yang bagus, beberapa contoh data hasil pengukuran berupa kurva tahanan jenis terhadap frekuensi dapat dilihat pada Gambar 6. Pemodelan 2D dilakukan dengan menggunakan algoritma algoritma Non Linear Conjugate Gradient Rodi Mackie, 2001.

1. Sebaran Tahanan Jenis

Peta tahanan jenis dibuat berdasarkan hasil pemodelan 2D dengan menggunakan software WinGlink . Sebaran tahan jenis secara lateral ditampilkan pada kedalaman 250 m, 500 m, 750 m dan 1000 m Gambar7. Pola sebaran tahanan jenis pada kedalaman 250 meter memperlihatkan pola sebaran tahanan jenis yang didominasi oleh sebaran tahanan jenis rendah dengan nilai 30 Ohm-m. Nilai tahanan jenis rendah ini diperkirakan berasosiasi dengan batuan produk Gunung Marapi berupa lahar atau jatuhan piroklastik. Zona tahanan jenis sedang 30-200 Ohm-m terdapat di bagian utara, tenggara dan di bagian barat. Zona tahanan jenis sedang diperkirakan berasosiasi dengan batuan produk vulkanik yang lebih kompak. Zona tahanan jenis tinggi dengan nilai tahanan jenis 200 Ohm- m terdapat di bagian barat, zona tahanan jenis tinggi ini kemungkinan berasosiasi dengan batuan metamorf danatau batuan granit . Pola sebaran tahanan jenis pada kedalaman 500 meter memperlihatkan sebaran tahanan jenis rendah mulai menyempit di bagian tengah ke arah utara. Sebaran tahanan jenis rendah ini masih merupakan respon dari produk Gunung Marapi. Zona tahanan jenis sedang mengisi bagian tengah dan timur dan memiliki sebaran yang lebih luas dibanding pada peta sebelumnya. Zona tahanan jenis tinggi terlihat lebih jelas dibagian barat, tahanan jenis tinggi pada kedalaman ini juga terlihat dibagian utara. Pada kedalaman 750 meter sebaran tahanan jenis menunjukkan zona tahanan jenis rendah dibagian utara semakin jelas terlihat, hal ini menegaskan keberadaan lapisan batuan yang mengalami proses hidrotermal lebih kuat. Penyebaran tahanan jenis rendah ini memiliki pola yang masih membuka kearah utara Zona tahanan jenis sedang mengisi bagian tengah dan timur. Zona tahanan jenis tinggi masih terlihat dibagian barat dan juga terdapat dibagian selatan. Pola sebaran tahanan jenis pada kedalaman 1000 meter menunjukkan sebaran tahanan jenis rendah masih mendominasi dibagian tengah ke arah utara, hal ini menunjukkan batuan yang telah mengalami proses hidrotermal atau batuan yang berfungsi sebagai batuan penudung. Zona tahanan jenis tinggi di bagian timur, barat, dan selatan pada kedalaman ini semakin terlihat dengan jelas, hal ini diperkirakan bahwa batuan metamorf danatau batuan granit yang berkorelasi dengan nilai tahan jenis tinggi ini semakin jelas terlihat pada kedalaman 1000 meter

2. Pemodelan Tahanan Jenis 2D