Evaluasi Beban Kerja Mental dengan Subjective Workload Assessment Technique (SWAT) di PT. Air Mancur

Evaluasi Beban Kerja Mental Dengan Subjective
Workload Assessment Technique (Swat) Di PT. Air
Mancur
Etika Muslimah, Cita Zulfa Rokhima, Akhmad Kholid Alghofari
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura 57102 Telp. 0271 717417
E-mail: etika.muslimah@ums.ac.id, etika_muslimah@yahoo.com

Sedangkan pengukuran secara subyektif didasarkan pada
persepsi para pekerja. Tarwaka dkk (2004) menyatakan
bahwa penilaian beban kerja mental tidak semudah menilai
beban kerja fisik. Pekerjaan yang bersifat mental sulit
diukur melalui perubahan fungsi tubuh.

AbstrakBeban kerja merupakan salah satu faktor penting
dalam pekerjaan. Beban kerja dapat berupa beban fisik dan
mental. Pembebanan terhadap seorang pekerja harus
memperhatikan pada kemampuan dan keterbatasan pekerja
tersebut. Hal itu dibutuhkan untuk menghindari pembebanan
pekerjaan yang berlebihan pada pekerja. Penelitian ini akan

mengevaluasi beban kerja mental yang diterima pekerja di PT.
Air Mancur bagian pengemasan. Bagian pengemasan
merupakan salah satu bagian yang pekerjaannya dilakukan
secara manual, sehingga menyebabkan sering terjadi
kesalahan dalam pekerjaan ini. Hal itu terjadi karena pekerja
merasa jenuh dengan kegiatan yang dilakukan beruang-ulang
dan monoton yang menyebabkan kebosanan. Pekerjaan
dilakukan dalam durasi waktu yang lama yaitu 1 shift kerja (8
jam). Berdasarkan permasalahan tersebut maka evaluasi
terhadap beban kerja mental ini diperlukan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengukur beban kerja mental yang dialami
oleh pekerja bagian pengemasan. Metode evaluasi yang
digunakan metode SWAT (Subjective Workload Assessment
Technique). Metode ini menganalisis beban mental
berdasarkan pada tiga dimensi atau faktor yaitu beban waktu
(time load), beban mental (mental effort), dan beban psikologis
(psychological stress load).pengukuran dilakukan dalam 2 shift
yang berbeda yaitu shift pagi dan sore. Hasil penelitian yang
dilakukan menyatakan bahwa beban kerja mental shift pagi
diperoleh rata-rata sebesar 64,81 dan shift sore adalah 66,67.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa beban kerja mental
tersebut termasuk dalam kategori tinggi. Berdasarkan hasil
evaluasi dengan SWAT tersebut maka dapat dikatakan bahwa
beban kerja mental yang diterima pekerja tinggi sehingga
menjadi salah satu penyebab seringnya terjadi kesalahan.

Pengukuran beban kerja mental dapat dilakukan dengan
metode pengukuran subjektif. Dalam penelitiannya,
Widyanti (2009) menjelaskan bahwa Metode pengukuran
beban kerja secara subjektif merupakan pengukuran beban
kerja
mental
berdasarkan
persepsi
subjektif
responden/pekerja.
Metode Subjective Workload Assessment Technique
(SWAT) merupakan salah satu metode pengukuran beban
mental. Metode ini dikembangkan pertama kali oleh Gary
Reid dari Divisi Human Engineering pada Amstrong

Laboratory, Ohio USA. SWAT digunakan untuk
menganalisis beban kerja yang dihadapi oleh seseorang
yang harus melakukan aktivitas baik merupakan beban kerja
fisik ataupun mental yang muncul akibat meningkatnya
kebutuhan akan pengukuran subyektif yang dapat digunakan
dalam lingkungan yang sebenarnya. SWAT memberikan
penskalaan subyektif yang sederhana dan dilakukan untuk
mengkuantitatifkan beban kerja dari aktivitas yang harus
dilakukan oleh pekerja. SWAT. mempertimbangkan 3
dimensi pengukuran
Tiga dimensi tersebut menurut Reid (1989) adalah:
a. Time Load
Menunjukkan jumlah waktu yang tersedia dalam
perencanaan, pelaksanaan dan monitoring tugas. Hal ini
berkaitan sangat erat dengan analisis batas waktu untuk
mengetahui apakah subjek dapat menyelesaikan tugasnya
dalam rentang waktu yang telah ditentukan. Tingkatan
deskriptor beban waktu dalam SWAT, adalah sebagai
berikut:
1. Selalu mempunyai waktu lebih. Interupsi atau

overlap diantara aktivitas tidak terjadi atau jarang
terjadi.
2. Kadang-kadang mempunyai waktu lebih. Interupsi
atau overlap diantara aktivitas sering terjadi.

Kata Kuncievaluasi; beban kerja; mental; kesalahan; SWAT

I.

PENDAHULUAN

Beban kerja mental merupakan sebuah indikator tentang
jumlah perhatian atau tuntutan mental yang dibutuhkan
untuk
menyelesaikan
sebuah
pekerjaan.
Dalam
pengukurannya, beban kerja mental dapat diklasifikasikan
atas dasar pengukuran secara obyektif dan subyektif.

Pengukuran secara obyektif dilakukan dengan pengukuran
denyut jantung, kedipan mata, dan ketegangan otot.

161

Prosiding Seminar Nasional TEKNOIN 2014
ISBN 978-602-14272-1-7

3. Tidak mempunyai waktu lebih. Interupsi atau
overlap diantara aktivitas sering terjadi atau selalu
terjadi.

pengurutan ditransformasikan ke dalam sebuah skala
interval dari beban kerja dengan range 0 – 100. Beban
mental yang dialami responden rendah jika skala SWAT
berada pada range 0 – 40, keadaan moderat jika skala
SWAT pada range 41 – 60, beban mental tinggi jika skala
pada range 61 – 100. Sedangkan dalam tahap penilaian,
aktivitas akan dinilai dengan menggunakan rating 1 sampai
3 yaitu rendah, sedang, dan/atau tinggi. Rating tersebut

digunakan untuk setiap tiga dimensi yang ada. Adapun nilai
skala yang berkaitan dengan kombinasi tersebut yang telah
didapatkan dalam tahap penskalaan, kemudian dipakai
sebagai nilai beban kerja untuk aktivitas yang bersangkutan.

b. Mental Effort Load
Menduga atau memperkirakan seberapa banyak usaha
mental dalam perencanaan yang diperlukan untuk
melaksanakan suatu tugas. Jika beban usaha mental rendah,
konsentrasi dan perhatian yang dibutuhkan untuk
melakukan suatu aktivitas rendah. Dan jika beban usaha
mental ini meningkat, konsentrasi dan perhatian meningkat
pula. Adapun tingkatan deskriptor beban usaha mental
dalam SWAT, yaitu:
1.
2.

3.

Kebutuhan konsentrasi dan usaha mental sadar

sangat kecil. Aktivitas yang dilakukan hampir
otomatis dan tidak membutuhkan perhatian.
Kebutuhan konsentrasi dan usaha mental sadar
sedang. Kerumitan aktivitas sedang hingga tinggi
sejalan dengan ketidakpastian, ketidakmampu
prediksian dan ketidak kenalan. Perhatian
tambahan diperlukan.
Kebutuhan konsentrasi dan usaha mental sadar
sangat besar dan diperlukan sekali. Aktivitas yang
kompleks dan membutuhkan perhtaian total.

II.

Tahap Penskalaan (Scale Development)
Data yang diperoleh dari tahap pengurutan kartu,
kemudian dilakukan analisa data seperti berikut:
a) Prototyping dan Analisa Kendall’s Coefficient of
Concordance
Prototyping adalah proses stratifikasi responden
dalam kelompok yang homogen berdasarkan pada

persepsi mengenai kepentingan relatif terhadap tiga
dimensi utama dalam SWAT, yaitu beban
waktu(time load), beban mental (mental effort
load), beban psikologis (psychological stress load).
b) Axiom Test
Axiom Test digunakan untuk menguji model aditif
dan kekonsistensian terhadap pengurutan kartu. Tes
axiom akan di uji tiga sifat dasar dari model aditif,
yaitu independensi, penggagalan ganda, dan
independensi gabungan.
2. Tahap Penilaian (Event Scoring)
Dalam tahap penilaian ini, dicari model apa yang
sesuai untuk metode penskalaan, berdasarkan syaratsyarat yang terpenuhi dengan menggunakan salah satu
dari 3 metode yang ada, yaitu Group Scalling Solution
(GSS), Prototyped Scalling Solution (PSS), Individual
Scalling Solution (ISS). Hasil dari pemberian rating
oleh responden disesuaikan dengan skala SWAT yang
dihasilkan
pada
tahap

penskalaan
(Scale
Development).

1.

c. Psychological Stress Load
Mengukur jumlah risiko, kebingungan, frustasi yang
dihubungkan dengan performansi atau penampilan tugas.
Pada tingkat stress rendah, orang cenderung rileks. Seiring
dengan meningkatnya stress, terjadi pengacauan konsentrasi
terhadap aspek yang relevan dari suatu pekerjaan yang lebih
disebabkan oleh faktor individual subjek, yaitu motivasi,
kelelahan, ketakutan, tingkat keahlian, suhu, kebisingan,
getaran, dan kenyamanan. Sebagian besar dari faktor ini
mempengaruhi performansi subjek secara langsung jika
merekan sampai pada tingkatan yang tinggi. Tingkatan
deskriptor beban psikologis dalam SWAT adalah:
1.
2.


3.

METODE

Metode SWAT yang digunakan terdiri dari beberapa
tahapan yaitu (Gary: 1996):

Kebingungan, resiko, frustasi atau kegelisahan
dapat diatasi dengan mudah.
Stress yang muncul dan berkaitan dengan
kebingungan, frustasi, dan kegelisahan menambah
beban kerja yang dialami. Kompensasi tambahan
perlu dilakukan untuk menjaga performansi subjek.
Stress yang tinggi dan intens berkaitan dengan
kebingungan,
frustasi,
dan
kegelisahan.
Membutuhkan pengendalian diri yang sangat besar.


III.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Kegiatan Pengemasan

Mustafa (2011) mengatakan prosedur penerapan metode
SWAT ada dua tahapan. Yang pertama adalah tahap
penskalaan (Scale Development) dan kedua adalah tahap
penilaian (Event Scoring). Langkah pertama dengan
dilaksanakannya pengurutan waktu. Responden akan diberi
27 kartu yang merupakan kombinasi dari ketiga persepsi
beban mental dalam SWAT, yaitu Time Load, Mental Effort
Load, Psychological stress load. 27 kartu kombinasi
tingkatan beban kerja mental diurutkan berdasar persepsi
yang telah dipahami oleh responden. Selanjutnya, data hasil

Proses
1

Proses
2

162

Mengambil kemasan kecil produk madurasa
yang sudah jadi
Mencuci kemasan kecil produk madurasa yang
sudah jadi
Memasukkan kemasan kecil produk madurasa
ke dalam konveyor
Mengambil dan melipat kardus kecil
Memasukkan kemasan kecil produk madurasa

Prosiding Seminar Nasional TEKNOIN 2014
ISBN 978-602-14272-1-7

ke dalam kardus kecil

Proses
3

Meletakkan kardus kecil yang telah di isi
madurasa ke konveyor
Mengambil kardus kecil yang telah di isi
madurasa
Menimbang kardus kecil yang telah di isi
madurasa
Membawa kardus-kardus kecil tersebut ke
ruang penyimpanan
Tabel 2. Nilai Korelasi

Subjek

Nilai Korelasi

Prototyping

TES

TSE

ETS

EST

SET

STE

1

0.90

0.89

0.79

0.80

0.83

0.75

T

2

0.86

0.95

0.84

0.81

0.77

0.76

T

3

0.72

0.78

0.81

0.82

0.85

0.77

S

4

1,00

0.92

0.82

0.83

0.86

0.78

T

5

0.89

0.93

1.00

0.94

0.78

0.73

E

6

0.95

0.97

0.99

0.85

0.88

0.80

E

7

0.95

0.98

0.85

0.82

0.87

0.81

T

8

1.00

0.96

0.70

0.75

0.90

0.82

T

9

0.98

0.97

0.87

0.88

0.91

0.83

T

10

0.72

0.67

0.82

0.77

0.79

0.84

S

11

0.90

0.99

0.81

0.88

0.70

0.74

T

12

0.97

0.90

0.77

0.83

0.94

0.92

T

13

0.90

1.00

0.91

0.89

0.95

0.87

T

14

1.00

0.91

0.66

0.70

0.75

0.77

T

15

1.00

0.88

0.93

0.90

0.74

0.79

T

16

0.79

0.83

1.00

0.95

0.91

0.90

E

17

0.88

0.80

0.65

0.70

0.75

0.71

T

18

0.83

0.77

0.96

0.95

0.68

0.60

E

19

0.77

0.81

0.70

0.78

0.98

0.93

S

20

0.83

0.80

0.54

0.65

0.60

0.67

T

21

0.70

0.77

0.65

0.61

0.59

0.64

T

22

1.00

0.84

0.72

0.75

0.80

0.89

T

23

0.93

0.98

0.90

0.88

0.81

0.85

T

24

0.89

0.92

0.81

0.78

0.90

0.86

T

25

1.00

0.95

0.59

0.66

0.79

0.88

T

26

0.94

1.00

0.89

0.80

0.77

0.84

T

27

0.72

0.80

0.96

0.89

0.90

0.83

E

28

0.64

0.70

0.75

0.69

0.77

0.85

S

29

0.79

0.83

0.74

0.80

0.94

0.87

S

30

0.66

0.73

0.59

0.64

0.87

0.80

S

31

0.98

0.90

0.70

0.63

0.71

0.66

T

32

0.94

1.00

0.87

0.79

0.82

0.74

T

33

0.79

0.86

0.80

0.73

0.77

0.70

T

34

1.00

0.92

0.74

0.83

0.80

0.87

T

35

0.80

0.73

0.88

0.95

0.81

0.70

E

Hasil pengukuran beban kerja mental dengan metode
SWAT, pada tahap Scale Development, pengukuran shift
pagi diperoleh nilai Kendall’s Coeficient of Concordance
(W) sebesar 0.90 dan shift sore sebesar 0.93 . Ini
menyatakan bahwa metode yang digunakan yaitu solusi
penskalaan data kelompok (Group Scalling Solution)
dengan indeks kesepakatan dalam penyusunan kartu
diantara subyek/responden relatif sama dan homogen. Hasil
korelasi menunjukkan bahwa subjek/pekerja lebih
cenderung ke dalam faktor waktu (Time Effort). Hal tersebut
menunjukkan bahwa faktor waktu menjadi faktor yang
paling penting dalam pekerjaan tersebut, jika dibandingkan
dengan faktor mental (Mental Effort) ataupun faktor stress
(Physiological Stress)
Tabel 3 dan 4 di bawah ini merupakan nilai akhir skala
SWAT untuk setiap shift.

163

Prosiding Seminar Nasional TEKNOIN 2014
ISBN 978-602-14272-1-7

Tabel 3. Skor SWAT shift Pagi

Rating
T E S
3 2 2
2 2 2
2 2 2
3 2 3
2 2 3
2 3 2
2 2 2
2 2 2
2 2 2
3 3 3
2 2 2
2 2 2
3 2 2
2 2 2
2 3 3
2 2 2
3 3 3
2 2 2

Responden
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Rating
Responden
No
T E S
19
2 2 2
20
2 2 2
21
3 2 3
22
3 3 3
23
2 2 2
24
2 2 2
25
3 3 3
26
3 3 3
27
2 2 2
28
2 2 2
29
2 2 2
30
2 2 2
31
2 2 3
32
3 3 3
33
3 3 3
34
3 3 3
35
2 2 2
RATA-RATA

Skor
SWAT
83.3
50
50
87.5
53.2
61.5
50
50
50
100
50
50
83.3
50
65.4
50
100
50

Skor
SWAT
50
50
87.5
100
50
50
100
100
50
50
50
50
53.2
100
100
100
50
64,81

Tabel 4. Skor SWAT Shift Sore

Responden
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

T
3
2
2
2
3
2
2
2
3
2
3
2
2
2
2
2
3
2

Rating
E S
3 3
3 3
3 2
3 1
3 2
3 3
2 3
3 3
2 1
3 2
1 1
3 1
3 3
3 1
2 2
1 3
3 3
2 1

Rating
Responden
No
T E
19
2 3
20
2 3
21
2 3
22
2 3
23
3 2
24
2 3
25
2 2
26
2 2
27
2 3
28
3 1
29
2 2
30
2 2
31
2 3
32
3 2
33
2 1
34
3 1
35
2 3
RATA-RATA

Skor
SWAT
100
39.5
60.5
56.8
97.4
64.2
52.4
64.2
82.4
60.5
67.2
56.8
64.2
56.8
50
40.2
100
44,3

S
2
1
1
3
1
2
2
2
3
2
1
2
1
3
3
2
3

Skor
SWAT
60.5
56.8
56.8
64.2
82.4
60.5
50
50
64.2
72.6
43.3
50
56.8
87.3
40.2
72.6
64.2
66,67

tinggi daripada shift pagi. Hal ini dikarenakan para pekerja
shift sore sudah lelah, dan kecenderungan manusia waktu
sore dan malam hari adalah untuk istirahat.

Berdasarkan pada tabel 3 dan 4 di atas dapat diketahui
rata-rata beban kerja para operator pengemasan PT. Air
Mancur umtuk shift pagi adalah 64,81 dan shift sore adalah
66,67. Berarti, menyatakan bahwa beban kerja mental
tersebut termasuk dalam kategori tinggi, karena nilai SWAT
untuk beban kerja mental tersebut berada dalam rating 60
sampai 100. Jika dibandingkan, skor SWAT shift sore lebih

164

Prosiding Seminar Nasional TEKNOIN 2014
ISBN 978-602-14272-1-7

IV.
1.
2.
3.

DAFTAR PUSTAKA

KESIMPULAN

Berdasarkan skor SWAT maka didapatkan skor untuk
shift pagi sebesar 64,81 dan shift sore 66,67, tergolong
dalam kategori beban kerja yang tinggi.
Hasil prototype correlations and kendall’s analysis,
seluruh responden terlihat cenderung dalam aspek
waktu (time effort) dalam aspek beban kerjanya.
Terdapat pengaruh yang signifikan pada hasil
pengukuran beban kerja baik fisik maupun mental
untuk setiap shiftnya. Untuk beban kerja fisik, yang
paling tinggi bebannya adalah shift pagi. Sedangkan
utuk beban kerja mental, yang paling tinggi bebannya
adalah shift sore.

[1].

[2].
[3].
[4].

165

Pratiwi Indah, Muslimah Etika, Mustafa Wahid. 2011. ”Analisis
Beban Kerja Fisik Dan Mental Pada Pengemudi Bus Damri Di
Perusahaan Umum Damri UBK Surakarta Dengan Metode
Subjective Workload Assessment Technique (SWAT)”. Teknik
Industri UMS. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi II.
Surakarta.
Reid, Gary. 1989. “Subjective Workload Assessment Technique
(SWAT): A User’s Guide (U)”. Armstrong Aerospace Medical
Research Laboratory: Ohio.
Tarwaka, Solichul Hadi. 2004. ”Ergonomi, Untuk Keselamatan,
Kesehatan Kerja dan Produktivitas”. UNIBA PRESS : Surakarta.
Widiyanti, Ari, dkk. 2009. “Pengukuran Beban Kerja Mental Dalam
Searching Task Dengan Metode Rating Scale Mental Effort
(RSME)”. Teknik Industri UNDIP. Prosiding Seminar Nasional
Ergonomi IX. Semarang.

Prosiding Seminar Nasional TEKNOIN 2014
ISBN 978-602-14272-1-7

Dokumen yang terkait

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL PADA OPERATOR CETAK DENGAN METODE SWAT (Subjective Workload ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL PADA OPERATOR CETAK DENGAN METODE SWAT (Subjective Workload Assessment Technique) (Studi Kasus pada Express Print, Yogyakarta).

0 4 10

BAB 1 PENDAHULUAN ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL PADA OPERATOR CETAK DENGAN METODE SWAT (Subjective Workload Assessment Technique) (Studi Kasus pada Express Print, Yogyakarta).

0 3 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL PADA OPERATOR CETAK DENGAN METODE SWAT (Subjective Workload Assessment Technique) (Studi Kasus pada Express Print, Yogyakarta).

0 3 5

LAPORAN TUGAS AKHIR Pengukuran Beban Kerja Fisik Dan Mental Dengan Subjective Workload Assessment Technique (Swat) Pada Pekerja PT. Air Mancur (Studi Kasus: PT. Air Mancur Karanganyar).

0 1 16

PENDAHULUAN Pengukuran Beban Kerja Fisik Dan Mental Dengan Subjective Workload Assessment Technique (Swat) Pada Pekerja PT. Air Mancur (Studi Kasus: PT. Air Mancur Karanganyar).

0 4 6

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Pengukuran Beban Kerja Fisik Dan Mental Dengan Subjective Workload Assessment Technique (Swat) Pada Pekerja PT. Air Mancur (Studi Kasus: PT. Air Mancur Karanganyar).

0 2 12

TUGAS AKHIR ANALISIS BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL PADA PENGEMUDI BUS DAMRI DI PERUSAHAAN UMUM DAMRI UBK SURAKARTA DENGAN METODE SUBJECTIVE WORKLOAD ASSESSMENT TECHNIQUE (SWAT).

2 2 17

PENDAHULUAN ANALISIS BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL PADA PENGEMUDI BUS DAMRI DI PERUSAHAAN UMUM DAMRI UBK SURAKARTA DENGAN METODE SUBJECTIVE WORKLOAD ASSESSMENT TECHNIQUE (SWAT).

0 0 6

Pengukuran Beban Kerja Mental Dalam Upaya Meningkatkan Performansi Kerja Teller Di Bank "X" Cimahi Dengan Metode Subjective Workload Assessment Technique (SWAT).

4 12 55

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL DOSEN TEKNIK INDUSTRI UNDIP DENGAN METODE SUBJECTIVE WORKLOAD ASSESSMENT TECHNIQUE (SWAT) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1