Pemeriksaan akuntansi

(1)

1 1.1.1 PENGERTIAN AUDITING

Menurut Soekrisno Agoes, (2004:3):

“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistimatis, oleh pihak yang rofessiona, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.

1.1.2 AUDITING DAN ASERSI MANAJEMEN

Asersi adalah representasi manajemen mengenai kewajaran laporan keuangan. Auditing Standards Board (ASB), suatu badan yang dibentuk AICPA untuk memformulasikan standar auditing dan interpretasinya, mengklasifikasikan asersi laporan keuangan sebagai berikut:

1. Existence atau occurance. 2. Completeness.

3. Right and obligations.

4. Valuation atau allocation. 5. Presentation and disclosure.

1.2 PERBEDAAN AUDITING DAN ACCOUNTING

Auditing mempunyai sifat analitis, karena akuntan rofes memulai pemeriksaannya dari angka-angka dalam laporan keuangan, lalu dicocokkan dengan neraca saldo (trial balance), buku besar (general ledger), buku harian (special journals), bukti-bukti pembukuan (documents) dan sub buku besar (sub-ledger). Auditing dilakukan oleh akuntan rofes (khususnya financial audit) dengan berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik, Aturan Etika IAI Kompartemen Akuntan Publik dan Standar Pengendalian Mutu.

Accounting mempunyai sifat konstruktif, karena disusun mulai dari bukti-bukti pembukuan, buku harian, buku besar dan sub buku besar, neraca saldo sampai dengan laporan keuangan. Akuntansi (accounting) dilakukan oleh pegawai perusahaan (bagian akuntansi) dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Keuangan.

1.3 JENIS-JENIS AUDIT

Ditinjau dari luasnya pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas: 1. General Audit (Pemeriksaan Umum)

Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP rofessiona dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksaan tersebut harus dilakukan Sumber: Konrath, 2002:6 Planning A Substantive Testing B Control Testing C Audit Report D


(2)

MODUL APLIKASI KOMPUTERISASI AUDITING BAB 1 PENGANTAR AUDITING

2

sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik dan memperhatikan Kode Etik Akuntan Indonesia. Aturan Etika KAP yang telah disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia serta Standar Pengendalian Mutu.

2. Special Audit (Pemeriksaan khusus)

Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditee) yang dilakukan oleh KAP yang rofessiona, dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan laporan keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas.

Ditinjau dari jenis pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas: 1. Management Audit (Operational Audit)

Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.

Ada 4 (empat) tahapan dalam suatu manajement audit: 1) Preliminary Survey (Survei Pendahuluan)

2) Review and Testing of Management Control System (Penelaahan dan Pengujian Atas Sistim Pengendalian Manajemen)

3) Detailed Examination (Pengujian Terinci) 4) Report Development (Pengembangan Laporan) Management audit bisa dilakukan oleh:

Internal Auditor

Kantor Akuntan Publik Management Consultant

2. Compliance Audit (Pemeriksaan Ketaatan)

Pemerisaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen, dewan komisaris) maupun pihak ekstern (Pemerintah, Bapepam, Bank Indonesia, Direktorat Jenderal Pajak, dan lain-lain). Pemeriksaan bisa dilakukan baik oleh KAP maupun Bagian Internal Audit.

3. Internal Audit (Pemeriksaan Intern)

Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditetapkan. Laporan internal auditor berisi temuan pemeriksaan (audit findings) mengenai penyimpangan dan kecurangan yang ditemukan, kelemahan pengendalian intern, beserta saran-saran perbaikannya (recommendations).

4. Computer Audit

Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data akuntansinya dengan menggunakan EDP (Electronic Data Processing) sistem.

1.4 PROFESI AKUNTAN

Seorang akuntan yang memiliki nomor registrasi, bisa memilih profesi: Akuntan Publik (External Auditor): dengan memiliki KAP atau bekerja di KAP.


(3)

3

Intern (Internal Audit Departement) suatu perusahaan swasta atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN), di BUMN biasanya disebut Satuan Pengawas Intern (SPI).

Auditor Pemerintah (Government Auditor): dengan bekerja di BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan), BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) atau Inspektor di suatu Departemen Pemerintah.

Financial Accountant, dengan bekerja dibagian akuntansi keuangan suatu perusahaan.

Cost Accountant, dengan bekerja dibagian akuntansi biaya suatu perusahaan.

Management Accountant: dengan bekerja dibagian akuntansi manajemen suatu perusahaan.

Tax Accountant: dengan bekerja dibagian perpajakan suatu perusahaan atau Direktorat Jenderal Pajak.

Akuntan Pendidik, dengan bekerja sebagai dosen baik di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Pergurun Tinggi Swasta (PTS).

1.5 PEER PREVIEW

Peer Review adalah suatu penelaahan yang dilakukan terhadap Kantor Akuntan Publik untuk menilai apakah Kantor Akuntan Publik telah mengembangkan secara memadai kebijakan dan prosedur pengendalian mutu yang disyaratkan dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) No.20 yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.

Quality Control Standards Committee telah mengindentifikasikan lima elemen pengendalian mutu yang harus dipertimbangkan KAP dalam menetapkan prosedur dan kebijakan pengendalian mutunya. (Arens et. Al., 2003: 35-37). Secara lengkap disajikan dalam tabel 1.1.


(4)

MODUL APLIKASI KOMPUTERISASI AUDITING BAB 1 PENGANTAR AUDITING

4 Tabel 1.1

Lima Elemen Pengendalian Mutu

Elemen Persyaratan Contoh Prosedur

Independensi, Integritas, dan objektifitas

Semua petugas audit harus memelihara sikap rofessiona baik dalam kenyataan maupun dalam penampilan, melaksanakan seluruh tanggung jawab professional dengan integritas yang tinggi, dan memelihara objektivitas dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya.

Setiap partner dan staf harus menjawab “kuesioner mengenai independensi setiap tahun, yang antara lain berkaitan dengan pemilikan saham dan keanggotaan sebagai dewan direksi.

Manajemen Personalia

Perusahaan harus menetapkan kebijakan dan prosedur untuk memberikan keyakinan memadai bahwa:

a) Seluruh staf baru harus mempunyai kualifikasi yang cukup agar dapat melaksanakan tugasnya dengan kompeten. b) Tugas diberikan kepada staf yang mempunyai

pelatihan teknis dan keahlian yang cukup. c)Semua staf harus mengikuti pendidikan

profesi berkelanjutan dan kegiatan pengembangan profesi agar dapat memenuhi tanggung jawab yang diberikan.

d) Staf yang dipromosikan dalam jabatan yang lebih tinggi, telah memiliki kualifikasi yang diperlukan untuk memenuhi tanggung jawab yang diberikan.

Setiap staf rofessional harus dievaluasi untuk setiap penugasan audit, dengan menggunakan laporan evaluasi penugasan individual perusahaan.

Penerimaan dan

keberlanjutan klien dan penugasan

Perusahaan harus menetapkan kebijakan dan prosedur untuk memutuskan apakah akan menerima klien baru atau mempertahankan klien lama. Kebijakan dan prosedur ini harus bisa mengurangi risiko yang timbul dari klien yang manajemennya tidak memiliki integritas: perusahaan sebaiknya hanya menerima penugasan yang sesuai dengan kemampuan profesionalnya

Formulir evaluasi klien, yang berisi komentar auditor sebelumnya dan evaluasi manajemen, harus dibuat untuk setiap klien baru sebelum diterima sebagai klien.

Kinerja penugasan

Harus ada kebijakan dan prosedur untuk meyakinkan bahwa pekerjaan yang dilaksanakan oleh staf audit memenuhi standar rofessional yang berlaku, persyaratan perundang-undangan, dan standar pengendalian mutu perusahaan.

Harus ada direktur akuntansi dan auditing untuk konsultasi dan mengotorisasi seluruh penugasan sebelum penugasan tersebut selesai.

Pemantauan

Harus ada kebijakan dan prosedur untuk meyakinkan bahwa keempat elemen pengendalian mutu lainnya diterapkan secara efektif

Partner pengendalian mutu harus mentest prosedur pengendalian mutu paling kurang setahun sekali untuk meyakinkan ketaatan perusahaan terhadap prosedur pengendalian mutu.

Sumber: Alvin A.Arens, Randal J. Elder dan Mark S. Beasly, Auditing and Assurance Services, An Integrated Approach, 9th Edition, 2003, Prentice Hall Halaman 36.


(5)

5

STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK DAN KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA

2.1 PERKEMBANGAN STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK Tahun 1972, pertama kalinya ikatan Akuntan Indonesia berhasil menerbitkan Norma Pemeriksaan Akuntan, yang disahkan dalam Kongres ke III Ikatan Akuntan Indonesia. Pada tanggal 19 April 1986, Norma Pemeriksaan Akuntan yang telah diteliti dan disempurnakan oleh Tim Pengesahan, disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia sebagai norma pemeriksaan yang berlaku efektif selambat-lambatnya untuk penugasan pemeriksaan atas laporan keuangan yang diterima setelah tanggal 31 Desember 1986. Tahun 1992, Ikatan Akuntan Indonesia menerbitkan Norma Pemeriksaan Akuntan, Edisi revisi yang memasukkan suplemen No.1 sampai dengan No.12 dan interpretasi No.1 sampai dengan Nomor.2. Indonesia merubah nama Komite Norma Pemeriksaan Akuntan menjadi Dewan Standar Profesional Akuntan Publik. Selama tahun 1999 Dewan melakukan perubahan atas Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus 1994 dan menerbitkannya dalam buku yang diberi judul “Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001”.

Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001 terdiri dari lima standar, yaitu:

1. Pernyataan Standar Auditing (PSA) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA).

2. Pernyataan Standar Atestasi (PSAT) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Atestasi (IPSAT).

3. Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (IPSAR). 4. Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (PSJK) yang dilengkapi dengan

Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (IPSJK).

5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSPM) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (IPSM).

Selain kelima standar tersebut masih dilengkapi dengan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang merupakan aturan normal yang wajib dipenuhi oleh akuntan publik.


(6)

MODUL APLIKASI KOMPUTERISASI AUDITING BAB 1 PENGANTAR AUDITING

6

2.2 HIRARKI STANDAR AUDITING

Gambar 2.1 Hirarki Standar Auditing

Sumber: SPAP Per 1 Januari 2001 (IAI, 2001: 001.12) Standar Auditing

Standar Umum Standar Pekerjaan

Lapangan

Standar Pelaporan

Keahlian dan pelatihan teknis yang memadai

Independensi dalam sikap mental

Penggunaan kemahiran professional dengan cermat & seksama

Perencanaan dan supervisi audit

Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern

Bukti audit kompeten yang cukup

Pernyataan tentang kesesuaian laporan keuangan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum

Pernyataan mengenai ketidakkonsistensian penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan Pernyataan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan Pernyataan Standar Auditing (PSA) Pernyataan Standar Auditing (PSA) Pernyataan Standar Auditing (PSA) Interprestasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA) Interprestasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA) Interprestasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA)

Landasan operasional Landasan operasional Landasan Konseptual Landasan Konseptual


(7)

7

Gambar 2.2. Proses kodifikasi PSA, PSAT, PSAR, PSJK, PSPM dan AE dalam Standar Profesional

Sumber: SPAP (IAI, 2001:001.13)

2.3 SEPULUH STANDAR AUDITING

Menurut PSA No.01 (SA Seksi 150): Standar auditing beda dengan prosedur auditing. “Prosedur“ berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, “ Standar “ berkenaan dengan kriteria atau ukuran hidup kinerja tindakan dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut. Jadi, berlainan dengan prosedur auditing, standar auditing mencakup mutu professional (Professional Qualities) auditor independen dan pertimbangan (Judgement) yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan auditing.

Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh ikatan akuntan Indonesia terdiri dari “Sepuluh standar yang dikelompokan menjadi 3 kelompok besar”, yaitu :

a. Standar Umum:

1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan tehnis yang cukup sebagai auditor.

2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

Standar Auditing Standar Atestasi Standar Jasa Akuntansi & Review Standar Jasa Konsultasi Standar Pengendalian Mutu

Perikatan Atestasi Perikatan Non Atestasi

PSA PSAT PSAR PSJK PSPM

IPSA IPSAT IPSAR IPSJK IPSPM


(8)

MODUL APLIKASI KOMPUTERISASI AUDITING BAB 1 PENGANTAR AUDITING

8

3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

b. Standar Pekerjaan Lapangan:

1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus di supervise dengan semestinya.

2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pandapat atas laporan keuangan yang diaudit.

c. Standar Pelaporan:

1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

2. Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

3. Pengungkapan informatif dalam laporaan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendaapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggungjawab yang dipikul oleh auditor (IAI, 2001: 150.1 & 150.2).

2.4 KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA

Kode Etik Akuntan Indonesia adalah pedoman bagi para anggota Ikatan Akuntan Indonesia untuk bertugas secara bertanggung jawab dan objektif.

Rumusan Kode Etik saat ini sebagian besar dari rumusan kode etik yang dihasilkan dalam kongres ke-6 Ikatan Akuntan Indonesia dan ditambah dengan masukan-masukan yang diperoleh dari Seminar Sehari Pemutakhiran Kode Etik Akuntan Indonesia tanggal 15 Juni 1994 di Hotal Daichi Jakarta serta hasil pembahasan Sidang Komite Kode Etik Akuntan Indonesia tahun 1994 di Bandung.

2.4.1 PERNYATAAN ETIKA PROFESI

Saat itu Kode Etik Akuntan Indonesia terdiri atas delapan (8) bab (11pasal) dan enam (6)pernyataan etika profesi. Pernyataan tersebut adalah:

1. Pernyataan etika profesi Nomor 1 tentang INTEGRITAS, OBJEKTIVITAS DAN INDENPENDENSI.

2. Pernyataan etika profesi Nomor 2 tentang KECAKAPAN PROFESIONAL. 3. Pernyataan etika profesi Nomor 3 tentang PENGUNGKAPAN INFORMASI


(9)

9 AKUNTAN PUBLIK.

5. Pernyataan etika profesi Nomor 5 tentang KOMUNIKASI ANTAR AKUNTAN PUBLIK.

6. Pernyataan etika profesi Nomor 6 tentang PERPINDAHAN STAFF/PARTNER DARI SATU KANTOR AKUNTAN KE KANTOR AKUNTAN LAIN.

Dalam Kongres ke 7 Ikatan Akuntan Indonesia yang diadakan di Jakarta bulan September 1998 diadakan beberapa perubahan mengenai Kode Etik, antara lain:

o Komite Kode Etik tidak ada lagi di Struktur Organisasi IAI. o Rerangka Kode Etik IAI menjadi:

Prinsip Etika. Aturan Etika.

Interprestasi Aturan Etika. Tanya dan Jawab.

Keterangan:

Prinsip Etika mengikat seluruh anggota IAI, dan merupakan produk kongres.

Aturan Etika mengikat kepada anggota kompartemen dan merupakan produk Rapat Anggota Kompartemen. Aturan Etika tidak boleh bertentangan dengan Prinsip Etika.

Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh Kompartemen setelah memperhatikan tanggapan dari anggota dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.

Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai interpretasi dan atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan interpretasi baru untuk menggantikannya.

o Prinsip Etika Profesi, yang merupakan landasan perilaku etika profesional,

terdiri dari 8 prinsip yaitu: 1. Tanggung Jawab Profesi 2. Kepentingan Umum (Publik) 3. Integritas

4. Obyektifitas

5. Kompetensi dan kehati-hatian Profesional 6. Kerahasiaan

7. Perilaku Profesional 8. Standar Teknis


(10)

MODUL APLIKASI KOMPUTERISASI AUDITING BAB 1 PENGANTAR AUDITING

10

2.4.2 RERANGKA KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Gambar 2.3. Rerangka Kode Etik IAI

Sumber: SPAP IAI 2001:20000.7

2.4.3 ATURAN ETIKA KOMPARTEMEN AKUNTAN PUBLIK

Aturan etika kompartemen akuntan publik (IAI, 20000.1-20000.6):

DEFINISI/PENGERTIAN

Klien adalah pemberi kerja (orang atau badan), yang mempekerjakan atau menugaskan seseorang atau lebih anggota IAI-KAP atau KAP tempat anggota bekerja untuk melaksanakan jasa profesional. Istilah pemberi kerja untuk tujuan ini tidak termasuk orang atau badan yang mempekerjakan anggota.

Laporan Keuangan adalah suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan/atau kewajiban suatu entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan/atau kewajiban selam suatu periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum. Data

RAPAT ANGGOTA KAP

Tanggung jawab profesi Kepentingan Umum (Publik)

Integritas Objektivitas Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional Kerahasiaan Perilaku Profesional Standar Teknis PRINSIP ETIKA ATURAN ETIKA INTERPRETASI ATURAN ETIKA TANYA DAN JAWAB 100 Independensi, Integritas, Objektivitas 200 Standar Umum Prinsip Akuntansi 300 Tanggung Jawab Kepada Klien 400 Tanggung Jawab Kepada Rekan 500 Tanggung Jawab dan Praktik Lain IAI-PUSAT IAI-KAP PENGURUS IAI-KAP DEWAN SPAP


(11)

11

atau yang terdapat dalam dokumen untuk suatu pelaporan yang diatur dalam standar atestasi dalam perikatan atestasi, dan surat pemberitahuan tahunan pajak (SPT) serta daftar-daftar pendukungnya bukan merupakan laporan keuangan. Pernyataan, surat kuasa atau tanda tangan pembuat SPT tidak merupakan pernyataan pendapat atas laporan keuangan.

Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha dibidang pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah wadah organisasi profesi akuntan Indonesia yang diakui pemerintah.

Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP)

adalah wadah organisasi para akuntan Indonesia yang menjalankan profesi sebagai akuntan publik atau bekerja di kantor akuntan publik.

Anggota adalah semua anggota IAI-KAP.

Anggota Kantor Akuntan Publik (anggota KAP) adalah anggota IAI-KAP dan staf profesional (baik anggota IAI-IAI-KAP maupun yang bukan anggota IAI-KAP) yang bekerja pada satu KAP.

Akuntan Publik adalah akuntan yang memiliki izin dari Menteri Keuangan atau pejabat yang berwenang lainnya untuk menjalankan praktik akuntan publik.

Praktik akuntan publik adalah pemberian jasa profesional kepada klien yang dilakukan oleh anggota IAI-KAP yang dapat berupa jasa audit, jasa atestasi, jasa akuntansi dan review, perpajakan, perencanaan keuangan perorangan, jasa pendukung litigasi, dan jasa lain yang diatur Standar Profesional Akuntan Publik.

2.5 KASUS PRAKOM Petunjuk:

Silahkan Anda Buat Kelompok belajar dengan rekan Anda dan diskusikan konsep jawaban dari soal Studi kasus di bawah ini:

Soal:

Bila Anda & Rekan-rekan akan membuat Kantor Akuntan Publik persiapan apa saja yang diperlukan untuk mengembangkan usaha tersebut jika dilihat dari faktor-faktor di bawah ini:

01. Nama perusahaan,

02. Tujuan perusahaan (Visi dan Misi), 03. Struktur organisasi,

04. Objek dan aktivitas perusahaan 05. Kebijakan Perusahaan

06. Promosi Perusahaan

Dengan catatan faktor-faktor di atas harus sesuai dan tidak melanggar: 1) Standar profesional akuntan publik saat ini

2) Standar Auditing

3) Kode etik akuntan Indonesia dan


(12)

STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK

DAN KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA

2.1 PERKEMBANGAN STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK

Tahun 1972, pertama kalinya ikatan Akuntan Indonesia berhasil menerbitkan Norma Pemeriksaan Akuntan, yang disahkan dalam Kongres ke III Ikatan Akuntan Indonesia. Norma Pemeriksaan Akuntan tersebut mencakup tanggung jawab akuntan publik, unsur-unsur norma pemeriksaan akuntan yang antara lain meliputi: pengkajian dan penilaian pengendalian intern, bahan pembuktian dan penjelasan informatif, serta pembahasan mengenai peristiwa kemudian, laporan khusus dari berkas pemeriksaan. Pada Kongres IV Ikatan Akuntan Indonesia tanggal 25-26 Oktober 1982, Komisi Norma Pemeriksaan Akuntan mengusulkan agar segera dilakukan penyempurnaan atas buku Norma Pemeriksaan Akuntan yang lama, dan melengkapinya dengan serangkaian suplemen yang merupakan penjabaran lebih lanjut norma tersebut. Untuk melaksanakan tugas tersebut, telah dibentuk Komite Norma Pemeriksaan Akuntan yang baru untuk periode kepengurusan 1982-1986, yang anggotanya berasal dari unsur-unsur akuntan pendidik, akuntan publik dan akuntan pemerintah. Komite ini telah menyelesaikan konsep Norma Pemeriksaan Akuntan yang disempurnakan pada tanggal 11 Maret 1984.

Pada tanggal 19 April 1986, Norma Pemeriksaan Akuntan yang telah diteliti dan disempurnakan oleh Tim Pengesahan, disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia sebagai norma pemeriksaan yang berlaku efektif selambat-lambatnya untuk penugasan pemeriksaan atas laporan keuangan yang diterima setelah tanggal 31 Desember 1986. Tahun 1992, Ikatan Akuntan Indonesia menerbitkan Norma Pemeriksaan Akuntan, Edisi revisi yang memasukkan suplemen No.1 sampai dengan No.12 dan interpretasi No.1

Tujuan Khusus Pembelajaran:

1. Mengetahui perkembangan Standar Profesional Akuntan

Publik.

2. Mengetahui Hirarki dan Isi Standar Auditing.


(13)

sampai dengan Nomor.2. Dalam Kongres ke VII Ikatan Akuntan Indonesia tahun 1994, disahkan Standar Profesional Akuntan Publik yang secara garis besar berisi:

1. Uraian mengenai standar profesional akuntan publik.

2. Berbagai pernyataan standar auditing yang telah diklasifikasikan. 3. Berbagai pernyataan standar atestasi yang telah diklasifikasikan. 4. Pernyataan jasa akuntansi dan review.

Pertengahan tahun 1999 Ikatan Akuntan Indonesia merubah nama Komite Norma Pemeriksaan Akuntan menjadi Dewan Standar Profesional Akuntan Publik. Selama tahun 1999 Dewan melakukan perubahan atas Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus 1994 dan menerbitkannya dalam buku yang diberi judul “Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001”.

Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001 terdiri dari lima standar, yaitu:

1. Pernyataan Standar Auditing (PSA) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA).

2. Pernyataan Standar Atestasi (PSAT) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Atestasi (IPSAT).

3. Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (IPSAR).

4. Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (PSJK) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (IPSJK).

5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSPM) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (IPSM).

Selain kelima standar tersebut masih dilengkapi dengan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang merupakan aturan normal yang wajib dipenuhi oleh akuntan publik.


(14)

2.2 HIRARKI STANDAR AUDITING

Gambar 2.1 Hirarki Standar Auditing

Sumber: SPAP Per 1 Januari 2001 (IAI, 2001: 001.12) Standar Auditing

Standar Umum Standar Pekerjaan

Lapangan

Standar Pelaporan

Keahlian dan pelatihan teknis yang memadai

Independensi dalam sikap mental

Penggunaan kemahiran professional dengan cermat & seksama

Perencanaan dan supervisi audit

Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern

Bukti audit kompeten yang cukup

Pernyataan tentang kesesuaian laporan keuangan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum

Pernyataan mengenai ketidakkonsistensian penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan Pernyataan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan Pernyataan Standar Auditing (PSA) Pernyataan Standar Auditing (PSA) Pernyataan Standar Auditing (PSA) Interprestasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA) Interprestasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA) Interprestasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA) Landasan operasional Landasan operasional


(15)

Gambar 2.2. Proses kodifikasi PSA, PSAT, PSAR, PSJK, PSPM dan AE dalam Standar Profesional

Sumber: SPAP (IAI, 2001:001.13)

2.3 SEPULUH STANDAR AUDITING

Menurut PSA No.01 (SA Seksi 150): Standar auditing beda dengan prosedur auditing. “Prosedur“ berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, “ Standar “ berkenaan dengan kriteria atau ukuran hidup kinerja tindakan dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut. Jadi, berlainan dengan prosedur auditing, standar auditing mencakup mutu professional (Professional Qualities) auditor independen dan pertimbangan (Judgement) yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan auditing.

Standar Auditing

Standar Atestasi

Standar Jasa Akuntansi & Review

Standar Jasa Konsultasi

Standar Pengendalian

Mutu

Perikatan Atestasi Perikatan Non Atestasi

PSA PSAT PSAR PSJK PSPM

IPSA IPSAT IPSAR IPSJK IPSPM


(16)

Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh ikatan akuntan Indonesia terdiri dari “Sepuluh standar yang dikelompokan menjadi 3 kelompok besar”, yaitu :

a. Standar Umum:

1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan tehnis yang cukup sebagai auditor.

2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan

kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

b. Standar Pekerjaan Lapangan:

1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus di supervise dengan semestinya.

2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk

merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pandapat atas laporan keuangan yang diaudit.

c. Standar Pelaporan:

1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

2. Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

3. Pengungkapan informatif dalam laporaan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendaapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat


(17)

pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggungjawab yang dipikul oleh auditor (IAI, 2001: 150.1 & 150.2).

Standar-standar tersebut diatas dalam banyak hal sering berhubungan dan saling tergantung satu sama lain dan “Materialitas” dan “risiko audit” melandasi penerapan semua standar auditing, terutama standar pekerjaaan lapangan dan standar pelaporan.

PSA No.01 (SA Seksi 161) mengatur hubungan standar auditing dengan standar pengendalian mutu sebagai berikut :

01. Auditor independen bertanggung jawab untuk memenuhi standar auditing yang diterapkan Ikatan Akuntan Indonesia dalam penugasan audit. Seksi 202 Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik mengharuskan anggota Ikatan Akuntan Indonesia yang berpraktik sebagai auditor independent mematuhi standar auditing jika berkaitan dengan audit atas laporan keuangan.

02. Kantor akuntan publik juga harus mematuhi standar auditing yang diterapkan Ikatan Akuntan Indonesia dalam pelaksanaan audit. Oleh karena itu, kantor akuntan publik harus memuat kebijakan daan prosedur pengendalian mutu untuk memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian penugasan audit dengan standar auditing yang diterapkn Ikatan Akuntan Indonesia. Sifat dan luasnya kebijakan dan prosedur pengendalian mutu yang ditetapkan oleh kantor akuntan publik tergantung atas faktor-faktor tertentu, seperti ukuran kantor akuntan publik, tingkat otonomi yang diberikan kepada karyawan dan kantor-kantor cabang, sifat praktik, organisasi kantornya, serta pertimbangan biaya manfaat.

03. Standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia berkaitan dengan pelaksanaan penugasan audit secara individual; standar pengendalian mutu berkaitan dengan pelaksanaan praktik audit kantor akuntan publik secara keseluruhan. Oleh karena itu, standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia dan standar pengendalian mutu berhubungan satu sama lain, dan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu yang diterapkan oleh kantor akuntan publik berpengaruh terhadap pelaksanaan penugasan audit secara individual dan pelaksanaan praktik audit kantor akuntan publik secara keseluruhan.


(18)

PENJELASAN MASING-MASING STANDAR AUDITING a) Standar Umum:

Standar umum bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan auditor dan mutu pekerjaannya, berbeda dengan standar yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan lapangan dan pelaporan. Standar pribadi atau standar umum ini berlaku sama dalam bidang pelaksanaan pekerjaan lapangan dan pelaporan.

1. Standar umum Ke-1:

Menegaskan bahwa tingginya kemampuan seseorang dalam bidang-bidang lain, termasuk dalam bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan standar auditing ini, jika tidak memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing. Pendidikan formal auditor independen dan pengalaman profesionalnya saling melengkapi satu sama lain. Pendidikan formal diperoleh dari perguruan tinggi, yaitu fakultas ekonomi jurusan akuntansi negeri (PTN) atau swasta (PTS) ditambah ujian UNA Dasar dan UNA Profesi. Seorang Auditor harus mempunyai nomor register negara akuntan (registered accountant) dan mulai tahun 1998 harus mempunyai predikat Bersertifikat Akuntan Publik (BAP). Dibawah jenjang partner, ada audit manajer, supervisor, senior, asisten yang tidak harus seorang akuntaan beregister (registered accountant) namun harus pernah mempelajari akuntansi, perpajakan dan auditing. Seorang auditor harus mengikuti Pendidikan profesi berkelanjutan (continue profesional education) baik yang diadakan di KAP, IAI atau diseminar dan lokakarya. Dalam setahun seorang partner KAP harus mengumpulkan antara 30-40 SKP. Auditor harus selalu mengikuti perkembangan-perkembangan yang berkaitan dengan profesinya dan peraturan-peraturan pemerintah termasuk perpajakan. Pengalaman profesional diperoleh dari praktek kerja di bawah bimbingan (supervisi) auditor yang lebih senior.

2. Standar umum Ke-2:

Hal-hal berikut ini dimuat dalam PSA No.04 (SA Seksi 220):

01. Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena Auditor tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Auditor mengakui kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, tetapi kepada kreditur dan pihak lain


(19)

yang meletakkan kepercayaan (paling tidak sebagian) atas laporan auditor independen, seperti calon-calon pemilik dan kreditur.

02. Kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap auditor independen sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Kepercayaan akan menurun jika terdapat bukti bahwa indenpendensi sikap auditor ternyata berkurang, bahkan kepercayaan masyarakat dapat juga menurun disebabkan oleh keadaan mereka yang berpikiran sehat (reasonable) dianggap dapat mempengaruhi sikap independennya. Untuk menjadi independen, auditor harus secara intelektual jujur, ia harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan tidak mempunyai kepentingan dengan kliennya, apakah itu manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan. Auditor independen tidak hanya berkewajiban mempertahankan fakta bahwa ia independen, tetapi ia harus pula menghindari keadaan yang dapat menyebabkab pihak luar meragukan sikap indenpendensinya.

03. Profesi akuntan publik telah menetapkan dalam Kode Etik Akuntan Indonesia, agar

anggota profesi menjaga dirinya dari kehilangan persepsi indenpendensi masyrakat. Anggapan masyarakat terhadap indenpendensi auditor karena pemilikan indenpendensi merupakan masalah mutu pribadi, bukan merupakan suatu aturan yang dirumuskan untuk dapat diuji secara objektif. Sepanjang persepsi indenpendensi ini dimasukkan kedalam Aturan Etika, hal ini akan mengikat auditor independen menurut ketentuan profesi.

04. Bapepam menetapkan persyaratan indenpendensi bagi auditor yg melaporkan tentang

informasi keuangan yang diserahkan kepada badan tersebut yang mungkin berbeda dengan yang ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.

05. Auditor harus mengelola praktiknya dalam persepsi independensi dan aturan ditetapkan untuk mencapai derajat independensi dalam melaksanakan pekerjaannya. 06. Untuk menekankan independensi auditor dari manajemen, penunjukan auditor dari

banyak perusahaan dilaksanakan oleh dewan komisaris, rapat umum pemegang saham, atau komite audit.


(20)

3. Standar umum Ke-3:

Hal-hal berikut dimuat dalam PSA No.04 (SA Seksi 230):

01. Standar ini menuntut auditor independen untuk merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya dengan menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. Penggunaan kemahiran profesional dengan kecermatan dan keseksamaan menekankan tanggung jawab setiap profesional yang bekerja dalam organisasi auditor independen untuk mengamati standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.

02. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama menyangkut apa yang dikerjakan auditor dan bagaimana kesempurnaan pekerjaannya.

03. Seorang auditor harus memiliki “tingkat keterampilan yang umumnya dimiliki” oleh

auditor pada umumnya dan harus menggunakan keterampilan dengan “kecermatan dan keseksamaan yang wajar”.

04. Para auditor harus ditugasi dan disupervisi sesuai dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan sedemikian rupa sehingga mereka dapat mengevaluasi bukti audit yang mereka periksa. Auditor dengan tanggung jawab akhir untuk suatu perikatan harus mengetahui, pada tingkat yang minimum, standar akuntansi dan auditing yang relevan dan harus memiliki pengetahuan tentang kliennya. Auditor dengan tanggung jawab akhir bertanggung jawab atas penetapan tugas dan pelaksanaan supervisi asisten.

05. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional. Skeptisme profesional adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit. Auditor menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh profesi akuntan publik untuk melaksanakan dengan cermat dan seksama, dengan maksud baik dan integritas, pengumpulan dan penilaian bukti audit secara objektif.

06. Pengumpulan dan penilaian bukti audit secara objektif menurut auditor

mempertimbangkan kompetensi dan kecukupan bukti karena bukti dikumpulkan dan dinilai selama proses audit, sehingga skeptisme profesional harus digunakan selama proses tersebut.


(21)

07. Auditor tidak menganggap bahwa manajemen adalah tidak jujur, namun dalam menggunakan skeptisme profesional, auditor tidak harus puas dengan bukti yang kurang persuasif karena keyakinannya bahwa manajemen adalah jujur.

08. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama memungkinkan

auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Keyakinan mutlak tidak dapat dicapai karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan tersebut. Oleh karena itu, suatu audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia mungkin tidak dapat mendeteksi salah saji material.

09. Tujuan auditor independen adalah untuk memperoleh bukti kompeten yang cukup untuk memberikan basis yang memadai baginya dalam merumuskan suatu pendapat. Sifat sebagian bukti diperoleh, sebagian, dari konsep pengujian selektif atas data yang diaudit, yang memerlukan pertimbangan tentang bidang yang akan diuji dan sifat, saat, dan luasnya pengujian yang harus dilakukan. Disamping itu, pertimbangan diperlukan dalam menafsirkan hasil pengujian audit dan penilaian bukti audit. Meskipun dengan maksud baik dan integritas, kesalahan dan kekeliruan dalam pertimbangan dapat terjadi. Lebih lanjut, penyajian akuntansi berisi estimasi akuntansi, pengukuran yang mengandung ketidakpastian bawaan dan tergantung pada hasil dari peristiwa di masa depan. Auditor menggunakan pertimbangan profesional dalam mengevaluasi kewajaran estimasi akuntansi berdasarkan informasi yang dapat diharapkan secara masuk akal yang tersedia sebelum penyelesaian pekerjaan lapangan. Sebagai akibat dari faktor-faktor tersebut, dalam banyak hal, auditor harus mempercayai bukti yang bersifat persuasif daripada yang bersifat meyakinkan.

10. Oleh karena karakteristik kecurangan, terutama yang melibatkan penyembunyian dan

pemalsuan dokumentasi (termasuk pemalsuan dokumen), audit yang direncanakan dan dilaksanakan semestinya mungkin tidak dapat mendeteksi salah saji material. Sebagai contoh, suatu audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia jarang berkaitan dengan penentuan keaslian dokumentasi. Disamping itu, prosedur auditing mungkin tidak efektif untuk


(22)

mendeteksi salah saji yang disengaja disembunyikan melalui kolusi diantara personel klien dan pihak ketiga atau diantara manajemen atau karyawan klien.

11. Pendapat auditor atas laporan keuangan didasarkan pada konsep pemerolehan keyakinan memadai, auditor bukan penjamin dan laporannya tidak merupakan suatu jaminan. Penemuan kemudian salah saji material, yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan, yang ada dalam laporan keuangan, tidak berarti bahwa dengan sendirinya merupakan bukti (a) kegagalan untuk memperoleh keyakinan memadai, (b)tidak memadainya perencanaan, pelaksanaan atau pertimbangan, (c)tidak menggunkan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama, atau (d)kegagalan untuk mematuhi standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2001: 230.1-230.3).

b) Standar Pekerjaan Lapangan :

Standar pekerjaan lapangan berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksan akuntan dilapangan (audit field work), mulai dari perencanaan audit dan supervisi, pemahaman dan evaluasi pengendalian intern, pengumpulan bukti-bukti audit melalui compliance test, substanstivetest, analitycal review, sampai audit field work.

1. Standar pekerjaan lapangan Ke-1:

Standar ini berisi pedoman bagi auditor dalam membuat perencanaan dan melakukan supervisi.

2. Standar pekerjaan lapangan Ke-2:

Standar ini menjelaskan unsur-unsur pengendalian intern dan bagaimana cara auditor mempertimbangkan pengendalian intern dalam merencanakan dan melaksanakan suatu audit.

3. Standar pekerjaan lapangan Ke-3:

Standar ini menjelaskan mengenai cara-cara yang harus dilakukan oleh auditor dalam mengumpulkan bahan bukti yang cukup dan kompeten untuk mendukung pendapat yang harus diberikan auditor terhadap kewajaran laporan keuangan yang diaudtnya.


(23)

Beberapa hal mengenai asersi dari PSA No.07 (SA Seksi 326):

Asersi (assertions) adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen laporan keuangan. Pernyataan tersebut dapat bersifat implisit atau eksplisit serta dapat diklasifikasikan berdasarkan penggolongan dasar sebagai berikut ini:

a. Keberadaan atau keterjadian (existence or occurance) b. Kelengkapan (completeness)

c. Hak dan kewaajiban (right and obligation) d. Penilaian (evaluation) atau alokasi

e. Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)

Asersi keberadaan atau kejadian berhubungan dengan apakah aktiva atau utang satuan usaha ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selama periode tertentu.

Asersi kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan di dalamnya.

Asersi hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah aktiva merupakan hak perusahaan dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu.

Asersi penilaian atau alokasi berhubungan dengan apakah komponen-komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya.

Dalam memperoleh bukti audit yang mendukung asersi dalam laporan keuangan, auditor independen merumuskan tujuan audit spesifik ditinjau dari sudut

asersi. Untuk merumuskan tujuan audit, auditor independen hendaknya

mempertimbangkan kondisi khusus dalam perusahaan tersebut.

Auditor independen tidak perlu secara satu per satu menghubungkan tujuan audit dengan prosedur audit. Beberapa prosedur audit dapat dikaitkan dengan lebih dari satu tujuan audit. Di lain pihak, kombinasi berbagai prosedur audit dibutuhkan untuk mencapai satu tujuan audit.


(24)

c. Standar Pelaporan:

Standar pelaporan yang terdiri dari 4 standar merupakan pedoman bagi auditor independen dalam menyusun laporan auditnya.

1. Standar pelaporan Ke-1:

Menurut PSA No.08 (SA Seksi 410):

01. Istilah prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang digunakan dalam standar pelaporan pertama dimaksudkan meliputi tidak hanya prinsip dan praktik akuntansi, tetapi juga metode penerapannya. Standar pelaporan pertama tidak mengharuskan auditor untuk menyatakan tentang fakta, namun standar mengharuskan auditor untuk menyatakan suatu pendapat mengenai apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi. Jika auditor melaporkan suatu laporan keuangan yang disusun sesuai dengan basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, maka standar pelaporan pertama akan terpenuhi dengan cara mengungkapkan dalam laporan auditor bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai dengan basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dan dengan menyatakan pendapat (atau pernyataan tidak memberikan pendapat) apakah laporan keuangan disajikan sesuai basis akuntansi komprehensif yang digunakan. Jika pembatasan terhadap lingkup audit tidak memungkinkan auditor untuk memberikan pendapat mengenai kesesuaian, maka pengecualian semestinya diperlukan dalam laporan auditnya.

02. Istilah “prinsip akuntansi yang berlaku umum” adalah padanan dari frasa “generally accepted accounting principles” adalah suatu istilah teknis akuntansi yang mencakup konversi, aturan, dan prosedur yang diperlukan untuk membatasi praktik akuntansi yang berlaku umum di wilayah tertentu pada saat tertentu. Prinsip akuntansi yang berlaku umum di suatu wilayah tertentu mungkin berbeda dengan prinsip akuntansi yang berlaku di wilayah lain. Untuk laporan keuangan yang akan didistribusikan kepada umum di Indonesia, harus disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Standar pelaporan pertama akan terpenuhi dengan cara mengungkapkan dalam laporan auditor apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.


(25)

2. Standar pelaporan Ke-2:

Menurut PSA No.09 (SA Seksi 420):

01. Tujuan standar konsistensi adalah untuk memberikan jaminan bahwa jika daya banding laporan keuangan diantara dua periode dipengaruhi secara material oleh perubahan prinsip akuntansi, auditor akan mengungkapkan perubahan dalam laporannya. Juga dinyatakan secara tersirat dalam tujuan standar bahwa prinsip akuntansi telah diamati konsistensi penerapannya dalam setiap periode akuntansi yang bersangkutan. Standar tersebut secara tersirat mengandung arti bahwa auditor puas bahwa daya banding laporan keuangan diantara dua periode akuntansi tidak dipengaruhi secara material oleh perubahan prinsip akuntansi dan bahwa prinsip akuntansi telah diterapkan secara konsisten diantara dua atau lebih periode akuntansi baik karena (1)tidak terjadi perubahan prinsip akuntansi atau (2)terdapat perubahan prinsip atau metode penerapannya, namun dampak perubahan prinsip akuntansi terhadap daya banding laporan keuangan tidak material. Keadaan-keadaan tersebut auditor tidak perlu membuat pengungkapan mengenai konsistensi dalam laporan auditnya.

02. Penerapan semestinya standar konsistensi menuntut auditor independen untuk memahami hubungan antara konsistensi dengan daya banding laporan keuangan. Walaupun ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dapat menyebabkan kurangnya daya banding laporan keuangan, nemun faktor lain yang tidak berhubungan dengan konsistensi dapat pula terjadi.

03. Perbandingan laporan keuangan suatu satuan usaha diantara beberapa periode dapat

dipengaruhi oleh (a)perubahan akuntansi, (b)kesalahan dalam laporan keuangan yang diterbitkan dalam periode sebelumnya, (c)perubahan penggolongan dan (d)peristiwa atau transaksi yang sangat berbeda dengan yang dipertanggungjawabkan dalam laporan keuangan yang disajikan dalam periode sebelumnya. Perubahan akuntansi adalah suatu perubahan dalam (1)prinsip akuntansi, (2)estimasi akuntansi, (3)entitas yang membuat laporan keuangan (yang merupakan tipe khusus perubahan prinsip akuntansi).

04. Perubahan dalam prinsip akuntansi yang mempunyai pengaruh material atas laporan keuangan memerlukan penjelasan dalam laporan auditor independen dengan cara


(26)

menambahkan paragraf penjelasan disajikan setelah paragraf pendapat. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi daya banding laporan keuangan mungkin membutuhkan pengungkapan, tapi tidak perlu diberi komentar dalam laporan auditor independen.

3. Standar Pelaporan Ke-3:

Menurut PSA No.10 (SA Seksi 431):

01. Penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mencakup dimuatnya pengungkapan informatif yang memadai atas hal-hal material. Hal-hal tersebut mencakup bentuk, susunan, dan isi laporan keuangan, serta catatan atas laporan keuangan, sebagai contoh, istilah yang digunakan, rincian yang dibuat, penggolongan unsur dalam laporan keuangan, dan dasar-dasar yang digunakan untuk menghasilkan jumlah yang dicantumkan dalam laporan keuangan. Auditor harus mempertimbangkan apakah masih terdapat hal-hal tertentu yang harus diungkapkan sehubungan dengan keadaan dan fakta yang diketahuinya pada saat audit.

02. Bila manajemen menghilangkan dari laporan keuangan, informasi yang seharusnya diungkapkan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, termasuk catatan atas laporan keuangan, maka auditor harus memberikan informasi yang cukup dalam laporannya, jika memungkinkan atau praktis; kecuali tidak disajikan informasi tersebut adalah sesuai dengan Pernyataan Standar Auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Istilah “memungkinkan atau praktis” diartikan bahwa informasi dapat diperoleh secara wajar dari akun dan catatan manajemen dan bahwa menyajikan informasi ynag demikian dalam laporannya tidak menempatkan auditor sebagai pihak yang menyusun laporan keuangan.

03. Dalam mempertimbangkan cukup atau tidaknya pengungkapan segala aspek lain auditnya, auditor menggunakan informasi yang diterima dari klien atas dasar kepercayaan yang diberikan oleh klien, bahwa auditor akan merahasiakan informasi. Tanpa kepercayaan, auditor akan sulit untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Oleh karena itu, tanpa izin kliennya, auditor tidak boleh mengungkapkan informasi yang tidak diharuskan untuk diungkapkan dalam laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.


(27)

4. Standar pelaporan Ke-4:

Tujuan standar pelaporan adalah untuk mencegah salah tafsir tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh akuntan bila namanya dikaitkan dengan laporan keuangan:

01. Seorang akuntan dikaitkan dengan laporan keuangan jika ia mengijinkan namanya dicantumkan pada suatu laporan, dokumen atau komunikasi tertulis yang berisi laporan. Bila seorang akuntan menyerahkan kepada kliennya atau pihak lain suatu laporan keuangan yang disusunnya atau dibantu penyusunannya, ia dianggap berkaitan dengan laporan keuangan.Walau akuntan dapat berpartisipasi dalam penyusunan laporan keuangan, laporan keuangan merupakan representasi manajemen, dan kewajaran penyajiannya sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum merupakan tanggung jawab manajemen.

02. Akuntan dapat dikaitkan dengan laporan keuangan yang diaudit atau yang tidak diaudit. Laporan keuangan disebut telah diaudit bila akuntan telah menerapkan prosedur auditing yang cukup memungkinkannya melaporkan laporan tersebut sebagaimana dijelaskan dalam SA Seksi 508 (PSA No.29), Laporan Auditor atas Laporan Keuangan Auditan. Laporan keuangan (informasi keuangan) interim entitas publik yang tidak diaudit disebut sebagai di review bila akuntan menerapkan prosedur yang memungkinkannya untuk menyatakan pendapat atas laporan (informasi) sebagaimana dijelaskan dalam SAT Seksi 400 (PSAT No.01), Informasi keuangan interim.

2.4 KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA

Kode Etik Akuntan Indonesia adalah pedoman bagi para anggota Ikatan Akuntan Indonesia untuk bertugas secara bertanggung jawab dan objektif.

Rumusan Kode Etik saat ini sebagian besar dari rumusan kode etik yang dihasilkan dalam kongres ke-6 Ikatan Akuntan Indonesia dan ditambah dengan masukan-masukan yang diperoleh dari Seminar Sehari Pemutakhiran Kode Etik Akuntan Indonesia tanggal 15 Juni 1994 di Hotal Daichi Jakarta serta hasil pembahasan Sidang Komite Kode Etik Akuntan Indonesia tahun 1994 di Bandung.


(28)

MODUL APLIKASI KOMPUTERISASI AUDITING

BAB II STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK DAN KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA

40

4. Standar pelaporan Ke-4:

Tujuan standar pelaporan adalah untuk mencegah salah tafsir tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh akuntan bila namanya dikaitkan dengan laporan keuangan:

01. Seorang akuntan dikaitkan dengan laporan keuangan jika ia mengijinkan namanya dicantumkan pada suatu laporan, dokumen atau komunikasi tertulis yang berisi laporan. Bila seorang akuntan menyerahkan kepada kliennya atau pihak lain suatu laporan keuangan yang disusunnya atau dibantu penyusunannya, ia dianggap berkaitan dengan laporan keuangan.Walau akuntan dapat berpartisipasi dalam penyusunan laporan keuangan, laporan keuangan merupakan representasi manajemen, dan kewajaran penyajiannya sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum merupakan tanggung jawab manajemen.

02. Akuntan dapat dikaitkan dengan laporan keuangan yang diaudit atau yang tidak diaudit. Laporan keuangan disebut telah diaudit bila akuntan telah menerapkan prosedur auditing yang cukup memungkinkannya melaporkan laporan tersebut sebagaimana dijelaskan dalam SA Seksi 508 (PSA No.29), Laporan Auditor atas Laporan Keuangan Auditan. Laporan keuangan (informasi keuangan) interim entitas publik yang tidak diaudit disebut sebagai di review bila akuntan menerapkan prosedur yang memungkinkannya untuk menyatakan pendapat atas laporan (informasi) sebagaimana dijelaskan dalam SAT Seksi 400 (PSAT No.01), Informasi keuangan interim.

2.4 KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA

Kode Etik Akuntan Indonesia adalah pedoman bagi para anggota Ikatan Akuntan Indonesia untuk bertugas secara bertanggung jawab dan objektif.

Rumusan Kode Etik saat ini sebagian besar dari rumusan kode etik yang dihasilkan dalam kongres ke-6 Ikatan Akuntan Indonesia dan ditambah dengan masukan-masukan yang diperoleh dari Seminar Sehari Pemutakhiran Kode Etik Akuntan Indonesia tanggal 15 Juni 1994 di Hotal Daichi Jakarta serta hasil pembahasan Sidang Komite Kode Etik Akuntan Indonesia tahun 1994 di Bandung.


(29)

2.4.1 PERNYATAAN ETIKA PROFESI

Saat itu Kode Etik Akuntan Indonesia terdiri atas delapan (8) bab (11pasal) dan enam (6)pernyataan etika profesi. Pernyataan tersebut adalah:

1. Pernyataan etika profesi Nomor 1 tentang INTEGRITAS, OBJEKTIVITAS DAN INDENPENDENSI.

2. Pernyataan etika profesi Nomor 2 tentang KECAKAPAN PROFESIONAL.

3. Pernyataan etika profesi Nomor 3 tentang PENGUNGKAPAN INFORMASI RAHASIA KLIEN.

4. Pernyataan etika profesi Nomor 4 tentang IKLAN BAGI KANTOR AKUNTAN PUBLIK.

5. Pernyataan etika profesi Nomor 5 tentang KOMUNIKASI ANTAR AKUNTAN PUBLIK.

6. Pernyataan etika profesi Nomor 6 tentang PERPINDAHAN STAFF/PARTNER DARI SATU KANTOR AKUNTAN KE KANTOR AKUNTAN LAIN.

Dalam Kongres ke 7 Ikatan Akuntan Indonesia yang diadakan di Jakarta bulan September 1998 diadakan beberapa perubahan mengenai Kode Etik, antara lain:

o Komite Kode Etik tidak ada lagi di Struktur Organisasi IAI. o Rerangka Kode Etik IAI menjadi:

Prinsip Etika. Aturan Etika.

Interprestasi Aturan Etika. Tanya dan Jawab.

Keterangan:

Prinsip Etika mengikat seluruh anggota IAI, dan merupakan produk kongres.

Aturan Etika mengikat kepada anggota kompartemen dan merupakan produk Rapat Anggota Kompartemen. Aturan Etika tidak boleh bertentangan dengan Prinsip Etika.

Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh Kompartemen setelah memperhatikan tanggapan dari anggota dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.


(30)

MODUL APLIKASI KOMPUTERISASI AUDITING

BAB II STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK DAN KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA

42

Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai interpretasi dan atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan interpretasi baru untuk menggantikannya.

o Prinsip Etika Profesi, yang merupakan landasan perilaku etika profesional, terdiri dari 8

prinsip yaitu:

1. Tanggung Jawab Profesi 2. Kepentingan Umum (Publik) 3. Integritas

4. Obyektifitas

5. Kompetensi dan kehati-hatian Profesional 6. Kerahasiaan

7. Perilaku Profesional 8. Standar Teknis


(31)

Gambar 2.3. Rerangka Kode Etik IAI

Sumber: SPAP IAI 2001:20000.7

RAPAT ANGGOTA KAP

Tanggung jawab profesi Kepentingan Umum (Publik)

Integritas Objektivitas Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional Kerahasiaan Perilaku Profesional Standar Teknis PRINSIP ETIKA ATURAN ETIKA INTERPRETASI ATURAN ETIKA TANYA DAN JAWAB 100 Independensi, Integritas, Objektivitas 200 Standar Umum Prinsip Akuntansi 300 Tanggung Jawab Kepada Klien 400 Tanggung Jawab Kepada Rekan 500 Tanggung Jawab dan Praktik Lain IAI-PUSAT IAI-KAP PENGURUS IAI-KAP DEWAN SPAP


(32)

MODUL APLIKASI KOMPUTERISASI AUDITING

BAB II STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK DAN KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA

44

2.4.3 ATURAN ETIKA KOMPARTEMEN AKUNTAN PUBLIK

Aturan etika kompartemen akuntan publik (IAI, 20000.1-20000.6):

KETERTERAPAN (APPLICABILITY)

Aturan Etika ini harus diterapkan oleh anggota Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik (KAP) dan staf professional (baik yang anggota IAI-KAP maupun yang bukan anggota IAI-IAI-KAP (yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP). Rekan pimpinan KAP bertanggung jawab atas ditaatinya aturan etika oleh anggota KAP.

DEFINISI/PENGERTIAN

Klien adalah pemberi kerja (orang atau badan), yang mempekerjakan atau menugaskan seseorang atau lebih anggota IAI-KAP atau KAP tempat anggota bekerja untuk melaksanakan jasa profesional. Istilah pemberi kerja untuk tujuan ini tidak termasuk orang atau badan yang mempekerjakan anggota.

Laporan Keuangan adalah suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan/atau kewajiban suatu entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan/atau kewajiban selam suatu periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum. Data keuangan lainnya yang digunakan untuk mendukung rekomendasi kepada klien atau yang terdapat dalam dokumen untuk suatu pelaporan yang diatur dalam standar atestasi dalam perikatan atestasi, dan surat pemberitahuan tahunan pajak (SPT) serta daftar-daftar pendukungnya bukan merupakan laporan keuangan. Pernyataan, surat kuasa atau tanda tangan pembuat SPT tidak merupakan pernyataan pendapat atas laporan keuangan.

Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha dibidang pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah wadah organisasi profesi akuntan Indonesia yang diakui pemerintah.


(33)

wadah organisasi para akuntan Indonesia yang menjalankan profesi sebagai akuntan publik atau bekerja di kantor akuntan publik.

Anggota adalah semua anggota IAI-KAP.

Anggota Kantor Akuntan Publik (anggota KAP) adalah anggota IAI-KAP dan staf profesional (baik anggota IAI-KAP maupun yang bukan anggota IAI-KAP) yang bekerja pada satu KAP.

Akuntan Publik adalah akuntan yang memiliki izin dari Menteri Keuangan atau pejabat yang berwenang lainnya untuk menjalankan praktik akuntan publik.

Praktik akuntan publik adalah pemberian jasa profesional kepada klien yang dilakukan oleh anggota IAI-KAP yang dapat berupa jasa audit, jasa atestasi, jasa akuntansi dan review, perpajakan, perencanaan keuangan perorangan, jasa pendukung litigasi, dan jasa lain yang diatur Standar Profesional Akuntan Publik:

100 INDEPENDENSI, INTEGRITAS, DAN OBJEKTIFITAS 101 Independensi

Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam standar profesional akuntan publik yang ditetapkan oleh IAI. Sikap mental independensi harus meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in appearance).

102 Integritas dan Objektifitas

Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan integritas dan objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya kepada pihak lain.

200 STANDAR UMUM DAN PRINSIP AKUNTANSI 201 Standar Umum

Anggota KAP harus mematuhi standar berikut ini beserta interprestasi yang terkait yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang diterapkan IAI:


(34)

MODUL APLIKASI KOMPUTERISASI AUDITING

BAB II STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK DAN KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA

46

A. Kompetensi profesional. Anggota KAP hanya boleh melakukan pemberian jasa profesional yang secara layak (reasonable) diharapkan dapat diselesaikan dengan kompetensi profesional.

B. Kecermatan dan keseksamaan profesional. Anggota KAP wajib melakukan pemberian jasa profesional dengan kecermatan dan keseksamaan profesional.

C. Perencanaan dan supervisi. Anggota KAP wajib merencanakan dan mensupervisi secara memadai setiap pelaksanaan pemberian jasa profesional.

D. Data relevan yang memadai. Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang memadai untuk menjadi dasar yang layak bagi simpulan atau rekomendasi sehubungan dengan pelaksanaan jasa profesionalnya.

202 Kapatuhan terhadap Standar

Anggota KAP yang melaksanakan penugasan jasa auditing, atestasi, review, kompilasi, konsultasi manajemen, perpajakan, atau jasa profesional lainnya wajib mematuhi standar yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan oleh IAI.

203 Prinsip-prinsip Akuntansi

Anggota KAP tidak diperkenankan:

(1) Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan atau data keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau.

(2) Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku, apabila laporan tersebut memuat penyimpangan yang berdampak material terhadap laporan atau data secara keseluruhan dari prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAI. Dalam keadaan luar biasa, laporan atau data mungkin memuat penyimpangan seperti tersebut diatas. Dalam kondisi tersebut, anggota KAP dapat tetap mematuhi ketentuan dalam butir ini selama anggota KAP dapat menunjukkan bahwa laporan atau data akan menyesatkan apabila tidak memuat penyimpanan seperti itu, dengan cara mengungkapkan penyimpangan dan estimasi dampaknya


(35)

3.1 LAPORAN AKUNTAN

Pada akhir pemeriksaannya, dalam pemeriksaan umum (general audit), KAP akan memberikan suatu laporan akuntan yang terdiri dari:

a. Lembaran opini, yang merupakan tanggung jawab akuntan publik, dimana akuntan publik memberikan pendapatnya terhadap kewajaran laporan keuangan yang disusun oleh manajemen dan merupakan tanggung jawab manajemen.

b. Laporan keuangan, yang terdiri dari: Neraca

Laporan Laba-Rugi

Laporan Perubahan Ekuitas Laporan Arus Kas

Catatan atas Laporan Keuangan, yang antara lain berisi: bagian umum (menjelaskan latar belakang perusahaan), kebijakan akuntansi dan penjelasan atas pos-pos neraca dan laba rugi.

Informasi tambahan berupa lampiran mengenai perincian pos-pos yang penting seperti perincian piutang, aktiva tetap, hutang, beban umum dan administrasi serta beban penjualan.

Tanggal laporan akuntan harus sama dengan laporan selesainya pekerjaan lapangan dan tanggal surat pernyataan langganan, karena menunjukan sampai tanggal berapa akuntan bertanggung jawab untuk menjelaskan hal-hal penting yang terjadi. Jika sesudah tanggal selesainya pekerjaan lapangan (audit field work), terjadi peristiwa penting yang jumlahnya material dan mempunyai pengaruh terhadap laporan keuangan yang diperiksa, dan saat itu laporan audit belum dikeluarkan, auditor harus

Tujuan Khusus Pembelajaran:

1. Mengenal Laporan Akuntan dan Jenis-jenis Laporan Akuntan.

2. Bisa membuat Pendapat Akuntan dari beberapa jenis. 3. Mengetahui hubungan Laporan Auditor Independen

dengan Pendapat Akuntan.


(36)

MODUL APLIKASI KOMPUTERISASI AUDITING BAB III LAPORAN AKUNTAN

56

menjelaskan kejadian penting tersebut dalam catatan atas laporan keuangan dan lembaran opini. Untuk tanggal laporan akuntan mempunyai dua tanggal (dual dating), ke-1 tanggal selesainya pemeriksaan lapangan, ke-2 tanggal terjadinya peristiwa penting tersebut.

3.2 JENIS-JENIS LAPORAN AKUNTAN 3.2.1 Laporan Auditor Bentuk Baku

Laporan auditor bentuk baku harus menyebutkan laporan keuangan yang diaudit dalam paragraf pengantar, menggambarkan sifat audit dalam paragraf lingkup audit, dan menyatakan pendapat auditor dalam paragraf pendapat. Untuk laporan auditor bentuk baku bisa digunakan untuk satu kesatuan utuh laporan keuangan atau komparatif.

Unsur pokok laporan auditor bentuk baku adalah: a. Suatu judul yang memuat kata independen

b. Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan yang disebutkan dalam laporan auditor telah diaudit oleh auditor.

c. Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen perusahaan dan tanggung jawab auditor terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan atas auditnya.

d. Suatu pernyataan bahwa audit dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.

e. Suatu pernyataan bahwa standar auditing mengharuskan auditor merencanakan dan melaksanakan auditnya agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.

f. Suatu pernyataan bahwa audit meliputi:

(1)Pemeriksaan (examination), atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan.

(2)Penentuan prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi-estimasi signifikan yang dibuat manajemen.

(3)Penilaian penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.

g. Suatu pernyataan bahwa auditor yakin bahwa audit yang dilaksanakan memberikan dasar memadai untuk memberikan pendapat.


(37)

semua hal yang material, posisi keuangan perusahaan keuangan pada tanggal neraca dan hasil usaha dan arus kas untuk periode yang berakhir pada tanggal sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

i. Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan publik, nomor izin usaha kantor akuntan publik.

j. Tanggal laporan auditor.

Berikut ini adalah “Contoh Laporan Auditor Bentuk Baku”:

Laporan Auditor Independen

No. : A01/II/KAK/04 Tanggal : 20 Januari 2004

Kepada Yth,

Direksi dan Dewan Komisaris PT MQ PRODUCTION Jl Gegerkalong Girangr No.03 Bandung

Kami telah mengaudit neraca PT MQ PRODUCTION tanggal 31 Desember 2003 serta laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen perusahaan. Tanggung jawab kami terletak pada pernyataan pendapat atas lapora keuangan berdasarkan audit kami.

Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas standar akuntansi keuangan yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut diatas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT MQ PRODUCTION tanggal 31 Desember 2003, dan hasil usaha, perubahan ekuitas serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Kantor Akuntan Publik Dra. Astrid Krisanti, MM

(Dra. Astrid Krisanti) Reg. Neg. D-241188


(38)

MODUL APLIKASI KOMPUTERISASI AUDITING BAB IV PENGENDALIAN INTERN 75

PENGENDALIAN INTERN

(

INTERNAL CONTROL

)

4.1 PENGERTIAN PENGENDALIAN INTERN

Istilah yang biasa dipakai untuk pengendalian intern adalah sistem pengendalian intern, sistem pengawasan intern, dan struktur pengendalian intern. Mulai tahun 2001 istilah resmi yang digunakan IAI adalah pengendalian intern. Standar Pekerjaan Lapangan Yang Kedua menyebutkan (IAI, 2001: 150.1):

”.

IAI (2001: 319.2) mendefinisikan: “Pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas-yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian 3 golongan tujuan, yaitu:

(a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efesiensi operasi, dan

(c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku”.

Pengendalian intern terdiri dari 5 komponen yang saling terkait yaitu: a.Lingkungan Pengendalian

Menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur.

Tujuan Khusus Pembelajaran:

1. Mengetahui Pengertian Pengendalian Intern. 2. Mengetahui Komponen Pengendalian intern.

3. Mengetahui Cara Pemahaman yang digunakan dalam Evaluasi Pengendalian Intern.


(39)

kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern yang lain, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian mencakup hal-hal berikut ini:

Integritas dan nilai etika

Komitmen terhadap kompetensi

Partisipasi dewan komisaris atau komite audit Struktur organisasi

Pemberian wewenang dan tanggung jawab Kebijakan dan praktik sumber daya manusia

b. Penaksiran Risiko

Adalah identifikasi entitas dari analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola. Risiko yang relevan dengan laporan keuangan mencakup peristiwa dan keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara negatif mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah, meringkas dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan. Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut ini:

Perubahan dalam lingkungan operasi Personel baru

Sistim informasi yang baru atau yang diperbaiki Teknologi baru

Lini produk, atau aktivitas baru Restrukturisasi korporasi Operasi luar negeri Standar akuntansi baru

c. Aktivitas Pengendalian

Adalah kebijakan dari prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan.

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi risiko dalam


(40)

MODUL APLIKASI KOMPUTERISASI AUDITING BAB IV PENGENDALIAN INTERN 77

pencapaian tujuan entitas, sudah dilaksanakan. Aktivitas pengendalian mempunyai berbagai tujuan dan diterapkan diberbagai tingkat organisasi dan fungsi. Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan yaitu:

Review terhadap kinerja. Pengolahan informasi. Pengendalian fisik. Pemisahan tugas.

d. Informasi dan Komunikasi

Pengidentifikasian, penangkapan dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggungjawab mereka. Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang meliputi sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa maupun kondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas bagi aktiva, utang dan ekuitas yang bersangkutan. Kualitas informasi yang dihasilkan dari sistem tersebut berdampak terhadap kemampuan manajemen untuk membuat keputusan semestinya dalam mengendalikan aktivitas entitas dan menyiapkan laporan keuangan yang andal.

Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dan tanggung jawab individual berkaitan dengan pengendalian intern terhadap pelaporan keuangan.

Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang sistem informasi yang relevan dengan pelaporan keuangan untuk memahami:

Golongan transaksi dalam proses entitas yang signifikan bagi laporan keuangan Bagaimana transaksi dimulai

Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam laporan keuangan yang tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi

Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai dengan dimasukkan ke dalam laporan keuangan, termasuk alat elektronik (seperti komputer dan electronic data interchange) yang digunakan untuk mengirim, memproses, memelihara dan mengakses informasi


(41)

(42)

!

"

!

!

#

"

#


(43)

& #

%

!

& #

!

" (

(

$'

& #

)

*

'

%

'

%

!

$

#

%

!

)

!

+ ,

,

!

$

+

&

,

%

#

!

&

$-%

!

,

.


(44)

)

!

0

0

)


(45)

(46)

#

$

"

%

#

$

"

%

& !

& !


(47)

(

)*+

,# '

$

'

-'

'

- -

'

'

- -

'

'

-

-

.

'

-

$


(48)

-# '

# '

/ $

# ' # '

" %

+ 0

'

'

$

$

-

-

$%

'

'

# ' # '

+ # '

$%

$

-

-# ' -# '

+ # '

$%

$

-

-'

$

'

% '

$

# '

# '

'

+ # '

$%

'

-

'

$


(49)

-0

-

'

-

-

'

$%

$

'

'

$

$

' %

'

' %

'

'


(50)

(51)

(52)

!

"

#

"

#


(53)

"


(54)

()

!

&

*+

"

&

&

"

!

"

!

,

+


(55)

(56)

!

"

#

$

%

&


(57)

*

+

,

,

,

-

.

# /

0

-.$

0

1

"


(58)

1

PEMERIKSAAN PIUTANG

1.

Sifat dan contoh Piutang

2.

Tujuan Pemeriksaan (Audit Objective) Piutang


(1)

(2)

(3)

9

Aktiva Tetap merupakan Kekayaan yang dimiliki perusahaan dengan maksud untuk digunakan dalam operasi perusahaan dan manfaatnya lebih dari 1 tahun serta diperoleh dalam jumlah yang besar. Aktiva tetap (fixed assets) sering disebut juga

Property,Plant dan equipment. Ada beberapa sifat atau ciri aktiva tetap:

a. Tujuan dari pembeliannya bukan untuk dijual kembali atau diperjualbelikan sebagai barang dagangan, tetapi untuk dipergunakan dalam kegiatan operasi perusahaan. b.Mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun.

c. Jumlahnya cukup material.

Ada 2 Jenis aktiva tetap yaitu:

1. Fixed Tangible Assets / Aktiva tetap yang mempunyai wujud/bentuk, bisa dilihat dan bisa diraba.

Adapun yang termasuk Fixed Tangible assets seperti:

a. Tanah (Land) yang di atasnya dibangun gedung kantor, pabrik atau rumah, dimana tanah tidak mengalami penyusutan .

b.Gedung (Building) termasuk pagar, lapangan parkir, taman, mesin-mesin

(Machinery), Peralatan (Equipment), Furniture & Fixtures (Meja, Kursi), Delivery Equipment/Vehicles (Mobil, motor, kapal laut, pesawat terbang).

PEMERIKSAAN AKTIVA TETAP

Tujuan Khusus Pembelajaran:

1. Mengenal Tentang Pengertian, Jenis dan Tujuan

Pemeriksaan Aktiva Tetap.

2. Mengetahui Siklus, Evaluasi dan Prosedur Pemeriksaan

Aktiva Tetap.

3. Memahami Jenis Kertas Kerja yang digunakan untuk Pemeriksaan Aktiva Tetap.


(4)

BAB XIII PEMERIKSAAN AKTIVA TETAP

c. Sumber alam (Natural Resources), seperti pertambangan minyak, batubara, emas, marmer dan hak pengusahaan hutan /HPH.

Untuk penilaian aktiva tetap berwujud, dinilai berdasarkan harga perlehannya yaitu semua biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap tersebut dari semenjak dipesan sampai dengan siap digunakan. Ada beberapa metode penyusutan aktiva tetap, diantaranya yaitu:

Straight Line Method. Declining Balance Method.

Double Declining Balance Method. Anuity Method.

The Sum Of The Year Digit Method. Production Unit Method.

Group And Composite Method. Inventory System

Services Hours Method.

2. Fixed Intangible Assets/Aktiva tetap yang tidak mempunyai wujud/bentuk, sehingga tidak bisa dilihat dan tidak bisa diraba. Adapun yang termasuk Fixed Intangible assets

seperti: Hak Patent, Hak Cipta (Copy Right), Franchise, Goodwill, dll.

a. Existance, meyakinkan keberadaan aktiva tetap.

b.Completeess, meyakinkan kelengkapan catatan aktiva tetap. c. Valuation, meyakinkan penilaian aktiva tetap.

d.Depreciation, meyakinkan perhitungan penyusutan dalam tahun berjalan. e. Ownership, menentukan kepemilikan aktiva tetap.

f. Disclosure, menentukan pengungkapan informasi atas aktiva tetap. g.Menentukan Laba/Rugi atas penjualan aktiva tetap.

Siklus Fixed Assets biasanya berkaitan dengan siklus perolehan dan pembayaran yang dapat dijelaskan pada gambar berikut:


(5)

BAB XIII PEMERIKSAAN AKTIVA TETAP

! "

# $% #

$ &%'%

( ) "

*

# +%

# # # ,%$

( ) "

-" +%

+ $ ,%$

) " )

( ) "

.

" +%

+ $

% % $ /

( ) "

" )

*0 *0 *0

*0.0.0.0.0 1 )1 )1 )1 ) """" )))) 1111 """"

a. Adanya pemeriksaan fisik secara periodik. b. Adanya kartu-kartu aktiva tetap.

c. Adanya asuransi atas aktiva tetap.

d. Adanya otorisasi dalam hal perolehan maupun disposal aktiva tetap.

e. Adanya dokumen-dokumen pendukung atas perolehan maupun disposal aktiva

tetap.

f. Adanya capital budgeting dalam hal perolehan aktiva tetap. g. Adanya kebijakan aktiva tetap mengenai pengeluaran aktiva tetap.

*0 *0 *0

*020 "20 "20 "20 " 1111 """"

a. Periksa saldo awal aktiva tetap dan bandingkan dengan kertas kerja tahun lalu. b. Periksa mutasi aktiva tetap baik perolehan maupun disposalnya dan telusuri ke

otorisasi, dokumen pendukungnya, perlakuan akuntansinya, dan fisiknya. c. Bandingkan saldo akhir menurut audit dengan saldo akhir buku besarnya.


(6)

BAB XIII PEMERIKSAAN AKTIVA TETAP

d. Periksa saldo awal akumulasi penyusutan aktiva tetap dan bandingkan dengan kertas kerja tahun lalu.

e. Hitung penyusutan aktiva tetap dalam tahun berjalan.

f. Bandingkan saldo akhir akumulasi penyusutan menurut audit dengan saldo akhir buku besarnya.

g. Hitung kemungkinan adanya laba/rugi penjualan atas aktiva tetap. h. Periksa adanya aktiva tetap yang dijadikan jaminan.

i. Periksa kecukupan penutupan asuransi aktiva tetap.

*03 *03 *03

*03 4444 5555 " "" "" "" " 1111 """" 0000 6 77777777777777776 77777777777777776 77777777777777776 7777777777777777

58, $ " , 6 " )

58, $ " , 6 " )

58, $ " , 6 " )

58, $ " , 6 " )

" , 8# " , 8# " , 8#

" , 8# 6 7777777776 777777777777776 7777777776 777777777777777777777777

" )

"" ))

" )

" " "

" ))))

" " " " 77777777777 77777777777 77777777777 77777777777 ) "

)) ""

) " 77777777777 77777777777 77777777777 77777777777 4 ( 4 ( 4 ( 4 ( 0000 7777777777 7777777777 7777777777 7777777777 , # , # , # , # ) ) ) )

( ) "

( )( ) ""

( ) "

) ) ) )

6666 1111 56565656

" 6 " 6 " 6