PENGARUH VARIASI NORMALITAS NaOH DAN KOH PADA AKTIVASI BASA-FISIK ZEOLIT PELET PEREKAT TERHADAP PRESTASI SEPEDA MOTOR BENSIN 4-LANGKAH
PENGARUH VARIASI NORMALITAS NaOH DAN KOH PADA AKTIVASI BASA-FISIK ZEOLIT PELET PEREKAT TERHADAP
PRESTASI SEPEDA MOTOR BENSIN 4-LANGKAH
Oleh:
ARI ANDREW PANE
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Lampung
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2014
(2)
ABSTRAK
PENGARUH VARIASI NORMALITAS NaOH DAN KOH PADA AKTIVASI BASA-FISIK ZEOLIT PELET PEREKAT TERHADAP
PRESTASI SEPEDA MOTOR BENSIN 4-LANGKAH Oleh
ARI ANDREW PANE
Zeolit alam merupakan salah satu alternatif bahan adsorben. Akan tetapi harus diaktivasi terlebih dahulu untuk mendapatkan zeolit dengan kemampuan adsorpsi yang tinggi. Pada Penelitian sebelumnya, penggunaan zeolit perekat teraktivasi basa-fisik NaOH dan KOH dengan variasi normalitas hanya dilakukan pada pengujian prestasi mesin diesel 4-langkah. Nilai konsentrasi aktivator sangat mempengaruhi kemampuan adsorpsi zeolit terhadap nitrogen dan uap air. Semakin besar normalitas aktivator yang digunakan, maka semakin bertambah luas spesifik pori-pori zeolit. Akan tetapi, aktivator yang melebihi normalitas optimalnya dapat pula menyebabkan struktur dasar zeolit berubah sehingga mengakibatkan pengurangan daya adsorpsi uap air.
Dalam penelitian ini ada 2 macam aktivasi, yaitu aktivasi kimia dengan variasi aktivator NaOH dan KOH pada normalitas 0,25N;0,5N;0,75N; dan 1,0N dan aktivasi fisik dengan variasi temperatur 220°C selama 2 jam. Semua dibuat dalam bentuk zeolit pelet perekat dengan diameter 10 mm dan tebal 3 mm. Pengujian dilakukan dengan membandingkan tanpa menggunakan zeolit pelet dan dengan menggunakan zeolit pelet yang telah teraktivasi pada pengujian berjalan, diam, dan pengujian terhadap emisi gas buang. Zeolit pelet perekat tersebut dikemas dalam suatu frame dan diletakkan di dalam saringan udara pada sepeda motor. Dari hasil pengujian dan analisa didapatkan bahwa dengan penggunaan zeolit yang diaktivasi kimia dapat meningkatkan prestasi motor bensin 4-langkah bila dibandingkan tanpa menggunakan zeolit. Pada umumnya, semakin tinggi normalitas dapat mengurangi pemakaian bahan bakar dan emisi gas buang, dan meningkatkan akslerasi. Pada penggunaan KOH, hasil terbaik didapat pada penggunaan normalitas 0,75 N yang dapat menurunkan konsumsi bahan bakar sebesar 24,02 %, gas buang CO sebesar 18,75 %, gas buang HC sebesar 23,33 %, dan meningkatkan akselerasi sebesar 17,77 %. Sedangkan pada aktivator NaOH dengan aktivator 0,75 N penurunan bahan bakar sebesar 23,15 %, penurunan kadar CO sebesar 0 %, penurunan kadar HC sebesar 6,58 % dan meningkatkan akselerasi sebesar 14,77 %.
(3)
Ir. H€rry Wardolo,
M.Sc.NIP
19660822 1995121 001SEPEDA MOTOR BENSIN 4-LANGKAH
Ari
Andrew Pane
0615021046Teknik Mesin
Teknik
MENYETUJUI
1. Komisi PembimbingA. Yudi Eka Risano, S.T., M.Eng.
NIP
19760715 200812 I 0022. Ketua Jurusan
NIP 19690620 20000:t r 00r Nama Mahasiswa
No. Pokok Mahasiswa Jurusan
Fakultas
(4)
1.
Tim PengujiKetua :
Ir.
Herry
Wardono, M.Sc.Seketaris
: A. Yudi Eka Risano, S.T., M.EnPenguji
Bukan Pembimbing : M. Dyan Susila ES., S.T., M.Eng.
Fakultas Teknik Universitas Lampung
arno, M.Sc. 7t7 198703 1 0O2
,,
r
(5)
SKRIPSI
INI
DIBUAT SENDIRI OLEH PENT]LIS DAN BUICA.N HASTL PLAGIAT SEBACAIMANA DIATURDAIAM
PASAL 27 PERATURAN AKADEMIK UNIVERSITAS LAMPL]NG DENGAN SURAT KEPUTUSAN REKTOR No. 3187,+I26|DT /2010.YANG MEIUBUAT PERNYATAAN
ARI ANDREW PANE
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan Penelitian ... 6
C. Batasan Masalah ... 6
D. Sistematika Penulisan ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Motor Bakar ... 9
B. Proses Pembakaran ... 12
C. Saringan Udara ... 14
D. Parameter Prestasi Motor Bensin 4-langkah ... 18
E. Zeolit ... 19
F. Kelebihan Zeolit ... 22
G. Proses Pengaktivasian Zeolit ... 26
(7)
I. Tepung Tapioca ... 34
III.METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian ... 35
B. Persiapan Zeolit ... 40
C. Persiapan Alat dan Bahan ... 40
D. Prosedur Penelitian ... 41
E. Prosedur Pengujian ... 43
F. Lokasi Pengujian ... 49
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil ... 50
B.Pembahasan ... 51
1. Pengujian Berjalan ... 51
2. Pengujian Emisi ... 66
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 75
B. Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 79 LAMPIRAN
(8)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut lembaga Kajian untuk Reformasi Pertambangan, Energi, dan Lingkungan Hidup (ReforMiner Institute) bahwa cadangan minyak bumi Indonesia akan habis 11 tahun lagi. Menurut data lembaga ini, cadangan minyak per tahun 2011 hanya tersisa sekitar 3,74 miliar barel sementara produksi minyak per tahunnya 358,890 juta barel. (www.solopos.com)
Seiring dengan menurunnya persediaan minyak maka membuat harga minyak dunia juga meningkat. Kenaikan harga minyak dunia membuat pemerintah harus mengurangi subsidi untuk menyelamatkan APBN dengan menaikkan harga BBM. Kebijakan itu mendapat penolakan dari berbagai elemen masyarakat di seluruh penjuru nusantara. Pemerintah menghimbau seluruh kalangan masyarakat untuk melakukan penghematan energi khususnya bagi instansi pemerintahan (Lampung Post).
Pada akhirnya BBM fosil akan habis. Penggunaan bahan bakar alternatif memang dapat menjadi solusi, namun bagi sebagian besar pengguna bahan bakar minyak sudah semestinya dapat mengupayakan untuk melakukan
(9)
penghematan energi agar teknologi yang sudah tersedia dapat terus dimanfaatkan. Banyak cara untuk mengatasi krisis energi, diantaranya adalah dengan menggantikan BBM fosil yang kemudian beralih kepada energi alternatif terbarukan dan pemanfaatan zeolit alam. Potensi cadangan bahan tambang zeolit di Provinsi Lampung yang tersebar di Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Way Kanan, mencapai 72 juta ton, dengan sumber daya sekitar 300 juta ton. Selain itu, konsumen zeolit sangat potensial, tapi pasar terkendala karena zeolit kurang dikenal luas. Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P mengatakan bahwa zeolit merupakan mineral masa depan karena memiliki banyak kegunaan di berbagai bidang antara lain pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, kelestarian lingkungan, bahan bangunan, penjernihan air, dan berbagai industri. (Lampung Post).
Salah satu solusi yang dilakukan untuk menghemat bahan bakar, mengurangi polusi udara dan meningkatkan daya mesin adalah dengan memaksimalkan udara yang akan digunakan untuk proses pembakaran. Komponen utama yang diperlukan dalam proses pembakaran adalah udara, bahan bakar, dan panas awal pembakaran. Kondisi udara pembakaran yang masuk ke ruang bakar sangat berpengaruh dalam menghasilkan prestasi mesin yang tinggi. Udara lingkungan yang dihisap masuk untuk proses pembakaran terdiri atas bermacam-macam gas, seperti nitrogen, oksigen, uap air, karbon monoksida, karbon dioksida, dan gas-gas lain. Sementara gas yang dibutuhkan pada proses pembakaran adalah oksigen untuk membakar bahan bakar yang mengandung molekul karbon dan hidrogen (Wardono, 2004).
(10)
Jumlah molekul gas nitrogen dalam udara memiliki jumlah terbesar (78%) dibanding jumlah oksigen (21%), sedang 1% lainnya adalah uap air dan kandungan gas-gas lain (Wikipedia Foundation, 2004). Hal ini jelas akan mengganggu proses pembakaran karena nitrogen dan uap air akan mengambil panas di ruang bakar. Sehingga menyebabkan pembakaran tidak sempurna. Penyaringan udara konvensional tidak dapat menyaring gas-gas pengganggu yang terkandung di dalam udara, namun hanya dapat menyaring partikel-partikel debu ataupun kotoran-kotoran yang tampak oleh mata. Oleh karena itu diperlukan filter udara yang dapat menyaring nitrogen, uap air dan gas-gas lain agar dapat menghasilkan udara pembakaran yang kaya oksigen.
Daya serap yang dihasilkan dari zeolit dapat dimanfaatkan untuk menyaring udara yang masuk ke ruang bakar dan diharapkan dapat mengurangi kadar nitrogen serta unsur-unsur lain yang masuk ke dalam ruang bakar sehingga konsentrasi panas yang ada pada ruang bakar dapat lebih maksimum untuk menguraikan oksigen dan bahan bakar. Keberadaan unsur selain oksigen menggangu proses pembakaran karena panas hasil kompresi juga diambil oleh unsur pengganggu (N2, H2O dll.). Akibatnya, oksigen dan bahan bakar
menerima panas lebih kecil, dengan demikian gas yang dihasilkan (CO2 dan
H2O) juga semakin kecil. (Wardono, 2004)
Menurut Sonic (2011), Pengujian road test (berjalan) dan stasioner (diam) mengunakan zeolit pelet perekat aktivasi basa-fisik maupun granular aktivasi
(11)
basa-fisik secara keseluruhan terjadi penghematan konsumsi bahan bakar di setiap variasi massa. Tapi pada penggunaan konsumsi bahan bakar zeolit pelet perekat aktivasi basa-fisik lebih baik dari zeolit granular. Pada pengujian berjalan (road test) penghematan bahan bakar terbaik sebesar 32,3% dan untuk keadaan diam (stationer) penurunan pemakaian bahan bakar terbaik sebesar 32,03% pada putaran mesin 3500 rpm dan 18,37% pada putaran mesin 5000 rpm.
Pada penelitian Novian (2012), penelitiannya dilakukan dengan memakai aktivator basa yaitu NaOH dan KOH dan zeolit yang telah berbentuk tablet yang dibuatnya tidak menggunakan tepung tapioka sebagai perekat. Penurunan konsumsi bahan bakar terbaik untuk variasi normalitas terjadi pada aktivator NaOH pada normalitas 0,75 N sebesar 0,0195 kg/kWh (10,049%) dan daya engkol yang dihasilkan adalah sebesar 0,0326 kW (4,8089%). Sedangkan pada penelitian Chandra (2012) penggunaan zeolit pelet teraktivasi HCl 0,5 N merupakan aktivator terbaik yang dapat meningkatkan daya engkol sebesar 0,661 kW (2,769 %) dan menurunkan konsumsi bahan bakar spesifik sebesar 0,189 kg/kWh (8,161 %).
Pada penelitian Novian (2012) pelet zeolit yang dibuat tidak menggunakan tepung tapioka sebagai perekat sehingga proses pemanasan pada oven tidak bisa dilakukan pada suhu yang terlalu tinggi dan terlalu lama karena pelet zeolit yang telah dibentuk seperti tablet akan rapuh dan mudah pecah. Jika ini terjadi maka akan sulit untuk melakukan pengujian, disamping itu proses
(12)
pembuatan pelet zeolitnya cukup menyulitkan. Seperti kita ketahui bahwa proses pemanasan dapat menghilangkan kadar air dalam zeolit, menyebabkan proses pemanasan yang lama dan dengan temperatur tinggi membuat zeolit mempunyai daya serap yang lebih tinggi. Sehingga kemampuan zeolit sebagai absorben menjadi kurang efektif ini juga yang menjadi salah satu kelemahan dari penelitian Novian (2006).
Sedangkan pada penelitian Chandra (2012) pelet yang dibuat sudah menggunakan tepung tapioka sebagai perekat sehingga proses pembuatan pelet zeolitnya akan lebih mudah dan menjadikan zeolit menjadi media absorben yang efektif bisa diwujudkan. Tetapi pada penelitian Chandra (2012) zat kimia yang digunakan sebagai aktivator adalah asam sedangkan pada Novian (2012) basa. Hasil penelitian dari Novian (2012) dengan menggunakan basa sebagai aktivator ternyata menunjukkan persentase penghematan konsumsi bahan bakar dan daya engkol yang lebih besar.
Maka, pada penelitian kali ini akan dicoba aktivator yang digunakan adalah basa dengan zeolit menggunakan perekat pada sepeda motor. Karena belum diuji sebelumnya dan untuk mengetahui pengaruh zeolit pada gas emisi pembuangan.
(13)
B.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Melihat pengaruh variasi normalitas zeolit pelet yang teraktivasi basa-fisik dilihat dari prestasi mesin dan emisi gas buang sepeda motor bensin 4-langkah.
2. Mengetahui pengaruh konsentrasi campuran zeolit, NaOH dan KOH, air mineral dan tapioka pada zeolit pelet perekat terhadap emisi gas buang pada sepeda motor bensin 4-langkah 110 cc.
3. Membandingkan pemanfaatan aktifator NaOH dan KOH pada aktivator basa-fisik zeolit pelet perekat terhadap prestasi mesin dan emisi gas buang sepeda motor bensin 4-langkah 110 cc.
C. Batasan Masalah
Batasan masalah diberikan, agar pembahasan dari hasil yang didapatkan lebih terarah. Adapun batasan masalah yang diberikan pada penelitian ini, yaitu :
1. Mesin yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor matic bensin 4 langkah (110cc), kondisi standar pabrik dan telah dilakukan tune-up / servis rutin sebelum pengujian dilakukan.
2. Zeolit yang digunakan adalah zeolit jenis klinoptilolit yang berasal dari Sidomulyo, Lampung Selatan.
(14)
3. Zeolit pelet yang diaktifasi basa-fisik
4. Alat yang digunakan untuk membuat zeolit pelet adalah alat yang masih sederhana yang menggunakan cetakan. Oleh sebab itu, besar tekanan pada saat pembuatan diabaikan.
D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah:
BAB I : PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang, tujuan, batasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan tentang motor bensin langkah, motor diesel 4-langkah, sistem karburator, teori pembakaran, parameter prestasi motor bakar, pengertian zeolit, sifat zeolit, kegunaan zeolit, dan aktivasi basaNaOH dan KOH.
BAB III : METODE PENELITIAN
Berisi Alat dan bahan pengujian, beberapa tahapan persiapan sebelum pengujian, prosedur pengujian dan diagram alir pengujian.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisikan pembahasan dari data-data yang diperoleh pada pengujian motor diesel 4-langkah.
(15)
Berisikan hal-hal yang dapat disimpulkan dan saran-saran yang ingin disampaikan dari penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(16)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Motor Bakar
Motor bakar adalah salah satu bagian dari mesin kalor yang berfungsi untuk mengkonversi energi termal hasil pembakaran bahan bakar menjadi energi mekanis. Motor bakar pada umumnya dibedakan menjadi dua yaitu motor bensin dan motor diesel.
1. Motor bensin
Motor bakar bensin 4-langkah adalah salah satu jenis mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) yang beroperasi menggunakan udara bercampur dengan bensin dan untuk menyelesaikan satu siklusnya diperlukan empat langkah piston dan yang menjadi ciri utama dari motor bensin adalah proses pembakaran bahan bakar yang terjadi di dalam ruang silinder pada volume tetap.
2. Motor Diesel
Motor diesel memiliki ciri utama yaitu pembakaran bahan bakar di dalam silinder berlangsung pada tekanan konstan, dimana gas yang dihisap pada langkah hisap yang merupakan udara murni tersebut berada di dalam silinder pada waktu piston berada di titik mati atas. Bahan bakar yang
(17)
masuk kedalam silinder oleh injector terbakar bersama dengan udara oleh suhu kompresi yang tinggi. Motor bakar diesel dikenal juga sebagai motor penyalaan kompresi (compression Ignition Engines). Berbeda halnya dengan motor bakar bensin yang menggunakan busi untuk dapat melangsungkan proses pembakaran bahan bakar di dalam silinder, pada motor bakar diesel ini proses penyalaan dapat terjadi dengan sendiri (tanpa butuh tambahan energi dari busi). Proses pembakaran dapat terjadi di dalam silinder motor bakar diesel ini karena bahan bakar solar yang dikontakkan dengan udara terkompresi bertemperatur dan bertekanan sangat tinggi di dalam silinder, dimasukkan dengan cara disemprotkan pada tekanan tinggi, sehingga dihasilkan butir-butir bahan bakar yang sangat halus. Akibatnya, panas yang terkandung/diberikan oleh udara terkompresi tadi dapat membakar butir-butir halus bahan bakar ini. Oleh karena itu, pada motor bakar diesel ini tidak dipergunakan busi untuk memantik bahan bakar agar terbakar, seperti halnya pada motor bensin.
Motor Bensin 4-Langkah
Motor bakar bensin 4-langkah adalah salah satu jenis mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) yang beroperasi menggunakan udara bercampur dengan bensin dan untuk menyelesaikan satu siklusnya diperlukan empat langkah piston, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.
(18)
Gambar 1. Siklus motor bakar bensin 4-langkah (wordpress.com, 2013).
Untuk lebih jelasnya proses-proses yang terjadi pada motor bakar bensin 4-langkah dapat dijelaskan melalui siklus ideal dari siklus udara volume konstan seperti ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Diagram P-Vdari siklus ideal motor bakar bensin 4-langkah (Wardono, 2004)
Keterangan mengenai proses-proses pada siklus udara volume konstan dapat dijelaskan sebagai berikut (Wardono, 2004):
(19)
a. Proses 01 : Langkah hisap (Intake)
Pada langkah hisap campuran udara-bahan bakar dari karburator terhisap masuk ke dalam silinder dengan bergeraknya piston ke bawah, dari TMA menuju TMB. Katup hisap pada posisi terbuka, sedang katup buang pada posisi tertutup. Di akhir langkah hisap, katup hisap tertutup secara otomatis. Fluida kerja dianggap sebagai gas ideal dengan kalor spesifik konstan. Proses dianggap berlangsung pada tekanan konstan.
b. 1) Proses 12 : Langkah kompresi (Compression)
Pada langkah kompresi katup hisap dan katup buang dalam keadaan tertutup. Selanjutnya piston bergerak ke atas, dari TMB menuju TMA. Akibatnya campuran udara-bahan bakar terkompresi. Proses kompresi ini menyebabkan terjadinya kenaikan temperatur dan tekanan campuran tersebut, karena volumenya semakin kecil. Campuran udara-bahan bakar terkompresi ini menjadi campuran yang sangat mudah terbakar. Proses kompresi ini dianggap berlangsung secara isentropik.
2) Proses 23 : Langkah pembakaran volume konstan
Pada saat piston hampir mencapai TMA, loncatan nyala api listrik diantara kedua elektroda busi diberikan ke campuran udara-bahan bakar terkompresi sehingga sesaat kemudian campuran udara-bahan bakar ini terbakar. Akibatnya terjadi kenaikan temperatur dan tekanan yang drastis. Kedua katup pada posisi tertutup. Proses ini dianggap sebagai proses pemasukan panas (kalor) pada volume konstan.
(20)
c. Proses 34 : Langkah kerja/ekspansi (Expansion)
Kedua katup masih pada posisi tertutup. Gas pembakaran yang terjadi selanjutnya mampu mendorong piston untuk bergerak kembali dari TMA menuju TMB. Dengan bergeraknya piston menuju TMB, maka volume gas pembakaran di dalam silinder semakin bertambah, akibatnya temperatur dan tekanannya turun. Proses ekspansi ini dianggap berlangsung secara isentropik.
d. 1) Proses 41 : Langkah buang volume konstan (Exhaust)
Saat piston telah mencapai TMB, katup buang telah terbuka secara otomatis sedangkan katup hisap masih pada posisi tertutup. Langkah ini dianggap sebagai langkah pelepasan kalor gas pembakaran yang terjadi pada volume konstan.
2) Proses 10 : Langkah buang tekanan konstan
Selanjutnya piston bergerak kembali dari TMB menuju TMA. Gas pembakaran didesak keluar melalui katup buang (saluran buang) dikarenakan bergeraknya piston menuju TMA. Langkah ini dianggap sebagai langkah pembuangan gas pembakaran pada tekanan konstan.
B. Proses Pembakaran
Pembakaran adalah reaksi kimia antara komponen-komponen bahan bakar (Karbon dan hidrogen) dengan komponen udara (Oksigen) yang berlangsung sangat cepat, yang membutuhkan panas awal untuk menghasilkan panas yang jauh lebih besar sehingga menaikkan suhu dan tekanan gas pembakaran.
(21)
Elemen mampu bakar atau Combustible yang utama adalah hidrogen dan oksigen. Sementara itu, Nitrogen adalah gas lembam dan tidak berpartisipasi dalam proses pembakaran. Selama proses pembakaran, butiran minyak bahan bakar menjadi elemen komponennya, yaitu hidrogen dan karbon, akan bergabung dengan oksigen untuk membentuk air, dan karbon bergabung dengan oksigen menjadi karbon dioksida. Kalau tidak cukup tersedia oksigen, maka sebagian dari karbon, akan bergabung dengan oksigen menjadi karbon monoksida. Akibat terbentuknya karbon monoksida, maka jumlah panas yang dihasilkan hanya 30 persen dari panas yang ditimbulkan oleh pembentukan karbon monoksida sebagaimana ditunjukkan oleh reaksi kimia berikut (Wardono, 2004 dalam Sonic 2011).
reaksi cukup oksigen: CO2 CO2393,5kJ, reaksi kurang oksigen: C 21O2CO110,5 kJ.
Keadaan yang penting untuk pembakaran yang efisien adalah gerakan yang cukup antara bahan bakar dan udara, artinya distribusi bahan bakar dan bercampurnya dengan udara harus bergantung pada gerakan udara yang disebut pusaran. Energi panas yang dilepaskan sebagai hasil proses pembakaran digunakan untuk menghasilkan daya motor bakar tersebut. Reaksi pembakaran dapat diliat di bawah ini :
CxHy + (O2 + 3,773N2) CO2 + H2O +N2 + CO + NOx + HC
Secara lebih detail dapat dijelaskan bahwa proses pembakaran adalah proses oksidasi (penggabungan) antara molekul-molekul oksigen (‘O’) dengan molekul-molekul (partikel-partikel) bahan bakar yaitu karbon (‘C’) dan hidrogen (‘H’) untuk membentuk karbon dioksida (CO2) dan uap air (H2O)
(22)
pada kondisi pembakaran sempurna. Disini proses pembentukan CO2 dan
H2O hanya bisa terjadi apabila panas kompresi atau panas dari pemantik telah
mampu memisah/memutuskan ikatan antar partikel oksigen (O-O) menjadi partikel ‘O’ dan ‘O’, dan juga mampu memutuskan ikatan antar partikel bahan bakar (C-H dan/atau C-C) menjadi partikel ‘C’ dan ‘H’ yang berdiri sendiri. Baru selanjutnya partikel ‘O’ dapat beroksidasi dengan partikel ‘C’ dan ‘H’ untuk membentuk CO2 dan H2O. Jadi dapat disimpulkan bahwa
proses oksidasi atau proses pembakaran antara udara dan bahan bakar tidak pernah akan terjadi apabila ikatan antar partikel oksigen dan ikatan antar partikel bahan bakar tidak diputus terlebih dahulu (Wardono, 2004 dalam Sonic 2011).
C. Saringan Udara (Air Filter)
Air filter atau filter udaraberfungsi untuk menyaring udara sebelum memasuki ruang bakar atau sebelum memasuki karburator (pada motor bensin). Filter udara sangat diperlukan terlebih lagi dalam kondisi yang udaranya banyak mengandung debu dan pasir, misalnya di tempat pekerjaan batu dan pertambangan atau dijalan raya yang padat lalu lintas. Udara perlu disaring agar bebas dari debu, kotoran, atau uap air yang berlebihan. Apabila udara yang masuk ruang bakar masih kotor maka akan terjadi pembakaran yang tidak sempurna dan akibatnya suara mesin terdengar kasar, knalpot akan mengeluarkan asap tebal, dan tenaga kendaraan menjadi kurang maksimal. Selain itu, aliran udara yang memasuki ruang bakar akan mempengaruhi
(23)
homogenitas pencampuran udara dan bahan bakar di dalam ruang bakar yang akan mempengaruhi kinerja pembakaran. (Alfianto, 2006 dalam Hartono, 2008). Dengan demikian saringan udara (filter) hanya berguna untuk menangkap partikel-partikel kasar seperti debu dan kotoran. Akan tetapi gas-gas yang terkandung di dalam udara seperti nitrogen, oksigen, uap air, dan gas-gas lainnya yang berukuran nanometer(109m)masih dapat lolos dari filter tersebut.
Adapun jenis-jenis dari filter (saringan udara) ini ialah:
1. Filter Kertas (kering)
Disebut tipe kertas karena element saringannya terbuat dari kertas, untuk beberapa saringan tipe kertas perawatannya bisa dilakukan dengan mencucinya dengan air.
Gambar 3. Saringan udara tipe kertas (www.oto-kita.blogspot.com)
Belakangan ini untuk tipe tertentu saringan udara menggunakan tipe axial flow seperti diperlihatkan gambar dibawah. Tipe ini memungkinkan bentuk saringan lebih kompak dan ringan.
(24)
Gambar 4. Saringan udara tipe kertas axial flow (www.oto-kita.blogspot.com)
2. Pre-air cleaner
Pre-Air cleaner adalah sejenis saringan udara pusaran, ini memanfaatkan gaya sentrifugal dari kotoran untuk dipisahkan dengan udara dan ditampung dalam dust trap. Tipe ini cenderung sedikit memerlukan penggantian elemen, akan tetapi untuk kualitas penyaringan terhadap kotoran halus cenderung kurang.
Gambar 5. Saringan udara tipe pre-air cleaner (www.oto-kita.blogspot.com)
(25)
3. Tipe oil bath
Tipe ini selain menggunakan saringan yang terbuat dari baja wol, juga memanfaatkan oli untuk menambah proses penyaringan. Oli digunakan untuk merendam partikel kotoran yang lebih kasar semisal pasir, sedangkan partikel kotoran yang lebih halus selanjutnya disaring oleh elemen baja wol.
Gambar 6. Saringan udara tipe oil bath (www.oto-kita.blogspot.com)
4. Saringan udara tipe siklon
Untuk tipe siklon elemen saringannya terbuat dari kertas dan didesain dengan sirip-sirip agar udara yang masuk bisa membentuk pusaran sehingga pertikel-partikel besar bisa dipisahkan dengan gaya sentrifugal dari pusaran tersebut, selanjutnya partikel kasar tersebut ditampung dalam kotak saringan. Selanjutnya partikel yang lebih kecil disaring oleh elemen kertas tersebut. (http://oto-kita.blogspot.com/2011/01/saringan-udara.html)
(26)
Gambar 7. Saringan udara tipe cyclone (www.oto-kita.blogspot.com)
D.Parameter Prestasi Motor Bensin 4-Langkah
Prestasi mesin biasanya dinyatakan dengan efisiensi thermal, th. Karena
pada motor bakar 4 langkah selalu berhubungan dengan pemanfaatan energi kalor, maka efisiensi yang dikaji adalah efisiensi thermal. Efisiensi thermal adalah perbandingan energi daya yang berguna dengan energi yang diberikan. Prestasi mesin dapat juga dinyatakan dengan daya output dan pemakaian bahan bakar spesifik engkol yang dihasilkan mesin. Daya output engkol menunjukan daya output yang berguna untuk menggerakan sesuatu atau beban. Sedangkan pemakaian bahan bakar spesifik engkol menunjukan seberapa efisien suatu mesin menggunakan bahan bakar yang disuplai untuk menghasilkan kerja. Prestasi mesin sangat erat hubungannya dengan parameter operasi, besar kecilnya harga parameter operasi akan menentukan tinggi rendahnya prestasi mesin yang dihasilkan [Wardono, 2004].
Untuk mengukur prestasi kendaraan bermotor bensin 4-langkah dalam aplikasinya diperlukan parameter sebagai berikut :
(27)
1. Konsumsi bahan bakar, semakin sedikit konsumsi bahan bakar kendaraan bermotor bensin 4-langkah, maka semakin tinggi prestasinya.
2. Akselerasi, semakin tinggi tingkat akselerasi kendaraan bermotor bensin 4-langkah maka prestasinya semakin meningkat.
3. Waktu tempuh, semakin singkat waktu tempuh yang diperlukan pada kendaraan bermotor bensin 4-langkah untuk mencapai jarak tertentu, maka semakin tinggi prestasinya.
4. Putaran mesin, putaran mesin pada kondisi idle dapat menggambarkan normal atau tidaknya kondisi mesin. Perbedaan putaran mesin juga menggambarkan besarnya torsi yang dihasilkan.
5. Emisi gas bung, motor dalam kondisi statis bisa dilihat emisi gas buangnya pada rpm rendah dan tinggi.
E. Zeolit
Zeolit ditemukan pertama kali oleh Cronstedt pada tahun 1756 di Swedia. Zeolit (Zeinlithos) atau berarti juga batuan mendidih. Zeolit merupakan mineral hasil tambang yang bersifat lunak dan mudah kering. Warna dari zeolit adalah putih keabu-abuan, putih kehijau-hijauan, atau putih kekuning-kuningan. Zeolit terbentuk dari abu vulkanik yang telah mengendap jutaan tahun silam. Sifat-sifat mineral zeolit sangat bervariasi tergantung dari jenis dan kadar mineral zeolit.
Zeolit merupakan sekelompok mineral aluminosilikat terhidrasi dari alkalin,terutama Natrium (Na),Kalium (K),Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg). Hingga saat ini,telah ditemukan paling tidak 50 tipe zeolit alam dan
(28)
150 tipe zeolit sintetik. Zeolit memiliki kemampuan sebagai absorben,katalis dan penukar kation (Wikipedia Indonesia,2008). Zeolit terbentuk dari unit-unit tetrahedra AlO4 dan SiO4 yang merupakan kerangka dasar struktur zeolit
dengan atom silikon dan aluminium sebagai pusatnya. Masing-masing tetrahedra ini dihubungkan oleh ion-ion oksigen membentuk jaringan tetrahedra tiga dimensi.
Rumus kimia zeolit secara empiris ditunjukkan sebagai berikut (Bekkum, 1991 dalam Gunaryo 2010) :
Mx/n.[(AlO2)x.(SiO2)y].wH2O,
dimana notasi M adalah kation logam alkali atau alkali tanah, x, y, dan w adalah bilangan-bilangan tertentu sedangkan n adalah muatan dari ion logam. Dari rumus zeolit diatas dapat dilihat adanya tiga komponen yang merupakan bagian dari zeolit, yaitu:
kerangka aluminosilikat . [(AlO2)x.(SiO2)y] Logam Alkali (Mx/n) (Be,Mg,Ca,Sr,Ba,Ra) Air (wH2O)
Mineral zeolit yang paling umum ditemui adalah klinoptiloit, yang mempunyai komposisi kimia (Na3K3)(Al6Si30O72).24H2O. Ion Na+ dan K+
merupakan kation yang dapat dipertukarkan, sedangkan atom Al dan Si merupakan struktur kation dan oksigen yang akan membentuk struktur tetrahedron pada zeolit (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tekonologi Mineral dan Batubara, 2005). Karakterisasi dengan difraksi sinar-X
(29)
menunjukkan bahwa jenis zeolit sidomulyo (Lampung) adalah klinoptilolit dengan komposisi kimia adalah 76,95 % SiO2, 8,9 % Al2O3, 0,12% Fe2O3,
1,5 % CaO, 1,21 % MgO, 1,88 % K2O, 2,02 % Na2O (Hendri, J. 2000).
Molekul-molekul air yang terdapat dalam zeolit merupakan molekul yang mudah lepas. Akibat dari pemakaian oksigen secara bersama-sama oleh ion Al dan ion Si, maka struktur kimia yang terbentuk dari ikatan AlO2 dan SiO2
menjadi saling terikat satu sama lain.
Bentuk zeolit secara umum dapat dilihat pada gambar 8
Gambar 8. Struktur Bangun Ruang Zeolit Klinoptilolit (ZeoponiX, Inc. and Boulder Innovative Technologies, Inc. 2000)
Mineral ini merupakan kelompok alumino silikat terhidrasi dengan unsur utama terdiri dari kation, alkali dan alkali tanah, berstruktur tiga dimensi serta mempunyai pori-pori yang dapat diisi oleh molekul air. Kandungan air yang terperangkap dalam rongga zeolit biasanya berkisar 10-50 %. Bila terhidrasi kation-kation yang berada dalam rongga tersebut akan terselubungi molekul air, molekul air ini sifatnya labil atau mudah terlepas. Sifat umum zeolit antara lain mempunyai susunan kristal yang agak lunak, berat jenis 2-2,4, berwarna kebiruan-kehijauan, putih dan coklat. Bentuk batuan zeolit alam dapat dilihat pada Gambar 9 berikut ini :
(30)
Gambar 9. Zeolit (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tekonologi Mineral dan Batubara. 2005
F. Kelebihan Zeolit
Zeolit banyak digunakan sebagai pengering, katalis, melunakkan air dan adsorben (Ribeiro, 1984). Zeolit juga banyak digunakan sebagai bahan baku water treatment, pembersih limbah cair dan rumah tangga, untuk industri pertanian, peternakan, perikanan, industri kosmetik dll (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tekonologi Mineral dan Batubara. 2005).
Zeolit dengan bentuknya yang menyerupai sarang lebah yang berongga mempunyai kemampuan dalam mengadsorbsi, dimana zeolit dapat digunakan untuk menyerap bermacam material. Dalam hal ini zeolit digunakan untuk menyerap N2 dan H2O. Zeolit dalam mengadsorbsi molekul yang diserapnya
didasarkan 2 hal, yaitu : ukuran molekul dan selektifitas permukaan (Sifat dari molekul yang diadsorbsi).
a) Ukuran molekul.
Berdasarkan ukuran molekul artinya apabila ukuran molekul adsorbat lebih besar dari ukuran pori zeolit maka molekul adsorbat tersebut tidak
(31)
bisa melewati pori zeolit. Zeolit jenis klinoptilolit memiliki ukuran diameter pori 4 A0 sedangkan dalam udara N2 yang berbentuk elips
memiliki panjang sumbu mayor 4,1 A0 dan sumbu minor 3 A0. O2 yang
juga berbentuk elips memiliki panjang sumbu mayor 3,9 A0 dan minor 2,8 A0 sehingga N2 yang berdiameter mayor akan terikat dan tidak dapat
melewati pori zeolit sedangkan N2 yang berdiameter minor dan O2 dengan
mudah melewati pori zeolit (Bekkum, dalam Gunaryo 2010).
b) Selektifitas permukaan
Selektifitas permukaan artinya sifat dari molekul gas seperti gas N2 yang
mempunyai 4 kutub (quadropole) lebih mudah ditangkap oleh zeolit dibandingkan gas O2 yang mempunyai 2 kutub. Kristal zeolit yang telah
didehidrasi merupakan adsorben yang selektif dan mempunyai efektifitas adsorbsi yang tinggi, yaitu dapat memisahkan molekul-molekul berdasarkan ukuran dan konfigurasi molekul, dan merupakan adsorben yang selektif terhadap molekul yang polar (Bekkum, 1991 dalam Gunaryo 2010).
Penyaringan molekul dapat dilustrasikan seperti terlihat pada Gambar 10.
(a). Berdasarkan perbedaan ukuran (b). Sifat zeolit yang selektif terhadap molekul polar molekul
(32)
Disamping zeolit mempunyai kelebihan pada sifatnya, zeolit ini dapat dimodifikasi dan dapat digunakan berkali-kali. Dalam hal modifikasi, zeolit dapat juga dibuat sesuai kebutuhan baik dari segi ukuran maupun kegunaannya. Dari ukurannya zeolit dapat dibuat bentuk serbuk sampai bentuk padat lainnya sesuai keinginan dan kebutuhan.
Zeolit mempunyai sifat-sifat kimia, diantaranya:
1. Dehidrasi
Sifat dehidrasi zeolit berpengaruh terhadap sifat jerapannya. Keunikan zeolit terletak pada struktur porinya yang spesifik. Pada zeolit alam didalam pori-porinya terdapat kation-kation atau molekul air. Bila kation-kation atau molekul air tersebut dikeluarkan dari dalam pori dengan suatu perlakuan tertentu maka zeolit akan meninggalkan pori yang kosong (Barrer, 1982).
2. Penyerapan
Dalam keadaan normal ruang hampa dalam kristal zeolit terisi oleh molekul air yang berada disekitar kation. Bila zeolit dipanaskan maka air tersebut akan keluar. Zeolit yang telah dipanaskan dapat berfungsi sebagai penjerap gas atau cairan (Khairinal, 2000).
3. Penukar Ion
Ion-ion pada rongga berguna untuk menjaga kenetralan zeolit. Ion-ion ini dapat bergerak bebas sehingga pertukaran ion yang terjadi tergantung dari
(33)
ukuran dan muatan maupun jenis zeolitnya. Sifat sebagai penukar ion dari zeolit antara lain tergantung dari sifat kation, suhu, dan jenis anion (Bambang, 1995).
4. Katalis
Zeolit sebagai katalis hanya mempengaruhi laju reaksi tanpa mempengaruhi kesetimbangan reaksi karena mampu menaikkan perbedaan lintasan molekular dari reaksi. Katalis berpori dengan pori-pori sangat kecil akan memuat molekul-molekul kecil tetapi mencegah molekul besar masuk. Selektivitas molekuler seperti ini disebut molecular sieve yang terdapat dalam substansi zeolit alam (Bambang, 1995).
5. Penyaring / pemisah
Zeolit sebagai penyaring molekul maupun pemisah didasarkan atas perbedaan bentuk, ukuran, dan polaritas molekul yang disaring. Sifat ini disebabkan zeolit mempunyai ruang hampa yang cukup besar. Molekul yang berukuran lebih kecil dari ruang hampa dapat melintas sedangkan yang berukuran lebih besar dari ruang hampa akan ditahan (Bambang, 1995).
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa zeolit alam mampu dimanfatkan sebagai adsorben limbah pencemar dari beberapa industri. Zeolit mampu menjerap berbagai macam logam, antara lain Ni, Np, Pb, U, Zn, Ba, Ca, Mg, Sr, Cd, Cu dan Hg (Kosmulski, 2001).
(34)
G. Proses Pengaktifasian Zeolit
Dalam keadaan normal maka ruang hampa dalam Kristal zeolit terisi oleh molekul air bebas yang membentuk bulatan di sekitar kation. Bila Kristal tersebut dipanaskan selama beberapa jam, biasanya pada temperature 250-9000C, maka kristal zeolit yang bersangkutan berfungsi menyerap gas atau cairan. Daya serap zeolit tergantung dari jumlah ruang hampa dan luas permukaan. Beberapa jenis mineral zeolit mampu menyerap gas sebanyak 30% dari beratnya dalam keadaan kering. Pengeringan zeolit biasanya dilakukan dalam ruang hampa dengan menggunakan gas atau udara kering nitrogen atau metana dengan maksud mengurangi tekanan uap air terhadap zeolit itu sendiri. Keuntungan lain dari penggunaan mineral zeolit sebagai bahan penyaring adalah pemilahan molekul zat yang terserap, disamping penyerapan berdasarkan ukuran garis tengah molekul ruang hampa. Apabila ada dua molekul atau lebih yang dapat melintas, tetapi karena adanya pengaruh kutub atau hubungan antara molekul zeolit itu sendiri dengan molekul zat yang diserap, maka hanya sebuah saja yang diloloskan sedang yang lain ditahan atau ditolak. Molekul yang berkutub lebih atau tidak jenuh akan lebih diterima daripada yang tidak berkutub atau yang jenuh. (Dwi Karsa Agung Rakhmatullah, dkk, 2007)
(35)
Proses aktivasi zeolit alam dapat dikelompokkan dalam 3 cara, yaitu:
1. Aktivasi fisik
Aktivasi fisik yaitu melakukan proses pemanasan zeolit alam dilakukan secara kontak langsung (dengan udara panas) maupun secara tidak kontak langsung (sistem vakum atau exhauster). Pemanasan ini bertujuan untuk menguapkan air yang terperangkap dalam pori-pori kristal zeolit sehingga jumlah pori-pori dan luas permukaannya spesifiknya bertambah. Pengaktivasian zeolit alam secara fisik dilakukan dengan pemanasan. Proses pemanasan zeolit alam dilakukan pada suhu 200-400 0C dan waktu pemanasan dalam sistem vakum 2-3 jam,sedangkan jika diruang terbuka sekitar 5-6 jam. (Suyartono dan Husaini,1992 dalam Satwika 2010). Pada penelitiaan Mahdi (2010), kemampuan zeolit aktivasi fisik dalam meningkatkan kinerja motor diesel telah dibuktikan melalui penelitian ini. Hasil pengujian menunjukkan bahwa peningkatan temperatur aktivasi memberikan peningkatan kinerja motor diesel ini, Peningkatan daya engkol terbaik diperoleh sebesar 0,215 kW (12,088 %)
Penurunan konsumsi bahan bakar spesifik terbaik terjadi dengan menggunakan zeolit diameter 0,7 mm, berat 200 gram, temperatur aktivasi 325 °C, waktu pemanasan 2 jam dan putaran 1100 rpm yaitu sebesar 0,0123 kg/kWh (9,729 %).
(36)
2. Aktivasi kimia
Aktivasi kimia adalah pengaktifasian dengan menggunakan bahan-bahan kimia, baik berupa asam ataupun basa. Fungsi asam atau basa adalah untuk mencuci kation-kation yang mengotori permukaan zeolit. Bahan kimia yang dapat digunakan untuk proses aktivasi zeolit alam adalah larutan asam(H2SO4, HCl dan HNO3) dan larutan basa (NaOH dan KOH) (Humam,
1996 dan Husaini, 1992 dalam Satwika 2010). Tujuan aktivasi secara kimia adalah membersihkan permukaan pori, melarutkan oksida-oksida pengotor termasuk silika dan aluminium bebas serta mengatur kembali letak atom serta melarutkan beberapa logam alkali dan alkali tanahsehingga dapat terbentuk zeolit-H+ atau zeolit-Na+ (Satwika 2010 dalam Sonic 2011).
Proses pertukaran kation pada aktivasi kimia dapat ditunjukkan sebagai berikut :
Zeolit-Mn + H2SO4 Zeolit-H+ + MnSO4
Zeolit-Mn + NaOH Zeolit-Na+
+ MnOH
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Puad (2001), zeolit alam Lampung yang telah diaktivasi dengan larutan basa NaOH (zeolit-NaOH) memiliki kemampuan adsorpsi yang lebih besar dibandingkan dengan zeolit alam yang tidak diaktivasi. Hal ini terlihat dari luas permukaan zeolit-NaOH (36,2460 x 10-3 m2/gr) yang lebih besar dari zeolit alam (28,5343 x 10-3 m2/gr). zeolit dapat meng-exclude (menahan) semua hidrokarbon, N2, dan
(37)
penyerap karena adanya kation-kation di sekitar rongga zeolit, sehingga zeolit dapat menyerap molekul yang berbeda muatan. (Yang, 2003 dalam Marlene 2011).
Ukuran rongga atau pori dalam zeolit dapat diatur sesuai kebutuhan.Besarnya pori bergantung pada jenis ion yang terdapat di dalam zeolit. Ion kalium (K+) memiliki jari-jari ion yang paling besar jika dibandingkan dengan ion Na+,Mg2+, dan Ca2+. (Achmad, 2001). Besarnya jari-jari ion kalium menyebabkan pori zeolit semakin kecil, sehingga proses penyaringan menjadi lebih selektif. Pembuatan pengaktivasian zeolit didasarkan pada prinsip pertukaran ion. Zeolit diaktivasi dahulu dengan cara direndam didalam larutan basa, misalnya KOH. (Husaini, Marlene, 2011).
Selama proses perendaman terjadi proses pertukaran ion didalam zeolit. Ion K+ yang berasal dari larutan KOH akan mendorong ion-ion lain yang terdapat didalam zeolit. Hal ini disebabkan karena perbedaan selektifitas ion dalam zeolit yang disajikan dalam tabel 1.
Tabel 1. Urutan selektifitas pertukaran kation pada berbagai zeolit (Pramono, 2004)
Jenis Zeolit Urutan Selektifitas Peneliti Analsim K<Li<Na<Ag Barrer (1950) Khabasit Li<Na<K<Cs Sherry (1969) Klinoptilolit Mg<Ca<Na<NH4<K Ames (1961)
(38)
Heulandit Ca<Ba<Sr<Li<Na<Rb<K Filizova (1974) Mordenit Li<Na<Rb<K<Cs Ames (1961)
Tabel 2. Properti larutan basa NaOH dan KOH (Sumber: wikipedia Indonesia, 2012)
NaOH KOH
Massa molar 56.1056 g/mol Massa molar 56.1056 g/mol Penampilan zat padat putih Penampilan zat padat putih
Densitas 2.044 g/cm3 Densitas 2.044 g/cm3
Titik lebur 406 °C, (679 K) Titik lebur 406 °C, (679 K) Titik didih 1327 °C,
(1600 K)
Titik didih 1327 °C, (1600 K) Kelarutan dalam
air
97 g/100 mL (0 °C)
121 g/100 mL (25 °C)
178 g/100 mL (100 °C)
Kelarutan dalam air
97 g/100 mL (0 °C)
121 g/100 mL (25 °C)
178 g/100 mL (100 °C)
(pKb) 13.5 (0.1 M) (pKb) 13.5 (0.1 M)
Tabel 3. Sifat atom Na da K
Atom Na Atom K
Bilangan oksidasi +1, -1 (oksida basa kuat)
Bilangan oksidasi 1 (oksida basa kuat)
Elektronegativitas 0.93 (skala Pauling)
Elektronegativitas 0,82 (skala Pauling) Energi ionisasi (lebih lanjut) pertama: 495.8 kJ·mol−1 Energi ionisasi (lebih lanjut) pertama: 418.8 kJ·mol−1
(39)
ke-2: 4562 kJ·mol−1 ke-3: 6910.3 kJ·mol−1
ke-2: 3052 kJ·mol−1 ke-3: 4420 kJ·mol−1
Jari-jari atom 186pm Jari-jari atom 227pm
Jari-jari kovalen 166±9 pm Jari-jari kovalen 203±12 pm Jari-jari van der
Waals
227 pm Jari-jari van der Waals
275275 pm
(sumber: wikipedia Indonesia, 2012)
3. Aktivasi gabungan
Aktivasi gabungan adalah pengaktivasian zeolit alam secara kimia dan fisik. Setelah di aktivasi secara kimia kemudian zeolit dilanjutkan dengan aktivasi fisik, dimana suhu optimum untuk pemanasan pada aktivasi gabungan adalah 225ºC selama 2 jam pada sistem vakum (Hendri, 2000 dalam Gunaryo Octo 2010). Bahan kimia yang dapat digunakan untuk proses aktivasi zeolit alam adalah larutan asam (H2SO4, HCl dan HNO3)
dan larutan basa (NaOH dan KOH). (Humam 1996 dan Husaini 1992 dalam Sonic 2011). Pada penelitian zeolit dengan aktivasi gabungan dapat meningkatkan daya engkol terbaik sebesar 0,144 kW (4,03%), menurunkan konsumsi bahan bakar spesifik terbaik yaitu sebesar 0,012 kg/kWh ( 8,92 %) pada pengujian laboratorium dengan menggunakan mesin diesel 4-langkah (Indrawan, 2007) dan menurut penelitian Nohan (2010), pada penggunaan zeolit pellet tekan 2,3 gr yang diaktivasi NaOH-fisik, peningkatan daya engkol pada mesin motor diesel 4-langkah terbaik diperoleh pada putaran 2500 rpm, yakni 11,064 %. Penurunan konsumsi
(40)
bahan bakar spesifik terbaik terjadi pada putaran 3000 rpm, yakni 11,194%.
Zeolit memiliki stabilitas termal yang tinggi, untuk zeolit alam lampung yaitu sampai 400 ºC, kerangka zeolit tidak berubah walaupun penggunaan zeolit tidak dilakukan pada lingkungan yang bersifat asam dan bersuhu tinggi. (Hendri, J. 2000 dalam Gunaryo Octo 2010). Selain itu zeolit memiliki afinitas terhadap molekul-molekul baik polar maupun non polar. Zeolit dapat digunakan berulang-ulang dengan cara pemanasan untuk memindahkan material yang dijerapnya atau diletakkan pada aliran udara bertekanan untuk memindahkan material yang ditangkapnya.
Aktivasi secara kimia dilakukan dengan larutan asam (H2SO4) atau basa
(NaOH) dengan tujuan untuk membersihkan permukaan pori, membuang senyawa pengotor, dan mengatur kembali letak atom yang dapat dipertukarkan. Pereaksi kimia ditambahkan pada zeolit yang telah disusun dalam suatu tangki dan diaduk selama jangka waktu tertentu. Zeolit kemudian dicuci dengan air sampai netral dan selanjutnya dikeringkan. Permukaan yang luas ini tersusun oleh banyaknya pori halus pada padatan tersebut. Di samping luas spesifik dan diameter pori, distribusi ukuran partikel, maupun kekerasannya merupakan sifat karakterisik yang penting dari suatu adsorben. Tergantung pada tujuan penggunaannya, adsorben dapat berupa granular (biasanya untuk menyerap gas) atau serbuk (biasanya untuk adsorpsi campuran cair). (Bernasconi, 1995).
(41)
Kondisi optimum pengaktifan zeolit dengan larutan asam adalah dengan menggunakan larutan H2SO4 0,2 N dengan lama pengadukan 45 menit
yang dapat meningkatkan luas permukaan zeolit dari 38,11 m2/g menjadi 53,23m2/g serta juga meningkatkan daya adsorbsi zeolit dari 82,07 ppm menjadi 90,22 ppm (Humam, 1996). Bila larutan H2SO4 makin pekat dan
perendaman makin lama, maka dapat menyebabkan dealuminasi yaitu terlepasnya sejumlah Al dalam kerangka zeolit (Al framework) menjadi aluminium di luar kerangka (Al non framework) zeolit. Hal itu disebabkan larutan asam H2SO4 dapat bereaksi dengan aluminium sehingga
Aluminium dalam zeolit dapat terekstrak oleh adanya perendaman dalam H2SO4.
Dari beberapa hal tersebut, kualitas pembakaran di dalam ruang bakar dapat lebih diperbaiki dengan memanfaatkan zeolit yang telah diaktivasi. Salah satu penerapan secara langsung adalah dengan meletakkan zeolit yang telah diaktivasi tersebut di dalam sistem penyaringan udara pada suatu kendaraaan bermotor. (Budi, 2008)
H.Normalitas
Normalitas yang bernotasi (N) merupakan satuan konsentrasi yang sudah memperhitungkan kation atau anion yang dikandung sebuah larutan. Normalitas didefinisikan banyaknya zat dalam gram ekivalen dalam satu liter larutan. Secara sederhana gram ekivalen adalah jumlah gram zat untuk mendapat satu muatan. ( http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/larutan/normalitas/)
(42)
I. Tepung Tapioka
Salah satu jenis tanaman pangan yang sudah lama dikenal dan banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia adalah ubi kayu (Manihot Esculenta Crantz). Potensi nilai ekonomis dan sosial ubi kayu merupakan bahan pangan yang berdaya guna,bahan baku berbagai industri, dan pakan ternak.(Setyadi, 1987 dalam Gunaryo 2010) dan mendefinisikan tepung tapioka sebagai hasil ekstraksi ubi kayu yang telah mengalami pencucian secara sempurna serta dilanjutkan dengan pengeringan dan penggilingan. Komponen utama tepung tapioka adalah pati, merupakan senyawa yang tidak mempunyai rasa dan bau. (Malau, 2001)
Bila pati dimasukkan dalam air panas maka molekul-molekul rantai panjang akan terurai dan campuran pati atau air akan menjadi kental (Gaman dan Sherringtom, 1994 dalam Gunaryo 2010). Bila energi kinetik molekul-molekul air menjadi lebih kuat dari daya tarik menarik antar molekul-molekul pati dalam granula, air dapat masuk dalam butir-butir pati. Hal ini akan menyebabkan pembengkakan granula yang dikenal dengan istilah gelatinisasi (Winarno, 1997).
Mc Ready (1970) dalam menyatakan bahwa mekanisme gelatinisasi terjadi pada suhu 60 – 850 C yang mana pada temperatur inilah pati mengembang dan mengental dengan cepat dan pada saat itu tepung tapioka (pati) memiliki daya rekat yang cukup tinggi.
(43)
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Alat dan Bahan Pengujian
1. Spesifikasi sepeda motor bensin 4-langkah 110 cc
Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah sepeda motor bensin 4-langkah 110 cc, dengan merk Honda Spacy STD. Adapun spesifikasi mesin uji yang digunakan adalah sebagai berikut.
Merk dan tipe : Honda Spacy STD
Tipe mesin : 4 langkah, SOHC
Sistem pendingin : Pendingin udara dengan kipas
Jumlah silinder : 1 (satu)
Diameter silinder : 50,0 mm
Langkah piston : 55,0 mm
Kapasitas silinder : 108 cc Perbandingan kompresi : 9,2 : 1
Daya maksimum : 8,54 PS / 8000 rpm Torsi maksimum : 0,82 Kgf.m / 6000 rpm
Gigi transmisi : Otomatis, V-matic
Aki : 12 V - 3 A.h
Kapasitas tangki bahan bakar : 5,0 liter
(44)
Gambar 11. Honda Spacy 2. Alat yang digunakan
Berikut adalah alat-alat yang digunakan selama penelitian beserta keterangannya:
a. Stopwatch
Stopwatch digunakan untuk mengukur waktu pada saat pengujian. b. Gelas ukur 100 ml
Gelas ukur 100 ml digunakan untuk mengukur volume bahan bakar. Dan untuk mengukur jumlah air yang digunakan dalam menentukan normalitas.
(45)
c. Tachometer
Tachometer yang dipakai dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui putaran mesin (rpm).
Gambar 13. Tachometer d. Mixer
Mixer digunakan untuk mengaduk campuran zeolit, aquades pada proses pembuatan zeolit cetak.
e. Cetakan
Sebagai alat untuk mencetak hasil campuran zeolit, aquades yang sebelumnya diaduk dalam mixer.
f. Perangkat analog
Dalam penelitian ini, Speedometer, odometer, sudah berada dalam satu unit panel analog motor pada dashboard. Speedometer dengan ketelitian 10 km / jam, odometer dengan ketelitian 100 m.
Gambar 14. Perangkat analog
(46)
g. Tangki bahan bakar buatan 200 ml
Digunakan sebagai wadah bahan bakar ketika proses pengambilan data. Sehingga tidak menggunakan tangki bahan bakar motor agar lebih mudah dalam proses pengukuran konsumsi bahan bakar.
Gambar 15. Tangki bahan bakar buatan 200 ml h. Oven
Digunakan untuk mengeringkan zeolit yang telah diaktivasi kimia dan digunakan untuk aktivasi fisik.
i. Kompor
Digunakan pada saat pemasakan tapioka dengan aqudes. j. Timbangan Digital
Timbangan digital digunakan untuk mengukur berat zeolit sebelum dilakukan pencampuran dalam pembuatan zeolit pelet.
k. Kemasan zeolit
Zeolit pelet dikemas dengan menggunakan kawat stimin yang besarnya disesuaikan dengan ruangan pada rumah saringan udara. Kemudian untuk zeolit granular menggunakan kain setelah dijahit kemudian di kemas menggunakan kawat stimin.
(47)
3. Bahan utama Zeolit alami
Zeolit alami yang digunakan untuk pengujian dalam penelitian ini adalah jenis klinoptilolit, dengan komposisi kimia 64,37 % SiO2,
10,93 % Al2O3, 1,29 % Fe2O3, 0,16 % TiO2, 18,61 % L.O.I, 1,31 %
CaO, 0,68 % MgO, 1,54 % K2O, 0,75 % Na2O. (sumber: CV.
MINATAMA). Air mineral
Air ini dipakai untuk mencampur zeolit pada proses pengaktifasian. Dan pada zeolit yang telah diaktivasi bertujuan untuk menetralkan kembali zeolit agar pHnya menjadi seimbang (pH 7).
Air Aquades
Air ini dipakai pada proses pencampuran zeolit yang telah ditumbuk dan tepung tapioka untuk pembuatan tablet zeolit.
Larutan basa (NaOH dan KOH)
Larutan NaOH dan KOH ini digunakan untuk mengaktivasi zeolit secara kimia pada persiapan bahan. Setiap 1 gram zeolit diaktivasi dengan 1 ml larutan NaOH (1 : 1)
Tepung Tapioka
Tepung tapioka berfungsi sebagai perekat untuk pembuatan tablet zeolit. Tepung tapioka yang digunakan adalah tepung tapioka yang dijual di pasaran Bandar Lampung.
(48)
B. Persiapan Zeolit
Pada penelitian ini menggunakan 2 variabel larutan basa (NaOH dan KOH) dengan konsentrasi untuk masing-masing larutan 0,25, 0,5, 0,75N dan 1N. Dan menggunakan 3 variasi berat zeolit yang diletakkan pada saringan udara yaitu (35 gram, 40 gram, 45 gram).
C. Persiapan Alat dan Bahan
Berikut ini adalah langkah-langkah pengaktivasian Kimia-Fisik :
1. Mempersiapkan zeolit, larutan NaOH, aquades, timbangan digital, gelas ukur, mixer, kain saringan.
2. Apabila pengaktivasian menggunakan zeolit dengan berat 500 gr maka siapkan larutan NaOH sebanyak 500 mL.
3. Mencampur larutan NaOH, aquades, dan zeolit dengan menghitung terlebih dahulu berat NaOH yang akan digunakan.dengan menggunakan rumus:
Berat NaOH (gr) = � � ( �)
ℎ � (Munandar,
2013)
Setelah mendapatkan berat NaOH yang akan dicampur maka masukkan NaOH tersebut ke dalam gelas ukur yang telah terisi air sebanyak 400 mL, kemudian aduk dan tambahkan air secara perlahan hingga mencapai 500 mL.
4. Campurkan larutan NaOH dengan zeolit yang telah disediakan dan aduk hingga merata dengan mixer selama 2 jam.
(49)
D. Prosedur Penelitian
Setelah selesai diaktivasi maka dilakukan pencucian zeolit yang bertujuan untuk menetralkan nilai pH dan menghilangkan kotoran yang menempel dengan menggunakan air mineral. Setelah pH didapatkan, maka zeolit tersebut dikeringkan menggunakan panas matahari selam 3 jam. Dan kemudian dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 1000C selama 1 jam. Setelah kering maka zeolit tersebut ditumbuk menjadi serbuk dan disaring untuk mendapatkan ukuran 100 mesh yang bertujuan untuk mempermudah proses pembuatan tablet. Serbuk zeolit tersebut kemudian dicampur dengan air mineral dan tepung tapioka dengan perbandingan 74gr zeolit : 20gr aquades : 6gr tapioka dimana air mineral dan tepung tapioka dimasak terlebih dahulu. Setelah tingkat kekenyalan yang diinginkan didapatkan, maka campuran tersebut digiling menggunakan ampia untuk mendapatkan tebal tablet 3mm, kemudian dicetak dengan menggunakan cetakan dengan ukuran diameter cetakan 10 mm.
Tablet zeolit yang telah selesai dicetak dikeringkan pada temperatur suhu ruangan selama 1 jam. Kemudian diletakkan ke dalam wadah oven secara merata untuk dikeringkan (aktivasi fisik) selama 2 jam dengan temperatur 2200C. Zeolit yang telah teraktivasi fisik didinginkan sesaat terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam stoples kedap udara untuk menjaga kontaminasi dengan udara luar. Selanjutnya zeolit siap untuk digunakan.
(50)
Gambar 16. Diagram Alir Penelitian.
Mulai
Persiapan Alat dan Bahan
Data Zeolit dan Kendaraan bermotor
Pembuatan Alat
Aktivasi Basa-Fisik pada Zeolit
Pembuatan Tablet Zeolit
Pemasangan Zeolit pada Saringan
Pengujian Normal Tanpa Zeolit
Pengujian Zeolit Aktivasi
Basa NaOH Pengujian Zeolit Aktivasi Basa KOH
Penulisan Laporan
(51)
E. Prosedur Pengujian
1. Pengujian prestasi mesin dengan kondisi motor tanpa menggunakan zeolit.
2. Pengujian konsumsi bahan bakar (road test) dengan kondisi motor menggunakan zeolit pelet teraktivasi basa (NaOH dan KOH) – fisik dengan kosentrasi larutan 0,25N; 0,5N; 0,75N; dan 1N dengan tebal 3 mm dan diameter 10 mm.
Pengujian pada penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu pengujian emisi dan pengujian konsumsi bahan bakar. Adapun prosedur pengujiannya sebagai berikut.
1. Prestasi Mesin
Data yang diambil dalam pengujian ini adalah: Pengujian prestasi mesin pada pengujian berjalan ini untuk melihat perbandingan karakteristik kondisi tanpa zeolit dan menggunakan zeolit. Data yang diambil tiap pengujiannya melalui road test pada cuaca dan lokasi pengujian yang sama (permukaan kering) dengan beban kendaraan dan cara berkendara yang juga sama. Data–data yang ditampilkan pada pengujian road test adalah data konsumsi bahan bakar (mili liter) pada kecepatan rata-rata (60 km/jam) untuk jarak 5 km dengan bukaan gas yang sama dan data akselerasi dari keadaan diam (detik).
(52)
a. Konsumsi bahan bakar pada kecepatan konstan (60 km/jam) Persiapan yang perlu dilakukan adalah botol berkapasitas 200 ml. Kemudian botol tampung disambungkan dengan rapat bersama selang bensin dan diikat ke sisi samping sepeda motor, setelah itu botol tersebut diisi dengan bensin yang sudah disiapkan. Kemudian dilakukan pengujian dengan kondisi motor tanpa zeolit. Jarak tempuh dapat diukur pada odometer, sedangkan waktu tempuh diukur dengan stopwatch. Kemudian waktu tempuh pada stopwatch dicatat, dimana hal ini dilakukan agar dapat ditentukan kecepatan rata – rata selama perjalanan. Bensin yang tersisa diukur dengan gelas ukur, kemudian jumlah bensin awal dikurangkan dengan jumlah bensin yang tersisa, maka didapatkan jumlah bensin yang terpakai pada kondisi normal. Selanjutnya pengujian dengan kondisi motor dengan saringan udara menggunakan zeolit. Dengan teknis pengambilannya data dilakukan dengan cara berkendara yang sama (berjalan secara konstan), kondisi jalan yang sama dan pada kondisi jalan yang kering. Pengujian dilakukan pada siang hari dengan beban kendaraan yang sama. Format pencatatan data mengenai konsumsi bahan bakar dapat dilihat di tabel 4.
b. Akselerasi dari keadaan diam 0 – 80 km/jam (detik)
Pengujian akselerasi menggunakan kondisi filter tanpa zeolit dan menggunakan zeolit cetak. Setelah semua persiapan dilakukan, mobil yang telah dinyalakan harus dalam keadaan berhenti (0
(53)
km/jam). Ketika gas mulai ditekan, stopwatch mulai diaktifkan. Setelah sampai pada kecepatan yang diinginkan (80 km/jam), stopwatch dinon-aktifkan kemudian dicatat waktu tempuhnya. Untuk mencapai kecepatan yang diinginkan (80 km/jm), pengendara melakukan penarikan gas yang teratur dan sesuai setiap pengujian. Tabel 5 menampilkan format data akselerasi pada pengujian.
c. Pengujian stasioner
Pengujian ini dilakukan untuk melihat konsumsi bahan bakar yang digunakan pada kondisi diam (putaran stasioner) dan membandingkan karakteristik kendaraan bermotor tanpa zeolit, dengan zeolit aktivasi (basa-fisik) dan massa yang telah ditentukan. Persiapan pertama yang dilakukan adalah memanaskan mesin agar kondisi mesin di saat pengujian sudah optimal. Kemudian putar gas secara perlahan untuk menentukan putaran mesin yang dipakai dalam pengujian. Putaran mesin yang dipakai pada pengujian ini yaitu 3000 dan 5000 rpm.
Pengujian dimulai dengan mengisi bahan bakar pada tangki buatan yang mana bahan bakar tersebut telah diukur terlebih dahulu melalui gelas ukur. Selanjutnya zeolit diletakkan pada saringan udara, setelah itu mesin dihidupkan dengan menghitung waktu pengujian menggunakan stopwatch (5 menit). Setelah waktu pengujian selesai, mesin dimatikan serta stopwatch dinon-aktifkan. Kemudian bahan bakar yang terisi dalam tangki buatan tersebut
(54)
sisanya dituangkan kembali ke dalam gelas ukur untuk menghitung jumlah yang terpakai dalam jarak / menit.
Tabel 4. Format data variasi massa zeolit pelet terhadap konsumsi bahan bakar No Massa
Zeolit
Percobaan ke -
Konsumsi Bahan Bakar (mL)
NaOH KOH
0,25N 0,5N 0,75N 1N 0,25N 0,5N 0,75N 1N 1 Tanpa
1 2 3 2 45 gr
1 2 3 3 40 gr
1 2 3 4 35 gr
1 2 3
Tabel 5. Format data variasi massa zeolit pelet, akselerasi 0–80 km/jam No Massa
Zeolit
Percobaan ke -
Waktu Tempuh (detik)
NaOH KOH
0,25N 0,5N 0,75N 1N 0,25N 0,5N 0,75N 1N 1 Tanpa
1 2 3 2 45 gr
1 2 3 3 40 gr
1 2 3 4 35 gr
1 2 3
(55)
Fuel Gas Analyzer Knalpot
Tabel 6. Format data variasi massa zeolit pelet terhadap konsumsi bahan bakar kondisi stasioner.
Normalitas Pengujian
Waktu Tempuh (m) Sisa Bahan Bakar (mL) Bahan Bakar Terpakai (mL) Tanpa 1 2 3 0,25 1 2 3 0,5 1 2 3 0,75 1 2 3 1 1 2 3
2. Pengujian Emisi
Pengujian emisi dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan zeolit terhadap emisi gas buang. Berikut ini skema pengujian emisi gas buang pada sepeda motor :
Gambar 17. Skema peralatan
(56)
Pengujian emisi dilakukan pada kondisi stasioner dengan mengikuti prosedur sebagai berikut:
1. Pemanasan Mesin
Tujuan dilakukannya pemanasan mesin adalah untuk mempersiapkan mesin pada kondisi kerja.
2. Kalibrasi Gas Analyzer
Setelah mesin berada pada kondisi kerja kemudian dilakukan kalibrasi gas analizer. Kalibrasi ini dilakukan secara otomatis setelah tombol ON pada gas analyzer ditekan. Dengan posisi sensor sudah berada pada saluran buang dan nilai-nilai kadar gas buang mulai terbaca pada display gas analyzer.
Gambar 18. Kalibrasi gas analyzer 3. Pengujian tanpa menggunakan zeolit.
Data yang didapatkan dari hasil pengukuran ini digunakan sebagai pembanding dengan data pada pengukuran menggunakan zeolit. Langkah-langkah pengukuran sebagai berikut:
Mesin dalam keadaan menyala dalam kondisi idle 1500 rpm dan probe sensor sudah dimasukkan dalam knalpot.
Nilai pada fuel gas analyzer diprint datanya setelah 5 menit motor dihidupkan.
(57)
Kemudian dengan langkah yang sama pula, pengukuran dilakukan kembali untuk putaran mesin yang berbeda yaitu 3000 rpm.
4. Pengujian menggunakan zeolit
Setelah pengukuran pertama selesai maka pengukuran kedua dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Setelah mesin dimatikan kemudian zeolit 0,25 N dipasang di Filter udara
Setelah zeolit terpasang, mesin dihidupkan kembali lalu pengukuran diulang kembali sesuai urutan pengukuran pertama.
Pengukuran dilakukan dengan pergantian variasi normalitas zeolit.
F. Lokasi Pengujian
Adapun lokasi pengujian emisi gas buang di lakukan di dealer Jl. Raya Hajimena No. 999, Rajabasa, Lampung Selatan, sedangkan pengujian konsumsi bahan bakar dan akselerasi dilakukan di Jl. Letkol H. Endro Suratmin, Sukarame, Bandar Lampung.
(58)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan serta diperolehnya data-data dari hasil pengujian yang kemudian dibahas dalam pembahasan. Kesimpulan yang didapat dari pengujian penggunaan zeolit pelet perekat teraktivasi basa-fisik dengan penggunaan larutan NaOH maupun KOH sebagai aktivator pada saringan udara terhadap prestasi dan emisi gas buang sepeda motor 4 langkah 110cc. Kesimpulannya adalah sebagai berikut:
1. Pemakaian zeolit yang diaktivasi menggunakan larutan kimia NaOH dan KOH yang kemudian dipanaskan dengan temperatur 2200C terbukti mampu menurunkan konsumsi bahan bakar baik itu pada pengujian road test (berjalan), stasioner (diam) dan pengujian emisi gas buang.
2. Pemakain zeolit pelet perekat teraktivasi basa-fisik NaOH dan KOH secara keseluruhan mampu mengurangi kadar emisi gas buang, baik itu untuk keluaran kadar gas buang CO, HC, dan menaikkan kadar emisi gas buang pada CO2.
(59)
3. Pada pengujian ini dapat disimpulkan bahwa zeolit teraktivasi basa-fisk dengan penggunaan larutan KOH lebih baik dalam menurunkan konsumsi bahan bakar dan dalam penurunan kadar gas buang pada motor bensin 4-langkah.
4. Pengaruh normalitas terbaik pada penelitian ini didapat pada aktivator KOH dengan ukuran normalitas 0,75 N. Hal ini dikarenakan bahwa larutan ini mampu membersihkan pori zeolit yang lebih baik. Sehingga meningkatkan kemampuan menyerap nitrogen dan uap air dari udara pembakaran, yang menyebabkan proses pembakaran lebih sempurna.
5. Pada penggunaan aktivator KOH, penurunan konsumsi bahan bakar tertinggi terjadi pada normalitas 0,75 N sebesar 24,02 %, disusul normalitas 1 N sebesar 21,62 %, 0,5 N sebesar 19,52 % dan yang terendah pada KOH 0,25 N sebesar 17,42 %.
6. Pada penggunaan aktivator NaOH, penurunan konsumsi bahan bakar tertinggi didapat pada normalitas 0,75 N sebesar 23,15%, dan disusul pada normalitas 1 N sebesar 20,77%, 0,5N sebesar 18,4 % dan penurunan konsumsi bahan bakar terendah terjadi pada normalitas 0,25 N sebesar 17,21 %.
B. SARAN
Adapun beberapa saran yang ingin disampaikan penulis agar penelitian ini dapat lebih dikembangkan lagi adalah sebagai berikut:
(60)
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait cara pengemasan zeolit pelet perekat selain dengan kawat strimin agar tidak terjadi terkikisnya pelet dengan kawat yang mengakibatkan debu zeolit masuk ke ruang bakar.
2. Untuk memaksimalkan kemampuan adsorben dari zeolit perlu diadakan pengujian untuk variasi bentuk zeolit yang sesuai dengan bentuk saringan udara pada sepeda motor.
3. Melakukan pengujian lebih lanjut untuk pengaplikasian zeolit ini pada kendaraan selain motor yaitu mobil.
(61)
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Poerwadi, dkk. 1995. Pemanfaatan Zeolit Alam Indonesia Sebagai Adsorben Limbah Cair dan Media Fluiditas dalam Kolom Fluidisasi. Jurnal MIPA. Malang; Universitas Brawijaya.
Barrer, R M. 1982. Hydrotermal Chemistry of Zeolite. Academic Press, London.
Bekkum H.V., Flanigen E.M., Jansen J.C. 1991. Introduction to Zeolite Science and Practice. Elsevier. Amsterdam.
Hartono, Budi. 2006. Pengaruh Pemanfaatan Zeolit Alam Lampung Teraktivasi Basa-Fisik Tethadap Prestasi Mobil Kijang Karburator 1500 cc
(Skripsi) Jurusan Teknik Mesin – Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Khairinal, Trisunaryanti, W. 2000. Dealuminasi Zeolit Alam Wonosari dengan Perlakuan asam dan Proses Hidrotermal. Prosiding Seminar Nasional Kimia VIII. Yogyakarta.
KLH, 2006, Standar Baku Mutu Emisi dari Sumber Bergerak, Kementrian Lingkungan Hidup, Jakarta.
Malau, 2001. Proses Pengolahan Tepung Tapioka. (Laporan PKL). Jurusan Teknologi Hasil Pertanian – Universitas Lampung. Bandar Lampung.
(62)
Niwatama, Sonic. 2011. Skripsi Sarjana: Aplikasi Zeolit Perekat Yang Diaktivasi Basa-Fisik Untuk Mengamati Prestasi Mesin Sepeda Motor 4-Langkah dan Emisi gas Buangnya. Jurusan Teknik Mesin – Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Notonegoro, Komaidi . 2013. Cadangan Minyak Mentah Hanya Cukup Untuk 23 Tahun Mendatang. 29 Mei 2013.http://www.solopos.com diakses pada tanggal 30 Juni 2013.
Okto G., Rudy. 2009. Skripsi Sarjana :Pengaruh Variasi Geometri dan Jumlah Fraksi Campuran Tepung Tapioka, Aquades dan Zeolit Dalam Zeolit Pelet Yang Diaktivasi Fisik Terhadap Nilai Kekerasan Dan Prestasi Motor Diesel 4-Langkah. Jurusan Teknik Mesin – Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
Wardono, H. 2004. Modul Pembelajaran Motor Bakar 4-Langkah. Jurusan Teknik Mesin – Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Wikipedia Foundation. 2010. Mesin. 16 juli 2010 http://id.wikipedia.org/wiki/Mesin diakses pada
tanggal 28 Mei 2013.
Wikipedia Foundation. 2004.Zeolit. 2 juli 2004. http://id.wikipedia.org/wiki/Zeolit diakses
pada tanggal 28 Mei 2013.
_____ , 2009. Emisi Gas Buang Mobil Yang Berbahan Bakar bensin. November 2009
http://www.google.co.id/gunadarma.ac.id diakses pada tanggal 23 Maret 2012.
_____ , 2012. Wordpress.com. 2012. Motor Bakar. 11 April 2012.
(63)
DATA PENGAMATAN PENGUJIAN BERJALAN ZEOLIT PELET PEREKAT AKTIVATOR NaOH; 1N
Tabel A.1 Data Pengujian Berjalan
Pengujian dilaksanakan pada tanggal 03 November 2013 pada pukul 10.00 – 13.45 di Jl. H. Endro Suratmin, Sukarame, Bandar Lampung dengan kondisi cuaca panas dan jalan sepi lancar.
Tabel A.2 Data Rata-Rata Pemakaian Bahan Bakar Pengujian berjalan NaOH 1N
Massa Zeolit (gr) Rata - rata Pemakaian Bahan Bakar (mL)
Tanpa 57,83
45 gram 45,67
40 gram 46,33
35 gram 46,83
Massa Zeolit (gr)
Pengujian ke -
Waktu Tempuh (m)
Bahan Bakar Sisa (mL)
Bahan Bakar Terpakai (mL)
1 7,31 41,5 58,5
Tanpa 2 7,2 44 56
3 7,19 41 59
1 6,44 52 48
45 gram 2 7,32 52,5 47,5
3 7,52 58,5 41,5
1 5,13 51,5 48,5
40 gram 2 7,4 54 46
3 7,39 55,5 44,5
1 8,13 49 51
35 gram 2 7,25 55 45
(64)
Gambar A.1. Grafik Penurunan Konsumsi Bahan Bakar
Tabel A.3 Persentase Penurunan Bahan Bakar
Massa (gr) % Penurunan 35 23,49% 40 24,82% 45 26,64%
Gambar A.2 Grafik Persentase Penurunan Bahan Bakar
0 10 20 30 40 50
Tanpa 35 40 45
P e m akai an B ah an B akar
Massa Zeolit (gr)
18.00% 18.50% 19.00% 19.50% 20.00% 20.50% 21.00% 21.50%
35 40 45
Per sen tase Pen u ru n an B ah an B akar (% )
(65)
Tabel A.4 Tabel Data Pengamatan Pengujian Berjalan Aktivator NaOH
Normalitas Pengujian
Waktu Tempuh (m)
Sisa Bahan Bakar (ml)
Bahan Bakar Terpakai (ml)
1 6,32 42 58
Tanpa 2 7,15 43,5 56,5
3 7,53 46 54
1 6,39 52,5 47,5
0,25 2 7,24 56 44
3 6,35 52 48
1 7,14 57 43
0,5 2 6,43 51,5 48,5
3 8,1 54 46
1 7,32 58,5 41,5
0,75 2 7,54 57 43
3 6,38 55 45
1 6,42 56 44
1 2 7,51 54,5 44,5
3 7,33 54 45
Pengambilan data diambil pada tanggal 05 November 2013 pada pukul 09.15 – 15.35 di Jl. H. Endro Suratmin, kondisi cuaca panas dan jalan sepi lancar.
Tabel A.5 Data Rata-rata Pemakaian Bahan Bakar Bakar Pengujian Berjalan NaOH
Normalitas (N) Bahan Bakar Terpakai (ml) Tanpa 56,16667
0,25 46,5
0,5 45,83333 0,75 43,16667
(66)
Gambar A.3. Grafik Penurunan Konsumsi Bahan Bakar Pengujian Berjalan NaOH
Tabel A.6 Persentase Penurunan Bahan Bakar Pengujian NaOH
Normalitas (N) % Penurunan 0,25 20,79%
0,5 22,55%
0,75 30,12%
1 26,22%
Gambar A.4 Persentase Penurunan Konsumsi Bahan Bakar Pengujian Berjalan NaOH
0 10 20 30
Tanpa 0,25 0,5 0,75 1
Pem akai an B ah an Normalitas (N) 0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00%
0.25 0.5 0.75 1
Per sen tase Pen u ru n an B ah an B akar ( % ) Normalitas (N)
(67)
Tabel A.7 Data Pengamatan Pengujian Berjalan Aktivator KOH
Normalitas (N)
Pengujian Ke-
Waktu Tempuh (m)
Sisa Bahan Bakar (mL)
Bahan Bakar Terpakai (mL)
1 8,45 46 54
Tanpa 2 8,37 43 57
3 9,45 44,5 55,5
1 8,15 55 45
0,25 2 7,58 55,5 44,5
3 7,45 52 48
1 8,48 55,5 44,5
0,5 2 7,28 54 46
3 8,44 56,5 43,5
1 7,49 57,5 42,5
0,75 2 8,54 59 41
3 7,55 57 43
1 6,53 55,5 44,5
1 2 8,53 60 40
3 7,49 54 46
Pengujian dilakukan pada tanggal 10 November 2013 pada pukul 09.00 – 15.45 di Jl. H. Endro Suratmin dengan kondisi cuaca mendung panas, dan kondisi jalan sepi lancar.
Tabel A.8 Data Rata-rata Pemakaian Bahan Bakar Pengujian Berjalan KOH
Normalitas(N) Bahan Bakar Terpakai (ml) Tanpa 55,5
0,25 45,833333 0,5 44,666667 0,75 42,166667
(68)
Gambar A.5 Grafik Penurunan Konsumsi Bahan Bakar Pengujian Berjalan KOH
Tabel A.9 Data Persentase Penurunan Bahan Bakar
Normalitas (N) % Penurunan 0,25 21,09%
0,5 24,25% 0,75 31,62% 1 27,59%
Gambar A.6 Grafik Persentase Penurunan Bahan Bakar Pengujian Berjalan KOH
0 10 20 30 40
Tanpa 0,25 0,5 0,75 1
Pem akai an B ah an b akar i ( Normalitas (N) 0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00%
0.25 0.5 0.75 1
Per sen tase Pen u ru n an B ah an B akar (% ) Normalitas (N)
(69)
Diam (Stationer)
DATA PENGAMATAN PENGUJIAN DIAM ZEOLIT PELET PEREKAT AKTIVATOR NaOH
Tabel B.1 Data pengamatan pengujian konsumsi bahan bakar pada pengujian diam
Normalitas Pengujian 3000 rpm 5000 rpm
(N) ke -
sisa (mL)
terpakai (mL)
sisa (mL)
Terpakai (mL)
1 64,5 37,5 46 54
Tanpa 2 63 37 44,5 55,5
3 64 36 46 54
1 64 36 50,5 49,5
0,25 2 71,5 28,5 54 46
3 67 33 52,5 47,5
1 68,5 31,5 52,5 47,5
0,5 2 68 32 56 44
3 65 35 48,5 48,5
1 66 34 53 47
0,75 2 64,5 35,5 55,5 44,5
3 68 32 55 45
1 70 30 55 45
1 2 65,5 34,5 55,5 44,5
3 68 32 55 45
Pengujian Diambil Pada Tanggal 15 November 2013 di Jl. H. Endro suratmin, pada pukul 10.00 - 16.30 W.I.B dengan kondisi cuaca mendung panas, dan kondisi jalan sepi lancar.
(70)
Normalitas Rata - Rata Pemakaian Bahan Bakar (mL)
(N) 3000 rpm 5000 rpm
Tanpa 36,83333 54,5
0,25 32,5 47,66667
0,5 32,83333 46,66667
0,75 33,83333 45,5
1 32,16667 44,83333
Gambar B.1 Grafik penurunan konsumsi bahan bakar pada pengujian diam aktivator NaOH
Tabel B.3 Persentase penurunan konsumsi bahan bakar pegujian diam aktivator NaOH
Normalitas Persentase
(N) 3000 rpm 5000 rpm
0,25 13,33% 14,34%
0,5 12,18% 16,79%
0,75 8,87% 19,78%
1 14,51% 21,56%
0 10 20 30 40 50 60
Tanpa 0,25 0,5 0,75 1
Pem akai an B ah an B akar (m l) Normalitas (N) 3000 rpm 5000 rpm
(71)
Gambar B.2 Grafik Persentase Penurunan Konsumsi Bahan Bakar
0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% 10.00% 12.00% 14.00% 16.00% 18.00%
0.25 0.5 0.75 1
Per
sen
tase
Pen
u
ru
n
an
B
ah
an
B
akar
(%
Normalitas (N)
3000 rpm 5000 rpm
(72)
Tabel B.4 Data pengamatan penurunan konsumsi bahan bakar pada pengujian diam aktivator
KOH
Normalitas Pengujian 3000 rpm 5000 rpm
(N) ke -
sisa (mL)
terpakai (mL)
sisa
(mL) terpakai (mL)
1 62 38 45,5 54,5
Tanpa 2 63,5 36,5 44 56
3 63 37 45,5 54,5
1 64,5 35,5 53 47
0,25 2 70 30 48 52
3 66 34 51,5 48,5
1 65 35 51 49
0,5 2 68,5 31,5 52 48
3 68 32 53,5 46,5
1 65,5 34,5 56 44
0,75 2 70,5 29,5 54 46
3 68 32 55,5 44,5
1 66 34 53,5 46,5
1 2 72 28 53 47
3 67,5 32,5 52 48
Tabel B.6 Data rata-rata pemakaian konsumsi bahan bakar Normalitas Rata - Rata Pemakaian Bahan Bakar (mL)
(N) 3000 rpm 5000 rpm
Tanpa 37,16667 55
0,25 33,16667 49,16667
0,5 32,83333 47,83333
0,75 32 44,83333
(73)
Gambar B.3 Grafik penurunan pemakaian bahan bakar
Tabel B.7 Persentase penurunan konsumsi bahan bakar
Normalitas Persentase
(N) 3000 rpm 5000 rpm
0,25 12,06% 11,86%
0,5 13,20% 14,98%
0,75 16,15% 22,68%
1 17,99% 16,61%
Gambar B.4 Grafik persentase penurunan bahan bakar.
20 25 30 35 40 45 50 55
Tanpa 0,25 0,5 0,75 1
Pem akai an B ah an B akar (m l) Normalitas (N) 3000 rpm 5000 rpm 0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00%
0.25 0.5 0.75 1
Per sen tase Pen u ru n an B ah an B akar (% ) Normalitas (N) 3000 rpm 5000 rpm
(74)
DATA PENGAMATAN PENGUJIAN AKSELERASI ZEOLIT PELET PEREKAT AKTIVATOR NaOH
Tabel C.1 Data Pengamatan Pengujian Akselerasi
Normalitas Pengujian Waktu Tempuh
(N) Ke - (d)
1 12,46
0 2 12,33
3 13,87
1 12,1
0,25 2 11,69
3 12,32
1 11,55
0,5 2 12,06
3 11,32
1 10,42
0,75 2 11,19
3 11,34
1 11,02
1 2 11,39
3 11,75
Tabel C.2 Data Rata-rata pengujian akselerasi Normalitas Rata-Rata Waktu Tempuh (d)
0 12,89
0,25 12,04
0,5 11,64
0,75 10,98
(75)
Gambar C.1 Grafik Penurunan Waktu Akselerasi
Tabel C.3 Persentase penurunan waktu tempuh Normalitas Persentase Penurunan Waktu Tempuh
0,25 7,09%
0,5 10,71%
0,75 17,36%
1 13,20%
Gambar C.2 Grafik Persentase Penurunan Waktu Tempuh
10.00 10.50 11.00 11.50 12.00
0 0.25 0.5 0.75 1
Waktu te m p u Normalitas (N) 0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00%
0.25 0.5 0.75 1
Per sen tase Pen u ru n an Waktu Tem p u h (% ) Normalitas (N)
(76)
Tabel C.4 Data pengamatan pengujian akselerasi pada aktivator KOH
Normalitas Pengujian Waktu Tempuh
(N) Ke - (d)
1 12,46
0 2 12,33
3 13,87
1 12,86
0,25 2 11,46
3 11,15
1 11,29
0,5 2 11,46
3 12,15
1 10,49
0,75 2 9,98
3 11,32
1 10,89
1 2 11,15
3 11,97
Tabel C.5 Data rata-rata waktu tempuh pengujian akselerasi aktivator KOH
Normalitas Rata-Rata Waktu Tempuh
0 12,89
0,25 11,82
0,5 11,63
0,75 10,60
(77)
Gambar C.3 Grafik rata-rata penurunan waktu tempuh pengujian akselerasi
Tabel C.6 Data Persentase Penurunan Waktu tempuh Pengujian Akselerasi Normalitas Persentase Penurunan Waktu Tempuh
0,25 9,02%
0,5 10,80%
0,75 21,64%
1 13,70%
Gambar C.4 Grafik persentase penurunan waktu tempuh pengujian akselerasi
8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00
0 0.25 0.5 0.75 1
Waktu te m p u h (s) Normalitas (N) 0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% 10.00% 12.00% 14.00% 16.00% 18.00% 20.00%
0.25 0.5 0.75 1
Per sen tase Pen u ru n an Waktu Tem p u h (% ) Normalitas (N)
(1)
Gambar D.6 grafik kenaikan kadar emisi gas buang CO
2(%)
3 3.05 3.1 3.15 3.2 3.25 3.3 3.35 3.4 3.45 3.5
Tanpa 0,25 0,5 0,75 1
K
ad
ar
CO2
(%
)
(2)
DATA PENGAMATAN PENGUJIAN EMISI ZEOLIT PELET PEREKAT
AKTIVATOR KOH
Tabel D.5 Data Pengujian Emisi gas buang putaran 1500 rpm
DATA UJI EMISI AKTIVASI KOH PADA PUTARAN MESIN 1500 RPM Normalitas Pengujian
CO
(%) HC (ppm) CO2 (%)
O2 (%)
1 0,05 259 2,2 19,18
Tanpa 2 0,06 228 2,3 18,2
3 0,05 203 2,1 19,18
1 0,05 266 2,3 17,46
0,25 N 2 0,05 238 2,4 17,22
3 0,04 167 2,1 16,72
1 0,06 270 2,4 17,46
0,5 N 2 0,05 212 2,3 17,95
3 0,05 142 2,3 18,45
1 0,05 212 2,3 17,22
0,75 N 2 0,04 128 2,3 16,86
3 0,04 189 2 15,99
1 0,05 166 2,2 19,43
1,0 N 2 0,04 199 2,3 18,43
3 0,05 158 2,3 18,45
Pengujian dilaksanakan pada tanggal 12 NOVEMBER 2013 di PT. TUNAS DAIHATSU HAJIMENA pada pukul 14.00 - 17.15
(3)
Mahasiswa Teknik Mesin
Tunas Daihatsu
Unila
Hajimena
Ari Andrew Pane
M. Yasir
0615021046
Tabel D.6 Data rata-rata hasil pengujian emisi gas buang putaran 1500 rpm
Normalitas CO(%)
HC
(ppm) CO2 (%) O2 (%)
Tanpa 0,053333 230 2,2 18,85333
0,25 0,046667 223,6667 2,266667 17,13333
0,5 0,053333 208 2,333333 17,95333
0,75 0,043333 176,3333 2,2 16,69
1 0,046667 174,3333 2,266667 18,77
Gambar D.7 Grafik penurunan gas buang CO (%) putaran 1500 rpm
00.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06
Tanpa 0,25 0,5 0,75 1
K
ad
ar
CO (
%
)
(4)
Gambar D.8 Grafik penurunan kadar gas buang HC (ppm) putaran 1500 rpm
Gambar D.9 Grafik kenaikan kadar emisi gas buang CO
2(%) putaran 1500 rpm
Tabel D.7 Data Pengujian Emisi gas buang putaran 3000 rpm
DATA UJI EMISI AKTIVASI KOH PADA PUTARAN MESIN 3000 RPM Normalitas Pengujian
CO
(%) HC (ppm) CO2 (%)
O2 (%)
1 0,06 40 3,1 18,94
Tanpa 2 0,1 34 3,3 19,43
3 0,1 36 3,3 19,43
1 0,08 27 3,2 18,94
0,25 2 0,08 26 3,1 18,94
3 0,08 27 3,3 18,69
1 0,08 26 3,2 18,94
0,5 2 0,08 23 3,3 18,69
3 0,08 25 3,3 18,69
1 0,08 26 3,4 19,18
0,75 2 0,09 24 3,6 18,66
3 0,07 26 3,4 18,94
150 170 190 210 230 250
Tanpa 0,25 0,5 0,75 1
K ad ar H C (p p m ) Normalitas 2.1 2.2 2.3 2.4
Tanpa 0,25 0,5 0,75 1
K ad ar CO2 (% ) Normalitas (N)
(5)
1 0,08 25 3,4 18,69
1 2 0,07 27 3,4 19,18
3 0,07 27 3,4 19,18
Pengujian dilaksanakan pada tanggal 12 NOVEMBER 2013 di PT. TUNAS DAIHATSU HAJIMENA pada pukul 14.00 - 17.15
Mengetahui,
Mahasiswa Teknik Mesin
Tunas Daihatsu
Unila
Hajimena
Ari Andrew Pane
M. Yasir
0615021046
Tabel D.8 Data rata-rata hasil pengujian emisi gas buang putaran 3000 rpm
Normalitas CO(%)
HC
(ppm) CO2 (%) O2 (%)
Tanpa 0,086667 36,66667 3,233333 19,26667
0,25 0,08 26,66667 3,2 18,85667
0,5 0,08 24,66667 3,266667 18,77333
0,75 0,08 25,33333 3,466667 18,92667
1 0,073333 26,33333 3,4 19,01667
Gambar D.10 Grafik penurunan kadar emisi gas buang CO (%) putaran 3000 rpm
0.0650.07 0.075 0.08 0.085 0.09
Tanpa 0,25 0,5 0,75 1
K
ad
ar
CO (
%
)
(6)
Gambar D.11 Grafik penurunan kadar emisi gas buang HC (ppm) putaran 3000
rpm
Gambar D.12 Grafik kenaikan kadar emisi gas bbuang CO
2(%) putaran 3000 rpm
0 10 20 30 40
Tanpa 0,25 0,5 0,75 1
K
ad
ar
H
C
(p
p
m
)
Normalitas (N)
3 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5
Tanpa 0,25 0,5 0,75 1
K
ad
ar
CO2
(%
)