40
Walaupun tidak langsung berbentuk pesantren suatu lembaga pendidikan mampu mencontoh atau menirukan suatu pembiasaan-
pembiasaan kegiatan keagamaan atau aturan-aturan yang ada di pesantren. Menciptakan suasana dan budaya seperti di pesantren yang penuh
ketawadhu‟an dan keta‟dhiman. Tujuan yang dimiliki madrasah dan pesantren adalah sama atau senada sehingga antara keduanya dapat
dikolaborasikan ke dalam sistem pendidikan maupun sistem pengajaran. Namun disini kepesantrenan yang berupa kegiatan atau program
dimasukkan dalam muatan lokal. Muatan Lokal adalah suatu program pendidikan dan pengajaran
yang dimaksudkan untuk menyesuaikan isi dan penyampaiannya dengan kondisi masyarakat di daerahnya.
39
Sehingga program kepesantrenan ini sesuai dengan tujuan pada lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Kepesantrenan ini secara umum bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi sosok santri yang diharapkan menjadi insan sholih
– sholihah. Rajin beribadah dan mulia dalam berperilaku atau berakhlakul karimah
terhadap sesama manusia.
4. Nilai-Nilai Religius Dalam Program Kepesantrenan
Kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam program kepesantrenan bukanlah hanya berupa proses pembelajaran secara formal dikelas
melainkan juga berupa pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan diluar poses belajar mengajar, seperti halnya pembiasaan Senyum, Salam, Sapa
39
Aprilisa ningrum dalam http:sweetcher.blogspot.co.id201210pengembangan- muatan-lokal.html
diakses pada tgl 15 januari 2015 pukul: 11.28
41
3S atau dalam aplikasinya yaitu mencium tangan guru sebelum masuk
kelas dan mengucap salam ketika bertemu guru, selain itu pembiasaan sholat berjama‟ah dhuhur dan dhuha dan kegiatan keagamaan lain yang
berupa
action
atau penerapan langsung seperti istighosah dan majlis dzikir. Namun selain itu juga ada yang membutuhkan pengajaran di dalam kelas
seperti membaca al-
Qur‟an dan tilawatil qur‟an.
Berdasakan temuan penelitian di tiga latar penelitian, wujud budaya meliputi; budaya senyum, salam dan menyapa; budaya saling
hormat dan toleran; puasa senin-kamis; budaya sholat dhuha, shalat berjama‟ah, budaya al-Qur‟an; budaya isthighosah dan do‟a bersama.
40
Dari beberapa kegiatan tersebut ada nilai-nilai religius yang terkandung didalamnya, yaitu seperti :
a. Senyum, Salam, Sapa 3S
Senyum, sapa, salam, dalam perspektif budaya menu njukkan bahwa komunitas masyarakat memiliki kedamaian, santun, saling
tenggang rasa, toleran dan rasa hormat. Hal-hal yang perlu dilakukan keteladanan dari para pemimpin guru dan komunitas sekolah.
b. Saling Hormat dan Toleran
Sejalan dengan budaya hormat dan toleran, dalam Islam terdapat ukhuwah dan tawadhu‟. Konsep ukhuwah persaudaraan memiliki
landasan normatif yang kuat. Dalam al- Qur‟an surat al- hujurat ayat: 10
40
Ibid, hal. 117
42
Allah berfirman bahwa diciptakan manusia terdiri atas berbagai suku bangsa adalah untuk
saling mengenal ta‟aruf.
Artinya: Orang-Orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah perbaikilah hubungan antara kedua
saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
41
Konsep tawadhu‟ secara bahasa adalah dapat menempatkan diri, artinya seseorang harus dapat bersikap dan berperilaku sebaik-baiknya
rendah hati, hormat, dan tidak sombong. c.
Puasa Senin Kamis Nilai-nilai yang ditumbuhkan melalui proses pembiasaan
berpuasa tersebut merupakan nilai-nilai luhur yang sulit dicapai oleh siswa-siswi diera sekarang ini, disamping hantaman budaya negatif dan
arus globalisasi juga karena piranti untuk penangkal arus budaya negatif tersebut yang tidak maksimal baik dalam bentuk pendidikan maupun
keteladanandari tokoh dan warga masyarakat. Sebab itu melalui pembiasaan puasa senin-kamis diharapkan dapat menumbuhkan nilai-
nilai luhur tersebut yang sangat dibutuuhkan oleh generasi saat ini. d.
Kegiatan sholat berjama‟ah, Nilai akhlak dan kedisiplinan itu dapat dilaksanakan dalam
bentuk kegiatan pra pembelajaran, seperti siswa sebelum masuk sekolah
41
Departemen Agama Republik Indonesia, Al- Qur’anil Karim Robbani , Jakarta : Surya
Prisma Sinergi, 2013, hal. 517
43
diadakaan kegiatan mengaji pada pukul 06.00-06.30, kemudian juga kegiatan shalat dhuhasekitar jam 08.00. yang digilir sesuai dengan
kelas masing-masing, dan juga kegiatan shalat dhuhur secara berjama‟ah sekitar jam 13.00 misalnya, yang dilakukan oleh semua
baik siswa, guru maupun karyawan adalah salah satu bentuk pemberian contoh dan teladan serta kedisiplinan baik, jika dilaksanakan secara
terus menerus akan menjadi suatu budaya religius sekolah
school religius culture
. e.
Shalat dhuha Berdasarkan temuan penelitian, bahwa shalat duha sudah
menjadi kebiasaan bagi siswa. Melakukan ibadah dengan mengambil wudhu dilanjutkan shalat dhuha dilanjutkan dengan membaca al-
Qur‟an, memiliki implikasi pada spiritualitas dan mentalitas bagi seseorang yang akan dan sedang belajar. Berdasarkan pengalaman
parailmuwan muslim seperti, al- Ghazali, Imam Syafi‟i, Syaikh Waki‟,
menuturkan bahwa kunci sukses mencari ilmu adalah dengan mensucikan hati dan mendekatkan diri pada Allah SWT.
f. Tadarus al-
Qur‟an Tadarus al-
Qur‟an atau kegiatan membaca al-qur‟an merupakan bentuk peribadatan yang diyakini dapat mendekatkan diri pada Allah
SWT. dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan yang berimplikasi pada sikap dan perilaku positif, dapat mengontrol diri, dapat tenang,
lisan terjaga, dan istiqomah dalam beribadah.
44
g. Isthighosah dan do‟a bersama
Istighosah adalah do‟a bersama yang bertujuan memohon pertolongan dari Allah SWT. Inti dari kegiatan ini sebenarnya
dzhikrulloh dalam rangka
taqarrub illa Allah
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Jika manusia sebagai hamba selalu dekat dengan sang
khaliq, maka segala keinginannya akan dikabulkan oleh-Nya.
42
Kegiatan-kegiatan di atas merupakan
bentuk kegiatan
kepesantrena yang didalamnya terkandung nilai-nilai religius. Sehingga dari beberapa kegiatan di atas harus diterapkan sebagai bentuk upaya
dalam menanamkan nilai-nilai religius. Dengan tujuan membentuk siswa-siswi yang memiliki tiga dasar yaitu iman, Islam, ihsan atau
beriman, bertaqwa, dan berakhlak.
C. Penanaman Nilai-Nilai Religius melalui Muatan Lokal Kepesantrenan