Kajian Zonasi Taman Nasional Laut Karimun Jawa, Suatu Pendekatan Cell Based Modeling

KAJIAN ZONASI TAMAN NASIONAL LAUT KARIMUNJAWA,
SUATU PENDEKATAN CELL BASED MODELING

OLEH :
NORMA MARIA PRlClELYA MANOPPO

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

NORMA M.P. MANOPPO. Kajian Zonasi Taman Nasional Laut Karimunjawa, Suatu
Pendekatan Cell Based Modeling. Dibimbing oleh VlNCENTlUS P. SIREGAR, ROKHMIN
DAHURI, dan IWAN GUNAWAN.

Sistem zonasi Taman Nasional Laut Karimunjawa yang dzbentuk untuk menjawab
pengelolaan yang berkelanjutan belum dapat memberikan hasil yang optimal sebagaimana
yang dzinginkan. Untuk itu perlu dikaji seberapa besar kinerja zonasi yang selama ini
diterapkan sesuai dengun

potensi sumberdaya dan kesesuaian zonasi berdasarkan


distribusi kualitas sumberdayanya.
Metode yang dipergunakan untuk menginventarisasi potensi sumberdaya
berdasarkan keberadaan dan tingkat perubahannya dalam kurun waktu 1997-1999 adalah
metode analisis data citra satelit. Sedangkan untuk mengukur tingkat kesesuaian zonasi
berdasarkan kualitas sumberdaya dimaksud dipergunakan analisis spasial dengan
pendekatan Cell Based Modeling
Hasil analisis data citra menunjukkan bahwa ada kecenderungan semakn
menurunnya luasan sumberdaya pesisir, yaitu seluas 1l,07 ha untuk mangrove dan 626,72
ha untuk terumbu karang. Sedangkan berdasarkan hasil analisis spasial terhadap sistem
zonasi yang diterapkan selama ini terlihat bahwa sumberdaya yang terlindungi dalam zona
inti dan zona perlindungan adalah seluas 397,71 ha atau 144,66 ha lebih besar jika
dibandingkan dengan zona ehisting.
Dengan demikan sistem zonasi yang ada masih perlu ditingkatkan knerjanya
dengan mempertimbangkanfaktor distribusi kualitas sumberdaya secara lebih proporsional
sesuai dengan karakteristik individu sumberdayanya.

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :


KAJIAN ZONASI TAMAN NASIONAL LAUT KARIMUNJAWA,
SUATU PENDEKATAN CELL BASED MODELING

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua
sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas dan
dapat diperiksa kebenarannya.

Nrp. SPL - 98542

KAJIAN ZONASI TAMAN NASIONAL LAUT KARIMUNJAWA,
SUATU PENDEKATAN CELL BASED MODELING

NORMA MARIA PRlClELYA MANOPPO

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis
Nama

: KAJIAN ZONASI TAMAN NASIONAL LAUT KARIMUNJAWA,
SUATU PENDEKATAN CELL BASED MODELING
: Norma M.P. Manoppo

NRP

: SPL - 98452

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

Menyetujui :

1. Komisi Pembimbing


Dr. Ir. Vincentius P. Siregar, DEA
Ketua

Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS.
Anggota

Dr. Ir. lwan Gunawan, M.Sc.Eng
Anggota

Mengetahui,
2. Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir
dan Lautan

Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS.

Tanggal Lulus : 29 November 2002

FEB 20m


Penulis dilahirkan di Manado, 30 November 1971. Pendidikan sarjana
ditempuh,di Program Studi llmu Kelautan, Fakultas Perikanan Universitas Sam
Ratulangi Manado, lulus pada tahun 1995.
Penulis pernah bekerja pada beberapa perusahaan swasta yang bergerak
dalam bidang konsultan di Jakarta, dan sejak tahun 2000 sampai dengan saat ini
penulis

bekerja di

Pusat

Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi

Penginderaan Jauh, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN),
Pekayon, Jakarta.
Pada tahun 1998, penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan di Program Studi Sumberdaya Pesisir dan Lautan pada program
Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor.

PRAKATA


Dengan menaikkan ungkapan syukur kepada Tuhan atas berkat dan cinta
kasih-Nya semata sehingga penulisan tesis ini, yang merupakan salah satu syarat
dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Pascasarjana,. lnstitut Pertanian
Bogor dapat terselesaikan.
Tesis dengan judul "Kajian Zonasi Taman Nasional Laut Karimunjawa,
Suatu Pendekatan Cell Based Modeling" ini bertujuan untuk mendapatkan sistem
zonasi yang lebih proporsional dalam mewakili karakteristik setiap individu dari
sumberdaya, yang berkaitan dengan tingkat kerentanan suatu sumberdaya sebagai
salah satu dasar dalam melakukan pengelolaan kawasan konservasi laut di wilayah
kepulauan.
Dengan terselesaikannya penulisan tesis ini, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Dr. Ir. Vincentius P. Siregar, DEA, selaku ketua komisi
pembimbing, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS dan Dr. Ir. lwan Gunawan, M.Sc,
selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan
saran dalam penyusunan tesis ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri,
MS., selaku Ketua Program Studi Pesisir dan Lautan dan Drs. Bidawi Hasyim
sebagai Kepala Pusat Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi Penginderaan
Jauh LAPAN, Pekayon yang telah membantu dalam pelaksanaan peneliian, Papi

dan Mami beserta seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya.
Penulis berharap semoga tesis ini dapat ikut memberikan masukan yang
bermakna bagi pengambil kebijakan kawasan konservasi laut, akademisi, praktisi,
dan pengamat lingkungan serta bagi perkembangan ilmu khususnya yang
berkaitan dengan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan.

Bogor, November 2002

Norma M.P. Manoppo

DAFTAR tSI

Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................................................

i

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................

ii


DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................................... iii

...................................................................................................................I

PENDAHULUAN

Latar Belakang................................................................................................................ 1
Perumusan Masalah ..................................................................................................2
Tujuan Penelitian ............................................................................................................
2
Manfaat Penelitian ....................................................................................................
2
Kerangka Pemikiran.....................................................................................................
3
Ruang Lingkup Wilayah ..................................................................................................
4
Ruang Lingkup Pembahasan....................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA


........................................................................................................6

Karakteristik Pulau-Pulau Kecil .......................................................................................

6

Potensi Ekosistem Wilayah Pesisir........................................................................ 7
Potensi Jasa Lingkungan ...................................................................................... 9
Pengelolaan Kawasan Konservasi............................................................................ 11
Konservasi Laut Indonesia .................................................................................. 12
Sistem Zonasi Taman Nasional Laut...................................................................13
Teknologi Penginderaan Jauh....................................................................................... 16
Sistem lnformasi Geografi (SIG) ................................................................................... 18
Cell Based Modeling............................................................................................

19

Aplikasi Cell Based Modeling dalam Pengelolaan Sumberdaya ......................... 21
lmplikasi Zonasi dalam Pengelolaan............................................................................. 22


............................................................................................25

METODOLOGI PENELlTlAN

Waktu dan Lokasi...................................................................................................... 25
Alat dan Bahan............................................................................................................. 25
Pengumpulan Data ....................................................................................................... 26
Metode Analisa dan Pengolahan Data.......................................................................... 26
Analisis Data Citra Satelit .................................................................................... 28
Penyusunan Basis Data ...................................................................................... 33
Analisis Spasial ...................................................................................................

35

Evaluasi Kinerja Zonasi ................................................................................... 37
Kesesuaian Lahan Wisata Bahari........................................................................

38

.......................................................................40


KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Kondisi lklim dan Fisika.................................................................................................

40

Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya............................................................................. 42
Landasan Hukum ..........................................................................................................

45

Potensi Sumberdaya Alam TNL Karimunjawa .............................................................. 47
Hutan Mangrove.................................................................................................. 47
Padang Lamun dan Rumput Laut....................................................................... 48
Terumbu Karang.................................................................................................. 49
Biota Laut ............................................................................................................51
Perikanan Laut ................................................................................................. 52
Vegetasi Hutan Pantai........................................................................................ 52
Hutan Hujan Dataran Rendah ............................................................................. 53
Potensi Pariwisata...................................................................................................53

HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................................................54
Karakteristik Topografi .................................................................................................. 54
Analisa Penutupan Lahan............................................................................................. 56
Sebaran Penutupan Lahan.................................................................................. 56
Perubahan Fungsi Penutupan Lahan.................................................................. 59
Kerapatan Vegetasi Mangrove ............................................................................ 63
Analisa Penutupan Perairan ........................................................................................ 67
Sebaran Penutupan Perairan.............................................................................. 67
Perubahan Fungsi Penutupan Perairan .............................................................. 70
Analisis Distribusi Sumberdaya Perairan TNL Karimunjawa......................................... 72
Distribusi Kualitas Sumberdaya........................................................................... 72
Distribusi Kualitas Kawasan ................................................................................ 75
Evaluasi Kinerja Sistem Zonasi ...........................................................................

80

lmplikasi Terhadap Pengelolaan TNL Karimunjawa...................................................... 84
Penataan Batas Zona...........................................................................................

84

Kesesuaian Lahan Wisata Bahari................................................ ....................... 85

KESIMPULAN DAN SARAN

.............................................................................................. 89

Kesimpulan .................................................................................................................

89

.Saran ............................................................................................................................

90

DAFTAR PUSTAKA

......................................................................................................... 91

Halaman
Fungsi Masing-Masing Kanal dari Sensor Thematic Mapper.............................
Beberapa Contoh Aplikasi Data Citra Satelit Landsat-TM ...................................
Parameter Kesesuaian Lahan untuk Wisata Selam dan Snorkling....................
Titik Kontrol yang digunakan dalam Koreksi Geometrik tahun 1999 ...................
Bentuk Matriks Kesalahan Hasil Pengujian Piksel dari Setiap Kelas...................
Sistem Penilaian Kesesuaian untuk Wisata Selam dan Snorkling.......................
Parameter Fisika-Kimia Perairan di Stasiun Pengamatan ...................................
Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Kecamatan Karimunjawa .........................
Persentase Pertambahan Penduduk Kecamatan Karimunjawa...........................
Penduduk Kecamatan Karimunjawa Menurut Tingkat Pendidikan.......................
Persentase Penutupan Karang Hidup..................................................................
Penutupan Karang Hidup dari tahun 1997 dan 2000 ...........................................
Luas Penutupan Lahan Hasil Klasifikasi Citra Tahun 1997 dan 1999.................
Luas Perubahan Fungsi Penutupan Lahan dari Tahun 1997 sampai
Tahun 1999..........................................................................................................
Nilai Vegetasi Mangrove di Taman Nasional Laut Karimunjawa..........................
Luas Tingkat Kerapatan Mangrove di Taman Nasional Laut Karimunjawa..........
Luas Penutupan Perairan Taman Nasional Laut Karimunjawa...........................
Luas Perubahan Fungsi Penutupan Perairan dari Tahun 1997 sampai
Tahun 1999..........................................................................................................
Pembobotan Nilai Ekosistem ...............................................................................
Kriteria Pembagian Zonasi ...................................................................................
Sistem Zonasi Taman Nasional Laut Karimunjawa..............................................
Perbedaan Kinerja Sistem Zonasi TNL Karimunjawa..........................................
Petunjuk Aktifitas di Setiap Zona dalam TNL Karimunjawa .................................

Halaman
..

...................................................................................
Kerangka Dasar Penel~t~an
Lokasi Penelitian di Taman Nasional Laut Karimunjawa. Jawa Tengah ..............
Stratifikasi Ekosistem Wilayah Pesisir dan Laut ..................................................
Zonasi Kawasan Konservasi ................................................................................
Satelit Landsat 5-Thematic Mapper......................................................................
Sistem Cell Based Modeling.................................................................................
Proses Analisa Focal............................................................................................
Fungsi Euclidean..................................................................................................
Aplikasi Cell Based Modeling dalam Pengelolaan Sumberdaya Perairan............
Proses Pengolahan Data......................................................................................
Citra Komposit Kanal 453 Tahun 1999................................................................
Citra Komposit Kanal 421 Tahun 1997.................................................................
Analisa Keterkaitan Sumberdaya Berdasarkan Fungsi Focalmean......................
Evaluasi Kinerja Zonasi Taman Nasional Laut Karimunjawa ...............................
Zonasi Taman Nasional Laut Karimunjawa ..........................................................
Titik Tinggi dan Kedalaman Wilayah Penelitian ...................................................
Kemiringan Lereng Wilayah Penelitian ................................................................
Citra Sebaran Penutupan Lahan Tahun 1997 di TNL Karimunjawa.....................
Citra Sebaran Penutupan Lahan Tahun 1999 di TNL Karimunjawa....................
Perbandingan Luas Penutupan Lahan Tahun 1997 sampai Tahun 1999 ...........
Distribusi Perubahan Fungsi Penutupan Lahan Tahun 1997 sampai
Tahun 1999...........................................................................................................
Citra Kerapatan Vegetasi Mangrove Tahun 1997 di TNL Karimunjawa ..............
Citra Kerapatan Vegetasi Mangrove Tahun 1999 di TNL Karimunjawa ..............
Kondisi Kerapatan Vegetasi Mangrove di Pulau Karimunjawa dan Kemujan......
Kondisi Kerapatan Vegetasi Mangrove di Pulau Nyamuk ....................................
Kondisi Kerapatan Vegetasi Mangrove di Pulau Bengkoang...............................
Citra Klasifikasi Penutupan Perairan Tahun 1997 di TNL Karimunjawa.............
Citra Klasifikasi Penutupan Perairan Tahun 1999 di TNL Karimunjawa.............
Perbandingan Luas Penutupan Perairan Tahun 1997 sampai 1999..................
Distribusi Perubahan Fungsi Penutupan Perairan Tahun 1997 sampai
Tahun 1999...........................................................................................................
Distribusi Kualitas Kawasan Taman Nasional Laut Karimunjawa........................

32.

Sistem Zonasi Perairan Taman Nasional Laut Karimunjawa...............................

77

33.

Detail Potongan Potensi Sumberdaya Perairan ...................................................

78

34.

Perbedaan Kinerja Antara Sistem Zonasi PHPA dan Cell Based Modeling.........

82

35.

Perbedaan Zonasi Antara PHPA dan Cell Based Modeling .................................

83

36.

Kesesuaian lahan untuk Wisata Menyelam dan Snorkling...............................

87

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Hasil Perhitungan Sistem Penilaian Kesesuaian untuk Wisata Selam dan
Snorkling...............................................................................................................

95

Hasil Survei Mangrove di Lokasi Pengamatan ....................................................

96

Hasil Perhitungan Kerapatan Relatif, Frekuensi Relatif, Penutupan Relatif
dan INP Masing-Masing Jenis Mangrove. ............................................................

98

Uji Ketelitian Keakurasian Klasifikasi pada Citra Hasil Klasifikasi Penutupan
Lahan dan Penutupan Perairan...........................................................................

99

Luas dan Persentase Penutupan Lahan TNL Karimunjawa Berdasarkan
Citra Landsat 5-TM Tahun 1997...........................................................................

100

Luas dan Persentase Penutupan Lahan TNL Karimunjawa Berdasarkan
Citra Landsat 5-TM Tahun 1999...........................................................................

101

Luas dan Persentase Penutupan Perairan TNL Karimunjawa Berdasarkan
Citra Landsat 5-TM Tahun 1997...........................................................................

102

Luas dan Persentase Penutupan Perairan TNL Karimunjawa Berdasarkan
Citra Landsat 5-TM Tahun 1999.........................................................................

103

Dokumentasi Penelitian di Taman Nasional Laut Karimunjawa ...........................

104

Latar Belakanq
Sebagai salah satu kepulauan di Indonesia yang memiliki karakteristik
pulau-pulau relati berukuran kecil, maka Kepulauan Karimunjawa dapat
dikategorikan sebagai kawasan yang perlu dikelola dengan baik sebagai upaya
untuk mempertahankan keberlanjutan sumberdaya yang dimilikinya, terutama
sumberdaya perairan. Berkaitan dengan ha1 tersebut, maka pemerintah telah
menetapkan kawasan ini sebagai kawasan Taman Nasional Laut yang merupakan
salah satu model pengelolaan wilayah berbasiskan konsewasi (DEPHUT, 1996).
lmplementasi pelaksanaan konservasi yang dimaksud ditunjukkan melalui
suatu sistem zonasi wilayah berdasarkan tingkat kerentanan sumberdaya yang
dimilikinya. Akan tetapi dalam pelaksanaannya strategi konsewasi yang menjadi
salah satu model pengelolaan sumberdaya wilayah tersebut seringkali dihadapkan
dengan permasalahan yang berkaitan dengan keterbatasan perangkat pengelolaan
baik berupa peraturan maupun yang berkaitan dengan teknis pengelolaannya.
Lemahnya penegakkan hukum serta kelembagaan, ditambah dengan minimnya
kinerja sistem zonasi wilayah yang ada telah mengakibatkan terjadinya proses
degradasi sumberdaya alam yang ada dalam kawasan Taman Nasional Laut
Karimunjawa.
Hasil analisis data citra Landsat terhadap distribusi luasan sumberdaya
menunjukkan bahwa telah terjadi penyusutan luas hutan mangrove di TNL
Karimunjawa dari 587,88 ha pada tahun 1997 menjadi 576,61 ha pada tahun 1999,
luas terumbu karang yang berkurang dari 1622,43 ha pada tahun 1997 menjadi
1052,19 ha pada tahun 1999, seiring dengan tingkat pertumbuhan sosial dan
ekonomi di kawasan ini.

Penyusutan distribusi luasan sumberdaya yang dimaksud diatas pada
gilirannya akan memberikan pengaruh yang cukup berarti terhadap distribusi
luasan zona yang didasarkan pada tingkat kerentanan sumberdaya. Untuk
mengetahui seberapa besar dan sejauh mana pengaruh tersebut lebih lanjut, maka
perlu dilakukan suatu penelitian dalam bentuk suatu Kajian Zonasi Taman Nasional
Laut Karimunjawa berdasarkan pendekatan cell based modeling.

Perurnusan Masalah
Penunjukkan zonasi TNL Karimunjawa berdasarkan Dirjen PHPA No.
53IKptslDJ-V111990, belum dapat menghindarkan kawasan ini dari proses
degradasi sumberdaya alam yang dimilikinya sebagai akibat dari tuntutan
pertumbuhan sosial dan ekonomi. Hal ini dimungkinkan karena kurang
representatifnya sistem zonasi yang ada didalam mewakili setiap karakteristik
individu sumberdaya sedemikian rupa sehingga dalam pelaksanaannya justru
mengakibatkan terjadinya degradasi terhadap sumberdaya itu sendiri.

Tujuan Penaliian
Analisa potensi sumberdaya pesisir dan laut dengan memanfaatkan data
citra satelit Landsat-TM melalui klasifikasi citra.
Analisa kesesuaian zona untuk zonasi wilayah perairan TNL Karimunjawa
berdasarkan pendekatan cell based modeling.
Mengkaji tingkat kesesuaian zonasi untuk pengelolaan TNL Karimunjawa.

Tersedianya data dan informasi untuk peningkatan kualitas perencanaan
penataan ruang pesisir dan laut dalam kawasan konservasi laut.

Terwujudnya zonasi atau ruang yang serasi dan seimbang dalam
menentukan langkah operasional kegiatan konservasi taman nasional laut.

Keberadaan sumberdaya yang dimiliki oleh Taman Nasional Laut
Karimunjawa disatu sisi serta tingkat pemenuhan kebutuhan akan sumberdaya
sebagai tuntutan pertumbuhan sosial dan ekonomi disisi lainnya, telah melahirkan
suatu sistem pengaturan pemanfaatan kawasan sesuai dengan tingkat kerentanan
sumberdaya itu sendiri.
Dalam pelaksanaannya sistem pengaturan pemanfaatan kawasan tersebut
mengalami banyak kendala, terutama yang berkaitan dengan teknis perangkat
pengelolaannya yang masih bersifat global (holistic) sehingga mengenyampingkan
unsur-unsur individu dari sumberdaya yang justru harus mendapatkan perhatian
secara khusus. Untuk mengatasi ha1 tersebut diperlukan suatu pendekatan baik
yang bersifat kualitatif maupun yang bersifat kuantitatif.
Pendekatan

kualitatif

terutama

ditujukan

kepada

rujukan-rujukan

administratif yang mendukung atau mendasari terbentuknya sistem pengaturan
pemanfaatan kawasan taman nasional taut beserta ruang lingkup operasionalnya.
Sedangkan

pendekatan

kuantiatii

lebih

ditujukan

kepada

bagaimana

menginventarisasi sumberdaya dengan memanfaatkan teknologi penginderaan
jauh, serta bagaimana mendapatkan pola distribusi sebaran sumberdaya yang
secara lebih representatii dengan mempergunakan cell based modeling yang
berbasiskan SIG.
Secara sistematis kerangka dasar pemikiran penelitian ini dijelaskan
melalui Gambar 1, sedangkan detail pelaksanaannya akan dijelaskan pada Bab 3,
tentang metodologi penelitian.

r

\

r

7

Kebutuhan dan
Aktifitas
Pembangunan

Karakteristik
TNL Karimunjawa

7

UU No. 5 Thn 1990

r

5

Dirjen PUPA No. 531
KptslDJ-VU199O

Perencanaan

K e t e n n g m Bagan

Zonasi Optimum
Slstem ZonaslTNL Karlmunjawa

Remote Sensing
C I S : Geogmphrc Infinnaaon Sysrem

RS

Gambar I . Kerangka Dasar Penelitian

Ruang Lingkup Wilayah
Lokasi penelitian yang dipilih adalah kawasan konservasi Taman Nasional
Laut (TNL) Karimunjawa terdiri atas 22 pulau dari 27 pulau yang ada di Kepulauan
Karimunjawa, terletak di wilayah Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara,
Propinsi Jawa Tengah (Gambar 2).

Ruang Lingkup Pembahasan
Sesuai dengan fungsi utama dari Taman Nasional sebagaimana disebutkan
dalam Pedoman Penetapan Zonasi Taman Nasional yang ditetapkan oleh
Departeman Kehutanan tahun 1995, maka kajian zonasi dalam penelitian ini lebih
dititik beratkan pada bagaimana kinerja sistem zonasi yang ada didalam melindungi
keberadaan sumberdaya perairan sesuai dengan karakteristik individu yang
dimilikinya. Berkaitan dengan ha1 tersebut, maka ruang lingkup pembahasan yang
dilakukan dalam penelitian ini antara lain meliputi :

(1)

Kondisi fisik dasar wilayah yang mencakup kondisi permukaan lahan dan
dasar lautan.

(2)

lnventarisasi sebaran penutupan lahan dan perairan serta kecenderungan
perubahannya berdasarkan klasifikasi data citra satelit Landsat 5-TM.

(3)

Penyusunan alternatif zonasi perairan Taman Nasional Laut Karimunjawa
berdasarkan pendekatan cell based modeling.

(4)

lmplikasi zonasi terhadap pengelolaan Taman Nasional Laut Karimunjawa.

Gambar 2. Lokasi Penelitian di Taman Nasional Laut Karimunjawa, Jawa Tengah

TIMJAUAN PUSTAKA

Walaupun memiliki lahan daratan yang relatif kecil dan terbatas, namun
pada umumnya karakteristik pulau-pulau kecil memiliki sumberdaya pesisir dan
lautan yang relatif melimpah dan berpotensi dalam menunjang pembangunan.
Sehubungan dengan ha1 tersebut pengelolaan pulau-pulau kecil perlu ditangani
dengan baik sehingga keberlanjutannya dapat terus terjaga. Salah satu model
pengelolaan yang sering diterapkan pada pengelolaan pulau-pulau kecil adalah
konservasi terhadap sumberdayanya yaitu dengan melakukan zonasi wilayah.
Untuk dapat melakukan zonasi wilayah diperlukan inventarisasi keberadaan
sumberdaya dengan memanfaatkan teknologi penginderaan jauh. Selanjutnnya
untuk mengoptimalisasikan pemanfaatan kawasan sesuai dengan keberadaan
sumberdaya yang dimaksud, dipergunakan cell based modeling yang berbasiskan
sistem informasi geografi (SIG).

Karakteristik Pulau-Pulau Kecil
Hingga saat ini belum ada kesepakatan secara spesifik tentang definisi
pulau kecil, meskipun demikian ada kesepakatan umum bahwa yang dimaksud
dengan pulau kecil adalah pulau yang berukuran kecil yang secara ekologis
terpisah dari pulau induknya dan memiliki batas yang pasti, terisolasi dari habitat
lain, sehingga mempunyai sifat insular. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pulau-pulau
kecil secara fisik memiliki potensi sumberdaya alam daratan sangat terbatas tetapi
sebaliknya dikaruniai sumberdaya kelautan dan jasa lingkungan yang melimpah.
Hal ini merupakan aset yang strategis untuk dikembangkan sebagai basis kegiatan
ekonomi berdasarkan pemanfaatan ekosistem sumberdaya alam dan jasa-jasa
lingkungannya (Dahuri, 1998).

Potensi Ekosistem Wilayah Pesisir
Pulau kecil dapat dikategorikan sebagai suatu wilayah pesisir dimana dalam
wilayah tersebut terdapat satu atau lebih sistem lingkungan (ekosistem) pesisir dan
laut beserta sumberdayanya. Ekosistem wilayah pesisir yang dimaksud adalah
suatu sistem lingkungan perairan yang merupakan tempat berlangsungnya
hubungan timbal balik antara jasad hidup perairan (komponen biotik) dengan
lingkungan fisik perairan (komponen abiotik) termasuk antar komponen biotik itu
sendiri. Kearah darat lingkungan ini mencakup daerah yang masih terkena
pengaruh percikan air laut atau pasang surut, dan kearah laut meliputi daerah
paparan benua (Beatly et. a/,1994).
Berdasarkan pola sebarannya, maka ekosistem wilayah pesisir pada
umumnya terstratifikasi secara hirarkis sebagaimana dijelaskan melalui Gambar 3,
dimulai dari arah daratan menuju ke arah laut, adalah mangrove, lamun atau
rumput laut, dan terumbu karang (Nontji, 1987). Ketiga ekosistem ini merupakan
ekosistem yang sangat penting karena fungsi dan peranan yang dimilikinya baik
secara langsung maupun secara tidak langsung terhadap manusia.

Sebaran Sum berdaya

=----%=--

Gambar 3. Strat~fikasiEkosistem Wilayah Pesisir dan Laut

a)

Hutan Bakau (Mangroves)
Hutan bakau dapat juga disebut sebagai hutan mangrove, merupakan
komunitas tumbuhan pantai yang mampu tumbuh pada daerah pasang
surut sesuai dengan toleransinya terhadap salinitas, lama penggenangan,
substart dan morfologi pantainya. Hutan mangrove ditemukan tumbuh di
sepanjang pantai-pantai yang terlindung dari aktivitas gelombang besar dan
arus pasang surut yang kuat.
Hutan bakau mempunyai arti yang penting karena memberikan sumbangan
berupa bahan organik bagi perairan sekiarnya. Ekosistem hutan bakau
memberikan perlindungan terhadap pantai, perangkap sedimen dari darat,
perlindungan bagi organisme tertentu, pemijahan, pembesaran, dan tempat
pencari makan dari berbagai organisme. Selain itu dimanfaatkan oleh
manusia untuk berbagai keperluan seperti pemanfaatan kayu untuk kayu
bakar dan pembangunan rumah.

b)

Padang Lamun (Sea Grass Beds)
Lamun adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan
diri untuk hidup terbenam di dalam laut. Lamun hidup di perairan dangkal
agak berpasir sering dijumpai di terumbu karang. Padang lamun merupakan
ekosistem yang tinggi produktivitas organiknya. Secara ekologis padang
lamun memiliki beberapa fungsi penting bagi wilayah pesisir, antara lain
sebagai sumber makanan penting bagi organisme, tempat berlindung dan
pembesaran bagi beberapa organisme.

c)

Rumput Laut (Sea Weeds)
Rumput laut tumbuh pada perairan yang memiliki substrat keras yang kokoh
untuk tempat melekat. Tumbuhan ini hanya dapat hidup pada perairan
dimana tumbuhan mudanya yang kecil mendapatkan cukup cahaya. Pada

perairan yang jemih rumput laut dapat tumbuh hingga kedalaman 20-30 m.
Rumput laut memperoleh makanan berupa nutrien langsung dari air laut,
akibat peritiia upwelling dan turbulensi nutrien tersebut menjadi tersedia di
kolom air (Nybakken, 1988).
d)

Terumbu Karang (Coral reefs)
Terumbu karang merupakan ekosistem yang khas terdapat di seluruh
perairan Indonesia. Terumbu karang terbentuk dari endapan-endapan masif
terutama kalsium karbonat yang dihasilkan oleh organisme karang (filum
Scnidaria, kelas Anthozoa, Ordo Madreporaria Scleractinia), alga berkapur
dan organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat (Nybakken, 1988).
Terumbu karang merupakan ekosistem laut yang memiliki produktivitas
yang tinggi sehingga

memungkinkan sebagai tempat

pemijahan,

pengasuhan dan mencari makan dari kebanyakan ikan. Oleh karena itu
secara otomatis produksi ikan di daerah terumbu karang sangat tinggi.
Terumbu karang juga merupakan habitat bagi banyak spesies laut. Dan sisi
sosial ekonomi, masyarakat pesisir seringkali mengambil ikan hias yang
hidup diantara terumbu karang untuk dijual dan terumbu karang dapat
mendatangkan devisa negara yang berasal dari sektor pariwisata.
PotensiJasa Lingkungan
Seperti halnya wilayah pesisir dan lautan di Indonesia lainnya, kawasan
pesisir dan lautan pulau-pulau kecil juga memiliki berbagai macam jasa lingkungan
(environmental senlices) yang sangat potensial bagi kepentingan pembangunan
dan bahkan kelangsungan hidup manusia. Jasa-jasa lingkungan yang dimaksud
dalam ha1 ini adalah fungsi kawasan pesisir dan lautan yang dipergunakan sebagai
tempat rekreasi dan pariwisata, media transportasi dan komunikasi, sarana

pendidikan dan peneliian, kawasan pertindungan (konservasi dan preservasi), dan
fungsi penunjang kehidupan dan fungsi ekologis lainnya (Dahuri, et a/, 1996).
Dari sekian banyak jasa lingkungan yang ditawarkan, maka potensi jasa
lingkungan yang paling menonjol dan diminati oleh wisatawan terhadap pulau-pulau
kecil adalah pariwisata dalam kawasan konservasi, seperti cagar alam dan taman
nasional. Jenis kegiatan ini sering dikenal sebagai pariwisata alam (ecotourism),
yang tidak jarang dikaitkan dengan kegiatan pendidikan dan penelitian ilmiah (Boo,
1993). Pada dasamya ekoturisme atau ekowisata dapat didefinisikan sebagai
perjalanan yang bertanggungjawab ke wilayah-wilayah alami atau relatif masih
sediki sekali terganggu dengan tujuan untuk mempelajari dan menikmati
pemandangan serta mengamati budaya masyarakat setempat (Hector CabalosLascuarian, I993).
Dengan memperhatikan karakteristik potensi sumberdaya perairan dari
pulau-pulau kecil sebagaimana yang sudah dijelaskan dalam sub-bab sebelum ini,
maka pulau-pulau kecil memiliki potensi yang sangat besar didalam mendukung
pengembangan pariwisata bahari. Sebagaimana disebutkan oleh Dahuri (1997),
bahwa pariwisata bahari merupakan manfaat langsung yang dapat dinikmati dari
keanekaragaman hayati laut, dimana kegiatan pariwisata ini memberikan nilai yang
sangat penting bagi masyarakat di wilayah pesisir, terutama pada kawasan yang
memiliki ekosistem terumbu karang, pantai berpasir, dan mangrove. Ekosistem
terumbu karang memiliki daya tarik wisata yang cukup besar, terutama dikarenakan
oleh faktor keindahan serta berbagai jenis ikan karang yang terdapat di dalam
ekosistem tersebut. Hal yang sama juga terdapat pada ekosistem mangrove yang
sampai dengan saat ini telah cukup banyak diusahakan menjadi tujuan wisata,
selain wisata selam dan snorkling yang umumnya didominasi pada kawasan yang
memiliki banyak terumbu karang.

Dari uraian di atas tarnpak jelas bahwa keunggulan dan keberlanjutan
usaha pariwisata bahari sangat bergantung pada keindahan dan kelestarian
ekosistern pesisir dan lautan yang menjadi obyek utamanya. Dengan demikian
pulau-pulau kecil perlu dikelola secara baik guna rnenunjang pernbangunan, dalam
pengertian bahwa pernbangunan harus dilakukan secara terencana, sistematis dan
terpadu sehingga apa yang dilakukan dalam kegiatan pernbangunan tersebut tidak
akan rnengganggu keberlanjutan surnberdaya yang ada. Model pengelolaan
surnberdaya yang diterapkan pada pulau-pulau kecil pada urnurnnya mengacu
kepada perlindungan wilayah atau sering dikenal dengan kawasan konservasi.

Pengelolaan Kawasan Konservasi
Suatu kawasan yang dilindungi harus dijamin keberadaan dari pernanfaatan
surnberdaya secara tidak terbatas. Prinsip dasar untuk tujuan perlindungan adalah
konservasi, dimana konservasi dapat didefinisikan sebagai pengelolaan dari
penggunaan manusia terhadap "biosphere" untuk rnendapatkan keuntungan yang
berkelanjutan bagi generasi sekarang dengan tetap mernelihara potensinya untuk
kebutuhan dan cita-cita generasi yang akan datang (IUCN, 1980 dalam Salm 1982;
McNeely et a/., 1990 dalam Carter, 1994).
Berdasarkan UU No. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
disebutkan bahwa kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan
fungsi utama rnelindungi kelestarian lingkungan hidup yaqg rnencakup sumber
alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna
kepentingan pembangunan berkelanjutan. Sedangkan pengelolaan kawasan
lindung adalah upaya penetapan, pelestarian dan pengendalian pemanfaatan
kawasan lindung serta bertujuan untuk rnencegah tirnbulnya kerusakan fungsi
lingkungan hidup (DEPHUT, 1995).

Beberapa tipe pemanfaatan yang sesuai dengan tujuan perlindungan
mungkin tidak praktis dilihat dari sudut pengelolaan. Sebagai contoh, mungkin saja
keputusan untuk memanfaatkan kayu dari pohon yang sudah mati dalam taman
nasional dalam skala kecil sebagai kayu bakar tidak berpengaruh terhadap
keutuhan biologis. Tetapi ha1 ini tidak menjamin agar skala usaha itu tetap kecil dan
tidak ada cara terbaik untuk mengawasi pengumpulan semacam itu. Disamping itu
kehadiran pengumpul kayu bakar tersebut dapat mengganggu tujuan lainnya.
KonservasiLaut lndonesia
Resolusi GA17.38 pada sidang umum ke 17 IUCN (The International for
Conservation of Nature and Natural Resources) mendefinisikan kawasan
konservasi laut adalah suatu wilayah intertidal atau subtidal, termasuk perairan
dengan flora dan faunanya, serta perisitiwa sejarah dan budaya, harus dilindungi
oleh hukum atau arti lain yang efektif dalam melindungi sebagian atau keseluruhan
lingkungan (IUCN, 1988).
Salah satu kawasan konservasi laut yang sedang dikembangkan di
lndonesia seperti yang tertuang pada Rancangan Peraturan Pemerintah Republik
lndonesia tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam adalah
kawasan pelestarian alam laut, yang memiliki dua macam bentuk kawasan
perlindungan, yaitu (DEPHUT, 1995 dalam Alikodra, 1996) :
a) Taman Wisafa Alam Laut, adalah kawasan yang meliputi sistem alam yang
utuh, dikelola untuk perlindungan jangka

panjang dan menjaga

keanekaragaman hayati laut, yang pada saat bersamaan memberikan
produk jasa dan produk alam yang dibutuhkan manusia.
b) Taman Nasional Laut, adalah kawasan yang dirancang untuk (1) mencegah
eksploitasi yang berlebihan, (2) melindungi keutuhan ekologi atau lebih

untuk generasi sekarang dan masa yang akan datang, (3) memberikan
bantuan untuk kegiatan ilmiah, pendidikan, rekreasi, dan kesempatan
pengunjung, yang semuanya bewawasan lingkungan.
Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistemnya, disebutkan bahwa taman nasional adalah kawasan
pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli dikelola dengan sistem zonasi
yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi (DEPHUT, 1995).
Sistem Zonasi Taman Nasional Laut
Sistem zonasi taman nasional adalah pembagian wilayah di dalam kawasan
taman nasional menjadi zona-zona guna menentukan kegiatan-kegiatan
pengelolaan yang diperlukan secara tepat dan efektii dalam rangka mencapai
tujuan pengelolaan taman nasional laut sesuai dengan fungsi dan peruntukannya
(DEPHUT, 1995).

Sampai saat ini penataan zonasi kawasan taman nasional laut belum
didukung kelengkapan data dan informasi dasar dari potensi sumberdaya alam
hayati dan ekosistem. Penataan zonasi taman nasional merupakan pembagian
kawasan taman nasional atas berbagai zona yang mencerrninkan adanya suatu
perlakuan tertentu di masing-masing zona tersebut. Penataan zonasi bertujuan
untuk optimalisasi fungsi dan peruntukkan potensi sumberdaya alam hayati dan
ekosistem pada setiap bagian kawasan (Sriyanto A, 1998).
Aspek negatif dari suatu perencanaan zonasi yaitu kelihatan sangat kaku
dalam menyederhanakan kompleksnya masalah konservasi. Hal yang tidak mudah
dalam perencanaan zonasi adalah menentukan batas-batas di laut tetapi ha1 ini

dapat ditunjukkan oleh tiik terluar dari setiap kegiatan yang diatur dan dibatasi
secara jelas untuk menegaskan batasnya (Laffoley, 1995).
Untuk memahami peranan zonasi dalam pengelolaan kawasan konservasi
adalah dengan memahami fungsinya. Suatu kawasan yang dilindungi harus dapat
menggambarkan tiga fungsi dasar yang biasanya dijelaskan ke dalam tiga peran
(Laffoley, 1995), yaitu : peran konservasi (konservasi terhadap genetik dan
ekosistem), peran logistik (partisipasi dalam peneliian dan monitoring), dan peran
pembangunan (kerjasama dengan masyarakat lokal di sekitar kawasan konservasi
untuk mempromosikan bentuk pembangunan berkelanjutan yang wcok dengan
tujuan konservsi). Lebih lanjut dijeiaskan bahwa sistem zonasi yang digunakan
dalam kawasan konservasi harus mengandung ketiga peranan tersebut, yang
dijelaskan sebagai : zona inti (core area), yaitu wilayah dengan tujuan utama
konservasi; zona penyangga (buffer zone), yaitu wilayah yang membatasi maksud
dari pengelolaan; dan zona transisi (transition area), yaitu wilayah kerjasama
dengan masyarakat sekiar (Gambar 4).
- Core are? {stricily p:Giezisd)

///, Bufter zone fstrrdlysle!mealea)
! j 1 I ?iansl:ion am:,
XX X H ~ n a seftleriicnts
?

R

R e s ~ r c skt!o:1(11~
h
experiment

M

Monitoring

E

Education and tiainmg

T

Tourism and recreation

Gambar 4. Zonasi Kawasan Konservasi (zaffoley, 1995)

Sedangkan sistem zonasi yang dimaksud dalam UU No. 5 Tahun 1990,
terdiri dari zona inti dan zona pemanfaatan serta zona lain sesuai dengan
keperluan. Zona lain yang sesuai dengan keperluan adalah zona rimba atau

perlindungan, zona pemulihan, zona rehabilitasi, zona budaya, dan lain-lain,
meliputi (DEPHUT, 1995) :
1.

Zona Inti adalah kawasan dimana keadaan flora dan fauna atau keindahan
khaliknya dan ekosistem mutlak untuk dilindungi dan tidak diperbolehkan
adanya perubahan apapun oleh aMivitas manusia.

2.

Zona Pedindungan adalah kawasan yang berfungsi sebagai peralihan,

dimana dalam batas-batas tertentu proses alami tetap menjadi prioritas
perlindungan dan pelestarian.
3.

Zona Pemanfaatan adalah kawasan yang memiliki keanekaragaman dan

keindahan flora dan fauna laut, maupun keindahan alamnya mempunyai
corak khas untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam.
4.

Zona Penyangga merupakan kawasan pemanfaatan sumberdaya alam

secara tradisional untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat
setempat dan merupakan daerah penahan gangguan dari luar terhadap
kawasan taman nasional.
5.

Zona

Lainnya adalah

kawasan yang

ditetapkan sesuai dengan

kepentingannya, seperti :
zona pemulihan adalah kawasan untuk kepentingan pemulihan habitat
atau ekosistem dan populasi hidupan liar,
zona rehabilitasi adalah kawasan yang pernah rusak akibat sesuatu ha1
dan dapat dilakukan kegiatan pemulihan untuk dikembalikan ke zona
yang sesuai dengan peruntukkannya, dan
zona kulturaVbudaya merupakan suatu wilayah yang didalamnya
terdapat tempat perkembangan sejarah budaya manusia.

Teknologi Penginderaan Jauh
Salah satu upaya untuk melakukan inventarisasi sumberdaya wilayah yang
bersifat

kontinyu dan

menyeluruh adalah

dengan

memanfaatkan

data

penginderaan jauh yang dihasilkan oleh satelit Landsat (Land Satellite) 5 beresolusi
tinggi yang diluncurkan pada 1 Maret 1984 (Gambar 5). Kemampuan Landsat 5
yang memiliki cakupan liputan lahan seluas 185 km x 185 km, dan dilengkapi
dengan sensor Thematic Mapper (TM) telah mampu menghasilkan citra dengan
resolusi mencapai 30 m. Ini berarti Landsat 5 dengan sensor Thematic Mapper
telah memberikan andil yang cukup besar dalam melakukan inventarisasi
sumberdaya wilayah secara lebih teliti dibandingkan Landsat 5 dengan sensor Multi
Spectral Scanner (MSS) yang hanya mampu menghasilkan citra dengan resolusi
mencapai 80 m (Restec, 2002).

Gambar 5 . Satelit Landsat 5-l;hematic Mapper

Selanjutnya dengan 7 kanal yang dimiliki sensor TM, yaitu 3 kanal terletak
pada daerah sinar tampak, 1 kanal pada daerah infra merah dekat, 2 kanal pada
daerah infra merah tengah dan 1 kanal terletak pada daerah termal infra merah,
maka sensor Thematic Mapper dapat dikategorikan sebagai media penginderaan
jauh yang mampu melakukan identifikasi sumberdaya wilayah berdasarkan tingkat
penggunaannya secara lebih luas sesuai dengan jumlah kanal yang dimilikinya
(Tabel 1).

..................

Tabel I . Fungsi Musing-Musing Kana1 dari Sensor ThematicMapper (Restec, 2002)

--

.

2 : 0.52 - 0.60 pm (hijau)

I : 0.45 0.52 pm (violet biru)

3 : 0.63 - 0.69 pm (merah)

...................

Penggunaan

Kanal

--.

4 : 0.79 - 0.90 pm (IR dekat)
_.--.
____l_ll__--_l---.-..-

5 : 1.55 - 1.75 pm (IR menengah)
--....-..-...----..-.------.6 : 10.40 12.50 pm (IR thermal jauh)
.......................................................................................................................

7 : 2.08 - 2.35 pm (IR menengah)
~-.-.---.-....---.

.
.

Memantau wilayah perairan
Mengidentifikasi dan mempelajari kesuburan vegetasi
Mempelajaritipe-tipe vegetasi
....ll--^-...

Mempertegas batas antara kolom air dan lahan.

1

-

memantau kondisi keawanan
Temperatur perairan dan geothermal

............

..............................

Mengelompokkan area dengan bermacam batuan

Berdasarkan tingkat penggunaannya, maka aplikasi pemanfaatan data
satelit Landsat 5-TM telah banyak dilakukan dalam berbagai bidang seperti
pertanian, kehutanan, penggunaan lahan dan pemetaan, geologi, hidrologi,
sumberdaya pesisir dan monitoring lingkungan (Tabel 2).
Tabel 2. Beberapa Contoh Aplikasi Data Citra Satelit Landsat 5-IU (Nm,1999)

Dikaitkan dengan proses inventarisasi sumberdaya alam untuk keperluan
pengelolaan kawasan konservasi, khususnya taman nasional laut yang

menitikberatkan pada sumberdaya perairan sebagai obyek utama untuk diteliti,
maka keberadaan data satelit Landsat 5-TM yang memiliki spesiftkasi panjang
gelombang berkisar antara 0.5

-

0.6 pm merupakan jawaban yang cukup baik,

terutama untuk menjelaskan fenomena sumberdaya perairan sepetti terumbu
karang, lamun dan rumput laut, mangrove serta fenomena alam lainnya yang
berkaitan dengan proses pengelolaan kawasan konservasi (Hoffer, 1978).
Untuk mengoptimalisasikan tingkat pemanfaatan wilayah berdasarkan
keberadaan fenomena sumberdaya perairan yang dihasilkan oleh data citra satelit
Landsat 5-TM diatas sesuai dengan tata letak, besaran, serta intensitas fenomena
sumberdaya dalam bentuk suatu basis data spasial, diperlukan analisis lebih lanjut
dalam bentuk suatu analisis spasial dengan memanfaatkan teknologi sistem
informasi geografi.

Sistem lnformasi Geografi (SIG)
Sistem lnformasi Geografi (SIG) adalah suatu sistem informasi spasial
berdasarkan komputer yang mempunyai kemampuan untuk menangani data yang
bereferensi geografi dalam ha1 pemasukan, manajemen data (penyimpanan dan
memperbaharui), memanipulasi dan analisis, serta pengembangan produk dan
menyajikan kembali semua bentuk informasi spasial (Aronof 1989; ESRI, 1990).
Sistem lnformasi Geografi telah banyak digunakan dalam melakukan
berbagai analisa keruangan sepetti halnya perencanaan wilayah dan pengelolaan
sumberdaya alam. Salah satu terobosan dalam aplikasi sistem informasi geografi,
adalah penggunaan cell based modeling yang sudah mulai banyak dipergunakan
terutama untuk menganalisa permasalahan yang berkaitan dengan hidrologi dan
lingkungan (ESRI, 1997). Selain itu, aplikasi sistem informasi geografi dapat juga
melakukan analisis kesesuaian lahan dengan fungsi overlay.

Cell Based Modeling
Cell based modeling adalah salah satu model dalam aplikasi GIs
berbasiskan grid yang membagi ruang berdasarkan satuan unit sel dengan bentuk
dan ukuran yang seragam serta terdistribusi secara sistimatis sebagai suatu fungsi
permukaan atau ruang (ESRI, 1997). Konsep model ini didasarkan pada individual
proses dari setiap sel (cell processing) yang digunakan sebagai sarana untuk
menganalisis obyek diatas permukaan bumi, dimana setiap sel yang dimaksud
mewakili bagian dari permukaan bumi sebagaimana dijelaskan dalam Gambar 6.

,

s

...........................................................................................

"

]

Gambar 6. Sistem Cell BasedModeling (Esri, 1997)

Salah satu fungsi didalam cell based modeling yang digunakan untuk
menganalisis keterkaitan antara setiap individual sel yang tersebar didalam ruang
adaliih fungsi focalmean. Pada dasarnya fungsi ini memproses setiap individual
data pada setiap sel input berdasarkan perhitungan nilai rata-rata yang dihasilkan
dari keseluruhan data pada setiap sel input yang tersebar dalam suatu range
wilayah tertentu (Gambar 7).
Fungsi lain yang memiliki arti cukup penting didalam menganalisis range
atau jarak antara setiap individual sel yang tersebar didalam ruang adalah fungsi
euclidean distance yang merupakan salah satu sub fungsi dari fungsi euclidean.

Pada dasarnya fungsi ini memproses setiap individual data pada setiap sel input
berdasarkan perhitungan jarak terdekat dari setiap individual sel ke setiap individual
sel lainnya dalam ruang (Gambar 8).

Function:

OWGRID= FOCALME4~IHORID1,RECTANGLE, 3 3)

Gambar 7. Proses Analisa Focal (Esri, 1997).

Gambar 8. Fungsi Euclidean (Esri, 1997).

Disamping menemukan jarak, maka dengan fungsi euclidean dapat juga
ditentukan arah dari setiap individu sel menuju individu sel terdekat lainnya melalui
sub fungsi euclidean direction. Dengan diketahuinya jarak serta arah dari setiap
individu sel menuju ke individu sel lainnya, maka dengan mempergunakan sub
fungsi euclidean allocation, dapat diperkirakan besarnya alokasi dari setiap individu
sel berdasarkan kedekatannya terhadap individu sel lainnya (ESRI, 1997).

Aplikasi Cell Based Modeling dalam Pengelolaan Sumberdaya
Berdasarkan kemampuan dari cell based modeling dan dengan
memperhatikan

karakteristik

sebaran

ekosistem

sumberdaya

perairan

sebagaimana dijelaskan pada sub-bab sebelum ini, yang menunjukkan adanya
stratifikasi dalam penyebarannya, maka penggunaan konsep cell based modeling
cukup representatif untuk dapat dipergunakan sebagai sarana didalam melakukan
analisis distribusi sebaran sumberdaya perairan tersebut, terutama didalam
menentukan distribusi pengaruh dari setiap individu sumberdaya terhadap individu
sumberdaya lain yang terpisahkan oleh jarak dalam ruang.

Sebaran Data :
x Sumberdaya
Pera~ran .'

*,

:..-

.,

i

.+.
Dlstribus~j,

:

Pengaruh
lnerld"
; sumberdaya !
.
,
9
'
peralran *,

i

(

*.....---.
-*--*-*!
+

Seb