% of embrio 60

% of embrio 60

Tabel 2. Influence of Picloram on

somatic

formation 40 16

percentage of somatic embryos

formation

0 8 Picloram (uM

% of somatic embryos formation Picloram 4 at different of age (weeks)

(µM)

Culture time (weeks)

Figure 1. Influence of Picloram and culture

time on somatic embryo formation

Perkembangan embrio ada empat fase

yaitu fase 0, 1, 2, dan 3. Pada fase 0, satu sel

akan membentuk kelompok sel embriogenik

pada fase 1. Pada fase 1-3, kelompok sel

yang berasal dari satu sel akan berkembang

menjadi embrio somatik (Komamine, 1991).

Menurut Toonen dan de Vries (1996),

tahap-tahap perkembangan embrio somatik, seperti munculnya bentuk-bentuk globular,

Figure 2. Culture of somatic embryo at 16

hati, dan torpedo yang sangat mirip dengan

weeks

tahap perkembangan embrio sigotik. Sel-sel

kompeten dapat dipicu menjadi sel-sel Tabel 3. Number of somatic embrio per

embrionik dengan menggunakan berbagai

explant produced by the culture at

perlakuan seperti pemberian zat pengatur

20 weeks

tumbuh (ZPT), perlakuan pH (pH shock),

Picloram

Number of somatic embrio

perlakuan panas (heat shock) dan perlakuan

(µM)

per explant

dengan zat-zat kimia. Pada umumnya ZPT yang digunakan

4 70.00 ± 8,16 untuk menginduksi embrio somatik adalah

8 75.71 ± 11,78 auksin. Kiyosuke et al. (1983), menyatakan

12 110.00 ± 8,16 bahwa konsentrasi auksin yang diperlukan

16 135.00 ± 48,22 untuk menginduksi sel embriogenik sangat

20 166.60 ± 18,86 tinggi dibandingkan keperluan auksin pada

pertumbuhan sel normal.

Peningkatan konsentrasi Picloram Murthy et al. (1995), menginduksi seiiring dengan meningkatnya jumlah embrio

embrio somatik dengan menggunakan TDZ. somatik yang dihasilkan. Bersamaan dengan

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa berkembangnya embrio somatik yang sudah

peningkatan konsentrasi TDZ akan terbentuk maka terbentuk juga embrio-

meningkatkan jumlah embrio somatik per eksplan dan persentase embrio somatik

Ellok D Sulichantini Planlets Produvtion Derived from Peanut Somatic Embryos

Table 4. Influence of sucrose concentration on somatic embryos phenotype Phenotype of somatic

Sucrose concentration (%)

embryos 24

Embryos production

Many (70-187)

Rare (< 10 )

Embryos color

White, vitrous

Light yellow

Maturation time

Long (16-20 minggu)

Short (4 - 8 weeks)

Embryos position

Bertumpuk

Single

Formed embryos

Primer somatic embryo Embryos size

Primer and secondary somatic embryo

Small (< 5 mm)

Big (> 5 mm)

Form of somatic

Vary (globular, heart shape and torpedo was in Not vary

embryos

the same explan)

Karbohidrat terutama gula merupakan mencapai 12 % (George dan Sherrington, komponen yang selalu ada dalam media

1984). Chengalrayan, et al (1995) tumbuh. Gula merupakan sumber energi

menggunakan sukrosa sebanyak 6 % pada yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan

media induksi embryogenesis.

dan perkembangan kultur (Gunawan, 1988). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Selain sebagai sumber energi, gula

konsentrasi sukrosa yang diberikan juga berfungsi sebagai tekanan osmotic

mempengaruh jumlah embrio somatic per media. Hasil penelitian Gautheret eksplan yang dihasilkan dimana konsentrasi mendapatkan bahwa sukrosa adalah yang

4 % menghasilkan jumlah embrio somatic paling baik diikuti oleh glukosa, maltosa, dan

yang lebih rendah tetapi memperpendek rafinosa. Fruktosa dan galaktosa kurang

waktu pematangan embrio sehingga efektif sedangkan manosa dan laktosa mempercepat waktu terbentuknya planlet. merupakan karbohidrat yang tidak efektif.

Bentuk planlet yang berasal dari embrio Konsentrasi optimum sukrosa tergantung dari

somatik tunggal maupun yang berasal dari jenis kultur. Dalam kultur kalus dan pucuk,

embrio somatik gabungan disajikan pada konsentrasi optimum antara 2-4 %, namun

Gambar 3.

dalam kultur embrio konsentrasi gula dapat

Table 5. Convertion of sprouted somatic embryos form and produced planlet Picloram

Form of somatic

Number of

sprouted embrio

planlet

planlet

4 Single

Mixture

8 Single

Mixture

12 Single

Mixture

16 Single

Mixture

20 Single

Mixture

Jurnal Teknologi Pertanian 3(1) : 43-49, Agustus 2007 ISSN 1858-2419

waktu induksi embrio somatik. Peningkatan konsentrasi glukosa mampu memperpendek waktu pematangan embrio somatik tetapi menurunkan jumlah embrio somatik yang terbentuk. Embrio somatik yang telah matang

a b mampu dikecambahkan dalam media pengecambahan dan dapat berkembang

Figure 3. Planlet from (a) single somatic

menjadi planlet yang normal. Bentuk planlet

embryo, and (b) mixture somatic

tergantung dari bentuk embrio somatik yang

dikecambahkan. Embrio somatik gabungan Embrio somatik yang telah matang

embryo

akan menjadi planlet gabungan / planlet yang selanjutnya dikecambahkan dalam media

abnormal sedangkan embrio somatik tunggal pengecambahan yang tersusun dari media

akan menjadi planlet tunggal. dasar MS ditambah dengan 2 % sukrosa dan

2 % arang aktif. Arang aktif berfungsi untuk

DAFTAR PUSTAKA

menyerap senyawa yang menghambat Ammirato PV (1984) Induction, pertumbuhan dan zat pengatur tumbuh yang

maintenance, and manipulation of berlebihan, mengabsorbsi senyawa fenolik

development in embryogenic cell dari jaringan yang terluka (fridborg et al.,

suspension culture. Dalam: Vasil IK 1978), dan dari degradasi sukrosa pada

(ed) Cell Culture and Somatic Cell proses sterilisasi (Druart dan De Wulf, 1993),

Genetics of Plants. Volume 1: mencegah pertumbuhan kalus abnormal dan

Laboratory Applications. Academic merangsang terjadinya pemasakan embrio

Press Inc. Orlando, Florida. (George dan Sherrington, 1984).

Semua embrio somatik yang Bajaj YPS (1983) Peanut. Dalam: Evans D, dikecambahkan berhasil menjadi planlet.

Sharp WR, Ammirato P, Yamada (ed). Bentuk planlet yang dihasilkan tergantung

Hand Book of Plant Cell. Macmillan dari bentuk embrio somatik yang

Pub, New York, USA. dikecambahkan apabila yang dikecambahkan

Bojwani SS, Razdan MK (1983) Plant Tissue berupa embrio somatik tunggal maka planlet

Culture: Theory and Practice: yang terjadi merupakan planlet yang normal

Develop. Dalam: Crop Science 5. dengan bentuk seperti tanaman yang berasal

Elseiver, Tokyo.

dari embrio zigotik tetapi bila yang dikecambahkan adalah embrio gabungan

Calleberg EK, Johansson L (1993) The effect yang terdiri lebih dari satu embrio yang

of starch and incubation temperature in saling melekat diberbagai bagiannya maka

anther culture of potato. Plant Cell, planlet yang terbentuk merupakan planlet

Tissue, and Organ Culture 32: 27-34. yang abnormal (bentuknya tidak serupa

Chengalrayan K, Mhaske VB, Hazra S dengan tanaman yang berasal dari embrio

(1995) In vitro regulation of zigotik). Planlet yang normal maupun yang

morphogenesis in peanut (Arachis abnormal mampu tumbuh dengan baik dan

hypogaea L.). Plant Science 110: 259- dapat dipindahkan dalam media aklimatisasi.

KESIMPULAN

Druart P, de Wulf O (1993). Activated charcoal catalysis sucrose hydrolysis

Leaflets kacang tanah yang berasal during autoclaving. Plant Cell, Tissue dari kecambah umur 2 hari mampu diinduksi

and Organ Culture 32: 97-99. embrio somatiknya dengan menggunakan zat

pengatur tumbuh picloram dari konsentrasi Eapen S, George L (1993) Somatic 4-20 µM. Peningkatan konsentrasi Picloram

embryogenesis in peanut: influence of dapat meningkatkan persentase embrio

growth regulators and sugar. Plant somatik yang terbentuk, jumlah embrio

Cell, Tissue and Organ Culture 35(4): somatik yang terbentuk per eksplan, dan

151-156.

Ellok D Sulichantini Planlets Produvtion Derived from Peanut Somatic Embryos

Fridborg O, Pedersen M, Landstrom LE, Murthy BNS, Susan, Saxena PK (1995) Erikson T (1978) The effects of

Thidiazuron induced somatic activated charcoal on tissue cultures:

embryogenesis in intact seedling of absorption of metabolites inhibiting

peanut (Arachis hypogaea L.): morphogenesis. Physiologia Plantarus

endogenous growth regulator levels

43: 104-106. and significance of cotyledon. Gamborg OL, Shyluk JP (1981) Nutrition,

Physiologia Plantarum 94: 267-268. media and characteristics of plant cell

Pierik RLM (1987) In Vitro Culture Higher and tissue culture. Dalam: Thorpe TA

Plant. Matinus Nijhoff, Netherlands. (ed). Methods and Applications in

Teixera JB, Sondahl MR, Ireland RJ (1984) Agriculture. Acad Press, New York. Amino acids metabolism in pea leaves.

George EF, Sherrington PD (1984) Plant Physiol 74: 822-826.

Propagation by Tissue Culture. Tiainen T (1992) The influence of culture Exegetics Ltd, London.

conditions on anther culture respons of Gunawan LW (1988) Teknik Kultur Jaringan

commercial varieties of Solanum Tumbuhan. Laboratorium Kultur

tuberosum L. Plant Cell, Tissue, and Jaringan Tumbuhan, IPB-Direktorat

Organ Culture 30: 211-219.

Jenderal Pendidikan Tinggi, Toonen MAJ, de Vries SC (1996) Initiation Depdikbud.

of somatic embryos from single cells. Johansson L, Anderson B, Erikson (1982)

Dalam : Wang TU, Cumming A (ed). Improvement of anther culture

Embryogenesis the generation of a technique: Activated charcoal bound in

plant. Bios Scientific Publishers Ltd, agar combination with liquid medium

United Kingdom.

William EG, Maheswaran G (1986) Somatic Plant Copenhagen 54: 24-30.

and elevated CO 2 concentration. Physil

Embryogenesis: Factor Influencing Kiyosue S, Satoh S, Kamada H, Harada H

Coordinated Behavior of Cell as an (1993) Somatic embryogenesis in

Group. Ann. Bot. 57: 443-462. higher plants. J Plant Res Special Issue

3: 75-82.

Komamine A, Kawahara A, Tsukahara M (1991) Mechanisme of somatic embryogenesis in culture: Physiology, Biochemistry, and Molecular Biology In Vitro Cell.