6
B. Jenis Gerakan dan Komponen fisik pada Pencak Silat Kategori Tanding
Pada pencak silat kategori tanding jenis gerakan mencakup tendangan, pukulan, hindaran, tangkisan, bantinganjatuhan. Dari berbagai jenis gerakan unsur
fisik yang terlibat adalah kecepatan, kekuatan, kelentukan, kelincahan dan ketepatan. Sedangkan menurut Engkos Kosasih 1993: 54 komponen fisik yang diperlukan
pada cabang olahraga pencak silat adalah pada bahu memerlukan kekuatan otot, daya tahan otot, agilitas dan kelentukan, pada punggung memerlukan kekuatan otot, pada
dada memerlukan kekuatan otot, daya tahan otot, pada lengan memerlukan kekuatan otot, daya tahan otot, agilitas dan kelentukan serta power, pada tungkai memerlukan
kekuatan otot, daya tahan otot, agilitas dan kelentukan serta power.
C. Kinerja Fisik Dalam Pencak Silat
Pembinaan atlet yang benar akan meningkatkan prestasi atlet. Pembinaan atlet pencak silat mencakup pembinaan fisik dan pembinaan mental pesilat. Pembinaan
fisik dalam mendukung prestasi ditekankan pada kemampuan-kemampuan daya tahan endurance, kekuatan otot muscle strenght, kecepatan speed, daya ledak otot
muscle explosive power, Ketangkasan agility, Kelentukan flexibility, keseimbangan balance Joko Subroto, 1994; Suharno, 1985: 24; Iwan Setiawan,
1991: 112. Keterpaduan kemampuan-kemampuan yang dimiliki pesilat akan mempengaruhi ketercapaian target prestasi. Target prestasi pesilat mencakup
perpaduan dari kemampuan elakantangkisan, pukulan, tendangan, teknik menjatuhkan dan teknik penguncian dalam menghadapi lawan tanding di arena
pertandingan.
D. Neuromuscular Electrical Stimulation NMES
Upaya peningkatan kekuatan otot pada olahragawan atau atlet yang biasa dilakukan umumnya dalam bentuk latihan resistensi. Memperhatikan hal tersebut,
Fisioterapi yang bertugas menjaga lingkup gerak dan fungsi tubuh mengambil peranan dalam peningkatan kekuatan otot dengan menggunakan modalitas yang
7 dimiliki Fisioterapi seperti stretching dan aplikasi Neuromuscular Electrical
Stimulation NMES. Umumnya Stretching adalah suatu bentuk latihan fisik di mana otot rangka
tertentu atau kelompok otot sengaja diulur dalam meningkatkan elastisitas otot, meningkat kontrol otot dan lingkup gerak sendi. Stretching dianggap faktor penting
dalam mengurangi risiko cidera, serta rehabilitasi otot dan pengembangan kinerja atlet yang lebih baik Maciel and Camara, 2008. Di sisi lain diketahui bahwa
stretching perlu dilakukan sebagai relaksasi awal untuk persiapan melakukan kontraksi otot maksimal. Ketika dilakukan stretching pada otot, beberapa dari serat
otot memanjang, tapi serat lain mungkin tetap diam. Banyaknya serat otot yang ikut memanjang inilah yang mempengaruhi terjadinya kontraksi otot maksimal
Appleton, 2008. Dalam penelitiannya, Nelson et al 2005 menemukan korelasi antara
stretching dan pengaruhnya terhadap kekuatan otot. Cara lain untuk meningkatkan kekuatan otot adalah menggunakan
Neuromuscular Electrical Stimulation NMES yang merupakan satu dari sekian modalitas yang digunakan oleh profesi Fisioterapi di Indonesia. NMES digunakan
untuk memperkuat otot yang sehat atau untuk mempertahankan massa otot. NMES menggunakan arus listrik yang menyebabkan satu atau kelompok otot tertentu
berkontraksi. Kontraksi otot dengan menggunakan stimulasi elektris ini dapat meningkatkan kekuatan otot Laura, 2008. Penelitian Romero et al 1982,
memberikan stimulasi elektris pada kelompok otot quadriceps femuris bilateral pada 18 wanita remaja 9 orang sebagai kelompok eksperimental dan 9 orang lagi sebagai
kelompok kontrol. Stimulasi elektris bergelombang faradik pada 2000 pps dengan 4 detik istirahat, durasi 15 menit dari rangsangan listrik yang diberikan selama jangka
waktu 5 minggu didapatkan hasil kekuatan isometrik naik 31 di kaki non-dominan dan 21 di kaki dominan P0,05. Pada kelompok kontrol tidak ditemukan
signifikasi berbeda antara pre-post test. Pentingnya fungsi dari kekuatan otot dalam olahraga pencak silat untuk
mencegah adanya risiko terjadinya cidera dan terkait dengan suatu kompetisi
8 pertandingan pencak silat, hal inilah yang menarik perhatian peneliti untuk
melakukan penelitian ini. Kombinasi stretching dan NMES pada kelompok otot diharapkan dapat meningkatkan kekuatan otot. Neuromuscular Electrical Stimulation
NMES merupakan satu dari sekian banyak modalitas yang digunakan oleh profesi Fisioterapi di Indonesia. NMES adalah aplikasi dari stimulasi listrik untuk
sekelompok otot. NMES biasanya digunakan oleh Fisioterapis sebagai bentuk rehabilitasi otot atau kejadian lain yang mengakibatkan hilangnya fungsi otot
Palmieri et al, 2010. NMES dapat digunakan untuk memperkuat otot yang sehat atau normal untuk mempertahankan massa otot Batey, 2006. peningkatan kekuatan
otot dengan menggunakan NMES cenderung lebih optimal pada kondisi non patologis , dibanding kondisi patologis Adel dan Luykx, 1990.
Dalam otot normal, stimulasi listrik membangkitkan kontraksi dengan eksitasi saraf motorik bukan eksitasi otot secara langsung. Serat saraf motoris normal hanya
memerlukan durasi pulsa pendek untuk bisa mengalami eksitasi atau depolarisasi , sedangkan tanggap rangsang otot membutuhkan durasi pulsa yang jauh lebih panjang
Scott et all, 2009. Holcomb 2006 menunjukkan bahwa induksi dari kontraksi yang dihasilkan oleh NMES pada saraf motorik dapat meningkatkan jumlah rekruitmen
motor unit. Dia berteori bahwa jika semua motor unit direkrut, otot dapat melakukan kontraksi maksimal, dan bahwa dengan sesi pelatihan dari NMES otot akan
meningkatkan ketegangan dan mengembangkan kapasitas kekuatan. Ini sejalan dengan pendapat Laura 2008 yang menyatakan bahwa kontraksi otot yang
dihasilkan oleh stimulasi elektris dapat meningkatkan kekuatan otot. Pemberian NMES melalui elektroda yang menempel langsung pada kulit dan utamanya pada
motor point dari otot-otot yang dirangsang bekerja meniru impuls potensial aksi yang berasal dari sistem saraf pusat. Hal ini penting sebagai teknik pelengkap bagi
pelatihan olahraga. Stimulasi NMES dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan sebuah perubahan dalam distribusi serat otot. Terjadinya perubahan terutama
tergantung pada frekuensi yang mengakibatkan terjadinya depolarisasi motor neuron oleh arus listrik. Efek ini harus dipertimbangkan dalam sebuah aplikasi yang lama.
9 Dengan kata lain, distribusi serat otot akan beradaptasi dengan fungsi tersebut jika
otot digunakan. Leiber 1992 menunjukkan bahwa otot tipe IIfast twitch dapat diubah menjadi otot tipe Islow twitch dengan stimulasi listrik 10Hz. Perubahan
dimulai dengan peningkatan persentase dari mitokondria, aktivitas enzim oksidatif, kapiler per milimeter persegi, total dan konsumsi aliran darah.
Salah satu arus listrik yang digunakan dalam NMES dengan menggunakan Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation TENS. Jenis arus TENS untuk
menghasilkan kontraksi otot dibutuhkan fase durasi dan frekuensi yang tepat. Durasi tahap ini biasa dipergunakan 100-150
μS. Frekuensi dapat disesuaikan menurut jenis jaringan otot phasic atau tonik. Frekuensi yang diperlukan oleh sebuah otot atau
grup otot untuk dapat menghasilkan kontraksi tetanik sebagaimana yang terjadi dalam kontraksi fisiologis dikenal sebagai critical fusion frequency CFF yang besarnya
tergantung dari lokasiregio kelompok otot dan atau jenis otot yang besangkutan yaitu fasik atau tonik. Untuk otot fasik rentang CFF antara 30 Hz
– 100 Hz. Secara umum frekuensi 50 Hz dapat dipilih untuk menghasilkan kontraksi tetanik yang nyaman
Adel dan Luykx. 1990. TENS pola Burst mengaktifasi serabut G III, A delta ergoseptor yang dapat menimbulkan kontraksi otot-otot fasik yang berakhir pada
aktifasi saraf berdiameter kecil non noksius. Intensitasamplitudo sampai timbul kontraksi yang nyata yang besaran kontraksinya tergantung dari kondisi otot serta
tujuan pemberian NMES. Sebagai contoh untuk mengoreksi sub-luksasi bahu yang terjadi NMES diaplikasikan pada otot deltoid posterior dan supraspinatus dengan
durasi 100 – 200 μS dan intensitas yang besarannya sampai menimbulkan kontraksi
otot setara dengan nilai 2 atau 3 dalam Manual Muscle Testing MMT sehingga dihasilkan kontraksi otot fasik yang cukup kuat tetapi nyaman Parjoto, 2006. Pada
penelitian ini yang akan digunakan adalah jenis arus TENS dengan durasi 100-150 μs, frekuensi 30 Hz – 100 Hz, intensitas kontraksi otot setara dengan nilai 2 atau 3
dalam MMT sehingga dihasilkan kontraksi otot yang cukup kuat tetapi nyaman dengan waktu pemberian selama 15 menit
10
10
BAB III METODE PENELITIAN