xxxvi e. Terjalin dalam sekejap Hyperlink, informasi yang tersedia tersaji
dalam bentuk hyperlink, berarti pengunjung dapat melompat dari satu informasi ke informasi yang lain baik yang mempunyai ikatan
langsung maupun tidak memiliki ikatan Johnny Ibrahim, 2005: 326. 2. Kelemahan media internet :
a. Kesenjangan digital Digital Divide Kesenjangan digital adalah adanya jarakkesenjangan antara
mereka yang memiliki akses terhadap teknologi digital dengan mereka yang tidak memiliki akses;
b. Content Credibilitz Internet dapat diakses oleh hampir semua orang pada wilayah
yang amat sangat tersebar. Telah lama dipercaya bahwa konten yang beredar melalui jaringan internet dapat dibuat oleh siapa saja
dengan menyembunyikan identitas diri, sehingga kredibilitas konten menjadi sangat lemah.
3. Tinjauan umum tentang Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik ITE
Undang-undang ITE No. 11 Tahun 2008 merupakan payung hukum di Indonesia untuk pertama kali dalam bidang Teknologi Informasi dan Transaksi
Elektronik. Dengan kehadiran Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik diyakini akan memperkuat kepercayaan internasional dalam
transasksi bisnis Pratiwi Utami, 2009: 153. Dengan adanya regulasi ini, Indonesia tidak akan dikucilkan dari pergaulan transaksi ekonomi internasional
Yasin Kara, tempointeraktif.com. a. Pengertian dan cakupan materi UU ITE
1. Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik
xxxvii Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik,
termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange EDI, surat elektronik
electronic mail, telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki
arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat,
diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat,
ditampilkan, danatau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta,
rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh
orang yang mampu memahaminya. 2. Transaksi Elektronik
Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, danatau media
elektronik lainnya. 3. Tanda Tangan Elektronik
Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas informasi elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan
informasi elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan autentifikasi.
4. Penyelenggara Sertifikasi Elektronik Certification Authority Certification Authority atau Penyelenggara Sertifikasi Elektronik
adalah badan hukum yang berfungsi sebagai pihak yang layak dipercaya, yang memberikan dan mengaudit Sertifikat Elektronik.
5. Nama Domain
xxxviii Nama Domain adalah alamat internet penyelenggara negara,
orang, badan usaha, danatau masyarakat, yang dapat digunakan dalam berkomunikasi melalui internet, yang berupa kode atau susunan karakter
yang bersifat unik untuk menunjukkan lokasi tertentu dalam internet. 6. HaKI
Informasi elektronik danatau dokumen elektronik yang disusun menjadi karya intelektual, situs internet, dan karya intelektual yang ada di
dalamnya dilindungi sebagai Hak Kekayaan Intelektual berdasarkan ketentuan Peraturan Perundangundangan Pasal 25 UU ITE.
7. Data Pribadi Privasi Penggunaan tiap informasi melalui media elektronik yang
menyangkut data pribadi seseorang harus dilakukan atas persetujuan orang yang bersangkutan, kecuali ditentukan lain oleh Peraturan
Perundang-undangan. 8. Perbuatan Dilarang dan Ketentuan Pidana
a. Indecent MaterialsIllegal Content Konten Ilegal Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan,
mentransmisikan danatau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang
melanggar kesusilaan, perjudian, pencemaran nama baik serta pemerasan, pengancaman, serta yang menimbulkan rasa kebencian
berdasarkan atas SARA serta yang berisi ancaman kekerasan Pasal 27, 28 dan 29 UU ITE. Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 27,
28 dan 29 UU ITE, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 hingga 12 tahun danatau denda antara Rp 1 miliar hingga Rp 2 miliar
Pasal 45 UU ITE. b. Illegal Access Akses Ilegal
xxxix Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan
hukum mengakses Komputer danatau Sistem Elektronik milik orang lain dengan cara apa pun untuk memperoleh Informasi Elektronik
danatau Dokumen Elektronik serta melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol sistem pengamanan Pasal 30 UU ITE.
Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 30 UU ITE, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 hingga 8 tahun
danatau denda antara Rp 600 juta hingga Rp 800 ratus juta Pasal 46 UU ITE.
c. Illegal Interception Penyadapan Ilegal Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan
intersepsi atas Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik dalam suatu Sistem Elektronik tertentu milik orang lain, baik yang
tidak menyebabkan perubahan apa pun maupun yang menyebabkan adanya perubahan, penghilangan, danatau penghentian Informasi
Elektronik danatau Dokumen Elektronik yang sedang ditransmisikan Pasal 31 UU ITE. Setiap orang yang melanggar ketentuan pasal 31 UU
ITE, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun danatau denda paling banyak Rp 800 juta Pasal 47 UU ITE.
d. Data Interference Gangguan Data Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mengubah,
menambah, mengurangi,
melakukan transmisi,
merusak, menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan, memindahkan atau
mentransfer suatu Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik milik Orang lain atau milik publik kepada Sistem Elektronik Orang lain
yang tidak berhak, sehingga mengakibatkan terbukanya suatu Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik yang bersifat
rahasia menjadi dapat diakses oleh publik dengan keutuhan data yang tidak sebagaimana mestinya Pasal 32 UU ITE. Setiap orang yang
xl melanggar ketentuan Pasal 32 UU ITE, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 8 hingga 10 tahun danatau denda antara Rp. 10 miliar hingga Rp. 5 miliar rupiah Pasal 48 UU ITE.
e. System Interference Gangguan Sistem Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan tindakan
apa pun yang berakibat terganggunya Sistem Elektronik danatau mengakibatkan Sistem Elektronik menjadi tidak bekerja sebagaimana
mestinya Pasal 33 UU ITE. Setiap orang yang melanggar ketentuan pasal 33 UU ITE, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun
danatau denda paling banyak Rp. 10 miliar rupiah Pasal 49 UU ITE. f. Misuse of devices Penyalahgunaan Perangkat
Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak memproduksi, menjual,
mengadakan untuk
digunakan, mengimpor,
mendistribusikan, menyediakan, atau memiliki perangkat keras atau perangkat lunak komputer yang dirancang atau secara khusus
dikembangkan untuk memfasilitasi perbuatan yang dilarang dan sandi lewat Komputer, kode akses, atau hal yang sejenis dengan itu, yang
ditujukan agar Sistem Elektronik menjadi dapat diakses dengan tujuan memfasilitasi perbuatan yang dilarang Pasal 34 UU ITE. Setiap orang
yang melanggar ketentuan Pasal 34 UU ITE, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun danatau denda paling banyak Rp. 10
miliar Pasal 50 UU ITE. g.Computer related fraud forgery Penipuan dan Pemalsuan yang
berkaitan dengan Komputer Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan
manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik dengan tujuan
agar Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik tersebut dianggap seolah-olah data yang otentik Pasal 35 UU ITE. Setiap orang
xli yang melanggar ketentuan pasal 35 UU ITE, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 12 tahun danatau denda paling banyak Rp 12 miliar Pasal 51 UU ITE.
b. Pembentukan Peraturan Pelaksanaan Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik ITE yang telah disahkan pada bulan April 2008, dalam pelaksanaannya masih menunggu penerbitan 9 Peraturan Pemerintah dan
pembentukan 2 dua lembaga yang baru yakni Lembaga Sertifikasi Keandalan dan Penyelenggara Sertifikasi Elektronik. Undang-undang ITE
hanya mengamanatkan perlunya Peraturan Pemerintah untuk mengatur : 1
Lembaga sertifikasi keandalan; 2
Tanda tangan elektronik; 3
Penyelenggaraan sertifikasi elektronik; 4
Penyelenggaraan sistem elektronik; 5
Penyelenggaraan transaksi elektronik; 6
Penyelenggara agen elektronik; 7
Pengelolaan nama domain; 8
Tatacara intersepsi; 9
Perlindungan data strategis.
Selain mengamanatkan perlunya Peraturan Pemerintah tersebut diatas, dalam UU ini juga dua Lembaga Baru. Dua lembaga tersebut
yaitu Lembaga Sertifikasi Keandalan dan Penyelenggara Sertifikasi Elektronik masing-masing diharapkan dapat berfungsi sebagai berikut:
1. Lembaga Sertifikasi Keandalan Melakukan fungsi administratif yang mencakup registrasi,
otentikasi fisik terhadap pelaku usaha, pembuatan dan pengelolaan sertifikat keandalan, dan membuat daftar sertifikat yang dibekukan.
xlii Setiap pelaku usaha yang akan melakukan transaksi elektronik dapat
memiliki Sertifikat Keandalan yang diterbitkan oleh Lembaga Sertifikasi Keandalan dengan cara mendaftarkan diri. Lembaga Sertifikasi
Keandalan akan melakukan pendataan dan penilaian menyangkut identitas pelaku usaha, syarat-syarat kontrak dari produk yang
ditawarkan, dan karakteristik produk. Jika pelaku usaha lulus dalam uji sertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Keandalan maka akan memperoleh
pengesahan berupa logo trustmark pada homepage pelaku usaha yang menunjukkan bahwa pelaku usaha tersebut layak untuk melakukan
usahanya setelah diaudit oleh Lembaga Sertifikasi Keandalan. 2. Penyelenggara Sertifikasi Elektronik
Melaksanakan fungsi
administratif mancakup
registrasi, otentikasi fisik terhadap pemohon, pembuatan dan pengelolaan kunci
publik maupun kunci privat, pengelolaan sertifikat elektronik dan daftar sertifikat yang dibekukan. Setiap pihak yang akan melakukan transaksi
elektronik perlu memenuhi persyaratan minimum dalam UU ITE, singkat kata, memerlukan tanda tangan elektronik dalam melakukan transaksi
elektronik. Tanda tangan elektronik ini akan lebih aman jika terdapat pihak ketiga selain para pihak yang bertransaksi. Pihak ketiga tersebut
adalah Penyelenggara Sertifikasi Elektronik dengan fungsi utama adalah menerbitkan Sertifikat Elektronik yang memuat data pembuatan tanda
tangan elektronik yang dikenal dengan ‘kunci publik’ dan ‘kunci privat’. Pelaku usaha yang ingin mendapatkan Sertifikat Elektronik untuk
mendukung penggunaan tanda tangan elektronik dalam melakukan transaksi
elektronik dapat
mengajukan permohonan
kepada Penyelenggara Sertifikasi Elektronik. Selanjutnya Penyelenggara
Sertifikasi Elektronik akan melakukan pendataan dan penilaian meliputi identitas pemohon, otentikasi fisik dari pemohon, dan syarat lainnya.
Setelah dinilai dan tidak ada masalah, dilanjutkan dengan penerbitan Kunci Publik, Kunci Privat, dan Sertifikat Elektronik. Dengan Sertifikat
Elektronik yang dimiliki oleh para pihak yang bertransaksi secara
xliii elektronik akan memberikan rasa aman dan meningkatkan kepercayaan
para pihak yang bertransaksi.
4. Tinjauan umum tentang Hak Asasi Manusia