BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis observasional kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, yaitu kegiatan pengumpulan data melalui pengamatan langsung terhadap
aktivitas responden atau partisipan yang terencana, dilakukan secara aktif dan sistematis Dharma, 2011.
B. Populasi, Sampel, dan Sampling 1. Populasi
Populasi penelitian adalah perawat ruang rawat inap intensive psikiatri di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM Soejarwadi Provinsi Jawa Tengah.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian yaitu, katim primary nurse dan perawat pelaksana assosiate nurse ruang intensive psikiatri.
3. Sampling
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik nonprobability sampling dengan pendekatan incidental sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
memilih subyek yang kebetulan ada saat dilakukan observasi.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM Soejarwadi Provinsi Jawa Tengah pada bulan Oktober sampai November 2015.
D. Data yang Diperlukan
Data yang diperlukan terdiri dari data primer dan data sekunder untuk menganalisis ketepatan pemberian obat pada pasien dengan gangguan jiwa di bangsal Intensive di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM Soejarwadi Provinsi Jawa Tengah dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi dilakukan dengan menggunakan checklist yang telah dibuat oleh peneliti sebelumnya. Pedoman checklist dibuat oleh peneliti yang mengacu pada
prinsip 6 benar pemberian obat. Observasi dilakukan oleh peneliti dibantu oleh
asisten yang mana dalam melakukan observasi subyek penelitian diusahakan tidak tahu kalau sedang diobservasi.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan setelah hasil observasi dilakukan analisis. Hasil analisis digunakan sebagai pedoman wawancara. Pedoman dalam melakukan wawancara
dibuat dalam lampiran tersendiri. Wawancara dilakukan secara tidak terstruktur, bertujuan untuk menganalisis lebih lanjut untuk menggali pendapat dari subyek
terhadap suatu masalah dan digunakan sebagai data pendukung mengenai prisip 6 benar pemberian obat. Subyek wawancara dalam penelitian ini yaitu kepala ruang
rawat inap intensive psikiatri, perawat primer ruang intensive, perawat pelaksana
46
ruang intensive, dokter spesialis kedokteran jiwa, dokter ruangan intensive dan Apoteker.
3. Studi Dokumentasi
Dalam hal ini, studi dokumen digunakan untuk mendapatkan data sekunder yang digunakan untuk melengkapi data primer. Studi dokumentasi dimaksudkan
untuk mengetahui statistik adanya insiden kesalahan pemberian obat dalam kurun waktu tertentu.
E. Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian
Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif yang tidak ada analisis hubungan antar variabel, tidak ada variabel bebas dan terikat sehingga penelitian ini terdiri dari
satu variabel univariate yaitu indikator ketepatan pemberian obat. Sub variabel indikator ketepatan pemberian obat dalam program keselamatan pasien mengacu
pada penerapan prinsip “12 benar”, di mana yang menjadi fokus dalam penelitian ini meliputi 6 sub variabel sebagai berikut:
a. Benar klien.
b. Benar obat. c.
Benar dosis obat. d. Benar waktu pemberian.
e. Benar cara pemberian.
f. Benar dokumentasi.
2. Definisi Operasional
Program keselamatan pasien merupakan suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi: penilaian risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya insiden keselamatan pasien IKP yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan khususnya
dalam lingkup peran perawat dalam pemberian obat kepada pasien di rumah sakit. Upaya mencapai indikator ketepatan pemberian obat merujuk pada prinsip 12
benar, di mana penelitian ini hanya memfokuskan pada 6 prinsip sesuai dengan kondisi di lapangan, yaitu:
a. Benar klien.
Klien yang benar dapat dipastikan dengan memeriksa identitas klien, dan meminta klien menyebutkan nama dan tanggal lahirnya sendiri untuk ruang
rawat inap gangguan fisik. Sedangkan untuk ruang rawat inap gangguan jiwa dengan memeriksa identitas klien dan melihat foto klien.
b. Benar obat. Komponen dari perintah pengobatan adalah: 1 tanggal dan saat perintah ditulis,
2 nama obat, 3 dosis obat, 4 rute pemberian, 5 frekuensi pemberian, dan 6 tanda tangan dokter atau pemberi asuhan kesehatan.
c. Benar dosis obat.
1 Dosis yang diberikan klien sesuai dengan kondisi klien. 2 Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang akan
diberikan, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan atau diminta, pertimbangan berat badan
klien mgKgBBhari, jika ragu-ragu dosis obat harus dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat lain.
3 Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu. d. Benar waktu pemberian.
1 Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. 2 Waktu yang benar adalah saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan.
Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari, seperti dua kali sehari, tiga kali sehari, empat kali sehari, atau setiap 6 jam, sehingga
kadar obat dalam plasma dapat dipertahankan. Obat-obat dengan waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu yang
tertentu. 3 Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau sesudah makan
atau bersama makanan. e.
Benar cara pemberian. 1 Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh harus tepat dan memadai.
2 Memperhatikan kemampuan klien dalam menelan sebelum memberikan obat-obat peroral.
3 Menggunakan teknik aseptik sewaktu memberikan obat melalui rute parenteral.
4 Memberikan obat pada tempat yang sesuai dan tetap bersama dengan klien sampai obat oral telah ditelan.
f. Benar dokumentasi.
Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di rumah sakit dan selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan
serta respon klien terhadap pengobatan.
F. Teknik Analisis Data
Hasil observasi didapatkan data kuantitaitf. Hasil
obeservasi diinterpretasi menggunakan skala ordinal dengan kategori sebagai berikut: kategori baik 75, kategori
sedang 50 – 75, kategori kurang 50. Hasil observasi dilakukan analisis yang akan digunakan sebagai panduan untuk melakukan wawancara dengan responden yang telah
ditentukan. Hasil wawancara dengan responden berguna sebagai data pendukung. Selain wawancara data pendukung diperoleh dari studi dokumen. Hasil wawancara tentang
ketepatan pemberian obat dilakukan telaah berdasarkan kemampuan peneliti yang sesuai dengan keterangan responden. Hasil interpretasi disajikan dalam bentuk naratif yang
kemudian dibandingkan dengan teori-teori yang ada dalam literatur. Analisis data dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Editing
Proses editing dilakukan untuk meneliti kelengkapan dan kesesuaian jawaban informan dengan pokok pertanyaan yang diajukan. Apabila ada kekuranglengkapan
dan kesalahan dapat ditelusuri kembali.
2. Coding
Jawaban yang diperoleh diklasifikasikan menurut jenisnya ke dalam bentuk yang lebih ringkas berdasarkan kriteria tertentu seperti: diberi nomor, skor atau kode-kode
sebelum dianalisis lebih lanjut.
3. Entry
Data yang telah dikoding di-entry secara bertahap.
4. Cleaning
Tujuannya yaitu untuk mengoreksi apabila terjadi kesalahan dalam entry data.
G. Etika Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subyek penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia. Manusia mempunyai
hak dasar dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian yang akan dilaksanakan benar- benar menjunjung tinggi kebebasan manusia. Beberapa prinsip penelitian pada manusia
harus dipahami antara lain:
1. Prinsip Manfaat
Penelitian ini berprinsip pada aspek manfaat, maka segala bentuk penelitian yang dilakukan diharapkan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Prinsip
ini dapat ditegakkan dengan membebaskan, tidak memberikan atau menimbulkan
kekerasan pada manusia, tidak menjadikan manusia untuk dieksploitasi. Penelitian yang dihasilkan dapat menghasilkan manfaat dan mempertimbangkan antara aspek
risiko dengan aspek manfaat.
2. Prinsip Menghormati Manusia
Manusia memiliki hak dan merupakan makhluk yang paling mulia yang harus dihormati, karena manusia berhak untuk menentukan pilihan antara mau dan tidak
mau untuk diikutsertakan dalam subyek penelitian.
3. Prinsip Keadilan
Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia dengan menghargai hak atau hak menjaga privasi manusia, dan tidak berpihak dalam
perlakuan manusia Hidayat, 2007.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Bangsal Edelweis merupakan Instalasi Perawatan Intensive Psikiatri IPIP Rumah Sakit Jiwa Dr RM Soedjarwadi Klaten meliputi pelayanan pasien
dengan kondisi gaduh gelisah, permusuhan, ketegangan, ketidakkooperatifan, pengendalians impuls, dengan penilaian PANSS-EC Positive And Negative
Symptom Scale skor lebih dari 20.Instrumen PANSS-EC digunakan untuk mengukur gejala positif dan negative pada penderita skzisofrenia. Instrumen
ini mempunyai beberapa kelebihan antara lain metode operasionalnya lebih jelas, penilaian gejalanya lebih menyeluruh, penentuan skor lebih
terstandarisasi serta sudah divalidasi di Indonesia. Pengukuran PANSS-EC berdasarkan haasil wawancara klinis 4 tahap, ditambah informasi perilaku
pasien yang didapatkan dari laporan keluarga atau perawat Sinaga, 2007. Bangsal Intensiveadalah unit pelayanan non struktural yang menyediakan
fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan intensive psikiatri rumah sakit, yang dipimpin oleh seorang kepala instalasi yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada direktur.Pasien yang masuk bangsal Intensive bisa berasal dari IGD atau poli jiwa. Kriteria pasien yang dirawat di Intensive yaitu
jika dalam penilaiaan PANSS EC skor menunjukkan lebih dari 20. Setelah pasien masuk, pasien dilakukanassesment awal untuk bangsal Intensive. Data
assesment awal untuk pasien gangguan jiwa maksimal 3 hari setelah pasien
53
masuk harus sudah terisi. Selain assesment awal, bangsal Intensive juga melaksanakan asessmen ulang untuk catatan perkembangan perawatan,
penilaian risiko jatuh, penilaian risiko kekerasan, penilaian risiko bunuh diri, assesmen gizi, dan penilaian risiko nyeri.
Pasien dengan kondisi yang membahayakan diri sendiri, dan orang lain atau gaduh gelisah ditempatkan di ruang isolasi, dilakukan fiksasi secara
dengan obat, bila perlu dilakukan restrain manual dengan pengawasan. Kondisi pasien yang difiksasi dipisahkan dengan pasien lain, pasien
ditempatkan di ruang fiksasi. Pasien yang difiksasi dibantu pemenuhan kebutuhan nutrisi, eliminasi dan kebersihan tubuh. Pasien yang difiksasi
dipantau berdasarkan lembar pemantauan fiksasi. Pasien lansia atau dengan indikasi tertentu dilakukan pemeriksaan EKG
dan rontgen thorax. Untuk pasien wanita yang masih produktif dilakukan test kehamilan untuk mengetahui kondisi sedang hamil atau tidak. Pasien dengan
gangguan fisik yang tidak dapat ditangani di IPIP dipindah ke ruang rawat gangguan fisikruang Camelia. Jika ternyata pasien mengalami gangguan fisik
yang tidak dapat ditangani oleh Rumah sakit maka pasien langsung dirujuk ke rumah sakit lain yang mempunyai layanan sesuai kondisi yang dibutuhkan
pasien. Pasien yang telah dirawat di IPIP dan menurut pemeriksaan dokter
dinyatakan stabil dengan penilaian PANSS EC ≤20, maka dipindah ke ruang maintenance sesuai hak kelas atau permintaan keluarga. Pasien kelas III putra
dipindah ke bangsal Flamboyan dan Geranium. Pasien kelas III putri
dipindahkan ke bangsal Helikonia. Pasien lansia kelas III dipindah ke bangsal Ivy. Untuk pasien kelas utama, kelas VIP, Kelas 1 dan kelas 2 dipindahkan ke
bangsal Dewandaru.
Gambar 4.1. Alur Pelayanan ruang rawat inap bangsal Intensive
B. Karakteristik Responden